1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata dan pembentukan kata merupakan unsur pokok dalam menulis, karena
kata merupakan kunci utama dalam membentuk sebuah tulisan. Tulisan yang
benar adalah tulisan yang menggunakan pemilihan dan pembentukan kata yang
tepat, sehingga ide atau gagasan penulis dapat tersampaikan dengan tepat
kepada pembaca. Terlebih lagi tulisan-tulisan ilmiah yang biasanya dijadikan
sebagai sebuah referensi dalam bidang ilmu pengetahuan. Jika dalam sebuah
karya tulis menggunakan penulisan dan pembentukan kata yang salah, maka
akan terjadi salah pengertian oleh pembaca. Saat hal tersebut berlanjut
kemungkinan besar akan tercipta kebiasaan penggunaan kata yang salah di
masyarakat umum. Pada kenyataannya, sebagian besar hasil karya tulis
cendrung mengesampingkan pentingnya pemilihan kata atau diksi dan
pembentukkan kata atau morfologi yang benar menurut kaidah bahasa
Indonesia. Banyak kesalahan-kesalahan penggunaan diksi dan pembentukkan
kata yang dapat dijumpai pada buku-buku, artikel, makalah, jurnal ilmiah dan
karya-karya tulis lainnya yang telah tersebar luas di masyarakat umum.
Penggunaan diksi yang tidak tepat dalam sebuah kalimat palin sering terjadi
terutama kesalahan pada pemilihankata baku dan tidak baku.
Terkadang, pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
tidak diketahui oleh penulis sehingga sering ditemukan hasil karya tulis yang
mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraph, dan wacana.
Sebelum menciptakan kartya tulis, pemahaman tentang penggunaan diksi atau
pemilihan kata sangat penting untuk diketahui dan dipahamioleh penulis agar
terciptanya karya tulis yang efektif dan efisien untuk mencegah adanya
kesalapahaman oleh pembaca. Maka dari itu, perlu adanya panduan yang benar
mengenai penggunaan diksi dan pembentukkan kata yang tepat dalam sebuah
tulisan. Dengan latar belakang masalah tersebut, penulis mencoba untuk
mengamati kesaahan pemilihan kata, pembentukkan kata dan menganalisis
pemilihan serta pembentukkan kata yang benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kata dan pembentukkan kata?
2. Bagaimana proses-proses pembentukkan kata?
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetian Kata dan Pembentukkan Kata
Menurur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI : 1997) terdapat beberapa
definisi atau pengertian dari Kata diantaranya :
a) Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa
b) konversasi, bahasa
c) Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai
bentuk yang bebas
d) Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh
kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan).
Jadi, kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata
tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa,
klausa, atau kalimat.
Sebuah kata terbentuk melalui sebuah proses pembentukkan kata atau
proses morfologi. Proses morfologi adalah proses pengubahan sebuah bentuk
satuan dramatika menjadi sebuah kata yang baru atau dalam linguistic disebut
kata jadian. Ada empat komponen yang terlibat dalam proses morfologi yaitu :
(1) masukkan, (2) proses, (3) keluaran dan (4) dampak atau akibat. Masukkan
adalah bahan-bahan pembentukkan kata jadian. Bahan-bahan itu disebut
bentuk dasar atau satuan dramatika yang menjadi dasar pembentukkan kata
jadian. Dalam pengetahuan umum, orang yang menyebut bentuk dasar sebagai
kata dasar. Hal ini krang tepat karena tidak semua bentuk dasar berupa kata.
2. Proses-Proses Pembentukkan Kata
Proses pembentukkan kata dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
A. Afiksasi
Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis
afiks:
3. 3
1. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-,
ber-, ke-, ter-, pe-, per-.
2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya: -el-, -
er-, -em-, -in-,
3. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -
kan, -i.
4. Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental
yang dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk
verba atau memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh:
kopi-ngopi, soto-nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.
5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk
dasar kata dan satu dibelakang bentuk dasar kata. Contoh: ke-an
(keadaan), per-an (persahabatan).
6. Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem
suprasegmental, afiks ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya
kata superfiks atau suprafiks dapat dijumpai dalam bahasa jawa.
Contoh: suwe (lama) menjadi suwi (lama sekali).
7. Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam
bahasa indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru
contohnya : -n- dan -o-, Pada gabungan indonesia dan logi menjadi
indonesianologi.
8. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi
terbagi bentuk ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti
dalam bahasa arab contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i,
dsb. Menjadi katab (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang
bergabung dengan dasar kata. Contoh: memperkatakan,
mempercayakan.
B. Reduplikasi
Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:
1. Reduplikasi Fonologis yaitu bentuk kata yang tidak mengalami
perubahan makna, karena pengulangannya bersifat fonologis yang
artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem. Contohnya: dada,
pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.
4. 4
2. Reduplikasi Morfemis yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan
makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah
satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres menjadi kata beres-
beres.
3. Reduplikasi Sintaktis yaitu proses yang tejadi atas leksem yang
menghasilkan satuan yang berstatus klausa (berada di luar cakupan
morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.
Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa
bagian lagi, diantaranya:
1. Dwipurwa yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan
pelemahan vokal. Contohnya: tetangga, lelaki, sesama.
2. Dwilingga yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.
3. Dwilingga salin swara yaitu pengulangan leksem dengan variasi fonem.
Contohnya: mondar-mandir, pontang-panting.
4. Dwiwasana yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya:
pertama-tama, sekali-kali.
5. Trilingga yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan
variasi fonem. Conthnya: cas-cis-cus, dag-dig-dug, dar-der-dor.
C. Komposisi
Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata.
Deskripsi tersebut jelas menempatkan majemuk sebagai satuan yang
berbeda dari frase (gabungan kata, bukan gabungan leksem). Ciri-ciri
perbedaan kompositum atau paduan leksem :
1) Ketaktersisipan yaitu diantara komponen-komponen kompositum tidak
dapat disisipi apapun. Contoh: buta warna, tuna susila.
2) Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak
dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan perluasan bagi kompositum
hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus. Contoh: kereta
api menjadi perkeretaapian.
3) Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat
dipertukarkan. Contoh: pulang pergi, bumi hangus.
5. 5
D. Abreviasi
Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi
leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini
untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut
kependekan. Contohnya : ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Jenis-jenis kependekan:
1) Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf
atau gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN
(Kuliah Kerja Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).
2) Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu
bagian dari leksem. Contoh : Prof (Profesor).
3) Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah
kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik indonesia.
Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/, /i/, /pe/
4) Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar
atau gabungan leksem. Contoh : tak dari kata tidak, takkan dari kata
tidak akan.
5) Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf
atau lebih yang menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau
unsur. Contoh : g (gram), cm ( senti meter).
E. Derivasi Balik
Yaitu proses pembentukan kata bahasawan membentuknya berdasarkan
pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi
bentuk yang secara historis tidak diramalkan. Contoh: kata mungkir dalam
dipungkiri yang dipakai orang karaena mengira bentuk itu merupakan
padanan pasif dari memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada, yang ada
adalah kata mungkir). Terjadinya pungkir menjadi mungkir didasarkan pada
pola peluluhan fonem dalam pasang menjadi memasang menjadi dipasang.
6. 6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri
dari satu atau lebih morfem. Pembentukan kata disebut juga morfologi.
Sedangkan morfologi adalah subsistem yang berupa proses yang mengolah
leksem atau huruf menjadi kata.
Proses-proses pembentukan kata:
1. Afiksasi
2. Reduplikasi
3. Komposisi
4. Abreviasi
5. Derivasi Balik
B. Saran
Kami sebagai penulis ingin memberikan saran, bahwa sebagai generasi muda
bangsaIndonesia, seharusnya kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Apalagi dalam menulis sebuah
buku, baik buku pelajaran maupun karyatulis lainnya, haruslah menggunakan
pemilihan kata yang tepat. Pemilihan kata yang tepat sangat diperlukan agar
tidak menimbulkan penafsiran ganda, sehingga tidak menimbulkan kerancuan
pada pembaca.