Klien laki-laki berusia 34 tahun dirawat dengan masalah isolasi sosial. Ia menunjukkan gejala menghindari orang lain, komunikasi kurang, dan tidak melakukan aktivitas. Penyebabnya mungkin rendahnya harga diri.
Langkah-langkah melakukan anamnese data subyektif pada remaja meliputi mengumpulkan informasi tentang identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan, pola hidup, pengetahuan reproduksi, dan kondisi psikologis.
- Klien laki-laki berusia 38 tahun dengan diagnosa skizofrenia paranoid dirawat di RSJ karena isolasi sosial dan gangguan komunikasi. Ia mengalami berbagai masalah keperawatan seperti isolasi sosial, harga diri rendah, dan gangguan proses pikir. Pengobatan yang diterima adalah alprazolam dan risperidon.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat yang mendukung terbentuknya empati, termasuk pemahaman dan penerimaan terhadap orang lain, serta pentingnya mengembangkan sikap penerimaan dan pengertian dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik.
Klien laki-laki berusia 34 tahun dirawat dengan masalah isolasi sosial. Ia menunjukkan gejala menghindari orang lain, komunikasi kurang, dan tidak melakukan aktivitas. Penyebabnya mungkin rendahnya harga diri.
Langkah-langkah melakukan anamnese data subyektif pada remaja meliputi mengumpulkan informasi tentang identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan, pola hidup, pengetahuan reproduksi, dan kondisi psikologis.
- Klien laki-laki berusia 38 tahun dengan diagnosa skizofrenia paranoid dirawat di RSJ karena isolasi sosial dan gangguan komunikasi. Ia mengalami berbagai masalah keperawatan seperti isolasi sosial, harga diri rendah, dan gangguan proses pikir. Pengobatan yang diterima adalah alprazolam dan risperidon.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat yang mendukung terbentuknya empati, termasuk pemahaman dan penerimaan terhadap orang lain, serta pentingnya mengembangkan sikap penerimaan dan pengertian dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik.
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien terminal yang mencakup empat hal utama: (1) tahap-tahap berduka pasien menjelang ajal, (2) diagnosa keperawatan yang meliputi ansietas, berduka, perubahan proses keluarga, dan risiko distres spiritual, (3) kriteria hasil untuk masing-masing diagnosa, dan (4) intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi proses ke
Wawancara psikiatri bertujuan untuk mengumpulkan informasi diagnosa pasien, perjalanan penyakit, dan merencanakan terapi. Wawancara merupakan bagian penting dalam membangun hubungan antara dokter dan pasien. Tahapannya meliputi pendahuluan, inti wawancara, dan penutup dengan menggunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan, memberikan respon, dan menyimpulkan. Observasi gejala nonverbal dan sikap pasien juga pent
Dokumen tersebut membahas tentang Terapi Fokus Keluarga (TFK) untuk menangani Gangguan Afektif Bipolar (GAB) pada pasien. TFK merupakan pendekatan terapi intervensi psikososial yang melibatkan pasien, keluarga, dan klinisi untuk menangani faktor-faktor biopsikososial penyebab GAB. TFK terdiri dari beberapa tahapan seperti psikoedukasi, pelatihan komunikasi, dan penyelesaian masalah
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Konseling diperlukan untuk mengurangi beban psikis pasien kusta dan keluarganya akibat stigma serta mendorong pengobatan awal. Lay konselor dapat memberikan informasi akurat tentang penyakit, mendukung pasien, dan merujuk mereka yang membutuhkan bantuan profesional.
Dokumen tersebut merupakan laporan assessment psikiatri yang meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat medis, pemeriksaan fisik dan psikiatri, serta diagnosis dan rencana penatalaksanaan.
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi berupa halusinasi dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta meningkatkan interaksi sosial dengan dukungan keluarga untuk mencegah gejala dan komplikasi.
Dokumen tersebut memberikan pedoman umum tentang prinsip-prinsip penyuluhan dan konseling untuk kasus kusta. Prinsip-prinsip tersebut mencakup menentukan tujuan dan sasaran penyuluhan, memberikan pesan sesuai sasaran, serta sikap dan keterampilan yang dibutuhkan konselor.
Pemulihan - Recovery dalam perspektif konsumen kesehatan jiwa di KPSIBagus Utomo
Â
Pemulihan dalam perspektif konsumen kesehatan jiwa di KPSI adalah kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari secara normal meskipun masih mengalami gejala, mengontrol gejala agar tidak mengganggu aktivitas, serta mampu mengurus diri sendiri dan berpartisipasi dalam masyarakat.
Support group membantu keluarga pasien skizofrenia dengan memberikan dukungan sosial dan informasi, mencegah isolasi, serta memberikan harapan. Namun, support group tidak dapat menggantikan konseling profesional dan hanya berperan sebagai pendamping untuk keluarga. Di Indonesia, support group masih terbatas dan terfokus di kota besar, sementara stigma masih menjadi hambatan.
Dokumen tersebut membahas tentang harga diri rendah, meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya, akibat, faktor risiko, mekanisme koping, dan asuhan keperawatan. Secara khusus membahas tentang bagaimana harga diri rendah dapat terjadi pada pasien rawat inap akibat berbagai faktor seperti privasi dan perlakuan petugas kesehatan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosa utama halusinasi pendengaran. Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pasien mengalami halusinasi pendengaran, isolasi sosial, dan resiko perilaku kekerasan.
2. Rencana tindakan keperawatan untuk masalah-masalah tersebut meliputi membantu pasien mengontrol halusinasi, melatih interaksi sosial, dan mengendalikan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep hospitalisasi dan dampaknya terhadap anak dan orang tua serta prinsip keperawatan dalam mengatasinya. Reaksi yang muncul pada anak dan orang tua selama hospitalisasi dijelaskan beserta intervensi keperawatan untuk meminimalkan dampak negatif dari hospitalisasi.
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien terminal yang mencakup empat hal utama: (1) tahap-tahap berduka pasien menjelang ajal, (2) diagnosa keperawatan yang meliputi ansietas, berduka, perubahan proses keluarga, dan risiko distres spiritual, (3) kriteria hasil untuk masing-masing diagnosa, dan (4) intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi proses ke
Wawancara psikiatri bertujuan untuk mengumpulkan informasi diagnosa pasien, perjalanan penyakit, dan merencanakan terapi. Wawancara merupakan bagian penting dalam membangun hubungan antara dokter dan pasien. Tahapannya meliputi pendahuluan, inti wawancara, dan penutup dengan menggunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan, memberikan respon, dan menyimpulkan. Observasi gejala nonverbal dan sikap pasien juga pent
Dokumen tersebut membahas tentang Terapi Fokus Keluarga (TFK) untuk menangani Gangguan Afektif Bipolar (GAB) pada pasien. TFK merupakan pendekatan terapi intervensi psikososial yang melibatkan pasien, keluarga, dan klinisi untuk menangani faktor-faktor biopsikososial penyebab GAB. TFK terdiri dari beberapa tahapan seperti psikoedukasi, pelatihan komunikasi, dan penyelesaian masalah
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Konseling diperlukan untuk mengurangi beban psikis pasien kusta dan keluarganya akibat stigma serta mendorong pengobatan awal. Lay konselor dapat memberikan informasi akurat tentang penyakit, mendukung pasien, dan merujuk mereka yang membutuhkan bantuan profesional.
Dokumen tersebut merupakan laporan assessment psikiatri yang meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat medis, pemeriksaan fisik dan psikiatri, serta diagnosis dan rencana penatalaksanaan.
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi berupa halusinasi dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta meningkatkan interaksi sosial dengan dukungan keluarga untuk mencegah gejala dan komplikasi.
Dokumen tersebut memberikan pedoman umum tentang prinsip-prinsip penyuluhan dan konseling untuk kasus kusta. Prinsip-prinsip tersebut mencakup menentukan tujuan dan sasaran penyuluhan, memberikan pesan sesuai sasaran, serta sikap dan keterampilan yang dibutuhkan konselor.
Pemulihan - Recovery dalam perspektif konsumen kesehatan jiwa di KPSIBagus Utomo
Â
Pemulihan dalam perspektif konsumen kesehatan jiwa di KPSI adalah kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari secara normal meskipun masih mengalami gejala, mengontrol gejala agar tidak mengganggu aktivitas, serta mampu mengurus diri sendiri dan berpartisipasi dalam masyarakat.
Support group membantu keluarga pasien skizofrenia dengan memberikan dukungan sosial dan informasi, mencegah isolasi, serta memberikan harapan. Namun, support group tidak dapat menggantikan konseling profesional dan hanya berperan sebagai pendamping untuk keluarga. Di Indonesia, support group masih terbatas dan terfokus di kota besar, sementara stigma masih menjadi hambatan.
Dokumen tersebut membahas tentang harga diri rendah, meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya, akibat, faktor risiko, mekanisme koping, dan asuhan keperawatan. Secara khusus membahas tentang bagaimana harga diri rendah dapat terjadi pada pasien rawat inap akibat berbagai faktor seperti privasi dan perlakuan petugas kesehatan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosa utama halusinasi pendengaran. Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pasien mengalami halusinasi pendengaran, isolasi sosial, dan resiko perilaku kekerasan.
2. Rencana tindakan keperawatan untuk masalah-masalah tersebut meliputi membantu pasien mengontrol halusinasi, melatih interaksi sosial, dan mengendalikan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep hospitalisasi dan dampaknya terhadap anak dan orang tua serta prinsip keperawatan dalam mengatasinya. Reaksi yang muncul pada anak dan orang tua selama hospitalisasi dijelaskan beserta intervensi keperawatan untuk meminimalkan dampak negatif dari hospitalisasi.
Isolasi sosial merupakan masalah utama yang dialami klien. Laporan ini menjelaskan definisi, faktor risiko, gejala, dan diagnosis isolasi sosial serta rencana tindakan keperawatan untuk meningkatkan keterlibatan sosial dan harga diri klien."
Kasus pertama mengenai perempuan 30 tahun yang mengalami gangguan emosi dan perilaku. Kasus kedua mengenai perempuan 50 tahun yang kehilangan suami dan mengalami duka. Kasus ketiga mengenai laki-laki 36 tahun yang tidak melakukan kontrol pasca perawatan.
Laporan pendahuluan ini membahas tentang isolasi sosial, yang didefinisikan sebagai gangguan hubungan interpersonal yang disebabkan oleh kepribadian tidak fleksibel dan berakibat pada perilaku maladaptif serta mengganggu fungsi sosial seseorang. Laporan ini menjelaskan tanda dan gejala, penyebab, rentang respon, akibat, psikopatologi, dan diagnosa keperawatan utama dari isolasi sosial, serta intervensi keperawatan yang meliputi
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas peran petugas kesehatan dalam skrining dan identifikasi korban kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui layanan kesehatan primer dengan memberikan panduan teknis untuk melakukan skrining, identifikasi, dan tindak lanjut kasus."
dampak-hospitalisasi pd anak dan ortu.pptafridarmiyeni
Â
Dokumen tersebut membahas reaksi anak dan orang tua terhadap hospitalisasi anak, meliputi berbagai perasaan seperti cemas, takut, sedih, dan frustrasi. Dokumen juga menjelaskan intervensi keperawatan untuk mengurangi dampak stresor hospitalisasi, seperti melibatkan orang tua dalam perawatan dan mempersiapkan psikologis anak.
ANALISIS, DIAGNOSIS DAN PRIORITAS ASKEP KELUARGA 2023 (1).pptxWindaFransisca
Â
Pertanyaan soal:
Apakah diagnosa keperawatan pada kasus tersebut?
Pilihan jawaban:
A. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
B. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
C. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
D. Ketidakmampuan koping keluarga
E. Penurunan koping keluarga
Hematothorax adalah perdarahan di rongga pleura yang disebabkan cedera jaringan lunak akibat trauma atau penyakit. Gejala klinis meliputi nyeri dada, sesak napas, dan gangguan fungsi paru. Diagnosa didukung hasil pemeriksaan fisik, sinar X dada, dan torasentesis. Pengobatan meliputi resusitasi cairan, pemasangan chest tube, dan thoracotomy.
Sariawan atau stomatitis aftosa rekuren adalah peradangan pada mukosa mulut yang ditandai dengan kehadiran ulkus putih kekuningan. Penyebabnya dapat berasal dari faktor internal seperti kebersihan mulut yang kurang atau faktor eksternal seperti rokok. Gejala klinisnya berupa nyeri atau gatal-gatal di mulut diikuti dengan timbulnya luka. Penatalaksanaannya meliputi menjaga kebersihan mulut,
Kolitis adalah peradangan usus besar yang menyebabkan gejala nyeri, peradangan, diare dan perdarahan anus. Penyebabnya beragam seperti autoimun, genetik, perokok pasif, diet, dan infeksi. Manifestasinya meliputi konstipasi, distensi abdomen, dan muntah fekal. Penatalaksanaannya meliputi kolonoskopi, sektomi, serta asuhan keperawatan seperti kompres hangat dan relaksasi untuk mengurangi nyeri.
Enteritis adalah kondisi peradangan pada usus halus yang ditandai dengan diare akut. Lebih dari 90% enteritis disebabkan infeksi bakteri, virus, atau parasit. Manifestasinya berupa mual, muntah, nyeri perut, dan feses lembek/cair. Penatalaksanaannya meliputi pemberian cairan dan edukasi pasien tentang tanda dehidrasi serta kebersihan untuk mencegah terulangnya enteritis.
Dokumen tersebut membahas tentang trauma thoraks yang dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru dan jantung, organ vital dalam dada. Dokumen ini juga membahas tanda dan gejala trauma thoraks seperti nyeri dada, kesulitan bernapas, serta penilaian dan intervensi keperawatan seperti meningkatkan pernapasan dan mengelola nyeri.
Dokumen ini membahas tentang kanker paru, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan untuk pasien dengan kanker paru. Kanker paru disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok dan polusi udara, dan menyebabkan gejala seperti batuk darah, kelelahan, dan kesulitan bernafas. Diagnosa dan pengobatan kanker
Dokumen tersebut merangkum program pengobatan gangguan jiwa dengan halusinasi yang dilakukan terhadap pasien dan keluarga pasien. Program tersebut meliputi pelatihan pasien untuk mengenali dan mengontrol halusinasinya, mengikuti program pengobatan, serta pelatihan keluarga untuk merawat dan mendukung pasien di rumah. Program tersebut dievaluasi secara berkala untuk menilai kemajuan pasien dan keluarga.
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah. Terdapat rencana untuk membantu pasien meningkatkan harga dirinya dengan mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, melatih kegiatan baru, dan evaluasi berkala. Keluarga juga dibantu untuk dapat merawat dan mendukung pasien di rumah.
More from Medica Health Science Institute, Universitas Respati Indonesia (20)
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Â
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Â
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Â
ASKEP JIWA isolasi sosial
1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Isolasi Sosial
Jl. Raya Industri Pasirgombong, Jababeka Cikarang – Bekasi
Telp. (021) 89111110, Fax. (021)8905196
E-mail : stikesmedika_cikarang@yahoo.com
2. Anggota Kelompok:
1. Diah Barokah
2. Fahrur Rohman
3. Huswatun Hasanah
4. Maulina Agustia
5. Ona Maike G
3. Tujuan
Pasien mampu :
• Menyadari penyebab isolasi sosial
• Berinteraksi dengan orang lain
Keluarga mampu:
• Merawat pasien isolasi dirumah
4. Kriteria evaluasi 1
Setelah pertemuan pasien mampu:
 Membina hubungan saling percaya
 Menyadari penyebab isolasi sosial,
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
orang lain
 Melakukan interaksi dengan orang lain secara
bertahap
5. Intervensi
SP. 1
Identifikasi penyebab
 Siapa yang satu rumah dengan pasien?
 Siapa yang dekat dengan pasien? Apa sebab
nya?
 Siapa yang tidak dekat dengan pasien apa
sebab nya?
6. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
 Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang lain
 Tanyakan apa yang menyebabkan pasien yang
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
 Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
 Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang
lain
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
7. Latih berkenalan
 Jelaskan kepada klien cara beriteraksi dengan
orang lain
 Berikan contoh cara berinteraksi dengan
orang lain
 Berikan kesempatan pasien mempraktekan
cara berinteraksi dengan orang lain yang di
lakukan di hadapan perawat
8. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu
orang teman atau anggota keluarga
 Bila pasien sudah menunjukan kemajuan
tingkatkan jumlah interaksi dengan 2,3,4 orang
dst
 Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh pasien
 Siap mendengarkan ekspresi persaan pasien
setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya, beri dorongan terus menerus
 Masukan jadwal kegiatan pasien
9. Kriteria evaluasi 2
Setelah pertemuan keluarga mampu
menjelaskan tentang:
 Masalah isolasi sosial dan dampak nya pada
pasien
 Penyebab isolasi sosial
 Sikap keluarga untuk membantu pasien
mengatasi isolasi sosial nya
 Pengobatan yang berkelanjutan dan
mencegah putus obat
 Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi pasien
10. Sp. 2
 Evalusi Sp 1
 Latih berhubungan sosial secara bertahap
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Sp . 3
 Evaluasi Sp 1 dan 2
 Latih cara berkenalan dengan dua orang tau lebih
 Masukan jadwal kegiatan pasien
11. Keluarga mampu
Sp. 1
 Identifikasi masalah yang
di hadapi keluarga dalam
merawat pasien
 Penjelasan isolasi sosial
 Cara merawat pasie isolasi
sosial
 Latih ( simulasi )
 RTL keluarga / jadwal
keluarega untuk merawat
pasien
12. Sp . 2
o Evaluasi Sp 1
o Latih ( langsung ke pasien )
o RTL keluarga/ jadwal keluarga
merawat pasien
Sp. 3
o evaluasi Sp 1 dan 2
o Latih (langsung ke pasien)
o RTL keluarga/ jadwal keluarga
merawat pasien
13. SP. 4
o Evaluasi kemampuan keluarga
o Evaluasi kemampuan pasien
o Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow Up
- Rujukan