Dokumen tersebut membahas tentang morfologi bahasa, yang merupakan ilmu yang mempelajari struktur kata dan pengaruh perubahan bentuk kata terhadap makna. Ia membahas pengertian morfem sebagai satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna, serta proses-proses morfologi seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Dokumen ini juga menjelaskan klasifikasi morfem berdasarkan posisi, bentuk, dan makn
1. MORFOLOGI BAHASA
KELOMPOK 2
Anggota :
1. Kun Marti Hidayati (15108241036)
2. Nurmia Afiatun R (15108241052)
3. Nadhifatul Ulya (15108241070)
4. Hariadi (15108241155)
3. Pengertian Morfologi
• Kata Morfologi berasal dari kata morphologie
yang berasal dari Yunani. Terdiri dari kata
morphe dan logos. Morphe berarti bentuk dan
logos berarti ilmu.
• Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk kata (struktur kata) serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
makna (arti) dan kelas kata.
4. Menurut ahli:
1. Zaenal Arifin dan Juaiyah
Morfologi adalah ilmu bahasa tentang
seluk-beluk bentuk kata (struktur kata)
2. J. W. M. Verhaar
Morfologi adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal
5. 3. Menurut Ramlan
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk beluk
struktur kata serta pengaruh perubahan-
perubahan struktur kata terhadap golongan dan
arti kata.
4. Menurut Crystal
morfologi adalah cabang tata bahasa yang
menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya
melalui penggunaan morfem.
7. Pengertian Mofem
• Morfem adalah satuan gramatikal terkecil
yang mempunyai makna. Namun tidak semua
morfem memiliki makna filosis. Morfem tidak
bisa dibagi kedalam bentuk bahasa yang lebih
kecil lagi.
8. Identifikasi Morfem
Ternyata semua bentuk {ke} di
samping mempunyai makna yang
sama yaitu menyatakan tingkat
atau derajat.
Karena merupakan bentuk
terkecil yang berulang-ulang dan
mempunyai makna yang sama,
maka bentuk {ke} tersebut bisa
dikatakan sebuah morfem.
9. Identifikasi Morfem
Ternyata semua bentuk {ke} di
samping mempunyai makna yang
sama yaitu menyatakan arah
atau tujuan.
Karena merupakan bentuk
terkecil yang berulang-ulang dan
mempunyai makna yang sama,
maka bentuk {ke} tersebut bisa
dikatakan sebuah morfem.
(disini atuaran ejaan tidak diindahkan)
10. Apakah {ke} pada kedua deretan tersebut
merupakan morfem yang sama atau tidak?
• Dalam hal ini karena makna bentuk {ke} pada
kedua dan kepasar tidak sama, maka kedua
{ke} itu bukanlah morfem yang sama.
Keduanya merupakan dua morfem yang
berbeda walaupun bentuknya sama.
• Jadi, kesamaan arti dan kesamaan bentuk
merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
11. Alomorf
Bentuknya mirip atau hampir
sama dan maknanya juga sama.
Apakah me-, mem-, men-, meny-,
meng-, dan menge- merupakan
sebuah morfem yang sama?
Semua bentuk itu merupakan sebuah
morfem karena meskipun bentuknya
tidak sama persis tetapi perbedaannya
dapat dijelaskan secara fonologis
anggota satu morfem yang wujudnya
berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan
makna yang sama disebut alomorf
12. Klasifikasi morfem
• Morfem bebas: morfem yang tanpa kehadiran
morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah,
dan bagus. Morfem-morfem tersebut dapat
berdiri sendiri dan dapat digunakan tanpa
harus terlebih dahulu menggabungkannya
dengan morfem lain.
Berdasarkan kebebasannya
13. Klasifikasi morfem
• morfem terikat: morfem yang tanpa digabung
dengan morfem lain tidak dapat muncul
dalam pertuturan. Contohnya adalah
bentuk renta, kerontang, dan bugar. Morfem-
morfem tersebut tidak dapat muncul dalam
pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami
proses morfologi.
Berdasarkan kebebasannya
14. Klasifikasi morfem
• morfem utuh: morfem yang terdiri dari satu
kesatuan. Semua morfem bebas termasuk
morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil},
{laut}, dan {pulpen}.
Berdasarkan bentuk formalnya
15. Klasifikasi morfem
• morfem terbagi: morfem yang terdiri dari dua
buah bagian yang terpisah. Contohnya:
1. kata kesatuan memiliki satu morfem utuh,
yaitu {satu} dan satu morfem terbagi yaitu
{ke-/an}.
2. kata perbuatan, terdiri dari satu morfem utuh
{buat} dan satu morfem terbagi {per-/an}.
Berdasarkan bentuk formalnya
16. Klasifikasi morfem
• Morfem segmental: morfem yang berwujud
bunyi dan dibentuk oleh fonem-fonem
segmental, seperti morfem {lihat}, {lah},
{sikat}, dan {ber}.
Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya
17. Klasifikasi morfem
• morfem suprasegmental: morfem yang dibentuk
oleh unsur-unsur suprasegmental,
seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
• Dalam bahasa Ngbaka (Kongo Utara) untuk
mengungkapkan kalimat masa kini digunakan
simbol nada turun (ˋ), kalimat masa lampau
menggunakana nada datar (ˉ), kalimat masa nanti
menggunakan nada turun naik (ˇ), dan untuk
kalimat imperatf menggunakan nada naik (ˊ)
Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya
Bahasa Indonesia tidak memiliki morfem suprasegmental
18.
19. Klasifikasi morfem
• Morfem beralomorf zero (lambangnya berupa
Ø): morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun
suprasegmental, melainkan berupa
"kekosongan". Morfem beralomorf zero
merupakan morfem penanda jamak dalam
bahasa Inggris dan tidak berlaku pada Bahasa
Indonesia.
Morfem Beralomorf Zero
20. Klasifikasi morfem
• Contohnya adalah bentuk sheep, baik bentuk
tunggal maupun jamak, kata Sheep akan tetap
menjadi sheep dan tidak mengalami
perubahan.
• dalam bentuk tunggal dapat ditulis {sheep}
• dalam bentuk jamak menjadi ({sheep}+{Ø}).
Morfem Beralomorf Zero
21. Klasifikasi morfem
• Morfem Bermakna Leksikal: morfem yang
memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa
perlu berproses dengan morfem lain. Morfem
bermakna leksikal jumlahnya tidak terbatas
dan sangat produktif. Misalnya, {kuda}, {pergi},
{lari}, {makan} dan {merah}. Morfem seperti
ini dengan sendirinya sudah dapat digunakan
secara bebas.
Berdasarkan maknanya
22. Klasifikasi morfem
• Morfem tidak bermakna leksikal: morfem
yang tidak memiliki makna apapun pada
dirinya sendiri. Morfem ini baru
mempunyai makna jika digabung dengan
morfem lain dalam suatu proses
morfologi. Termasuk morfem tidak bermakna
leksikal adalah morfem-morfem afiks seperti,
{ber-}, {me-}, dan {-ter}.
Berdasarkan maknanya
24. AFIKS (imbuhan)
Afiks adalah bentuk bahasa yang terkecil
yang mempunyai arti dan selalu diimbuhkan
pada morfem bebas atau kata dasar, biasanya
berupa morfem terikat.
Sedangkan prosesnya sendiri di sebut
afiksasi (affixation).
26. 1. PREFIKS (awalan)
adalah imbuhan yang terletak di awal kata.
Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi.
awalan dalam bahasa indonesia dibagi
menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan
imbuhan serapan.
Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per,
se, ber,
27. Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi
untuk membentuk kata kerja aktif.
Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat
berfungsi menjadi kata benda.
Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk
kata kerja aktif.
28. 1. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe-
menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/,
/u/, /o/, /k/
Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur
2. Perubahan awalan me- menjadi men-, pe-
menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong
29. 3. Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe-
menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /b/,/f/, /v/
Contoh: beli – membeli, pembeli
4. Perubahan awalan me menjadi meny-, pe-
menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /s/
Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa
30. 5. Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/
diubah menjadi /m/ dan /n/
Contoh: pakai – memakai, pemakai
6. Kata dasar yang tidak mengalami perubahan
bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
Contoh: lamar – melamar, pelamar
31. 7. Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka
awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.
Contoh: Renang – berenang, perenang
8. Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk
kata kerja dan membawa arti yang pasif.
Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku.
(membawa arti pasif)
Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti
pasif)
32. 9. Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata
benda.
Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah
10. Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja
intransitif
Contoh: Luar –> keluar (Ia sedang keluar .)
Dalam –> kedalam (Mereka sedang kedalam.)
33. awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada
kata-kata serapan yang disadari adanya , adalah sbb
:
• a- seperti pada amoral, asosial, anonym,
asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’
atau ‘tidak ber’.
• anti- seperti pada antikomunis,
antipemerintah, antiklimaks, antimagnet,
antikarat yang artinya ‘melawan’ atau
‘bertentangan dengan’.
34. • bi- misalnya pada bilateral, biseksual,
bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
• de- seperti pada dehidrasi, devaluasi,
dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya
‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
35. • eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden,
eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini
artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan
dengan kata ‘mantan’.
• ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-
terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai
pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri.
Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan
ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
36. • hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual,
hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau
‘sangat’.
• in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif,
intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
• infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah,
infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
37. • intra- misalnya pada intrauniversiter,
intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
• inter- misalnya interdental, internasional,
interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan
antar-.
• ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental,
kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya
‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
38. • kontra- misalnya pada kontrarevolusi,
kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya
‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
• makro- misalnya pada makrokosmos,
makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini
artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
• mikro- seperti pada mikroorganisme,
mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya
‘kecil’ atau ‘renik’.
39. • multi- seperti padamultipartai, multijutawan,
multikompleks, multilateral, multilingual.
Awalan ini artinya ‘banyak’.
• neo- seperti pada neokolonialisme,
neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini
artinya ‘baru’.
• non- seperti pada nongelar, nonminyak,
nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini
artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
40. 2. INFIKS (sisipan)
adalah imbuhan yang terletak di dalam
kata. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut
infixation.
Sisipan terletak pada suku pertama kata
dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama
dengan vokal pertama suku tersebut.
Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-,
-el-, -em- dan -in.
41. Sisipan ( infiks/ infix) dapat
mempunyai makna, antara lain:
1. Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contohnya: tali→ temali,
artinya terdapat bermacam-macam tali.
2. Menyatakan intensitas frekuentif /
banyaknya waktu.
Contoh: getar→gemetar,
artinya menunjukan banyaknya waktu
getar atau gerak suatu benda.
42. 3. Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat
seperti yang di sebut pada kata dasarnya.
Contoh: kata kerja→kinerja,
artinya sesuatu yang mempunyai sifat
sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan
43. Arti sisipan er, el dan em
• menyatakan banyak
– Contohnya : gerigi = banyak gigi, geletar = banyak
getar, kemilau = banyak kilau
• alat untuk
– Contohnya : telunjuk = alat untuk menunjuk
44. • pelaku pekerjaan
– Contohnya : pelatuk = burung yg biasa mematuk-
matuk, temanggung = orang yang menanggung,
dll
• menyerupai
– Contohnya : kemucing = menyerupai kucing.
• menyatakan berulang-ulang.
– Contohnya : selidik = berulang-ulang diselidiki,
jelajah = berulang-ulang dijelajah
45. 3. SUFIKS (akhiran)
adalah imbuhan yang terletak di akhir kata.
Proses pembentukannya di sebut safiksasi.
Dalam proses pembentukan kata ini tidak
pernah mengalami perubahan bentuk.
Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man,
wati, wan, asi, isme, in, wi,
46. 1. akhiran untuk kata benda
Contoh: -an + pikir→pikiran, -in +
hadir→hadirin,
2. akhiran yang berupa kata sifat
contoh : -if→aktif, sportif. -ik→magnetik,
elektronik. -is→praktis, anarkis.
47. Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti
berikut:
• –al misalnya pada actual, structural,
emosional, intelektual. Kata-kata yang
berakhiran –al ini tergolong kata sifat.
• –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi,
nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi.
Akhiran tersebut menyatakan ‘proses
menjadikan’ atau ‘penambahan’.
48. • –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme,
sarkasme, antusiasme. Akhiran ini
menyatakan kata benda.
• er seperti pada primer, sekunder, arbitrer,
elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
• –et seperti pada operet, mayoret, sigaret,
novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian
‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu
‘novel kecil’.
–
49. • –i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi,
asasi, asali, duniawi. Akhiran-akhiran ini
menyatakan sifat.
• –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif,
agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
• –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran
ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-
kata ini diganti dengan –al.
50. • –ik (1) seperti pada linguistik, statistik,
semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan
‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’.
• -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik,
fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
51. • –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis,
praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini
menyatakan sifat.
• –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois,
marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan
orang yang mempunyai faham seperti
disebut dalam kata dasar.
52. • –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme,
Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.
• –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi,
kelirumologi, -logi artinya ‘ilmu’.
• –ir seperti pada mariner, avonturir, banker.
Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja
pada bidang atau orang yang mempunyai
kegemaran ber-.
53. • –or seperti pada editor, operator, deklamator,
noderator. Akhiran ini artinya orang yang
bertindak sebagai orang yang mempunyai
kepandaian seperti yang tersebut pada kata
dasar.
• –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur,
debitur, direktur. Akhiran ini menyatakan agentif
atau pelaku;
• –itas seperti pada aktualitas, objektivitas,
universitas, produktivitas. Akhiran ini
menyatakan benda.
54. 4. KONFIKS (awalan dan akhiran)
adalah awalan dan akhiran yang melekat
pada kata secara bersamaan , tidak secara
bertahap / tidak satu demi satu.
55. Jenis Konfiks :
1. Konfiks per-an / peng-an
Fungsi : membentuk kata benda Makna konfiks per-an / peng-an:
• Menyatakan tempat
Contoh : perhentian , pelabuhan , pengadilan ,
pemakaman
• Menyatakan hasil perbuatan
Contoh : pemalsuan , permainan , pengaduan ,
penahanan, penghitungan
• Menyatakan peristiwa / hal perbuatan / proses
Contoh : pengajaran , pencarian , pengaturan ,
pendidikan
56. 2. Konfiks ke-an
Fungsi : membentuk kata benda , tetapi dalam
jumlah terbatas , konfiks ke-an juga berfungsi
membentuk kata kerja (pasif) dan kata sifat/keadaan
Makna Konfiks ke-an :
• Menyatakan tempat /daerah/wilayah
Contoh : kerajaan , kecamatan , kedutaan ,
kelurahan
• Menyatakan hal yang disebut dalam kata dasar
Contoh : kewajiban , kebersihan , kenyataan ,
ketuhanan , kesatuan , keindahan
57. • Terkena/menderita sesuatu hal
Contoh : kehujanan , kepanasan , kedinginan ,
kekurangan , kesakitan, kelaparan , kehausan
• Perbuatan yang dilakukan secara tidak
sengaja
Contoh : kelupaan , ketiduran , kemasukan
, keguguran , kejatuhan
58. • Menyatakan terlalu
Contoh : kebesaran, kekecilan,
kegemukan, kekurusan, kemahalan, kematangan
• Mengandung sedikit sifat yang disebut dalam
kata dasar, agak, atau menyerupai
Contoh : kekanak-kanakan, kemerah-
merahan, kekuning-kuningan
59. • 3. Konfiks ber-an
• Fungsi : membentuk kata kerja Makna konfiks
ber-an :
• Menyatakan saling atau perbuatan yang
dilakukan secara timbal balik (resiprok). Contoh :
berkirim-kiriman, berkenalan, bersalam-salaman,
berpelukan, bertangis-tangisan, berkejar-kejaran,
berebutan
• Menyatakan perbuatan yang terjadi berulang-
ulang (repetitif), atau perbuatan tetap
berlangsung, atau pelakunya banyak. Contoh:
bertaburan, berkilauan, berhamburan,
berkeliaran, bercucuran, berdatangan
60. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan
perubahan bunyi.
Kata ulang adalah kata yang telah mengalami
proses reduplikasi.
Kata ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti
memiliki kata dasar.
61. Berdasarkan pendapat para ahli, kata ulang
dapat dibedakan 5 macam yaitu:
• 1. Kata ulang murni
• 2. Kata ulang berimbuhan
• 3. Kata ulang berubah bunyi
• 4. Kata ulang semu
• 5. Kata ulang dwipurwa
62. 1. Kata Ulang Murni
• Kata ulang murni adalah kata ulang yang
dihasilkan oleh unsur pengulangan secara penuh.
• Contoh:
• baca-baca malam-malam
• meja-meja pagi-pagi
• dua-dua lama-lama
• hitam-hitam makanan-makanan
• dia-dia tulisan-tulisan
63. 2. Kata Ulang Berimbuhan
• Kata ulang berimbuhan adalah semua kata
ulang yang salah satu unsurnya berimbuhan.
• Contoh:
• membaca-membaca bersama-sama
• menyebut-nyebut secepat-cepatnya
• bersenang-senang tersenyum-senyum
64. Proses Terjadinya Kata Ulang Berimbuhan
a. Terjadi bersamaaan dengan afiksasi
Contoh:
bermeter-meter
berton-ton
berjuta-juta
berkubik-kubik
65. b. Reduplikasi terjadi terlebih dahulu
Contoh:
berlari-lari
bersama-sama
c. Afiksasi terjadi lebih dahulu
Contoh:
menjerit-jerit
memukul-mukul
66. 3. Kata Ulang Berubah Bunyi
Kata ulang berubah bunyi: yang mengalami
perubahan itu boleh unsur pertama boleh unsur
kedua. Umumnya dalam bahasa Indonesia
dijumpai jenis kedua itu.
Contoh:
bolak-balik
kedap-kedip
sayur-mayur
lalu-lalang
lauk-pauk
hingar-bingar
67. 4. Kata Ulang Semu
• Adalah kata yang hanya dijumpai dalam bentuk
ulang seperti itu. Bila tidak diulang, komponennya
itu tidak mempunyai makna, atau mempunyai
makna lain yang tidak ada hubunganya dengan
kata ulang tersebut.
• Contoh:
• agar-agar
• ari-ari
• hati-hati
• kunang-kunang
• kupu-kupu
68. 5. Kata Ulang Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa adalah kata ulang yang
pengulanganya hanya terjadi pada suku kata awal
dan disertai dengan penggantian vokal suku
pertama itu dengan e pepet.
Contoh:
Dedaunan
kekayaan
pepohonan
rerumputan
bebijian
69. Nosi kata ulang
Nosi kata ulang dapat menyatakan makna:
a. “Jamak, bermacam-macam”, misalnya :
• Orang-orang
• Buah-buahan
b. “Pekerjaan dilakukan berulang”, misalnya :
• Bolak-balik
70. c. "Tiruan", misalnya :
• Anak-anakan
• Gunung-gunungan
d."agak", misalnya :
• Kemerah-merahan
e. “walaupun", misalnya:
• Pahit-pahit diminumnya obat itu.
• Panas-panas mereka datang juga.
71. Pemajemukan atau komposisi
• Konstruksi majemuk terdiri atas dua morfem
atau dua kata dan bisa lebih yang membentuk
satu pengertian. Konstruksi majemuk tidak
lagi menonjolkan makna tiap komponennya,
tetapi menonjolkan makna yang ditimbulkan
oleh gabungan komponen itu sekaligus.
72. Pembedaan Kata Majemuk
Berdasarkan Cara Penulisannya
a. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk
yang cara penulisannya dirangkaikan. seolah-
olah telah melebur menjadi satu kata baru
Misalnya: matahari. hulubalang. bumiputra
73. b.Kata Majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata
majemuk yang cara penulisan morfem -
morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya:
sapu tangan. kumis kucing. cerdik pandai
74. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas
Kala Pembentuknya
Berdasarkan kelas kata pembentuknya. kata majemuk
dapat dibedakan atas:
a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata
benda
Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu tangan
b. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata
kerja
Misalnya: kapal terbang. anak pungut. meja makan
75. c. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda +
kata sifat
Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat
tinggi
d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat +
kata benda
Misalnya: panjang tangan. tinggi hati. keras
kepala
76. e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan +
kata benda
Misalnya: pancaindera. dwiwarna. sapta marga
f. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata
kerja
Misalnya: naik turun. keluar masuk. pulang pergi
g. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata
sifat
Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar kecil.
77. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan
Kata Pembentuknya Ditinjau dari segi hubungannya.
Kata majemuk dapat dibedakan atas:
1. Kata majemuk yang morfem pertama nya
merupakan awalan (prefiks). seperti: pra-
sarana,prasejarah.
2. Kata majemuk yang morfem pertamanya
merupakan pangkal kata. seperti: rumah sakit,
kapal udara, meja belajar
78. 3. Kata majemuk yang morfem keduanya
merupakan pangkal kata. seperti: maha-siswa,
purba-kala
4 Kata majemuk yang morfem pertamanya
mempunyai hubungan sederajat dengan
morfem keduanya. seperti naik turun, besar
kecil, pulang pergi, sanak saudara
79. ABREVIASI
• Abreviasi adalah proses penanggalan satu
atau beberapa bagian kata atau kombinasi
kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain
abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses
abreviasi disebut kependekan. Bentuk
kependekan dalam bahasa Indonesia muncul
karena terdesak oleh kebutuhan untuk
berbahasa secara praktis dan cepat.
81. • a. Singkatan yaitu salah satu hasil proses
pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi
huruf, seperti: PGSD (Pendidikan Guru Sekolah
Dasar), DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), dan
KKN( Kuliah Kerja Nyata), maupun yang tidak
dieja huruf demi huruf, seperti: dll. (dan lain-
lain), dgn. (dengan), dst. (dan seterusnya).
82. • b. Penggalan yaitu proses pemendekan yang
menghilangkan salah satu bagian dari kata
seperti: Prof. (Profesor) Bu (Ibu) Pak (Bapak)
• c. Akronim, yaitu proses pemendekan yang
menggabungkan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai
sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotaktik
Indonesia, seperti:
ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe, /i/
83. • d. Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang
meringkaskan kata dasar atau gabungan kata,
seperti:
tak dari tidak
sendratari dari seni drama dan tari
• e. Lambang huruf, yaitu proses pemendekan
yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang
menggambarkan konsep dasar
kuantitas, satuan atau unsur, seperti:
g (gram)
Au (Aurum)
84. KONVERSI
• Konversi adalah proses pembentukan kata dari
sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata
berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik
dari dasar itu. Misalnya, kata cangkul dalam
kalimat(1) adalah berkategori nomina, tetapi
pada kalimat(2) adalah berkategori verba.
• (1) Petani membawa cangkul ke sawah.
• (2) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
85. Proses Morfofonemik
• Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau
morfofonologi) adalah kajian mengenai
terjadinya perubahan bunyi atau perubahan
fonem sebagai akibat dari adanya proses
mofologi.
86. Jenis Perubahan
• Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis
perubahan fonem berkenaan dengan proses
morfologi. Di antaranya adalah :
• a. Pemunculan fonem, yakni munculnya
fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang
pada mulanya tidak ada. Misalnya hari + an
terbaca hari(y)an
87. • b. Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem
dalam suatu proses morfologi. Misalnya,
dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada
dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada
prefiks ber- dilesapkan.
• Contoh: ber + renang menjadi berenang
88. • c. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah
fonem serta disenyawakan dengan fonem lain
dalam suatu proses morfologi. Misalnya,
dalam pengimbuhan prefiks me-pada dasar
sikat, maka fonem [s] pada kata sikat itu
diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem
nasa /ny/.
• Contoh: me + sikat menjadi menyikat
89. • d. Perubahan fonem, yakni berubahnya
sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai
akibat terjadinya proses morfologi.
• Contohnya: ber + ajar menjadi belajar
90. • e. Pergeseran fonem, yakni berubahnya
posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke
dalam suku kata yang lain.
• Contoh: Ja.wab + an menjadi ja.wa.ban
91. Morfofonemik dalam pembentukan
kata bahasa Indonesia
• a. Morfofonemik prefiks meng-
• 1) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/, /k/, /h/, atau /x/, bentuk tetap meng-
tetap meng-/men-/. Misalnya: mengawali,
mengikuti, mengubah , mengekor, mengolah,
mengarang, dan menghitung.
92. • 2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/,
/n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan
menjadi me-. Misalnya: melalui, meronta,
meyakini, mewariskan.
93. • 3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau
/t/, bentuk tersebut menjadi men-.
Misalnhya: mendengar, menulis.
• 4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/,
atau /f/, bentuk tersebut menjadi mem-.
Misalnya: membawa, memarkir, memfitnah.
94. • 5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan
/s/, bentuk tersebut menjadi men-, meny-,
men-. Misalnya : mencubit, mencopot,
menjadikan, menjajakan, menyapu.
• 6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang bersuku satu, bentuk tersebut
menjadi menge-. Misalnya: mengelas,
mengerem, mengecat, mengelap.
95. • b. Morfofonemik prefiks per-
• 1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila
ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem
/r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/. Misalnya: perasa, peraba,
pekerja, peserta.
• 2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila
ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
Misalnya: per- + ajari => pelajari.
96. • 3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan
bentuk jika bergabung dengan dasar lain di
luar kaidah 1 dan 2 di atas.
Misalnya: perdalam, perluas, perhalus,
perkaya, perbaiki.
97. • c. Morfofonemik prefiks ber-
• 1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika
ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /r/. Misalnya: beransel, berupa,
berenang, berendam.
98. • 2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika
ditambahkan pada dasar yang suku
pertamanya berakhir dengan /er/.
• Misalnya: ber- + kerja => bekerja
• ber- + serta => beserta
• ber- + pergi + an => bepergian
99. • 3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika
ditambahkan pada dasar tertentu.
• Misalnya: ber- + ajar => belajar
• 4) Prefiks ber- tdak berubah bentuknya
apabila digabungkan dengan dasar di luar
kaidah 1-3 di atas.
• Misalnya: ber- + layar => berlayar
• ber- + peran => berperan
100. • d. Morfofonemik prefiks ter-
• Prefiks ter- berubah menjadi te- jika
ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /r/. Misalnya: ter- + rebut => terebut
• ter- + rasa => terasa
• Sebagaimana afiks per- dan ber-, afiks ter- juga
kehilangan fonem /r/ sehingga hanya ada
satu r.
101. • 1) Jika suku pertama kata dasar berakhir
dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter-
ada yang muncul dan ada pula yang tidak.
• Misalnya: ter- + percaya => terpercaya
• ter- + cermin => tercermin
• 2) Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak
berubah bentuknya.
• Misalnya: ter- + pilih => terpilih
• ter- + bawa => terbawa