SlideShare a Scribd company logo
1 of 353
Download to read offline
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
METODOLOGI
PENELITIAN
BAHASA DAN
SASTRA
Kuantitatif, Kualitatif, Etnografi
Dr. AGUS SULAEMAN,S.Pd.,M.Pd.
Dr.GOZIYAH,S.Pd.,M.Pd.
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
METODOLOGI PENELITIAN
BAHASA DAN SASTRA
Edisi Pertama, cetakan 1, : 1 September 2019
Penulis : Dr. Agus Sulaeman, M.Pd
Dr. Goziyah,M.Pd.
Layouter : Arinda Navitri
Desain Sampul : Zafran Aidil
Diterbitkan oleh :
Penerbit Edu Pustaka Jakarta
(Anggota IKAPI)
Anggota IKAPI
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang
All-Rights Reserved
ISBN : 978-623-90461-6-3
Hal.xiv+326,Uk.15.5x23 cm
Pemasaran :
Jl. Haji Karim No.70
Setu, Cipayung,Jakarta Timur 13880
Telefaks. (021-70300534)
Email: penerbitedupustaka@gmail.com
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
KATA PENGANTAR
Dr., H. Ahmad Amarullah,M.Pd.
(Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang)
Metode penelitian selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan informasi, serta mengikuti perkembangan dunia penelitian.
Temuan lama senantiasa berganti atau diperbarui dengan temuan baru,sehingga ilmu
pengetahuan berkembang dan hidup dinamis dalam dunia penelitian selalu ada
pembaharuan metode dan sistematika penelitian disesuaikan dengan pendekatan yang
diambil yang kesemuanya itu adalah untuk mendapatkan keakuratan dan khasanah
keilmuan.
Buku yang ditulis oleh saudara Agus Sulaeman dan Goziyah, dengan judul
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra kuntitatif, kualitatif, Metode Etnografi. Ini
akan menambah dan memperkaya referensi penelitian dalam menyusun skripsi,
maupun dalam kegiatan perkuliahan sesuai mata kuliah yang diampunya, tetapi juga
oleh peneliti dan masyarakat umum yang tertarik mempelajari metode penelitian. Buku
ini, sebagaimana ditulis oleh penulisnya, menguraikan konsep penelitian
kuantitatif,berupa analisis jalur, atau path analysis, analisis data kuantitatif statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Juga disajikan metode kualitatif berupa penelitian
sastra, analisis isi (content analysis), penelitian naratif, dan juga disajikan metode
penelitian mix method, action research, dan metode Etnografi.
Akhirnya saya mengucapkan selamat kepada saudara Agus Sulaeman dan
Goziyah sebagai penyusun buku ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan
kontribusi yang nyata bagi peningkatan mutu penelitian terutama referensi mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi untuk penyelesaian studinya.
Sekian dan terima kasih,
Nasrun Min Allahi Wa Fathun qorrieb.
Wassalmu Alaikum Wr.Wb.
Kota Tangerang September 2019
Dr.,H.Ahmad Amarullah,M.Pd
Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
KATA PENGANTAR PENULIS
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Swt., Yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia, sehingga penulis bisa menyelesaikan buku ini. Buku
ini diterbitkan dilatarbelakangi oleh kepedulian penulis terhadap pembelajaran metode
penelitian. Karena itu, kehadiran buku ini juga merupakan hasil refleksi dan kristalisasi
diskusi dalam perkuliahan semenjak penulis mengampu mata kuliah metode penelitian
pendidikan, dan juga ketika penulis mendalami ilmu penelitian selama menempuh
pendidikan strata -2 dan strata - 3. Banyak ilmu yang didapatkan dari membaca literatur
ilmu-ilmu penelitian yang berkembang, sehingga penulis membuat inisiatif untuk
menulis buku ini.
Penelitian hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan
keilmuan atau bisa dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya adalah suatu proses
sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode
ilmiah. Penelitian dapat dipahami sebagai suatu dialog atau percakapan yang terjadi
tanpa henti antara dua jenis kenyataan yaitu antara realitas argumentasi dan realitas
pengalaman. Metode penelitian selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, penelitian pendidikan merupakan penelitian yang dikhususkan meneliti
bidang pendidikan berbeda dengan penelitian ilmu eksakta lainnya, mengapa, karena
penelitian pendidikan penerapannya melalui pendekatan pendidikan, dalam buku ini
penulis mencoba menguraikan penelitian yang berhubungan dengan penelitian
kualitatif sastra, conten analysis, metode kuantitatif, metode gabungan, studi kasus,
metode etnografi dalam pendidikan.
Pengetahuan metode penelitian pendidikan yang penulis ketahui ini, tidak
terlepas dari ikhtiar belajar kepada dosen-dosen selama penulis menempuh studi,
maupun pemikiran hasil diskusi selama peneliti menempuh pendidikan Strata – 2 dan
Strata - 3 di Untirta, dan UNJ. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang berkesan yaitu: Prof.,Dr.,Emzir, Prof.
Dr., Zainal Rafli, M.Pd. Prof., Dr.,Aceng Rahmat, M.Pd. (UNJ). Prof. Dr. Emi Emilia,MA.
(UPI). Dr., Chussaery Rusdi Syarif, M.Si. Dr.,Rusmana,M.Pd. (UNTIRTA). Dr.,Maman
Rukmana, M.Pd (STKIP SB Rangkasbitung). Dr.,Kadir,M.Pd. (UIN Jakarta). Teman
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sekelas Strata -2 PBI Pascasarjana Untirta. Strata-3 PB Pasca UNJ. Pimpinan
Akademika Universitas Muhammadiyah Tangerang. Kaprodi Blewuk Setyo
Nugroho, M.Pd, dan sekprodi Nori Anggriani,S.Pd.,M.A. serta teman-teman dosen
Universitas Muhammadiyah Tangerang yang selalu menyemangati penulis untuk selalu
berkarya.
Ucapan terima kasih disertai rasa hormat penulis sampaikan untuk orang-orang
terdekat dan tercinta yang telah menginspirasi dalam penulisan buku ini kepada Manah
dan Hj.,Sani,Alm. (Ibu dan Mertua penulis), dan istri tercinta Mulyati dan kedua
anaku. Ahmad Sultan Wahyu Hidayat, dan Hafiz Adam Chusaery. Yang dengan penuh
kesabaran dan doa mereka mendorong penulis untuk selalu bekerja keras dan optimis
dalam menyelesaikan tugas-tugas kehidupan ini.
Dalam penyuntingan buku ini, penulis menyadari bahwa isi buku ini masih
terdapat kekurangan, untuk itulah penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan buku ini. Kiranya karya ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya mahasiswa dan atau peneliti dalam melakukan analisis data
penelitian kuantitatif dan kualitatif terutama dalam meneliti dibidang pendidikan ranah
bahasa dan sastra.
Kabupaten Tangerang Januari 2019.
Penulis
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Dr.,H.Ahmad Amarullah,M.Pd......................................i
(Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang)
Kata Pengantar Penulis............................................................................ii
Daftar isi.....................................................................................................iv
BAB I Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah Dalam Paradigma Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, Dan Metode Gabungan
A. Pendahuluan…..…………………………………………………………………….1
B.Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Metode Gabungan…...................................................................................3
1. Metode Ilmiah Paradigm Penelitian Kuantitaif Dan Kualitatif….………………..3
2. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Metode Gabungan.....….………………...6
BAB II Pemilihan Dan Pendefinisian Topik Penelitian
A. Pendahuluan ..…..…………………………………………………………………10
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian………………………....……..14
C. Variabel Penelitian dan Fokus Penelitian………………………………………..21
D. Review Literatur (Tinjauan Pustaka)……………….....…………………………24
E. Perumusan dan Pernyataan Hipotesis Penelitian………………………………27
BAB III Populasi Dan Sampling
A.Pendahuluan………………………………………………………………………...34
B.Populasi dan Sampel dalam penelitian kuantitatif…….....……………………...35
C.Data dan Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif………………….................43
D.Teknik Pengambilan Sampel............................................................................45
BAB IV Pengambilan Instrumen Penelitian
A.Pendahuluan………………………………………………………………………..48
B.Konstruk (Variabel)………………………………………………………………...49
1. Variabel……………………….…………………………………………………….50
2. Karakteristik Pengukuran Instrumen................................................................53
3. Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpul Data......................................55
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4. Validitas dan Realibilitas .................................................................................56
BAB V Analisis Data Kuantitatif Statistik Deskriptif Dan Statistik Inferensial
A.Pendahuluan………..………………………………………………………………62
B. Landasan Teori................................................................................................63
1.Statistik Deskriptif ............................................................................................63
2.Statistik Deskriptif Pendidikan..........................................................................66
BAB VI Analisis Dan Intrepetasi Data Kualitatif
A.Pendahuluan…………………………………………………………………….70
B. Analisis Data Kualitatif................................................................................72
C. Intrepetasi Data Kualitatif............................................................................76
1. Intrepetasi Data Menurut Moleong.............................................................76
2. Intrepetasi Data Menurut L.R. Gay...........................................................78
BAB VII Penelitian Survei Dan Penelitian Korelasional Analisis Jalur
(Path Analysis)
A.Pendahuluan……………………………………………………………………..81
B. Penelitian Survei..........................................................................................82
C.Penelitian Korelasional Analisis Jalur (Path Analysis) ..............................109
BAB VIII Penelitian Kausal Komparatif Dan Eksperimen
A.Pendahuluan .................................................................................................118
B. Penelitian Kausal Komparatif........................................................................119
C. Penelitian Eksperimen ..................................................................................127
D. Contoh Metode Penelitian Eksperimen......................................146
BAB IX Pengumpulan Data Dan Pemeriksaan Keabsahan
Penelitian Kualitatif
A.Pendahuluan..................................................................................................165
B. Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif........................................................165
C. Pemeriksaan Keabsahan dalam Penelitian Kualitatif....................................181
D.Contoh Metodologi Penelitian Kualitatif.........................................................185
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB X Penelitian Pengembangan Dan Penelitian Tindakan Dalam
Penelitian Kualitatif
A.Pendahuluan..................................................................................................191
B.Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan..........................................193
C.Penelitian Tindakan........................................................................................201
D.Contoh Metodologi Penelitian Tindakan Kelas...............................................214
BAB XI Penelitian Analisis Isi Dan Penelitian Sastra
A.Pendahuluan..................................................................................................227
B. Penelitian Analisis Isi....................................................................................227
C.Penelitian Sastra............................................................................................237
D.Contoh Sistematika Metodologi Penelitian Sastra.........................................251
BAB XII Penelitian Etnografi Dan Grounded Theory
A.Pendahuluan..................................................................................................259
B. Penelitian Etnografi.......................................................................................259
C. Penelitian Grounded Theory (Teori Dasar)...................................................270
D.Contoh Sistematika Metodologi Penelitian Etnografi....................................276
BAB XIII Penelitian Kualitatif (Penelitian Naratif dan Studi Kasus)
A. Pendahuluan.................................................................................................302
B. Penelitian Naratif...........................................................................................303
C.Penelitian Kasus.............................................................................................312
DAFTAR PUSTAKA
1
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB I
Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah dalam Paradigma Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan
A.Pendahuluan
Penelitian adalah suatu kegiataan yang dilakukan seseorang untuk menemukan,
mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan data dan fakta.
Oleh karena itu, dalam penelitian ilmiah harus menggunakan metode ilmiah yaitu
metode deduktif dan metode induktif. Artinya, suatu penelitian dikatakan ilmiah apabila
melibatkan dua wilayah teori (deduktif) dan wilayah empiris (induktif). Untuk melakukan
penelitian kita sebagai seorang peneliti diharuskan banyak membaca dan mengamati
lingkungan yang ada di sekitar kita, diharapkan dengan membaca dan mengamati akan
memukan masalah yang akan kita teliti dan bagaimana pemecahan dari masalah
tersebut melalui sebuah penelitian. Tahap pertama dimulai dengan mengetahui
masalah tersebut yang dimulai dari yang global menuju ke arah yang lebih khusus.
Setelah kita mengetahui permasalahannya barulah kita merumuskan masalah tersebut
kemudian penyusunan hipotesis yang akan kita buktikan melalui pengumpulan data
kemudian analisis data dan yang terakhir adalah kesimpulan dari penelitian yang akan
menjawab kebenaran hipotesis yang kita buat sebelumnya. Apakah diterima atau
tidaknya hipotesis yang kita buat sebelumnya.
Penelitian hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan
keilmuan atau bisa dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya adalah suatu proses
sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode
ilmiah. Penelitian dapat dipahami sebagai suatu dialog atau percakapan yang terjadi
tanpa henti antara dua jenis kenyataan yaitu antara realitas argumentasi dan realitas
pengalaman.
Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa penelitian merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis,
metodologis dan konsisten serta bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai
salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang
2
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dihadapi. Begitu juga dengan Hadi menurutnya, penelitian ialah usaha dalam
menemukan segala sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan yang ada,
menggali lebih dalam apa yang telah ada, mengembangkan dan memperluas, serta
menguji kebenaran dari apa yang telah ada namun kebenarannya masih diragukan.
Jadi, dalam pencarian kebenaran, cara ilmiah digunakan untuk mendapatkan
data dan informasi sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana seharusnya,
tentunya dengan tujuan untuk mencari dan menggali kebenaran yang sesungguhnya.
1. Penelitian Sebagai Aplikasi Metode Ilmiah
Menurut Emzir (2014:3). Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk
menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada
asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian itu beraturan dan bahwa semua akibat
mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah tujuan ini berhubungan
dengan pemerolehan pengetahuan dan pengembangan serta pengujian teori-teori.
Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan
sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan
hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan diterima atau
ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara informal dalam
pemecahan berbagai masalah sehari-hari, seperti contoh waktu yang sangat baik untuk
mengerjakan tugas. Penerapan yang lebih formal dari metode ilmiah untuk pemecahan
berbagai masalah adalah semua yang dilakukan oleh peneliti.
2. Sistematika Penelitian
Beberapa ahli mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses yang teratur dan
terpola. Menurut Mc Millan dan Schumacher dalam Emzir mendefinisikan penelitian
sebagai suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi (data)
untuk berbagai tujuan. Ada lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan
kelengkapan umum pada sistematik adalah (1) identifikasi masalah penelitian, (2)
review informasi, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) penarikan
kesimpulan.
Langkah pertama, agar suatu penelitian menjadi sistematik, maka hakekat masalah
harus didifinisikan dalam istilah luas. Seperti paradigma piramida terbalik. Kedua
3
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pengumpulan informasi dari informan yang mempunyai masalah yang sama akan
membantu masalah yang akan diteliti, sumber penelitian akan menjadi acuan
penelitian. Ketiga pengumpulan data yang sesuai dengan masalah penelitian
merupakan bagian dari sistematik penelitian. Selain itu proses pengumpulan data
memerlukan penyusunan yang baik dan kontrol yang layak. Dengan demikian data
akan menghasilkan keputusan yang valid akan digunakan untuk membuat masalah
penelitian.
Keempat tentang analisis data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah
dan dianalisis mengunakan teknik statistik maupun tidak. Data dianalisis dalam suatu
cara yang memungkinkan peneliti untuk menguji hipotesis dan menjawab pertanyaan
penelitian. Kelima proses penggambaran kesimpulan atau penarikan secara umum
setelah penelitian itu dianalisis. Kesimpulan didasarkan pada data dan analisis didalam
kerangka kerja studi penelitian.
3. Aktivitas dalam Proses Penelitian
Aktivitas dalam proses penelitian, secara umum yang terdiri dari lima langkah telah
diuraikan sebelumnya. Akan tetapi setiap jenis penelitian memiliki langkah-langkah
yang dapat diaplikasikan sesuai dengan karakteristik penelitian tersebut.
B. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode
Gabungan
1. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Keterampilan berpikir ilmiah melalui tahap-tahap alur pemikiran ilmiah. Melalui
alur pemikiran ilmiah peneliti akan dapat menggunakan kesempatan dengan sebaik-
baiknya, memecahkan masalah, mengetahui cara mencapai tujuan penelitian, dan
mengambil resiko jika terdapat kendala dalam penelitian. Alur pertanyaan yang
merupakan bagian dari alur pemikiran ilmiah diatur dalam metode penelitian. Alur
pertanyaan itu sendiri merupakan tahapan-tahapan dalam kegiatan penelitian.
Metode penelitian merupakan bentuk pemecahan sebuah masalah dalam
sebuah penelitian. Pemecahan masalah yang ada pada suatu penelitian membutuhkan
penyelidikan yang teliti, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah
4
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Dengan kata lain,
metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan
data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu
karya ilmiah. Mengenai hal tersebut Syamsuddin dan Damaianti (2011:14) memberikan
pendapatnya mengenai metode penelitian, metode penelitian merupakan cara
pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat
dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan,
meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Selanjutnya Sugiyono (2007:9) dalam hal
ini juga menyatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang tepat dapat
membuat seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi
juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui
fakta-fakta.
Metode penelitian dikendalikan oleh garis-garis pemikiran yang konseptual dan
prosedural. Pemikiran konseptual yang berupa gagasan-gagasan orisinal sedangkan
pemikiran prosedural dimulai dari observasi dan percobaan dan diakhiri pada
pernyataan-pernyataan umum. Dengan kata lain proses yang ditetapkan dalam metode
penelitian sangat sistematis dan penuh tujuan.
Langkah-langkah dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Proses penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme yang
bersifat logico-hypothetico-verivikatif dengan berlandaskan pada asumsi mengenai
objek empiris. Maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linier berdasarkan
paradigma positivisme dan asumsi-asumsi yang ada di lapangan. Kemudian pada
penelitian kualitatif bersifat siklus karena penelitian ini dilakukan secara berulang dan
jumlah periode pengulangan akan bergantung pada tingkat kedalaman dan ketelitian
yang dikehendaki. Maka pada penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma
konstruktivisme/advokasi/partisipatori.
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat paradigma yang membagi metode
penelitian menjadi tiga bagian, yaitu metode kualitatif, kuantitatif dan metode gabungan
keduanya. Perbedaan antara masing-masing jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif, ini
dibedakan oleh paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli
5
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pengikutnya. Banyak tulisan telah membahas apa saja yang membedakan antara
keduanya. Salah satunya disajikan pada tabel di bawah ini.
Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif
Ontologis Apa realitas? Obyektif, tunggal,
terpisah dari peneliti
Subyektif, ganda, seperti
yang dilihat penelti
Epistomologis Hubungan
peneliti dengan
objek?
Peneliti independen Peneliti berinteraksi
dengan yang diteliti
Aksiologis Peranan nilai ? Bebas nilai dan tidak
bias
Terikat nilai dan bias
Retorik Bahasa
penelitian?
· Formal;
· melibatkan
seperangkat definisi
· Informal;
· melibatkan keputusan-
keputusan
Metodologis Proses
penelitian?
·Deduktif;
·Hubungan sebab
akibat;
·Rancangan statis;
·Bebas konteks;
·Generalisasi yang
mengarah prediksi,
eksplorasi,
pemahaman;
·Akurasi &reliabel
lewat uji
· Induktif;
· Faktor terbentuk secara
silmutan timbal balik;
· Rencana berkembang;
· Terikat konteks;
· Pola &teori untuk
pemahaman;
· Akurasi
&reliabellewat pembukti
an
Sumber : Modifikasi Cresswel, 20010 dalam Emzir 2012
Berdasarkan tabel tersebut jelas sekali adanya perbedaan pandangan yang
saling berlawanan antara paradigma kualitatif dan kuantitatif. Menurut Ihalauw
(2004:18) antara kualitatif dan kuantitatif memiliki susbstansi pendekatan ilmiah yang
bertolak belakang. Paradigma kuantitatif bersifat deduktif, yaitu pada ranah abstrak
merupakan telaah teoritis, penalaran, perenungan, dan pengalaman untuk mengukur
konsep dan menguji dalil atau teori pada ranah empirik. Sebaliknya paradigma kualitatif
bersifat induktif, yaitu pada ranah empirik melakukan amatan terhadap fakta atau
peristiwa untuk membentuk dan memodifikasi dalil serta menata dalil menjadi teori
pada ranah abstrak. Secara lebih sederhana Yunus dalam Sugiyono (2011:43)
membedakan bahwa penelitian berparadigma kualitatif menekankan pada proses,
sedangkan penelitian berparadigma kuantitatif menekankan pada produk. Sekali lagi,
6
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pandangan tersebut memberi gambaran tegas perbedaan antara kualitatif dengan
kuantitatif.
2. Metode ilmiah paradigma penelitian metode gabungan
Selanjutnya ada jenis paradigma penelitian metode gabungan. Metode gabungan
tersebut adalah penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu
penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti.
Campbell dan Fisk pada tahun 1959 menggunakan metode gabungan untuk
mengukur sifat psikologis. Selanjutnya, Denzin, pada tahun 1978 menggunakan istilah
triangulasi untuk mengonsepkan penggunaan metode gabungan dalam satu penelitian.
Penggunaan gabungan metode penelitian, oleh para peneliti biasanya dilakukan
dengan memadukan prosedur pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan. Sebagai contoh, penggalian data pada penelitian tentang persepsi aparatur
terhadap kepemimpinan wanita, dapat dilakukan dengan menggunakan survei dan
sekaligus wawancara mendalam.
Jika seorang peneliti kemudian berupaya menggunakan pendekatan gabungan,
maka yang perlu dilakukan adalah menggunakan gabungan sebagaimana ditawarkan
oleh Creswell (2010: 135), sebagai berikut:
a). Pendekatan desain dua tahap
Desain dua tahap adalah melakukan penelitian dua tahap, dimana kedua tahap
tersebut menggunakan metode yang berbeda. Sebagai contoh, tahap pertama
peneliti menggunakan metode kuantitatif. Setelah selesai tahap pertama, ia
kemudian melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan
pendekatan ini, peneliti dapat memisahkan kedua pendekatan dengan jelas,
karena kedua pendekatan tidak dicampuraduk. Namun demikian, metode ini
tentu saja membutuhkan waktu yang lama dan anggaran yang cukup besar.
b). Pendekatan desain dominan-kurang dominan
Pendekatan ini menggunakan gabungan pada prosedur penelitian, tetapi salah
satu metode lebih dominan terhadap metode yang lain. Dalam hal ini dapat
dikatakan, bahwa metode yang kurang dominan hanya diposisikan sebagai
metode pelengkap untuk mendukung ”kekayaan data”. Sebagai contoh pada
7
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penelitian tentang persepsi aparatur terhadap kepemimpinan wanita, metode
dominan adalah kualitatif, dan karena itu teknik penggalian data utama adalah
melalui wawancara mendalam dan participant observ,ation. Sementara survei
dilakukan untuk menambah data saja, dan bukan sebagai prosedur utama.
Keunggulan pendekatan ini, adalah bahwa peneliti sebenarnya masih cukup
konsisten dengan pendekatan penelitian yang dipilihnya. Akan tetapi tetap masih
memungkinkan adanya kritik dari mereka yang tidak setuju penggabungan, dan
dianggap sebagai penelitian dengan prosedur ”salah penempatan”.
Guba dan Lincoln mengklasifikasikan paradigma menjadi empat, yaitu: positivism,
post positivism, critical theory, dan constructivism. Keempat paradigma tersebut adalah
perkembangan dari dua paradigma besar yaitu positivism yang menggunakan
pendekatan kuantitaif sebagai dasar pencarian kebenaran dan constructivism yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Selama lebih tiga dekade, terjadi debat keras
antara dua paradigma yang melatarbelakangi penelitian ilmu sosial dan perilaku
tersebut.
Berdasarkan kajian Firestone, Guba dan Lincoln, serta Mc Cracken; Creswell
(2010:109) merinci empat asumsi yang melandasi pemikiran sebuah paradigma apakah
tergolong post positivism atau constructivism. Pertama, ontologi, yaitu: what is the
nature of reality (cara pandang kenyataan yang ada di alam). Kedua, epistemologi,
yaitu what is the relationship of the researcher to that researched (hubungan antara
peneliti dengan yang diteliti). Ketiga, aksiologi, yaitu: what is the role of value?
(hubungan nilai-nilai selama melaksanakan proses studi). Keempat, metodologi, yaitu:
what is the process of research? (keseluruhan proses penelitian). Berdasarkan atas
empat asumsi dasar tersebut, maka ada keyakinan di antara para peneliti untuk memilih
satu paradigma di antara positivism dan constructivism, karena empat asumsi dasar
yang dijadikan landasan kedua paradigma saling bertolak belakang. Dalam
perkembangannya, para ahli ilmu sosial dan perilaku banyak menggabungkan
pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian. Sejalan dengan
kecenderungan ini, maka sejumlah ahli (Howe; Richardt dan Rallis dalam Takashori
dan Teddlie) membangun paradigma pragmatism yang dapat digunakan sebagai
8
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
landasan untuk penelitian dengan desain penelitian gabungan (mix methods) antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Mixed methods, yaitu gabungan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Penggabungan kedua metode digunakan sebagai satu cara proses triangulasi
penelitian, dengan asumsi bahwa bias yang disebabkan oleh sumber data, asumsi
peneliti, dan metode yang digunakan pada salah satu jenis metode penelitian,
diharapkan dapat dinetralisir melalui metode lainnya. Kedua metode diterapkan baik
dalam proses pengumpulan dan analisis data penelitian.
Ada jenis penelitian yang dapat menggunakan metode gabungan dalam
penelitian, salah satunya adalah penelitian yang melibatkan program evaluasi, seperti
evaluasi pendidikan. Mengenai hal tersebut Fetterman (1988) dalam Furqon dan Emilia,
(2010:40) menegaskan sebagai berikut:
A myth has developed that ethnography is concerned with exclusively with the
qualitative domain, and educational evaluation with quantitative data. In practise, these
two measure often work together. Quantitative data can validate and be validated by
qualitative observation.
Untuk lebih jelas memahami tentang 3 macam paradigma penelitian tersebut
berikut dipaparkan tabel yang dikutip dari Creswell dalam Emzir.
Kecenderungan
atau Biasanya
Pendekatan
Kualitatif
Pendekatan
Kuantitatif
Pendekatan Metode
Gabungan
Menggunakan
asumsi filosofis
Tuntutan
pengetahuan
konstruktivisme/advok
asi/parsipatory
Tuntutan
pengetahuan
postpositivisme
Tuntutan pengetahuan
pragmatik
Menggunakan
strategi peneltian
ini
Fenomenologi,
grounded theory,
ethnografi, studi
kasus dan naratif
Survei dan
eksperimen
Sekuensial, concurrent,
transformatif
Menggunakan
metode ini
Pertanyaan terbuka,
pendekatan emerging,
data teks atau
gambaran
Pertanyaan tertutup,
pendekatan
ditentukan
sebelumnya, data
numerik
Keduanya pertanyaan
terbuka dan tertutup,
pendekatan emerging dan
ditentukan sebelumnya,
analisis data kuantitatif
dan kualitatif.
Melaksanakan
praktik penelitian
ini sebagai
Memosisikan diri
sendiri
Menguji atau
memverifikasi atau
menjelaskan teori
Mengumpulkan baik data
kuantitatif maupun data
kualitatif
9
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Kecenderungan
atau Biasanya
Pendekatan
Kualitatif
Pendekatan
Kuantitatif
Pendekatan Metode
Gabungan
peneliti Mengumpulkan
makna partisipan
Memfokuskan pada
konsep atau
fenomena tunggal
Membawa nilai
personal ke dalam
penelitian
Mengkaji konteks atau
latar partisipan
Memvalidasi
keakuratan data
Menciptakan suatu
agenda perubahan
atau reformasi
Berkolaborasi dengan
partisipan
Mengidentifikasi
variabel untuk studi
Menghubungkan
variabel dalam
masalah dan hipotesis
Menggunakan
validitas dan
realibiltas standar
Mengobservasi dan
mengukur informasi
secara numerik
Menggunakan
pendekatan yang
tidak bias
Melaksanakan
prosedur statistik
Mengembangkan rasional
untuk penggabungan
Mengintegrasikan data
pada tahap penelitian
yang berbeda
Menyajikan gambar visual
dari prosedur penelitian
Melaksanakan praktik
penelitian baik kuantitatif
maupun kualitatif
Demikianlah hakikat penelitian, metode ilmiah dalam paradigma penelitian
kuantitatif, kualitati, dan metode gabungan, yang diuraikan di atas yang kesemuanya
adalah untuk mendeskripsikan dan menerapkan penelitian pendidikan yang bertujuan
untuk melakukan kredibelitas dalam melakukan penelitian.
10
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB II
Pemilihan dan Pendefinisian Topik Penelitian
A.Pendahuluan
Tahap awal di dalam penyusunan karya ilmiah atau pun dalam suatu proses
penelitian ialah penentuan topik. Berkaitan dengan hal tersebut, Gay, Mills, dan
Airasian (2009:65) mempertegas bahwa pemilihan dan pendefinisian topik penelitian
merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses penelitian. Topik di dalam
suatu penelitian, menurut Cresswell (2012:60) merupakan subjek utama yang dikaji
dalam sebuah studi, contohnya topik mengenai pembelajaran jarak jauh. Melalui
sebuah topik akan dapat dikembangkan adanya sebuah masalah, misalnya tentang
kekurangan yang dialami oleh peserta didik di dalam penerapan kelas pembelajaran
jarak jauh, seperti pembelajaran jarak jauh terkait bahasa Inggris. Adapun Cresswell
(2012:64) menjelaskan bahwa di dalam suatu penelitian, topik yang dipilih harus
mampu menarik minat peneliti itu sendiri, serta para pembaca atau pihak-pihak terkait
yang berkemauan mengambil manfaat positif dari suatu penelitian. Penjelasan
Cresswell tersebut juga didukung oleh Gay, Mills, dan Airasian (2009: 66) yang
mengemukakan bahwa topik penelitian yang dipilih oleh seorang calon peneliti harus
sesuai dengan bidang keahliannya dan mampu menarik minat peneliti.
Pemilihan topik dalam suatu penelitian bermacam-macam, misalnya topik
penelitian bahasa dan sastra. Sebuah topik penelitian, seperti yang dikemukakan oleh
Gay, Mills, dan Airasian (2009:66), harus mengambarkan fokus sebuah penelitian.
Melalui penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa seorang peneliti harus membuat
batasan topik dari topik yang akan akan ditelitinya. Adapun hal yang perlu dipahami
berkaitan dengan topik penelitian, ialah topik berbeda dengan masalah. Masalah lebih
spesifik dibandingkan dengan topik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Cresswell
(2012:66), setelah menemukan sebuah topik penelitian, seorang peneliti harus
menyempitkan topik penelitiannya dengan masalah-masalah yang spesifik terkait topik
penelitiannya. Berkaitan dengan pemilihan topik penelitian, McMillan dan Schumacher
(2001:80) juga menyatakan bahwa sebuah penelitian dimulai dengan memilih topik
11
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
umum, kemudian menyempitkan topik tersebut. Sebuah topik penelitian juga dapat
diperluas, yakni dengan menghubungkan satu topik dengan topik lainnya yang
mempunyai kesamaan nilai untuk diteliti.
Topik dalam penelitian dapat bersumber dari beragam hal. Adapun G. Lodico, T.
Spaulding, dan H. Voegtle (2006:24) mengemukakan bahwa topik di dalam suatu
penelitian berkaitan dengan tiga hal, yakni pengalaman, teori, dan penelitian
sebelumnya. Selain itu, seperti yang dapat diintisarikan dari pernyataan Gay, Mills, dan
Airasian (2009:66-67), bahwa sebuah topik penelitian bersumber dari lima hal, antara
lain teori, pengalaman, penelitian sebelumnya, grup jejaring sosial, dan kajian pustaka.
Berikut penjelasan terkait kelima hal tersebut.
a. Teori
Sebuah teori mengatur konsep-konsep, generalisasi, dan prinsip-prinsip yang akan
diteliti. Di dalam sebuah penelitian, suatu topik yang diteliti tidak hanya fokus dalam
penjelasan teori secara konseptual, tetapi topik tersebut juga harus mampu
memberikan informasi dari aspek-aspek yang dikaji dalam suatu penelitian.
b. Pengalaman
Adanya pengalaman mempengaruhi penelitian tersebut dalam pemilihan topik.
Melalui penelaahan pengalamannya, seorang peneliti dapat memilih topik penelitian
yang menarik untuk diteliti.
c. Penelitian sebelumnya
Topik penelitian dapat bersumber dari penelitian sebelumnya. Gay, Mills, dan
Airasian (2009: 67) menegaskan bahwa sebuah topik penelitian merupakan tiruan
dari topik penelitian sebelumnya dengan menggunakan subjek yang berbeda dalam
menguji kembali suatu hipotesis.
d. Grup jejaring sosial
Seorang peneliti dapat menggunakan e-mail untuk meminta saran dari rekan yang
memiliki keahlian dalam bidang yang sama. Sebuah grup jejaring sosial merupakan
sumber topik penelitian yang baik. Hal ini dikarenakan, seorang peneliti dapat
bertukar pengalaman dan berbagi pengetahuan mengenai topik yang ingin
ditelitinya.
12
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
e. Kajian pustaka
Melalui kegiatan membaca referensi ilmiah berupa buku-buku, artikel ilmiah, dan
jurnal ilmiah, seorang peneliti dapat memperoleh topik penelitian yang sesuai
dengan minatnya.
Di dalam sebuah penelitian, seorang peneliti dapat mempersempit dan
memperluas topik yang telah dipilihnya. Jika suatu topik telah banyak diteliti, maka topik
tersebut perlu dijabarkan lebih mendalam. Adapun jika suatu topik terlalu luas, maka
perlu dipersempit agar lebih spesifik. Dalam mempersempit topik, seorang peneliti perlu
memperhatikan apakah topik yang dipilihnya telah benar-benar khusus ataukah dapat
pula ditemukan kedekatannya dengan topik lain. Adapun hal lain terkait topik penelitian
yakni seorang peneliti perlu memperhatikan apakah topik yang dipilihnya benar-benar
penting untuk diteliti atau tidak. Seorang peneliti juga dapat memperluas topik atau
mengembangkan topik, selain berupaya mempersempit topik. Terdapat empat strategi
yang dikemukakan oleh Corbin dalam McMillan dan Schumacher (2001:473) untuk
mengembangkan topik penelitian, antara lain:
a. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan dasar yang dapat digunakan peneliti untuk
memperdalam pemikirannya berdasarkan topik (seperti pertanyaan: Apa? Kapan?
Siapa? Mengapa? Di mana? dan Bagaimana?)
b. Menganalisis suatu kalimat, frasa, atau bahkan satu kata dapat mengembangkan
topik.
c. Membandingkan topik yang dipilih dengan topik lainnya yang mirip.
d. Membuat asumsi untuk memperdalam topik yang dipilih.
Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:68) mengemukakan penjelasan yang
berbeda dengan McMillan dan Schumacher perihal pengembangan topik, yakni
kebanyakan penelitian kuantitatif dan sebagian besar penelitian kualitatif, topik yang
luas harus dipersempit agar lebih spesifik. Jika suatu topik terlalu luas dapat
dimungkinkan seorang peneliti akan mengalami kesulitan dalam kajian pustaka, akan
mengalami kesulitan dalam penyusunan kajian pustaka, dan peneliti akan mengalami
kesulitan dalam perihal penginterpretasian data penelitian. Adapun Gay, Mills, dan
Airasian (2009:68) juga mengemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
seorang peneliti dalam proses menyempitkan topik, antara lain:
13
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
a. Peneliti dapat meminta saran dan kritik dari rekan dan juga tokoh yang memiliki
keahlian di bidang topik penelitian yang akan diteliti.
b. Peneliti dapat membaca sumber-sumber referensi terkait yang fokus dengan topik
penelitian yang akan diteliti.
c. Peneliti harus memilih aspek-aspek masalah yang berkaitan dengan topik penelitian
yang akan diteliti.
Di dalam pemilihan topik, seorang peneliti memerlukan waktu dan usaha dalam
menentukan apakah topik tersebut layak diteliti atau tidak. Sebuah topik penelitian yang
baik harus memiliki beberapa karakteristik. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:69)
memaparkan lima karakteristik yang harus dimiliki oleh sebuah topik penelitian yang
baik, antara lain:
a. Topik penelitian harus menarik (interesting topic)
Topik penelitian itu harus sesuai dengan ketertarikan peneliti selama proses
penelitian. Peneliti akan lebih memiliki motivasi yang tinggi dengan topik penelitian
yang menarik. Selain itu, topik penelitian yang menarik akan memudahkan peneliti
dalam menyusun penelitiannya.
b. Topik penelitian harus dapat diteliti (researchable)
Topik penelitian harus dapat diteliti melalui pengumpulan data dan penganalisisan
data.
c. Topik penelitian harus memiliki kegunaan teoretik dan praktik (significant)
Sebuah topik penelitian yang baik memiliki kegunaan teoretik melalui konsep-
konsep yang dipaparkan di dalam suatu penelitian, dan juga memiliki kegunaan
praktik dalam penerapannya di lingkungan.
d. Topik penelitian harus beretika (etchical)
Topik penelitian harus beretika yang berarti topik tersebut tidak berpotensi
mengundang kerugian terhadap pihak-pihak terkait penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti.
e. Topik penelitian harus dapat dikuasai oleh peneliti (manageable)
Seorang peneliti harus memilih sebuah topik yang dapat diteliti oleh peneliti, dapat
mengembangkan kemampuan peneliti dalam meneliti, sumber-sumber referensinya
14
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dapat mudah ditemukan, dan penelitian tersebut tidak mengganggu aktivitas lain
peneliti.
Adapun setelah pemilihan topik penelitian, seorang peneliti harus melakukan
penentuan topik penelitian. Gay, Mills, dan Airasian (2009:69-70) menjelaskan terdapat
beberapa perbedaan di dalam penentuan topik penelitian kuantitatif dan penentuan
topik penelitian kualitatif, antara lain:
a. Penentuan topik penelitian kuantitatif
Di dalam penelitian kuantitatif, pada umumnya pernyataan topik mendeskripsikan
variabel-variabel, hubungan spesifik antar variabel, dan karakteristik sampel
penelitian. Misalnya, ditentukan sebuah topik penelitian mengenai pengaruh dari
penguatan positif (positive reinforcement) terhadap kualitas karangan berbahasa
Inggris pada peserta didik di kelas 10. Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui
bahwa variabel di dalam penelitian tersebut terdiri atas, penguatan positif, kualitas
karangan berbahasa Inggris, dan peserta didik di kelas 10.
b. Penentuan topik penelitian kualitatif
Pada umumnya, di dalam penelitian kualitatif, topik penelitian ditentukan dalam
kalimat yang umum. Hal ini dikarenakan, peneliti dalam penelitian kualitatif
memerlukan waktu untuk memahami isi topik penelitian sebelum mempersempit
bahasan topik penelitian yang dipilih.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian
Masalah penelitian, menurut Emzir (2010: 30) merupakan suatu isu atau
kepedulian yang perlu diteliti. Adapun sebuah penelitian dapat dimulai dengan adanya
masalah yang dilatarbelakangi oleh topik. Di berbagai bidang dalam kehidupan manusia
sehari-hari, dapat ditemukan masalah. Adapun dalam suatu penelitian, masalah yang
diteliti merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan ilmiah, sehingga
memberikan manfaat positif dari hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut dapat
ditindaklanjuti untuk menuju ke arah perbaikan.
Menurut Suryabrata dalam Purwanto (2008: 108) masalah adalah kesenjangan
antara harapan (das Sollen) dengan kenyataan (das Sein), antara kebutuhan dengan
15
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
yang tersedia, antara yang seharusnya. Adapun contoh-contoh terkait das Sein, das
Solle, dan der Vorschlag, yakni:
1) Das Sein (keadaan asli), contohnya: Peserta didik kelas 1 SD tidak dapat
memahami kata benda yang berhubungan dengan barang-barang di sekolah.
2) Das Sollen (keadaan yang seharusnya), contohnya: Peserta didik kelas 1 SD
seharusnya dapat memahami kata benda yang berhubungan dengan barang-barang
di sekolah.
3) Der Vorschlag (saran atau penyelesaian), contohnya: Digunakan gambar-gambar
kartun untuk memahami kata benda.
Adapun masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber. McMillan dan
Schumacher (2001:77-78) memaparkan sumber-sumber masalah penelitian, antara
lain:
1) Observasi
Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu
yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara rutin yang dalam
melakukan suatu tindakan didasarkan atas otoritas atau tradisi.
2) Deduksi dari teori
Teori merupakan konsep yang masih berupa prinsip umum yang penerapannya
belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap
masalah yang diangkat dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris
praktis tentang teori.
3) Hasil Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang
atau lanjutan. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang perlu
diangkat atau diteliti.
4) Masalah Sosial
Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya, seringnya
terjadi perkelahian antarpelajar sekolah dapat memunculkan pertanyaan tentang
efektivitas pelaksanaan pendidikan moral di sekolah.
5) Situasi praktis
Situasi praktis memungkinkan untuk dilakukan penelitian evaluatif.
16
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
6) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban
empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
Setiap masalah penelitian harus memiliki latar belakang masalah penelitian.
Adapun konteks yang menjadi latar belakang masalah harus diinformasikan agar orang
lain mempunyai pemahaman mengapa sesuatu menjadi masalah, setelah terbentuk
latar belakang masalah penelitian, maka masalah dapat diidentifikasikan. Cresswell
(2012:8) mengemukakan bahwa di dalam identifikasi masalah, sebuah masalah
dispesifikasikan, dicari alasan kebenaran dari masalah tersebut, hingga mencari
kebutuhan mengapa suatu masalah seyogianya dapat dipelajari bahkan dipecahkan.
Adapun Purwanto (2008:115) menjelaskan bahwa identifikasi masalah
merupakan kegiatan memecah-mecah kenyataan yang rumit dan kompleks ke dalam
satuan-satuan yang sederhana, memungkinkan untuk diamati, serta terukur. Adanya
identifikasi masalah di dalam penelitian bertujuan untuk mengurai kekompleksitasan
masalah ke dalam formulasi yang lebih sederhana dan mudah dijelaskan. Penguraian
kekompleksitasan masalah dalam identifikasi masalah itu dilakukan berdasarkan latar
belakang masalahnya.
Sebuah masalah penelitian merupakan hal yang penting di dalam proses suatu
penelitian. Adapun Cresswell (2012: 59) mengemukakan bahwa masalah penelitian
dapat berupa isu-isu pendidikan, hal-hal yang diperdebatkan di dalam masyarakat, atau
pun hal-hal yang difokuskan di dalam sebuah penelitian. Selain itu, Cresswell (2012:59)
juga menegaskan bahwa sebuah masalah dapat ditemukan pada bagian awal suatu
penelitian, yang disebut sebagai perumusan masalah penelitian.
Di dalam suatu penelitian, setelah masalah penelitian diidentifikasikan, masalah
dibatasi, kemudian dirumuskan. Perumusan masalah merupakan kegiatan yang penting
dalam proses penelitian. Menurut Purwanto (2008:118) perumusan masalah adalah
memformulasikan masalah penelitian ke dalam rumusan kalimat tanya. Adapun
perumusan dalam kalimat tanya tersebut bertujuan agar peneliti berada dalam keadaan
siap untuk melakukan kegiatan guna memberikan pemecahan masalah.
Adanya rumusan masalah merupakan hal yang penting. Berkaitan dengan hal
tersebut, Cresswell (2012:59) menegaskan bahwa tanpa mengetahui rumusan masalah
17
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sebuah penelitian, tidak akan diketahui alasan mengapa penelitian tersebut penting
dilakukan dan mengapa hasil penelitian tersebut harus dibaca sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya. Adapun sebuah rumusan masalah penelitian berbeda dengan
bagian-bagian lain dalam proses penelitian. Cresswell (2012:60) membedakan rumusan
masalah dengan pemilihan topik, tujuan penelitian, dan pertanyaan-pertanyaan
penelitian, yakni:
1) Pemilihan Topik
Pokok persoalan yang masih bersifat luas untuk diteliti. Misalnya, kemampuan
berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa.
2) Perumusan Masalah
Berupa isu umum, fokus, atau hal-hal yang bersifat kontroversi di masyarakat yang
dipersempit dari topik penelitian. Misalnya, “Apakah ada pengaruh positif dari
penerapan pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan berbicara peserta didik di
kelas 10 dalam pembelajaran bahasa?”.
3) Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan maksud dari suatu objek dijadikan sebuah masalah di dalam
suatu penelitian. Misalnya, “Tujuan dari penelitian ini ingin melihat apakah ada
pengaruh positif dari penerapan pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan
berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa?”.
4) Pertanyaan-pertanyaan Penelitian
Berawal dari tujuan penelitian, seorang peneliti akan dapat membuat pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam penelitiannya. Misalnya, “Hal-hal apa
sajakah yang mempengaruhi kemampuan berbicara peserta didik di kelas 10 dalam
pembelajaran bahasa?”.
Bass, Dunn, Norton Stewart, dan Tudiver dalam Purwanto (2008:119)
mengemukakan bahwa perumusan masalah wajib memuat empat karakteristik, yakni:
1) Memuat hubungan variabel
Perumusan masalah wajib memperlihatkan variabel yang hendak ditangani dalam
penelitian. Maksudnya, peneliti berada dalam keadaan siap mencari jawaban dan
tidak spekulatif.
18
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2) Dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan
Pertanyaan penelitian dalam perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian
yang akan dicari jawabannya.
3) Memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan
Masalah harus dapat diuji secara empiris. Hal itu mengandung hal bahwa variabel-
variabel yang hendak diuji hubungannya harus memungkinkan pengumpulan data.
4) Tidak menyatakan posisi moral atau etik
Pertanyaan ilmiah wajib bersifat netral. Masalah moral atau etik terkait dengan
penilaian baik-buruk, indah-jelek, dan sebagainya bukanlah pertanyaan yang baik,
karena akan membuat prosedur validasi menjadi sukar. Terlbih lagi, penelitian
khususnya kuantitatif mengejar kebenaran yang bersifat positif, objektif, bebas nilai,
terukur, dapat diamati, serta dapat diuji.
Perumusan masalah penelitian berbentuk tiga macam. Adapun perumusan-
perumusan masalah tersebut menurut Sugiyono (2011:56), yaitu:
1) Perumusan masalah deskriptif
Perumusan masalah deskriptif
Perumusan masalah deskriptif adalah suatu perumusan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Contoh perumusan masalah
deskriptif:
“Bagaimana tingkat minat baca dan lama belajar rata-rata per hari peserta didik
sekolah di Indonesia?”
2) Perumusan masalah komparatif
Perumusan masalah komparatif adalah perumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh perumusan masalah
komparatif:
“Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di kota dan di desa?” (satu
variabel dua sampel)
3) Perumusan masalah asosiatif
19
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Perumusan masalah asosiatif adalah perumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini, terdapat tiga
bentuk hubungan, yaitu hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan
interaktif.
1) Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
munculnya bersamaan. Contoh:
Adakah hubungan antara gaya belajar peserta didik dengan prestasi peserta
didik di sekolah?
2) Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Contoh:
Adakah pengaruh pendidikan orangtua terhadap prestasi belajar anak?
3) Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Contoh:
Bagaimana hubungan antara motivasi dan prestasi belajar peserta didik SMP di
Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang?
Sebuah masalah dapat diteliti apabila seorang peneliti dapat dengan mudah
mengakses sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber-sumber penelitian
yang dibutuhkan dalam penelitiannya dan ahli dengan bidang yang akan ditelitinya.
Adapun Cresswell (2012:62) memaparkan lima perihal yang berkaitan dengan
kelayakan sebuah masalah untuk diteliti, antara lain.
1) Telitilah suatu masalah penelitian jika penelitian itu dapat mengisi kekosongan yang
ada di dalam kepustakaan.
Sebuah penelitian dapat mengisi kekosongan yang ada di dalam kepustakaan
melalui topik penelitian yang belum pernah diteliti.
2) Telitilah suatu masalah jika penelitian itu terinspirasi dari penelitian sebelumnya
tetapi berbeda partisipan dan ranah penelitiannya.
Nilai sebuah penelitian dapat meningkat jika hasil dari penelitian tersebut dapat
memberi manfaat kepada banyak orang dan suatu wilayah. Adanya hasil penelitian
sebelumnya dapat menjadi inspirasi bagi seorang peneliti untuk mengembangkan
masalah penelitian.
3) Telitilah suatu masalah penelitian jika penelitian tersebut melanjutkan penelitian
sebelumnya atau menjelaskan masalah yang lebih mendalam.
20
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Di dalam suatu penelitian, masalah penelitian yang baik ialah masalah penelitian
yang dapat melanjutkan penelitian sebelumnya dengan sebuah topik yang baru atau
ranah penelitian yang baru dan membahas masalah lebih mendalam.
4) Telitilah suatu masalah jika penelitian tersebut menjadi aspirasi bagi sekelompok
orang yang pendapatnya tidak didengar di dalam lingkungan masyarakat.
Suatu penelitian yang dapat menjadi aspirasi bagi sekelompok orang, dapat
menambah wawasan bagi banyak orang melalui ide-ide yang dikemukakan di dalam
suatu penelitian.
5) Telitilah suatu masalah jika penelitian tersebut dapat memberikan informasi untuk
orang-orang yang membacanya.
Melalui penjelasan sebuah masalah penelitian, suatu penelitian dapat dengan
mudah diidentifikasi teknik-teknik baru, nilai-nilai historis di dalamnya, aatau
kebutuhan yang diperlukan di dalam praktik pengajaran bahasa.
Adapun setelah proses identifikasi masalah dan perumusan masalah diperoleh,
di dalam suatu penelitian, seorang peneliti harus mempertimbangkan penelitian
kuantitatif atau penelitian kualitatif yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan, kedua
penelitian tersebut memiliki perbedaan karakteristik. Adapun antara masalah penelitian
dengan pendekatan penelitian harus memiliki kesesuaian. Karakteristik penting yang
dimiliki oleh penelitian kuantitatif ialah menjelaskan dan memprediksi hubungan antara
setiap variabel di dalam suatu penelitian. Adapun karakteristik penting yang dimiliki oleh
penelitian kualitatif ialah menyelidiki dan memahami konsep-konsep yang ada di dalam
suatu penelitian. Perbedaan karakteristik dalam penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif dikemukakan oleh Cresswell (2012:64), yakni:
1) Penelitian Kuantitatif
a. Mengukur variabel
b. Menaksir pengaruh dari hasil setiap variabel
c. Menguji teori atau menjelaskan teori lebih luas lagi
d. Penerapan hasil penelitian untuk banyak orang
2) Penelitian Kualitatif
a. Memahami perspektif dari setiap individu
b. Menaksir proses penelitian dalam banyak waktu
21
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
c. Menghasilkan teori yang berdasarkan perspektif partisipan
d. Memberikan informasi yang detil untuk sekelompok orang atau suatu ranah
wilayah penelitian
C.Variabel Penelitian dan Fokus Penelitian
1. Variabel Penelitian
Di dalam suatu penelitian kuantitatif, variabel merupakan komponen yang
penting. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian berkenaan dengan variabel
penelitian. Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau
suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi Cresswell (2010:76). Selain itu,
Cresswell (2010:76) juga menambahkan bahwa variabel biasanya bervariasi dalam
dua atau lebih kategori atau dalam kontinuum skor. Variabel juga dapat diukur atau
dinilai berdasarkan satu skala.
Adapun secara teoretis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
seseorang atau suatu objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan
yang lain atau satu objek dengan yang lain. Variabel dapat juga merupakan atribut
dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Misalnya, berat badan, tinggi badan,
sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut yang dimiliki
seseorang. Adapun berat, bentuk, ukuran, atau warna merupakan atribut-atribut dari
suatu objek. Selain itu, contoh-contoh variabel dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu, misalnya struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan,
pengawasan, prosedur atau mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, dan kebijakan.
Berkaitan dengan variabel penelitian, terdapat bermacam-macam variabel
penelitian. Adapun Cresswell (2010:77) membedakan variabel-variabel di dalam
penelitian kuantitatif ke dalam beberapa jenis, antara lain:
a) Variabel Independen (Independent Variables)
Variabel independen merupakan variabel yang menyebabkan perubahan,
mempengaruhi atau berefek pada outcome. Variabel ini sering disebut variabel
stimulus, predicator, antecedent, atau sering juga disebut variabel bebas, yakni
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya
perubahan pada variabel dependen.
b) Variabel Dependen (Dependent Variables)
22
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Variabel ini merupakan variabel-variabel yang bergantung pada variabel-variabel
bebas, sehingga sering disebut dengan variabel terikat, criterion, outcome, dan
effect. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
c) Variabel Intervening atau Mediating
Variabel intervening atau mediating berada di antara variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel ini memediasi pengaruh-pengaruh (memperkuat atau
memperlemah) hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel
intervening atau mediating ini merupakan variabel penyela yang terletak antara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
d) Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel-variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga akibat yang terjadi pada variabel dependen yang disebabkan oleh
variabel independen tidak dipengaruhi oleh faktor luar. Variabel kontrol sering
digunakan apabila peneliti akan melakukan penelitian yang bersifat
membandingkan. Contohnya, peneliti akan mengetahui pengaruh jenis
pendidikan (SMA dan SMK) terhadap keterampilan mengetik. Variabel kontrol
yang ditetapkan sama atau konstan, misalnya naskah drama yang diketik, mesin
tik yang digunakan sama, ruangan tempat mengetik sama. Dengan adanya
variabel kontrol, maka besarnya pengaruh jenis pendidikan terhadap
keterampilan mengetik dapat diketahui dengan pasti.
e) Variabel Moderating
Variabel baru yang dapat dikonstruksi sendiri oleh peneliti dengan cara
mengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lain untuk
mengetahui dampak keduanya. Misalnya, umur X sikap = kualitas hidup.
Variabel-variabel ini biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen.
2. Fokus Penelitian
Suatu penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan persepsi seseorang
terhadap adanya suatu masalah. Adapun Afifuddin dan Saebani (2009: 106)
menjelaskan bahwa masalah di dalam penelitian kualitatif disebut fokus penelitian.
23
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Berkaitan dengan fokus penelitian menurut Sugiyono (2007: 32) dapat diintisarikan
bahwa dalam penelitian kualitatif, masalah penelitian bersifat holistik (menyeluruh,
tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak hanya menetapkan
penelitiannya berdasarkan variabel penelitian, tetapi juga keseluruhan situasi sosial
yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Selain itu, Afifuddin dan Saebani (2009:
106) juga mempertegas bahwa fokus penelitian di dalam penelitian kualitatif tidak
ditentukan oleh variabel-variabel, tetapi oleh keseluruhan situasi sosial yang
menggejala di lapangan penelitian, baik yang berkaitan dengan pelaku, aktivitas,
dan situasi kondisi yang saling berintegrasi. Di dalam penelitian kuantitatif, apabila
masalah penelitian terlalu luas, maka peneliti akan membatasi penelitian dalam satu
atau lebih variabel penelitian. Adapun di dalam penelitian kualitatif, batasan masalah
disebut dengan fokus (Sugiyono, 2007: 32). Adapun Afifuddin dan Saebani (2009:
107) menjelaskan bahwa fokus penelitian dalam penelitian kualitatif lebih baik
diarahkan pada tiga pendekatan, yakni:
a) Informatical approach
Fokus penelitian ditentukan dari hasil informasi yang dikemukakan secara
langsung oleh key informan (instrumen kunci) yang ada di lokasi penelitian.
b) Pendekatan partisipatif murni
Hasil penjelajahan secara langsung dengan situasi sosial yang ada di lapangan,
dan fokus ditetapkan setelah diperoleh secara apa adanya di lapangan.
c) Pendekatan literer atau dokumentatif
d) Penentuan fokus penelitian dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian
sebelumnya atau melalui permenungan teoretis yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti.
Afifuddin dan Saebani (2009: 109) juga memperjelas bahwa fokus penelitian
memuat rincian pertanyaan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan
diungkap atau digali dalam penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
diketahui bahwa fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab
dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan.
24
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
D. Review Literature (Tinjauan Pustaka)
1. Definisi dan Tujuan
Cresswell (2012:9) mengatakan bahwa tinjauan pustaka berarti
menempatkan rangkuman-rangkuman, buku-buku, hingga jurnal pada topik tertentu,
memilih secara selektif pustaka mana saja yang menjadi tinjauan, kemudian
merangkum kepustakaan tersebut secara tertulis. Di dalam tinjauan pustaka
tersebut terdapat teori-teori. Penelitian ilmiah didukung oleh teori-teori yang valid
dan telah diuji secara ilmiah, sehingga ketika peneliti mendapatkan data di
lapangan, data tersebut harus dipadukan dengan teori yang telah ada.
Berkaitan dengan tinjauan pustaka, Gay, Mills, dan Airasian (2009:80)
menyatakan bahwa tinjauan pustaka mengandung identifikasi yang sistematis,
lokasi, dan analisis dokumen-dokumen yang terdiri dari informasi yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Tinjauan pustaka ini digunakan untuk menjelaskan
komponen tertulis tentang suatu rencana penelitian atau laporan yang membahas
dokumen yang ditinjau.
Di dalam sebuah penelitian, tinjauan pustaka merupakan bagian yang
penting. Hal ini dikarenakan melalui tinjauan pustaka dapat diketahui mengenai
hakikat-hakikat teori dalam sebuah penelitian yang dikaji secara pustaka. Adapun
teori-teori tersebut akan digunakan sebagai pengantar peneliti ke lapangan dan
sebagai acuan untuk membahas hasil atau temuan penelitian.
Mengenai jenis-jenis sumber pustaka, G.Lodico, T. Spaulding, H. Voegtle
(2006: 31), menyebutkan beberapa jenis sumber pustaka, antara lain:
a. Artikel-artikel dalam jurnal ilmiah
b. Laporan-laporan pemerintahan
c. Hasil tertulis konferensi
d. Buku-buku referensi
e. Buku-buku umum
f. Tesis
g. Website
h. Majalah dan Koran
i. Hasil wawancara, presentasi, dan seminar
25
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Sumber-sumber pustaka dapat terbagi atas sumber pertama (primary source)
dan juga sumber kedua (secondary source). Adapun G. Lodico, T. Spaulding, H.
Voegtle (2006:32) menjelaskan bahwa sumber pertama dalam kepustakaan itu
menggambarkan artikel atau tulisan atau buku yang ditulis langsung oleh
penulisnya. Sebaliknya, sumber kedua dalam kepustakaan menggambarkan
sumber, contohnya kutipan yang dipaparkan oleh seseorang, kemudian
disampaikan lagi oleh orang lain dalam suatu artikel atau tulisan atau buku. Sumber
kedua juga dapat dianggap sebagai sumber penunjang atau sumber pendukung.
Di dalam penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, terdapat tinjauan
pustaka. Pada penelitian kuantitatif, tinjauan pustaka terdiri atas pencarian secara
tuntas, perangkuman dan penelaahan tersebut, misalnya teori, secara logis. Pada
penelitian kualitatif, tinjauan pustaka terdiri atas pencarian pustaka relevan yang
memungkinkan, peninjauan secara terus-menerus, penintegrasian pustaka ke dalam
teks (Mc Millan dan Schumacher, 2001:107).
Peninjauan secara pustaka memiliki beberapa tujuan. Mc Millan dan
Schumacher (2001:107) memaparkan enam tujuan dari tinjauan pustaka, yakni:
a. Untuk memeriksa dan membatasi permasalahan.
b. Untuk menempatkan penelitian dalam perspektif yang tepat.
c. Untuk menghindari ketidaksengajaan dan ketidakperluan peniruan penelitian
sebelumnya.
d. Untuk memilih metode penelitian serta pengukuran yang tepat.
e. Untuk menghubungkan berbagai pemikiran dari berbagai teori yang ada.
f. Untuk mengembangkan hipotesis penelitian.
Adapun terkait dengan tujuan utama tinjauan pustaka, Gay, Mills, dan
Airasian (2009:80) mengemukakan bahwa tujuan utama tinjauan pustaka adalah
untuk menentukan apa yang telah dilakukan yang berkaitan dengan topik penelitian.
Hal ini dapat membantu peneliti menghindari duplikasi dengan peneliti lain. Selain
itu, juga dapat membantu peneliti menyusun kerangka kerja yang logis. Penelitian-
penelitian sebelumnya dapat menyediakan alasan dalam penyusunan hipotesis
penelitian dan petunjuk-petunjuk apa yang perlu dilakukan untuk membantu peneliti
memberikan alasan manfaat penelitian.
26
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Pada intinya, tinjauan pustaka merupakan perpaduan antara teori-teori
penelitian terkait dengan data lapangan yang diperoleh oleh peneliti. Dengan
adanya teori-teori yang menunjang data lapangan yang dihasilkan, maka peneliti
dapat menemukan pemecahan masalah secara tepat dan sesuai hakikat penelitian
itu sendiri.
2. Langkah-langkah Menyusun Tinjauan Pustaka
Gay, Mills, dan Airasian (2009:81) memberikan pedoman umum dalam
menyusun tinjauan pustaka, yakni:
a. Hindari godaan memasukkan segala sesuatu yang ditemukan dalam tinjauan
pustaka. Lebih banyak tinjauan pustaka belum tentu lebih baik. Tinjauan pustaka
yang lebih sedikit dan tersusun baik tentunya lebih baik daripada tinjauan
penelitian yang lebih banyak atau lebih sedikit berhubungan dengan topik.
b. Jika meneliti suatu area penelitian yang luas, buatlah tinjauan pustaka yang
langsung berhubungan dengan masalah spesifik yang diteliti.
c. Jika meneliti suatu area penelitian yang sempit, buatlah tinjauan pustaka yang
berkaitan dengan cara yang berarti bagi masalah penelitian.
Selain itu, Cresswell (2012:81) mengemukakan mengenai lima langkah
dalam melakukan tinjauan pustaka, antara lain:
1) Identifikasi istilah kunci yang digunakan dalam mencari pustaka. Memulai
pencarian pustaka dengan menyempitkan topik kepada istilah kunci yang sedikit
dengan menggunakan satu atau dua kata atau frase pendek.
2) Carilah pustaka tentang topik dengan berkonsultasi dengan beberapa materi dan
database, termasuk yang ada di dalam perpustakaan akademik dan di internet.
3) Evaluasi dan pilihlah secara kritis tentang tinjauan pustaka.
4) Susunlah pustaka yang telah dipilih dengan meringkas atau membuat catatan
pada pustaka dan mengembangkan diagram visualnya.
5) Tulislah tinjauan pustaka yang melaporkan rangkuman pustaka untuk
dicantumkan dalam laporan penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif, adakalanya seorang peneliti menggunakan
kepustakaan untuk membuktikan kebenaran dari formulasi hipotesis penelitian.
Pada umumnya, peninjauan pustaka umumnya dilaksanakan melalui beberapa
27
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
tahapan. Mc Millan dan Schumacher (2001:110) menjelaskan tahapan-tahapan
dalam meninjau pustaka, yaitu:
a. Menganalisis pernyataan dan permasalahan.
b. Mencari dan membaca sumber kedua dari pustaka, guna membantu penelitian
memaparkan permasalahan.
c. Memilih daftar-daftar sumber pustaka yang tepat dan memang diperlukan.
d. Mengubah pernyataan permasalahan ke dalam deskripsi tertentu.
e. Menggunakan pendaftaran buku untuk memudahkan pencarian pustaka.
f. Membaca sumber utama dari pustaka, guna mencocokkan sumber-sumber
kedua yang akan digunakan.
g. Mengorganisasikan catatan-catatan, seperti kutipan-kutipan dari berbagai
pustaka.
h. Menulis pustaka tersebut.
E. Perumusan dan Pernyataan Hipotesis Penelitian
1. Perumusan Hipotesis Penelitian
Di dalam sebuah penelitian, hipotesis biasanya menunjuk pada hubungan
antara dua variabel. Untuk penelitian dua atau lebih variabel, hipotesis merupakan
dugaan tentang kebenaran mengenai hubungan dua variabel atau lebih. Adapun
Cresswell (2012:111) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan dalam
penelitian kuantitatif di mana peneliti membuat prediksi atau dugaan tentang hasil
hubungan antara sifat dan ciri khas. Selain itu, Gay, Mills, dan Airasian (2009:71)
mengemukakan bahwa hipotesis merupakan sebuah prediksi peneliti mengenai
temuan penelitian, dugaan peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel
yang menjadi topik penelitian. Di dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif, keduanya
memiliki hipotesis. Akan tetapi, terdapat perbedaan hipotesis di dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif.
Adapun berkaitan dengan rumusan dan pernyataan hipotesis penelitian,
Cresswell (2012:125) menjelaskan pedoman dalam merumuskan sebuah hipotesis
penelitian, yakni:
28
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
a. Hipotesis harus menyatakan variabel dengan urutan: independen (variabel
bebas pada posisi pertama), dependen (variabel terikat pada posisi kedua), dan
variabel kontrol (pada posisi ketiga).
b. Jika membandingkan kelompok dalam hipotesis, nyatakanlah kelompok dengan
jelas. Adapun jika variabelnya berhubungan, spesifikasikan hubungan di antara
variabel.
c. Buatlah prediksi tentang perubahan yang diharapkan dalam kelompok,
contohnya lebih sedikit atau lebih banyak menguntungkan atau tidak ada
perubahan (misalnya tidak ada perbedaan). Maka, hal ini perlu diuji kembali
prediksi tersebut dengan menggunakan prosedur statistika.
d. Sebaiknya, nyatakan informasi tentang partisipan dan tempat penelitian. Akan
tetapi, informasi ini boleh jadi tidak perlu jika mengulang informasi dalam
pernyataan tujuan.
2. Pernyataan Hipotesis Penelitian
Sebuah hipotesis yang baik, di dalam sebuah penelitian, harus dinyatakan
secara jelas dan singkat. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:73) menyatakan
bahwa hipotesis yang baik yakni hipotesis yang dapat menyatakan adanya
hubungan atau perbedaan antara variabel di dalam suatu penelitian, dan
mendefinisikan variabel di dalam pengukuran variabel.
Berikut model umum pernyataan hipotesis di dalam penelitian eksperimen
menurut Gay, Mills, dan Airasian (2009:73) :
P yang memperoleh X lebih baik dalam Y daripada
P yang tidak memperoleh X (suatu perlakuan di luar X)
Keterangan model :
P : Partisipan
X : Variabel independen (IV)
Y : hasil penelitian, pengaruh, atau variabel dependen (DV)
Meskipun model yang disampaikan tersebut tidak selalu menunjang, tetapi
model tersebut seharusnya tetap dapat membantu peneliti untuk memahami
pernyataan dari sebuah hipotesis penelitian.
29
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis digunakan di dalam penelitian. Berkaitan dengan hipotesis, peneliti
memilih sampel, mengukur instrumen, memilih desain penelitian, dan memilih
prosedur yang memungkinkan peneliti tersebut dapat mengumpulkan data untuk
menguji hipotesis penelitian.
Selama penelitian, data-data tersebut dianalisis dengan cara yang
memungkinkan peneliti dapat mempertimbangkan apakah data tersebut dapat
menunjang hipotesis. Adapun peneliti harus mengingat bahwa analisis data bukan
mengacu pada pembuktian hipotesis. Akan tetapi, analisis data tersebut untuk
menunjang hipotesis saja. Hasil dari analisis data dapat menunjukkan sebuah
hipotesis dapat ditunjang dalam penelitian untuk mengetahui partisipan, konteks,
dan instrumen.
4. Definisi dan Tujuan Hipotesis Penelitian Kuantitatif
Di dalam sebuah penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan hal yang penting.
Melalui dugaan-dugaan peneliti yang mungkin terjadi terhadap variabel-variabel di
dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:71) menjelaskan bahwa seorang
peneliti sebuah penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sebelum melakukan
penelitian karena pokok-pokok penelitiannya ditentukan melalui sebuah hipotesis.
Di dalam sebuah penelitian kuantitatif, setiap aspek di dalamnya, seperti
partisipan, pengukuran instrumen, desain instrumen, langkah-langkah penelitian,
analisis data, dan kesimpulan, saling mempengaruhi. Adapun Gay, Mills, dan
Airasian (2009:71) menegaskan bahwa di dalam penelitian kuantitatif sebuah
hipotesis berawal dari teori dan pengetahuan yang diperoleh ketika meninjau
pustaka terkait penelitian. Adapun contoh hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang
dijelaskan oleh Gay, Mills, dan Airasian (2009:71), seperti sebuah penelitian
kuantitatif memperoleh hasil bahwa pengunaan kapur putih lebih efektif daripada
kapur kuning di dalam pembelajaran Matematika, selama tidak ada penelitian lain
yang membantah penelitian tersebut.
30
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009: 71) mengemukakan beberapa kriteria
hipotesis yang baik, antara lain:
a. Sebuah hipotesis yang baik harus rasional
Hal ini berarti sebuah hipotesis harus berawal dari penelitian sebelumnya atau
teori. Adapun hipotesis di dalam suatu penelitian harus menginformasikan hal-
hal yang dikonfirmasi atau tidak dikonfirmasi dari penelitian sebelumnya, dan
tentunya hipotesis tersebut harus memiliki kegunaan teoretis dan praktis untuk
kehidupan. Selain itu, karakteristik utama dari sebuah hipotesis yang baik ialah
hipotesis tersebut harus konsisten dengan teori atau penelitian sebelumnya.
Contohnya, di dalam suatu penelitian, hasil penelitian dimungkinkan akan
mengalami ketidakcocokan dengan suatu teori dalam suatu penelitian. Akan
tetapi, sebuah hipotesis penelitian tidak harus selalu konsisten dengan setiap
teori penelitian, namun hipotesis harus mengikuti aturan teori yang
mendukungnya, tidak hanya sekadar dugaan.
b. Sebuah hipotesis yang baik harus menyediakan penjelasan yang masuk akal
untuk segala dugaan di dalam suatu penelitian.
Contohnya, sebuah penelitian menemukan hasil bahwa orang yang memiliki
minat yang tinggi untuk mempelajari kebudayaan suatu daerah atau negara
tertentu, biasanya memiliki kecenderungan yang tinggi dalam belajar bahasa.
c. Sebuah hipotesis yang baik merumuskan sejelas dan sesingkat mungkin
hubungan dugaan atau perbedaan dugaan antara variabel-variabel dan definisi
variabel operasional serta pengukuran variabel.
Artinya, rumusan hipotesis yang jelas dan singkat memudahkan pembaca
penelitian dalam memahami penelitian tersebut. Contohnya, sebuah penelitian
kuantitatif meneliti hubungan antara keaktifan membaca peserta didik dengan
pencapaian kemampuan menulis cerpen pada peserta didik di kelas bahasa.
Peneliti berhipotesis bahwa antara keaktifan membaca cerpen peserta didik
dengan kemampuan menulis cerpen pada peserta didik di kelas bahasa memiliki
korelasi negatif. Hal ini dikarenakan, peserta didik yang tidak aktif membaca
cerpen, memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menulis cerpen, dan
31
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
peserta didik yang aktif membaca cerpen, memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dalam menulis cerpen.
d. Sebuah hipotesis yang baik, pernyataan dan definisi hipotesis dapat diuji kembali
secara empiris.
Hal ini berarti, sebuah hipotesis harus dapat diuji kembali keempirisannya dalam
periode waktu tertentu melalui pengumpulan dan penganalisisan data.
Contohnya, sebuah penelitian menemukan hasil bahwa peserta didik di tingkat
kelas 1 SD yang melakukan kegiatan membaca setelah makan siang memiliki
ingatan yang lebih besar daripada peserta didik yang tidak melakukan kegiatan
membaca setelah makan siang.
5. Jenis-jenis Hipotesis
Berkaitan dengan jenis-jenis hipotesis, Cresswell (2012:126-127)
mengemukakan perihal dua jenis hipotesis, antara lain:
a. Hipotesis Nol (Null Hypothesis/H0 ), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak
adanya hubungan antara variabel independen dan dependen, atau tidak adanya
perbedaan antara kelompok variabel independen dan dependen. Adapun untuk
menguji hipotesis ini dengan memilih sampel kemungkinan sejumlah orang dan
menggambarkan kesimpulan dari analisis statistik sampel-sampel yang ada.
Hipotesis nol biasanya dimulai dengan menyatakan frase “tidak ada perbedaan
antara…” (kelompok) atau “tidak ada hubungan antara…” (variabel). Hipotesis
statistik juga sering disebut Hipotesis Nol (Null Hypothesis) dan disingkat H0,
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji
dengan perhitungan statistic. H0 menyatakan tidak adanya perbedaan antara
dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Rumusan H0 :
Tidak ada perbedaan antara ……………… dengan ……………………..
Contoh :
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat 1 dan mahasiswa tingkat 2
dalam keterampilan menulis puisi.
Tidak ada pengaruh ……………….. terhadap ……………………
32
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Contoh :
Tidak ada pengaruh keaktifan di kelas sastra terhadap nilai akhir perkuliahan
sastra.
b. Hipotesis Alternatif (Alternative Hypothesis/H1), yaitu hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan antar variabel, tidak adanya persamaan atau adanya
perbedaan. Hipotesis ini sering disebut hipotesis kerja, yaitu hipotesis yang
merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji.
Dalam hipotesis ini, peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian
akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan
menggunakan data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian.
Contohnya:
Ada hubungan antara lama belajar bahasa Inggris dengan keterampilan
berbicara pada mahasiswa tingkat 2.
Berkaitan dengan hipotesis kerja, Cresswell (2012:127) membagi ada dua
macam hipotesis kerja, yaitu:
1) Directional Hypothesis, yaitu menyatakan arah hubungan yang searah.
Contoh :
Mahasiswa tingkat 3 Bahasa dan Sastra yang menggunakan instruksi multimedia
memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada yang menggunakan instruksi
manual.
2) Non-Directional Hypothesis, yaitu hipotesis yang menyatakan secara sederhana
tentang keberadaan hubungan atau perbedaan di antara variabel-variabel.
Contoh :
Ada perbedaan siginifikan dalam prestasi belajar mahasiswa tingkat 3 Bahasa
dan Sastra yang menggunakan instruksi multimedia dengan yang menggunakan
instruksi manual.
6. Definisi dan Tujuan Hipotesis Penelitian Kualitatif
Tujuan dan strategi yang digunakan peneliti kualitatif tentu berbeda dengan
peneliti kuantitatif. Pada umumnya, peneliti kualitatif tidak menggunakan hipotesis
formal. Akan tetapi, peneliti kualitatif menggunakan guiding hypothesis. Para peneliti
33
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kualitatif, umumnya, juga tidak menguji hipotesis, tetapi peneliti kualitatif
menghasilkan hipotesis baru sebagai hasil penelitian mereka.
Proses induktif yang umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif
didasarkan pada observasi dan pelibatan partisipan secara natural tanpa membuat
hipotesis tentang apa yang peneliti observasi dan pelajari. Peneliti kualitatif pada
umumnya juga mempersempit topik penelitian mereka.
Pada penelitian kualitatif, peneliti mengemukakan ide-ide dan pertanyaan-
pertanyaan yang membawa mereka pada hipotesis baru. Sebagai contoh, dalam
suatu observasi di sekolah, yakni pada peserta didik kelas 1, peneliti secara akurat
dapat mengidentifikasi peserta didik yang cerdas dan peserta didik yang tidak
cerdas di kelas dengan cara menghipotesiskan bagaimana guru berkomunikasi
dengan peserta didik di kelas melalui tindakan dan kata-kata. Hal ini menunjukkan,
bahwa dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi dihasilkan dari
penelitian. Melalui guiding hypothesis ini, peneliti kualitatif dapat
mengoperasionalkan hipotesis melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan
peneltian.
34
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB III
Populasi dan Sampling
A.Pendahuluan
Dalam sebuah penelitian, salah satu hal yang sangat terpenting adalah
menentukan populasi dan sampel penelitian. Sebuah penelitian tidak akan diakui
keabsyahannya (bias) jika tidak tepat menggunakan populasi dan sampel yang diteliti.
Para peneliti sering menganalogikan penelitian yang tidak menentukan populasi dan
sampel yang tepat ibarat tiga orang buta menyimpulkan bentuk gajah. Orang buta
pertama berkesimpulan bahwa bentuk gajah panjang karena kebetulan ia memegang
belalainya saja. Orang buta kedua menyimpulkan bahwa bentuk gajah tipis lebar seperti
kipas karena yang ia pegang telinganya saja. Orang buta ketiga menyebutkan bahwa
bentuk gajah keras dan besar seperti tembok karena ia meraba tubuh gajah yang besar
dan keras. Mana yang benar, tentu tidak ada satu pun orang buta tersebut yang benar
karena sampel yang mereka tentukan tidak tepat, hanya sebagian dari bagian tubuh
gajah. Oleh karena itu, sebuah penelitian akan mencapai tingkat “kebenaran” atau
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian jika tepat memilih populasi dan mengambil
sampel.
Berkaitan dengan cara menentukan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif,
di mana seorang peneliti harus dapat membedakan antara jumlah populasi dan jumlah
sampel serta interpretasinya. Hal mendasar ini menjadi sangat penting manakala
sedang menyusun suatu penelitian akademis. Penelitian yang menggunakan sampel
disebut penelitian survei, sedangkan penelitian yang menggunakan populasi disebut
penelitian sensus.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai populasi dan
menentukan sampel dari populasi tersebut, ditinjau dari penelitian kuantitatif dan
kualitatif.
35
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
B.Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif pada umumnya tidak mengumpulkan data dari
seluruh populasi. Hal itu jarang diperlukan apalagi jika populasi sangat besar atau
tersebar dalam geografis luas. Jika sampel yang dipilih dengan baik, hasil penelitian
pengujian sampel dapat digeneralisasikan untuk populasi. Artinya, hasil penelitian akan
berlaku untuk sampel lainnya yang dipilih dari populasi yang sama. Bagaimana
kemudian, kita bisa mendapatkan sampel yang representatif yang memadai? Beberapa
teknik yang relatif sederhana pengambilan sampel dapat diterapkan untuk memilih apa
yang bisa disebut sebagai sampel yang representatif. Prosedur ini tidak menjamin
bahwa sampel akan sempurna mewakili populasi, tetapi mereka pasti meningkatkan
peluang. Dengan mengikuti prosedur untuk menentukan populasi, memilih sampel
acak, menentukan ukuran sampel, menghindari kesalahan sampling dan bias, dan
memilih sampel nonrandom akan dijabarkan berikut:
1. Populasi
Populasi (population) secara etimologi dapat diartiakan penduduk atau
orang banyak yang memiliki sifat universal. Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian, bisa berupa manusia, gejala-gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah
laku, dan lain sebagainya yang menjadi objek penelitian. Menurut Sevilla dkk,
1993 (dalam Mahsun, 2014: 28), menyatakan bahwa populasi sebagai kelompok
besar yang merupakan sasaran generalisasi. Selain itu, Sugiyono (2011: 117),
menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek itu. Misalnya akan melakukan
penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X
mempunyai sejumlah sebyek/obyek yang lain. Hal ini berarti populasi
jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-
orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim
organisasinya, dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain,
36
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mislanya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan,
dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik. Satu orang
pun dapat digunakan sebagai populasi karena satu orang itu mempunyai
berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara
bergaul, kepemimpinannya, dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel
dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y. Dalam bidang kedokteran, satu
orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang
adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang
berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan
ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.
Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil
secara random (acak), sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Pengumpulan
data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun
sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka
sampel yang diambil harus representatif (mewakili).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118). Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
sampel adalah objek dari populasi yang diambil melalui teknik sampling,
yakni cara-cara mereduksi objek penelitian dengan mengambil sebagian saja
yang dapat dianggap representatif terhadap populasi. Terdapat dua syarat yang
harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel , yaitu sampel harus
representatif dan besarnya sampel harus memadai. Bila sampel tidak
representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah.
37
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti
kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu
seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia
menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah jika sampel yang
dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat
kesimpulan salah tentang gajah.
3. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2011: 118), teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan,
diantaranya:
a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1) Simple Random Sampling
Diakatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45,
S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang
harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu
38
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang
SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu
diambil semuanya sebagai sampel karena kedua kelompok ini terlalu kecil
bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari
suatu negara, propinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia
terdapat 30 propinsi dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka
pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat
karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka
pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling.
Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak; ada
yang mempunyai hutan banyak, ada yang tidak; ada yang kaya bahan
tambang, ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan
sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampel daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
b. Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini terbagi menjadi:
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor
urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
39
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil
sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat
terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan.
Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum
selesai karena belum memenuhi kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan
data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data,
maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota
sampel atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota
sampel.
3) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan
atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli politik.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
40
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
4. Menentukan Ukuran Sampel
Menurut Sugiyono (2011:126) jumlah anggota sampel sering dinyatakan
dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili
populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi, bila
jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000
orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian? Jawabanya tergantung pada tingkat ketelitian atau tingkat kesalahan
yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering
tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin besar
tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan
sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah
anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data. Untuk tingkat kesalahan
terdiri dari 1% (0,01), 5% (0,05), dan 10 % (0,1) .
Sejalan dengan pendapat di atas, Sujarweni (2008:10) mengatakan
jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah jumlah anggota
populasi itu sendiri. Untuk penelitian jumlah populasi yang terlalu banyak akan
kita ambil untuk dijadikan sampel dengan harapan jumlah sampel yang kita ambil
dapat mewakili populasi yang ada. Untuk menentukan ukuran sampel bisa
menggunakan rumus Slovin, yaitu:
41
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Keterangan:
n = Banyak sampel yang diinginkan
N = Populasi
e = Tingkat kesalahan yang diinginkan
Sebagai contoh penghitungan Rumus Slovin:
Populasi responden PT. Germany Aircraft Indonesia berjumlah 200
pegawai, maka sampel yang kita ambil sebagai penelitian jika menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5% adalah:
N = 200 orang (jumlah populasi/pegawai)
e =
e2 = 0,05 dikuadratkan (0,05 x 0,05 = 0,0025)
200
n =
1+ (200 x 0,0025)
= 200 = 200
1+ 0,5 1,5
= 133,3 dibulatkan 133 orang/responden.
Selain menggunakan rumus di atas, dalam penentuan sampel terhadap
populasi, Roscoe dalam buku Research Methods For Business memberikan
saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai berikut:
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500 sampel.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-
pegawai swasta, dan lain-lain) maka jumlah sampel setiap kategori minimal
30 orang pegawai.
42
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Contoh: Sampel kategori
Jenis Kelamin Jumlah Sampel
Pria 30 orang
Wanita 30 orang
Total sampel 60 orang
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (misalnya:
korelasi atau regresi berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 5 x 10 = 50
responden. Jadi rumusnya:
Sebagai contoh:
Jumlah variabel (independen + dependen) = 5 variabel
X1 : Gaya Kepemimpinan
X2 : Kepuasan Kerja Variabel Independen (X)
X3 : Motivasi Kerja
X4 : Kompensasi
Y : Kinerja Pegawai Variabel Dependen (Y)
5. Contoh Menentukan Ukuran Sampel
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok
masyarakat terhadap peleyanan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah
daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat
dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50, D3 = 300,
SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Sebelum menentukan jumlah sampel berdasarkan strata pendidikan,
terlebih dahulu tentukan jumlah sampel secara umum berdasarkan 1000
populasi dengan menggunakan rumus sampel di atas. Maka di dapat, bila jumlah
populasi 1000, dengan kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya:
Pekerjaan Jumlah Sampel
Pegawai Swasta 30 orang
Pegawai Negeri 30 orang
Total sampel 60 orang
Rumus: Jumlah variabel x 10
5 variabel x 10 = 50 pegawai/responden (sampel minimal)
43
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
n = 1000
1 + (1000 x 0,052)
n = 1000
1 + (1000 x 0,0025)
n = 1000
1 + 2,5
n = 286 orang/responden
Selanjutanya, karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata.
Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-
masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan
populasi. Maka dilakukan penghitungan dengan cara:
S1 = 50/1000 x 286 = 14
D3 = 300/1000 x 286 = 86
SMK = 500/1000 x 286 = 143
SMP = 100/1000 x 286 = 28
SD = 50/1000 x 286 = 14
Jadi, masing-masing untuk jenjang pendidikan, untuk S1 dapat
menggunakan 14 responden, D3 menggunakan 86 responden, SMK
menggunakan 143 responden, SMP menggunakan 28 responden, dan SD
menggunakan 14 responden.
C. Data dan Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara pengertian
“populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian
kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah
sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu,
44
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu
dan sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat di rumah berikut keluarga dan
aktivitasnya atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang mengobrol, atau di
tempat kerja, di kota, desa, di sekolah atau wilayah suatu negara. Situasi sosial
tersebut, dapat dinyatakan sebagi obyek penelitian yang ingin dipahami secara lebih
mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian
ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang
(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.
Tetapi, obyek penelitian kualitatif juga bukan semata-mata pada situasi sosial
yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sebagainya. Seorang peneliti yang
mengamati secara mendalam tentang perkembangan tumbuh-tumbuhan tertentu,
kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, adalah merupakan proses penelitian
kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan
hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat
lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus
yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,
tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam
penelitian. Maka dari itu, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah
“populasi dan sampel” tetapi menggunakan istilah “data dan sumber data”. Sampel
dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis
karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam
penelitian kualitatif juga disebut sebagi sampel konstruktif karena dengan sumber
data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum
jelas.
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf

More Related Content

What's hot

Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Diana NakEmak
 
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSIMAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
Nurulbanjar1996
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
Elvarinna Permata
 
Bahasa baku
Bahasa bakuBahasa baku
Bahasa baku
mbanarti
 

What's hot (20)

Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
Presentasi Aliran Linguistik TagmemikPresentasi Aliran Linguistik Tagmemik
Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
 
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa IndonesiaMakalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
 
makalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulismakalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulis
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
Pertemuan 3 Diksi n Kalimat Efektif
Pertemuan 3 Diksi n Kalimat EfektifPertemuan 3 Diksi n Kalimat Efektif
Pertemuan 3 Diksi n Kalimat Efektif
 
Medan makna
Medan maknaMedan makna
Medan makna
 
Dasar dasar dan kaidah kebahasaan semantik
Dasar dasar dan kaidah kebahasaan semantikDasar dasar dan kaidah kebahasaan semantik
Dasar dasar dan kaidah kebahasaan semantik
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
 
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSIMAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan MajasMakalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3
 
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahBahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
 
Bahasa baku
Bahasa bakuBahasa baku
Bahasa baku
 
SUSUNAN KALIMAT
SUSUNAN KALIMATSUSUNAN KALIMAT
SUSUNAN KALIMAT
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 

Similar to Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf

Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mtsRc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Choy Fauzi
 
METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015
METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015
METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015
Puguh Irawan
 
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatnoKelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
DIKNAS PENDIDIKAN
 

Similar to Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf (20)

Intern Media
Intern MediaIntern Media
Intern Media
 
SP19030.pdf
SP19030.pdfSP19030.pdf
SP19030.pdf
 
TANTRI BASA KELAS 4 - bahasa jawa - dinas pendidikan jawa timur
TANTRI BASA KELAS 4 - bahasa jawa - dinas pendidikan jawa timurTANTRI BASA KELAS 4 - bahasa jawa - dinas pendidikan jawa timur
TANTRI BASA KELAS 4 - bahasa jawa - dinas pendidikan jawa timur
 
CONTOH FORMAT COVER UNTUK KIR
CONTOH FORMAT COVER UNTUK KIRCONTOH FORMAT COVER UNTUK KIR
CONTOH FORMAT COVER UNTUK KIR
 
Antropologi 10 peminatan
Antropologi 10 peminatanAntropologi 10 peminatan
Antropologi 10 peminatan
 
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mtsRc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
Rc15 profesionalisme+guru+dan+hubungannya+dengan+prestasi+belajar+siswa+di+mts
 
Skripsi ilmia rajab
Skripsi ilmia rajabSkripsi ilmia rajab
Skripsi ilmia rajab
 
METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015
METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015
METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015
 
Pra laporan rustina
Pra laporan rustinaPra laporan rustina
Pra laporan rustina
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
Perspektif Materi Buku Penelitian Bahasa.pdf
Perspektif Materi Buku Penelitian Bahasa.pdfPerspektif Materi Buku Penelitian Bahasa.pdf
Perspektif Materi Buku Penelitian Bahasa.pdf
 
Azwardi_buku8.pdf
Azwardi_buku8.pdfAzwardi_buku8.pdf
Azwardi_buku8.pdf
 
STATISTIKA-TERAPAN_2015-KADIR-FITK.pdf
STATISTIKA-TERAPAN_2015-KADIR-FITK.pdfSTATISTIKA-TERAPAN_2015-KADIR-FITK.pdf
STATISTIKA-TERAPAN_2015-KADIR-FITK.pdf
 
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatnoKelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
 
Asep supriadi
Asep supriadiAsep supriadi
Asep supriadi
 
Final paper mohamad romdoni fdk
Final paper mohamad romdoni fdkFinal paper mohamad romdoni fdk
Final paper mohamad romdoni fdk
 
IPS SMP Kelas 9
IPS SMP Kelas 9IPS SMP Kelas 9
IPS SMP Kelas 9
 

Recently uploaded

SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
susilowati82
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 

Recently uploaded (20)

Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 

Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib.org).pdf

  • 1.
  • 2.
  • 3. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi METODOLOGI PENELITIAN BAHASA DAN SASTRA Kuantitatif, Kualitatif, Etnografi Dr. AGUS SULAEMAN,S.Pd.,M.Pd. Dr.GOZIYAH,S.Pd.,M.Pd.
  • 4. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi METODOLOGI PENELITIAN BAHASA DAN SASTRA Edisi Pertama, cetakan 1, : 1 September 2019 Penulis : Dr. Agus Sulaeman, M.Pd Dr. Goziyah,M.Pd. Layouter : Arinda Navitri Desain Sampul : Zafran Aidil Diterbitkan oleh : Penerbit Edu Pustaka Jakarta (Anggota IKAPI) Anggota IKAPI Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang All-Rights Reserved ISBN : 978-623-90461-6-3 Hal.xiv+326,Uk.15.5x23 cm Pemasaran : Jl. Haji Karim No.70 Setu, Cipayung,Jakarta Timur 13880 Telefaks. (021-70300534) Email: penerbitedupustaka@gmail.com
  • 5. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi KATA PENGANTAR Dr., H. Ahmad Amarullah,M.Pd. (Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang) Metode penelitian selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi, serta mengikuti perkembangan dunia penelitian. Temuan lama senantiasa berganti atau diperbarui dengan temuan baru,sehingga ilmu pengetahuan berkembang dan hidup dinamis dalam dunia penelitian selalu ada pembaharuan metode dan sistematika penelitian disesuaikan dengan pendekatan yang diambil yang kesemuanya itu adalah untuk mendapatkan keakuratan dan khasanah keilmuan. Buku yang ditulis oleh saudara Agus Sulaeman dan Goziyah, dengan judul Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra kuntitatif, kualitatif, Metode Etnografi. Ini akan menambah dan memperkaya referensi penelitian dalam menyusun skripsi, maupun dalam kegiatan perkuliahan sesuai mata kuliah yang diampunya, tetapi juga oleh peneliti dan masyarakat umum yang tertarik mempelajari metode penelitian. Buku ini, sebagaimana ditulis oleh penulisnya, menguraikan konsep penelitian kuantitatif,berupa analisis jalur, atau path analysis, analisis data kuantitatif statistik deskriptif dan statistik inferensial. Juga disajikan metode kualitatif berupa penelitian sastra, analisis isi (content analysis), penelitian naratif, dan juga disajikan metode penelitian mix method, action research, dan metode Etnografi. Akhirnya saya mengucapkan selamat kepada saudara Agus Sulaeman dan Goziyah sebagai penyusun buku ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan mutu penelitian terutama referensi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi untuk penyelesaian studinya. Sekian dan terima kasih, Nasrun Min Allahi Wa Fathun qorrieb. Wassalmu Alaikum Wr.Wb. Kota Tangerang September 2019 Dr.,H.Ahmad Amarullah,M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang
  • 6. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi KATA PENGANTAR PENULIS Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Swt., Yang telah mencurahkan rahmat dan karunia, sehingga penulis bisa menyelesaikan buku ini. Buku ini diterbitkan dilatarbelakangi oleh kepedulian penulis terhadap pembelajaran metode penelitian. Karena itu, kehadiran buku ini juga merupakan hasil refleksi dan kristalisasi diskusi dalam perkuliahan semenjak penulis mengampu mata kuliah metode penelitian pendidikan, dan juga ketika penulis mendalami ilmu penelitian selama menempuh pendidikan strata -2 dan strata - 3. Banyak ilmu yang didapatkan dari membaca literatur ilmu-ilmu penelitian yang berkembang, sehingga penulis membuat inisiatif untuk menulis buku ini. Penelitian hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan atau bisa dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya adalah suatu proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Penelitian dapat dipahami sebagai suatu dialog atau percakapan yang terjadi tanpa henti antara dua jenis kenyataan yaitu antara realitas argumentasi dan realitas pengalaman. Metode penelitian selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian pendidikan merupakan penelitian yang dikhususkan meneliti bidang pendidikan berbeda dengan penelitian ilmu eksakta lainnya, mengapa, karena penelitian pendidikan penerapannya melalui pendekatan pendidikan, dalam buku ini penulis mencoba menguraikan penelitian yang berhubungan dengan penelitian kualitatif sastra, conten analysis, metode kuantitatif, metode gabungan, studi kasus, metode etnografi dalam pendidikan. Pengetahuan metode penelitian pendidikan yang penulis ketahui ini, tidak terlepas dari ikhtiar belajar kepada dosen-dosen selama penulis menempuh studi, maupun pemikiran hasil diskusi selama peneliti menempuh pendidikan Strata – 2 dan Strata - 3 di Untirta, dan UNJ. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang berkesan yaitu: Prof.,Dr.,Emzir, Prof. Dr., Zainal Rafli, M.Pd. Prof., Dr.,Aceng Rahmat, M.Pd. (UNJ). Prof. Dr. Emi Emilia,MA. (UPI). Dr., Chussaery Rusdi Syarif, M.Si. Dr.,Rusmana,M.Pd. (UNTIRTA). Dr.,Maman Rukmana, M.Pd (STKIP SB Rangkasbitung). Dr.,Kadir,M.Pd. (UIN Jakarta). Teman
  • 7. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi sekelas Strata -2 PBI Pascasarjana Untirta. Strata-3 PB Pasca UNJ. Pimpinan Akademika Universitas Muhammadiyah Tangerang. Kaprodi Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd, dan sekprodi Nori Anggriani,S.Pd.,M.A. serta teman-teman dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang yang selalu menyemangati penulis untuk selalu berkarya. Ucapan terima kasih disertai rasa hormat penulis sampaikan untuk orang-orang terdekat dan tercinta yang telah menginspirasi dalam penulisan buku ini kepada Manah dan Hj.,Sani,Alm. (Ibu dan Mertua penulis), dan istri tercinta Mulyati dan kedua anaku. Ahmad Sultan Wahyu Hidayat, dan Hafiz Adam Chusaery. Yang dengan penuh kesabaran dan doa mereka mendorong penulis untuk selalu bekerja keras dan optimis dalam menyelesaikan tugas-tugas kehidupan ini. Dalam penyuntingan buku ini, penulis menyadari bahwa isi buku ini masih terdapat kekurangan, untuk itulah penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan buku ini. Kiranya karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa dan atau peneliti dalam melakukan analisis data penelitian kuantitatif dan kualitatif terutama dalam meneliti dibidang pendidikan ranah bahasa dan sastra. Kabupaten Tangerang Januari 2019. Penulis
  • 8. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi DAFTAR ISI Kata Pengantar Dr.,H.Ahmad Amarullah,M.Pd......................................i (Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang) Kata Pengantar Penulis............................................................................ii Daftar isi.....................................................................................................iv BAB I Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah Dalam Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Metode Gabungan A. Pendahuluan…..…………………………………………………………………….1 B.Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan…...................................................................................3 1. Metode Ilmiah Paradigm Penelitian Kuantitaif Dan Kualitatif….………………..3 2. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Metode Gabungan.....….………………...6 BAB II Pemilihan Dan Pendefinisian Topik Penelitian A. Pendahuluan ..…..…………………………………………………………………10 B.Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian………………………....……..14 C. Variabel Penelitian dan Fokus Penelitian………………………………………..21 D. Review Literatur (Tinjauan Pustaka)……………….....…………………………24 E. Perumusan dan Pernyataan Hipotesis Penelitian………………………………27 BAB III Populasi Dan Sampling A.Pendahuluan………………………………………………………………………...34 B.Populasi dan Sampel dalam penelitian kuantitatif…….....……………………...35 C.Data dan Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif………………….................43 D.Teknik Pengambilan Sampel............................................................................45 BAB IV Pengambilan Instrumen Penelitian A.Pendahuluan………………………………………………………………………..48 B.Konstruk (Variabel)………………………………………………………………...49 1. Variabel……………………….…………………………………………………….50 2. Karakteristik Pengukuran Instrumen................................................................53 3. Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpul Data......................................55
  • 9. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi 4. Validitas dan Realibilitas .................................................................................56 BAB V Analisis Data Kuantitatif Statistik Deskriptif Dan Statistik Inferensial A.Pendahuluan………..………………………………………………………………62 B. Landasan Teori................................................................................................63 1.Statistik Deskriptif ............................................................................................63 2.Statistik Deskriptif Pendidikan..........................................................................66 BAB VI Analisis Dan Intrepetasi Data Kualitatif A.Pendahuluan…………………………………………………………………….70 B. Analisis Data Kualitatif................................................................................72 C. Intrepetasi Data Kualitatif............................................................................76 1. Intrepetasi Data Menurut Moleong.............................................................76 2. Intrepetasi Data Menurut L.R. Gay...........................................................78 BAB VII Penelitian Survei Dan Penelitian Korelasional Analisis Jalur (Path Analysis) A.Pendahuluan……………………………………………………………………..81 B. Penelitian Survei..........................................................................................82 C.Penelitian Korelasional Analisis Jalur (Path Analysis) ..............................109 BAB VIII Penelitian Kausal Komparatif Dan Eksperimen A.Pendahuluan .................................................................................................118 B. Penelitian Kausal Komparatif........................................................................119 C. Penelitian Eksperimen ..................................................................................127 D. Contoh Metode Penelitian Eksperimen......................................146 BAB IX Pengumpulan Data Dan Pemeriksaan Keabsahan Penelitian Kualitatif A.Pendahuluan..................................................................................................165 B. Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif........................................................165 C. Pemeriksaan Keabsahan dalam Penelitian Kualitatif....................................181 D.Contoh Metodologi Penelitian Kualitatif.........................................................185
  • 10. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi BAB X Penelitian Pengembangan Dan Penelitian Tindakan Dalam Penelitian Kualitatif A.Pendahuluan..................................................................................................191 B.Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan..........................................193 C.Penelitian Tindakan........................................................................................201 D.Contoh Metodologi Penelitian Tindakan Kelas...............................................214 BAB XI Penelitian Analisis Isi Dan Penelitian Sastra A.Pendahuluan..................................................................................................227 B. Penelitian Analisis Isi....................................................................................227 C.Penelitian Sastra............................................................................................237 D.Contoh Sistematika Metodologi Penelitian Sastra.........................................251 BAB XII Penelitian Etnografi Dan Grounded Theory A.Pendahuluan..................................................................................................259 B. Penelitian Etnografi.......................................................................................259 C. Penelitian Grounded Theory (Teori Dasar)...................................................270 D.Contoh Sistematika Metodologi Penelitian Etnografi....................................276 BAB XIII Penelitian Kualitatif (Penelitian Naratif dan Studi Kasus) A. Pendahuluan.................................................................................................302 B. Penelitian Naratif...........................................................................................303 C.Penelitian Kasus.............................................................................................312 DAFTAR PUSTAKA
  • 11. 1 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi BAB I Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah dalam Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan A.Pendahuluan Penelitian adalah suatu kegiataan yang dilakukan seseorang untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan data dan fakta. Oleh karena itu, dalam penelitian ilmiah harus menggunakan metode ilmiah yaitu metode deduktif dan metode induktif. Artinya, suatu penelitian dikatakan ilmiah apabila melibatkan dua wilayah teori (deduktif) dan wilayah empiris (induktif). Untuk melakukan penelitian kita sebagai seorang peneliti diharuskan banyak membaca dan mengamati lingkungan yang ada di sekitar kita, diharapkan dengan membaca dan mengamati akan memukan masalah yang akan kita teliti dan bagaimana pemecahan dari masalah tersebut melalui sebuah penelitian. Tahap pertama dimulai dengan mengetahui masalah tersebut yang dimulai dari yang global menuju ke arah yang lebih khusus. Setelah kita mengetahui permasalahannya barulah kita merumuskan masalah tersebut kemudian penyusunan hipotesis yang akan kita buktikan melalui pengumpulan data kemudian analisis data dan yang terakhir adalah kesimpulan dari penelitian yang akan menjawab kebenaran hipotesis yang kita buat sebelumnya. Apakah diterima atau tidaknya hipotesis yang kita buat sebelumnya. Penelitian hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan atau bisa dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya adalah suatu proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Penelitian dapat dipahami sebagai suatu dialog atau percakapan yang terjadi tanpa henti antara dua jenis kenyataan yaitu antara realitas argumentasi dan realitas pengalaman. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten serta bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang
  • 12. 2 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi dihadapi. Begitu juga dengan Hadi menurutnya, penelitian ialah usaha dalam menemukan segala sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan yang ada, menggali lebih dalam apa yang telah ada, mengembangkan dan memperluas, serta menguji kebenaran dari apa yang telah ada namun kebenarannya masih diragukan. Jadi, dalam pencarian kebenaran, cara ilmiah digunakan untuk mendapatkan data dan informasi sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana seharusnya, tentunya dengan tujuan untuk mencari dan menggali kebenaran yang sesungguhnya. 1. Penelitian Sebagai Aplikasi Metode Ilmiah Menurut Emzir (2014:3). Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian itu beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah tujuan ini berhubungan dengan pemerolehan pengetahuan dan pengembangan serta pengujian teori-teori. Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara informal dalam pemecahan berbagai masalah sehari-hari, seperti contoh waktu yang sangat baik untuk mengerjakan tugas. Penerapan yang lebih formal dari metode ilmiah untuk pemecahan berbagai masalah adalah semua yang dilakukan oleh peneliti. 2. Sistematika Penelitian Beberapa ahli mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses yang teratur dan terpola. Menurut Mc Millan dan Schumacher dalam Emzir mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi (data) untuk berbagai tujuan. Ada lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan kelengkapan umum pada sistematik adalah (1) identifikasi masalah penelitian, (2) review informasi, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) penarikan kesimpulan. Langkah pertama, agar suatu penelitian menjadi sistematik, maka hakekat masalah harus didifinisikan dalam istilah luas. Seperti paradigma piramida terbalik. Kedua
  • 13. 3 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi pengumpulan informasi dari informan yang mempunyai masalah yang sama akan membantu masalah yang akan diteliti, sumber penelitian akan menjadi acuan penelitian. Ketiga pengumpulan data yang sesuai dengan masalah penelitian merupakan bagian dari sistematik penelitian. Selain itu proses pengumpulan data memerlukan penyusunan yang baik dan kontrol yang layak. Dengan demikian data akan menghasilkan keputusan yang valid akan digunakan untuk membuat masalah penelitian. Keempat tentang analisis data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis mengunakan teknik statistik maupun tidak. Data dianalisis dalam suatu cara yang memungkinkan peneliti untuk menguji hipotesis dan menjawab pertanyaan penelitian. Kelima proses penggambaran kesimpulan atau penarikan secara umum setelah penelitian itu dianalisis. Kesimpulan didasarkan pada data dan analisis didalam kerangka kerja studi penelitian. 3. Aktivitas dalam Proses Penelitian Aktivitas dalam proses penelitian, secara umum yang terdiri dari lima langkah telah diuraikan sebelumnya. Akan tetapi setiap jenis penelitian memiliki langkah-langkah yang dapat diaplikasikan sesuai dengan karakteristik penelitian tersebut. B. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan 1. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Keterampilan berpikir ilmiah melalui tahap-tahap alur pemikiran ilmiah. Melalui alur pemikiran ilmiah peneliti akan dapat menggunakan kesempatan dengan sebaik- baiknya, memecahkan masalah, mengetahui cara mencapai tujuan penelitian, dan mengambil resiko jika terdapat kendala dalam penelitian. Alur pertanyaan yang merupakan bagian dari alur pemikiran ilmiah diatur dalam metode penelitian. Alur pertanyaan itu sendiri merupakan tahapan-tahapan dalam kegiatan penelitian. Metode penelitian merupakan bentuk pemecahan sebuah masalah dalam sebuah penelitian. Pemecahan masalah yang ada pada suatu penelitian membutuhkan penyelidikan yang teliti, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah
  • 14. 4 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Dengan kata lain, metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah. Mengenai hal tersebut Syamsuddin dan Damaianti (2011:14) memberikan pendapatnya mengenai metode penelitian, metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Selanjutnya Sugiyono (2007:9) dalam hal ini juga menyatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang tepat dapat membuat seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta-fakta. Metode penelitian dikendalikan oleh garis-garis pemikiran yang konseptual dan prosedural. Pemikiran konseptual yang berupa gagasan-gagasan orisinal sedangkan pemikiran prosedural dimulai dari observasi dan percobaan dan diakhiri pada pernyataan-pernyataan umum. Dengan kata lain proses yang ditetapkan dalam metode penelitian sangat sistematis dan penuh tujuan. Langkah-langkah dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Proses penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme yang bersifat logico-hypothetico-verivikatif dengan berlandaskan pada asumsi mengenai objek empiris. Maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linier berdasarkan paradigma positivisme dan asumsi-asumsi yang ada di lapangan. Kemudian pada penelitian kualitatif bersifat siklus karena penelitian ini dilakukan secara berulang dan jumlah periode pengulangan akan bergantung pada tingkat kedalaman dan ketelitian yang dikehendaki. Maka pada penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma konstruktivisme/advokasi/partisipatori. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat paradigma yang membagi metode penelitian menjadi tiga bagian, yaitu metode kualitatif, kuantitatif dan metode gabungan keduanya. Perbedaan antara masing-masing jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif, ini dibedakan oleh paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli
  • 15. 5 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi pengikutnya. Banyak tulisan telah membahas apa saja yang membedakan antara keduanya. Salah satunya disajikan pada tabel di bawah ini. Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif Ontologis Apa realitas? Obyektif, tunggal, terpisah dari peneliti Subyektif, ganda, seperti yang dilihat penelti Epistomologis Hubungan peneliti dengan objek? Peneliti independen Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti Aksiologis Peranan nilai ? Bebas nilai dan tidak bias Terikat nilai dan bias Retorik Bahasa penelitian? · Formal; · melibatkan seperangkat definisi · Informal; · melibatkan keputusan- keputusan Metodologis Proses penelitian? ·Deduktif; ·Hubungan sebab akibat; ·Rancangan statis; ·Bebas konteks; ·Generalisasi yang mengarah prediksi, eksplorasi, pemahaman; ·Akurasi &reliabel lewat uji · Induktif; · Faktor terbentuk secara silmutan timbal balik; · Rencana berkembang; · Terikat konteks; · Pola &teori untuk pemahaman; · Akurasi &reliabellewat pembukti an Sumber : Modifikasi Cresswel, 20010 dalam Emzir 2012 Berdasarkan tabel tersebut jelas sekali adanya perbedaan pandangan yang saling berlawanan antara paradigma kualitatif dan kuantitatif. Menurut Ihalauw (2004:18) antara kualitatif dan kuantitatif memiliki susbstansi pendekatan ilmiah yang bertolak belakang. Paradigma kuantitatif bersifat deduktif, yaitu pada ranah abstrak merupakan telaah teoritis, penalaran, perenungan, dan pengalaman untuk mengukur konsep dan menguji dalil atau teori pada ranah empirik. Sebaliknya paradigma kualitatif bersifat induktif, yaitu pada ranah empirik melakukan amatan terhadap fakta atau peristiwa untuk membentuk dan memodifikasi dalil serta menata dalil menjadi teori pada ranah abstrak. Secara lebih sederhana Yunus dalam Sugiyono (2011:43) membedakan bahwa penelitian berparadigma kualitatif menekankan pada proses, sedangkan penelitian berparadigma kuantitatif menekankan pada produk. Sekali lagi,
  • 16. 6 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi pandangan tersebut memberi gambaran tegas perbedaan antara kualitatif dengan kuantitatif. 2. Metode ilmiah paradigma penelitian metode gabungan Selanjutnya ada jenis paradigma penelitian metode gabungan. Metode gabungan tersebut adalah penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti. Campbell dan Fisk pada tahun 1959 menggunakan metode gabungan untuk mengukur sifat psikologis. Selanjutnya, Denzin, pada tahun 1978 menggunakan istilah triangulasi untuk mengonsepkan penggunaan metode gabungan dalam satu penelitian. Penggunaan gabungan metode penelitian, oleh para peneliti biasanya dilakukan dengan memadukan prosedur pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan. Sebagai contoh, penggalian data pada penelitian tentang persepsi aparatur terhadap kepemimpinan wanita, dapat dilakukan dengan menggunakan survei dan sekaligus wawancara mendalam. Jika seorang peneliti kemudian berupaya menggunakan pendekatan gabungan, maka yang perlu dilakukan adalah menggunakan gabungan sebagaimana ditawarkan oleh Creswell (2010: 135), sebagai berikut: a). Pendekatan desain dua tahap Desain dua tahap adalah melakukan penelitian dua tahap, dimana kedua tahap tersebut menggunakan metode yang berbeda. Sebagai contoh, tahap pertama peneliti menggunakan metode kuantitatif. Setelah selesai tahap pertama, ia kemudian melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat memisahkan kedua pendekatan dengan jelas, karena kedua pendekatan tidak dicampuraduk. Namun demikian, metode ini tentu saja membutuhkan waktu yang lama dan anggaran yang cukup besar. b). Pendekatan desain dominan-kurang dominan Pendekatan ini menggunakan gabungan pada prosedur penelitian, tetapi salah satu metode lebih dominan terhadap metode yang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa metode yang kurang dominan hanya diposisikan sebagai metode pelengkap untuk mendukung ”kekayaan data”. Sebagai contoh pada
  • 17. 7 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi penelitian tentang persepsi aparatur terhadap kepemimpinan wanita, metode dominan adalah kualitatif, dan karena itu teknik penggalian data utama adalah melalui wawancara mendalam dan participant observ,ation. Sementara survei dilakukan untuk menambah data saja, dan bukan sebagai prosedur utama. Keunggulan pendekatan ini, adalah bahwa peneliti sebenarnya masih cukup konsisten dengan pendekatan penelitian yang dipilihnya. Akan tetapi tetap masih memungkinkan adanya kritik dari mereka yang tidak setuju penggabungan, dan dianggap sebagai penelitian dengan prosedur ”salah penempatan”. Guba dan Lincoln mengklasifikasikan paradigma menjadi empat, yaitu: positivism, post positivism, critical theory, dan constructivism. Keempat paradigma tersebut adalah perkembangan dari dua paradigma besar yaitu positivism yang menggunakan pendekatan kuantitaif sebagai dasar pencarian kebenaran dan constructivism yang menggunakan pendekatan kualitatif. Selama lebih tiga dekade, terjadi debat keras antara dua paradigma yang melatarbelakangi penelitian ilmu sosial dan perilaku tersebut. Berdasarkan kajian Firestone, Guba dan Lincoln, serta Mc Cracken; Creswell (2010:109) merinci empat asumsi yang melandasi pemikiran sebuah paradigma apakah tergolong post positivism atau constructivism. Pertama, ontologi, yaitu: what is the nature of reality (cara pandang kenyataan yang ada di alam). Kedua, epistemologi, yaitu what is the relationship of the researcher to that researched (hubungan antara peneliti dengan yang diteliti). Ketiga, aksiologi, yaitu: what is the role of value? (hubungan nilai-nilai selama melaksanakan proses studi). Keempat, metodologi, yaitu: what is the process of research? (keseluruhan proses penelitian). Berdasarkan atas empat asumsi dasar tersebut, maka ada keyakinan di antara para peneliti untuk memilih satu paradigma di antara positivism dan constructivism, karena empat asumsi dasar yang dijadikan landasan kedua paradigma saling bertolak belakang. Dalam perkembangannya, para ahli ilmu sosial dan perilaku banyak menggabungkan pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian. Sejalan dengan kecenderungan ini, maka sejumlah ahli (Howe; Richardt dan Rallis dalam Takashori dan Teddlie) membangun paradigma pragmatism yang dapat digunakan sebagai
  • 18. 8 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi landasan untuk penelitian dengan desain penelitian gabungan (mix methods) antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Mixed methods, yaitu gabungan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penggabungan kedua metode digunakan sebagai satu cara proses triangulasi penelitian, dengan asumsi bahwa bias yang disebabkan oleh sumber data, asumsi peneliti, dan metode yang digunakan pada salah satu jenis metode penelitian, diharapkan dapat dinetralisir melalui metode lainnya. Kedua metode diterapkan baik dalam proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Ada jenis penelitian yang dapat menggunakan metode gabungan dalam penelitian, salah satunya adalah penelitian yang melibatkan program evaluasi, seperti evaluasi pendidikan. Mengenai hal tersebut Fetterman (1988) dalam Furqon dan Emilia, (2010:40) menegaskan sebagai berikut: A myth has developed that ethnography is concerned with exclusively with the qualitative domain, and educational evaluation with quantitative data. In practise, these two measure often work together. Quantitative data can validate and be validated by qualitative observation. Untuk lebih jelas memahami tentang 3 macam paradigma penelitian tersebut berikut dipaparkan tabel yang dikutip dari Creswell dalam Emzir. Kecenderungan atau Biasanya Pendekatan Kualitatif Pendekatan Kuantitatif Pendekatan Metode Gabungan Menggunakan asumsi filosofis Tuntutan pengetahuan konstruktivisme/advok asi/parsipatory Tuntutan pengetahuan postpositivisme Tuntutan pengetahuan pragmatik Menggunakan strategi peneltian ini Fenomenologi, grounded theory, ethnografi, studi kasus dan naratif Survei dan eksperimen Sekuensial, concurrent, transformatif Menggunakan metode ini Pertanyaan terbuka, pendekatan emerging, data teks atau gambaran Pertanyaan tertutup, pendekatan ditentukan sebelumnya, data numerik Keduanya pertanyaan terbuka dan tertutup, pendekatan emerging dan ditentukan sebelumnya, analisis data kuantitatif dan kualitatif. Melaksanakan praktik penelitian ini sebagai Memosisikan diri sendiri Menguji atau memverifikasi atau menjelaskan teori Mengumpulkan baik data kuantitatif maupun data kualitatif
  • 19. 9 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Kecenderungan atau Biasanya Pendekatan Kualitatif Pendekatan Kuantitatif Pendekatan Metode Gabungan peneliti Mengumpulkan makna partisipan Memfokuskan pada konsep atau fenomena tunggal Membawa nilai personal ke dalam penelitian Mengkaji konteks atau latar partisipan Memvalidasi keakuratan data Menciptakan suatu agenda perubahan atau reformasi Berkolaborasi dengan partisipan Mengidentifikasi variabel untuk studi Menghubungkan variabel dalam masalah dan hipotesis Menggunakan validitas dan realibiltas standar Mengobservasi dan mengukur informasi secara numerik Menggunakan pendekatan yang tidak bias Melaksanakan prosedur statistik Mengembangkan rasional untuk penggabungan Mengintegrasikan data pada tahap penelitian yang berbeda Menyajikan gambar visual dari prosedur penelitian Melaksanakan praktik penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif Demikianlah hakikat penelitian, metode ilmiah dalam paradigma penelitian kuantitatif, kualitati, dan metode gabungan, yang diuraikan di atas yang kesemuanya adalah untuk mendeskripsikan dan menerapkan penelitian pendidikan yang bertujuan untuk melakukan kredibelitas dalam melakukan penelitian.
  • 20. 10 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi BAB II Pemilihan dan Pendefinisian Topik Penelitian A.Pendahuluan Tahap awal di dalam penyusunan karya ilmiah atau pun dalam suatu proses penelitian ialah penentuan topik. Berkaitan dengan hal tersebut, Gay, Mills, dan Airasian (2009:65) mempertegas bahwa pemilihan dan pendefinisian topik penelitian merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses penelitian. Topik di dalam suatu penelitian, menurut Cresswell (2012:60) merupakan subjek utama yang dikaji dalam sebuah studi, contohnya topik mengenai pembelajaran jarak jauh. Melalui sebuah topik akan dapat dikembangkan adanya sebuah masalah, misalnya tentang kekurangan yang dialami oleh peserta didik di dalam penerapan kelas pembelajaran jarak jauh, seperti pembelajaran jarak jauh terkait bahasa Inggris. Adapun Cresswell (2012:64) menjelaskan bahwa di dalam suatu penelitian, topik yang dipilih harus mampu menarik minat peneliti itu sendiri, serta para pembaca atau pihak-pihak terkait yang berkemauan mengambil manfaat positif dari suatu penelitian. Penjelasan Cresswell tersebut juga didukung oleh Gay, Mills, dan Airasian (2009: 66) yang mengemukakan bahwa topik penelitian yang dipilih oleh seorang calon peneliti harus sesuai dengan bidang keahliannya dan mampu menarik minat peneliti. Pemilihan topik dalam suatu penelitian bermacam-macam, misalnya topik penelitian bahasa dan sastra. Sebuah topik penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Gay, Mills, dan Airasian (2009:66), harus mengambarkan fokus sebuah penelitian. Melalui penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa seorang peneliti harus membuat batasan topik dari topik yang akan akan ditelitinya. Adapun hal yang perlu dipahami berkaitan dengan topik penelitian, ialah topik berbeda dengan masalah. Masalah lebih spesifik dibandingkan dengan topik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Cresswell (2012:66), setelah menemukan sebuah topik penelitian, seorang peneliti harus menyempitkan topik penelitiannya dengan masalah-masalah yang spesifik terkait topik penelitiannya. Berkaitan dengan pemilihan topik penelitian, McMillan dan Schumacher (2001:80) juga menyatakan bahwa sebuah penelitian dimulai dengan memilih topik
  • 21. 11 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi umum, kemudian menyempitkan topik tersebut. Sebuah topik penelitian juga dapat diperluas, yakni dengan menghubungkan satu topik dengan topik lainnya yang mempunyai kesamaan nilai untuk diteliti. Topik dalam penelitian dapat bersumber dari beragam hal. Adapun G. Lodico, T. Spaulding, dan H. Voegtle (2006:24) mengemukakan bahwa topik di dalam suatu penelitian berkaitan dengan tiga hal, yakni pengalaman, teori, dan penelitian sebelumnya. Selain itu, seperti yang dapat diintisarikan dari pernyataan Gay, Mills, dan Airasian (2009:66-67), bahwa sebuah topik penelitian bersumber dari lima hal, antara lain teori, pengalaman, penelitian sebelumnya, grup jejaring sosial, dan kajian pustaka. Berikut penjelasan terkait kelima hal tersebut. a. Teori Sebuah teori mengatur konsep-konsep, generalisasi, dan prinsip-prinsip yang akan diteliti. Di dalam sebuah penelitian, suatu topik yang diteliti tidak hanya fokus dalam penjelasan teori secara konseptual, tetapi topik tersebut juga harus mampu memberikan informasi dari aspek-aspek yang dikaji dalam suatu penelitian. b. Pengalaman Adanya pengalaman mempengaruhi penelitian tersebut dalam pemilihan topik. Melalui penelaahan pengalamannya, seorang peneliti dapat memilih topik penelitian yang menarik untuk diteliti. c. Penelitian sebelumnya Topik penelitian dapat bersumber dari penelitian sebelumnya. Gay, Mills, dan Airasian (2009: 67) menegaskan bahwa sebuah topik penelitian merupakan tiruan dari topik penelitian sebelumnya dengan menggunakan subjek yang berbeda dalam menguji kembali suatu hipotesis. d. Grup jejaring sosial Seorang peneliti dapat menggunakan e-mail untuk meminta saran dari rekan yang memiliki keahlian dalam bidang yang sama. Sebuah grup jejaring sosial merupakan sumber topik penelitian yang baik. Hal ini dikarenakan, seorang peneliti dapat bertukar pengalaman dan berbagi pengetahuan mengenai topik yang ingin ditelitinya.
  • 22. 12 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi e. Kajian pustaka Melalui kegiatan membaca referensi ilmiah berupa buku-buku, artikel ilmiah, dan jurnal ilmiah, seorang peneliti dapat memperoleh topik penelitian yang sesuai dengan minatnya. Di dalam sebuah penelitian, seorang peneliti dapat mempersempit dan memperluas topik yang telah dipilihnya. Jika suatu topik telah banyak diteliti, maka topik tersebut perlu dijabarkan lebih mendalam. Adapun jika suatu topik terlalu luas, maka perlu dipersempit agar lebih spesifik. Dalam mempersempit topik, seorang peneliti perlu memperhatikan apakah topik yang dipilihnya telah benar-benar khusus ataukah dapat pula ditemukan kedekatannya dengan topik lain. Adapun hal lain terkait topik penelitian yakni seorang peneliti perlu memperhatikan apakah topik yang dipilihnya benar-benar penting untuk diteliti atau tidak. Seorang peneliti juga dapat memperluas topik atau mengembangkan topik, selain berupaya mempersempit topik. Terdapat empat strategi yang dikemukakan oleh Corbin dalam McMillan dan Schumacher (2001:473) untuk mengembangkan topik penelitian, antara lain: a. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan dasar yang dapat digunakan peneliti untuk memperdalam pemikirannya berdasarkan topik (seperti pertanyaan: Apa? Kapan? Siapa? Mengapa? Di mana? dan Bagaimana?) b. Menganalisis suatu kalimat, frasa, atau bahkan satu kata dapat mengembangkan topik. c. Membandingkan topik yang dipilih dengan topik lainnya yang mirip. d. Membuat asumsi untuk memperdalam topik yang dipilih. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:68) mengemukakan penjelasan yang berbeda dengan McMillan dan Schumacher perihal pengembangan topik, yakni kebanyakan penelitian kuantitatif dan sebagian besar penelitian kualitatif, topik yang luas harus dipersempit agar lebih spesifik. Jika suatu topik terlalu luas dapat dimungkinkan seorang peneliti akan mengalami kesulitan dalam kajian pustaka, akan mengalami kesulitan dalam penyusunan kajian pustaka, dan peneliti akan mengalami kesulitan dalam perihal penginterpretasian data penelitian. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:68) juga mengemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang peneliti dalam proses menyempitkan topik, antara lain:
  • 23. 13 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi a. Peneliti dapat meminta saran dan kritik dari rekan dan juga tokoh yang memiliki keahlian di bidang topik penelitian yang akan diteliti. b. Peneliti dapat membaca sumber-sumber referensi terkait yang fokus dengan topik penelitian yang akan diteliti. c. Peneliti harus memilih aspek-aspek masalah yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan diteliti. Di dalam pemilihan topik, seorang peneliti memerlukan waktu dan usaha dalam menentukan apakah topik tersebut layak diteliti atau tidak. Sebuah topik penelitian yang baik harus memiliki beberapa karakteristik. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:69) memaparkan lima karakteristik yang harus dimiliki oleh sebuah topik penelitian yang baik, antara lain: a. Topik penelitian harus menarik (interesting topic) Topik penelitian itu harus sesuai dengan ketertarikan peneliti selama proses penelitian. Peneliti akan lebih memiliki motivasi yang tinggi dengan topik penelitian yang menarik. Selain itu, topik penelitian yang menarik akan memudahkan peneliti dalam menyusun penelitiannya. b. Topik penelitian harus dapat diteliti (researchable) Topik penelitian harus dapat diteliti melalui pengumpulan data dan penganalisisan data. c. Topik penelitian harus memiliki kegunaan teoretik dan praktik (significant) Sebuah topik penelitian yang baik memiliki kegunaan teoretik melalui konsep- konsep yang dipaparkan di dalam suatu penelitian, dan juga memiliki kegunaan praktik dalam penerapannya di lingkungan. d. Topik penelitian harus beretika (etchical) Topik penelitian harus beretika yang berarti topik tersebut tidak berpotensi mengundang kerugian terhadap pihak-pihak terkait penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. e. Topik penelitian harus dapat dikuasai oleh peneliti (manageable) Seorang peneliti harus memilih sebuah topik yang dapat diteliti oleh peneliti, dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam meneliti, sumber-sumber referensinya
  • 24. 14 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi dapat mudah ditemukan, dan penelitian tersebut tidak mengganggu aktivitas lain peneliti. Adapun setelah pemilihan topik penelitian, seorang peneliti harus melakukan penentuan topik penelitian. Gay, Mills, dan Airasian (2009:69-70) menjelaskan terdapat beberapa perbedaan di dalam penentuan topik penelitian kuantitatif dan penentuan topik penelitian kualitatif, antara lain: a. Penentuan topik penelitian kuantitatif Di dalam penelitian kuantitatif, pada umumnya pernyataan topik mendeskripsikan variabel-variabel, hubungan spesifik antar variabel, dan karakteristik sampel penelitian. Misalnya, ditentukan sebuah topik penelitian mengenai pengaruh dari penguatan positif (positive reinforcement) terhadap kualitas karangan berbahasa Inggris pada peserta didik di kelas 10. Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa variabel di dalam penelitian tersebut terdiri atas, penguatan positif, kualitas karangan berbahasa Inggris, dan peserta didik di kelas 10. b. Penentuan topik penelitian kualitatif Pada umumnya, di dalam penelitian kualitatif, topik penelitian ditentukan dalam kalimat yang umum. Hal ini dikarenakan, peneliti dalam penelitian kualitatif memerlukan waktu untuk memahami isi topik penelitian sebelum mempersempit bahasan topik penelitian yang dipilih. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian Masalah penelitian, menurut Emzir (2010: 30) merupakan suatu isu atau kepedulian yang perlu diteliti. Adapun sebuah penelitian dapat dimulai dengan adanya masalah yang dilatarbelakangi oleh topik. Di berbagai bidang dalam kehidupan manusia sehari-hari, dapat ditemukan masalah. Adapun dalam suatu penelitian, masalah yang diteliti merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan ilmiah, sehingga memberikan manfaat positif dari hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut dapat ditindaklanjuti untuk menuju ke arah perbaikan. Menurut Suryabrata dalam Purwanto (2008: 108) masalah adalah kesenjangan antara harapan (das Sollen) dengan kenyataan (das Sein), antara kebutuhan dengan
  • 25. 15 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi yang tersedia, antara yang seharusnya. Adapun contoh-contoh terkait das Sein, das Solle, dan der Vorschlag, yakni: 1) Das Sein (keadaan asli), contohnya: Peserta didik kelas 1 SD tidak dapat memahami kata benda yang berhubungan dengan barang-barang di sekolah. 2) Das Sollen (keadaan yang seharusnya), contohnya: Peserta didik kelas 1 SD seharusnya dapat memahami kata benda yang berhubungan dengan barang-barang di sekolah. 3) Der Vorschlag (saran atau penyelesaian), contohnya: Digunakan gambar-gambar kartun untuk memahami kata benda. Adapun masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber. McMillan dan Schumacher (2001:77-78) memaparkan sumber-sumber masalah penelitian, antara lain: 1) Observasi Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otoritas atau tradisi. 2) Deduksi dari teori Teori merupakan konsep yang masih berupa prinsip umum yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap masalah yang diangkat dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktis tentang teori. 3) Hasil Penelitian Hasil penelitian dapat memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang atau lanjutan. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang perlu diangkat atau diteliti. 4) Masalah Sosial Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya, seringnya terjadi perkelahian antarpelajar sekolah dapat memunculkan pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan moral di sekolah. 5) Situasi praktis Situasi praktis memungkinkan untuk dilakukan penelitian evaluatif.
  • 26. 16 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi 6) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Setiap masalah penelitian harus memiliki latar belakang masalah penelitian. Adapun konteks yang menjadi latar belakang masalah harus diinformasikan agar orang lain mempunyai pemahaman mengapa sesuatu menjadi masalah, setelah terbentuk latar belakang masalah penelitian, maka masalah dapat diidentifikasikan. Cresswell (2012:8) mengemukakan bahwa di dalam identifikasi masalah, sebuah masalah dispesifikasikan, dicari alasan kebenaran dari masalah tersebut, hingga mencari kebutuhan mengapa suatu masalah seyogianya dapat dipelajari bahkan dipecahkan. Adapun Purwanto (2008:115) menjelaskan bahwa identifikasi masalah merupakan kegiatan memecah-mecah kenyataan yang rumit dan kompleks ke dalam satuan-satuan yang sederhana, memungkinkan untuk diamati, serta terukur. Adanya identifikasi masalah di dalam penelitian bertujuan untuk mengurai kekompleksitasan masalah ke dalam formulasi yang lebih sederhana dan mudah dijelaskan. Penguraian kekompleksitasan masalah dalam identifikasi masalah itu dilakukan berdasarkan latar belakang masalahnya. Sebuah masalah penelitian merupakan hal yang penting di dalam proses suatu penelitian. Adapun Cresswell (2012: 59) mengemukakan bahwa masalah penelitian dapat berupa isu-isu pendidikan, hal-hal yang diperdebatkan di dalam masyarakat, atau pun hal-hal yang difokuskan di dalam sebuah penelitian. Selain itu, Cresswell (2012:59) juga menegaskan bahwa sebuah masalah dapat ditemukan pada bagian awal suatu penelitian, yang disebut sebagai perumusan masalah penelitian. Di dalam suatu penelitian, setelah masalah penelitian diidentifikasikan, masalah dibatasi, kemudian dirumuskan. Perumusan masalah merupakan kegiatan yang penting dalam proses penelitian. Menurut Purwanto (2008:118) perumusan masalah adalah memformulasikan masalah penelitian ke dalam rumusan kalimat tanya. Adapun perumusan dalam kalimat tanya tersebut bertujuan agar peneliti berada dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan guna memberikan pemecahan masalah. Adanya rumusan masalah merupakan hal yang penting. Berkaitan dengan hal tersebut, Cresswell (2012:59) menegaskan bahwa tanpa mengetahui rumusan masalah
  • 27. 17 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi sebuah penelitian, tidak akan diketahui alasan mengapa penelitian tersebut penting dilakukan dan mengapa hasil penelitian tersebut harus dibaca sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. Adapun sebuah rumusan masalah penelitian berbeda dengan bagian-bagian lain dalam proses penelitian. Cresswell (2012:60) membedakan rumusan masalah dengan pemilihan topik, tujuan penelitian, dan pertanyaan-pertanyaan penelitian, yakni: 1) Pemilihan Topik Pokok persoalan yang masih bersifat luas untuk diteliti. Misalnya, kemampuan berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa. 2) Perumusan Masalah Berupa isu umum, fokus, atau hal-hal yang bersifat kontroversi di masyarakat yang dipersempit dari topik penelitian. Misalnya, “Apakah ada pengaruh positif dari penerapan pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa?”. 3) Tujuan Penelitian Berkaitan dengan maksud dari suatu objek dijadikan sebuah masalah di dalam suatu penelitian. Misalnya, “Tujuan dari penelitian ini ingin melihat apakah ada pengaruh positif dari penerapan pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa?”. 4) Pertanyaan-pertanyaan Penelitian Berawal dari tujuan penelitian, seorang peneliti akan dapat membuat pertanyaan- pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam penelitiannya. Misalnya, “Hal-hal apa sajakah yang mempengaruhi kemampuan berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa?”. Bass, Dunn, Norton Stewart, dan Tudiver dalam Purwanto (2008:119) mengemukakan bahwa perumusan masalah wajib memuat empat karakteristik, yakni: 1) Memuat hubungan variabel Perumusan masalah wajib memperlihatkan variabel yang hendak ditangani dalam penelitian. Maksudnya, peneliti berada dalam keadaan siap mencari jawaban dan tidak spekulatif.
  • 28. 18 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi 2) Dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan Pertanyaan penelitian dalam perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya. 3) Memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan Masalah harus dapat diuji secara empiris. Hal itu mengandung hal bahwa variabel- variabel yang hendak diuji hubungannya harus memungkinkan pengumpulan data. 4) Tidak menyatakan posisi moral atau etik Pertanyaan ilmiah wajib bersifat netral. Masalah moral atau etik terkait dengan penilaian baik-buruk, indah-jelek, dan sebagainya bukanlah pertanyaan yang baik, karena akan membuat prosedur validasi menjadi sukar. Terlbih lagi, penelitian khususnya kuantitatif mengejar kebenaran yang bersifat positif, objektif, bebas nilai, terukur, dapat diamati, serta dapat diuji. Perumusan masalah penelitian berbentuk tiga macam. Adapun perumusan- perumusan masalah tersebut menurut Sugiyono (2011:56), yaitu: 1) Perumusan masalah deskriptif Perumusan masalah deskriptif Perumusan masalah deskriptif adalah suatu perumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Contoh perumusan masalah deskriptif: “Bagaimana tingkat minat baca dan lama belajar rata-rata per hari peserta didik sekolah di Indonesia?” 2) Perumusan masalah komparatif Perumusan masalah komparatif adalah perumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh perumusan masalah komparatif: “Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di kota dan di desa?” (satu variabel dua sampel) 3) Perumusan masalah asosiatif
  • 29. 19 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Perumusan masalah asosiatif adalah perumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini, terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan interaktif. 1) Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang munculnya bersamaan. Contoh: Adakah hubungan antara gaya belajar peserta didik dengan prestasi peserta didik di sekolah? 2) Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Contoh: Adakah pengaruh pendidikan orangtua terhadap prestasi belajar anak? 3) Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Contoh: Bagaimana hubungan antara motivasi dan prestasi belajar peserta didik SMP di Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang? Sebuah masalah dapat diteliti apabila seorang peneliti dapat dengan mudah mengakses sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber-sumber penelitian yang dibutuhkan dalam penelitiannya dan ahli dengan bidang yang akan ditelitinya. Adapun Cresswell (2012:62) memaparkan lima perihal yang berkaitan dengan kelayakan sebuah masalah untuk diteliti, antara lain. 1) Telitilah suatu masalah penelitian jika penelitian itu dapat mengisi kekosongan yang ada di dalam kepustakaan. Sebuah penelitian dapat mengisi kekosongan yang ada di dalam kepustakaan melalui topik penelitian yang belum pernah diteliti. 2) Telitilah suatu masalah jika penelitian itu terinspirasi dari penelitian sebelumnya tetapi berbeda partisipan dan ranah penelitiannya. Nilai sebuah penelitian dapat meningkat jika hasil dari penelitian tersebut dapat memberi manfaat kepada banyak orang dan suatu wilayah. Adanya hasil penelitian sebelumnya dapat menjadi inspirasi bagi seorang peneliti untuk mengembangkan masalah penelitian. 3) Telitilah suatu masalah penelitian jika penelitian tersebut melanjutkan penelitian sebelumnya atau menjelaskan masalah yang lebih mendalam.
  • 30. 20 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Di dalam suatu penelitian, masalah penelitian yang baik ialah masalah penelitian yang dapat melanjutkan penelitian sebelumnya dengan sebuah topik yang baru atau ranah penelitian yang baru dan membahas masalah lebih mendalam. 4) Telitilah suatu masalah jika penelitian tersebut menjadi aspirasi bagi sekelompok orang yang pendapatnya tidak didengar di dalam lingkungan masyarakat. Suatu penelitian yang dapat menjadi aspirasi bagi sekelompok orang, dapat menambah wawasan bagi banyak orang melalui ide-ide yang dikemukakan di dalam suatu penelitian. 5) Telitilah suatu masalah jika penelitian tersebut dapat memberikan informasi untuk orang-orang yang membacanya. Melalui penjelasan sebuah masalah penelitian, suatu penelitian dapat dengan mudah diidentifikasi teknik-teknik baru, nilai-nilai historis di dalamnya, aatau kebutuhan yang diperlukan di dalam praktik pengajaran bahasa. Adapun setelah proses identifikasi masalah dan perumusan masalah diperoleh, di dalam suatu penelitian, seorang peneliti harus mempertimbangkan penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan, kedua penelitian tersebut memiliki perbedaan karakteristik. Adapun antara masalah penelitian dengan pendekatan penelitian harus memiliki kesesuaian. Karakteristik penting yang dimiliki oleh penelitian kuantitatif ialah menjelaskan dan memprediksi hubungan antara setiap variabel di dalam suatu penelitian. Adapun karakteristik penting yang dimiliki oleh penelitian kualitatif ialah menyelidiki dan memahami konsep-konsep yang ada di dalam suatu penelitian. Perbedaan karakteristik dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif dikemukakan oleh Cresswell (2012:64), yakni: 1) Penelitian Kuantitatif a. Mengukur variabel b. Menaksir pengaruh dari hasil setiap variabel c. Menguji teori atau menjelaskan teori lebih luas lagi d. Penerapan hasil penelitian untuk banyak orang 2) Penelitian Kualitatif a. Memahami perspektif dari setiap individu b. Menaksir proses penelitian dalam banyak waktu
  • 31. 21 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi c. Menghasilkan teori yang berdasarkan perspektif partisipan d. Memberikan informasi yang detil untuk sekelompok orang atau suatu ranah wilayah penelitian C.Variabel Penelitian dan Fokus Penelitian 1. Variabel Penelitian Di dalam suatu penelitian kuantitatif, variabel merupakan komponen yang penting. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian berkenaan dengan variabel penelitian. Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi Cresswell (2010:76). Selain itu, Cresswell (2010:76) juga menambahkan bahwa variabel biasanya bervariasi dalam dua atau lebih kategori atau dalam kontinuum skor. Variabel juga dapat diukur atau dinilai berdasarkan satu skala. Adapun secara teoretis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau suatu objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan yang lain. Variabel dapat juga merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Misalnya, berat badan, tinggi badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut yang dimiliki seseorang. Adapun berat, bentuk, ukuran, atau warna merupakan atribut-atribut dari suatu objek. Selain itu, contoh-contoh variabel dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu, misalnya struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, prosedur atau mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, dan kebijakan. Berkaitan dengan variabel penelitian, terdapat bermacam-macam variabel penelitian. Adapun Cresswell (2010:77) membedakan variabel-variabel di dalam penelitian kuantitatif ke dalam beberapa jenis, antara lain: a) Variabel Independen (Independent Variables) Variabel independen merupakan variabel yang menyebabkan perubahan, mempengaruhi atau berefek pada outcome. Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predicator, antecedent, atau sering juga disebut variabel bebas, yakni merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya perubahan pada variabel dependen. b) Variabel Dependen (Dependent Variables)
  • 32. 22 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Variabel ini merupakan variabel-variabel yang bergantung pada variabel-variabel bebas, sehingga sering disebut dengan variabel terikat, criterion, outcome, dan effect. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. c) Variabel Intervening atau Mediating Variabel intervening atau mediating berada di antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini memediasi pengaruh-pengaruh (memperkuat atau memperlemah) hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel intervening atau mediating ini merupakan variabel penyela yang terletak antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. d) Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah variabel-variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga akibat yang terjadi pada variabel dependen yang disebabkan oleh variabel independen tidak dipengaruhi oleh faktor luar. Variabel kontrol sering digunakan apabila peneliti akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Contohnya, peneliti akan mengetahui pengaruh jenis pendidikan (SMA dan SMK) terhadap keterampilan mengetik. Variabel kontrol yang ditetapkan sama atau konstan, misalnya naskah drama yang diketik, mesin tik yang digunakan sama, ruangan tempat mengetik sama. Dengan adanya variabel kontrol, maka besarnya pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan mengetik dapat diketahui dengan pasti. e) Variabel Moderating Variabel baru yang dapat dikonstruksi sendiri oleh peneliti dengan cara mengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lain untuk mengetahui dampak keduanya. Misalnya, umur X sikap = kualitas hidup. Variabel-variabel ini biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen. 2. Fokus Penelitian Suatu penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya suatu masalah. Adapun Afifuddin dan Saebani (2009: 106) menjelaskan bahwa masalah di dalam penelitian kualitatif disebut fokus penelitian.
  • 33. 23 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Berkaitan dengan fokus penelitian menurut Sugiyono (2007: 32) dapat diintisarikan bahwa dalam penelitian kualitatif, masalah penelitian bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak hanya menetapkan penelitiannya berdasarkan variabel penelitian, tetapi juga keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Selain itu, Afifuddin dan Saebani (2009: 106) juga mempertegas bahwa fokus penelitian di dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan oleh variabel-variabel, tetapi oleh keseluruhan situasi sosial yang menggejala di lapangan penelitian, baik yang berkaitan dengan pelaku, aktivitas, dan situasi kondisi yang saling berintegrasi. Di dalam penelitian kuantitatif, apabila masalah penelitian terlalu luas, maka peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel penelitian. Adapun di dalam penelitian kualitatif, batasan masalah disebut dengan fokus (Sugiyono, 2007: 32). Adapun Afifuddin dan Saebani (2009: 107) menjelaskan bahwa fokus penelitian dalam penelitian kualitatif lebih baik diarahkan pada tiga pendekatan, yakni: a) Informatical approach Fokus penelitian ditentukan dari hasil informasi yang dikemukakan secara langsung oleh key informan (instrumen kunci) yang ada di lokasi penelitian. b) Pendekatan partisipatif murni Hasil penjelajahan secara langsung dengan situasi sosial yang ada di lapangan, dan fokus ditetapkan setelah diperoleh secara apa adanya di lapangan. c) Pendekatan literer atau dokumentatif d) Penentuan fokus penelitian dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian sebelumnya atau melalui permenungan teoretis yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Afifuddin dan Saebani (2009: 109) juga memperjelas bahwa fokus penelitian memuat rincian pertanyaan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap atau digali dalam penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan.
  • 34. 24 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi D. Review Literature (Tinjauan Pustaka) 1. Definisi dan Tujuan Cresswell (2012:9) mengatakan bahwa tinjauan pustaka berarti menempatkan rangkuman-rangkuman, buku-buku, hingga jurnal pada topik tertentu, memilih secara selektif pustaka mana saja yang menjadi tinjauan, kemudian merangkum kepustakaan tersebut secara tertulis. Di dalam tinjauan pustaka tersebut terdapat teori-teori. Penelitian ilmiah didukung oleh teori-teori yang valid dan telah diuji secara ilmiah, sehingga ketika peneliti mendapatkan data di lapangan, data tersebut harus dipadukan dengan teori yang telah ada. Berkaitan dengan tinjauan pustaka, Gay, Mills, dan Airasian (2009:80) menyatakan bahwa tinjauan pustaka mengandung identifikasi yang sistematis, lokasi, dan analisis dokumen-dokumen yang terdiri dari informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Tinjauan pustaka ini digunakan untuk menjelaskan komponen tertulis tentang suatu rencana penelitian atau laporan yang membahas dokumen yang ditinjau. Di dalam sebuah penelitian, tinjauan pustaka merupakan bagian yang penting. Hal ini dikarenakan melalui tinjauan pustaka dapat diketahui mengenai hakikat-hakikat teori dalam sebuah penelitian yang dikaji secara pustaka. Adapun teori-teori tersebut akan digunakan sebagai pengantar peneliti ke lapangan dan sebagai acuan untuk membahas hasil atau temuan penelitian. Mengenai jenis-jenis sumber pustaka, G.Lodico, T. Spaulding, H. Voegtle (2006: 31), menyebutkan beberapa jenis sumber pustaka, antara lain: a. Artikel-artikel dalam jurnal ilmiah b. Laporan-laporan pemerintahan c. Hasil tertulis konferensi d. Buku-buku referensi e. Buku-buku umum f. Tesis g. Website h. Majalah dan Koran i. Hasil wawancara, presentasi, dan seminar
  • 35. 25 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Sumber-sumber pustaka dapat terbagi atas sumber pertama (primary source) dan juga sumber kedua (secondary source). Adapun G. Lodico, T. Spaulding, H. Voegtle (2006:32) menjelaskan bahwa sumber pertama dalam kepustakaan itu menggambarkan artikel atau tulisan atau buku yang ditulis langsung oleh penulisnya. Sebaliknya, sumber kedua dalam kepustakaan menggambarkan sumber, contohnya kutipan yang dipaparkan oleh seseorang, kemudian disampaikan lagi oleh orang lain dalam suatu artikel atau tulisan atau buku. Sumber kedua juga dapat dianggap sebagai sumber penunjang atau sumber pendukung. Di dalam penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, terdapat tinjauan pustaka. Pada penelitian kuantitatif, tinjauan pustaka terdiri atas pencarian secara tuntas, perangkuman dan penelaahan tersebut, misalnya teori, secara logis. Pada penelitian kualitatif, tinjauan pustaka terdiri atas pencarian pustaka relevan yang memungkinkan, peninjauan secara terus-menerus, penintegrasian pustaka ke dalam teks (Mc Millan dan Schumacher, 2001:107). Peninjauan secara pustaka memiliki beberapa tujuan. Mc Millan dan Schumacher (2001:107) memaparkan enam tujuan dari tinjauan pustaka, yakni: a. Untuk memeriksa dan membatasi permasalahan. b. Untuk menempatkan penelitian dalam perspektif yang tepat. c. Untuk menghindari ketidaksengajaan dan ketidakperluan peniruan penelitian sebelumnya. d. Untuk memilih metode penelitian serta pengukuran yang tepat. e. Untuk menghubungkan berbagai pemikiran dari berbagai teori yang ada. f. Untuk mengembangkan hipotesis penelitian. Adapun terkait dengan tujuan utama tinjauan pustaka, Gay, Mills, dan Airasian (2009:80) mengemukakan bahwa tujuan utama tinjauan pustaka adalah untuk menentukan apa yang telah dilakukan yang berkaitan dengan topik penelitian. Hal ini dapat membantu peneliti menghindari duplikasi dengan peneliti lain. Selain itu, juga dapat membantu peneliti menyusun kerangka kerja yang logis. Penelitian- penelitian sebelumnya dapat menyediakan alasan dalam penyusunan hipotesis penelitian dan petunjuk-petunjuk apa yang perlu dilakukan untuk membantu peneliti memberikan alasan manfaat penelitian.
  • 36. 26 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Pada intinya, tinjauan pustaka merupakan perpaduan antara teori-teori penelitian terkait dengan data lapangan yang diperoleh oleh peneliti. Dengan adanya teori-teori yang menunjang data lapangan yang dihasilkan, maka peneliti dapat menemukan pemecahan masalah secara tepat dan sesuai hakikat penelitian itu sendiri. 2. Langkah-langkah Menyusun Tinjauan Pustaka Gay, Mills, dan Airasian (2009:81) memberikan pedoman umum dalam menyusun tinjauan pustaka, yakni: a. Hindari godaan memasukkan segala sesuatu yang ditemukan dalam tinjauan pustaka. Lebih banyak tinjauan pustaka belum tentu lebih baik. Tinjauan pustaka yang lebih sedikit dan tersusun baik tentunya lebih baik daripada tinjauan penelitian yang lebih banyak atau lebih sedikit berhubungan dengan topik. b. Jika meneliti suatu area penelitian yang luas, buatlah tinjauan pustaka yang langsung berhubungan dengan masalah spesifik yang diteliti. c. Jika meneliti suatu area penelitian yang sempit, buatlah tinjauan pustaka yang berkaitan dengan cara yang berarti bagi masalah penelitian. Selain itu, Cresswell (2012:81) mengemukakan mengenai lima langkah dalam melakukan tinjauan pustaka, antara lain: 1) Identifikasi istilah kunci yang digunakan dalam mencari pustaka. Memulai pencarian pustaka dengan menyempitkan topik kepada istilah kunci yang sedikit dengan menggunakan satu atau dua kata atau frase pendek. 2) Carilah pustaka tentang topik dengan berkonsultasi dengan beberapa materi dan database, termasuk yang ada di dalam perpustakaan akademik dan di internet. 3) Evaluasi dan pilihlah secara kritis tentang tinjauan pustaka. 4) Susunlah pustaka yang telah dipilih dengan meringkas atau membuat catatan pada pustaka dan mengembangkan diagram visualnya. 5) Tulislah tinjauan pustaka yang melaporkan rangkuman pustaka untuk dicantumkan dalam laporan penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, adakalanya seorang peneliti menggunakan kepustakaan untuk membuktikan kebenaran dari formulasi hipotesis penelitian. Pada umumnya, peninjauan pustaka umumnya dilaksanakan melalui beberapa
  • 37. 27 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi tahapan. Mc Millan dan Schumacher (2001:110) menjelaskan tahapan-tahapan dalam meninjau pustaka, yaitu: a. Menganalisis pernyataan dan permasalahan. b. Mencari dan membaca sumber kedua dari pustaka, guna membantu penelitian memaparkan permasalahan. c. Memilih daftar-daftar sumber pustaka yang tepat dan memang diperlukan. d. Mengubah pernyataan permasalahan ke dalam deskripsi tertentu. e. Menggunakan pendaftaran buku untuk memudahkan pencarian pustaka. f. Membaca sumber utama dari pustaka, guna mencocokkan sumber-sumber kedua yang akan digunakan. g. Mengorganisasikan catatan-catatan, seperti kutipan-kutipan dari berbagai pustaka. h. Menulis pustaka tersebut. E. Perumusan dan Pernyataan Hipotesis Penelitian 1. Perumusan Hipotesis Penelitian Di dalam sebuah penelitian, hipotesis biasanya menunjuk pada hubungan antara dua variabel. Untuk penelitian dua atau lebih variabel, hipotesis merupakan dugaan tentang kebenaran mengenai hubungan dua variabel atau lebih. Adapun Cresswell (2012:111) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti membuat prediksi atau dugaan tentang hasil hubungan antara sifat dan ciri khas. Selain itu, Gay, Mills, dan Airasian (2009:71) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan sebuah prediksi peneliti mengenai temuan penelitian, dugaan peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel yang menjadi topik penelitian. Di dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif, keduanya memiliki hipotesis. Akan tetapi, terdapat perbedaan hipotesis di dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapun berkaitan dengan rumusan dan pernyataan hipotesis penelitian, Cresswell (2012:125) menjelaskan pedoman dalam merumuskan sebuah hipotesis penelitian, yakni:
  • 38. 28 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi a. Hipotesis harus menyatakan variabel dengan urutan: independen (variabel bebas pada posisi pertama), dependen (variabel terikat pada posisi kedua), dan variabel kontrol (pada posisi ketiga). b. Jika membandingkan kelompok dalam hipotesis, nyatakanlah kelompok dengan jelas. Adapun jika variabelnya berhubungan, spesifikasikan hubungan di antara variabel. c. Buatlah prediksi tentang perubahan yang diharapkan dalam kelompok, contohnya lebih sedikit atau lebih banyak menguntungkan atau tidak ada perubahan (misalnya tidak ada perbedaan). Maka, hal ini perlu diuji kembali prediksi tersebut dengan menggunakan prosedur statistika. d. Sebaiknya, nyatakan informasi tentang partisipan dan tempat penelitian. Akan tetapi, informasi ini boleh jadi tidak perlu jika mengulang informasi dalam pernyataan tujuan. 2. Pernyataan Hipotesis Penelitian Sebuah hipotesis yang baik, di dalam sebuah penelitian, harus dinyatakan secara jelas dan singkat. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:73) menyatakan bahwa hipotesis yang baik yakni hipotesis yang dapat menyatakan adanya hubungan atau perbedaan antara variabel di dalam suatu penelitian, dan mendefinisikan variabel di dalam pengukuran variabel. Berikut model umum pernyataan hipotesis di dalam penelitian eksperimen menurut Gay, Mills, dan Airasian (2009:73) : P yang memperoleh X lebih baik dalam Y daripada P yang tidak memperoleh X (suatu perlakuan di luar X) Keterangan model : P : Partisipan X : Variabel independen (IV) Y : hasil penelitian, pengaruh, atau variabel dependen (DV) Meskipun model yang disampaikan tersebut tidak selalu menunjang, tetapi model tersebut seharusnya tetap dapat membantu peneliti untuk memahami pernyataan dari sebuah hipotesis penelitian.
  • 39. 29 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi 3. Pengujian Hipotesis Penelitian Hipotesis digunakan di dalam penelitian. Berkaitan dengan hipotesis, peneliti memilih sampel, mengukur instrumen, memilih desain penelitian, dan memilih prosedur yang memungkinkan peneliti tersebut dapat mengumpulkan data untuk menguji hipotesis penelitian. Selama penelitian, data-data tersebut dianalisis dengan cara yang memungkinkan peneliti dapat mempertimbangkan apakah data tersebut dapat menunjang hipotesis. Adapun peneliti harus mengingat bahwa analisis data bukan mengacu pada pembuktian hipotesis. Akan tetapi, analisis data tersebut untuk menunjang hipotesis saja. Hasil dari analisis data dapat menunjukkan sebuah hipotesis dapat ditunjang dalam penelitian untuk mengetahui partisipan, konteks, dan instrumen. 4. Definisi dan Tujuan Hipotesis Penelitian Kuantitatif Di dalam sebuah penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan hal yang penting. Melalui dugaan-dugaan peneliti yang mungkin terjadi terhadap variabel-variabel di dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:71) menjelaskan bahwa seorang peneliti sebuah penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sebelum melakukan penelitian karena pokok-pokok penelitiannya ditentukan melalui sebuah hipotesis. Di dalam sebuah penelitian kuantitatif, setiap aspek di dalamnya, seperti partisipan, pengukuran instrumen, desain instrumen, langkah-langkah penelitian, analisis data, dan kesimpulan, saling mempengaruhi. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:71) menegaskan bahwa di dalam penelitian kuantitatif sebuah hipotesis berawal dari teori dan pengetahuan yang diperoleh ketika meninjau pustaka terkait penelitian. Adapun contoh hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang dijelaskan oleh Gay, Mills, dan Airasian (2009:71), seperti sebuah penelitian kuantitatif memperoleh hasil bahwa pengunaan kapur putih lebih efektif daripada kapur kuning di dalam pembelajaran Matematika, selama tidak ada penelitian lain yang membantah penelitian tersebut.
  • 40. 30 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009: 71) mengemukakan beberapa kriteria hipotesis yang baik, antara lain: a. Sebuah hipotesis yang baik harus rasional Hal ini berarti sebuah hipotesis harus berawal dari penelitian sebelumnya atau teori. Adapun hipotesis di dalam suatu penelitian harus menginformasikan hal- hal yang dikonfirmasi atau tidak dikonfirmasi dari penelitian sebelumnya, dan tentunya hipotesis tersebut harus memiliki kegunaan teoretis dan praktis untuk kehidupan. Selain itu, karakteristik utama dari sebuah hipotesis yang baik ialah hipotesis tersebut harus konsisten dengan teori atau penelitian sebelumnya. Contohnya, di dalam suatu penelitian, hasil penelitian dimungkinkan akan mengalami ketidakcocokan dengan suatu teori dalam suatu penelitian. Akan tetapi, sebuah hipotesis penelitian tidak harus selalu konsisten dengan setiap teori penelitian, namun hipotesis harus mengikuti aturan teori yang mendukungnya, tidak hanya sekadar dugaan. b. Sebuah hipotesis yang baik harus menyediakan penjelasan yang masuk akal untuk segala dugaan di dalam suatu penelitian. Contohnya, sebuah penelitian menemukan hasil bahwa orang yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari kebudayaan suatu daerah atau negara tertentu, biasanya memiliki kecenderungan yang tinggi dalam belajar bahasa. c. Sebuah hipotesis yang baik merumuskan sejelas dan sesingkat mungkin hubungan dugaan atau perbedaan dugaan antara variabel-variabel dan definisi variabel operasional serta pengukuran variabel. Artinya, rumusan hipotesis yang jelas dan singkat memudahkan pembaca penelitian dalam memahami penelitian tersebut. Contohnya, sebuah penelitian kuantitatif meneliti hubungan antara keaktifan membaca peserta didik dengan pencapaian kemampuan menulis cerpen pada peserta didik di kelas bahasa. Peneliti berhipotesis bahwa antara keaktifan membaca cerpen peserta didik dengan kemampuan menulis cerpen pada peserta didik di kelas bahasa memiliki korelasi negatif. Hal ini dikarenakan, peserta didik yang tidak aktif membaca cerpen, memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menulis cerpen, dan
  • 41. 31 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi peserta didik yang aktif membaca cerpen, memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menulis cerpen. d. Sebuah hipotesis yang baik, pernyataan dan definisi hipotesis dapat diuji kembali secara empiris. Hal ini berarti, sebuah hipotesis harus dapat diuji kembali keempirisannya dalam periode waktu tertentu melalui pengumpulan dan penganalisisan data. Contohnya, sebuah penelitian menemukan hasil bahwa peserta didik di tingkat kelas 1 SD yang melakukan kegiatan membaca setelah makan siang memiliki ingatan yang lebih besar daripada peserta didik yang tidak melakukan kegiatan membaca setelah makan siang. 5. Jenis-jenis Hipotesis Berkaitan dengan jenis-jenis hipotesis, Cresswell (2012:126-127) mengemukakan perihal dua jenis hipotesis, antara lain: a. Hipotesis Nol (Null Hypothesis/H0 ), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel independen dan dependen, atau tidak adanya perbedaan antara kelompok variabel independen dan dependen. Adapun untuk menguji hipotesis ini dengan memilih sampel kemungkinan sejumlah orang dan menggambarkan kesimpulan dari analisis statistik sampel-sampel yang ada. Hipotesis nol biasanya dimulai dengan menyatakan frase “tidak ada perbedaan antara…” (kelompok) atau “tidak ada hubungan antara…” (variabel). Hipotesis statistik juga sering disebut Hipotesis Nol (Null Hypothesis) dan disingkat H0, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistic. H0 menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Rumusan H0 : Tidak ada perbedaan antara ……………… dengan …………………….. Contoh : Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat 1 dan mahasiswa tingkat 2 dalam keterampilan menulis puisi. Tidak ada pengaruh ……………….. terhadap ……………………
  • 42. 32 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Contoh : Tidak ada pengaruh keaktifan di kelas sastra terhadap nilai akhir perkuliahan sastra. b. Hipotesis Alternatif (Alternative Hypothesis/H1), yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel, tidak adanya persamaan atau adanya perbedaan. Hipotesis ini sering disebut hipotesis kerja, yaitu hipotesis yang merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini, peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian. Contohnya: Ada hubungan antara lama belajar bahasa Inggris dengan keterampilan berbicara pada mahasiswa tingkat 2. Berkaitan dengan hipotesis kerja, Cresswell (2012:127) membagi ada dua macam hipotesis kerja, yaitu: 1) Directional Hypothesis, yaitu menyatakan arah hubungan yang searah. Contoh : Mahasiswa tingkat 3 Bahasa dan Sastra yang menggunakan instruksi multimedia memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada yang menggunakan instruksi manual. 2) Non-Directional Hypothesis, yaitu hipotesis yang menyatakan secara sederhana tentang keberadaan hubungan atau perbedaan di antara variabel-variabel. Contoh : Ada perbedaan siginifikan dalam prestasi belajar mahasiswa tingkat 3 Bahasa dan Sastra yang menggunakan instruksi multimedia dengan yang menggunakan instruksi manual. 6. Definisi dan Tujuan Hipotesis Penelitian Kualitatif Tujuan dan strategi yang digunakan peneliti kualitatif tentu berbeda dengan peneliti kuantitatif. Pada umumnya, peneliti kualitatif tidak menggunakan hipotesis formal. Akan tetapi, peneliti kualitatif menggunakan guiding hypothesis. Para peneliti
  • 43. 33 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi kualitatif, umumnya, juga tidak menguji hipotesis, tetapi peneliti kualitatif menghasilkan hipotesis baru sebagai hasil penelitian mereka. Proses induktif yang umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif didasarkan pada observasi dan pelibatan partisipan secara natural tanpa membuat hipotesis tentang apa yang peneliti observasi dan pelajari. Peneliti kualitatif pada umumnya juga mempersempit topik penelitian mereka. Pada penelitian kualitatif, peneliti mengemukakan ide-ide dan pertanyaan- pertanyaan yang membawa mereka pada hipotesis baru. Sebagai contoh, dalam suatu observasi di sekolah, yakni pada peserta didik kelas 1, peneliti secara akurat dapat mengidentifikasi peserta didik yang cerdas dan peserta didik yang tidak cerdas di kelas dengan cara menghipotesiskan bagaimana guru berkomunikasi dengan peserta didik di kelas melalui tindakan dan kata-kata. Hal ini menunjukkan, bahwa dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi dihasilkan dari penelitian. Melalui guiding hypothesis ini, peneliti kualitatif dapat mengoperasionalkan hipotesis melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan peneltian.
  • 44. 34 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi BAB III Populasi dan Sampling A.Pendahuluan Dalam sebuah penelitian, salah satu hal yang sangat terpenting adalah menentukan populasi dan sampel penelitian. Sebuah penelitian tidak akan diakui keabsyahannya (bias) jika tidak tepat menggunakan populasi dan sampel yang diteliti. Para peneliti sering menganalogikan penelitian yang tidak menentukan populasi dan sampel yang tepat ibarat tiga orang buta menyimpulkan bentuk gajah. Orang buta pertama berkesimpulan bahwa bentuk gajah panjang karena kebetulan ia memegang belalainya saja. Orang buta kedua menyimpulkan bahwa bentuk gajah tipis lebar seperti kipas karena yang ia pegang telinganya saja. Orang buta ketiga menyebutkan bahwa bentuk gajah keras dan besar seperti tembok karena ia meraba tubuh gajah yang besar dan keras. Mana yang benar, tentu tidak ada satu pun orang buta tersebut yang benar karena sampel yang mereka tentukan tidak tepat, hanya sebagian dari bagian tubuh gajah. Oleh karena itu, sebuah penelitian akan mencapai tingkat “kebenaran” atau sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian jika tepat memilih populasi dan mengambil sampel. Berkaitan dengan cara menentukan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif, di mana seorang peneliti harus dapat membedakan antara jumlah populasi dan jumlah sampel serta interpretasinya. Hal mendasar ini menjadi sangat penting manakala sedang menyusun suatu penelitian akademis. Penelitian yang menggunakan sampel disebut penelitian survei, sedangkan penelitian yang menggunakan populasi disebut penelitian sensus. Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai populasi dan menentukan sampel dari populasi tersebut, ditinjau dari penelitian kuantitatif dan kualitatif.
  • 45. 35 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi B.Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kuantitatif Dalam penelitian kuantitatif pada umumnya tidak mengumpulkan data dari seluruh populasi. Hal itu jarang diperlukan apalagi jika populasi sangat besar atau tersebar dalam geografis luas. Jika sampel yang dipilih dengan baik, hasil penelitian pengujian sampel dapat digeneralisasikan untuk populasi. Artinya, hasil penelitian akan berlaku untuk sampel lainnya yang dipilih dari populasi yang sama. Bagaimana kemudian, kita bisa mendapatkan sampel yang representatif yang memadai? Beberapa teknik yang relatif sederhana pengambilan sampel dapat diterapkan untuk memilih apa yang bisa disebut sebagai sampel yang representatif. Prosedur ini tidak menjamin bahwa sampel akan sempurna mewakili populasi, tetapi mereka pasti meningkatkan peluang. Dengan mengikuti prosedur untuk menentukan populasi, memilih sampel acak, menentukan ukuran sampel, menghindari kesalahan sampling dan bias, dan memilih sampel nonrandom akan dijabarkan berikut: 1. Populasi Populasi (population) secara etimologi dapat diartiakan penduduk atau orang banyak yang memiliki sifat universal. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, bisa berupa manusia, gejala-gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah laku, dan lain sebagainya yang menjadi objek penelitian. Menurut Sevilla dkk, 1993 (dalam Mahsun, 2014: 28), menyatakan bahwa populasi sebagai kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi. Selain itu, Sugiyono (2011: 117), menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek itu. Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah sebyek/obyek yang lain. Hal ini berarti populasi jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang- orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya, dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain,
  • 46. 36 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi mislanya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan, dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik. Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya, dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y. Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random (acak), sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representatif (mewakili). 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118). Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). sampel adalah objek dari populasi yang diambil melalui teknik sampling, yakni cara-cara mereduksi objek penelitian dengan mengambil sebagian saja yang dapat dianggap representatif terhadap populasi. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel , yaitu sampel harus representatif dan besarnya sampel harus memadai. Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah.
  • 47. 37 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah jika sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah. 3. Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2011: 118), teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan, diantaranya: a. Probability Sampling Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1) Simple Random Sampling Diakatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. 2) Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. 3) Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu
  • 48. 38 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel karena kedua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP. 4) Cluster Sampling (Area Sampling) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak; ada yang mempunyai hutan banyak, ada yang tidak; ada yang kaya bahan tambang, ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan. Teknik sampel daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. b. Nonprobability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini terbagi menjadi: 1) Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
  • 49. 39 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100. 2) Sampling Kuota Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai karena belum memenuhi kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel. 3) Sampling Insidental Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 4) Sampling Purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. 5) Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
  • 50. 40 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. 4. Menentukan Ukuran Sampel Menurut Sugiyono (2011:126) jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi, bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian? Jawabanya tergantung pada tingkat ketelitian atau tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data. Untuk tingkat kesalahan terdiri dari 1% (0,01), 5% (0,05), dan 10 % (0,1) . Sejalan dengan pendapat di atas, Sujarweni (2008:10) mengatakan jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah jumlah anggota populasi itu sendiri. Untuk penelitian jumlah populasi yang terlalu banyak akan kita ambil untuk dijadikan sampel dengan harapan jumlah sampel yang kita ambil dapat mewakili populasi yang ada. Untuk menentukan ukuran sampel bisa menggunakan rumus Slovin, yaitu:
  • 51. 41 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Keterangan: n = Banyak sampel yang diinginkan N = Populasi e = Tingkat kesalahan yang diinginkan Sebagai contoh penghitungan Rumus Slovin: Populasi responden PT. Germany Aircraft Indonesia berjumlah 200 pegawai, maka sampel yang kita ambil sebagai penelitian jika menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5% adalah: N = 200 orang (jumlah populasi/pegawai) e = e2 = 0,05 dikuadratkan (0,05 x 0,05 = 0,0025) 200 n = 1+ (200 x 0,0025) = 200 = 200 1+ 0,5 1,5 = 133,3 dibulatkan 133 orang/responden. Selain menggunakan rumus di atas, dalam penentuan sampel terhadap populasi, Roscoe dalam buku Research Methods For Business memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai berikut: a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel. b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri- pegawai swasta, dan lain-lain) maka jumlah sampel setiap kategori minimal 30 orang pegawai.
  • 52. 42 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi Contoh: Sampel kategori Jenis Kelamin Jumlah Sampel Pria 30 orang Wanita 30 orang Total sampel 60 orang c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (misalnya: korelasi atau regresi berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 5 x 10 = 50 responden. Jadi rumusnya: Sebagai contoh: Jumlah variabel (independen + dependen) = 5 variabel X1 : Gaya Kepemimpinan X2 : Kepuasan Kerja Variabel Independen (X) X3 : Motivasi Kerja X4 : Kompensasi Y : Kinerja Pegawai Variabel Dependen (Y) 5. Contoh Menentukan Ukuran Sampel Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap peleyanan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50, D3 = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata). Sebelum menentukan jumlah sampel berdasarkan strata pendidikan, terlebih dahulu tentukan jumlah sampel secara umum berdasarkan 1000 populasi dengan menggunakan rumus sampel di atas. Maka di dapat, bila jumlah populasi 1000, dengan kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya: Pekerjaan Jumlah Sampel Pegawai Swasta 30 orang Pegawai Negeri 30 orang Total sampel 60 orang Rumus: Jumlah variabel x 10 5 variabel x 10 = 50 pegawai/responden (sampel minimal)
  • 53. 43 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi n = 1000 1 + (1000 x 0,052) n = 1000 1 + (1000 x 0,0025) n = 1000 1 + 2,5 n = 286 orang/responden Selanjutanya, karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing- masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Maka dilakukan penghitungan dengan cara: S1 = 50/1000 x 286 = 14 D3 = 300/1000 x 286 = 86 SMK = 500/1000 x 286 = 143 SMP = 100/1000 x 286 = 28 SD = 50/1000 x 286 = 14 Jadi, masing-masing untuk jenjang pendidikan, untuk S1 dapat menggunakan 14 responden, D3 menggunakan 86 responden, SMK menggunakan 143 responden, SMP menggunakan 28 responden, dan SD menggunakan 14 responden. C. Data dan Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara pengertian “populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu,
  • 54. 44 Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat di rumah berikut keluarga dan aktivitasnya atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang mengobrol, atau di tempat kerja, di kota, desa, di sekolah atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagi obyek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Tetapi, obyek penelitian kualitatif juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sebagainya. Seorang peneliti yang mengamati secara mendalam tentang perkembangan tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, adalah merupakan proses penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Maka dari itu, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah “populasi dan sampel” tetapi menggunakan istilah “data dan sumber data”. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagi sampel konstruktif karena dengan sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas.