SlideShare a Scribd company logo
1 of 102
MORFOLOGI BAHASA
KELOMPOK 2
Anggota :
1. Kun Marti Hidayati (15108241036)
2. Nurmia Afiatun R (15108241052)
3. Nadhifatul Ulya (15108241070)
4. Hariadi (15108241155)
MORFOLOGI
MORPHE LOGOS
Pengertian Morfologi
• Kata Morfologi berasal dari kata morphologie
yang berasal dari Yunani. Terdiri dari kata
morphe dan logos. Morphe berarti bentuk dan
logos berarti ilmu.
• Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk kata (struktur kata) serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
makna (arti) dan kelas kata.
Menurut ahli:
1. Zaenal Arifin dan Juaiyah
Morfologi adalah ilmu bahasa tentang
seluk-beluk bentuk kata (struktur kata)
2. J. W. M. Verhaar
Morfologi adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal
3. Menurut Ramlan
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk beluk
struktur kata serta pengaruh perubahan-
perubahan struktur kata terhadap golongan dan
arti kata.
4. Menurut Crystal
morfologi adalah cabang tata bahasa yang
menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya
melalui penggunaan morfem.
5. Menurut Rusmaji
Morfologi mencakup kata, bagian-
bagiannya, dan prosesnya.
Pengertian Mofem
• Morfem adalah satuan gramatikal terkecil
yang mempunyai makna. Namun tidak semua
morfem memiliki makna filosis. Morfem tidak
bisa dibagi kedalam bentuk bahasa yang lebih
kecil lagi.
Identifikasi Morfem
Ternyata semua bentuk {ke} di
samping mempunyai makna yang
sama yaitu menyatakan tingkat
atau derajat.
Karena merupakan bentuk
terkecil yang berulang-ulang dan
mempunyai makna yang sama,
maka bentuk {ke} tersebut bisa
dikatakan sebuah morfem.
Identifikasi Morfem
Ternyata semua bentuk {ke} di
samping mempunyai makna yang
sama yaitu menyatakan arah
atau tujuan.
Karena merupakan bentuk
terkecil yang berulang-ulang dan
mempunyai makna yang sama,
maka bentuk {ke} tersebut bisa
dikatakan sebuah morfem.
(disini atuaran ejaan tidak diindahkan)
Apakah {ke} pada kedua deretan tersebut
merupakan morfem yang sama atau tidak?
• Dalam hal ini karena makna bentuk {ke} pada
kedua dan kepasar tidak sama, maka kedua
{ke} itu bukanlah morfem yang sama.
Keduanya merupakan dua morfem yang
berbeda walaupun bentuknya sama.
• Jadi, kesamaan arti dan kesamaan bentuk
merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
Alomorf
Bentuknya mirip atau hampir
sama dan maknanya juga sama.
Apakah me-, mem-, men-, meny-,
meng-, dan menge- merupakan
sebuah morfem yang sama?
Semua bentuk itu merupakan sebuah
morfem karena meskipun bentuknya
tidak sama persis tetapi perbedaannya
dapat dijelaskan secara fonologis
anggota satu morfem yang wujudnya
berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan
makna yang sama disebut alomorf
Klasifikasi morfem
• Morfem bebas: morfem yang tanpa kehadiran
morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah,
dan bagus. Morfem-morfem tersebut dapat
berdiri sendiri dan dapat digunakan tanpa
harus terlebih dahulu menggabungkannya
dengan morfem lain.
Berdasarkan kebebasannya
Klasifikasi morfem
• morfem terikat: morfem yang tanpa digabung
dengan morfem lain tidak dapat muncul
dalam pertuturan. Contohnya adalah
bentuk renta, kerontang, dan bugar. Morfem-
morfem tersebut tidak dapat muncul dalam
pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami
proses morfologi.
Berdasarkan kebebasannya
Klasifikasi morfem
• morfem utuh: morfem yang terdiri dari satu
kesatuan. Semua morfem bebas termasuk
morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil},
{laut}, dan {pulpen}.
Berdasarkan bentuk formalnya
Klasifikasi morfem
• morfem terbagi: morfem yang terdiri dari dua
buah bagian yang terpisah. Contohnya:
1. kata kesatuan memiliki satu morfem utuh,
yaitu {satu} dan satu morfem terbagi yaitu
{ke-/an}.
2. kata perbuatan, terdiri dari satu morfem utuh
{buat} dan satu morfem terbagi {per-/an}.
Berdasarkan bentuk formalnya
Klasifikasi morfem
• Morfem segmental: morfem yang berwujud
bunyi dan dibentuk oleh fonem-fonem
segmental, seperti morfem {lihat}, {lah},
{sikat}, dan {ber}.
Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya
Klasifikasi morfem
• morfem suprasegmental: morfem yang dibentuk
oleh unsur-unsur suprasegmental,
seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
• Dalam bahasa Ngbaka (Kongo Utara) untuk
mengungkapkan kalimat masa kini digunakan
simbol nada turun (ˋ), kalimat masa lampau
menggunakana nada datar (ˉ), kalimat masa nanti
menggunakan nada turun naik (ˇ), dan untuk
kalimat imperatf menggunakan nada naik (ˊ)
Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya
Bahasa Indonesia tidak memiliki morfem suprasegmental
Klasifikasi morfem
• Morfem beralomorf zero (lambangnya berupa
Ø): morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun
suprasegmental, melainkan berupa
"kekosongan". Morfem beralomorf zero
merupakan morfem penanda jamak dalam
bahasa Inggris dan tidak berlaku pada Bahasa
Indonesia.
Morfem Beralomorf Zero
Klasifikasi morfem
• Contohnya adalah bentuk sheep, baik bentuk
tunggal maupun jamak, kata Sheep akan tetap
menjadi sheep dan tidak mengalami
perubahan.
• dalam bentuk tunggal dapat ditulis {sheep}
• dalam bentuk jamak menjadi ({sheep}+{Ø}).
Morfem Beralomorf Zero
Klasifikasi morfem
• Morfem Bermakna Leksikal: morfem yang
memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa
perlu berproses dengan morfem lain. Morfem
bermakna leksikal jumlahnya tidak terbatas
dan sangat produktif. Misalnya, {kuda}, {pergi},
{lari}, {makan} dan {merah}. Morfem seperti
ini dengan sendirinya sudah dapat digunakan
secara bebas.
Berdasarkan maknanya
Klasifikasi morfem
• Morfem tidak bermakna leksikal: morfem
yang tidak memiliki makna apapun pada
dirinya sendiri. Morfem ini baru
mempunyai makna jika digabung dengan
morfem lain dalam suatu proses
morfologi. Termasuk morfem tidak bermakna
leksikal adalah morfem-morfem afiks seperti,
{ber-}, {me-}, dan {-ter}.
Berdasarkan maknanya
Proses Morfologi
Afiksasi
Reduplikasi
Komposisi
Abreviasi
Konversi
AFIKS (imbuhan)
Afiks adalah bentuk bahasa yang terkecil
yang mempunyai arti dan selalu diimbuhkan
pada morfem bebas atau kata dasar, biasanya
berupa morfem terikat.
Sedangkan prosesnya sendiri di sebut
afiksasi (affixation).
Dilihat dari posisinya dapat dibedakan
atas :
Afiks
Konfiks
Sufiks
Infiks
Prefiks
1. PREFIKS (awalan)
adalah imbuhan yang terletak di awal kata.
Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi.
awalan dalam bahasa indonesia dibagi
menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan
imbuhan serapan.
Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per,
se, ber,
Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi
untuk membentuk kata kerja aktif.
Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat
berfungsi menjadi kata benda.
Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk
kata kerja aktif.
1. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe-
menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/,
/u/, /o/, /k/
Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur
2. Perubahan awalan me- menjadi men-, pe-
menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong
3. Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe-
menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /b/,/f/, /v/
Contoh: beli – membeli, pembeli
4. Perubahan awalan me menjadi meny-, pe-
menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /s/
Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa
5. Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/
diubah menjadi /m/ dan /n/
Contoh: pakai – memakai, pemakai
6. Kata dasar yang tidak mengalami perubahan
bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
Contoh: lamar – melamar, pelamar
7. Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka
awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.
Contoh: Renang – berenang, perenang
8. Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk
kata kerja dan membawa arti yang pasif.
Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku.
(membawa arti pasif)
Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti
pasif)
9. Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata
benda.
Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah
10. Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja
intransitif
Contoh: Luar –> keluar (Ia sedang keluar .)
Dalam –> kedalam (Mereka sedang kedalam.)
awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada
kata-kata serapan yang disadari adanya , adalah sbb
:
• a- seperti pada amoral, asosial, anonym,
asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’
atau ‘tidak ber’.
• anti- seperti pada antikomunis,
antipemerintah, antiklimaks, antimagnet,
antikarat yang artinya ‘melawan’ atau
‘bertentangan dengan’.
• bi- misalnya pada bilateral, biseksual,
bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
• de- seperti pada dehidrasi, devaluasi,
dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya
‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
• eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden,
eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini
artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan
dengan kata ‘mantan’.
• ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-
terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai
pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri.
Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan
ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
• hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual,
hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau
‘sangat’.
• in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif,
intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
• infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah,
infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
• intra- misalnya pada intrauniversiter,
intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
• inter- misalnya interdental, internasional,
interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan
antar-.
• ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental,
kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya
‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
• kontra- misalnya pada kontrarevolusi,
kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya
‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
• makro- misalnya pada makrokosmos,
makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini
artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
• mikro- seperti pada mikroorganisme,
mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya
‘kecil’ atau ‘renik’.
• multi- seperti padamultipartai, multijutawan,
multikompleks, multilateral, multilingual.
Awalan ini artinya ‘banyak’.
• neo- seperti pada neokolonialisme,
neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini
artinya ‘baru’.
• non- seperti pada nongelar, nonminyak,
nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini
artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
2. INFIKS (sisipan)
adalah imbuhan yang terletak di dalam
kata. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut
infixation.
Sisipan terletak pada suku pertama kata
dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama
dengan vokal pertama suku tersebut.
Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-,
-el-, -em- dan -in.
Sisipan ( infiks/ infix) dapat
mempunyai makna, antara lain:
1. Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contohnya: tali→ temali,
artinya terdapat bermacam-macam tali.
2. Menyatakan intensitas frekuentif /
banyaknya waktu.
Contoh: getar→gemetar,
artinya menunjukan banyaknya waktu
getar atau gerak suatu benda.
3. Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat
seperti yang di sebut pada kata dasarnya.
Contoh: kata kerja→kinerja,
artinya sesuatu yang mempunyai sifat
sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan
Arti sisipan er, el dan em
• menyatakan banyak
– Contohnya : gerigi = banyak gigi, geletar = banyak
getar, kemilau = banyak kilau
• alat untuk
– Contohnya : telunjuk = alat untuk menunjuk
• pelaku pekerjaan
– Contohnya : pelatuk = burung yg biasa mematuk-
matuk, temanggung = orang yang menanggung,
dll
• menyerupai
– Contohnya : kemucing = menyerupai kucing.
• menyatakan berulang-ulang.
– Contohnya : selidik = berulang-ulang diselidiki,
jelajah = berulang-ulang dijelajah
3. SUFIKS (akhiran)
adalah imbuhan yang terletak di akhir kata.
Proses pembentukannya di sebut safiksasi.
Dalam proses pembentukan kata ini tidak
pernah mengalami perubahan bentuk.
Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man,
wati, wan, asi, isme, in, wi,
1. akhiran untuk kata benda
Contoh: -an + pikir→pikiran, -in +
hadir→hadirin,
2. akhiran yang berupa kata sifat
contoh : -if→aktif, sportif. -ik→magnetik,
elektronik. -is→praktis, anarkis.
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti
berikut:
• –al misalnya pada actual, structural,
emosional, intelektual. Kata-kata yang
berakhiran –al ini tergolong kata sifat.
• –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi,
nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi.
Akhiran tersebut menyatakan ‘proses
menjadikan’ atau ‘penambahan’.
• –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme,
sarkasme, antusiasme. Akhiran ini
menyatakan kata benda.
• er seperti pada primer, sekunder, arbitrer,
elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
• –et seperti pada operet, mayoret, sigaret,
novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian
‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu
‘novel kecil’.
–
• –i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi,
asasi, asali, duniawi. Akhiran-akhiran ini
menyatakan sifat.
• –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif,
agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
• –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran
ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-
kata ini diganti dengan –al.
• –ik (1) seperti pada linguistik, statistik,
semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan
‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’.
• -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik,
fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
• –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis,
praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini
menyatakan sifat.
• –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois,
marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan
orang yang mempunyai faham seperti
disebut dalam kata dasar.
• –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme,
Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.
• –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi,
kelirumologi, -logi artinya ‘ilmu’.
• –ir seperti pada mariner, avonturir, banker.
Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja
pada bidang atau orang yang mempunyai
kegemaran ber-.
• –or seperti pada editor, operator, deklamator,
noderator. Akhiran ini artinya orang yang
bertindak sebagai orang yang mempunyai
kepandaian seperti yang tersebut pada kata
dasar.
• –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur,
debitur, direktur. Akhiran ini menyatakan agentif
atau pelaku;
• –itas seperti pada aktualitas, objektivitas,
universitas, produktivitas. Akhiran ini
menyatakan benda.
4. KONFIKS (awalan dan akhiran)
adalah awalan dan akhiran yang melekat
pada kata secara bersamaan , tidak secara
bertahap / tidak satu demi satu.
Jenis Konfiks :
1. Konfiks per-an / peng-an
Fungsi : membentuk kata benda Makna konfiks per-an / peng-an:
• Menyatakan tempat
Contoh : perhentian , pelabuhan , pengadilan ,
pemakaman
• Menyatakan hasil perbuatan
Contoh : pemalsuan , permainan , pengaduan ,
penahanan, penghitungan
• Menyatakan peristiwa / hal perbuatan / proses
Contoh : pengajaran , pencarian , pengaturan ,
pendidikan
2. Konfiks ke-an
Fungsi : membentuk kata benda , tetapi dalam
jumlah terbatas , konfiks ke-an juga berfungsi
membentuk kata kerja (pasif) dan kata sifat/keadaan
Makna Konfiks ke-an :
• Menyatakan tempat /daerah/wilayah
Contoh : kerajaan , kecamatan , kedutaan ,
kelurahan
• Menyatakan hal yang disebut dalam kata dasar
Contoh : kewajiban , kebersihan , kenyataan ,
ketuhanan , kesatuan , keindahan
• Terkena/menderita sesuatu hal
Contoh : kehujanan , kepanasan , kedinginan ,
kekurangan , kesakitan, kelaparan , kehausan
• Perbuatan yang dilakukan secara tidak
sengaja
Contoh : kelupaan , ketiduran , kemasukan
, keguguran , kejatuhan
• Menyatakan terlalu
Contoh : kebesaran, kekecilan,
kegemukan, kekurusan, kemahalan, kematangan
• Mengandung sedikit sifat yang disebut dalam
kata dasar, agak, atau menyerupai
Contoh : kekanak-kanakan, kemerah-
merahan, kekuning-kuningan
• 3. Konfiks ber-an
• Fungsi : membentuk kata kerja Makna konfiks
ber-an :
• Menyatakan saling atau perbuatan yang
dilakukan secara timbal balik (resiprok). Contoh :
berkirim-kiriman, berkenalan, bersalam-salaman,
berpelukan, bertangis-tangisan, berkejar-kejaran,
berebutan
• Menyatakan perbuatan yang terjadi berulang-
ulang (repetitif), atau perbuatan tetap
berlangsung, atau pelakunya banyak. Contoh:
bertaburan, berkilauan, berhamburan,
berkeliaran, bercucuran, berdatangan
Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan
perubahan bunyi.
Kata ulang adalah kata yang telah mengalami
proses reduplikasi.
Kata ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti
memiliki kata dasar.
Berdasarkan pendapat para ahli, kata ulang
dapat dibedakan 5 macam yaitu:
• 1. Kata ulang murni
• 2. Kata ulang berimbuhan
• 3. Kata ulang berubah bunyi
• 4. Kata ulang semu
• 5. Kata ulang dwipurwa
1. Kata Ulang Murni
• Kata ulang murni adalah kata ulang yang
dihasilkan oleh unsur pengulangan secara penuh.
• Contoh:
• baca-baca malam-malam
• meja-meja pagi-pagi
• dua-dua lama-lama
• hitam-hitam makanan-makanan
• dia-dia tulisan-tulisan
2. Kata Ulang Berimbuhan
• Kata ulang berimbuhan adalah semua kata
ulang yang salah satu unsurnya berimbuhan.
• Contoh:
• membaca-membaca bersama-sama
• menyebut-nyebut secepat-cepatnya
• bersenang-senang tersenyum-senyum
Proses Terjadinya Kata Ulang Berimbuhan
a. Terjadi bersamaaan dengan afiksasi
Contoh:
bermeter-meter
berton-ton
berjuta-juta
berkubik-kubik
b. Reduplikasi terjadi terlebih dahulu
Contoh:
berlari-lari
bersama-sama
c. Afiksasi terjadi lebih dahulu
Contoh:
menjerit-jerit
memukul-mukul
3. Kata Ulang Berubah Bunyi
Kata ulang berubah bunyi: yang mengalami
perubahan itu boleh unsur pertama boleh unsur
kedua. Umumnya dalam bahasa Indonesia
dijumpai jenis kedua itu.
Contoh:
bolak-balik
kedap-kedip
sayur-mayur
lalu-lalang
lauk-pauk
hingar-bingar
4. Kata Ulang Semu
• Adalah kata yang hanya dijumpai dalam bentuk
ulang seperti itu. Bila tidak diulang, komponennya
itu tidak mempunyai makna, atau mempunyai
makna lain yang tidak ada hubunganya dengan
kata ulang tersebut.
• Contoh:
• agar-agar
• ari-ari
• hati-hati
• kunang-kunang
• kupu-kupu
5. Kata Ulang Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa adalah kata ulang yang
pengulanganya hanya terjadi pada suku kata awal
dan disertai dengan penggantian vokal suku
pertama itu dengan e pepet.
Contoh:
Dedaunan
kekayaan
pepohonan
rerumputan
bebijian
Nosi kata ulang
Nosi kata ulang dapat menyatakan makna:
a. “Jamak, bermacam-macam”, misalnya :
• Orang-orang
• Buah-buahan
b. “Pekerjaan dilakukan berulang”, misalnya :
• Bolak-balik
c. "Tiruan", misalnya :
• Anak-anakan
• Gunung-gunungan
d."agak", misalnya :
• Kemerah-merahan
e. “walaupun", misalnya:
• Pahit-pahit diminumnya obat itu.
• Panas-panas mereka datang juga.
Pemajemukan atau komposisi
• Konstruksi majemuk terdiri atas dua morfem
atau dua kata dan bisa lebih yang membentuk
satu pengertian. Konstruksi majemuk tidak
lagi menonjolkan makna tiap komponennya,
tetapi menonjolkan makna yang ditimbulkan
oleh gabungan komponen itu sekaligus.
Pembedaan Kata Majemuk
Berdasarkan Cara Penulisannya
a. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk
yang cara penulisannya dirangkaikan. seolah-
olah telah melebur menjadi satu kata baru
Misalnya: matahari. hulubalang. bumiputra
b.Kata Majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata
majemuk yang cara penulisan morfem -
morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya:
sapu tangan. kumis kucing. cerdik pandai
Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas
Kala Pembentuknya
Berdasarkan kelas kata pembentuknya. kata majemuk
dapat dibedakan atas:
a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata
benda
Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu tangan
b. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata
kerja
Misalnya: kapal terbang. anak pungut. meja makan
c. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda +
kata sifat
Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat
tinggi
d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat +
kata benda
Misalnya: panjang tangan. tinggi hati. keras
kepala
e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan +
kata benda
Misalnya: pancaindera. dwiwarna. sapta marga
f. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata
kerja
Misalnya: naik turun. keluar masuk. pulang pergi
g. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata
sifat
Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar kecil.
Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan
Kata Pembentuknya Ditinjau dari segi hubungannya.
Kata majemuk dapat dibedakan atas:
1. Kata majemuk yang morfem pertama nya
merupakan awalan (prefiks). seperti: pra-
sarana,prasejarah.
2. Kata majemuk yang morfem pertamanya
merupakan pangkal kata. seperti: rumah sakit,
kapal udara, meja belajar
3. Kata majemuk yang morfem keduanya
merupakan pangkal kata. seperti: maha-siswa,
purba-kala
4 Kata majemuk yang morfem pertamanya
mempunyai hubungan sederajat dengan
morfem keduanya. seperti naik turun, besar
kecil, pulang pergi, sanak saudara
ABREVIASI
• Abreviasi adalah proses penanggalan satu
atau beberapa bagian kata atau kombinasi
kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain
abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses
abreviasi disebut kependekan. Bentuk
kependekan dalam bahasa Indonesia muncul
karena terdesak oleh kebutuhan untuk
berbahasa secara praktis dan cepat.
Jenis abreviasi
Abreviasi
Singkatan
Penggalan
Akronim
Kontraksi
Lambang huruf
• a. Singkatan yaitu salah satu hasil proses
pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi
huruf, seperti: PGSD (Pendidikan Guru Sekolah
Dasar), DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), dan
KKN( Kuliah Kerja Nyata), maupun yang tidak
dieja huruf demi huruf, seperti: dll. (dan lain-
lain), dgn. (dengan), dst. (dan seterusnya).
• b. Penggalan yaitu proses pemendekan yang
menghilangkan salah satu bagian dari kata
seperti: Prof. (Profesor) Bu (Ibu) Pak (Bapak)
• c. Akronim, yaitu proses pemendekan yang
menggabungkan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai
sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotaktik
Indonesia, seperti:
ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe, /i/
• d. Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang
meringkaskan kata dasar atau gabungan kata,
seperti:
tak dari tidak
sendratari dari seni drama dan tari
• e. Lambang huruf, yaitu proses pemendekan
yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang
menggambarkan konsep dasar
kuantitas, satuan atau unsur, seperti:
g (gram)
Au (Aurum)
KONVERSI
• Konversi adalah proses pembentukan kata dari
sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata
berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik
dari dasar itu. Misalnya, kata cangkul dalam
kalimat(1) adalah berkategori nomina, tetapi
pada kalimat(2) adalah berkategori verba.
• (1) Petani membawa cangkul ke sawah.
• (2) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
Proses Morfofonemik
• Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau
morfofonologi) adalah kajian mengenai
terjadinya perubahan bunyi atau perubahan
fonem sebagai akibat dari adanya proses
mofologi.
Jenis Perubahan
• Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis
perubahan fonem berkenaan dengan proses
morfologi. Di antaranya adalah :
• a. Pemunculan fonem, yakni munculnya
fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang
pada mulanya tidak ada. Misalnya hari + an
terbaca hari(y)an
• b. Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem
dalam suatu proses morfologi. Misalnya,
dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada
dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada
prefiks ber- dilesapkan.
• Contoh: ber + renang menjadi berenang
• c. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah
fonem serta disenyawakan dengan fonem lain
dalam suatu proses morfologi. Misalnya,
dalam pengimbuhan prefiks me-pada dasar
sikat, maka fonem [s] pada kata sikat itu
diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem
nasa /ny/.
• Contoh: me + sikat menjadi menyikat
• d. Perubahan fonem, yakni berubahnya
sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai
akibat terjadinya proses morfologi.
• Contohnya: ber + ajar menjadi belajar
• e. Pergeseran fonem, yakni berubahnya
posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke
dalam suku kata yang lain.
• Contoh: Ja.wab + an menjadi ja.wa.ban
Morfofonemik dalam pembentukan
kata bahasa Indonesia
• a. Morfofonemik prefiks meng-
• 1) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/, /k/, /h/, atau /x/, bentuk tetap meng-
tetap meng-/men-/. Misalnya: mengawali,
mengikuti, mengubah , mengekor, mengolah,
mengarang, dan menghitung.
• 2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/,
/n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan
menjadi me-. Misalnya: melalui, meronta,
meyakini, mewariskan.
• 3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau
/t/, bentuk tersebut menjadi men-.
Misalnhya: mendengar, menulis.
• 4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/,
atau /f/, bentuk tersebut menjadi mem-.
Misalnya: membawa, memarkir, memfitnah.
• 5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan
/s/, bentuk tersebut menjadi men-, meny-,
men-. Misalnya : mencubit, mencopot,
menjadikan, menjajakan, menyapu.
• 6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang bersuku satu, bentuk tersebut
menjadi menge-. Misalnya: mengelas,
mengerem, mengecat, mengelap.
• b. Morfofonemik prefiks per-
• 1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila
ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem
/r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/. Misalnya: perasa, peraba,
pekerja, peserta.
• 2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila
ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
Misalnya: per- + ajari => pelajari.
• 3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan
bentuk jika bergabung dengan dasar lain di
luar kaidah 1 dan 2 di atas.
Misalnya: perdalam, perluas, perhalus,
perkaya, perbaiki.
• c. Morfofonemik prefiks ber-
• 1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika
ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /r/. Misalnya: beransel, berupa,
berenang, berendam.
• 2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika
ditambahkan pada dasar yang suku
pertamanya berakhir dengan /er/.
• Misalnya: ber- + kerja => bekerja
• ber- + serta => beserta
• ber- + pergi + an => bepergian
• 3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika
ditambahkan pada dasar tertentu.
• Misalnya: ber- + ajar => belajar
• 4) Prefiks ber- tdak berubah bentuknya
apabila digabungkan dengan dasar di luar
kaidah 1-3 di atas.
• Misalnya: ber- + layar => berlayar
• ber- + peran => berperan
• d. Morfofonemik prefiks ter-
• Prefiks ter- berubah menjadi te- jika
ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /r/. Misalnya: ter- + rebut => terebut
• ter- + rasa => terasa
• Sebagaimana afiks per- dan ber-, afiks ter- juga
kehilangan fonem /r/ sehingga hanya ada
satu r.
• 1) Jika suku pertama kata dasar berakhir
dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter-
ada yang muncul dan ada pula yang tidak.
• Misalnya: ter- + percaya => terpercaya
• ter- + cermin => tercermin
• 2) Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak
berubah bentuknya.
• Misalnya: ter- + pilih => terpilih
• ter- + bawa => terbawa
Morfologi bahasa

More Related Content

What's hot

Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiNiicha Juwita
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Hildadp
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaAi Roudatul
 
Keterampilan Berbicara dan Menulis
Keterampilan Berbicara dan MenulisKeterampilan Berbicara dan Menulis
Keterampilan Berbicara dan MenulisHariyono Usman
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
Presentasi kata berimbuhan....
Presentasi kata berimbuhan....Presentasi kata berimbuhan....
Presentasi kata berimbuhan....ellda28
 
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa IndonesiaMorfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa IndonesiaRia Widia
 
Sintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaSintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaDarwis Maulana
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaDarwis Maulana
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
 
Bab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kataBab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kataIbnu Khoiry
 

What's hot (20)

Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologi
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksisKesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Keterampilan Berbicara dan Menulis
Keterampilan Berbicara dan MenulisKeterampilan Berbicara dan Menulis
Keterampilan Berbicara dan Menulis
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
 
Presentasi kata berimbuhan....
Presentasi kata berimbuhan....Presentasi kata berimbuhan....
Presentasi kata berimbuhan....
 
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa IndonesiaMorfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
 
Makna kata
Makna kataMakna kata
Makna kata
 
prefiks/awalan me
prefiks/awalan meprefiks/awalan me
prefiks/awalan me
 
Sintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaSintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesia
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa Indonesia
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
 
Materi wacana
Materi wacanaMateri wacana
Materi wacana
 
variasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasavariasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasa
 
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbakuPpt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Kalimat efektif
Kalimat efektifKalimat efektif
Kalimat efektif
 
Bab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kataBab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kata
 

Similar to Morfologi bahasa

Tata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasarTata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasarDedi Damhudi
 
Modul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdfModul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdfwzg25129
 
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaMakalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaDewi Puspitasari
 
Konsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumKonsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumJaf Hussin
 
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxpower_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxImyLasama
 
Morfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa InggrisMorfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa InggrisYahyaChoy
 
Nota Pecutan (Morfologi).pdf
Nota Pecutan (Morfologi).pdfNota Pecutan (Morfologi).pdf
Nota Pecutan (Morfologi).pdfsavithakaur
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologypenipenny
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologypenipenny
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologypenipenny
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologyRezqan Farid
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologyTina Lestary
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologyTina Lestary
 

Similar to Morfologi bahasa (20)

Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Tata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasarTata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasar
 
Hakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtwsHakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtws
 
Modul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdfModul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdf
 
Kelompok 1 Morfem.pptx
Kelompok 1 Morfem.pptxKelompok 1 Morfem.pptx
Kelompok 1 Morfem.pptx
 
Morfolog ipps
Morfolog ippsMorfolog ipps
Morfolog ipps
 
MORFOLOGI
MORFOLOGIMORFOLOGI
MORFOLOGI
 
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaMakalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
 
Pengertian morfem tugas
Pengertian morfem tugasPengertian morfem tugas
Pengertian morfem tugas
 
Konsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumKonsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umum
 
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxpower_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
 
PPT MORFHOLOGIE.pptx
PPT MORFHOLOGIE.pptxPPT MORFHOLOGIE.pptx
PPT MORFHOLOGIE.pptx
 
Morfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa InggrisMorfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa Inggris
 
Nota Pecutan (Morfologi).pdf
Nota Pecutan (Morfologi).pdfNota Pecutan (Morfologi).pdf
Nota Pecutan (Morfologi).pdf
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

Morfologi bahasa

  • 1. MORFOLOGI BAHASA KELOMPOK 2 Anggota : 1. Kun Marti Hidayati (15108241036) 2. Nurmia Afiatun R (15108241052) 3. Nadhifatul Ulya (15108241070) 4. Hariadi (15108241155)
  • 3. Pengertian Morfologi • Kata Morfologi berasal dari kata morphologie yang berasal dari Yunani. Terdiri dari kata morphe dan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. • Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
  • 4. Menurut ahli: 1. Zaenal Arifin dan Juaiyah Morfologi adalah ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata (struktur kata) 2. J. W. M. Verhaar Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal
  • 5. 3. Menurut Ramlan Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan- perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata. 4. Menurut Crystal morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem.
  • 6. 5. Menurut Rusmaji Morfologi mencakup kata, bagian- bagiannya, dan prosesnya.
  • 7. Pengertian Mofem • Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Namun tidak semua morfem memiliki makna filosis. Morfem tidak bisa dibagi kedalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi.
  • 8. Identifikasi Morfem Ternyata semua bentuk {ke} di samping mempunyai makna yang sama yaitu menyatakan tingkat atau derajat. Karena merupakan bentuk terkecil yang berulang-ulang dan mempunyai makna yang sama, maka bentuk {ke} tersebut bisa dikatakan sebuah morfem.
  • 9. Identifikasi Morfem Ternyata semua bentuk {ke} di samping mempunyai makna yang sama yaitu menyatakan arah atau tujuan. Karena merupakan bentuk terkecil yang berulang-ulang dan mempunyai makna yang sama, maka bentuk {ke} tersebut bisa dikatakan sebuah morfem. (disini atuaran ejaan tidak diindahkan)
  • 10. Apakah {ke} pada kedua deretan tersebut merupakan morfem yang sama atau tidak? • Dalam hal ini karena makna bentuk {ke} pada kedua dan kepasar tidak sama, maka kedua {ke} itu bukanlah morfem yang sama. Keduanya merupakan dua morfem yang berbeda walaupun bentuknya sama. • Jadi, kesamaan arti dan kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
  • 11. Alomorf Bentuknya mirip atau hampir sama dan maknanya juga sama. Apakah me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- merupakan sebuah morfem yang sama? Semua bentuk itu merupakan sebuah morfem karena meskipun bentuknya tidak sama persis tetapi perbedaannya dapat dijelaskan secara fonologis anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama disebut alomorf
  • 12. Klasifikasi morfem • Morfem bebas: morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus. Morfem-morfem tersebut dapat berdiri sendiri dan dapat digunakan tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain. Berdasarkan kebebasannya
  • 13. Klasifikasi morfem • morfem terikat: morfem yang tanpa digabung dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Contohnya adalah bentuk renta, kerontang, dan bugar. Morfem- morfem tersebut tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Berdasarkan kebebasannya
  • 14. Klasifikasi morfem • morfem utuh: morfem yang terdiri dari satu kesatuan. Semua morfem bebas termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, {laut}, dan {pulpen}. Berdasarkan bentuk formalnya
  • 15. Klasifikasi morfem • morfem terbagi: morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Contohnya: 1. kata kesatuan memiliki satu morfem utuh, yaitu {satu} dan satu morfem terbagi yaitu {ke-/an}. 2. kata perbuatan, terdiri dari satu morfem utuh {buat} dan satu morfem terbagi {per-/an}. Berdasarkan bentuk formalnya
  • 16. Klasifikasi morfem • Morfem segmental: morfem yang berwujud bunyi dan dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya
  • 17. Klasifikasi morfem • morfem suprasegmental: morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. • Dalam bahasa Ngbaka (Kongo Utara) untuk mengungkapkan kalimat masa kini digunakan simbol nada turun (ˋ), kalimat masa lampau menggunakana nada datar (ˉ), kalimat masa nanti menggunakan nada turun naik (ˇ), dan untuk kalimat imperatf menggunakan nada naik (ˊ) Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya Bahasa Indonesia tidak memiliki morfem suprasegmental
  • 18.
  • 19. Klasifikasi morfem • Morfem beralomorf zero (lambangnya berupa Ø): morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun suprasegmental, melainkan berupa "kekosongan". Morfem beralomorf zero merupakan morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris dan tidak berlaku pada Bahasa Indonesia. Morfem Beralomorf Zero
  • 20. Klasifikasi morfem • Contohnya adalah bentuk sheep, baik bentuk tunggal maupun jamak, kata Sheep akan tetap menjadi sheep dan tidak mengalami perubahan. • dalam bentuk tunggal dapat ditulis {sheep} • dalam bentuk jamak menjadi ({sheep}+{Ø}). Morfem Beralomorf Zero
  • 21. Klasifikasi morfem • Morfem Bermakna Leksikal: morfem yang memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Morfem bermakna leksikal jumlahnya tidak terbatas dan sangat produktif. Misalnya, {kuda}, {pergi}, {lari}, {makan} dan {merah}. Morfem seperti ini dengan sendirinya sudah dapat digunakan secara bebas. Berdasarkan maknanya
  • 22. Klasifikasi morfem • Morfem tidak bermakna leksikal: morfem yang tidak memiliki makna apapun pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna jika digabung dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Termasuk morfem tidak bermakna leksikal adalah morfem-morfem afiks seperti, {ber-}, {me-}, dan {-ter}. Berdasarkan maknanya
  • 24. AFIKS (imbuhan) Afiks adalah bentuk bahasa yang terkecil yang mempunyai arti dan selalu diimbuhkan pada morfem bebas atau kata dasar, biasanya berupa morfem terikat. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation).
  • 25. Dilihat dari posisinya dapat dibedakan atas : Afiks Konfiks Sufiks Infiks Prefiks
  • 26. 1. PREFIKS (awalan) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi. awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan. Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per, se, ber,
  • 27. Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja aktif.
  • 28. 1. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/ Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur 2. Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/ Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong
  • 29. 3. Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/,/f/, /v/ Contoh: beli – membeli, pembeli 4. Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/ Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa
  • 30. 5. Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/ Contoh: pakai – memakai, pemakai 6. Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/. Contoh: lamar – melamar, pelamar
  • 31. 7. Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-. Contoh: Renang – berenang, perenang 8. Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif) Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
  • 32. 9. Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda. Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah 10. Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif Contoh: Luar –> keluar (Ia sedang keluar .) Dalam –> kedalam (Mereka sedang kedalam.)
  • 33. awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya , adalah sbb : • a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’. • anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’.
  • 34. • bi- misalnya pada bilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’. • de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
  • 35. • eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’. • ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra- terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
  • 36. • hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’. • in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’. • infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
  • 37. • intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’. • inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-. • ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
  • 38. • kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’. • makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’. • mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
  • 39. • multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’. • neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’. • non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
  • 40. 2. INFIKS (sisipan) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
  • 41. Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain: 1. Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat bermacam-macam tali. 2. Menyatakan intensitas frekuentif / banyaknya waktu. Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda.
  • 42. 3. Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan
  • 43. Arti sisipan er, el dan em • menyatakan banyak – Contohnya : gerigi = banyak gigi, geletar = banyak getar, kemilau = banyak kilau • alat untuk – Contohnya : telunjuk = alat untuk menunjuk
  • 44. • pelaku pekerjaan – Contohnya : pelatuk = burung yg biasa mematuk- matuk, temanggung = orang yang menanggung, dll • menyerupai – Contohnya : kemucing = menyerupai kucing. • menyatakan berulang-ulang. – Contohnya : selidik = berulang-ulang diselidiki, jelajah = berulang-ulang dijelajah
  • 45. 3. SUFIKS (akhiran) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Proses pembentukannya di sebut safiksasi. Dalam proses pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi,
  • 46. 1. akhiran untuk kata benda Contoh: -an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, 2. akhiran yang berupa kata sifat contoh : -if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis.
  • 47. Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut: • –al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat. • –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.
  • 48. • –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda. • er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat. • –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’. –
  • 49. • –i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat. • –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat. • –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata- kata ini diganti dengan –al.
  • 50. • –ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’. • -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
  • 51. • –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat. • –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar.
  • 52. • –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’. • –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logi artinya ‘ilmu’. • –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-.
  • 53. • –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar. • –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini menyatakan agentif atau pelaku; • –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda.
  • 54. 4. KONFIKS (awalan dan akhiran) adalah awalan dan akhiran yang melekat pada kata secara bersamaan , tidak secara bertahap / tidak satu demi satu.
  • 55. Jenis Konfiks : 1. Konfiks per-an / peng-an Fungsi : membentuk kata benda Makna konfiks per-an / peng-an: • Menyatakan tempat Contoh : perhentian , pelabuhan , pengadilan , pemakaman • Menyatakan hasil perbuatan Contoh : pemalsuan , permainan , pengaduan , penahanan, penghitungan • Menyatakan peristiwa / hal perbuatan / proses Contoh : pengajaran , pencarian , pengaturan , pendidikan
  • 56. 2. Konfiks ke-an Fungsi : membentuk kata benda , tetapi dalam jumlah terbatas , konfiks ke-an juga berfungsi membentuk kata kerja (pasif) dan kata sifat/keadaan Makna Konfiks ke-an : • Menyatakan tempat /daerah/wilayah Contoh : kerajaan , kecamatan , kedutaan , kelurahan • Menyatakan hal yang disebut dalam kata dasar Contoh : kewajiban , kebersihan , kenyataan , ketuhanan , kesatuan , keindahan
  • 57. • Terkena/menderita sesuatu hal Contoh : kehujanan , kepanasan , kedinginan , kekurangan , kesakitan, kelaparan , kehausan • Perbuatan yang dilakukan secara tidak sengaja Contoh : kelupaan , ketiduran , kemasukan , keguguran , kejatuhan
  • 58. • Menyatakan terlalu Contoh : kebesaran, kekecilan, kegemukan, kekurusan, kemahalan, kematangan • Mengandung sedikit sifat yang disebut dalam kata dasar, agak, atau menyerupai Contoh : kekanak-kanakan, kemerah- merahan, kekuning-kuningan
  • 59. • 3. Konfiks ber-an • Fungsi : membentuk kata kerja Makna konfiks ber-an : • Menyatakan saling atau perbuatan yang dilakukan secara timbal balik (resiprok). Contoh : berkirim-kiriman, berkenalan, bersalam-salaman, berpelukan, bertangis-tangisan, berkejar-kejaran, berebutan • Menyatakan perbuatan yang terjadi berulang- ulang (repetitif), atau perbuatan tetap berlangsung, atau pelakunya banyak. Contoh: bertaburan, berkilauan, berhamburan, berkeliaran, bercucuran, berdatangan
  • 60. Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Kata ulang adalah kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Kata ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti memiliki kata dasar.
  • 61. Berdasarkan pendapat para ahli, kata ulang dapat dibedakan 5 macam yaitu: • 1. Kata ulang murni • 2. Kata ulang berimbuhan • 3. Kata ulang berubah bunyi • 4. Kata ulang semu • 5. Kata ulang dwipurwa
  • 62. 1. Kata Ulang Murni • Kata ulang murni adalah kata ulang yang dihasilkan oleh unsur pengulangan secara penuh. • Contoh: • baca-baca malam-malam • meja-meja pagi-pagi • dua-dua lama-lama • hitam-hitam makanan-makanan • dia-dia tulisan-tulisan
  • 63. 2. Kata Ulang Berimbuhan • Kata ulang berimbuhan adalah semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuhan. • Contoh: • membaca-membaca bersama-sama • menyebut-nyebut secepat-cepatnya • bersenang-senang tersenyum-senyum
  • 64. Proses Terjadinya Kata Ulang Berimbuhan a. Terjadi bersamaaan dengan afiksasi Contoh: bermeter-meter berton-ton berjuta-juta berkubik-kubik
  • 65. b. Reduplikasi terjadi terlebih dahulu Contoh: berlari-lari bersama-sama c. Afiksasi terjadi lebih dahulu Contoh: menjerit-jerit memukul-mukul
  • 66. 3. Kata Ulang Berubah Bunyi Kata ulang berubah bunyi: yang mengalami perubahan itu boleh unsur pertama boleh unsur kedua. Umumnya dalam bahasa Indonesia dijumpai jenis kedua itu. Contoh: bolak-balik kedap-kedip sayur-mayur lalu-lalang lauk-pauk hingar-bingar
  • 67. 4. Kata Ulang Semu • Adalah kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang seperti itu. Bila tidak diulang, komponennya itu tidak mempunyai makna, atau mempunyai makna lain yang tidak ada hubunganya dengan kata ulang tersebut. • Contoh: • agar-agar • ari-ari • hati-hati • kunang-kunang • kupu-kupu
  • 68. 5. Kata Ulang Dwipurwa Kata ulang dwipurwa adalah kata ulang yang pengulanganya hanya terjadi pada suku kata awal dan disertai dengan penggantian vokal suku pertama itu dengan e pepet. Contoh: Dedaunan kekayaan pepohonan rerumputan bebijian
  • 69. Nosi kata ulang Nosi kata ulang dapat menyatakan makna: a. “Jamak, bermacam-macam”, misalnya : • Orang-orang • Buah-buahan b. “Pekerjaan dilakukan berulang”, misalnya : • Bolak-balik
  • 70. c. "Tiruan", misalnya : • Anak-anakan • Gunung-gunungan d."agak", misalnya : • Kemerah-merahan e. “walaupun", misalnya: • Pahit-pahit diminumnya obat itu. • Panas-panas mereka datang juga.
  • 71. Pemajemukan atau komposisi • Konstruksi majemuk terdiri atas dua morfem atau dua kata dan bisa lebih yang membentuk satu pengertian. Konstruksi majemuk tidak lagi menonjolkan makna tiap komponennya, tetapi menonjolkan makna yang ditimbulkan oleh gabungan komponen itu sekaligus.
  • 72. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Cara Penulisannya a. Kata Majemuk senyawa Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan. seolah- olah telah melebur menjadi satu kata baru Misalnya: matahari. hulubalang. bumiputra
  • 73. b.Kata Majemuk tak-senyawa Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem - morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan. kumis kucing. cerdik pandai
  • 74. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala Pembentuknya Berdasarkan kelas kata pembentuknya. kata majemuk dapat dibedakan atas: a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu tangan b. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja Misalnya: kapal terbang. anak pungut. meja makan
  • 75. c. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat tinggi d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda Misalnya: panjang tangan. tinggi hati. keras kepala
  • 76. e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda Misalnya: pancaindera. dwiwarna. sapta marga f. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja Misalnya: naik turun. keluar masuk. pulang pergi g. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar kecil.
  • 77. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya Ditinjau dari segi hubungannya. Kata majemuk dapat dibedakan atas: 1. Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan (prefiks). seperti: pra- sarana,prasejarah. 2. Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal kata. seperti: rumah sakit, kapal udara, meja belajar
  • 78. 3. Kata majemuk yang morfem keduanya merupakan pangkal kata. seperti: maha-siswa, purba-kala 4 Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan sederajat dengan morfem keduanya. seperti naik turun, besar kecil, pulang pergi, sanak saudara
  • 79. ABREVIASI • Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses abreviasi disebut kependekan. Bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat.
  • 81. • a. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti: PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), dan KKN( Kuliah Kerja Nyata), maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti: dll. (dan lain- lain), dgn. (dengan), dst. (dan seterusnya).
  • 82. • b. Penggalan yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah satu bagian dari kata seperti: Prof. (Profesor) Bu (Ibu) Pak (Bapak) • c. Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti: ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/ AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe, /i/
  • 83. • d. Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata dasar atau gabungan kata, seperti: tak dari tidak sendratari dari seni drama dan tari • e. Lambang huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti: g (gram) Au (Aurum)
  • 84. KONVERSI • Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat(1) adalah berkategori nomina, tetapi pada kalimat(2) adalah berkategori verba. • (1) Petani membawa cangkul ke sawah. • (2) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
  • 85. Proses Morfofonemik • Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses mofologi.
  • 86. Jenis Perubahan • Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi. Di antaranya adalah : • a. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya hari + an terbaca hari(y)an
  • 87. • b. Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. • Contoh: ber + renang menjadi berenang
  • 88. • c. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam pengimbuhan prefiks me-pada dasar sikat, maka fonem [s] pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasa /ny/. • Contoh: me + sikat menjadi menyikat
  • 89. • d. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. • Contohnya: ber + ajar menjadi belajar
  • 90. • e. Pergeseran fonem, yakni berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lain. • Contoh: Ja.wab + an menjadi ja.wa.ban
  • 91. Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia • a. Morfofonemik prefiks meng- • 1) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/, atau /x/, bentuk tetap meng- tetap meng-/men-/. Misalnya: mengawali, mengikuti, mengubah , mengekor, mengolah, mengarang, dan menghitung.
  • 92. • 2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-. Misalnya: melalui, meronta, meyakini, mewariskan.
  • 93. • 3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau /t/, bentuk tersebut menjadi men-. Misalnhya: mendengar, menulis. • 4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, bentuk tersebut menjadi mem-. Misalnya: membawa, memarkir, memfitnah.
  • 94. • 5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk tersebut menjadi men-, meny-, men-. Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu. • 6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk tersebut menjadi menge-. Misalnya: mengelas, mengerem, mengecat, mengelap.
  • 95. • b. Morfofonemik prefiks per- • 1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Misalnya: perasa, peraba, pekerja, peserta. • 2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar. Misalnya: per- + ajari => pelajari.
  • 96. • 3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain di luar kaidah 1 dan 2 di atas. Misalnya: perdalam, perluas, perhalus, perkaya, perbaiki.
  • 97. • c. Morfofonemik prefiks ber- • 1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/. Misalnya: beransel, berupa, berenang, berendam.
  • 98. • 2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. • Misalnya: ber- + kerja => bekerja • ber- + serta => beserta • ber- + pergi + an => bepergian
  • 99. • 3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu. • Misalnya: ber- + ajar => belajar • 4) Prefiks ber- tdak berubah bentuknya apabila digabungkan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di atas. • Misalnya: ber- + layar => berlayar • ber- + peran => berperan
  • 100. • d. Morfofonemik prefiks ter- • Prefiks ter- berubah menjadi te- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/. Misalnya: ter- + rebut => terebut • ter- + rasa => terasa • Sebagaimana afiks per- dan ber-, afiks ter- juga kehilangan fonem /r/ sehingga hanya ada satu r.
  • 101. • 1) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter- ada yang muncul dan ada pula yang tidak. • Misalnya: ter- + percaya => terpercaya • ter- + cermin => tercermin • 2) Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. • Misalnya: ter- + pilih => terpilih • ter- + bawa => terbawa