SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
PenetapanPotensi Antibiotik
SecaraMikrobiologi
Mengapa antibiotik perlu ditentukan
kadar atau potensinya?
 Efek penggunaan antimikroba
yang meningkat, sehingga
meningkatkan pula efek resistensi
berbagai mikroba patogen
 Efektivitas daya hambat atau daya
bunuh antimikroba sangat
tergantung pada jumlah dan
kekuatan zat aktif nya
Pengertian kadar vs potensi
 Kadar  jumlah per satuan berat/volume
 Potensi  ukuran kekuatan /daya hambat
atau daya bunuh zat aktif terhadap
mikroorganisme tertentu
Mengapa harus dengan cara
mikrobiologi?
 Respons mikroba terhadap antibiotik
berbeda-beda
 Spesifik
 Sensitif
Spektrum beberapa antibiotika
Skema analisis
patogen dan metode
analisis yang
digunakan
•ELISA untuk analisis antigen
spesifik pada mikroba patogen
•Uji senyawa antibiotik untuk
penentuan KHM antibiotik
terhadap mikroba suspect
Estimasi dari potensi antibiotik melalui
perbandingan langsung antara sampel
(antibiotik uji) dengan antibiotik standar
yang telah disahkan penggunaannya,
terkalibrasi dengan baik, dan umum
digunakan sebagai rujukan.
Prinsipuji potensiantibiotikberdasarkan
FarmakopeIndonesiaedisi IV1995
Tujuanuji
Sebagai standar untuk mengatasi
keraguan tentang kemungkinan
hilangnya aktivitas (potensi)
antibiotik terhadap efek daya
hambatnya pada mikroba.
MetodeUmum
1. Lempeng (silinder /
kertas cakram)
2. Turbidimetri
(tabung)
MetodeLempengSilinder
Difusi antibiotik dari silinder yang dipasang
tegak lurus pada lapisan agar padat dalam
cawan petri atau lempeng yang berisi biakan
mikroba uji pada jumlah tertentu
Mikroba dihambat pertumbuhannya
 Hambatan pertumbuhan biakan mikroba
dalam larutan serba sama antibiotik, dalam
media cair yang dapat menumbuhkan
mikroba dengan cepat bila tidak terdapat
antibiotik
 Metode turbidimetri digunakan pada sampel
yang sulit larut dalam air, contoh: Gramisidin
MetodeTurbidimetri
Persiapan uji
 Mikroorganisme
 Bahan
 Alat
Cuci bersih sebelum dan sesudah digunakan
Sterilkan dengan pemanasan kering atau uap
air
Peralatan
 Selama inkubasi dalam penetapan
pada lempeng dan tabung
 Metode lempeng ± 0,5°C
 Metode turbidimetri ± 0,1°C
suhu dapat diperoleh dengan sirkulasi
udara dan air.
Pengendalian Termostatik
Wadah(1)
Metode Lempeng Silinder:
1. Cawan petri kaca atau plastik ukuran 20 x
100 mm
2. Silinder dari besi tahan karat atau porselen
diameter luar 8 mm, diameter dalam 6 mm,
tinggi 10 mm
3. Bersihkan dengan asam nitrat 2 N bila perlu
Metode Turbidimetri:
1. Tabung reaksi kaca/plastik ukuran dan
ketebalan seragam
2. Tabung Spektrofotometer harus steril
dan sesuai
3. Semua residu dihilangkan serta selalu
sterilisasi sebelum dan sesudah
Wadah(2)
MediadanLarutan Dapar
Media Larutan Dapar
Media 1 pH 6,6
Media 2 pH 6,6
Media 3 pH 7,0
Media 5 pH 7,9
Media 8 pH 5,9
Media 9 pH 7,2
Media 10 pH 7,2
Media 11 pH 8,3
Media 13 pH 5,6
Media 19 pH 6,1
Media 32 pH 6,6
Media 34 pH 7,0
Media 35 pH 7,0
Media 36 pH 7,3
Media 39 pH 7,9
Dapar nomor 1 pH 6,0
Dapar nomor 3 pH 8,0
Dapar nomor 4 pH 4,5
Dapar nomor 10 pH 10,5
Dapar nomor 16 pH 7,0
Cat: untuk pelarut lain
Air murni
Formaldehide encer
Injeksi larutan NaCl
Unit dan
Baku Pembanding
Potensi Antibiotik
Adalah antibiotik dimana potensinya yang
dinyatakan dalam “unit” atau “µg” aktivitas
antibiotik per mg zat kering telah ditetapkan
secara nasional (BPFI).
“µg” aktivitas dianggap terdiri dari bahan
kimia tunggal
unit merupakan baku pembanding apabila
terdapat lebih dari satu bahan aktif antibiotik
dalam suatu obat antibiotik.
Definisi
PenyiapanBaku
Larutan persediaan: larutkan sejumlah atau
seluruh isi vial baku pembanding antibiotik
seperti pada tabel 1
Simpan dalam lemari pendingin dan gunakan
dalam waktu yang ditentukan
Pada hari penetapan, buat pengenceran dari
larutan persediaan (5), umumnya dengan
perbandingan 1 : 1,25 untuk lempeng
silinder atau lebih kecil pada turbidimetri
Ampisilin : buat enceran larutan baku
pembanding dan larutan uji secara bersamaan
Zink Basitrasin : tiap enceran larutan baku
harus mengandung asam klorida sejumlah
sama dengan larutan uji.
Secara umum pengeringan dilakukan pada
oven hampa udara 5 mmHg, 60°C, selama 3
jam.
Ketentuan
PenyiapanContoh
Buat larutan serta enceran larutan uji
sesuai dengan antibiotik pembanding.
Penetapan hanya membutuhkan 1 tingkat
dosis uji yang sesuai dengan dosis tengah
baku pembanding
Dosis uji (U) = Dosis S3
Mikroba Uji dan Inokula
MikrobaUji
 Mikroba uji untuk masing-masing antibiotik
tertera pada Tabel 2, pelihara pada agar
miring dan inkubasikan sesuai dengan Tabel 3
 Mikroba uji harus merupakan galur murni dan
dipindahkan setiap minggu.
 Pada Klebsiella pneumoniae gunakan biakan
tidak berkapsul
PenyiapanInokula
1. Inokulasikan biakan segar ke 250 ml media agar dalam
tabung Roux, sebarkan secara merata, inkubasikan
pada suhu dan waktu tertentu.
2. Larutkan biakan permukaan ke dalam 50 ml larutan
NaCl 0,9 % steril.
3. Atur perbandingan hingga inokula mempunyai
transmitans 25 % terhadap blangko.
4. Untuk penetapan turbidimetri, optimalkan hubungan
antara dosis dan respon.
5. Pada penetapan lempeng silinder, atur larutan suspensi
hingga menghasilkan batas daerah hambatan yang
memuaskan; yaitu 14 mm-16 mm
Cara Pengujian:
1. Desain penetapan
2. Metode lempeng silinder
3. Metode Turbidimetri
4. Cara perhitungan
DesainPenetapan(1)
 Pada penetapan lempeng silinder,
perbandingan pokok dibatasi pada hubungan
pengukuran diameter hambatan antar
lempeng.
 Pada penetapan turbidimetri, perbandingan
pokok dibatasi pada hubungan antara
kekeruhan yang diamati pada tiap rak.
 Dianjurkan hanya menggunakan satu aras
dosis dengan suatu kurva baku dan
pengenceran larutan minimal 5 atau lebih
 Penetapan potensi antibiotik secara
mikrobiologi dipengaruhi oleh variabel intra
dan antar penetapan.
 Awali dengan penyiapan larutan baku dan uji
secara terpisah, dan ulangi pada hari yang
berbeda.
 Jika hasil yang diperoleh berbeda signifikan,
lakukan satu atau lebih penetapan tambahan
DesainPenetapan(2)
MetodeTurbidimetri
1 ml larutan uji dan larutan baku tiap dosis pada 3 tabung reaksi;
buat triplo dan letakkan acak
Buat 2 tabung kontrol
Tambahkan 9,0 ml inokula ke dalam tiap tabung
Letakkan tabung dalam tangas air atau inkubator pada suhu (36-
37,5)°C; selama 2 jam
Setelah inkubasi tambahkan 0,5 ml larutan formaldehide encer
Ukur transmitans atau serapan pada 530 nm
MetodeTurbidimetri (2)
Pada desain penetapan 5 aras dosis:
1. Buat 20 sediaan uji yang sama dengan S3 baku
2. Buat juga pengenceran S3 lain sebagai rujukan uji
pertumbuhan
3. Tambahkan 1 ml larutan uji ke dalam 3 tabung
dan 1 ml pengencer bebas antibiotik ke dalam 6
tabung
4. Tambahkan 9,0 ml inokula
5. Inkubasi
6. Tambahkan 0,5 ml larutan formaldehide encer
7. Hitung transmitan atau serapan pada 530 nm
MetodeLempengSilinder
Pada cawan petri dibuat lapisan dasar yang licin
Tambahkan 4,0 ml lapisan inokula
Jatuhkan 6 buah silinder pada permukaan agar dalam radius 2,8 cm;
pada ketinggian 12 mm
Isi silinder selang seling dengan dosis tengah baku (S3); buat triplo
Inkubasikan pada suhu 32-35°C selama 16-18 jam
Ukur diameter hambatan yang terbentuk pada agar
Desain pengujian
 Dipilih berdasarkan hasil akhir yang diinginkan,
presisi tinggi atau tidak. Desain yang digunakan :
 2+2 : yaitu satu baku pembanding dan satu sampel,
masing-masing dengan dua tingkat dosis yang
diperlakukan dalam satu lempeng (cawan) agar
 3+3 : yaitu satu baku pembanding dan satu sampel,
masing-masing dengan tiga tingkat dosis yang
diperlakukan dalam satu lempeng (cawan) agar
 5+1 : yaitu satu baku pembanding dengan 5 tingkat
dosis dan satu sampel dengan satu tingkat dosis
yang setara dengan dosis menengah (dosis acuan)
baku pembanding.
Desain Pengujian 3+3
 Larutan baku pembanding : sejumlah tertentu
baku pembanding dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai sedemikian sehingga diperoleh
larutan induk yg setara dgn 1000 IU/mL.
 Pengenceran dibuat sehingga diperoleh
larutan baku dosis rendah, dosis menengah
dan dosis tinggi dengan pebandingan yang
relatif sama, misalnya 1:2, 2:3 atau 3:4
 Larutan uji : ditimbang sejumlah
tertentu sampel, dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai sehingga diperoleh
larutan sampel induk yg setara dengan
1000 IU/mL.
 Pengenceran dilakukan dengan dosis
yang kira-kira sama dengan larutan
baku pembanding.
 Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam
selinder atau serapkan pada kertas cakram
sebanyak 100 μL di atas media agar yang
telah diinokulasikan mikroba uji.
 Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada
35-37 ºC selama 18-24 jam.
 Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang
terbentuk diukur garis tengahnya.
Dosis baku
Dosis sampel
Desain pengujian 5+1
 Larutan baku pembanding yang dibuat
sama dengan desain 3+3, hanya dibuat
pengenceran S1, S2, S3, S4 dan S5
dengan tingkat perbandingan 1,25.
 Dosis tengah ditetapkan dulu, misalnya
10 IU/mL, maka: S2=8,0 IU/mL,
S1=6,4 IU/mL, S4=12,5 IU/mL dan
S5=15,6 IU/mL
 Larutan uji/sampel dibuat larutan induk dan
pengenceran yang sama dengan larutan baku
pembanding.
 Larutan S3 (pembanding dosis tengah)
selanjutnya selalu ditempatkan pada setiap
media agar yg digunakan, dan ke dalam
selinder pencadang atau kertas cakram yg
digunakan dimasukkan 100 μL larutan
pembanding lainnya (S1, S2, S4, S5) dan
larutan uji (U) , masing-masing triplo.
 Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam
selinder atau serapkan pada kertas cakram
sebanyak 100 μL di atas media agar yang
telah diinokulasikan mikroba uji.
 Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada
35-37 ºC selama 18-24 jam.
 Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang
terbentuk diukur garis tengahnya.
Pola letak uji pada desain (5+1)
Dosis S3
Dosis lainnya
S3
S1
S3
S2
S3
S4
S3
S5
S3
U
Cara Perhitungan
Desain pengujian (3+3)
 Cara perhitungan dengan desain 3+3
terdapat pada Farmakope Indonesia
edisi III, tahun 1979
 Analisis meliputi : analisis variansi,
perhitungan potensi dan batas
keyakinan potensi hasil penetapan
Desain pengujian (5+1)
 Sebelum menghitung potensi ,
dilakukan terlebih dahulu koreksi garis
tengah rata-rata diameter daerah
hambat dosis larutan baku S1, S2, S4
dan S5
 Cara :
 Hitung diameter rata-rata S3 di semua
cawan (Y3T)
 Hitung diameter rata-rata S3 pada
masing-masing cawan larutan baku
S1,2,4 dan 5 (Y31, Y32, Y34 dan Y35)
 Hitung diameter S1,2,4 dan 5 (Y1, Y2, Y4
dan Y5)
Maka diameter koreksi masing-masing
larutan baku adalah :
 S1 (a) = Y1 + (Y3T – Y31)
 S2 (b) = Y2 + (Y3T – Y32)
 S3 (c) = Y3T
 S4 (d) = Y4 + (Y3T – Y34)
 S5 (e) = Y5 + (Y3T – Y35)
Untuk kurva baku, dihitung diameter
dosis terendah dan tertinggi yaitu :
(3e + 2d + c – a )
YT =
5
(3a + 2b + c – e )
YR =
5
YR = diameter hambat
dosis terendah
YT = diameter hambat
dosis tertinggi
 Selanjutnya dibuat kurva baku pada
kertas semilog :
 Sumbu X : log dosis
 Sumbu Y : diameter hambat
 Hubungkan titik-titik untuk S1 (YR)
sampai S5 (YT)
Sebelum Perhitungan potensi sediaan uji,
dilakukan koreksi diameter larutan sampel U:
YU koreksi = YS + (YU – Y3U)
Y3U = diameter rata-rata S3 pada pengujian
larutan U
YU = diameter rata-rata U pada cawan
larutan U
YS = Hasil interpolasi S3 pada kurva baku
CaraPerhitungan potensisampel
Perhitungan Potensi sampel
 Potensi sediaan uji ditentukan dengan
menginterpolasi YU pada sumbu Y ke garis
kurva baku dan tarik garis ke sumbu X
(diperoleh XU)
 Dosis U = XU/S3 x dosis S3
 Potensi U = dosis U x faktor pengenceran
CaraPerhitungan(1)
 Potensi antibiotik dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus
transformasi log dengan penyesuaian
kuadrat terkecil dan uji linearitas.
 Apabila dilakukan lebih dari satu penetapan
potensi dari bahan uji yang sama; maka
dapat dirata-ratakan.
Diameterdaerahhambat
Pencadang

More Related Content

Similar to OPTIMASI POTENSI ANTIBIOTIK

Mikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi HasperMikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi HasperEly John Karimela
 
FARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptx
FARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptxFARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptx
FARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptxHani902411
 
Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...
Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...
Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...Ginanjar Puspanegara
 
BIOUnnes_Microplate reader
BIOUnnes_Microplate readerBIOUnnes_Microplate reader
BIOUnnes_Microplate readerNur Aini
 
Makalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptikMakalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptikShinta Prama
 
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfPedroDaSilvaTL
 
KELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptx
KELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptxKELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptx
KELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptxMuthmainnahDamsi
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Nesha Mutiara
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7progsus6
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranReza Fahlevi
 
P1 Persen Kadar dan tetes infus.pptx
P1 Persen Kadar dan tetes infus.pptxP1 Persen Kadar dan tetes infus.pptx
P1 Persen Kadar dan tetes infus.pptxAhmadSofyanAtsauri
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfDdokebi18
 
zanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptxzanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptxekasaputri27
 

Similar to OPTIMASI POTENSI ANTIBIOTIK (20)

Seminar pkl
Seminar pkl Seminar pkl
Seminar pkl
 
Mikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi HasperMikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi Hasper
 
FARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptx
FARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptxFARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptx
FARMASI INDUSTRI KLP 5_INFUS.pptx
 
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILINPRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
 
Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...
Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...
Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...
 
BIOUnnes_Microplate reader
BIOUnnes_Microplate readerBIOUnnes_Microplate reader
BIOUnnes_Microplate reader
 
Makalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptikMakalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptik
 
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
 
KELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptx
KELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptxKELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptx
KELOMPOK 6 - RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).pptx
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceran
 
P1 Persen Kadar dan tetes infus.pptx
P1 Persen Kadar dan tetes infus.pptxP1 Persen Kadar dan tetes infus.pptx
P1 Persen Kadar dan tetes infus.pptx
 
P1(Perhitungan 1).pptx
P1(Perhitungan 1).pptxP1(Perhitungan 1).pptx
P1(Perhitungan 1).pptx
 
P1.pptx
P1.pptxP1.pptx
P1.pptx
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
 
Pengenceran & metode sebar
Pengenceran & metode sebarPengenceran & metode sebar
Pengenceran & metode sebar
 
zanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptxzanjabila sediaan-steril.pptx
zanjabila sediaan-steril.pptx
 
Analisa bod
Analisa bodAnalisa bod
Analisa bod
 
Ti16
Ti16Ti16
Ti16
 

Recently uploaded

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 

Recently uploaded (7)

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 

OPTIMASI POTENSI ANTIBIOTIK

  • 2. Mengapa antibiotik perlu ditentukan kadar atau potensinya?  Efek penggunaan antimikroba yang meningkat, sehingga meningkatkan pula efek resistensi berbagai mikroba patogen  Efektivitas daya hambat atau daya bunuh antimikroba sangat tergantung pada jumlah dan kekuatan zat aktif nya
  • 3. Pengertian kadar vs potensi  Kadar  jumlah per satuan berat/volume  Potensi  ukuran kekuatan /daya hambat atau daya bunuh zat aktif terhadap mikroorganisme tertentu
  • 4. Mengapa harus dengan cara mikrobiologi?  Respons mikroba terhadap antibiotik berbeda-beda  Spesifik  Sensitif
  • 6. Skema analisis patogen dan metode analisis yang digunakan •ELISA untuk analisis antigen spesifik pada mikroba patogen •Uji senyawa antibiotik untuk penentuan KHM antibiotik terhadap mikroba suspect
  • 7. Estimasi dari potensi antibiotik melalui perbandingan langsung antara sampel (antibiotik uji) dengan antibiotik standar yang telah disahkan penggunaannya, terkalibrasi dengan baik, dan umum digunakan sebagai rujukan. Prinsipuji potensiantibiotikberdasarkan FarmakopeIndonesiaedisi IV1995
  • 8. Tujuanuji Sebagai standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas (potensi) antibiotik terhadap efek daya hambatnya pada mikroba.
  • 9. MetodeUmum 1. Lempeng (silinder / kertas cakram) 2. Turbidimetri (tabung)
  • 10. MetodeLempengSilinder Difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada jumlah tertentu Mikroba dihambat pertumbuhannya
  • 11.  Hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik  Metode turbidimetri digunakan pada sampel yang sulit larut dalam air, contoh: Gramisidin MetodeTurbidimetri
  • 13. Cuci bersih sebelum dan sesudah digunakan Sterilkan dengan pemanasan kering atau uap air Peralatan
  • 14.  Selama inkubasi dalam penetapan pada lempeng dan tabung  Metode lempeng ± 0,5°C  Metode turbidimetri ± 0,1°C suhu dapat diperoleh dengan sirkulasi udara dan air. Pengendalian Termostatik
  • 15. Wadah(1) Metode Lempeng Silinder: 1. Cawan petri kaca atau plastik ukuran 20 x 100 mm 2. Silinder dari besi tahan karat atau porselen diameter luar 8 mm, diameter dalam 6 mm, tinggi 10 mm 3. Bersihkan dengan asam nitrat 2 N bila perlu
  • 16. Metode Turbidimetri: 1. Tabung reaksi kaca/plastik ukuran dan ketebalan seragam 2. Tabung Spektrofotometer harus steril dan sesuai 3. Semua residu dihilangkan serta selalu sterilisasi sebelum dan sesudah Wadah(2)
  • 17. MediadanLarutan Dapar Media Larutan Dapar Media 1 pH 6,6 Media 2 pH 6,6 Media 3 pH 7,0 Media 5 pH 7,9 Media 8 pH 5,9 Media 9 pH 7,2 Media 10 pH 7,2 Media 11 pH 8,3 Media 13 pH 5,6 Media 19 pH 6,1 Media 32 pH 6,6 Media 34 pH 7,0 Media 35 pH 7,0 Media 36 pH 7,3 Media 39 pH 7,9 Dapar nomor 1 pH 6,0 Dapar nomor 3 pH 8,0 Dapar nomor 4 pH 4,5 Dapar nomor 10 pH 10,5 Dapar nomor 16 pH 7,0 Cat: untuk pelarut lain Air murni Formaldehide encer Injeksi larutan NaCl
  • 19. Adalah antibiotik dimana potensinya yang dinyatakan dalam “unit” atau “µg” aktivitas antibiotik per mg zat kering telah ditetapkan secara nasional (BPFI). “µg” aktivitas dianggap terdiri dari bahan kimia tunggal unit merupakan baku pembanding apabila terdapat lebih dari satu bahan aktif antibiotik dalam suatu obat antibiotik. Definisi
  • 20. PenyiapanBaku Larutan persediaan: larutkan sejumlah atau seluruh isi vial baku pembanding antibiotik seperti pada tabel 1 Simpan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu yang ditentukan Pada hari penetapan, buat pengenceran dari larutan persediaan (5), umumnya dengan perbandingan 1 : 1,25 untuk lempeng silinder atau lebih kecil pada turbidimetri
  • 21.
  • 22. Ampisilin : buat enceran larutan baku pembanding dan larutan uji secara bersamaan Zink Basitrasin : tiap enceran larutan baku harus mengandung asam klorida sejumlah sama dengan larutan uji. Secara umum pengeringan dilakukan pada oven hampa udara 5 mmHg, 60°C, selama 3 jam. Ketentuan
  • 23. PenyiapanContoh Buat larutan serta enceran larutan uji sesuai dengan antibiotik pembanding. Penetapan hanya membutuhkan 1 tingkat dosis uji yang sesuai dengan dosis tengah baku pembanding Dosis uji (U) = Dosis S3
  • 24. Mikroba Uji dan Inokula
  • 25. MikrobaUji  Mikroba uji untuk masing-masing antibiotik tertera pada Tabel 2, pelihara pada agar miring dan inkubasikan sesuai dengan Tabel 3  Mikroba uji harus merupakan galur murni dan dipindahkan setiap minggu.  Pada Klebsiella pneumoniae gunakan biakan tidak berkapsul
  • 26.
  • 27.
  • 28. PenyiapanInokula 1. Inokulasikan biakan segar ke 250 ml media agar dalam tabung Roux, sebarkan secara merata, inkubasikan pada suhu dan waktu tertentu. 2. Larutkan biakan permukaan ke dalam 50 ml larutan NaCl 0,9 % steril. 3. Atur perbandingan hingga inokula mempunyai transmitans 25 % terhadap blangko. 4. Untuk penetapan turbidimetri, optimalkan hubungan antara dosis dan respon. 5. Pada penetapan lempeng silinder, atur larutan suspensi hingga menghasilkan batas daerah hambatan yang memuaskan; yaitu 14 mm-16 mm
  • 29.
  • 30. Cara Pengujian: 1. Desain penetapan 2. Metode lempeng silinder 3. Metode Turbidimetri 4. Cara perhitungan
  • 31. DesainPenetapan(1)  Pada penetapan lempeng silinder, perbandingan pokok dibatasi pada hubungan pengukuran diameter hambatan antar lempeng.  Pada penetapan turbidimetri, perbandingan pokok dibatasi pada hubungan antara kekeruhan yang diamati pada tiap rak.  Dianjurkan hanya menggunakan satu aras dosis dengan suatu kurva baku dan pengenceran larutan minimal 5 atau lebih
  • 32.  Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi dipengaruhi oleh variabel intra dan antar penetapan.  Awali dengan penyiapan larutan baku dan uji secara terpisah, dan ulangi pada hari yang berbeda.  Jika hasil yang diperoleh berbeda signifikan, lakukan satu atau lebih penetapan tambahan DesainPenetapan(2)
  • 33. MetodeTurbidimetri 1 ml larutan uji dan larutan baku tiap dosis pada 3 tabung reaksi; buat triplo dan letakkan acak Buat 2 tabung kontrol Tambahkan 9,0 ml inokula ke dalam tiap tabung Letakkan tabung dalam tangas air atau inkubator pada suhu (36- 37,5)°C; selama 2 jam Setelah inkubasi tambahkan 0,5 ml larutan formaldehide encer Ukur transmitans atau serapan pada 530 nm
  • 34. MetodeTurbidimetri (2) Pada desain penetapan 5 aras dosis: 1. Buat 20 sediaan uji yang sama dengan S3 baku 2. Buat juga pengenceran S3 lain sebagai rujukan uji pertumbuhan 3. Tambahkan 1 ml larutan uji ke dalam 3 tabung dan 1 ml pengencer bebas antibiotik ke dalam 6 tabung 4. Tambahkan 9,0 ml inokula 5. Inkubasi 6. Tambahkan 0,5 ml larutan formaldehide encer 7. Hitung transmitan atau serapan pada 530 nm
  • 35. MetodeLempengSilinder Pada cawan petri dibuat lapisan dasar yang licin Tambahkan 4,0 ml lapisan inokula Jatuhkan 6 buah silinder pada permukaan agar dalam radius 2,8 cm; pada ketinggian 12 mm Isi silinder selang seling dengan dosis tengah baku (S3); buat triplo Inkubasikan pada suhu 32-35°C selama 16-18 jam Ukur diameter hambatan yang terbentuk pada agar
  • 36.
  • 37. Desain pengujian  Dipilih berdasarkan hasil akhir yang diinginkan, presisi tinggi atau tidak. Desain yang digunakan :  2+2 : yaitu satu baku pembanding dan satu sampel, masing-masing dengan dua tingkat dosis yang diperlakukan dalam satu lempeng (cawan) agar  3+3 : yaitu satu baku pembanding dan satu sampel, masing-masing dengan tiga tingkat dosis yang diperlakukan dalam satu lempeng (cawan) agar  5+1 : yaitu satu baku pembanding dengan 5 tingkat dosis dan satu sampel dengan satu tingkat dosis yang setara dengan dosis menengah (dosis acuan) baku pembanding.
  • 38. Desain Pengujian 3+3  Larutan baku pembanding : sejumlah tertentu baku pembanding dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sedemikian sehingga diperoleh larutan induk yg setara dgn 1000 IU/mL.  Pengenceran dibuat sehingga diperoleh larutan baku dosis rendah, dosis menengah dan dosis tinggi dengan pebandingan yang relatif sama, misalnya 1:2, 2:3 atau 3:4
  • 39.  Larutan uji : ditimbang sejumlah tertentu sampel, dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sehingga diperoleh larutan sampel induk yg setara dengan 1000 IU/mL.  Pengenceran dilakukan dengan dosis yang kira-kira sama dengan larutan baku pembanding.
  • 40.  Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam selinder atau serapkan pada kertas cakram sebanyak 100 μL di atas media agar yang telah diinokulasikan mikroba uji.  Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada 35-37 ºC selama 18-24 jam.  Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang terbentuk diukur garis tengahnya.
  • 42. Desain pengujian 5+1  Larutan baku pembanding yang dibuat sama dengan desain 3+3, hanya dibuat pengenceran S1, S2, S3, S4 dan S5 dengan tingkat perbandingan 1,25.  Dosis tengah ditetapkan dulu, misalnya 10 IU/mL, maka: S2=8,0 IU/mL, S1=6,4 IU/mL, S4=12,5 IU/mL dan S5=15,6 IU/mL
  • 43.  Larutan uji/sampel dibuat larutan induk dan pengenceran yang sama dengan larutan baku pembanding.  Larutan S3 (pembanding dosis tengah) selanjutnya selalu ditempatkan pada setiap media agar yg digunakan, dan ke dalam selinder pencadang atau kertas cakram yg digunakan dimasukkan 100 μL larutan pembanding lainnya (S1, S2, S4, S5) dan larutan uji (U) , masing-masing triplo.
  • 44.  Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam selinder atau serapkan pada kertas cakram sebanyak 100 μL di atas media agar yang telah diinokulasikan mikroba uji.  Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada 35-37 ºC selama 18-24 jam.  Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang terbentuk diukur garis tengahnya.
  • 45. Pola letak uji pada desain (5+1) Dosis S3 Dosis lainnya S3 S1 S3 S2 S3 S4 S3 S5 S3 U
  • 47. Desain pengujian (3+3)  Cara perhitungan dengan desain 3+3 terdapat pada Farmakope Indonesia edisi III, tahun 1979  Analisis meliputi : analisis variansi, perhitungan potensi dan batas keyakinan potensi hasil penetapan
  • 48. Desain pengujian (5+1)  Sebelum menghitung potensi , dilakukan terlebih dahulu koreksi garis tengah rata-rata diameter daerah hambat dosis larutan baku S1, S2, S4 dan S5  Cara :
  • 49.  Hitung diameter rata-rata S3 di semua cawan (Y3T)  Hitung diameter rata-rata S3 pada masing-masing cawan larutan baku S1,2,4 dan 5 (Y31, Y32, Y34 dan Y35)  Hitung diameter S1,2,4 dan 5 (Y1, Y2, Y4 dan Y5)
  • 50. Maka diameter koreksi masing-masing larutan baku adalah :  S1 (a) = Y1 + (Y3T – Y31)  S2 (b) = Y2 + (Y3T – Y32)  S3 (c) = Y3T  S4 (d) = Y4 + (Y3T – Y34)  S5 (e) = Y5 + (Y3T – Y35)
  • 51. Untuk kurva baku, dihitung diameter dosis terendah dan tertinggi yaitu : (3e + 2d + c – a ) YT = 5 (3a + 2b + c – e ) YR = 5 YR = diameter hambat dosis terendah YT = diameter hambat dosis tertinggi
  • 52.  Selanjutnya dibuat kurva baku pada kertas semilog :  Sumbu X : log dosis  Sumbu Y : diameter hambat  Hubungkan titik-titik untuk S1 (YR) sampai S5 (YT)
  • 53. Sebelum Perhitungan potensi sediaan uji, dilakukan koreksi diameter larutan sampel U: YU koreksi = YS + (YU – Y3U) Y3U = diameter rata-rata S3 pada pengujian larutan U YU = diameter rata-rata U pada cawan larutan U YS = Hasil interpolasi S3 pada kurva baku CaraPerhitungan potensisampel
  • 54. Perhitungan Potensi sampel  Potensi sediaan uji ditentukan dengan menginterpolasi YU pada sumbu Y ke garis kurva baku dan tarik garis ke sumbu X (diperoleh XU)  Dosis U = XU/S3 x dosis S3  Potensi U = dosis U x faktor pengenceran
  • 55. CaraPerhitungan(1)  Potensi antibiotik dihitung dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linearitas.  Apabila dilakukan lebih dari satu penetapan potensi dari bahan uji yang sama; maka dapat dirata-ratakan.