SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna
Keliat). Oleh karena itu kelompok akan membahas materi ini dengan judul “Isolasi
Social”.

B. Rumusan Masalah
- Apa definisi dari isolasi sosial ?
- Apa Rentang respons isosial social?
- Apa Faktor predisposisi dan presipitasi pada pasien isolasi social?
- Apa Tanda dan gejalanya?
- Bagaimana Karakteristik perilaku?

C. Tujuan
- Untuk mengetahui definisi dari Ensefalitis ?
- Untuk mengetahui Rentang respons isosial social !
- Untuk mengetahui predisposisi dan presipitasi pada pasien isolasi social
- Untuk mengetahui Tanda dan gejalanya
- Untuk mengetahui Karakteristik perilaku

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi
tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)

B. RENTANG RESPONS SOSIAL
Gangguan hubungan sosial terdiri atas :
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah
orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

Kerusakan

Interaksi

sosial adalah

suatu

keadaan

dimana

seorang

individu

berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas
interaksi sosial yang tidak efektif, dengan karakteristik :
Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi
sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk
menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau

2
membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil.
Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan
proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri.
Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa
Keperawatan

Psikiatri,

1998;

hal

226).

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan
yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu
takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya
stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,
merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons
menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).

D. TANDA DAN GEJALA
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah
menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.

Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang
lain, misalnya pada saat makan.

3
3. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain / perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

E. TANDA DAN GEJALA
• Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
• Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
• Kemunduran secara fisik.
• Tidur berlebihan.
• Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
• Banyak tidur siang.
• Kurang bergairah.
• Tidak memperdulikan lingkungan.
• Kegiatan menurun.
• Immobilisasai.
• Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
• Keinginan seksual menurun.

4
BAB III
KONSEP ASKEP

I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend,
1998). Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain.

II. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :

1) Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan
orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu berkonsentrasi,
merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
3) Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn,

5
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang
dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Konsep diri
a. citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan
Menolak

tubuh
penjelasan

yang

telah

perubahan

terjadi

tubuh

,

atau

persepsi

yang
negatip

akan
tentang

terjadi.
tubuh

Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus

.

asaan,

mengungkapkan ketakutan.

b. Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan .

c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus
sekolah, PHK.

d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi.

e. Harga diri

6
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang lain
terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)

6) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
dengan orang lain. Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam

hidup.

7) Kebutuhan persiapan pulang.
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2.

Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan
merapikan pakaian.

3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah.
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

8) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang
orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)

9) Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

7

Psikomotor,
III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual
maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian
adalah sebagai berikut :
a) Isolasi sosial : menarik diri
b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c) Resiko perubahan sensori persepsi
d) Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
e) Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
f) Intoleransi aktifitas.
g) Kekerasan resiko tinggi.

IV. Pohon Masalah
Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri

Koping individu tidak efektif

Harga diri rendah

Menarik diri (isolasi social)

Depresi

Resiko perubahan sensori persepsi

8
b) Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Halusinasi, depresi

Harga diri rendah

Isolasi sosial

Intoleransi aktifitas.
Kekurangan minat dan motivasi

c) Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu : koping defensif.
Factor penyebab (ada problem)

Koping individu tidak efektif

Harga diri rendah

Ketidakberdayaan

Intoleransi aktifitas

Menurunnya minat dan motivasi

9
Gangguan konsep diri

V. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a) Tujuan

Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.
Tujuan khusus : klien dapat
Membina hubungan saling percaya.
Menyebutkan penyebab menarik diri.
Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien – perawat, klien – kelompok, klien –
keluarga.
Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
Memberdayakan sistem pendukung.
Menggunakan obat dengan tepat dan benar.

b) Tindakan keperawatan

a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap
pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).
b) Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan
“saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap
mendengarkan”. Jika klien menatap wajah perawat katakan “ada yang ingin anda
katakan?”.
c)

Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru),
tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.

d) Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.

10
e) Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri
f) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
g) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
h) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama).
i) Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain.
beri contoh cara berkenalan.
j) Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua
perawat, dan seterusnya).
k)

Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi.

l) Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.
m) Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.
n) Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan.
o) Beri pujian akan keberhasilan klien.

2. membantu pasien mengenal penyebab isolasi social
Langkah-langkah untuk malaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut:
Menanyakan pendaat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan oreang
lain.

3. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain. Dilakukan dengan
cara mendiskusikan keuntungan pasien memiliki banyak teman bergaul dengan orang lain.

4. Membantu pasien mengenal keuntungan dengan orang lain. Dilakukan dengan cara
mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka.
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

11
SP 1 pasien

:Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab
isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.

SP 2 pasien

:Mengajarkan pasien berinterakasi secara bertahap ( berkenalan
dengan orang pertama- perawat)

SP 3 pasien

:Melatih pasien berinterakasi secara bertahap (berkenalan

dengan

orang kedua-seorang pasien)

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a) Tujuan setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi
social
b) Tindakan melatih keluarga merawat pasien isolasi social

Keluarga merupakan system pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isoalasi social ini, karena keluarga yang selalu bersamasama dengan pasien sepanjang hari.

Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi social di rumah
meliputu :


Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji



Memberi semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakuakan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu tidak mencela kondisi
pasien dan memberikan pujian yang wajar



Tidak membiarkan pasien sendiri dirumah



Membuat rencana jadwal bercakap-cakap dengan pasien



Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi social

12


Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat ynag telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi

SP 1 keluarga

:Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
social, penyebab isoalasi social, dan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial

SP 2 keluarga

:Melatih

keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan

masalah isolasi social langsung dihadapan pasien.
SP 3 keluarga

:Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

VI. EVALUASI
1. Kemampuan pasien dan keluarga

VII. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatn dilakukan pada setiap tahap proses keperwatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi

1. Pedoman pengkajian isolasi social
Hubungan sosial
Orang yang berarti bagi pasien
Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Hambatan berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan……………………………………………………

13
VIII. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Terapi aktifitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi social:
a. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : kemampuan bercakap cakap
d. Sesi 4 : kemampuan bercakakap cakap topic pribadi
e. Sesi 5 : kemampuan becakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : kemampuan bekerja sama
g. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi

IX.

PERTEMUAN KELOMPOK KELUARGA
Asuhan keperawatan untuk kelompok

keluarga ini

dapat diberikan dengan

melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar.

14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi
tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
2. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)

B. SARAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, khususnya pada klien GANGGUAN JIWA
dengan “Isolasi Sosial” hendaknya memperhatikan dengan seksama masalah-masalah
yang ada yang akan terjadi sehingga asuhan keperawatan akan tercapai.

15
DAFTAR PUSTAKA

2006.Modul Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP). Provinsi
SULTRA. World Health Organization Indonesia.

http://jhon-asuhan-keperawatan jiwa.blogspot.com/2010/01/isolasi sosial.htmlel:
adventure1331

16

More Related Content

What's hot

Askep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berdukaAskep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berdukaadella01
 
kehilangan & berduka keperawatan jiwa
kehilangan & berduka keperawatan jiwakehilangan & berduka keperawatan jiwa
kehilangan & berduka keperawatan jiwaFransiska Oktafiani
 
LP isos Nungki widyastuti.doc.doc
LP isos Nungki widyastuti.doc.docLP isos Nungki widyastuti.doc.doc
LP isos Nungki widyastuti.doc.docBintiSaja
 
Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik Yarah Azzilzah
 
Gangguan hubungan-sosial
Gangguan hubungan-sosialGangguan hubungan-sosial
Gangguan hubungan-sosialpurnamabela
 
Kb 2 as kep isolasi sosial
Kb 2   as kep isolasi sosialKb 2   as kep isolasi sosial
Kb 2 as kep isolasi sosialpjj_kemenkes
 
Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...
Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...
Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...Warung Bidan
 
Konsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajalKonsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajalMitha Khair
 
Pendekatan konseling keluarga pada pengguna napza
Pendekatan konseling keluarga pada pengguna napzaPendekatan konseling keluarga pada pengguna napza
Pendekatan konseling keluarga pada pengguna napzaPersonal
 
Pengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Pengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. DkkPengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Pengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. DkkPangestu S
 
laporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendahlaporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendahMas Mawon
 

What's hot (20)

Askep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berdukaAskep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berduka
 
Berduka dan kehilangan
Berduka dan kehilanganBerduka dan kehilangan
Berduka dan kehilangan
 
kehilangan & berduka keperawatan jiwa
kehilangan & berduka keperawatan jiwakehilangan & berduka keperawatan jiwa
kehilangan & berduka keperawatan jiwa
 
LP isos Nungki widyastuti.doc.doc
LP isos Nungki widyastuti.doc.docLP isos Nungki widyastuti.doc.doc
LP isos Nungki widyastuti.doc.doc
 
Berduka dan kehilangan
Berduka dan kehilanganBerduka dan kehilangan
Berduka dan kehilangan
 
Konsep kehilangan
Konsep kehilanganKonsep kehilangan
Konsep kehilangan
 
Asuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadian
Asuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadianAsuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadian
Asuhan keperawatan pada klien dg gangguan kepribadian
 
Kehilangan dan berduka
Kehilangan dan berdukaKehilangan dan berduka
Kehilangan dan berduka
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik Gangguan kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian histrionik
 
Gangguan hubungan-sosial
Gangguan hubungan-sosialGangguan hubungan-sosial
Gangguan hubungan-sosial
 
Kb 2 as kep isolasi sosial
Kb 2   as kep isolasi sosialKb 2   as kep isolasi sosial
Kb 2 as kep isolasi sosial
 
Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...
Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...
Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan menarik diri akibat skizofr...
 
Konsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajalKonsep pasien terminal & menjelang ajal
Konsep pasien terminal & menjelang ajal
 
Pendekatan konseling keluarga pada pengguna napza
Pendekatan konseling keluarga pada pengguna napzaPendekatan konseling keluarga pada pengguna napza
Pendekatan konseling keluarga pada pengguna napza
 
Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa
 
Ppt askep kami
Ppt askep kamiPpt askep kami
Ppt askep kami
 
Pengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Pengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. DkkPengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Pengertian Kehilangan dan Berduka. KDM 1. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
 
Mengenal Gangguan kepribadian
Mengenal Gangguan kepribadianMengenal Gangguan kepribadian
Mengenal Gangguan kepribadian
 
laporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendahlaporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendah
 

Similar to Isolasi sosial AKPER PEMKAB MUNA

idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdfidoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdfHoirulIhsan
 
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAHLAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAHViia Beespe
 
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdfsamsulmuarif39
 
Dying and death in the healthcare present
Dying and death in the healthcare presentDying and death in the healthcare present
Dying and death in the healthcare presentssuser9df8d0
 
Psychiatry nursing
Psychiatry nursingPsychiatry nursing
Psychiatry nursingwahidaaa
 
Perilaku Abnormal
 Perilaku Abnormal Perilaku Abnormal
Perilaku Abnormalpjj_kemenkes
 
Masalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konseling
Masalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konselingMasalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konseling
Masalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konselingSiti Nur Aeni
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - HalusinasiLaporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - HalusinasiYusuf Saktian
 
Laporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiLaporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiYusuf Saktian
 
laporn pendahuluan halusinasi
laporn pendahuluan halusinasilaporn pendahuluan halusinasi
laporn pendahuluan halusinasiMas Mawon
 
Konsep diri bahan baca
Konsep diri   bahan bacaKonsep diri   bahan baca
Konsep diri bahan bacaAmir Khan
 
Kesadaran Diri dan Afek Emosi Manusia
Kesadaran Diri dan Afek Emosi ManusiaKesadaran Diri dan Afek Emosi Manusia
Kesadaran Diri dan Afek Emosi Manusiapjj_kemenkes
 
Kegawatdaruratan psikiatri.pptx
Kegawatdaruratan psikiatri.pptxKegawatdaruratan psikiatri.pptx
Kegawatdaruratan psikiatri.pptxNers Yoyok
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikFaris Andrianto
 
perubahan fisik dan psikologis pada lansia.ppt
perubahan fisik dan psikologis pada lansia.pptperubahan fisik dan psikologis pada lansia.ppt
perubahan fisik dan psikologis pada lansia.pptMuhammadIzwarHadi
 
Konseling Anak
Konseling AnakKonseling Anak
Konseling AnakNira Nufus
 

Similar to Isolasi sosial AKPER PEMKAB MUNA (20)

idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdfidoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
 
LP ISOS(1).docx
LP ISOS(1).docxLP ISOS(1).docx
LP ISOS(1).docx
 
Ppt kepribadian
Ppt kepribadianPpt kepribadian
Ppt kepribadian
 
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAHLAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
 
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
 
Dying and death in the healthcare present
Dying and death in the healthcare presentDying and death in the healthcare present
Dying and death in the healthcare present
 
Nama
NamaNama
Nama
 
Psychiatry nursing
Psychiatry nursingPsychiatry nursing
Psychiatry nursing
 
Perilaku Abnormal
 Perilaku Abnormal Perilaku Abnormal
Perilaku Abnormal
 
Masalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konseling
Masalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konselingMasalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konseling
Masalah siswa di sekolah dan pendekatan umum bimbingan konseling
 
Perilaku Abnormal
Perilaku AbnormalPerilaku Abnormal
Perilaku Abnormal
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - HalusinasiLaporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
 
Laporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiLaporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasi
 
laporn pendahuluan halusinasi
laporn pendahuluan halusinasilaporn pendahuluan halusinasi
laporn pendahuluan halusinasi
 
Konsep diri bahan baca
Konsep diri   bahan bacaKonsep diri   bahan baca
Konsep diri bahan baca
 
Kesadaran Diri dan Afek Emosi Manusia
Kesadaran Diri dan Afek Emosi ManusiaKesadaran Diri dan Afek Emosi Manusia
Kesadaran Diri dan Afek Emosi Manusia
 
Kegawatdaruratan psikiatri.pptx
Kegawatdaruratan psikiatri.pptxKegawatdaruratan psikiatri.pptx
Kegawatdaruratan psikiatri.pptx
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
perubahan fisik dan psikologis pada lansia.ppt
perubahan fisik dan psikologis pada lansia.pptperubahan fisik dan psikologis pada lansia.ppt
perubahan fisik dan psikologis pada lansia.ppt
 
Konseling Anak
Konseling AnakKonseling Anak
Konseling Anak
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Isolasi sosial AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998). Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat). Oleh karena itu kelompok akan membahas materi ini dengan judul “Isolasi Social”. B. Rumusan Masalah - Apa definisi dari isolasi sosial ? - Apa Rentang respons isosial social? - Apa Faktor predisposisi dan presipitasi pada pasien isolasi social? - Apa Tanda dan gejalanya? - Bagaimana Karakteristik perilaku? C. Tujuan - Untuk mengetahui definisi dari Ensefalitis ? - Untuk mengetahui Rentang respons isosial social ! - Untuk mengetahui predisposisi dan presipitasi pada pasien isolasi social - Untuk mengetahui Tanda dan gejalanya - Untuk mengetahui Karakteristik perilaku 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ) Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998) B. RENTANG RESPONS SOSIAL Gangguan hubungan sosial terdiri atas : Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252). Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif, dengan karakteristik : Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau 2
  • 3. membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226). C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan. Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995). D. TANDA DAN GEJALA Data Subjektif : Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”. Data Objektif : Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan : 1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul. 2. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan. 3
  • 4. 3. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat. 4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk. 5. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya. 6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. 7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan. E. TANDA DAN GEJALA • Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan. • Berat badan menurun atau meningkat secara drastis. • Kemunduran secara fisik. • Tidur berlebihan. • Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama. • Banyak tidur siang. • Kurang bergairah. • Tidak memperdulikan lingkungan. • Kegiatan menurun. • Immobilisasai. • Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang). • Keinginan seksual menurun. 4
  • 5. BAB III KONSEP ASKEP I. Deskripsi Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998). Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. II. Pengkajian Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi : 1) Identitas Klien Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. 2) Keluhan Utama Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup. 3) Faktor predisposisi kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, 5
  • 6. dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama. 4) Aspek fisik / biologis Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien. 5) Aspek Psikososial Genogram yang menggambarkan tiga generasi Konsep diri a. citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan Menolak tubuh penjelasan yang telah perubahan terjadi tubuh , atau persepsi yang negatip akan tentang terjadi. tubuh Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus . asaan, mengungkapkan ketakutan. b. Identitas diri Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan . c. Peran Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK. d. Ideal diri Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. e. Harga diri 6
  • 7. Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual) 6) Status Mental Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain. Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. 7) Kebutuhan persiapan pulang. 1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan 2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian. 3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi 4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah. 5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar. 8) Mekanisme Koping Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri) 9) Aspek Medik Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas. 7 Psikomotor,
  • 8. III. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995) Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut : a) Isolasi sosial : menarik diri b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah c) Resiko perubahan sensori persepsi d) Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain e) Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal. f) Intoleransi aktifitas. g) Kekerasan resiko tinggi. IV. Pohon Masalah Diagnosa Keperawatan a) Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri Koping individu tidak efektif Harga diri rendah Menarik diri (isolasi social) Depresi Resiko perubahan sensori persepsi 8
  • 9. b) Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Koping individu tidak efektif Halusinasi, depresi Harga diri rendah Isolasi sosial Intoleransi aktifitas. Kekurangan minat dan motivasi c) Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif. Factor penyebab (ada problem) Koping individu tidak efektif Harga diri rendah Ketidakberdayaan Intoleransi aktifitas Menurunnya minat dan motivasi 9
  • 10. Gangguan konsep diri V. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Tindakan keperawatan untuk pasien a) Tujuan Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan sensori persepsi. Tujuan khusus : klien dapat Membina hubungan saling percaya. Menyebutkan penyebab menarik diri. Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain. Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien – perawat, klien – kelompok, klien – keluarga. Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain. Memberdayakan sistem pendukung. Menggunakan obat dengan tepat dan benar. b) Tindakan keperawatan a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara). b) Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan “saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan”. Jika klien menatap wajah perawat katakan “ada yang ingin anda katakan?”. c) Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru), tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien. d) Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain. 10
  • 11. e) Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri f) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain. g) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul. h) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama). i) Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain. beri contoh cara berkenalan. j) Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua perawat, dan seterusnya). k) Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi. l) Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi. m) Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik. n) Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan. o) Beri pujian akan keberhasilan klien. 2. membantu pasien mengenal penyebab isolasi social Langkah-langkah untuk malaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut: Menanyakan pendaat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan oreang lain. 3. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain. Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan pasien memiliki banyak teman bergaul dengan orang lain. 4. Membantu pasien mengenal keuntungan dengan orang lain. Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka. 5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap 11
  • 12. SP 1 pasien :Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan. SP 2 pasien :Mengajarkan pasien berinterakasi secara bertahap ( berkenalan dengan orang pertama- perawat) SP 3 pasien :Melatih pasien berinterakasi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang pasien) 2. Tindakan keperawatan untuk keluarga a) Tujuan setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi social b) Tindakan melatih keluarga merawat pasien isolasi social Keluarga merupakan system pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isoalasi social ini, karena keluarga yang selalu bersamasama dengan pasien sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi social di rumah meliputu :  Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji  Memberi semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakuakan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar  Tidak membiarkan pasien sendiri dirumah  Membuat rencana jadwal bercakap-cakap dengan pasien  Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi social 12
  • 13.  Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat ynag telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi SP 1 keluarga :Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi social, penyebab isoalasi social, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial SP 2 keluarga :Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi social langsung dihadapan pasien. SP 3 keluarga :Membuat perencanaan pulang bersama keluarga VI. EVALUASI 1. Kemampuan pasien dan keluarga VII. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Dokumentasi keperawatn dilakukan pada setiap tahap proses keperwatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi 1. Pedoman pengkajian isolasi social Hubungan sosial Orang yang berarti bagi pasien Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Hambatan berhubungan dengan orang lain Masalah keperawatan…………………………………………………… 13
  • 14. VIII. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Terapi aktifitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi social: a. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri b. Sesi 2 : kemampuan berkenalan c. Sesi 3 : kemampuan bercakap cakap d. Sesi 4 : kemampuan bercakakap cakap topic pribadi e. Sesi 5 : kemampuan becakap-cakap masalah pribadi f. Sesi 6 : kemampuan bekerja sama g. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi IX. PERTEMUAN KELOMPOK KELUARGA Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. 14
  • 15. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ) 2. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998) B. SARAN Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, khususnya pada klien GANGGUAN JIWA dengan “Isolasi Sosial” hendaknya memperhatikan dengan seksama masalah-masalah yang ada yang akan terjadi sehingga asuhan keperawatan akan tercapai. 15
  • 16. DAFTAR PUSTAKA 2006.Modul Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP). Provinsi SULTRA. World Health Organization Indonesia. http://jhon-asuhan-keperawatan jiwa.blogspot.com/2010/01/isolasi sosial.htmlel: adventure1331 16