ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. • A. PENGERTIAN
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat Trauma
adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang
dewasa kurang dari 44 tahun.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut
dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut
dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan
laparatomi.Trauma tumpul abdomen adalah pukulan /
benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal,
limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar,
pembuluh – pembuluh darah abdominal).
3. • Etiologi
1. Penyebab trauma penetrasi (trauma perut dengan
penetrasi kedalam rongga peritonium)
- Luka akibat terkena tembakan
- Luka akibat tikaman benda tajam
- Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi (trauma perut tanpa
penetrasi kedalam rongga peritonium).
- Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
- Hancur (tertabrak mobil)
- Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
- Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga
4. • Patofisiologi dan Pathway
Dampak trauma abdomen tergantung pada:
- Daerah atau lokasi yang terkena.
- Jenis luka
- Penanggulangan emergency.
Trauma pada abdomen dapat bersifat tumpul dan
trauma tembus.
Trauma tumpul akan menyebabkan rupture organ-
organ dalam abdomen yang akan menyebabkan
perdarahan yang dapat pula terjadi syok dan
peritonitis
5.
6. • Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat (1997),
meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan
muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non-penetrasi
(tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat jejas atau ruktur dibagian dalam
abdomen dan terjadi perdarahan intra abdominal
Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal
dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam
(melena). Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
- Terdapat luka robekan pada abdomen
- Luka tusuk sampai menembus abdomen
- Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah keadaan
- Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen.
7. • F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;
kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi,
adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
b. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
kencing.
e. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang
disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan
jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah
kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-
buli terlebih dahulu.
f. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam
rongga peritonium .
8. • Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.
b. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung
dan mencegah aspirasi.
c. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung
kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
d. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus
dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan
peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ;
prolaps visera melalui luka tusuk ; darah
9. A. PENGKAJIAN
• 1. Trauma Tembus abdomen
• - Dapatkan riwayat mekanisme cedera; kekuatan
tusukan/tembakan; kekuatan tumpul (pukulan).
• - Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya: ced-
• Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga
perubahan dapat dideteksi. era tusuk, memar, dan tempat keluarnya
peluru.
• - Perkusi dengan menggunakan jari tangan, bila terdengar suara
timpani yang berlebihan, maka dicurigai adanya penumpukan udara
bebas yang mengindikasikan adanya luka tembus.
• Palpasi harus hati-hati dan lembut, karena pada daerah abdomen
terjadi akumulasi cairan atau darah atau udara, sehingga abdomen
akan mengalami distensi.
10. • DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera
tusuk.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
gangguan integritas kulit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas
jaringan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas,
dan penurunan kekuatan/tahanan.
11. • Intervensi
• 1. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami
perubahan secara tidak diinginkan.
• Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
• Kriteria Hasil :
• - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
• - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri
d. Observasi tanda-tanda vital.
untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk
memblok stimulasi nyeri.
12. • Implementasi
a. Pantau tanda-tanda vital.
mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu
tubuh meningkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus,
kateter, drainase luka, dll.
untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan
darah, seperti Hb dan leukosit.
penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
13. • D. EVALUASI
1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang
sesuai.
2. Infeksi tidak terjadi/terkontrol.
3. Nyeri dapat berkurang atau hilang.
4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.