SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
TUGAS 1.4.a.9. AKSI NYATA “BERBAGI”
1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
2. DISIPLIN POSITIF
3. MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
4. KEBUTUHAN DASAR
5. POSISI KONTROL RESTITUSI
6. KEYAKINAN KELAS
7. SEGITIGA RESTITUSI
MOCHAMAT KHOLIQ KELAS 324
CGP ANGKATAN-9 KABUPATEN LUMAJANG
AKSI NYATA MODUL 1.4
Dr. William Glasser dalam Control Theory (Choice Theory) meluruskan beberapa
miskonsepsi tentang makna control sebagai awal perubahan dalam paradigma belajar
yang selama ini kita Yakini:
1. Ilusi mengontrol murid
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid
tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang
mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengijinkan
dirinya dikontrol. Saat itu bentuk control guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih
murid tersebut. Teori control menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan
bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.
2. Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif/bujukan adalah bentuk-bentuk control. Segala usaha untuk
mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu adalah suatu usaha
untuk mengontrol murid tersebut.
1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan
menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita atau bisa jadi murid
tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.
3. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan
karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada
identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka.
Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru
untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini karena
seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan
negatif.
1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
4. Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk
membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima,
selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula,
orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka
waktu Panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.
Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada
pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991)
mengatakan bahwa,
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku
Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah
kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir
tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-
aspek tertentu tentang realitas”.
1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
STIMULUS RESPON TEORI KONTROL
Realitas (kebutuhan) kita sama Realitas (kebutuhan) kita berbeda
Semua orang melihat hal yang sama
Setiap orang memiliki gambaran
berbeda
Kita mencoba mengubah orang agar
berpandangan sama dengan kita.
Kita berusaha memahami pandangan
orang lain tentang dunia
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu
kesalahan
Semua perilaku memiliki tujuan.
Orang lain bisa mengontrol saya.
Hanya Anda yang bisa mengontrol diri
Anda.
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal.
Kolaborasi dan konsensus menciptakan
pilihan-pilihan baru.
2. DISIPLIN POSITIF
Arti Disiplin kebanyakan dihubungkan dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan
pada peraturan. Kata disiplin sering dihubungkan dengan hukuman, padahal sungguh
berbeda.
Dalam budaya kita, kata disiplin dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang
pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata
disiplin dengan ketidaknyamanan.
Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa :
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun
disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan
sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan
self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian
itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan
Kelima, 2013, Halaman 470)
2. DISIPLIN POSITIF
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan
bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’.
Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau
murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham
betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga
motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan
mulia, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga
mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk
memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan
mulia yang diinginkan.
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung
jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada
nilai-nilai kebajikan universal.
2. DISIPLIN POSITIF
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan dan
memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. anak-anak
yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa
berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan
universal
Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk
murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli,
bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai
dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School
Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain.
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya.
3. MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
Ada 5 kebutuhan dasar manusia
1. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival)
2. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima
(love and belonging)
3. Kebutuhan akan kebebasan (freedom)
4. Kebutuhan akan kesenangan (fun)
5. Kebutuhan akan penguasaan (power)
4. KEBUTUHAN DASAR
Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School
Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau
kembali penerapan disiplin di dalam ruang- ruang kelas mereka
selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat,
memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan
mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori
Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi
kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan
dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah
Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan
Manajer.
5. POSISI KONTROL RESTITUSI
Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-
orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah
memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-
guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata :
“Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir
selesai”
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil,
yaitu cara dia.
Pembuat Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut.
Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa
tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”
Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa
tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
5. POSISI KONTROL RESTITUSI
Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap
berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa
negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara
guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor
untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:
“Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak
membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman
saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang
mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan
tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.
5. POSISI KONTROL RESTITUSI
Pemantau: Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi,
kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi
pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi.
Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan
hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang
menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang
pemantau: “Peraturannya apa?”
“Apa yang telah kamu lakukan?”
“Sanksi atau konsekuensinya apa?”
Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data
yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini
akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau
5. POSISI KONTROL RESTITUSI
Manajer:
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan
solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman
maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi
tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka,
mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid
kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya,
maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun
dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan
berkata “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)
“Apakah kamu meyakininya?”
“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?” “Jika kamu
memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”
“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”
Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat
mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan
murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.
5. POSISI KONTROL RESTITUSI
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas :
1. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang
lebih rinci dan konkrit.
2. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
3. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
4. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah
diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
5. Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di
lingkungan tersebut.
6. Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinankelas lewat kegiatan curah pendapat.
7. Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
6. KEYAKINAN KELAS
Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
1. Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah
pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di sekolah/kelas.
2. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau
di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas/warga
sekolah bisa melihat hasil curah pendapat.
3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan
Sekolah/Kelas’.
Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.
Contoh :
Kalimat negatif : Jangan berlari di kelas atau koridor.
Kalimat positif : Berjalanlah di kelas atau koridor.
4. Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat.
6. KEYAKINAN KELAS
Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
6. Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas
dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani
keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua warga/murid.
7. Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di
tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
6. KEYAKINAN KELAS
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)
Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Ciri-ciri restitusi yang membedakan dengan program disiplin lainnya:
Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
Restitusi memperbaiki hubungan
Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri
Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
Restitusi diri adalah cara yang paling baik
Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
Restitusi fokus pada solusi
Restitusi menguatkan
Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya
7. SEGITIGA RESTITUSI
Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama
dari Teori Kontrol, yaitu :
7. SEGITIGA RESTITUSI
Langkah Teori Kontrol
1 Menstabilkan Identitas
Stabilize the Identity
Kita semua akan melakukan hal
terbaik yang bisa kita lakukan
2 Validasi Tindakan yang Salah
Validate the Misbehaviour
Semua perilaku memiliki alasan
3 Menanyakan Keyakinan
Seek the Belief
Kita semua memiliki motivasi internal
::
7. SEGITIGA RESTITUSI
PENERAPAN
BUDAYA POSITIF
SDN JAMBEKUMBU 02 KECAMATAN PASRUJAMBE
Aksi Nyata Calon Guru Penggerak
Angkatan 9 Kelas 324 Kab. Lumajang
Menghadap Kepala Sekolah dan
memohon izin untuk mendiskusikan
bersama rekan guru tentang
penanaman Budaya Positif melalui
program “Tabungan Baik”
Berkolaborasi dengan
murid-murid
melakukan kegiatan-
kegiatan Budaya
Positif melalui
“Tabungan Baik”
serta membuat
Keyakinan kelas,
Kesepakatan kelas.
Memantau, merefleksi
serta mengevaluasi
kegiatan baik yang
dilakukan murid dan
keyakinan kelas,
kesepakatan kelas
yang telah dibuat
refleksi umpan balik
siswa memberikan
umpan balik lewat
aplikasi google form
dengan menjawab
pertanyaan ya/tidak
menggunakan akun
belajar.id
refleksi umpan balik
Terima
Kasih
MOCHAMAT KHOLIQ, S.Pd.SD.
KELAS 324 - CGP A-9
Kabupaten Lumajang
G u r u b e r g e r a k
I N D O N E S I A M A J U

More Related Content

What's hot

PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfPPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
ssuserdab611
 

What's hot (20)

Aksi Nyata Cegah Perundungan.pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan.pptxAksi Nyata Cegah Perundungan.pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan.pptx
 
KONEKSI ANTAR MATERI 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxKONEKSI ANTAR MATERI 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
 
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptxBudaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
 
AKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptxAKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptx
 
Aksi nyata Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pptx
Aksi nyata Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pptxAksi nyata Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pptx
Aksi nyata Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pptx
 
BERBAGI MODUL 1.4.pptx
BERBAGI MODUL 1.4.pptxBERBAGI MODUL 1.4.pptx
BERBAGI MODUL 1.4.pptx
 
Disiplin Positif Membuat Keyakinan Kelas
Disiplin Positif Membuat Keyakinan KelasDisiplin Positif Membuat Keyakinan Kelas
Disiplin Positif Membuat Keyakinan Kelas
 
AKSI NYATA PMM DISIPLIN POSITIF.pdf
AKSI NYATA PMM DISIPLIN POSITIF.pdfAKSI NYATA PMM DISIPLIN POSITIF.pdf
AKSI NYATA PMM DISIPLIN POSITIF.pdf
 
Lokakarya 1 Pendamping Guru Penggerak
Lokakarya 1 Pendamping Guru PenggerakLokakarya 1 Pendamping Guru Penggerak
Lokakarya 1 Pendamping Guru Penggerak
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan ok.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan ok.pptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan ok.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan ok.pptx
 
Aksi Nyata Topik Layanan Dasar..pptx
Aksi Nyata Topik Layanan Dasar..pptxAksi Nyata Topik Layanan Dasar..pptx
Aksi Nyata Topik Layanan Dasar..pptx
 
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfPPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
 
Pendampingan ke-2.pdf
Pendampingan ke-2.pdfPendampingan ke-2.pdf
Pendampingan ke-2.pdf
 
1.2.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.2 - Diskusi Mandiri.pdf
1.2.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.2 - Diskusi Mandiri.pdf1.2.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.2 - Diskusi Mandiri.pdf
1.2.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.2 - Diskusi Mandiri.pdf
 
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptxSKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
SKENARIO SEGITIGA RESTITUSI.pptx
 
KONEKSI ANTAR MATERI 1.4.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI 1.4.pptxKONEKSI ANTAR MATERI 1.4.pptx
KONEKSI ANTAR MATERI 1.4.pptx
 
PPT Diseminasi budaya positif di sekolah
PPT Diseminasi budaya positif di sekolahPPT Diseminasi budaya positif di sekolah
PPT Diseminasi budaya positif di sekolah
 
Bimbingan dan Konseling Layanan Dasar – Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pdf
Bimbingan dan Konseling Layanan Dasar –  Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pdfBimbingan dan Konseling Layanan Dasar –  Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pdf
Bimbingan dan Konseling Layanan Dasar – Refleksi Diri dalam Menyikapi Murid.pdf
 
PPT AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf
PPT AKSI NYATA MODUL 1.4.pdfPPT AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf
PPT AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf
 
4A. BUDAYA POSITIF (1).pptx
4A. BUDAYA POSITIF (1).pptx4A. BUDAYA POSITIF (1).pptx
4A. BUDAYA POSITIF (1).pptx
 

Similar to Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf

Budaya Positif.pptx
Budaya Positif.pptxBudaya Positif.pptx
Budaya Positif.pptx
deny941
 
ppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docx
ppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docxppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docx
ppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docx
FauziMurthala1
 

Similar to Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf (20)

2.1 perubahan paradigma
2.1 perubahan paradigma2.1 perubahan paradigma
2.1 perubahan paradigma
 
Budaya Positif
Budaya PositifBudaya Positif
Budaya Positif
 
Budaya Positif.pptx
Budaya Positif.pptxBudaya Positif.pptx
Budaya Positif.pptx
 
Paparan Budaya Positif.pptx
Paparan Budaya Positif.pptxPaparan Budaya Positif.pptx
Paparan Budaya Positif.pptx
 
BUDAYA POSITIF__ [Autosaved].pptx
BUDAYA POSITIF__ [Autosaved].pptxBUDAYA POSITIF__ [Autosaved].pptx
BUDAYA POSITIF__ [Autosaved].pptx
 
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdfModul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
 
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdfKAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
 
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptxSOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
 
Koneksi Antar Materi 1.4.docx
Koneksi Antar Materi 1.4.docxKoneksi Antar Materi 1.4.docx
Koneksi Antar Materi 1.4.docx
 
Penyebaran PEMAHAMAN BUDAYA POSITI di sekolah dengan penyelesaian masalah seg...
Penyebaran PEMAHAMAN BUDAYA POSITI di sekolah dengan penyelesaian masalah seg...Penyebaran PEMAHAMAN BUDAYA POSITI di sekolah dengan penyelesaian masalah seg...
Penyebaran PEMAHAMAN BUDAYA POSITI di sekolah dengan penyelesaian masalah seg...
 
Presentasi UMMI.pdf
Presentasi UMMI.pdfPresentasi UMMI.pdf
Presentasi UMMI.pdf
 
Aksi nyata Budaya Positif.pptx
Aksi nyata Budaya Positif.pptxAksi nyata Budaya Positif.pptx
Aksi nyata Budaya Positif.pptx
 
Materi EP 1.4 Angk 7.pdf
Materi EP 1.4 Angk 7.pdfMateri EP 1.4 Angk 7.pdf
Materi EP 1.4 Angk 7.pdf
 
kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
2.2 konsep disiplin positif dan motivasi
2.2  konsep disiplin positif dan motivasi2.2  konsep disiplin positif dan motivasi
2.2 konsep disiplin positif dan motivasi
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.pdf
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.pdfKoneksi Antar Materi Modul 1.4.pdf
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.pdf
 
ppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docx
ppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docxppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docx
ppt gtentang desiminasi Budaya Positif.docx
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
 
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
 

More from MochamatKholiq1 (13)

RUKOL MODUL 3.1 KEL.2 Kenaikan Kelas.pptx
RUKOL MODUL 3.1 KEL.2 Kenaikan Kelas.pptxRUKOL MODUL 3.1 KEL.2 Kenaikan Kelas.pptx
RUKOL MODUL 3.1 KEL.2 Kenaikan Kelas.pptx
 
38 PROVINSI DAN IBU KOTA PROVINSI DI INDONESIA
38 PROVINSI DAN IBU KOTA PROVINSI DI INDONESIA38 PROVINSI DAN IBU KOTA PROVINSI DI INDONESIA
38 PROVINSI DAN IBU KOTA PROVINSI DI INDONESIA
 
rencana kerja anggaran sekolah sdn jambekmbu 02
rencana kerja anggaran sekolah sdn jambekmbu 02rencana kerja anggaran sekolah sdn jambekmbu 02
rencana kerja anggaran sekolah sdn jambekmbu 02
 
2. Kisi-Kisi PAS Ganjil IPA 2022-2023.pdf
2. Kisi-Kisi PAS Ganjil IPA 2022-2023.pdf2. Kisi-Kisi PAS Ganjil IPA 2022-2023.pdf
2. Kisi-Kisi PAS Ganjil IPA 2022-2023.pdf
 
UMPAN BALIK.pdf
UMPAN BALIK.pdfUMPAN BALIK.pdf
UMPAN BALIK.pdf
 
1.4.a.6 Demonstrasi Kontekstual.pptx
1.4.a.6 Demonstrasi Kontekstual.pptx1.4.a.6 Demonstrasi Kontekstual.pptx
1.4.a.6 Demonstrasi Kontekstual.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pdf
 
1.1.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.1.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf1.1.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.1.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
 
Tugas 1.1.a.6 Modul.1.1 Demonstrasi Kontekstual.pdf
Tugas 1.1.a.6 Modul.1.1 Demonstrasi Kontekstual.pdfTugas 1.1.a.6 Modul.1.1 Demonstrasi Kontekstual.pdf
Tugas 1.1.a.6 Modul.1.1 Demonstrasi Kontekstual.pdf
 
1.1.a.5 Presentasi Kelompok A Modul 1.1.pdf
1.1.a.5 Presentasi Kelompok A Modul 1.1.pdf1.1.a.5 Presentasi Kelompok A Modul 1.1.pdf
1.1.a.5 Presentasi Kelompok A Modul 1.1.pdf
 
1.2.a.5 Kolaborasi Nilai dan Peran Guru Penggerak.pptx
1.2.a.5 Kolaborasi Nilai dan Peran Guru Penggerak.pptx1.2.a.5 Kolaborasi Nilai dan Peran Guru Penggerak.pptx
1.2.a.5 Kolaborasi Nilai dan Peran Guru Penggerak.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
 
PPT PTK 6 YOUTUBE.pptx
PPT PTK 6 YOUTUBE.pptxPPT PTK 6 YOUTUBE.pptx
PPT PTK 6 YOUTUBE.pptx
 

Recently uploaded

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 

Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf

  • 1. TUGAS 1.4.a.9. AKSI NYATA “BERBAGI” 1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR 2. DISIPLIN POSITIF 3. MOTIVASI PERILAKU MANUSIA 4. KEBUTUHAN DASAR 5. POSISI KONTROL RESTITUSI 6. KEYAKINAN KELAS 7. SEGITIGA RESTITUSI MOCHAMAT KHOLIQ KELAS 324 CGP ANGKATAN-9 KABUPATEN LUMAJANG AKSI NYATA MODUL 1.4
  • 2. Dr. William Glasser dalam Control Theory (Choice Theory) meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna control sebagai awal perubahan dalam paradigma belajar yang selama ini kita Yakini: 1. Ilusi mengontrol murid Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengijinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk control guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori control menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. 2. Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Penguatan positif/bujukan adalah bentuk-bentuk control. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. 1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
  • 3. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha. 3. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif. 1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
  • 4. 4. Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu Panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk. Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa, “..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek- aspek tertentu tentang realitas”. 1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
  • 5. 1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR STIMULUS RESPON TEORI KONTROL Realitas (kebutuhan) kita sama Realitas (kebutuhan) kita berbeda Semua orang melihat hal yang sama Setiap orang memiliki gambaran berbeda Kita mencoba mengubah orang agar berpandangan sama dengan kita. Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan. Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda. Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain. Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru.
  • 6. 2. DISIPLIN POSITIF Arti Disiplin kebanyakan dihubungkan dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata disiplin sering dihubungkan dengan hukuman, padahal sungguh berbeda. Dalam budaya kita, kata disiplin dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa : “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
  • 7. 2. DISIPLIN POSITIF Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan mulia, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.
  • 8. 2. DISIPLIN POSITIF Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.
  • 9. Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia: 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. 3. MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
  • 10. Ada 5 kebutuhan dasar manusia 1. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival) 2. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging) 3. Kebutuhan akan kebebasan (freedom) 4. Kebutuhan akan kesenangan (fun) 5. Kebutuhan akan penguasaan (power) 4. KEBUTUHAN DASAR
  • 11. Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang- ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. 5. POSISI KONTROL RESTITUSI
  • 12. Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang- orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru- guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata : “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia. Pembuat Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. 5. POSISI KONTROL RESTITUSI
  • 13. Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut. 5. POSISI KONTROL RESTITUSI
  • 14. Pemantau: Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau 5. POSISI KONTROL RESTITUSI
  • 15. Manajer: Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) “Apakah kamu meyakininya?” “Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?” “Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?” “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?” Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. 5. POSISI KONTROL RESTITUSI
  • 16. Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas : 1. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 2. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. 3. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. 4. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. 5. Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. 6. Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinankelas lewat kegiatan curah pendapat. 7. Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu. 6. KEYAKINAN KELAS
  • 17. Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas: 1. Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di sekolah/kelas. 2. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah pendapat. 3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif. Contoh : Kalimat negatif : Jangan berlari di kelas atau koridor. Kalimat positif : Berjalanlah di kelas atau koridor. 4. Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. 6. KEYAKINAN KELAS
  • 18. Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas: 6. Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua warga/murid. 7. Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas. 6. KEYAKINAN KELAS
  • 19. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Ciri-ciri restitusi yang membedakan dengan program disiplin lainnya: Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan Restitusi memperbaiki hubungan Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan Restitusi diri adalah cara yang paling baik Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan Restitusi fokus pada solusi Restitusi menguatkan Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya 7. SEGITIGA RESTITUSI
  • 20. Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu : 7. SEGITIGA RESTITUSI Langkah Teori Kontrol 1 Menstabilkan Identitas Stabilize the Identity Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan 2 Validasi Tindakan yang Salah Validate the Misbehaviour Semua perilaku memiliki alasan 3 Menanyakan Keyakinan Seek the Belief Kita semua memiliki motivasi internal
  • 22. PENERAPAN BUDAYA POSITIF SDN JAMBEKUMBU 02 KECAMATAN PASRUJAMBE Aksi Nyata Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kelas 324 Kab. Lumajang
  • 23. Menghadap Kepala Sekolah dan memohon izin untuk mendiskusikan bersama rekan guru tentang penanaman Budaya Positif melalui program “Tabungan Baik”
  • 24. Berkolaborasi dengan murid-murid melakukan kegiatan- kegiatan Budaya Positif melalui “Tabungan Baik” serta membuat Keyakinan kelas, Kesepakatan kelas.
  • 25.
  • 26.
  • 27. Memantau, merefleksi serta mengevaluasi kegiatan baik yang dilakukan murid dan keyakinan kelas, kesepakatan kelas yang telah dibuat
  • 28. refleksi umpan balik siswa memberikan umpan balik lewat aplikasi google form dengan menjawab pertanyaan ya/tidak menggunakan akun belajar.id
  • 30. Terima Kasih MOCHAMAT KHOLIQ, S.Pd.SD. KELAS 324 - CGP A-9 Kabupaten Lumajang G u r u b e r g e r a k I N D O N E S I A M A J U