1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna
Keliat). Oleh karena itu kelompok akan membahas materi ini dengan judul “Isolasi
Social”.
B. Rumusan Masalah
- Apa definisi dari isolasi sosial ?
- Apa Rentang respons isosial social?
- Apa Faktor predisposisi dan presipitasi pada pasien isolasi social?
- Apa Tanda dan gejalanya?
- Bagaimana Karakteristik perilaku?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui definisi dari Ensefalitis ?
- Untuk mengetahui Rentang respons isosial social !
- Untuk mengetahui predisposisi dan presipitasi pada pasien isolasi social
- Untuk mengetahui Tanda dan gejalanya
- Untuk mengetahui Karakteristik perilaku
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi
tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
B. RENTANG RESPONS SOSIAL
Gangguan hubungan sosial terdiri atas :
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah
orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).
Kerusakan
Interaksi
sosial adalah
suatu
keadaan
dimana
seorang
individu
berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas
interaksi sosial yang tidak efektif, dengan karakteristik :
Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi
sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk
menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau
2
3. membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil.
Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan
proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri.
Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa
Keperawatan
Psikiatri,
1998;
hal
226).
C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan
yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu
takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya
stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,
merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons
menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
D. TANDA DAN GEJALA
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah
menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang
lain, misalnya pada saat makan.
3
4. 3. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain / perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
E. TANDA DAN GEJALA
• Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
• Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
• Kemunduran secara fisik.
• Tidur berlebihan.
• Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
• Banyak tidur siang.
• Kurang bergairah.
• Tidak memperdulikan lingkungan.
• Kegiatan menurun.
• Immobilisasai.
• Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
• Keinginan seksual menurun.
4
5. BAB III
KONSEP ASKEP
I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend,
1998). Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain.
II. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1) Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan
orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu berkonsentrasi,
merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
3) Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn,
5
6. dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang
dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Konsep diri
a. citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan
Menolak
tubuh
penjelasan
yang
telah
perubahan
terjadi
tubuh
,
atau
persepsi
yang
negatip
akan
tentang
terjadi.
tubuh
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
.
asaan,
mengungkapkan ketakutan.
b. Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan .
c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus
sekolah, PHK.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi.
e. Harga diri
6
7. Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang lain
terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
dengan orang lain. Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
7) Kebutuhan persiapan pulang.
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2.
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan
merapikan pakaian.
3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah.
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang
orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
9) Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
7
Psikomotor,
8. III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual
maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian
adalah sebagai berikut :
a) Isolasi sosial : menarik diri
b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c) Resiko perubahan sensori persepsi
d) Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
e) Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
f) Intoleransi aktifitas.
g) Kekerasan resiko tinggi.
IV. Pohon Masalah
Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
Koping individu tidak efektif
Harga diri rendah
Menarik diri (isolasi social)
Depresi
Resiko perubahan sensori persepsi
8
9. b) Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Koping individu tidak efektif
Halusinasi, depresi
Harga diri rendah
Isolasi sosial
Intoleransi aktifitas.
Kekurangan minat dan motivasi
c) Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu : koping defensif.
Factor penyebab (ada problem)
Koping individu tidak efektif
Harga diri rendah
Ketidakberdayaan
Intoleransi aktifitas
Menurunnya minat dan motivasi
9
10. Gangguan konsep diri
V. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a) Tujuan
Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.
Tujuan khusus : klien dapat
Membina hubungan saling percaya.
Menyebutkan penyebab menarik diri.
Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien – perawat, klien – kelompok, klien –
keluarga.
Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
Memberdayakan sistem pendukung.
Menggunakan obat dengan tepat dan benar.
b) Tindakan keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap
pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).
b) Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan
“saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap
mendengarkan”. Jika klien menatap wajah perawat katakan “ada yang ingin anda
katakan?”.
c)
Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru),
tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.
d) Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
10
11. e) Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri
f) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
g) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
h) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama).
i) Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain.
beri contoh cara berkenalan.
j) Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua
perawat, dan seterusnya).
k)
Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi.
l) Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.
m) Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.
n) Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan.
o) Beri pujian akan keberhasilan klien.
2. membantu pasien mengenal penyebab isolasi social
Langkah-langkah untuk malaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut:
Menanyakan pendaat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan oreang
lain.
3. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain. Dilakukan dengan
cara mendiskusikan keuntungan pasien memiliki banyak teman bergaul dengan orang lain.
4. Membantu pasien mengenal keuntungan dengan orang lain. Dilakukan dengan cara
mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka.
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
11
12. SP 1 pasien
:Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab
isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.
SP 2 pasien
:Mengajarkan pasien berinterakasi secara bertahap ( berkenalan
dengan orang pertama- perawat)
SP 3 pasien
:Melatih pasien berinterakasi secara bertahap (berkenalan
dengan
orang kedua-seorang pasien)
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a) Tujuan setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi
social
b) Tindakan melatih keluarga merawat pasien isolasi social
Keluarga merupakan system pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isoalasi social ini, karena keluarga yang selalu bersamasama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi social di rumah
meliputu :
Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji
Memberi semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakuakan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu tidak mencela kondisi
pasien dan memberikan pujian yang wajar
Tidak membiarkan pasien sendiri dirumah
Membuat rencana jadwal bercakap-cakap dengan pasien
Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi social
12
13.
Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat ynag telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi
SP 1 keluarga
:Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
social, penyebab isoalasi social, dan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial
SP 2 keluarga
:Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan
masalah isolasi social langsung dihadapan pasien.
SP 3 keluarga
:Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
VI. EVALUASI
1. Kemampuan pasien dan keluarga
VII. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatn dilakukan pada setiap tahap proses keperwatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi
1. Pedoman pengkajian isolasi social
Hubungan sosial
Orang yang berarti bagi pasien
Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Hambatan berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan……………………………………………………
13
14. VIII. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Terapi aktifitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi social:
a. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : kemampuan bercakap cakap
d. Sesi 4 : kemampuan bercakakap cakap topic pribadi
e. Sesi 5 : kemampuan becakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : kemampuan bekerja sama
g. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
IX.
PERTEMUAN KELOMPOK KELUARGA
Asuhan keperawatan untuk kelompok
keluarga ini
dapat diberikan dengan
melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar.
14
15. BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi
tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
2. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
B. SARAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, khususnya pada klien GANGGUAN JIWA
dengan “Isolasi Sosial” hendaknya memperhatikan dengan seksama masalah-masalah
yang ada yang akan terjadi sehingga asuhan keperawatan akan tercapai.
15
16. DAFTAR PUSTAKA
2006.Modul Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP). Provinsi
SULTRA. World Health Organization Indonesia.
http://jhon-asuhan-keperawatan jiwa.blogspot.com/2010/01/isolasi sosial.htmlel:
adventure1331
16