SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS
Ternak unggas (ayam dan itik) memegang peranan penting
dalam penyediaan protein hewani yang mudah dan murah didapat
serta mendukung perekonomian masyarakat. Berdasarkan Statistik
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB tahun 2015
populasi unggas lokal sebanyak 17.214.930 ekor yang terdiri dari
ayam buras 6.660.868 ekor, layer 350.025 ekor, broiler 9.103.809
ekor dan itik 1.100.228 ekor.
Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi yang cukup
besar untuk pengembangan perunggasan, hal ini terlihat dari
besarnya jumlah rumah tangga peternak khususnya yang
memelihara ternak itik dan ayam kampung.
Jumlah pondok Pesantren di NTB terhitung cukup banyak
yang tersebar pada sepuluh kabupaten kota yang sebagian
besar berlokasi di wilayah pinggiran dan sebagian telah
memiliki aset lahan yang luas, kondisi ini sangat cocok untuk
pengembangan ternak terutama ternak unggas.
Pengembangan unggas lokal berbasis pesantren di arahkan
untuk menjadi unit usaha dalam rangka meningkatkan
kesejahteraah dan kemandirian pesantren dalam pemenuhan
protein hewani di lingkungan pesantren, disamping itu juga
untuk menumbuhkan dan memperkuat sentra-sentra unggas
lokal. Sejalan dengan tujuan kegiatan pengembangan unggas
lokal dilakukan dalam bentuk usaha budi daya yang produktif
seperti pembesaran untuk menghasilkan produksi daging atau
pemeliharaan untuk produksi telur.
A. Pemeliharaan Anak Ayam
1. Persiapan Kandang
Sebelum anak ayam dilepas ke kandang, kondisi kandang
harus sudah benar-benar siap :
a) Pemanas sudah dihidupkan minimal 2 jam sebelum anak
ayam dilepas.
b) Air minum larutan gula + vitamin sudah disiapkan/
ditempatkan di kandang.
2. Penerimaan Anak Ayam
a) Lepas anak ayam satu persatu sambil dihitung dan di
cek kondisinya. Anak ayam kelihatan lemah dipisahkan.
b) Pastikan setiap anak ayam langsung segera minum dan
apablia memungkinkan setiap anak ayam diberi minum
dengan cara mencelupkan paruhnya ke tempat air
minum.
c) Dua jam setelah anak ayam minum, segera diberi pakan
dengan cara menaburkan sedikit demi sedikit pakan
pada tempat pakan yang sudah disiapkan.
d) Lihat penyebaran anak ayam untuk memastikan kondisi
pemanas apakah sudah sesuai temperaturnya. Kondisi
suhu yang sudah sesuai ditunjukan dengan adanya
penyebaran anak ayam (anak ayam tidak
menggerombol).
3. Pemberian Pakan
a) Masa awal pertumbuhan (2 minggu pertama)
b) Pemberian pakan dilakukan setiap 2 jam sekali
pemberian secara merata dan tidak terlalu untuk
menghindari ketumpukan.
c) Jenis Pakan : Umur 1 hari – 14 hari menggunakan jenis
pakan broiler stater (Hyprovit 511)
4. Pengaturan Tirai Kandang
 Tirai kandang digunakan khususnya untuk ayam pada
masa pertumbuhan awal guna menahan udara dingin dan
hujan.
 Pada siang hari tirai dibuka secara bertahap mulai hari
ketiga. Dimana pada minggu pertama tirai dibuka 1/3
bagian. Kemudian minggu kedua ½ bagian minggu ketiga
¾ dan seterusnya setelah minggu keempat dibuka penuh.
B. Usaha Budi Daya Ayam Arab
Keberhasilan usaha budidaya ayam arab ditunjukan dari
tingkat produktifitas yang optimal yaitu pertumbuhan ayam yang
cepat, produksi telur yang tinggi dan tingkat kematian yang
rendah.
Usaha budidaya ayam arab dapat dikelompokan menjadi :
1. Usaha pembibitan untuk menghasilkan bibit (anak ayam)
2. Usaha pembesaran untuk menghasilkan ayam dara (siap
telur)
3. Usaha pembesaran ayam pejantan untuk menghasilkan
daging.
4. Usaha untuk memproduksi telur.
Pada umumnya usaha budidaya ayam arab adalah untuk
memproduksi telur. Sebagian peternak ada yang memulai
memelihara sejak anak ayam dan sebagian juga ada yang
membeli ayam siap telur. Pertimbangan memilih memulai
beternak dari anak ayam atau siap telur, sangat ditentukan oleh
kondisi peternak dan ketersediaan bibit. Kedua alternatif tersebut
masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian :
a. Memulai memelihara dari anak ayam :
 Tingkat kesulitan tinggi karena program vaksinasi sangat
padat dan membutuhkan kecermatan khususnya selama
periode awal (starter)
 Pengeluaran biaya produksi tidak sekaligus dalam jumlah
besar
 Riwayat kesehatan ayam bisa diketahui dengan pasti
b. Memulai memelihara ayam dara / siap telur
 Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bibit ayam dara
relative lebih besar.
 Riwayat kesehatan dan umur ayam kadang tidak bisa
diketahui dengan pasti ( banyak penipuan umur ayam )
 Tidak diperlukan kandang pembesaran dan tidak repot
dengan program pemeliharaan.
 Cepat produksi
Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya
ayam arab :
1. Bibit
2. Pakan
3. Manajemen / Tata Laksana
Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain,
bila salah satu faktor tidak dipenuhi dengan baik akan
berpengaruh kepada tingkat produktifitas. Pakan dan bibit yang
baik tapi tidak didukung dengan manajemen yang baik, akan
sama halnya dengan bibit yang baik dan tata laksana yang baik
tapi tidak didukung dengan pakan yang baik. Pakan yang baik
dan tata laksana yang baik tapi tidak didukung dengan bibit yang
baik akan menghasilkan produksi yang tidak optimal. Sehingga
untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan bibit unggul,
pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas dan tata
laksana pemeliharaan yang baik.
1. Bibit
Bibit ayam arab yang berupa anak ayam umur 1 hari,
sebagian besar diproduksi oleh pembibit tradisional. Pada
umumnya peternak pembibit tradisional memproduksi anak
ayam dengan menggunakan sarana, dan prasarana produksi
serta teknologi yang relative sederhana. Hal ini sangat
berbeda dengan pembibitan ayam ras yang diusahakan oleh
perusahaan besar dengan sarana dan teknologi yang
memadai. Pembibit ayam arab tradisional hanya
memperhatikan aspek reproduksi dan banyak yang
mengesampingkan faktor genetika. Padahal faktor genetika
sangat menentukan kualitas anak ayam yang diproduksi
maupun tingkat produktivitasnya.
2. Pakan
Dalam usaha budidaya ayam arab biaya pakan adalah faktor
biaya yang paling tinggi dalam proses produksi. Biaya pakan
bisa mencapai 80 % atau lebih dari total biaya produksi.
Guna mendapatkan tingkat produktifitas yang optimal
disarankan agar budidaya ayam arab dilakukan secara
intensif artinya menggunakan pakan yang kualitas maupun
kuantitasnya sesuai dengan acuan yang ada. Kualitas pakan
ditentukan oleh kualitas dan kandungan nutrisi dari setiap
bahan baku yang digunakan pada proses produksi pakan.
Kecuali kualitas bahan baku, penanganan selama proses
produksi pakan dan penyimpanan juga berpengaruh
terhadap kualitas pakan.
Pada pemeliharaan ayam arab dikenal 3 macam jenis pakan
yang dibedakan sesuai dengan periode (umur ayam), yaitu :
a) Pakan periode Starter (pemeliharaan awal umur 0 – 6
minggu)
Pada tahap ini diperlukan kandungan protein yang tinggi
yaitu berkisar 20 – 22 %.
b) Pakan periode Grower (pemeliharaan masa pertumbuhan
umur 6 – 18 minggu)
pada tahapan ini diperlukannya pakan dengan
kandungan protein yang lebih rendah berkisar antara 15 –
16%.
c) Pakan periode Produksi (pemeliharaan masa produksi
umur 18 – afkir)
Pada masa ini pakan sudah diperlukan untuk tujuan
produksi telur. Kandungan protein pakan layer adalah
berkisar antara 17 – 18 %.
3. Manajemen/ Tata Laksana
1) Tata laksana pemeliharaan
Kandang harus memberikan kenyamanan pada ayam,
sehinggga ukuran, letak, tinggi kandang, dan model atap
harus diperhatikan. Posisi kandang sebaiknya membujur
dari timur ke barat, tujuannya untuk melindungi agar
panas matahari tidak secara langsung masuk kedalam
kandang. Lebar kandang system terbuka, idealnya
diusahakan tidak lebih dari 7 meter agar sirkulasi udara
tetap baik. Jarak kandang ideal minimal seukuran lebar
kandang. Kandang dengan lebar lebih dari 3 meter
disarankan menggunakan model atap system monitor.
Kandang ayam harus lebih tinggi dari permukaan tanah
disekitarnya untuk menjaga system drainase sehingga
kandang tetap dalam keadaan kering/ tidak becek.
Pada pemeliharaan insentif kandang mutlak diperlukan
karena untuk melindungi ayam dari gangguan cuaca dan
predator serta mempermudah dalam penanganan
(pemeliharaan).
Pada pemeliharaan ayam arab kandang dikelompokan
menjadi 2 yaitu kandang pembesaran dan kandang
produksi.
a. Kandang Pembesaran
Kandang pembesaran digunakan untuk pemeliharaan
periode starter mulai umur 1 hari sampai dengan
umur menjelang produksi. Kandang pembesaran
pada umumnya, menggunakan system koloni dimana
dalam satu petak terdapat sekelompok ayam, misal
pada pemeliharaan skala kecil, satu kelompok bisa 50
– 100 ekor dan pada skala besar satu kelompok bisa
1000 s/d 5000 ekor.
Pada pemeliharaan awal (umur 0 – 3 minggu),
kandang pembesaran harus dilengkapi dengan
beberapa peralatan :
 Chick guard (lingkaran pelindung)
 Brooder (pemanas)
 Tirai
Kebutuhan luas kandang ditentukan sesuai dengan
umur ayam, untuk pemeliharaan ayam arab umur : 1 -
6 minggu = 14 ekor/m2
.dan 6 - 18 minggu = 7 – 8
ekor/m2
.
Pada minggu pertama, pemeliharaan masih
menggunakan lingkaran pelindung. Satu lingkaran
dengan diameter 4 meter bisa digunakan untuk
pemeliharaan anak ayam 800 – 1000 ekor.
Sesuai dengan bertambahnya umur lingkaran
pelindung diperluas secara bertahap.
b. Kandang Produksi
Pemeliharaan ayam arab periode produksi
menggunakan kandang model betray/ sangkar.
Sistem perkandangan ini lebih efisien dari segi
penggunaan lahan/ kandang. Serta lebih mudah dari
segi pemeliharaan dan dapt memberikan hasil
produktivitas telur yang lebih tinggi.
Pada umumnya kandang betray/ sangkar
ditempatkan secara bersusun 2 sampai 4 tingkat yang
ditempatkan secara berjajar. Kandang dengan ukuran
lebar 7 meter dapat ditempati 4 lajur kandang betray,
dengan masing-masing lajur terdiri dari 3 tingkat.
Bangunan kandang dengan ukuran panjang 70 meter
dan lebar 7 meter dapat menampung 1000 ekor ayam
produksi.
2) Tata Laksana Pemberian Pakan
Prinsip dasar pemberian pakan adalah mengupayakan
agar setiap ekor ayam memperoleh pakan yang cukup,
dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada setiap
tahapan pemeliharaan. Bentuk dan jumlah tempat pakan
harus disesuaikan dengan periode pemeliharaan dan
jumlah ayam. Pada masa pertumbuhan awal ( 1 – 3
minggu ), tempat pakan menggunakan model nampan/
baki. Frekuensi pemberian pakan 2 – 4 jam sekali , hal ini
untuk merangsang anak ayam mengkonsumsi pakan
dengan baik. Jumlah pakan yang diberikan tidak boleh
terlalu banyak untuk mengurangi pakan yang tumpah.
Kebutuhan tempat pakan untuk 1000 ekor anak ayam
adalah 12 buah tempat pakan model nampan dengan
diameter 40 cm.
Pada pemeliharaan masa pertumbuhan lanjut ( diatas 3
minggu ), tempat pakan yang digunakan adalah model
tabung yang dapat digantung. Tinggi tempat pakan
disesuaikan dengan tinggi ayam yaitu setinggi punggung
ayam. Satu tempat pakan tabung kapasitas 7 kg
disarankan untuk 25 – 30 ekor, jumlah tempat pakan
akan berpengaruh pada tingkat keragaman pertumbuhan.
3) Tata Laksana Kesehatan
Faktor kesehatan ayam sangat menentukan tercapai
tidaknya tingkat produksi yang optimal. Langkah
pencegahan penyakit menjadi prioritas dalam
pemeliharaan ayam.
Penyakit ayam dapat dikelompokan menjadi 2 :
1. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.
2. Faktor penyakit yang disebabkan oleh faktor nutrisi
Pada pelaksanaan program kesehatan ayam dikenal satu
istilah yang disebut biosecurity yaitu upaya mencegah
masuknya bibit penyakit dari luar kedalam lokasi kandang.
Upaya ini dapat dilakukan dengan membatasi lalu lintas
manusia dan hewan lain yang berasal dari luar lokasi
kandang, dan melakukan sanitasi dengan cara
menyemprotan desinfektan terhadap manusia dan
kendaraan yang masuk kedalam lokasi kandang.
Program vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk
menimbulkan efek kekebalan pada ayam dari salah satu
jenis penyakit, sehingga ayam mempunyai ketahanan
apabila ada wabah/ serangan penyakit. Vaksinasi mutlak
dilakukan khususnya untuk mencegah penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh virus. Pada kasus timbulnya
penyakit akibat virus upaya pengobatan tidak efektif. Hal
ini berbeda dengan penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh bakteri atau protozoa dimana masih bisa dilakukan
pengobatan dengan antibiotik atau preparat sulfa.
Dikenal ada 2 jenis vaksin yaitu :
a. Vaksin aktif, berbentuk kristal kering beku yang
mengandung bibit penyakit tertentu. Pada vaksinasi
menggunakan vaksin aktif diperlukan peralut khusus
misalnya apabila diaplikasikan dengan cara spray
dan tetes. Atau dicampur dengan air minum pada
vaksinasi melalui air minum.
b. Vaksin In Aktif, mengandung bibit penyakit yang
telah di non aktifkan dan telah dilarutkan dengan zat
pelarut khusus. Vaksin in aktif pada umumnya
diaplikasikan dengan cara suntik. Program vaksinasi
mutlak dilakukan khususnya untuk mencegah
beberapa jenis penyakit tertentu, khusunya yang
disebabkan oleh virus. Saat ini juga beberapa macam
vaksin yang digunakan untuk pencegahan penyakit
yang disebabkan bukan karena virus.
Beberapa contoh vaksin yang digunakan pencegahan
karena virus :
1. New castel diseases (ND)
2. Infektius Bursal diseases (Gumboro)
3. Infektius Bronchitis
4. Infektius Laringo Tracheitis
5. Egg drop syndrome (Eds 76)
6. Avian Influenza (Flu Burung)
7. Marek’s
8. Fowl foks
Beberapa contoh vaksin Non firal ( bukan virus )
1. Coriza
2. Kolera
3. Koksi diosis
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan vaksinasi :
 Penanganan Vaksin
Vaksin membutuhkan tempat penyimpanan dengan
suhu 2 – 4 cc, sehingga saat penyimpanan maupun
pengangkutan vaksin membutuhkan tempat khusus
dengan alat pendingin. Pada saat membawa vaksin
diharuskan menggunakan termos/ box pendingin
yang diisi dengan es.
 Pelaksanaan Vaksinasi
Aplikasi program vaksinasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara :
1. Suntik (injeksi) : - Subcutan (dibawah kulit)
- Intramuskuler (didalam otot)
- Wing web (tusuk sayap)
Vaksinasi pada cara injeksi pada umumnya
digunakan untuk vaksinasi marek’s atau vaksinasi
dengan menggunakan vaksinasi inaktif, misalnya
ND in aktif, ND-EDS, Avian Influenza. Pada ayam
kecil vaksinasi suntik dilakukan dibawah kulit
dibagian tengkuk. Sedangkan pada ayam yang
sudah remaja atau dewasa vaksinasi suntik
dilakukan pada bagian otot paha atau dada.
Vaksinasi dengan metode suntik (subcutan/
intramuskuler) dilakukan pada vaksinasi dengan
vaksin in aktif, sedangkan cara tusuk sayap
dilakukan hanya pada vaksin cacar.
2. Tetes : - Tetes Mata
- Tetes Mulut
Banyak dilakukan pada vaksinasi anak ayam,
misalnya pada vaksin ND-IB atau vaksin
Gumboro. Vaksin tetes mata juga dapat
diaplikasikan dengan cara spray. Pada
pelaksanaan vaksinasi tetes atau spray
dibutuhkan pelarut khusus, pelarut ini biasa
diproduksi oleh pabrikan vaksin.
3. Air Minum
Vaksinasi dengan melalui air minum banyak
dilakukan khususnya pada ayam – ayam yang
sudah agak besar/ dewas, karena cara ini tidak
memerlukan banyak waktu dan tenaga kerja,
namun cara ini juga mempunyai kelemahan dari
secara vaksinasi air minum
- Ayam harus dipuasakan
- Kemungkinan tidak merata
- Sangat dipengaruhi oleh kualitas air minum
yang digunakan
Air minum harus bebas dari unsur logam berat zat
pembunuh kuman, sehingga tidak disarankan
menggunakan air Pam yang mengandung
klorin/kaporit
Satu hal yang penting harus dilakukan pada setiap
pelaksanaan vaksinasi yaitu sisa vaksin dan bekas
kemasan vaksin harus dimusnahkan dengan cara
direbus dengan air mendidih, dibakar atau
dimasukan kedalam larutan disenfektan.
Program Vaksinasi sangat ditentukan oleh kondisi
masing-masing lokasi peternakan karena satu program
vaksinasi tertentu cocok untuk satu lokasi tapi tidak
cocok untuk lokasi yang lain. Demikian juga jenis-jenis
vaksin yang digunakan, satu lokasi peternakan, cukup
aman hanya menggunakan beberapa vaksin tertentu,
tetapi lokasi lain memerlukan tambahan jenis vaksin yang
lain.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada keberhasilan
pelaksanaan vaksinasi :
1. Faktor yang berhubungan dengan kondisi farm
a. Adanya infeksi bibit penyakit berupa virus atau
bakteri pada kelompok ayam yang difaksin
b. Stres
c. Adanya mikotoksin
Ketiga faktor tersebut akan menghambat timbulnya
antibodi.
2. Faktor kesehatan ayam yang di vaksin
Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada kelompok ayam
yang sehat.
3. Faktor vaksin
Vaksin harus aman, pada kasus – kasus tertentu
khususnya pada vaksin gumboro akan terjadi
perubahan yang seharusnya menimbulkan kekebalan
tapi berubah menjadi wabah. Pada umumnya vaksin
harus disimpan dalam alat pendingin dengan
temperatur 2 – 8 Cc sampai pada saat digunakan dan
pada saat dibawakan dalam kondisi dingin. Vaksin
harus diberikan dengan dosis yang tepat.
4. Faktor Manusia
Faktor manusia sangat menentukan keberhasilan
program vaksinasi. Cara penanganan, mencampur
atau aplikasi yang salah akan menyebabkan
kegagalan vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi harus
diawasi dan dilakukan oleh tenaga yang terampil.
Usaha budidaya ayam arab petelur ditujukan untuk
menghasilkan telur ayam kampung. Usaha budidaya ini dimulai
dengan memlihara ayam dara (pullet) yang berumur 16 – 17
minggu. Ayam arab mulai bertelur pada umur 18 minggu dan
produksi mulai normal baik jumlah maupun ukuran telurnya pada
umur 25 minggu.
Telur ayam arab dijual butiran seperti telur ayam kampong.
Produksi telur ayam arab tidak setinggi produksi telur ayam ras,
tetapi konsumsi pakannya jauh lebih sedikit bila dibandingkan
dengan ayam ras. Tingkat produksi telur ayam arab berkisar
antara 75% - 82% dengan tingkat konsumsi pakan sebnyak 85 –
90 gram per hari per ekor.
B. PENETASAN
Ayam arab tidak memiliki sifat mengeram sehingga dalam
upaya regenerasi diperlukan proses penetasan dengan mesin
tetas buatan. Prinsip penetasan adalah memberikan
lingkungan yang sesuai utamanya temperatur, kelembapan
dan fentilasi guna pertumbuhan embrio menjadi anak ayam.
Proses penetasan ayam arab dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin penetas mesin sederhana ataupun mesin
tetas yang modern.
Pada penetasan dengan mesin sederhana, proses
penetasan hanya menggunakan satu mesin sejak telur
dimasukan sampai menetas. Berbeda dengan mesin modern
ada 2 tahapan proses penetasan yaitu masa pengeraman
selama 18 hari yang dilakukan di mesin pengeram (setter).
Dan 3 hari terahir yaitu mulai hari ke 19 sampai dengan saat
menetas dilakukan didalam mesin penetas/ hatcher.
Kondisi masa pengeraman dan penetasan mempunyai
perbedaan dalam pengaturan temperatur, kelembapan dan
proses pembalikan telur. Didalam mesin pengeram telur harus
dilakukan pemutaran 6 sampai dengan 8 kali per hari
sedangkan dalam mesin penetas posisi telur dalam kondisi
statis dan tidak dilakukan pembalikan telur.
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Tetas :
1. Daya tunas, adalah persentase telur yang bertunas
dibandingkan dengan jumlah total telur yang ditetaskan.
Daya tunas dipengaruhi oleh perbandingan jumlah pejantan
dan betina dalam satu kelompok. Berbandingan yang ideal
adalah satu pejantan berbanding 8 – 10 betina.
2. Faktor Genetik, yang meliputi :
 Hubungan kekerabatan antara induk jantan dan betina,
perkawinan sedarah akan menghasilkan hasil tetas yang
lebih rendah bila dibandingkan perkawinan silang.
 Adanya gen letal dan semi letal, pada unggas diketahui
terdapat 30 gen letal dan semi letal. Gen ini
menyebabkan terjadinya kematian embrio selama dalam
proses penetasan.
 Tingkat produksi telur, telur yang dihasilkan oleh induk
betina dengan tingkat persentase produksi tinggi
menghasilkan hasil tetas yang lebih baik.
 Umur indukan, hasil tetas yang baik diperoleh dari
kelompok indukan yang berumur sampai satu tahun,
setelah berumur satu tahun hasil tetas akan mengalami
penurunan.
3. Beberapa Penyakit Berpengaruh Pada Hasil Tetas antara
lain : pullorum dan mikoflasma. Sehingga untuk
mendapatkan hasil tetas yang baik diupayakan kondisi
indukan harus sehat.
4. Seleksi Telur, Beberapa karakteristik fisik telur berpengaruh
terhadap hasil tetas :
 Ukuran Telur, telur tidak terlalu besar atau terlalu kecil
bentuk telur, telur yang ideal berbentuk bulat telur tidak
terlalu bulat atau terlalu panjang.
 Kualitas kerabang, telur yang baik untuk ditetaskan
kerabangnya harus tebal, halus dan permukaannya rata.
5. Penanganan telur
 Pengumpulan telur, frekuensi pengambilan telur tetas
harus lebih sering bila dibandingkan dengan telur
konsumsi.
Tujuannya adalah mengurangi tingkat kontaminasi
mikro-organisme yang ada di kandang.
 Kebersihan telur, pilihlah telur telur yang bersih dan
apabila harus dilakukan pencucian harus menggunakan
larutan disenfektan.
 Sanitasi Telur, sebelum telur disimpan untuk menunggu
proses penetasan perlu dilakukan program sanitasi untuk
membunuh kuman yang kemungkinan ada dipermukaan
kerabang telur. Sanitasi telur ini pada umunya dilakukan
dengan proses fumigasi, yaitu mereaksikan KMnO4
dengan formalin.
 Waktu penyimpanan telur, untuk menghasilkan daya
tetas yang baik perlu diusahakan penyimpanan telur
sesingkat mungkin dan diharapkan tidak lebih dari 10
hari.
 Kondisi ruang penyimpanan telur, selama penyimpanan
telur akan mengalami pertumbuhan embrio dan terjadi
penguapan sehingga untuk menekan kejadian tersebut
diperlukan kondisi ruang penyimpanan dengan
temperature 18 Cc dan kelembapan 75 – 80 %.
 Posisi telur, posisi penempatan telur yang baik adalah
bagian tumpul harus diatas.
6. Kondisi Saat Dalam Mesin Pengeram/ penetas
 Temperature 98,6 – 100,4 Fh
 kelembapan 60 % selama 18 hari pertama dan 70 %
saat 3 hari terahir
 Fentilasi, untuk mendapatkan kualitas udara yang baik
yaitu kadar O2
:21 % dan CO2 maksimum 5 %.
 Posisi telur dan pemutaran telur, bagian tumpul harus
diatas dan frekuensi pemutaran telur 6 – 8 kali per hari
untuk menghindari menempelnya embrio pada membran
kerabang.

More Related Content

Similar to MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf

Similar to MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf (20)

Morfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerMorfologi ayam boiler
Morfologi ayam boiler
 
Budidaya ayam buras
Budidaya ayam burasBudidaya ayam buras
Budidaya ayam buras
 
Proposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayamProposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayam
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
 
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingKewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
 
Budidayaternakitik
BudidayaternakitikBudidayaternakitik
Budidayaternakitik
 
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
 
Proposal bantuan ayam petelur
Proposal bantuan ayam petelurProposal bantuan ayam petelur
Proposal bantuan ayam petelur
 
pembahasan.docx
pembahasan.docxpembahasan.docx
pembahasan.docx
 
Studi banding ayam buras
Studi banding ayam burasStudi banding ayam buras
Studi banding ayam buras
 
Proposal bantuan ternak ayam
Proposal bantuan ternak ayamProposal bantuan ternak ayam
Proposal bantuan ternak ayam
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
Budidaya Ayam Pedaging
Budidaya Ayam PedagingBudidaya Ayam Pedaging
Budidaya Ayam Pedaging
 
Ayam pedaging
Ayam pedagingAyam pedaging
Ayam pedaging
 
Ayam pedaging
Ayam pedagingAyam pedaging
Ayam pedaging
 
Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdfBudidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
Peternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingPeternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedaging
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatan
 
Teknis budidaya ayam broiler
Teknis budidaya ayam broilerTeknis budidaya ayam broiler
Teknis budidaya ayam broiler
 

More from YuziNosfris

BUDI DAYA KAMBING.ppt
BUDI DAYA KAMBING.pptBUDI DAYA KAMBING.ppt
BUDI DAYA KAMBING.pptYuziNosfris
 
Materi Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdf
Materi Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdfMateri Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdf
Materi Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdfYuziNosfris
 
Ternak_Kambing.pptx
Ternak_Kambing.pptxTernak_Kambing.pptx
Ternak_Kambing.pptxYuziNosfris
 
ppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptx
ppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptxppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptx
ppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptxYuziNosfris
 
benengbudidaya2020.pdf
benengbudidaya2020.pdfbenengbudidaya2020.pdf
benengbudidaya2020.pdfYuziNosfris
 
KOMPOS JERAMI [Autosaved].pptx
KOMPOS JERAMI [Autosaved].pptxKOMPOS JERAMI [Autosaved].pptx
KOMPOS JERAMI [Autosaved].pptxYuziNosfris
 
intensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptxintensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptxYuziNosfris
 
FOLDER M O L.doc
FOLDER M O L.docFOLDER M O L.doc
FOLDER M O L.docYuziNosfris
 

More from YuziNosfris (8)

BUDI DAYA KAMBING.ppt
BUDI DAYA KAMBING.pptBUDI DAYA KAMBING.ppt
BUDI DAYA KAMBING.ppt
 
Materi Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdf
Materi Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdfMateri Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdf
Materi Kebijakan Low Cost Smartfarming Roni.pdf
 
Ternak_Kambing.pptx
Ternak_Kambing.pptxTernak_Kambing.pptx
Ternak_Kambing.pptx
 
ppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptx
ppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptxppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptx
ppt_Proposal_Cabai_Rawit_Domba_pptx.pptx
 
benengbudidaya2020.pdf
benengbudidaya2020.pdfbenengbudidaya2020.pdf
benengbudidaya2020.pdf
 
KOMPOS JERAMI [Autosaved].pptx
KOMPOS JERAMI [Autosaved].pptxKOMPOS JERAMI [Autosaved].pptx
KOMPOS JERAMI [Autosaved].pptx
 
intensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptxintensifikasi-pekarangan.pptx
intensifikasi-pekarangan.pptx
 
FOLDER M O L.doc
FOLDER M O L.docFOLDER M O L.doc
FOLDER M O L.doc
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf

  • 1. MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS Ternak unggas (ayam dan itik) memegang peranan penting dalam penyediaan protein hewani yang mudah dan murah didapat serta mendukung perekonomian masyarakat. Berdasarkan Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB tahun 2015 populasi unggas lokal sebanyak 17.214.930 ekor yang terdiri dari ayam buras 6.660.868 ekor, layer 350.025 ekor, broiler 9.103.809 ekor dan itik 1.100.228 ekor. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan perunggasan, hal ini terlihat dari besarnya jumlah rumah tangga peternak khususnya yang memelihara ternak itik dan ayam kampung. Jumlah pondok Pesantren di NTB terhitung cukup banyak yang tersebar pada sepuluh kabupaten kota yang sebagian besar berlokasi di wilayah pinggiran dan sebagian telah memiliki aset lahan yang luas, kondisi ini sangat cocok untuk pengembangan ternak terutama ternak unggas. Pengembangan unggas lokal berbasis pesantren di arahkan untuk menjadi unit usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraah dan kemandirian pesantren dalam pemenuhan protein hewani di lingkungan pesantren, disamping itu juga untuk menumbuhkan dan memperkuat sentra-sentra unggas lokal. Sejalan dengan tujuan kegiatan pengembangan unggas lokal dilakukan dalam bentuk usaha budi daya yang produktif seperti pembesaran untuk menghasilkan produksi daging atau pemeliharaan untuk produksi telur. A. Pemeliharaan Anak Ayam 1. Persiapan Kandang Sebelum anak ayam dilepas ke kandang, kondisi kandang harus sudah benar-benar siap : a) Pemanas sudah dihidupkan minimal 2 jam sebelum anak ayam dilepas. b) Air minum larutan gula + vitamin sudah disiapkan/ ditempatkan di kandang. 2. Penerimaan Anak Ayam a) Lepas anak ayam satu persatu sambil dihitung dan di cek kondisinya. Anak ayam kelihatan lemah dipisahkan. b) Pastikan setiap anak ayam langsung segera minum dan apablia memungkinkan setiap anak ayam diberi minum dengan cara mencelupkan paruhnya ke tempat air minum. c) Dua jam setelah anak ayam minum, segera diberi pakan dengan cara menaburkan sedikit demi sedikit pakan pada tempat pakan yang sudah disiapkan. d) Lihat penyebaran anak ayam untuk memastikan kondisi pemanas apakah sudah sesuai temperaturnya. Kondisi suhu yang sudah sesuai ditunjukan dengan adanya penyebaran anak ayam (anak ayam tidak menggerombol). 3. Pemberian Pakan a) Masa awal pertumbuhan (2 minggu pertama) b) Pemberian pakan dilakukan setiap 2 jam sekali pemberian secara merata dan tidak terlalu untuk menghindari ketumpukan. c) Jenis Pakan : Umur 1 hari – 14 hari menggunakan jenis pakan broiler stater (Hyprovit 511) 4. Pengaturan Tirai Kandang  Tirai kandang digunakan khususnya untuk ayam pada masa pertumbuhan awal guna menahan udara dingin dan hujan.  Pada siang hari tirai dibuka secara bertahap mulai hari ketiga. Dimana pada minggu pertama tirai dibuka 1/3 bagian. Kemudian minggu kedua ½ bagian minggu ketiga ¾ dan seterusnya setelah minggu keempat dibuka penuh. B. Usaha Budi Daya Ayam Arab Keberhasilan usaha budidaya ayam arab ditunjukan dari tingkat produktifitas yang optimal yaitu pertumbuhan ayam yang cepat, produksi telur yang tinggi dan tingkat kematian yang rendah.
  • 2. Usaha budidaya ayam arab dapat dikelompokan menjadi : 1. Usaha pembibitan untuk menghasilkan bibit (anak ayam) 2. Usaha pembesaran untuk menghasilkan ayam dara (siap telur) 3. Usaha pembesaran ayam pejantan untuk menghasilkan daging. 4. Usaha untuk memproduksi telur. Pada umumnya usaha budidaya ayam arab adalah untuk memproduksi telur. Sebagian peternak ada yang memulai memelihara sejak anak ayam dan sebagian juga ada yang membeli ayam siap telur. Pertimbangan memilih memulai beternak dari anak ayam atau siap telur, sangat ditentukan oleh kondisi peternak dan ketersediaan bibit. Kedua alternatif tersebut masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian : a. Memulai memelihara dari anak ayam :  Tingkat kesulitan tinggi karena program vaksinasi sangat padat dan membutuhkan kecermatan khususnya selama periode awal (starter)  Pengeluaran biaya produksi tidak sekaligus dalam jumlah besar  Riwayat kesehatan ayam bisa diketahui dengan pasti b. Memulai memelihara ayam dara / siap telur  Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bibit ayam dara relative lebih besar.  Riwayat kesehatan dan umur ayam kadang tidak bisa diketahui dengan pasti ( banyak penipuan umur ayam )  Tidak diperlukan kandang pembesaran dan tidak repot dengan program pemeliharaan.  Cepat produksi Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya ayam arab : 1. Bibit 2. Pakan 3. Manajemen / Tata Laksana Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain, bila salah satu faktor tidak dipenuhi dengan baik akan berpengaruh kepada tingkat produktifitas. Pakan dan bibit yang baik tapi tidak didukung dengan manajemen yang baik, akan sama halnya dengan bibit yang baik dan tata laksana yang baik tapi tidak didukung dengan pakan yang baik. Pakan yang baik dan tata laksana yang baik tapi tidak didukung dengan bibit yang baik akan menghasilkan produksi yang tidak optimal. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan bibit unggul, pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas dan tata laksana pemeliharaan yang baik. 1. Bibit Bibit ayam arab yang berupa anak ayam umur 1 hari, sebagian besar diproduksi oleh pembibit tradisional. Pada umumnya peternak pembibit tradisional memproduksi anak ayam dengan menggunakan sarana, dan prasarana produksi serta teknologi yang relative sederhana. Hal ini sangat berbeda dengan pembibitan ayam ras yang diusahakan oleh perusahaan besar dengan sarana dan teknologi yang memadai. Pembibit ayam arab tradisional hanya memperhatikan aspek reproduksi dan banyak yang mengesampingkan faktor genetika. Padahal faktor genetika sangat menentukan kualitas anak ayam yang diproduksi maupun tingkat produktivitasnya. 2. Pakan Dalam usaha budidaya ayam arab biaya pakan adalah faktor biaya yang paling tinggi dalam proses produksi. Biaya pakan bisa mencapai 80 % atau lebih dari total biaya produksi. Guna mendapatkan tingkat produktifitas yang optimal disarankan agar budidaya ayam arab dilakukan secara intensif artinya menggunakan pakan yang kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan acuan yang ada. Kualitas pakan ditentukan oleh kualitas dan kandungan nutrisi dari setiap bahan baku yang digunakan pada proses produksi pakan. Kecuali kualitas bahan baku, penanganan selama proses produksi pakan dan penyimpanan juga berpengaruh terhadap kualitas pakan.
  • 3. Pada pemeliharaan ayam arab dikenal 3 macam jenis pakan yang dibedakan sesuai dengan periode (umur ayam), yaitu : a) Pakan periode Starter (pemeliharaan awal umur 0 – 6 minggu) Pada tahap ini diperlukan kandungan protein yang tinggi yaitu berkisar 20 – 22 %. b) Pakan periode Grower (pemeliharaan masa pertumbuhan umur 6 – 18 minggu) pada tahapan ini diperlukannya pakan dengan kandungan protein yang lebih rendah berkisar antara 15 – 16%. c) Pakan periode Produksi (pemeliharaan masa produksi umur 18 – afkir) Pada masa ini pakan sudah diperlukan untuk tujuan produksi telur. Kandungan protein pakan layer adalah berkisar antara 17 – 18 %. 3. Manajemen/ Tata Laksana 1) Tata laksana pemeliharaan Kandang harus memberikan kenyamanan pada ayam, sehinggga ukuran, letak, tinggi kandang, dan model atap harus diperhatikan. Posisi kandang sebaiknya membujur dari timur ke barat, tujuannya untuk melindungi agar panas matahari tidak secara langsung masuk kedalam kandang. Lebar kandang system terbuka, idealnya diusahakan tidak lebih dari 7 meter agar sirkulasi udara tetap baik. Jarak kandang ideal minimal seukuran lebar kandang. Kandang dengan lebar lebih dari 3 meter disarankan menggunakan model atap system monitor. Kandang ayam harus lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya untuk menjaga system drainase sehingga kandang tetap dalam keadaan kering/ tidak becek. Pada pemeliharaan insentif kandang mutlak diperlukan karena untuk melindungi ayam dari gangguan cuaca dan predator serta mempermudah dalam penanganan (pemeliharaan). Pada pemeliharaan ayam arab kandang dikelompokan menjadi 2 yaitu kandang pembesaran dan kandang produksi. a. Kandang Pembesaran Kandang pembesaran digunakan untuk pemeliharaan periode starter mulai umur 1 hari sampai dengan umur menjelang produksi. Kandang pembesaran pada umumnya, menggunakan system koloni dimana dalam satu petak terdapat sekelompok ayam, misal pada pemeliharaan skala kecil, satu kelompok bisa 50 – 100 ekor dan pada skala besar satu kelompok bisa 1000 s/d 5000 ekor. Pada pemeliharaan awal (umur 0 – 3 minggu), kandang pembesaran harus dilengkapi dengan beberapa peralatan :  Chick guard (lingkaran pelindung)  Brooder (pemanas)  Tirai Kebutuhan luas kandang ditentukan sesuai dengan umur ayam, untuk pemeliharaan ayam arab umur : 1 - 6 minggu = 14 ekor/m2 .dan 6 - 18 minggu = 7 – 8 ekor/m2 . Pada minggu pertama, pemeliharaan masih menggunakan lingkaran pelindung. Satu lingkaran dengan diameter 4 meter bisa digunakan untuk pemeliharaan anak ayam 800 – 1000 ekor. Sesuai dengan bertambahnya umur lingkaran pelindung diperluas secara bertahap. b. Kandang Produksi Pemeliharaan ayam arab periode produksi menggunakan kandang model betray/ sangkar. Sistem perkandangan ini lebih efisien dari segi penggunaan lahan/ kandang. Serta lebih mudah dari segi pemeliharaan dan dapt memberikan hasil produktivitas telur yang lebih tinggi. Pada umumnya kandang betray/ sangkar ditempatkan secara bersusun 2 sampai 4 tingkat yang ditempatkan secara berjajar. Kandang dengan ukuran
  • 4. lebar 7 meter dapat ditempati 4 lajur kandang betray, dengan masing-masing lajur terdiri dari 3 tingkat. Bangunan kandang dengan ukuran panjang 70 meter dan lebar 7 meter dapat menampung 1000 ekor ayam produksi. 2) Tata Laksana Pemberian Pakan Prinsip dasar pemberian pakan adalah mengupayakan agar setiap ekor ayam memperoleh pakan yang cukup, dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada setiap tahapan pemeliharaan. Bentuk dan jumlah tempat pakan harus disesuaikan dengan periode pemeliharaan dan jumlah ayam. Pada masa pertumbuhan awal ( 1 – 3 minggu ), tempat pakan menggunakan model nampan/ baki. Frekuensi pemberian pakan 2 – 4 jam sekali , hal ini untuk merangsang anak ayam mengkonsumsi pakan dengan baik. Jumlah pakan yang diberikan tidak boleh terlalu banyak untuk mengurangi pakan yang tumpah. Kebutuhan tempat pakan untuk 1000 ekor anak ayam adalah 12 buah tempat pakan model nampan dengan diameter 40 cm. Pada pemeliharaan masa pertumbuhan lanjut ( diatas 3 minggu ), tempat pakan yang digunakan adalah model tabung yang dapat digantung. Tinggi tempat pakan disesuaikan dengan tinggi ayam yaitu setinggi punggung ayam. Satu tempat pakan tabung kapasitas 7 kg disarankan untuk 25 – 30 ekor, jumlah tempat pakan akan berpengaruh pada tingkat keragaman pertumbuhan. 3) Tata Laksana Kesehatan Faktor kesehatan ayam sangat menentukan tercapai tidaknya tingkat produksi yang optimal. Langkah pencegahan penyakit menjadi prioritas dalam pemeliharaan ayam. Penyakit ayam dapat dikelompokan menjadi 2 : 1. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. 2. Faktor penyakit yang disebabkan oleh faktor nutrisi Pada pelaksanaan program kesehatan ayam dikenal satu istilah yang disebut biosecurity yaitu upaya mencegah masuknya bibit penyakit dari luar kedalam lokasi kandang. Upaya ini dapat dilakukan dengan membatasi lalu lintas manusia dan hewan lain yang berasal dari luar lokasi kandang, dan melakukan sanitasi dengan cara menyemprotan desinfektan terhadap manusia dan kendaraan yang masuk kedalam lokasi kandang. Program vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan efek kekebalan pada ayam dari salah satu jenis penyakit, sehingga ayam mempunyai ketahanan apabila ada wabah/ serangan penyakit. Vaksinasi mutlak dilakukan khususnya untuk mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus. Pada kasus timbulnya penyakit akibat virus upaya pengobatan tidak efektif. Hal ini berbeda dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa dimana masih bisa dilakukan pengobatan dengan antibiotik atau preparat sulfa. Dikenal ada 2 jenis vaksin yaitu : a. Vaksin aktif, berbentuk kristal kering beku yang mengandung bibit penyakit tertentu. Pada vaksinasi menggunakan vaksin aktif diperlukan peralut khusus misalnya apabila diaplikasikan dengan cara spray dan tetes. Atau dicampur dengan air minum pada vaksinasi melalui air minum. b. Vaksin In Aktif, mengandung bibit penyakit yang telah di non aktifkan dan telah dilarutkan dengan zat pelarut khusus. Vaksin in aktif pada umumnya diaplikasikan dengan cara suntik. Program vaksinasi mutlak dilakukan khususnya untuk mencegah beberapa jenis penyakit tertentu, khusunya yang disebabkan oleh virus. Saat ini juga beberapa macam vaksin yang digunakan untuk pencegahan penyakit yang disebabkan bukan karena virus.
  • 5. Beberapa contoh vaksin yang digunakan pencegahan karena virus : 1. New castel diseases (ND) 2. Infektius Bursal diseases (Gumboro) 3. Infektius Bronchitis 4. Infektius Laringo Tracheitis 5. Egg drop syndrome (Eds 76) 6. Avian Influenza (Flu Burung) 7. Marek’s 8. Fowl foks Beberapa contoh vaksin Non firal ( bukan virus ) 1. Coriza 2. Kolera 3. Koksi diosis Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan vaksinasi :  Penanganan Vaksin Vaksin membutuhkan tempat penyimpanan dengan suhu 2 – 4 cc, sehingga saat penyimpanan maupun pengangkutan vaksin membutuhkan tempat khusus dengan alat pendingin. Pada saat membawa vaksin diharuskan menggunakan termos/ box pendingin yang diisi dengan es.  Pelaksanaan Vaksinasi Aplikasi program vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. Suntik (injeksi) : - Subcutan (dibawah kulit) - Intramuskuler (didalam otot) - Wing web (tusuk sayap) Vaksinasi pada cara injeksi pada umumnya digunakan untuk vaksinasi marek’s atau vaksinasi dengan menggunakan vaksinasi inaktif, misalnya ND in aktif, ND-EDS, Avian Influenza. Pada ayam kecil vaksinasi suntik dilakukan dibawah kulit dibagian tengkuk. Sedangkan pada ayam yang sudah remaja atau dewasa vaksinasi suntik dilakukan pada bagian otot paha atau dada. Vaksinasi dengan metode suntik (subcutan/ intramuskuler) dilakukan pada vaksinasi dengan vaksin in aktif, sedangkan cara tusuk sayap dilakukan hanya pada vaksin cacar. 2. Tetes : - Tetes Mata - Tetes Mulut Banyak dilakukan pada vaksinasi anak ayam, misalnya pada vaksin ND-IB atau vaksin Gumboro. Vaksin tetes mata juga dapat diaplikasikan dengan cara spray. Pada pelaksanaan vaksinasi tetes atau spray dibutuhkan pelarut khusus, pelarut ini biasa diproduksi oleh pabrikan vaksin. 3. Air Minum Vaksinasi dengan melalui air minum banyak dilakukan khususnya pada ayam – ayam yang sudah agak besar/ dewas, karena cara ini tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga kerja, namun cara ini juga mempunyai kelemahan dari secara vaksinasi air minum - Ayam harus dipuasakan - Kemungkinan tidak merata - Sangat dipengaruhi oleh kualitas air minum yang digunakan Air minum harus bebas dari unsur logam berat zat pembunuh kuman, sehingga tidak disarankan menggunakan air Pam yang mengandung klorin/kaporit Satu hal yang penting harus dilakukan pada setiap pelaksanaan vaksinasi yaitu sisa vaksin dan bekas kemasan vaksin harus dimusnahkan dengan cara direbus dengan air mendidih, dibakar atau dimasukan kedalam larutan disenfektan.
  • 6. Program Vaksinasi sangat ditentukan oleh kondisi masing-masing lokasi peternakan karena satu program vaksinasi tertentu cocok untuk satu lokasi tapi tidak cocok untuk lokasi yang lain. Demikian juga jenis-jenis vaksin yang digunakan, satu lokasi peternakan, cukup aman hanya menggunakan beberapa vaksin tertentu, tetapi lokasi lain memerlukan tambahan jenis vaksin yang lain. Beberapa faktor yang berpengaruh pada keberhasilan pelaksanaan vaksinasi : 1. Faktor yang berhubungan dengan kondisi farm a. Adanya infeksi bibit penyakit berupa virus atau bakteri pada kelompok ayam yang difaksin b. Stres c. Adanya mikotoksin Ketiga faktor tersebut akan menghambat timbulnya antibodi. 2. Faktor kesehatan ayam yang di vaksin Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada kelompok ayam yang sehat. 3. Faktor vaksin Vaksin harus aman, pada kasus – kasus tertentu khususnya pada vaksin gumboro akan terjadi perubahan yang seharusnya menimbulkan kekebalan tapi berubah menjadi wabah. Pada umumnya vaksin harus disimpan dalam alat pendingin dengan temperatur 2 – 8 Cc sampai pada saat digunakan dan pada saat dibawakan dalam kondisi dingin. Vaksin harus diberikan dengan dosis yang tepat. 4. Faktor Manusia Faktor manusia sangat menentukan keberhasilan program vaksinasi. Cara penanganan, mencampur atau aplikasi yang salah akan menyebabkan kegagalan vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi harus diawasi dan dilakukan oleh tenaga yang terampil. Usaha budidaya ayam arab petelur ditujukan untuk menghasilkan telur ayam kampung. Usaha budidaya ini dimulai dengan memlihara ayam dara (pullet) yang berumur 16 – 17 minggu. Ayam arab mulai bertelur pada umur 18 minggu dan produksi mulai normal baik jumlah maupun ukuran telurnya pada umur 25 minggu. Telur ayam arab dijual butiran seperti telur ayam kampong. Produksi telur ayam arab tidak setinggi produksi telur ayam ras, tetapi konsumsi pakannya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan ayam ras. Tingkat produksi telur ayam arab berkisar antara 75% - 82% dengan tingkat konsumsi pakan sebnyak 85 – 90 gram per hari per ekor. B. PENETASAN Ayam arab tidak memiliki sifat mengeram sehingga dalam upaya regenerasi diperlukan proses penetasan dengan mesin tetas buatan. Prinsip penetasan adalah memberikan lingkungan yang sesuai utamanya temperatur, kelembapan dan fentilasi guna pertumbuhan embrio menjadi anak ayam. Proses penetasan ayam arab dapat dilakukan dengan menggunakan mesin penetas mesin sederhana ataupun mesin tetas yang modern. Pada penetasan dengan mesin sederhana, proses penetasan hanya menggunakan satu mesin sejak telur dimasukan sampai menetas. Berbeda dengan mesin modern ada 2 tahapan proses penetasan yaitu masa pengeraman selama 18 hari yang dilakukan di mesin pengeram (setter). Dan 3 hari terahir yaitu mulai hari ke 19 sampai dengan saat menetas dilakukan didalam mesin penetas/ hatcher. Kondisi masa pengeraman dan penetasan mempunyai perbedaan dalam pengaturan temperatur, kelembapan dan proses pembalikan telur. Didalam mesin pengeram telur harus dilakukan pemutaran 6 sampai dengan 8 kali per hari sedangkan dalam mesin penetas posisi telur dalam kondisi statis dan tidak dilakukan pembalikan telur. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Tetas : 1. Daya tunas, adalah persentase telur yang bertunas dibandingkan dengan jumlah total telur yang ditetaskan. Daya tunas dipengaruhi oleh perbandingan jumlah pejantan
  • 7. dan betina dalam satu kelompok. Berbandingan yang ideal adalah satu pejantan berbanding 8 – 10 betina. 2. Faktor Genetik, yang meliputi :  Hubungan kekerabatan antara induk jantan dan betina, perkawinan sedarah akan menghasilkan hasil tetas yang lebih rendah bila dibandingkan perkawinan silang.  Adanya gen letal dan semi letal, pada unggas diketahui terdapat 30 gen letal dan semi letal. Gen ini menyebabkan terjadinya kematian embrio selama dalam proses penetasan.  Tingkat produksi telur, telur yang dihasilkan oleh induk betina dengan tingkat persentase produksi tinggi menghasilkan hasil tetas yang lebih baik.  Umur indukan, hasil tetas yang baik diperoleh dari kelompok indukan yang berumur sampai satu tahun, setelah berumur satu tahun hasil tetas akan mengalami penurunan. 3. Beberapa Penyakit Berpengaruh Pada Hasil Tetas antara lain : pullorum dan mikoflasma. Sehingga untuk mendapatkan hasil tetas yang baik diupayakan kondisi indukan harus sehat. 4. Seleksi Telur, Beberapa karakteristik fisik telur berpengaruh terhadap hasil tetas :  Ukuran Telur, telur tidak terlalu besar atau terlalu kecil bentuk telur, telur yang ideal berbentuk bulat telur tidak terlalu bulat atau terlalu panjang.  Kualitas kerabang, telur yang baik untuk ditetaskan kerabangnya harus tebal, halus dan permukaannya rata. 5. Penanganan telur  Pengumpulan telur, frekuensi pengambilan telur tetas harus lebih sering bila dibandingkan dengan telur konsumsi. Tujuannya adalah mengurangi tingkat kontaminasi mikro-organisme yang ada di kandang.  Kebersihan telur, pilihlah telur telur yang bersih dan apabila harus dilakukan pencucian harus menggunakan larutan disenfektan.  Sanitasi Telur, sebelum telur disimpan untuk menunggu proses penetasan perlu dilakukan program sanitasi untuk membunuh kuman yang kemungkinan ada dipermukaan kerabang telur. Sanitasi telur ini pada umunya dilakukan dengan proses fumigasi, yaitu mereaksikan KMnO4 dengan formalin.  Waktu penyimpanan telur, untuk menghasilkan daya tetas yang baik perlu diusahakan penyimpanan telur sesingkat mungkin dan diharapkan tidak lebih dari 10 hari.  Kondisi ruang penyimpanan telur, selama penyimpanan telur akan mengalami pertumbuhan embrio dan terjadi penguapan sehingga untuk menekan kejadian tersebut diperlukan kondisi ruang penyimpanan dengan temperature 18 Cc dan kelembapan 75 – 80 %.  Posisi telur, posisi penempatan telur yang baik adalah bagian tumpul harus diatas. 6. Kondisi Saat Dalam Mesin Pengeram/ penetas  Temperature 98,6 – 100,4 Fh  kelembapan 60 % selama 18 hari pertama dan 70 % saat 3 hari terahir  Fentilasi, untuk mendapatkan kualitas udara yang baik yaitu kadar O2 :21 % dan CO2 maksimum 5 %.  Posisi telur dan pemutaran telur, bagian tumpul harus diatas dan frekuensi pemutaran telur 6 – 8 kali per hari untuk menghindari menempelnya embrio pada membran kerabang.