Dokumen tersebut membahas tentang fonologi bahasa Indonesia. Ia menjelaskan tentang pengertian fonologi, ciri-ciri bunyi bahasa, bidang kajian fonologi seperti fonetik dan fonemik, klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan berbagai kriteria, serta jenis-jenis bunyi seperti vokal, konsonan, dan bunyi rangkap.
2. RENCANA PERKULIAHAN
1. Pertemuan (16 kali)
a. Tatap Muka : 14x
b. UTS : 1x
c. UAS : 1x
2. Buku Sumber : Masnur Muslich
3. Tugas : Individu dan Kelompok
4. Kuis : Individu
5. Penilaian
a. Akhlaq : bersikap, bertutur, berpakaian, penampilan
b. Kehadiran : 30% (minimal 90%)
c. Tugas : 10%
d. UTS : 30%
e. UAS : 30%
3. SILABUS
• Pertemuan ke-1 Rencana Perkuliahan, silabus
• Pertemuan ke-2 Hakikat Fonologi, Fonetik, dan Fonemik
• Pertemuan ke-3 Produksi Bunyi Bahasa dan Alat Ucap
• Pertemuan ke-4 Jenis-jenis/ Klasifikasi Bunyi Bahasa
• Pertemuan ke-5 Bunyi Segmental dan Suprasegmental
• Pertemuan ke-6 Pungtuasi
• Pertemuan ke-7 Silabel
• Pertemuan ke-8 Ujian Tengah Semester (UTS)
• Pertemuan ke-9 Definisi Fonem dan Variasi Fonem (Alofon)
• Pertemuan ke-10 Realisasi Fonem
• Pertemuan ke-11 Fonotaktik
• Pertemuan ke-12 Diftong dan Kluster
• Pertemuan ke-13 Deret Fonem
• Pertemuan ke-14 Grafemik dan Ejaan
• Pertemuan ke-15 Implementasi Fonologi Pembelajaran Bahasa
Indonesia
4. APA ITU FONOLOGI?
Masihkah Saudara ingat dengan salah satu
hakikat atau ciri bahasa yang menyatakan
bahwa:
“bahasa itu sistem bunyi”?
atau
“bahasa adalah lambang bunyi”
5. HAKIKAT FONOLOGI
• Berasal dari gabungan
kata fon yang berarti
‘bunyi’ dan logi yang
berarti ‘ilmu’.
• Jadi, fonologi adalah
ilmu yang mengkaji
bunyi.
Etimologi
• Kajian linguistik yang
mempelajari, membahas,
membicarakan, dan
menganalisis bunyi-bunyi
bahasa yang diproduksi
oleh alat ucap manusia.
Abdul Chaer
(2009:1)
• Fonologi ialah bidang
dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi
bahasa menurut
fungsinya
Kridalaksana
(1995:57)
6. BUNYI BAHASA
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
atau bunyi yang diartikulasikan, kemudian membentuk gelombang
bunyi, sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.
Bunyi-bunyi berikut diproduksi
oleh alat ucap manusia tetapi
bukan bunyi bahasa
batuk
bersin
bersendawa
bersiul
mendengkur
Bentuk bunyi bahasa
fon
fonem
7. • Bunyi bahasa merupakan unsur bahasa yang paling
kecil.
• Bunyi bahasa diproduksi manusia untuk
mengungkapkan sesuatu.
• Bunyi bahasa terbagi dua, secara fonetis (fon/bunyi
ujar) dan fonemis (fonem).
• Bunyi bahasa secara fonetis bersifat ujaran (parole).
• Bunyi bahasa secara fonemis bersifat sistem pikiran
(langue).
8. CIRI-CIRI BUNYI BAHASA
Bunyi bahasa sering disebut fon berasal dari bahasa Inggris
“phone” yang artinya “bunyi”
Dihasilkan oleh alat ucap manusia seperti pita suara,
lidah, dan bibir
Unsur bahasa yang paling kecil
Suara yang dikeluarkan oleh mulut
Mengungkapkan sesuatu/ berfungsi sebagai pembeda arti
9. BIDANG KAJIAN FONOLOGI
FONETIK
Kajian tentang bunyi bahasa,
pembentukannya,
frekuensinya sebagai getaran
udara, dan cara
penerimaannya oleh telinga.
FONEMIK
Kajian tentang bunyi bahasa
dengan memperhatikan
statusnya sebagai pemeda
makna.
10. FON
Bunyi bahasa atau bunyi
ujaran menyangkut
bunyi yang dikeluarkan
oleh alat bicara tanpa
melihat fungsinya
sebagai pembeda arti
FONETIK
FONEM
Bunyi bahasa yang
berfungsi membedakan
arti kata
FONEMIK
12. FONETIK AKUSTIS
Fonetik yang mempelajari bunyi bahasa berupa
getaran udara dan mengkaji tentang frekuensi
getaran bunyi, amplitudo, intensitas, dan
timbrenya.
Berkaitan dengan bidang ilmu fisika
13. FONETIK ARTIKULATORIS
Fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat ucap manusia menghasilkan bunyi
bahasa serta pengklasifikasian bahasa
berdasarkan artikulasinya.
Berkaitan dengan bidang ilmu Linguistik
14. FONETIK AUDITORIS
Fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme
telinga menerima bunyi sebagai hasil dari udara
yang bergetar.
Berkaitan dengan bidang ilmu
Neurologi/Kedokteran
15. PRODUKSI BUNYI BAHASA
Ada tiga faktor utama yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa,
yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan
rongga pengubah getaran.
Rongga
pengubah
getaran
(PITA SUARA)
Alat ucap
yang
menimbulka
n getaran
(ALAT UCAP)
Sumber
tenaga
(UDARA)
16. PROSES TERJADINYA BUNYI BAHASA
(PRODUKSI BUNYI BAHASA)
Proses
Mengalirnya
Udara
Proses
Fonansi
Proses
Artikulasi
Proses
Oronasal
18. Artikulator aktif adalah
alat ucap yang bergerak,
untuk menghasilkan
bunyi bahasa
Pharynk, lidah, gigi atas,
bibir bawah
Alat
Ucap
Aktif
Artikulator pasif adalah
alat ucap yang tidak
dapat bergerak, tetapi
disentuh atau didekati
oleh artikulator aktif
dalam menghasilkan
bunyi bahasa
Larink, pita suara, langit-
langit lunak, langit-langit
keras, gusi (alveolum),
gigi bawah, bibir atas
Alat
Ucap
Pasif
19. KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
Ada tidaknya rintangan
terhadap arus udara
dalam saluran suara
Ada tidaknya
ketegangan arus udara
pada waktu bunyi itu
diartikulasikan
Kenyaringan bunyi pada
waktu terdengar oleh
telinga
Jalan keluarnya arus
udara
Lamanya bunyi
tersebut diucapkan
Perwujudannya dalam
suku kata
Arus udara
21. BUNYI VOKAL
• Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.
• Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.
• Hambatan hanya terjadi pada pita suara.
• Pada saat pembentukan vokal pita suara bergetar.
• Posisi glotis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali.
• Semua vokal termasuk bunyi bersuara.
22. Pembentukan Vokal
Berdasarkan Posisi Bibir
(vokal bulat dan tak bulat)
Berdasarkan Maju Mundurnya Lidah
(vokal depan, tengah, belakang)
Berdasarkan Tinggi Rendahnya Lidah
(vokal tinggi, madya, rendah)
Berdasarkan Striktur
(vokal terbuka, semiterbuka, semitertutup, tertutup)
23. BUNYI KONSONAN
• Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada
sebagian alat ucap.
• Pada pembentukan konsonan terjadi artikulasi.
• Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara,
sehingga terbentuk bunyi konsonan bersuara.
• Proses pembentukan konsonan pada saat artikulasi tidak disertai bergetarnya pita
suara, glotis dalam keadaan terbuka maka akan menghasilkan bunyi konsonan tak
bersuara.
24. Pembentukan Konsonan
Berdasarkan
Strikturnya
(konsonan
bilabial,
apikodental, apiko
alveolar, lamino
palatal, palatal,
velar, dorso velar,
glotal, laringal)
Berdasarkan Cara
Artikulasi
(konsonan
hambat/stop,
geser/prikatif,
likuida/lateral,
getar/trill)
Berdasarkan Posisi
Pita Suara
(konsonan bersuara
dan tak bersuara)
Berdasarkan Jalan
Keluarnya Udara
(konsonan oral dan
nasal)
25. ADA TIDAKNYA KETEGANGAN ARUS UDARA
PADA WAKTU BUNYI ITU DIARTIKULASIKAN
Bunyi Keras
(fortis)
Bunyi Lunak
(lenis)
26. BUNYI KERAS
• Bunyi keras atau fortis terbentuk apabila pada waktu diartikulasikan disertai
ketegangan kekuatan arus udara.
• Contoh bunyi keras:
1) Bunyi letup tak bersuara [p, t, c, k]
2) Bunyi geseran tak bersuara [s]
3) Bunyi vokal []ﬤ
27. BUNYI LUNAK
• Bunyi lunak terbentuk pada saat diartikulasikan tidak disertai ketegangan kekuatan
arus udara.
• Contoh bunyi lunak:
1) Bunyi letup bersuara [b, d, j, g]
2) Bunyi geseran bersuara [z]
3) Bunyi nasal [m, n, η, ñ]
4) Bunyi likuida [r, l]
5) Bunyi semi vokal [w,y]
6) Bunyi vokal [i, e, o, u]
30. BUNYI ORAL
• Bunyi oral dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak
tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga
hidung sehingga arus udara dari paru-paru keluar melalui
mulut.
• Semua bunyi vokal termasuk bunyi oral.
31. BUNYI NASAL
• Bunyi nasal atau bunyi sengau dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui
rongga mulut, tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.
• Penutupan arus udara terjadi pada:
1) Antara kedua bibir, hasilnya bunyi [m]
2) Antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi [n]
3) Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi [ng]
4) Antara ujung lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi [ny]
33. PERWUJUDANNYA DALAM SUKU KATA
Bunyi Tunggal (monoftong)
Bunyi Rangkap
(diftong, kluster/gugus, deret
vokal, deret konsonan)
34. BUNYI TUNGGAL (MONOFTONG)
• Bunyi tunggal adalah sebuah bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata.
• Semua bunyi vokal dan konsonan adalah bunyi tunggal
35. BUNYI RANGKAP
• Bunyi rangkap adalah dua bunyi atau lebih yang bergabung dalam satu suku kata.
• Bunyi rangkap dapat berupa diftong atau kluster
36. DIFTONG
Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai - balairung pandai
au autodidak taufik harimau
ei* eigendom geiser survei
oi - boikot amboi
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Diftong adalah dua vokal yang diucapkan
sekaligus. Gabungan vokal disebut diftong
apabila menghasilkan satu bunyi saja
(Wikipedia).
37. KLUSTER/ GUGUS
• Gugus atau kluster merupakan deretan konsonan yang ada pada satu suku kata.
• Contoh gugus: /pl/, /bl/, /kl/, /gl/, /fl/, /sl/, /pr/, /br/, /tr/, /dr/, /kr/, /gr/, /fr/, /sr/, /ps/,
/ks/, /sw/, /kw/, /sm/, /sn/, /sp/, /sk/, /str/, /spr/, /skr/, dan /skl/.
• Contoh dalam bentuk kata:
pleno (ple-no)
pribadi (pri-ba-di)
ekstra (eks-tra)
swadaya (swa-da-ya)
strategi (stra-te-gi)
38. DERET VOKAL
• Deret vokal adalah urutan beruntun vokal yang tidak tersisipi konsonan.
• Contoh:
/ia/, /iu/, /eo/, /ai/, /au/, /ao/, /aa/, /oa/, /ua/, /ui/, /ue/
• Contoh dalam bentuk kata:
biar (bi-ar)
reog (re-og)
kain (ka-in)
manfaat (man- fa-at)
39. DERET KONSONAN
• Deret konsonan adalah urutan dua konsonan atau lebih dalam suatu suku kata yang
tidak tersisipi vokal.
• Contoh: /pt/, /py/, /pl/, /pr/, /tt/, /tb/, /tw/, /ty/, /tm/, /tr/, /kt/, /kc/, /kb/, /kd/, /ks/,
/kw/, /km/, /kl/, /kr/, /bt/, /bd/, /bs/, /by/, /bl/, /br/, /dh/, /dy/, /dm/, /dr/, /jl/, /jr/, /gy/,
/sp/, /st/, /sc/, /sk/, /sb/, /sw/, /sm/, /sn/, /sl/, /sr/, dsb.
• Contoh dalam bentuk kata:
daptar (dap-tar)
satwa (sat-wa)
asmara (as-ma-ra)
41. BUNYI EGRESIF
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara
mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru.
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara
menuju ke luar melalui rongga mulut atau rongga hidung.
• Bunyi egresif dibedakan atas bunyi egresif pulmonik dan
bunyi egresif glotalik.
• Bunyi egresif pulmonik dibentuk dengan cara mengecilkan
ruangan paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan
rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia dibentuk
melalui egresif pulmonik.
• Bunyi egresif glotalik terbentuk dengan cara merapatkan pita
42. BUNYI INGRESIF
• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara
mengisap udara ke dalam paru-paru.
• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara
masuk ke dalam paru-paru.
• Bunyi ingresif dibedakan atas bunyi ingresif glotalik dan bunyi
ingresif velarik.
• Bunyi ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara
pembentukan bunyi egresif glotalik hanya arus udara yang
berbeda.
• Bunyi ingresif velarik dibentuk dengan menaikkan pangkal
lidah ditempatkan pada langiit-langit lunak.
43. BUNYI SEGMENTAL DAN
SUPRASEGMENTAL
• Fonem adalah bunyi, dan bunyi, menurut bisa terpisah-tidaknya, terbagi menjadi dua:
segmental dan suprasegmental. Segmental adalah fonem yang bisa dibagi.
• Fonem dapat dibagi manjadi dua bagian besar, yaitu fonem utama dan fonem kedua.
fonem utama adalah sebuah unit bunyi terkecil yang merupakan unsur dari sebuah bentuk
uncapan yang mempunyai fungsi sendiri. Sedangkan fonem yang kedua adalah sebuah
fenomena atau sifat bunyi yang mempunyai fungsi dalam ungkapan ketika diucapkan
bersambung dengan kata-kata lain.
• Fonem kedua adalah ontonim dari fonem utama, tidak termasuk bagian dari suatu kata,
tetapi dapat diketahui apabila suatu kata disambung dengan kata lain, atau sebuah kata
yang digunakan dengan penggunaan khusus. Fonem utama disebut dengan segmental,
sedangkan fonem kedua disebut dengan bunyi suprasegmantal atau sesuatu yang
menyertai fonem tersebut, yaitu berupa tekanan suara (intonation), panjang-pendek (pitch),
dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu. jadi, kesemua yang tercakup ke
dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem. Oleh karena itu,
bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat dalam fonem itu bisa dipisahkan sedangkan
yang mengiringinya tidak bisa dipisahkan.
44. BUNYI SEGMENTAL
• Bunyi segmental adalah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita
suara (M|asnur Muchlis, 2008).
• Bunyi segmental adalah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu
(Abdul Chaer, 2009).
• Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat
disegmrntasi/dipisah-pisahkan (Imam Suhairi, 2009).
• Bunyi segmental adalah bunyi bahasa yang bisa dibagi-bagi atas bagian-bagian lain
seperti bunyi vokal (vokoid) dan konsonan (kontoid).
• Unsur segmental biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad, persukuan, dan
penulisan kata.
45. • Macam-macam Bunyi Segmental
1. Vokal (bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap)
2. Konsonan (bunyi yang terhambat oleh alat ucap)
3. Diftong (dua vokal yang dibaca satu bunyi)
4. Kluster (dua konsonan yang dibaca satu bunyi)
46. SUPRASEGMENTAL
Penggalan kata terjadi akibat tekanan udara dari paru-paru dan keluarnya udara dari paru-
paru tersebut secara terputus-terputus, yang hanya memungkinkan terjadinya beberapa
bunyi. Setiap tekenan yang dilakukan oleh dinding penyekat rongga dada terhadap udara
yang terdapat didalam paru-paru, memungkinkan terjadinya sederetan penggalan.
Bunyi yang tidak dapat disegmentasikan disebut bunyi suprasegmental
Bunyi suprasegmental sering disamakan dengan ciri prosodi
Ciri suprasegmental merupakan istilah yang digunakan dalam penandaan bahasa lisan
Bunyi Suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Dengan beberapa
unsur yang menyertainya.Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1 Tekanan (Stress)
2. Jangka/Rentang waktu/Durasi (Duration)
3. Nada (Spitch)
4. Sendi (Juncture) dan Jeda (Pause)
5. Aksen (Accent)
6. Intonasi
7. Ritme
47. PUNGTUASI
• Tanda grafis yang digunakan secara konvensional untuk memisahkan pelbagai bagian
dari satuan bahasa tertulis (tanda baca).
• Pungtuasi adalah tanda baca.
• Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tercantum 15 jenis tanda
baca.
• Di dalam fonologi pungtuasi ini ada kaitannya dengan bunyi suprasegmental yang
pernah kita bahas sebelum materi pungtuasi.
• Pungtuasi direalisasikan berdasarkan dua hal utama yang komplementer, yakni:
1. unsur-unsur suprasegmental
2. Hubungan sintaksis
48. FONEM
• FONEM adalah Satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem
memiliki fungsi untuk membedakan makna.
• FONEM adalah unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan.
• FONEMISASI adalah perubahan alofon-alofon menjadi fonem dalam lingkungan
fonologis tertentu.
49. PENGENALAN FONEM
1. Kontras Pasangan Minimal
Pasangan minimal adalah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam
sebuah
bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda.
Bunyi yang berbeda itu saling bertentangan dalam posisi atau distribusi yang sama.
Contoh:
• /batuk/ ---- /patuk/ /b/ /p/
• /dara/ ---- /tara/ /d/ /t/
• /galah/ ---- /kalah/ /g/ /k/
50. 2. Premis-Premis Fonologis
a. Bunyi bahasa memiliki kecenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungan.
b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.
c. bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam
kelas bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam
lingkungan yang sama atau mirip.
d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang
komplementer, harus di masukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang
51. REALISASI FONEM
• Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis,
yakni fonem menjadi bunyi bahasa.
1. Realisasi Vokal dalam Bahasa Indonesia (6)
/a/, /i/, /u/, /e/, /Ə/, dan /o/
Diproduksi dengan bentuk bibir tertentu. Bentuk bibir dapat mempengaruhi kualitas
vokal.
2. Konsonan dalam Bahasa Indonesia (23)
/p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/, /?/, /f/, /s/, /x/, /h/, /z/, /m/, /n/, /r/, /l/, /w/, /y/, /Š/, /ŋ/,
/ñ/
Konsonan dibentuk berdasarkan:
a. Keadaan pita suara
b. Daerah artikulasi
c. Cara artikulasi
52. Realisasi Vokal
a
i
u
e
o
i dan I
o dan Ͻ
u dan U
e, Ɛ , dan
Ə
suku kata terbuka
atau tertutup
tekanan pada
saat diucapkan
(pengucapan)
57. FONOTAKTIK
Kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu morfem
atau kata dinamakan kaidah fonotaktik.
Kaidah fonotaktik termasuk bidang kajian fonemik.
Kaidah fonotaktik mencakup garapan distribusi fonem,
gabungan fonem, struktur suku kata, dan kaidah grafemis.
58. DISTRIBUSI FONEM
Posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem.
Distribusi fonem menyangkut posisi atau penyebaran fonem
dalam sebuah kata, di awal kata, di tengah kata, atau di akhir
kata.
Fonem yang menduduki posisi dalam sebuah kata tersebut
dapat berupa vokal dan konsonan.
59. DISTRIBUSI VOKAL
a. Vokal /i/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir
kata
b. Vokal /e/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir
kata
c. Vokal /o/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir
kata
d. Vokal /u/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir
kata
e. Vokal /a/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir
kata
f. Vokal /∂/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir
60. DISTRIBUSI KONSONAN
Bunyi konsonan dalam bahasa Indonesia direalisasikan 25
buah, yakni: /b/, /c/, /d/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /p/,
/q/, /r/, /s/, /t/, /v/, /w/, /x/, /y/, /z/, /kh/, /sy/, /ng/, /ny/.
Hampir semua konsosnan bahasa Indonesia dapa menduudki
posisi di awal, di tengah, dan di akhir kata, kecuali konsonan
/c/, /j/, /q/, /v/, /w/, /x/, /y/, /z/, dan /ny/ tidak dapat berposisi
di akhir kata.
61. SILABEL (SUKU KATA)
Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus
ujaran atau runtunan bunyi ujaran.
Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih.
Silabel mempunyai puncak kenyaringan atau sonoritas yang biasanya
jatuh pada sebuah vokal.
Hal ini terjadi karena adanya ruang resonansi berupa rongga mulut,
rongga hidung atau rongga-rongga lain di kepala dan dada.
62. Suku kata adalah satu fonem atau lebih yang ditandai oleh
satu puncak kenyaringan fonem yang terletak pada vokal
(Zainuddin, 1994:14).
Suku kata disebut juga silabel adalah satuan ritmis terkecil
dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran.Satu
silabel biasanya meliputi Satu vokal dan satu konsonan atau
lebih.Silabel mempunyai puncak kenyaringan (Sonoritas) yang
yang patuh pada vokal ( Chaer, 1994:123).
63. Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonansi adalah
bunyi vokal. Karena itu, puncak silabis adalah bunyi vokal. Namun
ada kalanya konsonan, baik bersuara maupun tidak yang tidak
mempunyai kemungkinan untuk menjadi puncak silabis.
Kemungkinan urutan bunyi konsonan-vokal dalam silabel disebut
fonotaktik. Bunyi konsonan yang berada sebelum vokal (yang
menjadi puncak kenyaringan) disebut Onset (O) dan konsonan
yang hadir sesudah vokal disebut koda, sedangkan vokalnya
sendiri disebut nuklus.
Suku kata dibedakan berdasarkan pengucapan (fonologi),
sedangkan penggal kata berdasarkan penulisan (morfologi).
64. Pola suku kata Bahasa Indonesia sebagai berikut :
1. V : a pada kata adik
2. VK : an pada kata anda
3. KV : bu pada kata ibu
4. KVK : duk pada kata duduk
5. KKV : tra pada kata putra
6. KKKV : stra pada kata strata
7. KKVK : trak pada kata kontrak
8. KKKVK : struk pada kata struktur
9. VKK : eks pada kata eksploitasi
10. KVKK : teks pada kata konteks
11. KKVKK : pleks pada kata kompleks
12. VKKK : arts pada kata arts
13. KVKKK : korps pada kata korps.
65. Jenis-Jenis Suku Kata
1. Suku Kata Terbuka adalah suku kata yang berakhir dengan vokal (K)V
2. Suku Kata Tertutup adalah suku kata yang berakhir dengan konsonan (K)VK
66. KAIDAH GRAFEMIS
• Grafem adalah gabungan huruf sebagai satuan pelambang fonem dalam sistem ejaan.
• Grafem adalah satuan terkecil yang distingtif dalam suatu sistem aksara.
• Grafem merujuk pada ejaan atau penulisan huruf.
• Lambang fonem /.../
• Lambang grafem <...>
67. ALOFON
• Alofon adalah variasi bunyi
• Untuk mengetahui bunyi mana saja yang mengandung alofon lihat materi realisasi
fonem di atas!