3. MORFOLOGI
morf logos
bentuk ilmu
Ilmu mengenai bentuk : bagaimana
membentuk kata dengan benar arti/makna
Morfologi atau tatakata : ilmu bahasayang
membicarakan seluk-beluk bentuk kataserta
pengaruh perubahan bentuk kataterhadap
golongan/kelasdan arti kata.
4. Beberapa pengertian morfologi:
Morfologi adalah ilmu bahasa yang
mempelajari seluk beluk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatikal maupun fungsi
semantik (Ramlan, 1987: 21).
Morfologi adalah bagian dari tatabahasa
yang membicarakan bentuk kata (Keraf,
1984: 51).
Morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi-
kombinasinya; bagian dari struktur bahasa
yang mencakup kata dan bagian-bagian
kata yakni morfem (Kridalaksana, 1993:
6. Pengertian Morfem :
Suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung
bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain,
baik bunyi maupun maknanya.
Unsur-unsur terkecil yang memiliki makna
dalam tutursuatu bahasa
Unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa.
Dapat disimpulkan bahwa morfem adalah
satuan bahasa atau gramatik terkecil yang
bermakna, dapat berupa imbuhan atau pun
kata.
7. Morf dan alomorf adalah dua buah nama
untuk sebuah bentuk yang sama
Morf adalah anggota morfem yang belum
ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada
kata kenai adalah morf; morf adalah ujud
kongkret atau ujud fonemis dari morfem,
misalnya men- adalah ujud konkret dari
meN- yang bersifat abstrak
9. 1. Prinsip pertama
Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologis dan arti (leksikal) atau makna
gramatikal) yang sama merupakan satu
morfem, misalnya, satuan lihat dalam
dilihat, melihat, penglihatan. Dengan
demikian lihat merupakan morfem.
10. Alomorf adalah anggota morfem yang telah
ditentukan posisinya. Misalnya, /ber/, /be/,
dan /bel/ adalah alomorf dari ber-, seperti
pada kata bernyanyi, bekerja, dan belajar;
meN- mempunyai alomorf meng-, men-, me-,
mem-, meny-, dan menge-, seperti pada
kata-kata mengajak, menulis, melukis,
membawa, menyapa, dan mengecat.
11. 2. Prinsip kedua
Satuan-stauan yang mempunyai struktur fonologis
berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-
satuan itu mempunyai arti/makna yang sama, dan
perbedaan satuan fonologisnya dapat dijelaskan
secra fonologis. Sebagai contoh, mem-, men-, dan
meng- dalam kata membawa, mendukung,
menggali memiliki arti yang sama dan struktur
fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis.
Yaitu, satuan-satuan itu muncul karena mengikuti
konsonan /b/, /d/, dan /g/.
12. 3. Prinsip ketiga
Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologis berbeda, sekalipun perbedaannya
tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih
dapat dianggap satu morfem apabila
mempunyai arti/makna yang sama dan
mempunyai distribusi komplementer (dapat
diterapkan secara silih berganti). Misalnya,
bel- dalam kata belajar merupakan satu
morfem dengan satuan ber- dalam berkebun
atau be- dalam bekerja, sebab mempunyai
makna yang sama dan dapat diterapkan
secara silih berganti.
13. 4. Prinsip keempat
Apabila dalam dereten struktur suatu
satuan berparalel dengan suatu
kekosongan, kekosongan itu merupakan
morfem. Sebagai contoh, dalam kalimat Dia
makan kacang, kata makan dipakai tanpa
menggunakan me-. Morfem yang tidak ada
dalam struktur disebut morfem zero.
14. 5. Prinsip kelima
Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologis mungkin merupakan satu morfem,
mungkin pula merupakan morfem yang
berbeda. Dikatakan morfem yang sama jika
maknanya berhubungan walaupun letaknya
dalam kalimat tidak sama, misalnya kata duduk
dalam kalimat Ia sedang duduk dan duduk
orang itu sangat sopan. Dikatakan morfem
berbeda apabila artinya berbeda, misalnya
kata buku berarti ‘kitab’ dan buku berarti
“sendi’ atau kata mulut dalam kalimat Mulut
gua itu lebar dan Mulut orang itu lebar.
15. 6. Prinsip keenam
Setiap satuan yang dapat dipisahkan
merupakan morfem, misalnya, di samping
kata bersandar yang memiliki satuan ber-
dan sandar terdapat kata sandaran yang
memiliki satuan sandar dan –an. Oleh
karena itu, ber-, sandar, dan –an
merupakan morfem yang berbeda.
16. a. Morfem bebas dapat berdiri sendiri
contoh: “saya”, “buku”
morfem terikat tidak dapat berdiri sendiri
contoh: “ber”, “kan”, “me”, “juang”,
“henti”
b. Morfem segmental dan morfem supra
segmental
c. Morfem bermakna leksikal dan morfem tak
bermakna leksikal
d. Morfem utuh dan morfem terbelah
17. e. Morfem monofonemis dan morfem
polifonemis
f. Morfem aditif, morfem Replasif, dan
morfem substraktif