LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
Disusun Oleh :
RIKA NITYA ARFIYANINGSIH (071212039)
STELLA BIANCA DAVIDA (071212055)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial
(Depkes RI, 2009)
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan
mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya,
lebih menyukai berdiam diri, mengurung diri, dan menghindar dari orang lain
(Yosep, Sutini, 2014).
B. Tanda & Gejala Isolasi Sosial
Perilaku yang biasa ditunjukkan oleh klien menarik diri adalah tidak napsu
makan atau makan berlebihan, berat badan menurun atau meningkat secara
drastis, kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur
berlebihan, tidak mempedulikan lingkungan, tidak memperhatikan perawatan
dirinya, penampilan kurang rapih, mondar –mandir atau sikap mematung,
melakukan gerakan secara berulang – ulang, dan keinginan seksual yang menurun
(Depkes RI, 2009). Menarik diri terjadi karena perasaan tidak berharga, yang
biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan (Depkes RI, 2009).
Menurut WHO dan FKUI, 2006, tanda dan gejala menarik diri secara
subyektif diantaranya: klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang
lain, klien merasa tidak aman berada dengan orang lain, klien mengatakan
hubungan tidak berarti dengan orang lain, klien merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan,
klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup, klien merasa tidak berguna.
Sedangkan secara obyektif: klien tidak memiliki teman dekat, tidak komunikatif,
melakukan tindakan berulang dan tidak bermakna, asyik dengan pikirannya
sendiri, tidak ada kontak mata, tampak sedih dan afek tumpul.
Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi:
1. Kurang spontan
2. Apatis atau acuh terhadap lingkungan
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5. Tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8. Aktivitas menurun
9. Kurang energi
10.Rendah diri
11.Asupan makanan dan minuman terganggu
C. Penyebab Isolasi Sosial
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan ketidakpercayaan pada
individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang
lain dan merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak
seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri,
lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,
2011).
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor
predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :
a. Faktor perkembangan Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan
dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin
tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga.
b. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam
gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia),
orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
c. Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial
maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter
dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian
lebih lanjut.
2. Faktor presipitasi
Menurut direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial,
meliputi sebagai berikut:
a. Faktor eksternal : Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress
yang ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal : Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan individu.
D. Rentang Respon Isolasi Sosial
Respon adatif Respon maladatif
Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri
Otonomi Dependensi curiga Ketergantungan
Bekerjasama Manipulasi curiga
Interdependen
(Sumber : Townsend (2008))
Akibat Isolasi Sosial
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami
pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo, 2014: 112)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(Stuart dan Sudden dalam Dalani, dkk 2009).
E. Psikopatologi Isolasi Sosial
Merasa diri tidak berharga
Tidak nyaman berhubungan dengan orang lain
Tidak mampu beradaptasi terhadap stimulus dari dalam dan luar secara
adekuat
Perubahan persepsi terhadap stimulus
Harga diri rendah
Faktor Tumbang
Individumemiliki
tugas pada
setiaptahap
tumbangnya
yang harus
dilalui dengan
baik,jikatidak
akan
menghambat
masa
perkembangan
selanjutnya.
Bilogis
Kelebihan
dopamin,
MAO
menurun, LH
rendah,
Hipotiroidis
me.
Stressor Sosbud
Perceraian,
perpisahandengan
orang yang
dicintai,kehilangan
pasangan,
kesepiankarena
ditinggal jauh,
dirawatdi RS atau
dipenjara.
Psikologis
Kecemasanyang
tinggi
menurunkan
kemampuan
individu
berhubungan
denganorang
lain,
ketergantungan
berlebihanpada
orang lain.
Lingkungan
Sosial
Diasingkan
lingkungan
social budaya
karenaindividu
mengalami
kegagalan.
MenarikDiri
Halusinasi
F. Diagnosa Keperawatan Utama
Isolasi Sosial : Menarik Diri
G. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
Tujuan umum : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus :
1. TUK 1 : Dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil:
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat. Pasien
dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini secara verbal:
a) Mau menjawab salam
b) Ada kontak mata
c) Mau berjabat tangan
d) Mau berkenalan
e) Mau menjawab pertanyaan
f) Mau duduk berdampingan dengan perawat
g) Mau mengungkapkan perasaannya
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik
b) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c) Perkenalkan diri dengan sopan
d) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Buat kontrak interaksi yang jelas
g) Jujur dan menepati janji
h) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
i) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
j) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak menjawab
k) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
l) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
2. TUK 2 : Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria hasil :
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab
menarik diri yang berasal dari:
a) Diri sendiri
b) Orang lain
c) Lingkungan
Intervensi
a) Tanyakan pada pasien tentang :
1) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
2) Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
3) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
4) Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
5) Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang
lain
b) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
c) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri tidak mau bergaul
d) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta
penyebab yang muncul
e) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan pasien
dalam mengungkapkan perasaannya.
3. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil :
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain, misal:
a) Banyak teman
b) Tidak kesepian
c) Bisa diskusi
d) Saling menolong
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, misal:
a) Sendiri
b) Tidak punya teman, kesepian
c) Tidak ada teman ngobrol
Intervensi
a) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan
dengan orang lain
b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
berhubungan dengan orang lain
c) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
d) Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
4. TUK 4 : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria hasil :
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara
bertahap
Intervensi
a) Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain
b) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan
orang lain melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-
perawat-perawat lain - pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien
lain-masyarakat
c) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai
d) Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
lain
e) Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
f) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam
mengisi waktu luang
g) Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat
h) Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas pergaulan
melalui aktivitas yang dilaksanakan
5. TUK 5 : Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain untuk untuk:
a) Diri sendiri
b) Orang lain
c) Kelompok
Intervensi
a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain/kelompok
b) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan
orang lain
c) Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya
berhubungan dengan orang lain
6. TUK 6 : Pasien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dengan
orang lain
Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang
a) Pengertian menarik diri dan tanda gejalanya
b) Penyebab dan akibat menarik diri
c) Cara merawat pasien dengan menarik diri
Intervensi
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: salam, perkenalkan diri,
sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi perasaan keluarga
b) Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi perilaku menarik diri
c) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarik diri ,
penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku
menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi pasien menarik
diri
d) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasien menarik
diri
e) Latih keluarga merawat pasien menarik diri
f) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
g) Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien
untuk berkomunikasi dengan orang lain
h) Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk pasien
minimal satu kali seminggu
i) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga
7. TUK 7 : Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien menyebutkan:
a) Manfaat minum obat
b) Kerugian tidak minum obat
c) Nama, warna, dosis, efek samping obat
Setelah ...x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat
dan menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
Intervensi
a) Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak minum,
serta karakteristik obat yang diminum (nama, dosis, frekuensi, efek
samping minum obat)
b) Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,
obat, dosis, cara, waktu)
c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien dapat
merasakan manfaatnya
d) Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obat dengan benar
e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
f) Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan .(Prabowo, 2014)
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
dan mengajarkan pasien berkenalan
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Dicky Aris Setiawan , Saya senang dipanggil Dicky, Saya mahasiswa Universitas
Ngudi Waluyo yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan ibu hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu ?” Mau
dimana kita bercakap-cakap?”
“Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu?”
“Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini?
“O.. ibu merasa sendirian?”
:Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini ?”
“Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal ?”
“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang lain?”
”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
“Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya bu ? Ya, apa lagi ? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
“Kalau begitu maukah ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
”Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang
dipanggil T. Asal saya dari jawa, hobi memasak”
“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”
” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Apakah mau dipraktekkan
ke pasien yang lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal
kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berbicara dengan melakukan kegiatan harian
yang biasa dilakukan (misalnya : gosok gigi)
Orientasi :
“Selamat pagi bu! ”
“ masih ingat dengan saya ? betul bu....!
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
“Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan » Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat !
“Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajarkan ibu
melakukan kegiatan ke dua yaitu latihan berbicara dengan gosok gigi ya bu. Tidak lama
kok, sekitar 5 menit
“baiklah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin kita latihan berbicara dengan kegiatan yang
biasa ibu lakukan seperti gosok gigi. Sambil melakukan kegiatan itu ibu berbicara sampai
selesai ya bu.
“Ayo kita temui perawat T disana »
Kerja :
“Baiklah bu, ibu bisa praktekkan latihan berbicara dengan melakukan kegiatan gosok
gigi sesuai kesepakatan kita kemarin ya bu. Contohnya seperti ini bu, ambil sikat gigi dan
pasta gigi, menuangkan pasta gigi ke sikat gigi, berkumur – kumur, kemudian menggosok
gigi, setelah selesai berkumur lagi. Seperti itu bu.
“Apa ibu bisa melakukannya ?” baiklah coba dipraktekan yang saya ajarkan ke ibu !
bagus banget bu, ibu bisa melakukan yang saya ajarkan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan baru seperti gosok gigi sambil
melatih berbicara ibu”
”ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan gosok gigi tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam
10? Sampai besok bu.”
SP 3 Pasien : Melatih Pasien berbicara dengan kegiatan lain selain gosok gigi
(misalnya : menyapu)
Orientasi:
“Selamat pagi bu!
“Masih ingat kan dengan saya ?
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi selalu
dilakukan ?”
”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T dan berbicara sambil
melakukan kegiatan gosok gigi yang kita jadwalkan kemarin?”
”Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin”
”Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan yang lain seperti
menyapu ?”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita ke halaman yang akan kita sapu bu”
Kerja:
"Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang ketiga saya contohkan dulu ya bu.
Caranya seperti ini bu, pertama mengambil sapu lidi dan bak sampahnya, kemudian
menyapu sampahnya dikumpulkan jadi satu, lalu stelah dikumpulkan dimasukkan ke bak
sampah, kemudian setelah selesai menaruh sapu lidi dan bak sampah ditempat yang biasa.
Seperti itu caranya bu, tidak jauh beda dengan cara berbicara sambil melakukan kegiatan
gosok gigi, selalu di ingat ya bu saat melakukan kegiatan tersebuat dibarengi dengan
berbicara ya bu.
“Apakah ibu bisa melakukan kegiatan kita yang ketiga ini ?” ibu bisa mempraktekkan
cara yang saya ajarkan itu ya bu
“Bagus bu, ibu melakukannya dengan baik sekali !”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan yang lain seperti menyapu
sambil melatih berbicara ibu”
”ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan menyapu tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam
10? Sampai besok bu.”
SP 4 Pasien : Melatih Pasien berbicara saat melakukan kegiatan sosial (seperti :
berbelanja, senam dan gotong royong)
Orientasi:
“Selamat pagi bu!
“Masih ingat kan dengan saya ?
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi dan
menyapu selalu dilakukan ?”
”Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin”
”Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan sosial seperti
berbelanja ?”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?”
”seperti biasa kira-kira 5 menit”
”Mari kita ke halaman yang akan kita sapu bu”
Kerja:
"Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang keempat saya contohkan dulu ya bu.
Caranya seperti ini bu, misalnya kita mau beli minuman dingin, kita berbicara ke penjual
seperti ini ya bu. Ibu saya mau beli es teh, harganya berapa bu? Owh iya bu ini uangnya,
terima kasih bu. Nah seperti itu caranya bu, apakah ibu bisa mempraktekannya sekarang?
Baiklah silahkan dipraktekkan bu !
Bagus sekali bu, ibu bisa melakukannya dengan baik.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan yang lain seperti bebelanja
sambil melatih jiwa sosial ibu”
”ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan sosial (bebelanja) tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam
11 ? Sampai besok bu.”
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan:
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
2. Tindakan:
Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial. Keluarga merupakan sistem
pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah
isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien
sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi
sosial di rumah meliputi:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan tentang :
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial.
3) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
a) Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji.
b) Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan
tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
c) Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
d) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
4) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
5) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi.
6) Menjelaskan perawatan lanjutan
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah
isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini :
Orientasi:
“Selamat pagi Pak”
”Perkenalkan saya perawat Yuli saya mahasiswa keperawatan dari STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran saya yang merawat, anak bapak”
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?”
Kerja:
”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus
sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu melakukan
beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan anak
bapak yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan jangan ingkar janji.
Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk
bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan
jangan mencela kondisi pasien.”
"Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan
anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan
kegiatan rumah tangga bersama.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
” Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak
senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan
saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau
di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama
keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”
Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang
yang mengalami isolasi sosial"
"Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial"
"Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut"
"Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga
agar mereka juga melakukan hal yang sama."
"Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ?"
"Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama"
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari
yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba
30 menit.”
”Sekarang mari kita temui anak bapak”
Kerja:
”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?”
”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal
kegiatannya!”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
"Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak"
"Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak"
"Sampai jumpa"
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan
di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di
rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau bergaul
dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah
sakit”
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
DEPKES RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta :
Depkes
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Fitria, Nita, ( 2009 ). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan LP dan SP. Jakarta :
Salemba Medika.
Purba, dkk, ( 2008 ). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan jiwa. Medan : USU Press.
Stuart, G., W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta : EGC.
S. N. Ade Herma Direja. (2011).Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
NuhaMedika.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance
mental healyh nursing). Bandung: Refika Aditama.

LP ISOS(1).docx

  • 1.
    LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL DisusunOleh : RIKA NITYA ARFIYANINGSIH (071212039) STELLA BIANCA DAVIDA (071212055) PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2022
  • 2.
    BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A.Pengertian Isolasi Sosial Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2009) Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung diri, dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini, 2014). B. Tanda & Gejala Isolasi Sosial Perilaku yang biasa ditunjukkan oleh klien menarik diri adalah tidak napsu makan atau makan berlebihan, berat badan menurun atau meningkat secara drastis, kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur berlebihan, tidak mempedulikan lingkungan, tidak memperhatikan perawatan dirinya, penampilan kurang rapih, mondar –mandir atau sikap mematung, melakukan gerakan secara berulang – ulang, dan keinginan seksual yang menurun (Depkes RI, 2009). Menarik diri terjadi karena perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan (Depkes RI, 2009). Menurut WHO dan FKUI, 2006, tanda dan gejala menarik diri secara subyektif diantaranya: klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang
  • 3.
    lain, klien merasatidak aman berada dengan orang lain, klien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain, klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup, klien merasa tidak berguna. Sedangkan secara obyektif: klien tidak memiliki teman dekat, tidak komunikatif, melakukan tindakan berulang dan tidak bermakna, asyik dengan pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata, tampak sedih dan afek tumpul. Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi: 1. Kurang spontan 2. Apatis atau acuh terhadap lingkungan 3. Ekspresi wajah kurang berseri 4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri 5. Tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal 6. Mengisolasi diri 7. Tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya 8. Aktivitas menurun 9. Kurang energi 10.Rendah diri 11.Asupan makanan dan minuman terganggu C. Penyebab Isolasi Sosial Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011). 1. Faktor predisposisi Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :
  • 4.
    a. Faktor perkembanganSistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga. b. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini. c. Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut. 2. Faktor presipitasi Menurut direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial, meliputi sebagai berikut: a. Faktor eksternal : Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga. b. Faktor internal : Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan individu. D. Rentang Respon Isolasi Sosial Respon adatif Respon maladatif
  • 5.
    Menyendiri Merasa sendiriMenarik diri Otonomi Dependensi curiga Ketergantungan Bekerjasama Manipulasi curiga Interdependen (Sumber : Townsend (2008)) Akibat Isolasi Sosial Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo, 2014: 112) Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalani, dkk 2009).
  • 6.
    E. Psikopatologi IsolasiSosial Merasa diri tidak berharga Tidak nyaman berhubungan dengan orang lain Tidak mampu beradaptasi terhadap stimulus dari dalam dan luar secara adekuat Perubahan persepsi terhadap stimulus Harga diri rendah Faktor Tumbang Individumemiliki tugas pada setiaptahap tumbangnya yang harus dilalui dengan baik,jikatidak akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Bilogis Kelebihan dopamin, MAO menurun, LH rendah, Hipotiroidis me. Stressor Sosbud Perceraian, perpisahandengan orang yang dicintai,kehilangan pasangan, kesepiankarena ditinggal jauh, dirawatdi RS atau dipenjara. Psikologis Kecemasanyang tinggi menurunkan kemampuan individu berhubungan denganorang lain, ketergantungan berlebihanpada orang lain. Lingkungan Sosial Diasingkan lingkungan social budaya karenaindividu mengalami kegagalan. MenarikDiri
  • 7.
  • 8.
    F. Diagnosa KeperawatanUtama Isolasi Sosial : Menarik Diri G. Intervensi Keperawatan Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah Tujuan umum : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain Tujuan khusus : 1. TUK 1 : Dapat membina hubungan saling percaya Kriteria hasil: Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini secara verbal: a) Mau menjawab salam b) Ada kontak mata c) Mau berjabat tangan d) Mau berkenalan e) Mau menjawab pertanyaan f) Mau duduk berdampingan dengan perawat g) Mau mengungkapkan perasaannya Intervensi : a) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik b) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal c) Perkenalkan diri dengan sopan d) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien e) Jelaskan tujuan pertemuan f) Buat kontrak interaksi yang jelas g) Jujur dan menepati janji h) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya i) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat j) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak menjawab k) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien l) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
  • 9.
    2. TUK 2: Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Kriteria hasil : Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri yang berasal dari: a) Diri sendiri b) Orang lain c) Lingkungan Intervensi a) Tanyakan pada pasien tentang : 1) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien 2) Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan 3) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut 4) Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut 5) Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang lain b) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya c) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul d) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab yang muncul e) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan pasien dalam mengungkapkan perasaannya. 3. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain Kriteria hasil : Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain, misal: a) Banyak teman b) Tidak kesepian c) Bisa diskusi d) Saling menolong
  • 10.
    Setelah ...x pertemuan,pasien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, misal: a) Sendiri b) Tidak punya teman, kesepian c) Tidak ada teman ngobrol Intervensi a) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang berhubungan dengan orang lain c) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain d) Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 4. TUK 4 : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap Kriteria hasil : Setelah ...x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap Intervensi a) Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain b) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan orang lain melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien- perawat-perawat lain - pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien lain-masyarakat c) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai d) Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
  • 11.
    e) Beri motivasidan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi f) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam mengisi waktu luang g) Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat h) Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas pergaulan melalui aktivitas yang dilaksanakan 5. TUK 5 : Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Kriteria hasil Setelah ...x interaksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain untuk untuk: a) Diri sendiri b) Orang lain c) Kelompok Intervensi a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain/kelompok b) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain c) Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan orang lain 6. TUK 6 : Pasien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang lain Kriteria hasil Setelah ...x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang a) Pengertian menarik diri dan tanda gejalanya b) Penyebab dan akibat menarik diri c) Cara merawat pasien dengan menarik diri Intervensi
  • 12.
    a) Bina hubungansaling percaya dengan keluarga: salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi perasaan keluarga b) Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri c) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarik diri , penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi pasien menarik diri d) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasien menarik diri e) Latih keluarga merawat pasien menarik diri f) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih g) Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain h) Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk pasien minimal satu kali seminggu i) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga 7. TUK 7 : Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat Kriteria hasil Setelah ...x interaksi, pasien menyebutkan: a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosis, efek samping obat Setelah ...x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat dan menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter Intervensi a) Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak minum, serta karakteristik obat yang diminum (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum obat) b) Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu)
  • 13.
    c) Anjurkan pasienminta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien dapat merasakan manfaatnya d) Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obat dengan benar e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter f) Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan .(Prabowo, 2014) BAB II STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan Orientasi (Perkenalan): “Selamat pagi ” “Saya Dicky Aris Setiawan , Saya senang dipanggil Dicky, Saya mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo yang akan merawat Ibu.” “Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?” “Apa keluhan ibu hari ini?” “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu ?” Mau dimana kita bercakap-cakap?” “Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu?” “Bagaimana kalau 15 menit” Kerja: ”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? “O.. ibu merasa sendirian?”
  • 14.
    :Siapa saja yangibu kenal di ruangan ini ?” “Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal ?” “Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?” ”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) “Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya bu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. “Kalau begitu maukah ibu belajar bergaul dengan orang lain ? ”Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain” “Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang dipanggil T. Asal saya dari jawa, hobi memasak” “Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?” “Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan saya!” “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali” “Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.” Terminasi: ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?” ” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali” ”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Apakah mau dipraktekkan ke pasien yang lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.” ”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?” ”Baiklah, sampai jumpa.”
  • 15.
    SP 2 Pasien: Mengajarkan pasien berbicara dengan melakukan kegiatan harian yang biasa dilakukan (misalnya : gosok gigi) Orientasi : “Selamat pagi bu! ” “ masih ingat dengan saya ? betul bu....! “Bagaimana perasaan ibu hari ini? “Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan » Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat ! “Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajarkan ibu melakukan kegiatan ke dua yaitu latihan berbicara dengan gosok gigi ya bu. Tidak lama kok, sekitar 5 menit “baiklah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin kita latihan berbicara dengan kegiatan yang biasa ibu lakukan seperti gosok gigi. Sambil melakukan kegiatan itu ibu berbicara sampai selesai ya bu. “Ayo kita temui perawat T disana » Kerja : “Baiklah bu, ibu bisa praktekkan latihan berbicara dengan melakukan kegiatan gosok gigi sesuai kesepakatan kita kemarin ya bu. Contohnya seperti ini bu, ambil sikat gigi dan pasta gigi, menuangkan pasta gigi ke sikat gigi, berkumur – kumur, kemudian menggosok gigi, setelah selesai berkumur lagi. Seperti itu bu. “Apa ibu bisa melakukannya ?” baiklah coba dipraktekan yang saya ajarkan ke ibu ! bagus banget bu, ibu bisa melakukan yang saya ajarkan. Terminasi: “Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan baru seperti gosok gigi sambil melatih berbicara ibu” ”ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan gosok gigi tadi” ”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
  • 16.
    kalau 2 kali.Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok bu.” SP 3 Pasien : Melatih Pasien berbicara dengan kegiatan lain selain gosok gigi (misalnya : menyapu) Orientasi: “Selamat pagi bu! “Masih ingat kan dengan saya ? “Bagaimana perasaan ibu hari ini? ”Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi selalu dilakukan ?” ”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi yang kita jadwalkan kemarin?” ”Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin” ”Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan yang lain seperti menyapu ?” ”Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?” ”seperti biasa kira-kira 10 menit” ”Mari kita ke halaman yang akan kita sapu bu” Kerja: "Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang ketiga saya contohkan dulu ya bu. Caranya seperti ini bu, pertama mengambil sapu lidi dan bak sampahnya, kemudian menyapu sampahnya dikumpulkan jadi satu, lalu stelah dikumpulkan dimasukkan ke bak sampah, kemudian setelah selesai menaruh sapu lidi dan bak sampah ditempat yang biasa. Seperti itu caranya bu, tidak jauh beda dengan cara berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi, selalu di ingat ya bu saat melakukan kegiatan tersebuat dibarengi dengan berbicara ya bu. “Apakah ibu bisa melakukan kegiatan kita yang ketiga ini ?” ibu bisa mempraktekkan cara yang saya ajarkan itu ya bu “Bagus bu, ibu melakukannya dengan baik sekali !”
  • 17.
    Terminasi: “Bagaimana perasaan ibusetelah kita melakukan kegiatan yang lain seperti menyapu sambil melatih berbicara ibu” ”ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan menyapu tadi” ”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok bu.” SP 4 Pasien : Melatih Pasien berbicara saat melakukan kegiatan sosial (seperti : berbelanja, senam dan gotong royong) Orientasi: “Selamat pagi bu! “Masih ingat kan dengan saya ? “Bagaimana perasaan ibu hari ini? ”Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi dan menyapu selalu dilakukan ?” ”Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin” ”Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan sosial seperti berbelanja ?” ”Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?” ”seperti biasa kira-kira 5 menit” ”Mari kita ke halaman yang akan kita sapu bu” Kerja: "Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang keempat saya contohkan dulu ya bu. Caranya seperti ini bu, misalnya kita mau beli minuman dingin, kita berbicara ke penjual seperti ini ya bu. Ibu saya mau beli es teh, harganya berapa bu? Owh iya bu ini uangnya, terima kasih bu. Nah seperti itu caranya bu, apakah ibu bisa mempraktekannya sekarang? Baiklah silahkan dipraktekkan bu !
  • 18.
    Bagus sekali bu,ibu bisa melakukannya dengan baik. Terminasi: “Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan yang lain seperti bebelanja sambil melatih jiwa sosial ibu” ”ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan sosial (bebelanja) tadi” ”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 11 ? Sampai besok bu.” Tindakan Keperawatan untuk Keluarga 1. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial 2. Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial. Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi: a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. b. Menjelaskan tentang : 1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien. 2) Penyebab isolasi sosial. 3) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain: a) Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji. b) Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar. c) Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah. d) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
  • 19.
    4) Memperagakan caramerawat pasien dengan isolasi sosial 5) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi. 6) Menjelaskan perawatan lanjutan SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini : Orientasi: “Selamat pagi Pak” ”Perkenalkan saya perawat Yuli saya mahasiswa keperawatan dari STIKES Ngudi Waluyo Ungaran saya yang merawat, anak bapak” ”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?” ” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?” “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara perawatannya” ”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah jam?” Kerja: ”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah dilakukan?” “Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”. ” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk” ”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang–orang terdekat” “Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
  • 20.
    “Untuk menghadapi keadaanyang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan anak bapak yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.” "Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.” ”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu” ” Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?” ”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan” ”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali” ”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak” Terminasi: “Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?” “Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial" "Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami masalah isolasi sosial" "Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut" "Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama." "Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ?"
  • 21.
    "Kita ketemu disinisaja ya Pak, pada jam yang sama" SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien Orientasi: “Selamat pagi Pak/Bu” ” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?” ”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari yang lalu?” “Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30 menit.” ”Sekarang mari kita temui anak bapak” Kerja: ”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?” ”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal kegiatannya!” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut) ”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu” (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya). ”Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?” ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga) Terminasi: “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.” "Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak"
  • 22.
    "Tiga hari lagikita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak" "Sampai jumpa" SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan Orientasi: “Selamat pagi Pak/Bu” ”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan di rumah.” ”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja” ”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?” Kerja: ”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya” ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah sakit” Terminasi: ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
  • 23.
    DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, M.,& Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. DEPKES RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes
  • 24.
    Eko Prabowo. (2014).Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Fitria, Nita, ( 2009 ). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan LP dan SP. Jakarta : Salemba Medika. Purba, dkk, ( 2008 ). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan jiwa. Medan : USU Press. Stuart, G., W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta : EGC. S. N. Ade Herma Direja. (2011).Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: NuhaMedika. Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance mental healyh nursing). Bandung: Refika Aditama.