Sosial Behavioral Approach membahas pendekatan perilaku sosial dalam merubah perilaku. Pendekatan ini fokus pada perilaku yang dapat diamati dan hasil belajar dari lingkungan. Tujuannya menurunkan perilaku tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku yang diinginkan dengan teknik seperti penguatan positif, hukuman negatif, desensitisasi sistematis, dan pemberian contoh.
2. Asumsi
• Fokus pada perilaku yang bisa
diobservasi (covert maupun overt)
• Perilaku yang ditampilkan merupakan
hasil belajar individu yang diperoleh dari
lingkungannya
• Prinsip-prinsip perubahan perilaku,
berlaku secara sama baik pada perilaku
adaptif maupun perilaku maladaptif
3. Tujuan
• Menurunkan dan menghilangkan perilaku
yang tidak dikehendaki
• Memunculkan dan memperkuat perilaku
yang dikehendaki
4. Jenis Perilaku
• Perilaku Operan
– Perilaku yang dikendalikan oleh otot kasar
(mandi, berpakaian, memaki dsb)
• Perilaku Responden
– Perilaku yang dikendalikan oleh otot halus
(menangis, malu, takut dsb)
5. Teknik-Teknik
• Teknik Operant
– Positive Reinforcement
– Negative Reinforcement
– Positive Punishment
– Negative punishment
– Operan Extinction
• Teknik Responden
– Covert sensitization
– Systematic Desensitization
– Substitution of Sexual Responses
– A Conditioning
– Implosion
6. • Teknik kompleks
– Discrimination Training
– Asertive Training
– Modeling
– Advice and Instruction
– Modification of Stressful Environmental
Condition
8. B. Menurunkan perilaku:
– Satiasi
– Negative Practice
– Positive Punishment
– Negative Punishment
– Time-out
– Operant Extinction
– Positive reinforcement of
incompatible response
9. – Systematic desensitization
– Substitution of Sexual Response
– Aversive Counter Conditioning
– Covert Sensitization
– Implosion
– Contact Desensitization
– Thought Stopping
10. Penguatan Positif
• Memberikan ganjaran secara langsung pada
saat perilaku yang diinginkan muncul.
• Efektif untuk:
– Perilaku kenakalan
– Komunikasi verbal
– Masalah pekerjaan
– Self care
– Masalah sexual
– Kemampuan bicara
– Masalah belajar
– Halusinasi dan delusi
– Hubungan orang tua dan anak
11. Pembentukan
• Membangun perilaku positif melalui
pemberian serangkaian reinforcement
terhadap perilaku-perilaku yang mengarah
pada perilaku yang diinginkan
• Efektif untuk:
– Self care
– Basic social skill
– Kemampuan bicara
– Kemampuan akademik
12. Penguatan Terselubung
• Menggunakan pemikiran-pemikiran yang
menyenangkan untuk mengubah perilaku.
• Pekerja sosial membantu klien untuk
mengidentifikasi pemikiran-pemikiran yang
menyenangkan yang dapat dibayangkan secara
cepat dan jelas. Kemudian melatih klien untuk
memikirkan hal tersebut ketika mereka berada
dalam keadaan tertekan.
• Efektif untuk: marital problem, perilaku sexual
13. Penguatan Negatif
• Menghilangkan stimulus aversif ketika
muncul perilaku yang diinginkan.
• Efektif untuk:
– Self feeding
– Bicara kasar
– Perilaku homosexual dan heterosexual
14. Penjelasan
• Penyajian penjelasan verbal dan non
verbal tentang bagaimana memunculkan
perilaku yang diinginkan.
• Efektif untuk:
– Perilaku akademik
– Self care
– Basic social skills
15. Pengaburan
• Secara perlahan menggabungkan satu stimulus
yang dapat memunculkan perilaku yang
diinginkan atau yang dapat menghilangkan
perilaku yang tidak diinginkan, dengan stimulus
lain dalam situasi yang juga dapat memunculkan
perilaku yang dinginkan atau menghilangkan
perilaku yang tidak diinginkan.
• Efektif untuk:
– Perilaku akademik
– Self care
– Basic social skills
16. Pengkaitan
• Menggunakan satu response terhadap satu
stimulus sebagai alat untuk merespon stumulus
berikutnya, dalam rangka membangun
rangkaian perilaku yang diinginkan. Mis. Mandi
di pagi hari, membantu ibu di sore hari dsb.
• Efektif untuk:
– Perkembangan kemampuan bicara
– Social play (peran sosial)
– Self care
– belajar
17. Latihan
• Melatih perilaku positif yang diinginkan. Pekerja
sosial menjelaskan dan memberi contoh, klien
mempraktekan dengan bimbingan pekerja
sosial.
• Efektif untuk:
– Perilaku asertive
– Keterampilan kerja dan interview
– Keterampilan interpersonal dan keterampilan sosial
– Menghadapi ujian
18. Satiasi
• Memberikan stimulus sebanyak-banyaknya
kepada klien untuk melakukan kebiasaan buruk
yang dia lakukan sampai merasa jenuh dan
tidak mau melakukannya lagi. Misal, memberi
rokok sebanyak-banyaknya kepada anak yang
suka merokok.
• Efektif untuk:
– Perilaku merokok
– makan
19. Praktek Negatif
• Meminta klien untuk mengulang-ulang
kebiasaan buruknya, agar klien menyadari
perilaku tersebut dan mampu
mengendalikan dirinya untuk tidak
melakukannya tanpa sadar.
• Efektif untuk:
– Ticks / turet
– Gigit kuku
– Teeth grinding
20. Hukuman Negatif
• Menghilangkan kesenangan yang biasa didapat
ketika muncul perilaku yang tidak dikehendaki.
• Efektif untuk:
– Berkelahi
– Mencuri
– Senang bersumpah palsu
– Melanggar aturan,
– Tantrum,
– Ngemot jari
– Menyakiti / merusak diri sendiri
21. Hukuman Positif
• Memberikan hukuman secara langsung ketika
perilaku yang tidak diinginkan muncul.
• Efektif untuk:
– Masalah perilaku verbal
– Merokok
– Homosexual behavior
– Perilaku menyakiti diri sendiri
– Ticks
– Tremor
22. Time Out
• Menempatkan klien dalam suatu tempat yg
hampir tidak memberikan reinforcement apa pun
atas perilaku negatif yang ditampilkannya.
• Efektif untuk:
– Sering berteriak
– Berkelahi,
– Senang bersumpah
– Perilaku membahayakan diri (naik-naik)
– Tantrum
– Melanggar aturan
– “Nyeleneh”
23. Penghilangan
• Penghentian pemberian reinforcement terhadap
perilaku yang muncul, agar kemungkinan
kemunculan perilaku tersebut berkurang.
• Efektif untuk:
– Muntah-muntah
– Menangis
– Tantrum
– Alkoholik
– Sulit makan
24. Penguatan Positif terhadap
Perilaku Alternatif
• Memberikan reinforcement langsung atas
perilaku positif yang dapat menghambat
kemunculan perilaku negatif yang tidak
diinginkan.
• Efektif untuk:
– Perilaku hiper aktif di kelas,
– berkelahi,
– menyakiti diri sendiri,
– berteriak
25. Desensitisasi Sistematis
1. Assessment (situasi apa mengakibatkan reaksi
maladaptif spt apa)
2. Konstruksi hirarki kecemasan (5 – 25 item)
3. Latihan relaksasi (kencang / lemas)
4. Latihan imaginer (mulai dari yg
menyenangkan, sampai yang paling
menegangkan)
5. Implementasi (klien membayangkan setiap
scene 5 – 7 detik, acungkan jari kalo merasa
cemas, dan ulang dari tahapan yang netral))
• Efektif untuk:
– Takut dikritik, Masalah sexual, Kecemasan
eksistensial, Rasa bersalah dan cemburu,
Ketakutan dan pobia, Kecemasan umum dan
Depresi
26. Contoh konstruksi hirarki
kecemasan
• Anda pingsan di sebuah pesta pernikahan
seorang kerabat. Anda tergeletak di
tengah kerumunan para tamu undangan,
anda sadar tapi tidak mampu bergerak.
Pakaian anda tersingkap sampai di
pinggang. Semua mata memandang
tubuh anda dan mereka bercekikikan
mentertawakan anda.
27. • Anda berpidato memberikan sambutan pada
sebuah acara pertemuan orang tua murid di
sekolah anak anda, tiba-tiba suara anda parau
dan badan anda gemetaran karena nerves.
• Anda berdiri dan mengajukan pertanyaan
kepada dewan sekolah, di dalam sebuah
pertemuan orang tua murid di sekolah anak
anda.
• Anda menjatuhkan tas belanjaan anda di
supermarket, seorang laki-laki dengan anaknya
menolong anda untuk memasukkan barang-
barang belanjaan anda kembali.
• Anda berkunjung ke rumah adik anda, dan
seorang anggota keluarga mengomentari
pakaian anda “bajunya bagus sekali”. Semua
orang yang ada di sana memandangi anda.
28. • Seorang tetangga berkomentar pada
anda: “anda tidak terlihat tegang seperti
biasanya”.
• Keluarga anda melihat anda menyiapkan
makanan di dapur.
29. Pengkondisian Ulang Secara
Aversive
• Memasangkan stimulus aversive dengan
respons negatif yang telah dipelajarinya
(yang ingin dihilangkan). Misal: sengatan
listrik, gambar menjijikan, bau busuk, dll)
• Efektif untuk:
– Alkoholisme
– Perilaku homoseksual
– Merokok
30. Sensitisasi secara Terselubung
• Penggunaan prinsip aversive counter
conditioning yang dilakukan secara
imaginer.
• Efektif untuk:
– Alkoholisme
– Perilaku homoseksual
– Merokok
31. Desensitisasi Kontak
• Mengkombinasikan modeling dengan
prosedur desensitisasi:
– Modeling
– Membantu klien untuk mengulang t.l yang
sedang dipelajari
– Secara bertahap, melakukan fading out akan
promt yang dilakukan peksos dan fading in t.l
secara mandiri (misal: mendekati objek yang
ditakuti)
• Efektif untuk:
– Pobia ular; Takut ketinggian; Takut
menyeberang jalan
32. Penghentian Pikiran
• Menurunkan obsessive thinking , halusinasi dan
delusi serta perilaku kompulsif.
• Pekerja sosial melatih klien dengan memintanya
memikirkan suatu pikiran yang dianggap
mengganggu. Klien diminta mengacungkan
jarinya ketika dia sudah mulai memikirkan hal
mengganggu.
• Pekerja sosial kemudian berteriak “STOP”
• Klien diminta untuk benar-benar stop
memikirkan hal buruk tersebut begitu
mendengar kata “STOP”
34. Penguatan Pembedaan
• Memilih perilaku yang dikehendaki dan
yang tidak dikehendaki
• Lakukan positive reinforcement untuk
perilaku yang dikehendaki.
• Lakukan extinction untuk perilaku yang
ingin diturunkan
• Jika penggunaan extinction tidak memberi
hasil yang diharapkan, penggunaan
hukuman atau time out bisa diberikan.
35. • Effektif untuk:
– Pengambilan keputusan vokasional
– Pemecahan masalah
– Perilaku edukasional dan akademik
– Perilaku kenakalan
– Self care
– Perilaku sexual yang maladaptif
– Halusinasi dan delusi
– Ketergantungan
– Terapi bicara
36. Latihan Pembedaan
• Menempatkan perilaku dalam
pengendalian stimulus agar perilaku
tersebut dapat menghasilkan konsekwensi
yang spesifik dan bisa diprediksi. Klien
dibantu untuk dapat mengidentifikasi
waktu dan tempat yang tepat untuk
memunculkan perilaku tertentu.
• Contoh: Minta uang pada ayah, saat ayah
istirahat, bukan pada saat ayah sibuk
bekerja.
37. • Efektif Untuk:
– Self care
– kenakalan
– Perilaku agresif
– Pendidikan orang tua
– Perilaku homoseksual
– overeating
38. Latihan Asertif
• Melatih respon asertif:
– Mulai dengan modeling
– Lakukan rehearsal
• Menyelesaikan serangkaian tugas bertahap
dalam kehidupan yang sebenarnya
• Berikan reinforcment positif ketika klien
menunjukkan perilaku asertif
• Beri klien feedback yang lebih lengkap, tantang
kapan perilaku non asertif bisa ditoleransi,
bagaimana menghadapi masalah yang
berkaitan dengan perilaku asertif
39. • Menyusun hirarki kecemasan
• Gunakan hirarki kecemasan untuk
membuat tugas pekerjaan rumah yang
harus dilakukan klien
• Minta klien untuk melaksanakan perilaku
asertif mulai dari tingkat yang paling tidak
mencemaskan sampai tingkat yang paling
mencemaskan
40. • Efektif untuk:
– Pemalu
– Melamar kerja
– Masalah perkawinan
– Pobia interpersonal
– Kecemasan umum
– Depresi
41. Pemberian Contoh
• Efektif untuk:
– Keterampilan pemecahan masalah
– Self care
– Peran pro-sosial
– Pelaksanaan peran jenis kelamin
– Keterampilan intelektual dan bahasa
– Respons asertif
– Pengasuhan anak
– Ketakutan akan ketinggian