2. Pengertian Morfem ?
Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti.
Contoh :
Bentuk berpakaian dapat dianalisis kedalam satuan-satuan terkecil. Menjadi {ber-}, {pakai}, {-an}.
Ketiganya adalah morfem di mana {ber-} adalah morfem prefiks, {pakai} adalah morfem dasar, dan {-an}
adalah morfem sufiks. Ketiganya juga memiliki makna. Morfem {ber-} dan morfem {-an} memiliki makna
gramatikal, sedangkan morfem {pakai} memiliki makna leksikal. Perlu di catat dalam konvensi linguistik
sebuah bentuk dinyatakan sebagai morfem ditulis didalam kurung kurawal ({...}).
3. Mengidentifikasi Morfem.
Hal-hal berikut dapat dipedomani untuk menentukan morfem dan bukan morfem :
1. Dua buah bentuk yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda.
Umpamanya, kata ayah dan kata bapak pada kedua kalimat berikut adalah dua morfem yang berbeda :
a. Ayah pergi ke Medan.
b. Bapak baru pulang dari Medan.
2. Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Umpamanya
bentuk renta pada konstruksi tua renta, dan bentuk kuyup pada konstruksi basah kuyup adalah juga
morfem.
4. Mengidentifikasi Morfem.
3. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama
adalah juga merupakan morfem yang sama. Misalnya bentuk baca pada kata-kata berikut adalah sebuah
morfem yang sama.
Membaca
Pembaca
Bacaan
Terbaca
5. Mengidentifikasi Morfem.
4. Bentuk bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem.
Umpamanya kata bulan pada kalimat berikut adalah sebuah morfem yang sama.
a. Bulan depan dia akan menikah.
b. Bulan November lamanya 30 hari.
5. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang
berbeda. Misalnya kata bunga pada kedua kalimat berikut adalah dua buah morfem yang berbeda.
a. Bank indonesia memberi bunga 5 persen per tahun.
b. Dia datang membawa seikat bunga.
6. Mengidentifikasi Morfem.
6. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila
maknanya berbeda secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama. Umpamanya
kata kepala pada kalimat-kalimat berikut memiliki makna yang berbeda secara polisemi, tetapi tetap
merupakan morfem yang sama.
a. Ibunya menjadi kepala sekolah di sana.
b. Nomor teleponnya tertera pada kepala surat itu.
c. Kepala jarum itu terbuat dari plastik.
7. Mengidentifikasi Morfem.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menggabungkan morfem itu
dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur
yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.
Contoh :
• Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan sebagainya. Kata baik mempunyai arti
berbeda dengan kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri
dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa baik. Disini akan berbeda arti
yang terkandung di dalamnya.
• Morfem –an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan,
dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata
makan.
8. Mengidentifikasi Morfem.
Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata
kedua menjadi {ke} + {dua}.
Perhatikan bentuk meninggalkan yang juga terdapat pada arus ujaran di atas, lalu bandingkan dengan bentuk
- bentuk lain yang ada dalam deret berikut :
meninggalkan peninggalan
ditinggal ketinggalan
tertinggal sepeninggal
9. Mengidentifikasi Morfem.
Dalam deretan tersebut terlihat ada bentuk yang sama, yang dapat disegmentasikan dari bagian unsur-unsur
lainnya. Bagian yang sama itu adalah bentuk tinggal atau ninggal. Betuk tinggal pun adalah sebuah morfem
karena dan betuk maknanya sama. Untuk menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan kita harus
mngetahui atau mngenal maknanya. Perhatikan deret berikut :
◦ Menelantarkan
◦ Telantar
◦ Lantaran
Meskipun bentuk lantar terdapat berulang-ulang pada deret tersebut, bentuk lantar adalah bukan bentuk
sebuah morfem karena tidak ada maknanya. Lalu, ternyata juga pula bahwa bentuk menelantarkan
mempunyai hubungan dengan telantar, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan lantaran.
10. Jenis - Jenis Morfem.
1. Apabila ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi :
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa harus
dihubungkan dengan morfem lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Misalnya
buku, pensil, meja, rumah dan sebagainya.
b. Morfem Terkait
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti. Makna
morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua
imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem
terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak
dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
11. Jenis - Jenis Morfem.
2. Apabila ditinjau dari segi keutuhaannya dapat dibedakan menjadi :
a. Morfem Utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Misalnya, meja, kursi, rumah,
henti, juang, dan sebagainya.
b. Morfem Terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi. Misalnya, pada
kata satuan (satu) merupakan morfem utuh dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam
bahasa Indonesia termasuk morfem terbagi.
12. Jenis - Jenis Morfem.
3. Apabila ditinjau dari segi maknanya dapat dibedakan menjadi :
a. Morfem Bermakna Leksikal, yaitu morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada
dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda),
(pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal. Morfem-morfem seperti itu sudah
dapat digunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan.
b. Morfem Tak Bermakna Leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada
dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya,
morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.
13. Jenis - Jenis Morfem.
4. Morfem Segmental dan Suprasegmental
Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem
segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat},
dan {ber}. Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem
suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur - unsur suprasegmenntal seperti tekanan, nada,
durasi, dan sebagainya.
5. Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif, ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa Ø),
yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur
suprasegmental), melainkan berupa ”kekosongan”.
- Bentuk tunggal : I have a book ; I have a sheep - Kata kini : They call me; They hit me
- Bentuk jamak : I have two books ; I have two sheep - Kata lampau : They called me ; They hit
me
14. Jenis - Jenis Morfem.
6. Morfem Dasar, Dasar, Pangkal, dan Akar
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses
morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses
reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
Misalnya, dalam bahasa Inggris kata books pangkalnya adalah book.
15. Bentuk Asal dan Bentuk Dasar Morfem
Bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi asal Sesuatu kata kompleks. Misalnya kata
berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks –an menjadi pakaian, kemudian
mendapat bubuhan afiks -ber menjadi berpakaian.
Bentuk dasar ialah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang
lebih besar.
Contoh kata memperjualbelikan :
Bentuk asal : jual dan beli
Bentuk dasar : perjualbelikan, jual belikan, jual beli