SlideShare a Scribd company logo
1 of 163
Download to read offline
UPAYA MEMBANGUN KINERJA PUSTAKAWAN MELALUI
KERJASAMA INTERNAL PERPUSTAKAAN IPDN KAMPUS
JATINANGOR, JAKARTA DAN DAERAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S. IP)
Oleh:
RATU KARIMA FAUZAN AZHIMA
NIM. 11140251000021
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAMA NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019M / 1440H
i
ABSTRAK
Ratu Karima Fauzan Azhima NIM. 11140251000021. Upaya Membangun
Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Dibawah bimbingan Parhan
Hidayat, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa kerjasama internal
antar Perpustakaan IPDN dan bagaimana upaya membangun kinerja pustakawan
melalui kerjasama internal antar Perpustakaan IPDN. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tehnik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah : obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk
teknik analisis data meliputi : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
Informan penelitian ini berasal dari Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera
Barat. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kerjasama internal yang
telah dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan
Perpustakaan IPDN Kampus Daerah adalah kerjasama redistribusi, kerjasama
penyusunan dan pengembangan katalog induk, kerjasama pengolahan, kerjasam
penyediaan fasilitas dan kerjasama pemberian jasa dan informasi Dalam
praktiknya, masih terdapat hambatan diantaranya adalah kurangnya anggaran,
terbatasnya aula untuk pelatihan rutin, server yang error, dan versi sistem OPAC
yang belum update. Upaya membangun kinerja pustakawan kinerja pustakawan
melalui kerjasama internal adalah adanya pendampingan, pelatihan dan sosialisasi
yang berdampak pada terbantunya staf perpustakaan, terasahnya kemampuan
pustakawan dalam pengolahan serta termotivasinya pustakawan untuk terus
belajar meningkatkan kapasitasnya.
Kata kunci : kerjasama perpustakaan, kinerja pustakawan
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji hanya milik Allah SWT, Zat Yang Maha Agung dan Maha Mulia,
yang telah memberikan nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selawat serta salam semoga tercurah
kepada imam termulia yakni Nabi Muhammad SAW serta para sahabat, keluarga
dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Aamiin.
Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwasanya masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan
doa dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing akademik.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan
4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing penulis yang
telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Nurul Hayati, M.Hum selaku Penguji I dan Ibu Melly Kartika Adelia,
M.Hum selaku Penguji II Penulis, terimakasih atas perhatian dan
masukkannya dalam penyelesaian skripsi ini.
iii
6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sebagai bekal bagi
penulis kedepan.
7. Kepada seluruh Informan penelitian ini yaitu Ibu Eti Sumiati, S.Sos, MM ,
Ibu Annisa Rahmadanita, S.IP, M.Tr.IP , Ibu Rusminarti, S.Pd. dan Ibu
Mike Oktaviani, A.Md. Terimakasih banyak atas kesediannya telah
meluangkan waktu dan berbagi ilmu untuk penelitian ini kepada penulis.
8. Kepada Keluarga Perpustakaan Pusat Penerangan Kementerian Dalam
Negeri yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Terkhusus untuk Bapak Tubagus Hikmat dan Ibu Erna Juwita selaku orang
tua penulis yang tiada henti memberikan dukungan moril maupun materiil
yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Semoga Ummi dan Abi diberikan
kesehatan dan dalam Lindungan Allah Ta‘ala selalu.
10. Teruntuk kakak dan adik penulis, Ratu Naila Izzatul Islam, Tubagus
Hamzah Achyari, Tubagus Ali Ibrahim dan Ratu Husaina Hadida yang
selalu memberikan kehangantan, rasa aman, dan dukungan yang tidak
pernah habis-habisnya untuk penulis.
11. Kepada Sumayyah Squad, Rahmawati, Melpi, Apriana, Cahayatunnisa,
Hany, Fida, Destri, Meliha, dan Nurul yang telah banyak memberikan
keseruan, kekocakan, keharuan dan pelajaran berharga lainnya. Ingat selalu
wajah ane dalam doa Rabithah kalian yaa.
12. Tak lupa kepada teman-teman IP B 2014 atas kebersamaan dan
kekocakkannya selama kurang lebih empat tahun ini. Semoga dilancarkan
selalu urusannya. Aamiin.
iv
13. Teman-teman LDK Syahid, khususnya keluarga LDKS FAH dan
Kaderisasi 21 yang memberikan banyak pengalaman yang berharga.
14. Teman-teman KKN MOKSA 138 yang telah memberikan semangat dan
pengalaman tak terlupakan.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kepada semua
pihak yang telah membantu. Untuk dapat mendekati kesempurnaan, skripsi ini
membutuhkan kritik dan saran dari berbabagai pihak, semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Depok, April 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Definisi Istilah........................................................................................... 7
F. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR.................................................................. 12
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................................... 12
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ......................................... 12
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................... 13
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi .............................. 15
B. Kerjasama Perpustakaan .......................................................................... 16
1. Pengertian Kerjasama Perpustakaan..................................................... 16
2. Fungsi Kerjasama Perpustakaan........................................................... 19
3. Bentuk Kerjasama Perpustakaan.......................................................... 19
4. Sarana Penunjang Kerjasama Perpustakaan......................................... 22
5. Faktor Pendorong Kerjasama Perpustakaan......................................... 25
6. Manfaat Kerjasama Perpustakaan ........................................................ 28
8. Hambatan Kerjasama Perpustakaan ..................................................... 30
C. Kinerja Pustakawan.................................................................................. 31
1. Pengertian Pustakawan......................................................................... 31
vi
2. Kinerja Pustakawan.............................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 38
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................................... 38
B. Kriteria Informan ..................................................................................... 40
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 41
1. Observasi.............................................................................................. 42
2. Wawancara ........................................................................................... 43
3. Analisis Dokumen................................................................................... 43
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 46
A. Profil Objek Penelitian............................................................................. 46
1. Profil Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor ........................................ 47
2. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.......................................... 53
3. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat ............................ 56
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................. 57
1. Kerjasama Internal Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Jakarta, dan Daerah...................................................................................... 58
2. Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinagor, Jakarta dan Daerah ....................... 87
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 99
A. Kesimpulan ............................................................................................... 99
B. Saran........................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Perpustakaan Pusat ............................................................ 49
Gambar 4.2 Stuktur IPDN Kampus Jakarta ......................................................... 55
Gambar 4.3 Struktur IPDN Kampus Sumbar ....................................................... 57
viii
DAFTAR TABEL
3.1 Daftar Nama Informan ................................................................................... 41
3.2 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak ada satupun lembaga informasi yang dapat melayani semua
kebutuhan pemustaka dengan koleksi yang spesifik pada tiap bidangnya.
Sekalipun perpustakaan tersebut adalah perpustakaan besar dengan segala
anggaran yang melimpah. Perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan
informasi serta meningkatakan kinerjanya membutuhkan bantuan
perpustakaan lain. Kebutuhan akan bantuan dari perpustakaan atau lembaga
informasi lain mendorong adanya praktik kerjasama antar perpustakaan.
Kerjasama perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua
perpustakaan atau lebih1
. Istilah kerjasama perpustakaan seringkali
dihubungkan dengan istilah konsosrsium, kolaborasi, dan jaringan. Dengan
berkembangnya teknologi saat ini juga berimbas pada sistem perpustakaan,
hal ini dapat dilihat dari semakin mudahnya akses dalam melihat koleksi di
perpustakaan. Dengan kemajuan tersebut, menjadikan aktifitas perpustakaan
ikut bergantung kepada teknologi. Hal ini juga melekat pada praktik
kerjasama perpustakaan, Seperti yang dinyatakan oleh Siregar bahwa suatu
kerjasama perpustakaan dan sistem jaringan perpustakaan dapat didefinisikan
sebagai sejumlah organisasi yang secara formal berpartisipasi atau saling
1
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014), 8.2.
2
terhubung satu sama lain yang memiliki tujuan yang sama dan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut dan memiliki suatu struktur oraganisasi2
.
Kerjasama bukanlah satu hal yang baru dalam masyarakat kita, kita
telah terbiasa mengenal istilah kerjasama ekonomi, politik dan bidang
lainnya, begitu juga dalam islam, kegiatan kerjasama telah dianjurkan dalam
Al-Qur‘an yang pada salah satu ayatnya berbunyi :
‫ا‬َ‫و‬ ِ‫م‬ْ‫ث‬ِ ْ
‫اْل‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ َ
‫َل‬َ‫و‬ ۖ ٰ
‫ى‬َ‫و‬ْ‫ق‬َّ‫ت‬‫ال‬َ‫و‬ ِّ‫ر‬ِ‫ب‬ْ‫ال‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫او‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫و‬
ُ‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ َ َّ
‫َّللا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ َ َّ
‫َّللا‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ۚ ِ‫ان‬َ‫و‬ْ‫د‬ُ‫ع‬ْ‫ل‬
ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫ع‬ْ‫ال‬
“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kamu kepada Allah, Sungguh Allah sangat
berat siksa-Nya.” ( al-Mâidah (5) : 2 )
Ayat diatas merupakan prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan
siapapun, selama tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan3
dari ayat
tersebut Islam mengatur kegiatan tolong menolong dalam hal kebaikan dan
bukan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Pada tafsir Ibnu Katsir disebutkan makna dari ayat tersebut adalah Allah
Ta‘ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa
tolong menolong dalam berbuat kebaikan, itulah yang disebut dengan al-
birru (kebajikan); serta meninggalkan segala bentuk kemunkaran dan itulah
2
Ni Kadek Ita Astari, I Putu Suhartika, and Ni Putu Priemerieta Haryanti, ―Evaluasi
Kerjasama Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Bali Dengan PT. Telkom Indonesia Dalam
Rangka Meningkatkan Layanan Perpustakaan,‖ Jurnal Ita Galung Universitas Udayana, June
2016.
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Peran, Kesadaran, Dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 3
Surah al-Maidah (Ciputat: Lentera Hati, 2001),13
3
dinamakan dengan at-takwa.4
Dari makna tersebut dapat kita fahami
bahwasanya dengan tolong menolong dalam kebaikan akan mencegah
terjadinya kemungkaran sehingga, tolong menolong menjadi salah satu
refleksi dari bukti ketakwaan. Kerjasama perpustakaan sesungguhnya
menjadi satu cara untuk saling tolong menolong antar perpustakaan..
Selain menjadi wadah untuk saling tolong menolong antar perpustakaan,
kerjasama juga menjadi salah satu kegiatan untuk mewujudkan misi
universitas atau institut yang manaunginya. Hal ini seperti yang disebutkan
oleh McVey dan Farrar dalam Collaboration and Academic Library :
Internal and External, Local and Regional, National and International
menjelaskan bahwa istilah ‗kemitraan‘ ‗fasilitas‘ ‗dukungan‘ dan ‗komunitas‘
adalah tampilan dan ungkapan niat untuk berkolaborasi, serta menggaris
bawahi pentingnya kolaborasi sebagai kontribusi perpustakaan bagi misi
universitas5
.
Institut Pemerintahan Dalam Negeri sebagai lembaga pendidikan tinggi
ikatan dinas kepamongprajaan yang berada dibawah Kementerian Dalam
Negeri bertujuan mencetak kader pemerintah di daerah maupun pusat.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut
Pemerintahan Dalam Negeri bahwa kampus IPDN terdiri atas6
: Kampus
4
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi‘i, 2008), 9
5
Jeremy Atkinson, ed., Collaboration and Academic Library : Internal and External, Local
and Regional, National Dan International., 1st ed. (United Kingdom: Elsevier Ltd., 2018),
https://www.elsevier.com/books/collaboration-and-the-academic-library/atkinson/978-0-08-
102084-5, 56.
6
Kementerian Dalam Negeri RI, ―Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Intitut Pemerintahan Dalam Negeri‖
(Kementerian Dalam Negeri RI, 2018),
4
IPDN Jatinangor yang dipimpin langsung oleh Rektor, Kampus IPDN
Jakarta, dan Kampus IPDN Daerah.
Dalam strukturnya, Rektor IPDN berda pada IPDN Kampus Jatinangor
sehingga kedudukan Kampus Jatinangor adalah sebagai kampus pusat. Untuk
itu, dapat diketahui Kampus IPDN terdiri atas tiga yaitu IPDN Kampus
Jatinangor sebagai kampus pusat, IPDN Kampus Jakarta dan IPDN Kampus
Daerah.
Saat ini kampus IPDN tersebar di beberapa provinsi di Indonesia hal
tersebut disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun
2018 bahwa IPDN Kampus daerah atas IPDN Kampus Sulawesi Utara ;
IPDN Kampus Sulawesi Selatan; IPDN Kampus Sumatera Barat di; IPDN
Kampus Nusa Tenggara Barat; IPDN Kampus Kalimantan Barat; dan IPDN
Kampus Papua.
Dengan hadirnya kampus-kampus IPDN yang tersebar dibeberapa
provinsi di Indonesia, maka tercipta unit-unit perpustakaan pada kampus-
kampus tersebut untuk menunjang Tri Dharma di IPDN secara keseluruhan.
Unit-unit perpustakaan yang ada dikampus daerah ini tentunya memiliki
kelebihan dan kesulitannya masing-masing. Kesulitan yang dialami oleh
perpustakaan salah satunya adalah SDM Pustakawan. Pustakawan adalah
seorang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki
pendidikan perpustakaan secara formal7
https://www.kemendagri.go.id/media/documents/2018/08/01667c4f87802528c2e19222ca97bd68.p
df.
7
Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013), 3.
5
SDM Pustakawan menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan
sebuah perpustakaan. Perlu disadari bahwa, pustakawan adalah aparatur
pemerintah atau abdi negara dan pelayan masyarakat.8
Sehingga pelayanan
perpustakaan yang diberikan kepada pemustaka baik dan buruknya, juga
bergantung kepada pustakawan.
Pada kondisinya masing-masing, tidak semua perpustakaan memiliki
kemampuan SDM yang sama. Begitu juga pada unit perpustakaan IPDN
pusat Jakarta, dan daerah. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya
yang pernah dilakukan oleh Perpustakaan Pusat Penerangan Kementerian
Dalam Negeri pada tahun 2017 mengenai Evaluasi Pelayanan dan Penataan
Perpustakaan Kementerian Dalam Negeri, pada penelitian tersebut diketahui
beberapa perpustaakaan unit IPDN yang ada di daerah memiliki jumlah
pustakawan, koleksi, serta kendala yang berbeda. Dan SDM menjadi salah
satu hal yang perlu ditingkatkan. Tentunya, Perpustakaan IPDN berupaya
untuk meningkatkan hal tersebut terutama pada sumber daya tenaga
perpustakaan, dengan tersebarnya kampus IPDN di berbagai daerah tentu
adanya kerjasama internal diantara Perpustakaan IPDN Jatinangor, Jakarta
dan Daerah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik
untuk mengambil judul “Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui
Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta
dan Daerah“
8
Gatot Subrata, ―Upaya Pengebangan Kinerja Pustakawan Perguran Tinggi Di Era
Globalisasi Informasi,‖ Pustakawan Perpustakaan UM, Oktober 2009,
http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Upaya%20Pengembangan%20Kinerja%2
0Pustakawan.pdf, 12.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih memahami dan menghindari bahasan diluar konteks, maka
penulis memberikan beberapa batasan, agar penelitian dapat terfokus
sehingga sesuai dengan yang hendak ingin dicapai. Penulis ingin megetahui
mengenai kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta
dan Daerah dan upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama
internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Untuk
itu penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor, Jakarta dan Daerah?
2. Bagaimanakah upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama
internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan manfaat dan latar belakang yang telah disampaikan diatas
maka, adapun tujuan penelitian ini yakni :
1. Untuk mengetahui, kerjasama internal yang ada di Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus Daerah
2. Untuk mengetahui, upaya membangun kinerja pustakawan melalui
kerjasama internal perpustakaan IPDN Jatinagor, Jakarta dan Daerah
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai yaitu :
7
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan
bagi Ilmu Perpustakaan mengenai kerjasama perpustakaan
terutama dalam meningkatkan kinerja pustakawan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menajadi sebuah rujukan yang
dapat diakses pada Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis
dan pembaca mengenai kerjasama perpustakaan dan pengaruhnya
pada kinerja pustakawan
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor , Jakarta dan Daerah.
E. Definisi Istilah
1. Kerjasama Perpustakaan
Merupakan sebuah kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih,
yang mana kegiatan tersebut dapat meruntuhkan batas-batas antar
institusi, antar kawasan dan antar wilayah agar layanan yang lebih baik
dapat disediakan.
2. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 13
Tahun 2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi
menjelaskan Perpustakaan perguruan tinggi adalah bagian integral dari
kegitan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan
8
berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya
tujuan pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi9
3. Kinerja
Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral ataupun etika. 10
4. Pustakawan
Menurut UU No. 43 tahun 2007 Pustakawan adalah seorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau
pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.11
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini dimaksudkan utuk mengetahui bahwa
sebelumnya telah ada yang melakukan penelitian mengenai hal yang sama
namun berbeda dalam pembahasannya. Berikut penelitian yang relevan
dengan skripsi yang penulis teliti :
1. Penelitian terdahulu yang pertama merupakan sebuah jurnal yang
berjudul Model Jaringan Kerjasama antar Perpustakaan
9
Kepala Perpustakaan Nasional RI, ―Peraturan Kepala Perpustakaan RI No. 13 Tahun
2017 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi‖ (Perpustakaan Nasional RI, 2017),
https://www.perpusnas.go.id/webforms/uploads/law/1709210854302mwUYG7rvf.pdf.
10
Prawirosuntono and Suryadi, Kebijakan Kinerja Karyawan (Yogyakarta: BPFE, 2008),
25
11
Testiani Makmur, Budaya Kerja Pustakwan Di Era Digitalisasi : Perspektif Organisasi,
Relasi, Dan Individu (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 8
9
Perguruan Tinggi Islam di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Ditulis
oleh Yunus Winoto, Universitas Padjajaran. Jurnal ini bertujuan
untuk menemukan model jaringan Perpustakaan Universitas Islam
yang ada di Jawa Barat. Persamaan penelitian ini dengan penulis
adalah mengambil jenis objek yang sama yaitu perguruan tinggi
serta membahas mengenai kerjasama. Sedangkan perbedaannya
adalah pada pembahasannya penelitian ini membahas mengenai
model jaringan kerjasama sedangkan penulis membahas bentuk
dan sarana penunjang kerjasama internal, selain itu pendekatan
yang digunakan berbeda, pada penelitian ini menggunakan
pendekatan campuran sedangkan penelitian yang penulis lakukan
menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Kemudian penelitian yang kedua merupakan sebuah skripsi yang
berjudul berjudul Pengaruh Kinerja Pustakawan terhadap
Kepuasan Pemustaka pada Perpustakaan Universitas Indonesia.
Ditulis oleh Nurun Nafidah Program Studi Ilmu Perpustakaan FAH
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015, skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja pustakawan terhadap kepuasan
pemustaka pada Perpustaan Indonesia. Perbedaan penelitian ini
dengan penulis terletak pada tempat objek penelitian yang mana
penelitian yang ini dilaksanakan di Universitas Indonesia,
sedangkan penulis di IPDN Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus
Jakarta. Perbedaan yang kedua adalah dari pendekatan penelitian
yang mana pendekatan penelitian ini adalah kuntitatif sedangkan
10
penelitian penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Persamaan
penelitian ini dengan penulis ialah sama-sama membahas mengenai
pengaruh kinerja pustakawan sebagai salah satu variable dari judul
yang diambil.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyususnannya, maka penulis membagi
pembahasan penelitian ini menjadi lima bab, yang masing-masing terdiri dari
beberapa subbab, adapun sistematika penulisan tersebut yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
istilah dan sisitematika penulisan.
BAB II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian-kajian
kepustakaan yang berkaitan dengan pengertian perpustakaan
perguruan tinggi, tujuan perpustakaan perguruan tinggi, tugas dan
fungsi perpustakaan perguruan tinggi, pengertian kerjasama
perpustakaan, fungsi kerjasama perpustakaan, tujuan kerjasama
perpustakaan, bentuk kerjasama perpustakaan, sarana penunjang
kerjasama, faktor pendorong kerjasama perpustakaan, manfaat
kerjasama perpustakaan, hambatan kerjasama perpustakaan,
pengertian pustakawan dan kinerja pustakawan.
11
BAB III Metode Penelitian
Bab ini memuat jenis pendekatan penelitian, kriteria informan,
teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan
penelitian terdahulu dan jadwal penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat profil Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, dan Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat serta hasil penelitian mengenai Upaya
Membangun Kinerja Pustakawan melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinagor, Jakarta dan Daerah
BAB V Penutup
Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
penulis setelah melakukan penelitian di Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor, Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 13 Tahun
2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi menjelaskan
Perpustakaan perguruan tinggi adalah bagian integral dari kegitan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan berfungsi
sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi12
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada
perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi
dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi
mencapai tujuannya. 13
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di
lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademi dan pendidikan
tinggi lainnya, yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu
perguruan tinggi.14
Hadirnya perpustakaan perguruan tinggi menjadi salah
satu yang tidak dapat dipisahkan dari perguruan tinggi, kekayaan
12
Kepala Perpustakaan Nasional RI, ―Peraturan Kepala Perpustakaan RI No. 13 Tahun
2017 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi.‖
13
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014), 2.17.
14
Abdul Rahman Saleh and Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), 17.
13
intelektual dari civitas akademika lembaga pendidikan tersebut
dicerminkan dari hadirnya perpustakaan perguruan tinggi.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
perguruan tinggi merupakan bagian integral dari Tri Dharma pendidikan
yang berada pada lingkungan perguruan tinggi, sekolah tinggi, akademi
tinggi dan pendidikan tinggi lainnya yang bertujuan untuk mendukung
pendidikan tinggi yang lembaga menaunginya.
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan sebagai salah satu tempat penyimpanan hasil imu
pengetahuan yang telah lama dibangun sebagai salah satu pusat ilmu
pengetahuan memiliki beberapa tujuan diantaranya ialah15
:
a. Sebagai tempat penyimpanan
Hasil pemikiran dan temuan manusia agar dapat digunakan dan
disebarluaskan maka harus dituangkan kedalam beberapa bentuk
media yang digunakan sesuai zamannya. Bentuk-bentuk tersebut
dapat berupa tercetak, tertulis, terekam, elektronik dll.
Perpustakaan dalam hal ini bertugas untuk menyimpan hasil karya
manusia tersebut sehingga hasil karya tersebut tidak hilang, dapat
digunakan dan disebarluaskan.
b. Sebagai tempat penelitian
Sebagai tempat yang juga mendukung adanya penelitian, maka
perpustakaan memiliki peran penting dalam penyediaan informasi.
15
Abdul Rahman Saleh and Fahidin, 16.
14
Di dalam menunjang program penelitian ini perpustakaan bertugas
menyediakan daftar buku, daftar artikel, majalah ilmiah,
membuat/menyusun abstrak tulisan-tulisan ilmiah seperti laporan
penelitian, disertasi maupun artikel majalah dan sebagainya.
c. Sebagai sumber informasi
Perpustakaan hadir karena dibutuhkan. Hal ini tidak terlepas dari
peran pemustaka sebagai sasaran perpustakaan. Perpustakaan
sebagai sumber informasi merupakan salah satu tujuan dari
perpustakaan.
d. Sebagai sarana pendidikan
Perpustakaan yang berada dalam lembaga pendidikan memiliki
peran penting untuk mendukung berlangsungnya pendidikan yang
ada di lembaga tersebut. Pendidikan seumur hidup ini tidak
dirasakan pada perpustakaan dibawah lembaga tersebut karena
memiliki keterbatasan informasi yang dibutuhkan, berbeda dengan
perpustakaan umum, pendidikan seumur hidup ini dapat terwujud
dengan hadirnya perpustakaan daerah yang memang diperuntukkan
untuk hasl tersebut.
e. Sebagai pemelihara budaya
Perpustakaan juga memiliki fungsi sebagai pemelihara budaya,
perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan tapi juga
sebagai identitas dari lingkungan manusia sekitarnya. Sebagai
salah satu pemelihara budaya, biasanya perpustakaan
15
mengumpulkan koleksi berupa bahan bacaan yang dapat
meningkatkan apresiasi budaya masyarakat.
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Sutarno terdapat tiga garis besar dari tugas perpustakaan16
,
yaitu :
a. Tugas menghimpun infomasi, beberapa kegiatan dalam
menghimpun informasi ini berupa mencari, menyeleksi,
menyediakan koleksi perpustakaan yang lengkap dan sesuai
dengan jumlah, jenis, dan mutu yang dibutuhkan oleh organisasi
yang menaunginya.
b. Tugas mengelola, kegiatan mengelola ini meliputi proses
pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan,
mempermudah penelusuran, dan merawat bahan pustaka agar
mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan pustaka.
c. Tugas memberdayakan dan memberikan layanan yang maksismal.
Kegiatan ini meliputi promosi, publikasi dan sosialisasi kepada
pemustaka. Tanpa adanya kegiatan ini perpustakaan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, kesadaran pemustaka untuk
mengetahui fasilitas yang dimiliki perpustakaan adalah penting,
semakin banyak dan beragamnya pemustaka maka peningkatan
layanan perpusakaan akan semakin baik.
16
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2010), 50.
16
Menurut Saleh dan Fahidin fungsi perpustakaan perguruan tinggi
dapat ditinjau sedikitnya dari dua segi yaitu17
:
a. Dari segi program kegiatan
1) Untuk mengumpulkan informasi
2) Untuk mengolah mengolahan informasi
3) Untuk menelusur informasi
4) Untuk memanfaatan informasi
5) Untuk menyebarluasan informasi
6) Untuk memelihara dan melestarikan informasi
b. Segi program layanan
1) Sebagai sentral layanan informasi bagi program pendidikan
juga pengajaran.
2) Sebagai sentral layanan informasi bagi program penenlitian
3) Sebagai sentral layanan informasi bagi program pengabdian
kepada masyarakat.
B. Kerjasama Perpustakaan
1. Pengertian Kerjasama Perpustakaan
Kerjasama menurut KBBI ialah kegiatan atau usaha yang dilakukan
oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk
mencapai tujuan bersama.18
Kerjasama menurut Merriam Webster
Dictionary yang dikutip dari Budi Wibowo memiliki beberapa definisi,
yaitu : a. kemauan dan kemampuan untuk bekerja dengan orang lain; b.
17
Abdul Rahman Saleh and Fahidin, 18.
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi
Keempat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008).681
17
berhubungan, mengorganisir; c. berhubungan dengan, gabungan antara 2
(dua) atau lebih organisasi.19
Kemudian pengertian kerjasama jika dilihat
dari kata bahasa inggris yaitu Cooperation, yang berasal dari kata latin.20
Kata Cooperation ini terdiri dari co, artinya ‗bersama-sama‘, dan
operation yang artinya bekerja.21
Kemudian, kerjasama secara umum dapat diartikan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk dapat menyelesaikan suatu
tujuan bersama secara maksimal.22
Menurut Sulistyo Basuki kerjasama
perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau
lebih23
. Menurut Pilling Kerjasama perpustakaan merupakan sebuah
kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih, yang mana kegiatan
tersebut dapat meruntuhkan batas-batas antar institusi, antar kawasan dan
antar wilayah agar layanan yang lebih baik dapat disediakan.24
Selanjutnya menurut Edmonds dalam Macdougall Kerjasama
perpustakaan merupakan sebuah timbal balik berbagi sumber daya atau
sering disebut resource sharing yang dilakukan oleh dua atau lebih
badan.25
Hal ini juga senada dengan pendapat Verzosa yaitu :
“ library cooperation refers to a reciprocally beneficial sharing of
resources developed or pre-existing by two or more libraries, or, it
19
Budi Wibowo, ―Kerjasama Perpustakaan Sebagai Upaya Institutional Empowerment
Di BPAD DIY,‖ Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, 2017, bpad.jogjaprov.go.id.
20
J. Dwi Narwoko and Bagong Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan (,
Edisi Keempat (Jakarta: Kencana, 2004), 58.
21
Laksmi, Konsep Dan Praktik Kerja Sama Antar Individu Di Lembaga Informasi
(Jakarta: ISIPII, 2015), 2.
22
Laksmi..., 2.
23
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, 8.2.
24
Stella Pilling and Stephanie Kenna, Cooperation in Action (London: Facet Publishing,
2002).,xi
25
Alan Macdougall, Handbook of Library Cooperation (London: Goewr, 1991)., 67
18
may be an umbrella term for a wide spectrum of cooperation
processes and mechanisms for libraries.”26
Pendapat diatas jika diterjemahkan adalah bahwa kerja sama perpustakaan
mengacu pada pembagian manfaat secara timbal balik dari sumber daya
yang dikembangkan atau sudah ada sebelumnya oleh dua atau lebih
perpustakaan, atau, mungkin saja suatu istilah umum untuk spektrum luas
proses dan mekanisme kerja untuk perpustakaan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan kerjasama perpustakaan
merupakan kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih saling
memberikan timbal balik berbagi sumber dan peningkatan pelayanan yang
dapat meruntuhkan sekat institusi dan wilayah untuk terciptanya pelayanan
yang maksimal.
Dengan adanya kegiatan kerjasama perpustakaan maka terwujudnya
komunikasi antar perpustakaan yang terlibat. Tanpa adanya komunikasi
yang berjalan dengan lancar maka kerjasama yang dilakukan akan
terhambat. Kerjasama memiliki dua hal pokok yaitu mewujudkan visi dan
misi perpustakaan dan secara bersama-sama memperoleh nilai tambah
atau manfaat atas terjalinnya kerjasama perpustakaan tersebut. 27
26
Fe Angela M. Verzosa, ―Library Consortia and Cooperation In This Digital Age :An
Overview of The Philipphine Experience,‖ Eprints, 2004, 1–16,
http://eprints.rclis.org/11223/2/Library_consortia_and_cooperation.pdf.
27
Suprihati, Manajemen Perpustakaan : Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat
Terampil (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004), 67
19
2. Fungsi Kerjasama Perpustakaan
Kegiatan kerjasama sendiri turut mendukung visi dan misi dari
lembaga induk serta fungsi perpustakaan itu sendiri. Adapun fungsi dari
kerjasama ialah :
a. Komunikasi dapat terjalin antar perpustakaan
b. Tukar menukar informasi
c. Pemberdayaan SDM
d. Pemberdayaan koleksi
e. Pemberdayaan sarana dan prasarana
3. Bentuk Kerjasama Perpustakaan
Menurut Rupadha terdapat 6 point bentuk kerjasama perpustakaan,
diantaranya ialah28
:
a. Kerjasama Pengadaan
Dalam kerjasama ini perpustakaan atau lebih bersama-sama
mengambil keputusan untuk melakukan pembelian buku menurut
subjek yang telah ditentukan secara bersama-sama atau masing-masing
perpustakaan sepakat mengadakan buku sesuai dengan subjek masing-
masing.
b. Pertukaran dan Redistrubusi Publikasi
Bentuk ini diwujudkan dalam pertukaran publikasi atau buku yang
dimiliki sebuah perpustakaan dengan publikasi atau buku lebih yang
dimiliki perpustakaan lain. pertukaran dilakukan dengan metode
28
I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif
Mengoptimalkan Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan,‖ Academia Edu, November 7,
2018, 1–7, https://unram.academia.edu/IKOMANGRUPADHA.
20
langsung atau melalui biro pusat. Pada metode langsung pertukaran
dilakukan antar sesama perpustakaan, biasanya menggunakan dasar
pertukaran 1:1 artinya satu buku ditukar dengan 1 buku tanpa
memandang tebal dan tipisnya buku maupun harga. Kemudian
kerjasama dalam hal redistribusi merupakan pemindahan penyimpanan
koleksi atau publikasi dikarenakan ruang yang ada tidak dapat
menampung koleksi tersebut, kemudian buku tersebut ditawarkan
kepada perpustakaan lain yang memang membutuhkan koleksi tersebut
untuk disimpan di perpustakaannya.
c. Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk
Katalog induk adalah katalog dari dua perpustakaan atau lebih. Katalog
induk bertujuan untuk mengetahui dimana lokasi sebuah buku, karena
di dalamnya selalu tercantum lokasi perpustakaan yang memiliki buku.
d. Kerjasama Pengolahan
Mencakup pengolahan berupa pengkatalogan, kalsifikasi serta
penentuan tajuk subjek. Menurut lokasi pengolahan dapat dibagi
menjadi pengolahan terpusat dan pengolahan regional.
e. Kerjasama Penyediaan Fasilitas
Bentuk kerjasama ini adalah salah satu perpustakaan memberikan akses
kepada perpustakaan lain untuk dapat menggunakan fasilitas dari
perpustakaan tersebut seperti penggunaan mesin fotokopi, meminjam
koleksi, menggunakan jasa penelusuran dan sebagainya. Bentuk ini
sepertinya sudah tidak relevan untuk sekarang. Karena tiap
21
perpustakaan hampir semua memberikan akses kepada tiap orang yang
berkunjung.
f. Kerjasama Pemberian Jasa Informasi
Dalam bentuk kerjasama ini dua perpustakaan atau lebih bersepakat
untuk saling memberikan inofmrasi. Kerjasama pemeberian jasa
informasi tidak hanya dalam lingkup peminjaman koleksi saja, namun
menyangkut semua aspek fasilitas yang dimiliki perpustakaan yang
bekerjasama.
Kemudian menurut Laksmi dalam Konsep dan Praktik Kerja Sama
antar Individu di Lembaga Informasi menjelaskan rincian praktik
kerjasama para individu di dalam bentuk kerjasama perpustakaan29
:
a. Kerjasama pengatalogan terkomputerisasi. Kerjasama ini merupakan
kerjasama untuk membangun OPAC (Online Public Access
Catalogue) atau melalui situs web. Para pekerja di lembaga informasi
perlu bekerjasama untuk menyamakan sistem yang bisa digunakan
bersama. Hal ini untuk memudahkan perpustakaan yang ikut
bekerjasama agar dapat saling terhubung.
b. Kerjasama penyusunan katalog induk. Perbedaan bentuk kerjasama ini
dengan kerjasama pengatalogan terkomputerisasi ialah bentuk
kerjasama ini adalah untuk membantu dalam pelaksanaan pinjam antar
perpustakaan. Teknis bentuk kerjasama ini adalah salah seorang
professional informasi mengumpulkan katalog dari tiap perpustakaan
29
Laksmi, Konsep Dan Praktik Kerja Sama Antar Individu Di Lembaga Informasi, 77.
22
yang bekerjasama kemudian menyusunnya dalam satu format yang
telah disepakati bersama.
c. Kerjasama pertukaran bibliografi. Kerjasama ini untuk memudahkan
perpustakaan yang bekerjasama untuk dapat saling bertukar data
bibliografi, hal ini untuk memudahkan akses dalam melihat koleksi
dari perpustakaan lain.
d. Kerjasama pelatihan. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh satu
perpusatakaan atau lebih untuk dengan menghadirkan narasumber dari
pihak perpustakaan yang menyelenggarakan atau mengundang tenanga
ahli atau instruktur pelatihan dari perpustakaan atau lembaga lain.
Pelatihan ini dapat memberikan wawasan dan keahlian baru bagi SDM
di perpustakaan yang ikut dalam kegiatan kerjasama tersebut.
4. Sarana Penunjang Kerjasama Perpustakaan
Sarana penunjang kerjasama merupakan alat dalam berbagai bentuk
yang dapat memudahkan dalam kegiatan kerjasama. Menurut Rupadha
terdapat beberapa bentuk sarana / alat-alat penunjang kerjasama
perpustakaan antara lain30
:
a. Penerbitan direktori perpustakaan
Direktori perpustakaan memudahkan antar perpustakaan
berkomunikasi dalam kegiatan kerjasama perpustakaan.direktori
ini memuat alamat perpustkaan, direktori ini perlu dimiliki oleh
30
I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif Mengoptimalkan
Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan,‖ Academia Edu, n.d., 1–7.
23
perpustakaan yang menjadi vocal point dalam kegiatan kerjasama
perpustakaan.
b. Penerbitan daftar tambahan koleksi baru
Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini perpustakaan
dapat memanfaatkan situs nya untuk dapat terhubung dengan
perpustakaan lain dengan menambahkan link perpustakaan lain
kedalam situsnya, sehingga koleksi terbaru perpustakaan lain dapat
dilihat dari situsnya masing-masing.
c. Penyusunan katalog induk
Fungsi dari katalog induk ialah merpermudah penyalinan katalog
(copy cataloging), mendukung pengawasan bibliografi
(bibliographic control), dan mendukung silang layan (inter library
loan)31
Secara manual penyunan katalog induk memerlukan waktu
dan biaya yang banyak. Saat ini perpustakaan dapat memanfaatkan
situs yang telah terintegrasi lewat link dengan situs perpustakaan
yang ikut bekerjasama, dari link bersama tersebut dapat
memudahkan perpustakaan yang terhubung dapat salaing
mengetahui koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan yang ikut
bekerjasama.
d. Penyusunan dan penyeragaman standar
Adanya pembinaan berbagai standar untuk keseragaman dan
kemudahan komunikasi antar perpustakaan.32
format formulir,
31
Hermawan, ―Pengertian Katalog Dan Katalog Induk,‖ Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Timur, June 22, 2010, <https://perpustakaan.kaltimprov.go.id.>
32
I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif
Mengoptimalkan Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan.‖
24
peraturan katalogisasi, format data hingga penentuan biaya dan
sebagainya. Merupakan beberapa usaha kerjasama untuk
menyederhanakan prosedur kegiatan di perpustakaan. hal ini dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama antar perpustakaan.
e. Pembinaan SDM / tenaga pustakawan
Pengelolaan merupakan salah satu modal perpustakaan untuk dapat
memberikan layanan maksimal namun, pengelolaan ini sangat
bergantung kepada SDM perpustakaan sehingga untuk dapat
meningkatkan kinerja SDM perpustakaan yang lebih baik maka
perlu adanya pembinaan kepada SDM perpustakaan. Pembinaan
tersebut dapat dalam bentuk program pendidikan dan formal.
Program pendidikan diantanya penataran, seminar, loka karya,
magang, pendidikan formal, maupun peminjaman SDM
perpustakaan kepada perpustakaan yang membutuhkan.
Sarana penunjang tersebut beberapa diantaranya tidak relevan
untuk dapat dilakukan pada saat ini, dengan semakin berkembangnya
teknologi dan informasi akan membuat kerjasama menjadi lebih sederhana
dengan menyesuaikan kebutuhan dari perpustakaan tersebut, terkadang
kerjasama yang dilakukan hanya dengan menggunakan sistem jaringan
agar saling terhubung bagi perpustakaan yang berkerjasama, namun untuk
pembinaan SDM/ tenaga pustakawan dapat digunakan sebagai salah satu
pemerataan kompetensi bagi perpustakaan yang terlibat.
25
5. Faktor Pendorong Kerjasama Perpustakaan
Kerjasama perpustakaan memiliki alasan untuk dipraktikkan. Alasan-
alasan ini menjadi faktor pendorong adanya kegiatan kerjasama
perpustakaan. Menurut Moore dan Carpenter dalam Cooperation in Action
terdapat faktor-faktor kunci yang dapat mempengaruhi kerjasama
perpustakaan, diantaranya ialah33
:
a. Critical Size
Terdapat dua aspek yang pada faktor ukuran ini.Aspek pertama
ialah menyangkut jangkauan dan hubungan yang erat antar daerah
geografis, kepadatan populasi yang dilayani oleh program-program
kerjasama. Dalam keadaan geografis yang tidak saling berdekatan
meungkinkan perpustakaan untuk melakukan aktivitas kerjasama,
yang mana perpustakaan yang berada di daerah terpencil yang
memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi dibandingkan
dengan perpustakaan besar yang berada di tengah kota.
Dengan kegiatan kerjasama tersebut perpustakaan yang berada di
daerah terpencil setidaknya dapat terbantu dengan adanya kerjasama
dengan perpustakaan yang berada di tengah kota. kemudian aspek
yang kedua ialah skala konsorsium atau kemitraan kerja. Ketika
jumlah mitra bertambah maka perlu dibentuk unit koordinasi yang
nantinya akan memainkan fungsi manajemen yang dapat
mengembangkan kerjasama perpustakaan.
b. Source of funding
33
Stella Pilling and Stephanie Kenna, Cooperation in Action (London: Facet Publishing,
2002), 81.
26
Pada point sumber pendaan, perpustakaan perlu menyadari
bahwasanya aktivitas kerjasama berjalan bukan tanpa biaya. Kegiatan
kerjasama adalah investasi untuk dapat mengembangkan layanan
yang lebih baik. Pendaan akan menunjukkan seperti apa aktivitas
kerjasama yang dilakukan. dengan adanya pendaan akan mendorong
perpustakaan untuk melakukan kerjasama.
c. Control and management structures
Dengan semakin meningkatnya kontrol dan pengaturan struktur
berdampak pada efektifnya kegiatan kerjasama yang dilakukan. Pada
realitanya aktivitas kerjasama seringkali berjalan tanpa arahan yang
tepat. Perlu adanya mekanisasi yang yang jelas agar tujuan kerjasama
yang hendak dicapai dapat terealisasi dengan efektif dan tepat
sasaran.
d. Models of co-operation
Pada model kerjasama konvensional, kelompok perpustakaan
berkumpul untuk membentuk konsorsium untuk melakukan suatu
kegiatan atau untuk menyediakan layanan bersama. Konsorsium
biasanya dikelola oleh komite, baik dipilih oleh anggota atau dimana
masing-masing pasangan memiliki tempat yang sama. Pekerjaan
konsorsium dibagi antara anggota lebih atau kurang sama dan
masing-masing menerima manfaat yang mereka rasa sejalan dengan
biaya kontribusi yang dibuat.
27
Kemudian Menurut Rupadha terdapat beberapa faktor pendorong
terjadinya kerjasama perpustakaan diantaranya34
:
a. Adanya kemajuan di bidang IPTEK ,
Hal ini berdampak pada semakin beragamnya bentuk informasi yang
telah dipengaruhi teknologi, seperti dengan hadir ebook dan sumber
informasi online lainnya.
b. Perkembangan Lembaga Pendidikan.
Dengan semakin pesatnya lembaga pendidikan dari berbagai tingkat
dan bidang berbanding lurus semakin meningkat dan beragamnya
permintaan informasi oleh pemakai dari waktu ke waktu.
c. Kemajuan dalam Berbagai Bidang Teknologi
Dunia usaha, industri, dunia perdagangan semakin berkembang dengan
pesat, mengakibatkan adanya tuntutan peningkatan profesionalisme
indivudu untuk dapat memiliki keterampilan untuk dapat bersaing.
Sehingga literature dan bahan bacaan menjadi salah satu cara untuk
dapat meningkatkan pengembangan keterampilan.
d. Berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information
and Commuication Techonology/ ICT).
Dengan semakin berkembanganya teknologi dan telekomunikasi
menjadikan kerjasama dapat dilakukan dengan mudah dan murah
e. Tuntutan Masyarakat untuk memperoleh informasi yang sama.
Informasi yang dimiliki dari setiap wilayah tidak sama, namun
kebutuhan yang sama akan informasi tersebut meuntut agar informasi
34
I Komang Rupadha, 4-5.
28
tersebut dapat tersebar merata. Kerjasama memungkinkan penghematan
fasilitas, biaya, sumber daya manusia, dan waktu.
6. Manfaat Kerjasama Perpustakaan
Salmubi menerangkan kerjasama dan resource sharing dapat
meningkatkan pemanfaatan koleksi juga kualitas layanan perpustakaan
dari hal tersebut akan berdampak pada terpenuhinya kebutuhan informasi.
selain manfaat diatas kerjasama dan resource sharing juga memberikan
manfaat kepada pihak-pihak yang terlibat diantaranya35
:
a. Perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama dapat merumuskan
sejumlah agenda tentang arah pengembangan perpustakaan pada masa
yang akan datang (dalam bentuk rencana strategis pengembangan
perpustakaan). Upaya ini diharapkan agar perpustakaaan dapat
memenuhi tuntutan penyelenggaraan perpustakaan dengan merujuk
standar internasional.
b. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam hal pengembangan sumber
daya manusia, pengembangan dan penggunaan software perpustakaan,
dan pemanfaatan pakar perpustakaan.
c. Memungkinkan untuk melakukan pengembangan koleksi secara
kolaboratif (Colaborative Collection Development) sehingga seluruh
perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama perpustakaan dapat
terhindar dari adanya duplikasi atau redundansi koleksi perpustakaan
(bahan pustaka) yang tidak perlu. Kegiatan ini akan memberikan
35
Salmubi, ―Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama Perpustakaan Dan
Resource Sharing : Sebuah Peran Perpustakaan Nasional,‖ Perpustakaan Nasional RI, 2008,
http://www.pnri.go.id/magazine-detail.php?lang=en&id=8022, 7-8.
29
kontribusi terhadap terwujudnya efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran pengembangan koleksi perpustakaan.
d. Kerjasama yang dibangun dapat melahirkan suatu Konsorsium
Perpustakaan yang sangat bermanfaat untuk melanggan electronic
collection, terutama jurnal elektronik.
e. Kerjasama yang dibangun merupakan pondasi utama untuk melakukan
peminjaman antar perpustakaan.
f. Membuka (community) akan pemanfaatan sumber-sumber informasi,
sehingga dapat mengoptimalkan peran perpustakaan untuk turut
berpartisipasi aktif dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, akses
seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat.
7. Syarat Kerjasama Perpustakaan
Salmubi mengutip dari Perpustakaan Nasional setidaknya ada delapan
point untuk dapat berkerjasama36
yaitu :
a. Ada visi bersama yang dicapai dari kerjasama yang dibangun
b. Ada kesepakatan berasama antara perpustakaan yang terlibat di dalam
kerjasama sebaiknya dinyatakan dalam dokumen tertulis
c. Ada komitmen bersama untuk mencapai tujuan lewat proses yang jelas
dan terbuka
d. Ada sikap menghormati dan menerima perbedaan dari seluruh
perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama
e. Tercipta alur komunikasi yang baik.
36
Salmubi, ―Visi Pustaka : Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama
Perpustakaan Dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional,‖ Perpustakaan
Nasional RI, 2008, http://www.pnri.go.id/magazine-detail.php?lang=en&id=8022.
30
f. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara
perpustakaan yang terlibat.
g. Ada mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam rangka
mencapai tujuan bersama
h. Terbangun manajemen organisasi yang efektif.
8. Hambatan Kerjasama Perpustakaan
Berlangsungnya praktik kerjasama diamana pun pasti menemui
hambatan atau kendala didalamnya, begitu juga kerjasama dalam
perpustakaan, pasti memiliki hambatan atau kendala skala besar ataupun
kecil. Berikut hambatan yang ditemui dalam praktik kerjasama
perpustakaan menurut Gorman dan Cullen diantaranya ialah37
:
1. Keinginan untuk otonomi
2. Lingkungan yang kompetitif
3. Mengubah fokus kelembagaan
4. Kendala keuangan
Kemudian Sulistyo Basuki juga menyebutkan beberapa hambatan
kerjasama perpustakaan38
yaitu :
1. Faktor bahasa
2. Biaya
37
M. P. Satija and Kanchana Dehigama, ―Role of Consortia in Library Cooperation,‖
Research Gate, n.d.,
<https://www.researchgate.net/profile/Kanchana_Dehigama/publication/296700485_Role_of_Con
sortia_in_Library_Cooperation/links/56d942cc08aee73df6cd9dcd/Role-of-Consortia-in-Library-
Cooperation.pdf?origin=publication_detail.>
38
Salmubi, ―Visi Pustaka : Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama
Perpustakaan Dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional.‖
31
3. Sikap Perpustakaan
4. Geografi
5. Politik.
Kendala atau hambatan merupakan satu hal yang biasa terjadi
dalam kehidupan. Kegiatan apapun yang dirancang sesempurna
mungkin tidak menutup kemungkinan kendala hadir diantaranya.
Kendala dapat membuat terhambatnya kegiatan kerjasama sehingga
kegiatan tersebut dapat dihentikan atau mengalami penundaaan-
penundaan. Namun kendala juga dapat menjadi faktor bagi munculnya
solusi atau kebijakan-kebijakan baru yang lebih dinamis.
C. Kinerja Pustakawan
1. Pengertian Pustakawan
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang
menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa
―pustakawan‖ adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan
dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan
informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. 39
Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007 pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
39
Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan : Suatu Pedekatan
Terhadap Kode Etik Pustakwan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2010) , 45
32
jawab untuk melakukan pengelolaan dan pelayanan masyarakat40
. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan pustakawan adalah seseorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang
melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan memberikan pelayanan bagi
masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu
pengetahuan, dokumentasi dan informasi.
Agar dikatakan sebagai sebuah profesi setidaknya ada sebelas point
karakteristik profesi menurut Purwono diantaranya ialah41
:
a. Keterampilan yang berdasar teoritis
Profesional diasumsikan memiliki pengetahuan teoritis yang luas serta
keterampilan yang berdasar kepada pengetahuan yang bisa diterapkan
dan dipraktikkan.
b. Memiliki asosiasi profesional
Setiap profesi pasti memiliki asosiasi profesional, hal ini untuk
meningkatkan status para anggotanya
c. Pendidikan yang ektensif
Semakin prestisius sebuah profesi, maka semakin tinggi jenjang
pendidikannya.
d. Uji kompetensi
Untuk dapat memassuki organisasi profesional terdapat suatu tes yang
untuk menguji pengetahuan teoritis.
e. Pelatihan institutional
40
Presiden Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan, 2.
41
Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan, 17.
33
Ujian pelatihan institutional juga menjadi syarat agar mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
f. Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi lisensi
menjadi sebuah syarat bagi mereka untuk dapat dipercaya
keprofesiannya.
g. Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis
mereka agar terhindar adanya intervensi luar
h. Kode etik
Organisasi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisipilinan bagi mereka yang melanggar aturan.
i. Manajemen Organisasi
Sebuah organisasi profesi harus dapat mengatur oragsasinya agar tidak
ada campur tangan dari pihak lain. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang
berkualifikasi tinggi.
j. Layanan publik dan altruisme
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan
selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat
k. Status dan imbalan yang tinggi
34
Profesi yang tinggi akan mendapat status yang tinggi, prestise dan
imabalan yang tinggi sesuai dengan kemampuan dan layanan yang
diberikan kepada masyarakat.
Dari paparan karakteristik diatas, pustakawan adalah sebuah profesi yang
diakui keberadaanya berdasarkan karakter diatas. Sebagai profesi yang diakui
keberadaanya, tentunya pustakawan memiliki kode etik, Secara etimologis
kode etik terdiri dari kata kode dan etik. Dalam bahasa inggris terdapat
berbagai makna dari kata ―code‖ di antaranya; a) tingkah laku, perilaku
(behavior), yaitu sejumlah aturan yang mengatakan bagaimana orang
berperilaku dalam hidupnya atau dalam situasi tertentu; b) peraturan atau
undang-undang (rules/law) sedangkan, kata Etik (ethick) dalam bentuk
tunggal memiliki makna sebagai suatu gagasan umum atau kepercayaan yang
mempengaruhi perilaku dan sikap masyarakat (people’s behavior and
attitudes).42
Kemudian, batasan kode etik menurut Suseno adalah pedoman
atau pegangan yang ditaati dan diperlakukan oleh para anggota profesi agar
kepercayaan para klien tidak disalahgunakan 43
.
Pustakawan sebagai agent of information juga dituntut untuk mengambil
peran sesuai dengan kebutuhan instansi tempatnya bekerja, misalnya saja di
perpustakaan sekolah, tidak hanya melayani kebutuhan informasi para siswa/I
namun pustakawan juga dapat menjadi guru di perpustakaan tersebut. Sama
halnya di perpustakaan khusus pustakawan juga dapat menjadi seorang
42
Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, 80.
43
Frans Magnis Suseno, Etika Sosial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1989) , 37.
35
peneliti pada bidang keilmuan dari lembaga tersebut, dari peran tersebut
kemudian dirinci sebagai berikut44
:
a. Edukator
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan
tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai
pendidik, pustakawan harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu
mendidik, mengajar dan melatih.
b. Manajer
Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi”yang
mengelola pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain.
sebagai manajer pustakawan harus mempuanyai jiwa kepemimpinan,
kemampuan memimpin, dan menggerakkan, serta mampu bertindak
sebagai koordinator dan integrator dalam melaksanakannya tugasnya
sehari-hari. Untuk dapat mendukung visi dan misi lembaga
pustakawan mengoptimalkan semua sumber daya, yakni sumber daya
informasi, dana, termasuk sarana dan prasarana yang ada di
perpustakaan. selain itu, pustakawan juga harus mampu menjembatani
antara para generalis dan speasialis, serta para politisi dengan para
profesional.
c. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun,
melaksanakan, mengevaluasi, program perpustakaan, serta dapat
36
melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan
upaya-upaya perbaikan untuk hasil yang lebih baik.
d. Supervisor
Sebagai supervisor pustakawan harus (a) dapat melaksanakan
pembinaan professional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan
persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan
peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; (b) dapat
meningkatkan prestasi, pengerahuan dan keterampilan, baik rekan-
rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya; (c)
mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh kedepan, memahami
beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas,
adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; (d) mampu
berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan dan para pembinanya,
sehingga dapat meningkatkan kinerja unit organisasinya.
Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.
Menurut Bambang Supriyo Utomo mengatakan bahwa kompentensi
adalah kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, perilaku, dan
karakteristik seseorang yang diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan
tertentu dengan tingkat kesuksesan secara optimal.45
secara umum
kompetensi merupakan sebuah tolak ukur untuk menilai kemampuan diri
yang akan mencerminkan seberapa besar profesionalitas seseorang.
45
Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan : Suatu Pedekatan
Terhadap Kode Etik Pustakwan Indonesia, 177.
37
2. Kinerja Pustakawan
a. Pengertian kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai performance yakni hasil kerja atau
prestasi kerja. Kinerja memiliki arti yang tidak hanya sebatas hasil atau
prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut.46
Menurut Amstrong dan Baron
dalam Wibowo kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen
dan memberikan kontribusi ekonomi.47
Kinerja juga dapat dikatakatakan hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika.
46
Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)., 2.
47
Wibowo, 3.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara untuk melakukan penelitian, cara ini terdiri
atas prosedur yang sistemis dan terawasi. Untuk dapat menemukan hasil dari
penelitian yang dilakukan seorang peneliti harus mengetahui macam cara atau
metode yang sesuai dengan penelitian yang diambil.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan inilah adalah jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekanakan makna daripada generalisasi.48
Penentuan informan yang
dilakukan secara Purposive Sampling.
Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus yakni merupakan tipe
penelitian untuk dapat memahami latar belakang suatu persoalan, atau
interaksi individu, di dalam suatu unit sosial atau mengenai suatu kelompok
individu secara mendalam, utuh, holistik, intensif, dan naturalistik.49
studi
48
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 1.
49
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, Dan Gabungan (Jakarta:
Kencana, n.d.) , 338.
39
kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang
subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.50
Tipe studi kasus dapat dibedakan berdasarkan ukuran batasan dari kasus
tersebut, misalnya apakah kasus tersebut melibatkan satu individu, beberapa
instrumental, studi kasus kolektif atau majemuk dan studi kasus instrinsik.
Tipe studi kasus yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
jamak (Multiple Study Case) yaitu sebuah penelitian dengan menggunakan
kasus yang banyak. studi kasus jamak ini dipilih untuk dapat menjelaskan
benang merah diantara beberapa kasus yang diteliti.
Menurut Cresswell mengutip pendapat Stakes dan Yin terdapat beberapa
prosedur pelaksanaan studi kasus diantaranya ialah51
:
1. Peneliti perlu mengetahui dan memperkirakan apakah penelitiannya
cocok dengan menggunakan studi kasus. Studi kasus dapat digunakan
saat peneliti ingin mendalami kasus atau perbandingan dari beberapa
kasus.
2. Peneliti penting untuk mengidentifikasi sebuah data beberapa kasus.
Pada tahap ini peneliti perlu mempertimbangkan seperti apa tipe studi
kasus yang tepat bagi penelitiannya. Kasusnya dapat tunggal atau
kolektif, multi-situs atau dalam-situs, dan berfokus pada satu kasus atau
pada satu masalah (intrinsik instrumental)
3. Penelitian studi kasus dalam pengumpulan data biasanya meluas.
Terdapat beberapa jenis informasi yang dapat ditunjukkan seperti
50
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktik
(Yogyakarta: Calpulis, 2015), 59.
51
John W. Creswell, Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset, Edisi 3 (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013).
40
dokumen, rekaman, arsip, wawancara, pengamatan langsung,
pengamatan partisipan, dan artefak fisik.
4. Tipe analisis data dapat berupa analisis holistik dari keseluruhan kasus
atau analisis melekat dari salah satu aspek dari kasus tersebut. melalui
pengumpulan data ini, deskripsi detail tentang kasus tersebut muncul
dimana peneliti memperinci berbagai aspek seperti sejarah kasus
tersebut, kronologi peristiwanya, atau perkembangan kasus tersebut hari
demi hari.
5. Pada tahap akhir ini, peneliti melaporkan makna dari kasus hasil
penelitian. Dari hasil penafsiran tersebut peneliti dapat mengetahui
makna yang didapat datang dari pembelajaran kasus tersebut (kasus
instrumental) atau dari hasil pembelajaran tentang situasi yang tidak
biasa (kasus intrinsik).
B. Kriteria Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai sebagai narasumber yang dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan. Penentuan informan dilakukan
dengan cara Purposive Sampling yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan
tertentu52
. Adapun kriterian informan dalam penelitian ini adalah pustakawan
yang terlibat dalam kegiatan kerjasama antar perpustakaan IPDN dan
mengetahui dan memahami perpustakaan yang dikelolanya. Informan terbagi
menjadia tiga yaitu : (1) Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan
memahami berbagai informasi pokok yang diperlukan penelitian; (2) informan
52
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kaulitiatif Dalam Perspektif Rancangan Penetian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002), 195.
41
utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti; (3) informan tambahan, adalah mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang
diteliti.53
Informan kunci merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan studi kasus. Informan kunci tak hanya bisa memberi keterangan
tentang suatu kepada peneliti tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber-
sumber bukti lain yang menudukung-serta menciptakan akases terhadap
sumber yang bersangkutan.54
Selanjutnya, Informan kunci dari penelitian ini
disebutkan pada tabel berikut :
3.1 Daftar Nama Informan
No. Nama Jabatan
1.
Eti Sumiati, S.Sos, MM
Pustakawan Madya Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor
2.
Annisa Rahmadanita, S.IP, M.Tr.IP
Pustakawan Pertama Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor
3. Rusminarti, S.Pd. Kepala Perpustakaan IPDN
Kampus Jakarta
4. Mike Oktaviani, A.Md. Pustakawan Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu langkah awal dalam
menguraikan data yang didapat untuk bisa ditemukan substansi dari data yang
53
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta:
Peranada Media, 2005), 171.
54
Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain Dan Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000),109.
42
telah didapat. Sehingga dalam tahap ini seorang peneliti perlu berhati-hati
dalam melakukan pengumpulan data, agar data yang telah didapat tidak
tercecer dan menimbulkan pekerjaan tambahan dikemudian hari. Dalam
penelitian studi kasus terdapat enam sumber bukti berlainan diantaranya ialah
dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, obeservasi
Partisipan, dan perangkat-perangkat fisik55
.data yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,
waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan56
. Observasi ini dilakukan di Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar ini adalah
observasi yang mana seorang peneliti menunjukkan keterus terangannya
kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian.57
Pada
penelitian ini, Penulis berterus terang kepada Pustakawan Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Pustakawan IPDN Kampus
Jakarta bahwa penulis melakukan penelitian, yang kemudian penulis
mencoba mengobservasi sarana-sarana penunjang kerjasama, pustakawan-
55
Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain Dan Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000),101.
56
M. Djunaidi Ghony and Fauzan Almansyur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Revisi
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 165.
57
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2011).
43
pustakawan yang ada di perpustakaan tersebut dan kemudian
menggabungkannya dengan hasil wawancara yang didapat.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.58
Wawancara ini dilakukan kepada empat informan
agar mendapat informasi yang sesuai dari permasalahan yang diangkat.
empat informan tersebut diantaranya adalah Ibu Eti selaku Pustakwan
Madya IPDN Kampus Jatinangor, Ibu Annisa selaku Pustakwan pertama
IPDN Kampus Jatinangor, Ibu Rusminarti selaku Kepala Perpustakaan
IPDN Kampus Jakarta, dan Ibu Mike selaku Staff Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat melalui wawancara telepon.
3. Analisis Dokumen
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari dokumen
atau literatur terkait dengan penelitian ini dapat berupa teori dan konsep
dari para ahli, hasil penelitian terdahulu yang dapat diperoleh dari buku,
jurnal, artikel, laporan penelitian dan sejenisnya yang dapat membantu
peneliti dalam menyusun kebutuhan penelitian serta memberikan landasan
pada pembahasan penelitian.
58
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif., 72.
44
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data telah diperoleh, peneliti kemudian mengolah data tersebut
dengan Analisis data. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan
dikaji dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, dilanjutkan pada
saat peneliti berada di lapangan secara interaktif dan berlangsung terus
menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. 59
analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola. Kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotetsis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Langkah-langkah untuk menganalisis
data tersebut diantaranya :
1. Reduksi Data
Sebuah proses pencatatan yang rinci, pengelompokkan, pemilihan
berdasarkan pada fokus bahasan serta membuang hal-hal yang tidak perlu
agar didapatkan gambaran yang lebih jelas.
2. Penyajian data
Setelah mereduksi data, pada tahap ini peneliti melakukan analisis dengan
cara memaknai data yang telah didapatkan beradasarkan teori yang telah
disusun. penyajian data ini dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah data disajikan dengan tuntas, peneliti selanjutnya menarik
kesimpulan bersarkan rumusan masalah yang dibangun.
59
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktik.63.
45
E. Jadwal Penelitian
3.2 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
2018/2019
Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
1. Observasi Pertama
2. Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal Skripsi
4. Bimbingan Skripsi
5. Penelitian Skripsi
 Observasi
 Wawancara
 Dokumentasi
6. Penyusunan Skripsi
7. Pengajuan Sidang Skripsi
8. Sidang Skripsi
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang
Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut
Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri60
.
Dari peraturan tersebut menerangkan bahwa IPDN merupakan salah satu
komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan
tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Dengan
kebutuhan untuk mendirikan beberapa kampus di daerah di Indonesia, untuk
itu sebagai salah satu unit yang dapat menyukseskan tujuan Tri Dharma
perguruan tinggi khususnya pendidikan kepamongprajaan, Perpustakaan
IPDN ikut serta tersebar di kampus-kampus daerah untuk membantu
menyukseskan Tri Dharma di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Pada penelitian ini Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dipilih
karena sebagai pembina bagi perpustakaan IPDN lainnya. Perpustakaan IPDN
Kampus Daerah yang direkomendasikan oleh Bu Eti selaku Pustakawan
Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor adalah Perpustakaan
60
https://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Pemerintahan_Dalam_Negeri diakses pada 20
Januari 2019 pukul 13:18 WIB
47
IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat, Perpustakaan Kampus Sumatera Barat,
dan Perpustakaan Kampus Sulawesi Selatan. Beliau merekomendasikan tiga
perpustakaan tersebut karena perpustakaan tersebut telah memiliki SDM
Perpustakaan.
Kemudian untuk perpustakaan kampus daerah yang berhasil diwawancarai
adalah dari Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat. Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta memiliki lokasi
yang mudah untuk dijangkau oleh penulis, sedangkan kampus Sumatera Barat
memiliki pustakawan yang responsive sehingga dapat berbagi informasi
dengan penulis melalui wawancara lewat telepon dikarenakan jarak yang
cukup jauh.
Perpustakaan Kampus Daerah yang belum bisa untuk dihubungi
diantaranya Perpustakaan IPDN Kampus Sulawesi Utara di Kabupaten
Minahasa, Perpustakaan IPDN Kampus Sulawesi Selatan di Kabupaten Gowa,
Perpustakaan IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat di Kabupaten Lombok
Tengah, Perpustakaan IPDN Kampus Kalimantan Barat di Kabupaten Kubu
Raya dan Perpustakaan IPDN Kampus Papua di Kabupaten Jayapura. Sehingga
informan pada penelitian ini berasal dari 3 kampus dari 8 jumlah perpustakaan
IPDN yang tersebar di Indonesia.
1. Profil Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor 61
Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor terletak di Jl. Raya
Bandung-Sumedang Km. 20 Jatinangor, Sumedang. Pusat Perpustakaan
61
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
(Sumedang: Wawancara, 2019).
48
IPDN Kampus Jatinangor berdiri pada bangunan seluas 400 m2 yang
terdiri dari dua lantai dengan fasilitas ruang membaca, ruang
penelusuran E-Journal dan E-Book, layanan laporan akhir dan ruang
multimedia. Memiliki kurang lebih 20 pustakawan. Pada tahun 2004
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor mendapat bantuan dari World
Bank berupa bantuan peralatan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) di lingkungan perpustakaan. Jenis koleksi yang dimiliki
diantaranya adalah buku, jurnal, karya ilmiah, seri pengetahuan dalam
bentuk DVD, E-Book, E-Journal, novel serta koleksi dan penyediaan
fasilitas lainnya.
Kemudian pada tahun tahun 2005, perpustakaan IPDN ditingkatkan
statusnya sebagai e-library. Perpustakaan ini memiliki koleksi kurang
lebih 7000 judul dengan jumlah sekitar 35.402 eksemplar. Selain
Perpustakaan Kampus Jakarta dan Daerah, Perpustakaan ini juga
membawahi tiga perpustakaan yang ada di IPDN Kampus Jatinangor,
diantaranya Perpustakaan Pasca Sarjana, Perpustakaan Fakultas
Manajemen Pemerintahan, dan Perpustakaan Fakultas Politik
Pemerintahan.
49
a. Struktur Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor
Gambar 4.1 Struktur Perpustakaan Pusat
b. Visi dan Misi Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
Visi Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor adalah :
 Menjadi pusat pengelola dan penyebaran informasi yang berbasis
teknologi informasi guna mendukung pelaksanaan pengajaran,
Kepala Unit Perpustakaan
Jaringan, Website dan Database
Perawatan TI dan Desain
Web
Perawatan Bahan Pustaka
Digital
Pengadaan Bahan Pustaka
Digital
Pelayanan dan Pengadaan serta
Pengolahan Bahan Pustaka
Koleksi Majalah Dan
Jurnal serta Terbitan
Berkala
Koleksi Dokumen Dan
Karya Ilmiah
Referensi
Sirkulasi dan
Keanggotaan
Pengadaan dan
pengolahan
Tata Usaha
1. Kepegawaian
2. Keuangan
3. Administrasi Umum
50
penelitian, dan pengabdian masyarakat serta pengembangan ilmu
dan terapan pemerintah.
Untuk mencapai visi tersebut maka misi Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor diantaranya:
1) Meningkatkan kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi
guna mendukung kebutuhan informasi bagi civitas akademika di
IPDN.
2) meningkatkan kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi
atas kekayaan ilmiah yang dimiliki oleh IPDN
3) Menunjang sistem jaringan informasi baik di antara perpustakaan
perguruan tinggi atau perpustakaan lain di tingkat regional, nasional
dan internasional
4) Mengelola dan menyebarkan informasi tentang perkembangan ilmu
pemerintahan dan penerapannya khusus di lingkungan pemerintahan
daerah dan pemerintah pusat.
c. Tujuan Perpustakaan IPDN
Adapun tujuan dari Perpustakaan IPDN, yaitu :
1) Menyediakan dan mengupayakan ketersediaan akses informasi yang
mendukung proses belajar-mengajar, peneitian dan pengabdian
masyarakat dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi
2) Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil sivitas akademika
dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi
51
3) Mengupayakan terwujudnya jaringan informasi di lingkungan
perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan lain di tingat
regional, nasional maupun internasional.
4) Mendokumentasikan dan menyebarluaskan informasi tentang
perkembangan ilmu pemerintahan dan penerapannya dengan
memanfaatkan kemampuan teknologi informasi.
d. Kedudukan dan Rincian Tugas Perpustakaan IPDN
Adapun kedudukan dan rincian tugas Perpustakaa IPDN, diantaranya:
1) Unit perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan
perpustakaan di lingkungan IPDN berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Rektor.
2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Unit
Perpustakaan menyelenggarakan fungsi:
a) Pelaksanaan pelayanan perpustakaan
b) Pelaksanaan penatausahaan
3) Unit perpustakaan mempunyai uraian tugas:
a) Membuat perencanaan strategik kegiatan-kegiatan perpustakaan;
b) Mengelola sumber-sumber informasi penunjang kegiatan akademik
yang ada di lingkungan IPDN;
c) Melakukan koordinasi kegiatan tata usaha perpustakaan;
d) Melakukan Koordinasi kegiatan pelayanan sirkulasi dan referensi
perpustakaan;
e) Melakukan koordinasi pengelolaan teknis kegiatan perpustakaan;
52
f) Melakukan pembinaan dan usaha pengembangan sumber daya
manusia yang terdiri dari pustakawan dan pegawai perpustakaan;
g) Mengkoordinasikan aset-aset perpustakaan;
h) Merancang, merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan e-
library (perpustakaan digital);
i) Melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait;
j) Melaksanakan sirkulasi peminjaman, pengembalian bahan pustaka
dan pendaftaran anggota;
k) Membuat sistem penulisan surat, laporan, pembukuan dan
inventarisasi kantor, serta sistem pengarsipan;
l) Mengatur dan melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat;
m) Membuat statistik sirkulasi/referensi;
n) Memeriksa kelengkapan bahan pustaka;
o) Mengambil bahan koleksi yang telah rusak untuk diserahkan
kepada bagian pemeliharaan;
p) Memberikan informasi umum koleksi bahan pustaka;
q) Memberikan informasi khusus misalnya penggunaan dokumen dan
konsultasi;
r) Membantu penelusuran dokumen dan penggunaan katalog;
s) Merancang, memelihara dan mengembangkan sistem web internet
di perpustakaan;
t) Memfasilitasi pencarian bahan pustaka dan referensi melalui akses
internet;
u) Menerima kunjungan perpustakaan;
53
v) Menyelenggarakan pameran;
w) Memberikan bimbingan belajar;
x) Mengadakan bahan pustaka;
y) Menginventarisasi dan mencatat bahan pustaka;
z) Mengklasifikasikan dan mengkatalogkan bahan pustaka;
aa) Memelihara dan merawat aset-aset perpustakaan;
bb) Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan perpustakaan
cc) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Rektor;
dd) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Rektor.
2. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta62
Perpustakaan ini terletak di Jl. Ampera Raya, RT.1 RW.6, Cilandak
Timur, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta memiliki 5 staff
perpustakaan. Pada tahun 2019 Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta telah
menjadi unit satuan kerja di dalam IPDN Kampus Jakarta. Perpustakaan
ini memiliki 2 lantai yang dimulai dari lantai kedua, lantai kedua
merupakan tempat koleksi buku kuliah dan referensi, kemudian di lantai
ketiga adalah ruangan penyimpanan laporan akhir. Pemustaka yang
dilayani di perpustakaan ini merupakan mahasiswa S1, S2, dan S3.
Jurusan S1 yang ada di kampus ini diantaranya ialah Manajemen
Keuangan, Manajemen SDM, Manajemen Kebijakan, Manajemen
Pemerintahan dan Manajemen Pembangunan. Jumlah koleksi yang ada di
62
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta (Jakarta: Wawancara,
2019).
54
perpustakaan ini kurang lebih 3.000 judul yang berada di rak. Saat ini
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta sedang dalam proses penghitungan
koleksi kembali. Adapun koleksi elektroniknya terintegrasi dengan situs
yang dapat diakses oleh semua Praja IPDN yaitu
http://repository.ipdn.ac.id/ yang dapat diakses di Perpustakaan IPDN
dengan menggunakan LAN (Local area Network). Namun, pada hasil
observasi yang ditemukan penelusuran Laporan akhir menggunakan Ms.
Word yang mana file tersebut dibuat berdasarkan tahun penerbitannya
terdapat tabel-tabel yang memuat daftar judul dan keterangan laporan
akhir praja. Dari informasi yang didapatkan dari Ibu Rusminarti
menjelaskan bahwa server OPAC terebut memang kadang bermasalah,
untuk mengantisipasi hal tersebut, pegawai perpustakaan mem-print out
daftar kelas subjek koleksi yang dimiliki, sehingga saat mati lampu atau
server bermasalah hasil print out tersebut dapat menjadi alternative dalam
mencari koleksi.
Subjek koleksi dari perpustakaan ini mengenai ilmu pemerintahan,
sosial, manajemen, keuangan, bahasa dan umum. Salah satu keunikan dari
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta adalah perpustakaan ini memiliki
koleksi buku tua. Koleksi buku tua tersebut banyak dimiliki oleh
perpustakaan IPDN Kampus Jakarta karena mengingat sejarahnya bahwa
IPDN Kampus Jakarta merupakan Institut Ilmu Pemerintahan yang
merupakan cikal bakal dari STPDN dan kemudian kini menjadi IPDN.
buku-buku tua tersebut menjadi salah satu referensi berharga bagi para
dosen, karena kolesi tersebut hanya dapat ditemukan di Perpustakaan
55
IPDN Kampus Jakarta. Namun dalam penanganannya belum dilakukan
secara spesifik.
Gambar 4.2 Stuktur IPDN Kampus Jakarta
Kepala Unit Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta berada langsung
dibawah Direktur IPDN Kampus Jakarta. Gambar struktur ini merupakan
struktur pada tahun 2018, Pada tahun 2019 Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta telah menjadi satuan kerja.
56
3. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat63
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat berdiri di atas tanah
seluas lebih kurang 500 M2 dengan tipe bangunan yaitu gedung komersil
yang awal mulanya ini bukanlah diperuntukkan untuk perpustakaan.
Gedung perpustakaan ini dibagi menjadi beberapa ruangan diantaranya:
ruang kepala unit, ruang pengelohan/ staff, ruang koleksi, ruang baca dan
komputerisasi, ruang koleksi cadangan, referensi, diskusi panel dan ruang
rapat.
Perpustakaan IPDN Kampus Sumbar sampai saat ini memiliki
2.336 judul dan 18.115 Eksemplar (termasuk koleksi referensi) dimana
koleksi ini termasuk pembelian, sumbangan dari berbagai pihak.
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat di kelola oleh 1 orang kepala
unit (PNS) dan 3 orang staff (kontrak) yang berlatar belakang D3 Ilmu
Perpustakaan.
63
Mike Oktaviani, ―Kuisioner Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Dalam
Kerjasama Internal Perpstakaan IPDN Kampus Jatinangor Dan Perpusakaan IPDN Kampus
Daerah‖ (Google Form Ratu Karima FA., February 3, 2019),
https://docs.google.com/forms/d/1w2IRCgtb_yZrRWQe6Vu7XgOZmsxs26ZyCPACSVzSfS4/edit
#responses.
57
Struktur IPDN Kampus Sumatera Barat
Gambar 4.3 Struktur IPDN Kampus Sumbar
Dalam struktur diatas, Posisi Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat
berada dibawah Direktur IPDN Kampus Sumatera Barat dan Wakil
Direktur Bidang Administrasi.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada tahap ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah didapat dan disusun. Pada bab ini memaparkan kerjasama internal
yang dilakukan Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah
serta seperti apa upaya meningkatkan kinerja pustakawan IPDN dari kegiatan
58
kerjasama yang telah dilakukan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh
sebagai berikut :
1. Kerjasama Internal Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Jakarta, dan Daerah
a. Bentuk Kerjasama Perpustakaan
Kerjasam aperpustakaan memiliki beberapa bentuk alternatif yang
dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan perpustakaan yang
berkerjasama. Bentuk kerjasama perpustakaan mengutip pada pendapat
Rupadha dalam artikelnya terdapat enam bentuk kerajasama. Berikut
hasil penelitian yang ditemukan penulis dari bentuk kerjasama yang
telah di praktikkan :
1) Kerjasama Pertukaran dan Redistribusi
Kerjasama pertukaran dalam pengimplementasiannya tidak
dilakukan antara Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta
dan Daerah. Namun untuk redistribusi untuk koleksi pernah dilakukan
oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatianngor kepada beberapa
Perpustakaan IPDN Kampus Daerah, dan Perpustakaan IPDN Kampus
Daerah kepada Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, hal ini
seperti yang dijelaskan dalam wawancaranya
“ini sifatnya sumbangan ya bukan pertukaran, kalau
sumbangannya banyak ya kita sebar ke IPDN yang lain, tapi
kalau hanya 5-10 ya tidak perlu disebar.”64
64
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
59
Redistribusi memiliki pengertian yang sama dengan sumbangan yang
dimaksud oleh Informan ET, menurut beliau jika jumlahnya lima
hingga sepuluh hal ini tidak diredistribusi, melihat jumlahnya yang
tidak terlalu banyak untuk dapat disebar dan sebaliknya jika jumlahnya
lebih dari itu memungkinkan untuk dapat diredistribusi kepada
perpustakaan IPDN lainnya.
“Kemarin ada sempat buku-buku dari DPR ngasih sumbangan
3 dus atau 4 dus, kami bagi sama Jatinangor. Bu ini sumbangan
dari DPR tolong diambil, ya kemudian mereka ambil.”65
Seperti halnya Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor, Tujuan pembagian
atau redistribusi koleksi sumbangan dari DPR ini adalah untuk
menyesuaikan jumlah koleksi dengan ruang yang tersedia di
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta mengingat, ruangan perpustakaan
tersebut terbatas. Sehingga menjadikan redistribusi sebagai salah satu
solusinya.
Selanjutnya, Perpustakaan IPDN Sumatera Barat. Kerjasama
redistribusi dilakukan karena adanya sumbangan dari Perpustakaan
pusat berupa literatur mengenai manajemen dan keuangan. Namun,
sebelum informan MI menjabat, kerjasama redistribusi juga sempat
dirasakan oleh Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat pada tahun
sekitar 2009 dan 2010 yang mana kerjasama reditribusi tersebut
dilakukan karena Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat baru
berdiri dan belum memiliki koleksi. Hal tersebut tidak dilanjutkan
karena Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat telah memiliki
65
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
60
anggarannya sendiri. Hal ini seperti yang dikatakan Informan MI dalam
wawancaranya :
“Selama saya disini engga ada. Kalau masalah pertukaran
koleksi, mungkin kaya literatur dikasih kesini, literatur tentang
keuangan, manajemen gitu. Tapi kalau kita mau tuker koleksi
dengan pusat kayanya belum ada sih sejauh ini. Tapi tahun
pertama IPDN Daerah baru didirikan, memang pernah ada
dikasih. Kan dulu memang baru dan belum ada koleksi, dari
Nangor kasih ke daerah ini Sumbar ada beberapa koleksi
disumbangkan dari pusat tahun-tahun dulu sebelum saya masuk
sekitar tahun 2009-2010. Karena memang belum ada anggaran
sendiri jadi disumbangkanlah buku dari nangor ke daerah.
Kalau untuk saat ini belum pernah lagi.”66
Kemudian selain dari pada sumbangan yang menjadi alasan adanya
redistribusi, terdapat salah satu alasan bentuk kerjasama ini dilakukan
yaitu ditutupnya salah satu kampus IPDN dari daerah lain, Informan ET
menjelaskan di sela wawancaranya kepada penulis :
“Yah kan gatau kalau kampus disana ditutup. Dan bukunya akan
dipindahin kesini. Iya kaya Riau kan ditutup bukunya
dikesinikan.”67
Redistribusi koleksi terjadi karena tutupnya kampus Riau yang berada
di Kabupaten Rokan Hilir, dengan tutupnya kampus tersebut juga
berimbas kepada tutupnya perpustakaan yang ada di kampus Rokan
Hilir. Koleksi yang ada di IPDN Kampus Riau tersebut dipindahkan
kepada Perpustakaan Pusat untuk disimpan dan digunakan kembali.
Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus Daerah
66
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat (Via
Cellular: Wawancara, 2019).
67
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
61
tidak melakukan pertukaran, namun untuk kegiatan redistribusi
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan dari koleksi yang
akan diredistribusi. Kebutuhan saat redistribusi ini adalah pada saat
Perpustakaan Pusat memiliki koleksi lebih untuk disebar, adanya
sumbangan koleksi dari lembaga lain dengan jumlah yang cukup
banyak, berdirinya perpustakaan baru di salah satu kampus yang belum
memiliki anggaran serta adanya penutupan kampus di salah satu
kampus daerah yang berimbas kepada diserahkannya koleksi tersebut
untuk disimpan dan diolah kepada Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor merupakan faktor yang mendorong adanya kerjasama
redistribusi antar Perpustakaan IPDN.
Hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Rupadha
bahwa kerjasama redistribusi adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua
perpustakaan atau lebih dalam hal penempatan kembali buku-buku yang
tidak lagi diperlukan di suatu perpustakaan atau berlebih di suatu
perpustakaan. Kerjasama retribusi juga dapat dikaitkan dengan kegiatan
sumbangan yang dilakukan antar perpustakaan. Adanya kerjasama
redistribusi tersebut merupakan salah satu usaha Perpustakaan IPDN
dalam memaksimalkan ruang, ketersediaan koleksi serta kesiapan
dalam menghadapi kebijakan-kebijakan tidak terduga.
2) Kerjasama Pengolahan
Pada realitanya tidak semua SDM yang tersebar pada Perpustakaan
IPDN memiliki keahlian yang sama rata. Tentunya perlu ada
pendampingan dan pembinaan bagi staf perpustakaan IPDN yang baru
62
memasuki dunia ilmu perpustakaan. Kerjasama pengolahan merupakan
salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan. Kerjasama ini dilakukan
pada beberapa Perpustakaan IPDN Kampus Daerah yang masih
memiliki kekurangan dalam tenanga SDM.
Pada wawancaranya Informan ET menjelaskan selaku salah satu
yang memberikan pendampingan bagi staf Perpustakaan IPDN bahwa
saat awal-awal berdirinya kampus IPDN di beberapa Provinsi,
Pustakawan dari Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor fokus
memberikan bimbingan pada bagian pengolahan koleksi elektronik,
Informan ET juga menjelaskan perpustakaan daerah mana saja yang
menjadi fokus pembinaan dalam bidang pengolahan oleh Perpustakaan
Pusat perpustakaan tersebut diantaranya ialah Perpustakaan IPDN
Kampus Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara. Untuk kampus daerah
yang telah memiliki pustakawan yaitu IPDN Kampus Sumatera Barat,
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Berikut kutipan dalam
wawancara dengan beliau :
“nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya pustakwannya di
Makassar kan sudah ada pustakawannya. Ke pengolahannya pas
kita ke daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau NTB
yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita fokus ke
pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus Sumbar dulu ada
tenaga honorer dari lulusan ilmu perpustakaan, Sumbar itu tidak
begitu ini, Cuma dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya
apa aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan perpustakaan lain
selain IPDN, nah disamakan, nah masukin ke katalog juga
disamakan yaitu Sumbar sudah ada pustakawannya, apalagi
sekarang Pak Sodari yang kepala perpustakaanya juga sempet
diklat barengan dengan Pak Kiswanto, yang 628 jam. Beliau
ikutan jadi sudah pustakawan di Sumbar. Yang kepala
63
perpustakaannya dari pustakawan itu Sumbar, Makassar, terus
NTB.” 68
Informan AN juga menjelaskan bahwa adanya pendampingan yang
diberikan dari Pustakawan senior (yang telah memiliki pengalaman
dan pangkat lebih) Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor akan
mendampingi perpustakaan IPDN Daerah yang tidak memiliki SDM
yang memahami ilmu perpustakaan. Beliau juga menyebutkan bahwa
perpustakaan pusat juga pernah beberapa kali membantu pengolahan di
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, seperti yang dijelaskan dalam
wawancaranya :
“kalau yang Itu jadi disetiap kampus daerah yang memang
belum memiliki SDM Perpustakaan yang memadai akan
didampingi oleh si kampus pusat, tidak hanya di daerah, di
kampus cilandak (IPDN Jakarta) pun beberapa kali mengolah
untuk disana karena memang SDM nya sedikit. Jadi memang
pustakawan-pustakawan senior membimbing staf perpustakaan
disana untuk mengolah, memang yang mengerjakan kita, karena
memang SDM nya sedikit”69
Namun, menurut penuturan Informan RU Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta telah mengolah koleksinya sendiri dan memang tidak aturan
yang diberikan perpustakaan pusat dalam pengolahan hal tersebut tetap
menjadikan komunikasi yang baik antara Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta dan Perpustakaan Pusat IPDN Kampus Jatinangor dalam
penyelenggaraan kegiatan perpustakaan.
68
Eti Sumiati.
69
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor (Sumedang: Wawancara, 2019).
64
“Kita sebenernya bebas. Apalagi beliau juga tidak mau ikut
campur yah. Cuma kita suka koordinasi. Ini gimana ya bu
baiknya. Biasa kaya keluarga gimana ya, kan kita keluarga besar
IPDN.”70
“Kita ada dari pegawai sendiri, ini kalau ada buku pengadaan
yang baru datang itu kan berdus-dus diolah dari sini, ya memang
harusnya petugasnya disini pustakawan ya, tapi kami sudah
dilatih udah ngerti juga caranya, kami data lalu kami masukkin
ke OPAC.” 71
Sama halnya dengan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. Kegaiatan
pengolahan telah dilakukan mandiri oleh Perpustakaan IPDN Kampus
Sumatera Barat, hal ini juga mendukung penjelasan Informan ET
bahwa Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat telah memiliki
SDM Perpustakaan dan bukan salah satu Perpustakaan yang menjadi
fokus pendampingan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor dalam hal kegiatan pengolahan.
“Kalau untuk pengolahan tidak ada. Kita sudah mengolah
sendiri. Mungkin hanya diseragamkan untuk stempel dan nomor
punggungnya harus berapa centi, capnya seperti apa. Hal-hal
yang secara fisik luar , sejauh ini itu saja.”
Kemudian, dijelaskan juga teknis kerjasama pengolahan yang
dilakukan, yang mana Pustakawan Senior dari Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor datang ke Perpustakaan Daerah yang
menjadi fokus pendampingan kemudian memberikan pelatihan dalam
pengolahan bahan pustaka, setelah pustakawan tersebut selesai
70
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
71
Rusminarti.
65
memberikan pelatiahan dan kembali, Perpustakaan yang diberikan
pelatihan tersebut tetap diberikan pendampingan untuk memastikan
implementasi pelatihan yang diberikan telah tepat. Berikut kutipan dari
Informan AN
“Jadi untuk pengolahan bahan pustaka itu dari sini missal
perwakilan yang menguasai seperti bu Eti, pak Jajang itu ke
kampus-kampus daerah. Itu memberikan keterampilannya seperti
apa . ketika bu Eti dan Pak Jajang sudah kembali ke kampus
pusat lagi, jadi mereka sudah bisa jalan.” 72
Informan ET juga menambahkan, bahwa pendampingan tersebut tidak
terputus saat Bu Eti maupun Pak Jajang kembali ke Jatinangor, saat
staff perpustakaan daerah tersebut masih kesulitan dalam pengolahan
mereka dapat berkomunikasi lewat email agar dapat dibantu.
“Tapi tetap sih tidak dilepas, mereka itu kan bukan dari
pustakawan, pasti bisa kalau didampingi terus, barulah mereka
mengetahui perpustakaan. Mereka kalau misalkan susah sekali
mengklasifikasi buku, mereka email ke ibu, dari ibu kemudian
ibu email kan lagi kesana hasil klasifikasinya apa ini, nomornya
ini, kelasnya ini, jadi ibu emailkan aja, jadi kaya ini nih call
numbernya ibu email kan dari mereka tinggal print dan
tempel”73
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dalam bidang pengolahan sudah
berjalan dengan mandiri meskipun staff perpustakaan disana belum
menjadi pustakawan.
72
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor.
73
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
66
3) Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk
Merupakan salah satu bentuk kerjasama, penyusunan katalog induk
sekaligus menjadi salah satu sarana penunjang yang dimiliki untuk
mendukung kegiatan kerjasama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor dengan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah.
Katalog induk ini telah dipakai dalam wujud OPAC (Online Public
Access Catalogue) yang mana OPAC tersebut memuat seluruh koleksi
yang dimiliki oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan
Perpustakaan IPDN Kampus Daerah. Juga OPAC tersebut memiliki
fungsi serba guna yang mana OPAC tersebut juga sebagai sarana
operasional sehari-hari yang digunakan perpustakaan IPDN dalam
memasukkan data dan pencarian koleksi. OPAC ini dapat diakses pada
elibrary.ac.id/katalog. Menurut Informan ET, OPAC tersebut memuat
koleksi dari setiap Perpustakaan IPDN, berikut penuturan beliau :
“.. Yang kalatog itu, ada tulisan cilandak maka yang keluar
koleksi yang ada di cilandak aja, kalau yang semua itu kanan ada
di atasnya kalau mau lihat.”74
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Informan RU dalam wawancaranya
“Ini OPAC IPDN Jakarta tapi ada lokasi buku itu dari IPDN
yang lain, kadang ada dari Jatinangor, kadang adanya disini atau
di IPDN daerah lain ada yang begitu.”75
Berbeda dengan Informan MI. Menurutnya, OPAC tersebut telah
banyak tertinggal dengan banyaknya versi Slims terbaru saat ini, hal
tersebut karena OPAC tersebut memang harus berpatokan dengan pusat
74
Eti Sumiati.
75
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf
SP19030.pdf

More Related Content

Similar to SP19030.pdf

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...Warnet Raha
 
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdfSkripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdfZunaidi Siregar
 
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...zunaidi siregar
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
 
Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)
Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)
Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)Laurensia Averina
 
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...Warnet Raha
 
Digital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumber
Digital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumberDigital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumber
Digital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumbergigih95
 
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...Warnet Raha
 

Similar to SP19030.pdf (20)

Kti wa ode isnawati (2)
Kti wa ode isnawati (2)Kti wa ode isnawati (2)
Kti wa ode isnawati (2)
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BUL...
 
Kti wa ode isnawati (2)
Kti wa ode isnawati (2)Kti wa ode isnawati (2)
Kti wa ode isnawati (2)
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdfSkripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
Skripsi_ZUNAIDI SIREGAR.pdf
 
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
Analisis Sistem Pengelolaan Arsip Statis Pada Bagian Legal Pusat Penelitian K...
 
Kti arni akbid paramata raha
Kti arni akbid paramata rahaKti arni akbid paramata raha
Kti arni akbid paramata raha
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
ASAL USULSLANK DI DUNIA
ASAL USULSLANK DI DUNIAASAL USULSLANK DI DUNIA
ASAL USULSLANK DI DUNIA
 
Isran esra kti
Isran esra ktiIsran esra kti
Isran esra kti
 
Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)
Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)
Lckti smapsic (mitos khas minangkabau)
 
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
 
Kti hasti 2013.ib.0067
Kti hasti 2013.ib.0067Kti hasti 2013.ib.0067
Kti hasti 2013.ib.0067
 
Digital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumber
Digital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumberDigital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumber
Digital 20160283 rb13-s116m-manajemen sumber
 
Kti jumhirah akbid paramata raha
Kti jumhirah akbid paramata rahaKti jumhirah akbid paramata raha
Kti jumhirah akbid paramata raha
 
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AK...
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 

SP19030.pdf

  • 1. UPAYA MEMBANGUN KINERJA PUSTAKAWAN MELALUI KERJASAMA INTERNAL PERPUSTAKAAN IPDN KAMPUS JATINANGOR, JAKARTA DAN DAERAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S. IP) Oleh: RATU KARIMA FAUZAN AZHIMA NIM. 11140251000021 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAMA NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019M / 1440H
  • 2.
  • 3.
  • 4.
  • 5. i ABSTRAK Ratu Karima Fauzan Azhima NIM. 11140251000021. Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Dibawah bimbingan Parhan Hidayat, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa kerjasama internal antar Perpustakaan IPDN dan bagaimana upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama internal antar Perpustakaan IPDN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah : obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk teknik analisis data meliputi : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Informan penelitian ini berasal dari Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kerjasama internal yang telah dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus Daerah adalah kerjasama redistribusi, kerjasama penyusunan dan pengembangan katalog induk, kerjasama pengolahan, kerjasam penyediaan fasilitas dan kerjasama pemberian jasa dan informasi Dalam praktiknya, masih terdapat hambatan diantaranya adalah kurangnya anggaran, terbatasnya aula untuk pelatihan rutin, server yang error, dan versi sistem OPAC yang belum update. Upaya membangun kinerja pustakawan kinerja pustakawan melalui kerjasama internal adalah adanya pendampingan, pelatihan dan sosialisasi yang berdampak pada terbantunya staf perpustakaan, terasahnya kemampuan pustakawan dalam pengolahan serta termotivasinya pustakawan untuk terus belajar meningkatkan kapasitasnya. Kata kunci : kerjasama perpustakaan, kinerja pustakawan
  • 6. ii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Segala puji hanya milik Allah SWT, Zat Yang Maha Agung dan Maha Mulia, yang telah memberikan nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selawat serta salam semoga tercurah kepada imam termulia yakni Nabi Muhammad SAW serta para sahabat, keluarga dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Aamiin. Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwasanya masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan doa dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada : 1. Bapak Drs. Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing akademik. 3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Perpustakaan 4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Nurul Hayati, M.Hum selaku Penguji I dan Ibu Melly Kartika Adelia, M.Hum selaku Penguji II Penulis, terimakasih atas perhatian dan masukkannya dalam penyelesaian skripsi ini.
  • 7. iii 6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sebagai bekal bagi penulis kedepan. 7. Kepada seluruh Informan penelitian ini yaitu Ibu Eti Sumiati, S.Sos, MM , Ibu Annisa Rahmadanita, S.IP, M.Tr.IP , Ibu Rusminarti, S.Pd. dan Ibu Mike Oktaviani, A.Md. Terimakasih banyak atas kesediannya telah meluangkan waktu dan berbagi ilmu untuk penelitian ini kepada penulis. 8. Kepada Keluarga Perpustakaan Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. 9. Terkhusus untuk Bapak Tubagus Hikmat dan Ibu Erna Juwita selaku orang tua penulis yang tiada henti memberikan dukungan moril maupun materiil yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Semoga Ummi dan Abi diberikan kesehatan dan dalam Lindungan Allah Ta‘ala selalu. 10. Teruntuk kakak dan adik penulis, Ratu Naila Izzatul Islam, Tubagus Hamzah Achyari, Tubagus Ali Ibrahim dan Ratu Husaina Hadida yang selalu memberikan kehangantan, rasa aman, dan dukungan yang tidak pernah habis-habisnya untuk penulis. 11. Kepada Sumayyah Squad, Rahmawati, Melpi, Apriana, Cahayatunnisa, Hany, Fida, Destri, Meliha, dan Nurul yang telah banyak memberikan keseruan, kekocakan, keharuan dan pelajaran berharga lainnya. Ingat selalu wajah ane dalam doa Rabithah kalian yaa. 12. Tak lupa kepada teman-teman IP B 2014 atas kebersamaan dan kekocakkannya selama kurang lebih empat tahun ini. Semoga dilancarkan selalu urusannya. Aamiin.
  • 8. iv 13. Teman-teman LDK Syahid, khususnya keluarga LDKS FAH dan Kaderisasi 21 yang memberikan banyak pengalaman yang berharga. 14. Teman-teman KKN MOKSA 138 yang telah memberikan semangat dan pengalaman tak terlupakan. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu. Untuk dapat mendekati kesempurnaan, skripsi ini membutuhkan kritik dan saran dari berbabagai pihak, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Depok, April 2019 Penulis
  • 9. v DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6 E. Definisi Istilah........................................................................................... 7 F. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8 G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10 BAB II TINJAUAN LITERATUR.................................................................. 12 A. Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................................... 12 1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ......................................... 12 2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................... 13 3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi .............................. 15 B. Kerjasama Perpustakaan .......................................................................... 16 1. Pengertian Kerjasama Perpustakaan..................................................... 16 2. Fungsi Kerjasama Perpustakaan........................................................... 19 3. Bentuk Kerjasama Perpustakaan.......................................................... 19 4. Sarana Penunjang Kerjasama Perpustakaan......................................... 22 5. Faktor Pendorong Kerjasama Perpustakaan......................................... 25 6. Manfaat Kerjasama Perpustakaan ........................................................ 28 8. Hambatan Kerjasama Perpustakaan ..................................................... 30 C. Kinerja Pustakawan.................................................................................. 31 1. Pengertian Pustakawan......................................................................... 31
  • 10. vi 2. Kinerja Pustakawan.............................................................................. 37 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 38 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................................... 38 B. Kriteria Informan ..................................................................................... 40 C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 41 1. Observasi.............................................................................................. 42 2. Wawancara ........................................................................................... 43 3. Analisis Dokumen................................................................................... 43 D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 46 A. Profil Objek Penelitian............................................................................. 46 1. Profil Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor ........................................ 47 2. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.......................................... 53 3. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat ............................ 56 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................. 57 1. Kerjasama Internal Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta, dan Daerah...................................................................................... 58 2. Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinagor, Jakarta dan Daerah ....................... 87 BAB V PENUTUP.............................................................................................. 99 A. Kesimpulan ............................................................................................... 99 B. Saran........................................................................................................ 100 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102 LAMPIRAN – LAMPIRAN BIODATA PENULIS
  • 11. vii DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Struktur Perpustakaan Pusat ............................................................ 49 Gambar 4.2 Stuktur IPDN Kampus Jakarta ......................................................... 55 Gambar 4.3 Struktur IPDN Kampus Sumbar ....................................................... 57
  • 12. viii DAFTAR TABEL 3.1 Daftar Nama Informan ................................................................................... 41 3.2 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 45
  • 13. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada satupun lembaga informasi yang dapat melayani semua kebutuhan pemustaka dengan koleksi yang spesifik pada tiap bidangnya. Sekalipun perpustakaan tersebut adalah perpustakaan besar dengan segala anggaran yang melimpah. Perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi serta meningkatakan kinerjanya membutuhkan bantuan perpustakaan lain. Kebutuhan akan bantuan dari perpustakaan atau lembaga informasi lain mendorong adanya praktik kerjasama antar perpustakaan. Kerjasama perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau lebih1 . Istilah kerjasama perpustakaan seringkali dihubungkan dengan istilah konsosrsium, kolaborasi, dan jaringan. Dengan berkembangnya teknologi saat ini juga berimbas pada sistem perpustakaan, hal ini dapat dilihat dari semakin mudahnya akses dalam melihat koleksi di perpustakaan. Dengan kemajuan tersebut, menjadikan aktifitas perpustakaan ikut bergantung kepada teknologi. Hal ini juga melekat pada praktik kerjasama perpustakaan, Seperti yang dinyatakan oleh Siregar bahwa suatu kerjasama perpustakaan dan sistem jaringan perpustakaan dapat didefinisikan sebagai sejumlah organisasi yang secara formal berpartisipasi atau saling 1 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), 8.2.
  • 14. 2 terhubung satu sama lain yang memiliki tujuan yang sama dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dan memiliki suatu struktur oraganisasi2 . Kerjasama bukanlah satu hal yang baru dalam masyarakat kita, kita telah terbiasa mengenal istilah kerjasama ekonomi, politik dan bidang lainnya, begitu juga dalam islam, kegiatan kerjasama telah dianjurkan dalam Al-Qur‘an yang pada salah satu ayatnya berbunyi : ‫ا‬َ‫و‬ ِ‫م‬ْ‫ث‬ِ ْ ‫اْل‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ َ ‫َل‬َ‫و‬ ۖ ٰ ‫ى‬َ‫و‬ْ‫ق‬َّ‫ت‬‫ال‬َ‫و‬ ِّ‫ر‬ِ‫ب‬ْ‫ال‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫او‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫و‬ ُ‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ َ َّ ‫َّللا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ َ َّ ‫َّللا‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ۚ ِ‫ان‬َ‫و‬ْ‫د‬ُ‫ع‬ْ‫ل‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫ع‬ْ‫ال‬ “… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kamu kepada Allah, Sungguh Allah sangat berat siksa-Nya.” ( al-Mâidah (5) : 2 ) Ayat diatas merupakan prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan siapapun, selama tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan3 dari ayat tersebut Islam mengatur kegiatan tolong menolong dalam hal kebaikan dan bukan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Pada tafsir Ibnu Katsir disebutkan makna dari ayat tersebut adalah Allah Ta‘ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa tolong menolong dalam berbuat kebaikan, itulah yang disebut dengan al- birru (kebajikan); serta meninggalkan segala bentuk kemunkaran dan itulah 2 Ni Kadek Ita Astari, I Putu Suhartika, and Ni Putu Priemerieta Haryanti, ―Evaluasi Kerjasama Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Bali Dengan PT. Telkom Indonesia Dalam Rangka Meningkatkan Layanan Perpustakaan,‖ Jurnal Ita Galung Universitas Udayana, June 2016. 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Peran, Kesadaran, Dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 3 Surah al-Maidah (Ciputat: Lentera Hati, 2001),13
  • 15. 3 dinamakan dengan at-takwa.4 Dari makna tersebut dapat kita fahami bahwasanya dengan tolong menolong dalam kebaikan akan mencegah terjadinya kemungkaran sehingga, tolong menolong menjadi salah satu refleksi dari bukti ketakwaan. Kerjasama perpustakaan sesungguhnya menjadi satu cara untuk saling tolong menolong antar perpustakaan.. Selain menjadi wadah untuk saling tolong menolong antar perpustakaan, kerjasama juga menjadi salah satu kegiatan untuk mewujudkan misi universitas atau institut yang manaunginya. Hal ini seperti yang disebutkan oleh McVey dan Farrar dalam Collaboration and Academic Library : Internal and External, Local and Regional, National and International menjelaskan bahwa istilah ‗kemitraan‘ ‗fasilitas‘ ‗dukungan‘ dan ‗komunitas‘ adalah tampilan dan ungkapan niat untuk berkolaborasi, serta menggaris bawahi pentingnya kolaborasi sebagai kontribusi perpustakaan bagi misi universitas5 . Institut Pemerintahan Dalam Negeri sebagai lembaga pendidikan tinggi ikatan dinas kepamongprajaan yang berada dibawah Kementerian Dalam Negeri bertujuan mencetak kader pemerintah di daerah maupun pusat. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri bahwa kampus IPDN terdiri atas6 : Kampus 4 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, 2008), 9 5 Jeremy Atkinson, ed., Collaboration and Academic Library : Internal and External, Local and Regional, National Dan International., 1st ed. (United Kingdom: Elsevier Ltd., 2018), https://www.elsevier.com/books/collaboration-and-the-academic-library/atkinson/978-0-08- 102084-5, 56. 6 Kementerian Dalam Negeri RI, ―Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Intitut Pemerintahan Dalam Negeri‖ (Kementerian Dalam Negeri RI, 2018),
  • 16. 4 IPDN Jatinangor yang dipimpin langsung oleh Rektor, Kampus IPDN Jakarta, dan Kampus IPDN Daerah. Dalam strukturnya, Rektor IPDN berda pada IPDN Kampus Jatinangor sehingga kedudukan Kampus Jatinangor adalah sebagai kampus pusat. Untuk itu, dapat diketahui Kampus IPDN terdiri atas tiga yaitu IPDN Kampus Jatinangor sebagai kampus pusat, IPDN Kampus Jakarta dan IPDN Kampus Daerah. Saat ini kampus IPDN tersebar di beberapa provinsi di Indonesia hal tersebut disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 2018 bahwa IPDN Kampus daerah atas IPDN Kampus Sulawesi Utara ; IPDN Kampus Sulawesi Selatan; IPDN Kampus Sumatera Barat di; IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat; IPDN Kampus Kalimantan Barat; dan IPDN Kampus Papua. Dengan hadirnya kampus-kampus IPDN yang tersebar dibeberapa provinsi di Indonesia, maka tercipta unit-unit perpustakaan pada kampus- kampus tersebut untuk menunjang Tri Dharma di IPDN secara keseluruhan. Unit-unit perpustakaan yang ada dikampus daerah ini tentunya memiliki kelebihan dan kesulitannya masing-masing. Kesulitan yang dialami oleh perpustakaan salah satunya adalah SDM Pustakawan. Pustakawan adalah seorang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal7 https://www.kemendagri.go.id/media/documents/2018/08/01667c4f87802528c2e19222ca97bd68.p df. 7 Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 3.
  • 17. 5 SDM Pustakawan menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan sebuah perpustakaan. Perlu disadari bahwa, pustakawan adalah aparatur pemerintah atau abdi negara dan pelayan masyarakat.8 Sehingga pelayanan perpustakaan yang diberikan kepada pemustaka baik dan buruknya, juga bergantung kepada pustakawan. Pada kondisinya masing-masing, tidak semua perpustakaan memiliki kemampuan SDM yang sama. Begitu juga pada unit perpustakaan IPDN pusat Jakarta, dan daerah. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Perpustakaan Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2017 mengenai Evaluasi Pelayanan dan Penataan Perpustakaan Kementerian Dalam Negeri, pada penelitian tersebut diketahui beberapa perpustaakaan unit IPDN yang ada di daerah memiliki jumlah pustakawan, koleksi, serta kendala yang berbeda. Dan SDM menjadi salah satu hal yang perlu ditingkatkan. Tentunya, Perpustakaan IPDN berupaya untuk meningkatkan hal tersebut terutama pada sumber daya tenaga perpustakaan, dengan tersebarnya kampus IPDN di berbagai daerah tentu adanya kerjasama internal diantara Perpustakaan IPDN Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah“ 8 Gatot Subrata, ―Upaya Pengebangan Kinerja Pustakawan Perguran Tinggi Di Era Globalisasi Informasi,‖ Pustakawan Perpustakaan UM, Oktober 2009, http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Upaya%20Pengembangan%20Kinerja%2 0Pustakawan.pdf, 12.
  • 18. 6 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk lebih memahami dan menghindari bahasan diluar konteks, maka penulis memberikan beberapa batasan, agar penelitian dapat terfokus sehingga sesuai dengan yang hendak ingin dicapai. Penulis ingin megetahui mengenai kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah dan upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Untuk itu penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah? 2. Bagaimanakah upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan manfaat dan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka, adapun tujuan penelitian ini yakni : 1. Untuk mengetahui, kerjasama internal yang ada di Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus Daerah 2. Untuk mengetahui, upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama internal perpustakaan IPDN Jatinagor, Jakarta dan Daerah D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai yaitu :
  • 19. 7 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi Ilmu Perpustakaan mengenai kerjasama perpustakaan terutama dalam meningkatkan kinerja pustakawan. b. Penelitian ini diharapkan dapat menajadi sebuah rujukan yang dapat diakses pada Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai kerjasama perpustakaan dan pengaruhnya pada kinerja pustakawan b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor , Jakarta dan Daerah. E. Definisi Istilah 1. Kerjasama Perpustakaan Merupakan sebuah kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih, yang mana kegiatan tersebut dapat meruntuhkan batas-batas antar institusi, antar kawasan dan antar wilayah agar layanan yang lebih baik dapat disediakan. 2. Perpustakaan Perguruan Tinggi Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi menjelaskan Perpustakaan perguruan tinggi adalah bagian integral dari kegitan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan
  • 20. 8 berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi9 3. Kinerja Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika. 10 4. Pustakawan Menurut UU No. 43 tahun 2007 Pustakawan adalah seorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.11 F. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini dimaksudkan utuk mengetahui bahwa sebelumnya telah ada yang melakukan penelitian mengenai hal yang sama namun berbeda dalam pembahasannya. Berikut penelitian yang relevan dengan skripsi yang penulis teliti : 1. Penelitian terdahulu yang pertama merupakan sebuah jurnal yang berjudul Model Jaringan Kerjasama antar Perpustakaan 9 Kepala Perpustakaan Nasional RI, ―Peraturan Kepala Perpustakaan RI No. 13 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi‖ (Perpustakaan Nasional RI, 2017), https://www.perpusnas.go.id/webforms/uploads/law/1709210854302mwUYG7rvf.pdf. 10 Prawirosuntono and Suryadi, Kebijakan Kinerja Karyawan (Yogyakarta: BPFE, 2008), 25 11 Testiani Makmur, Budaya Kerja Pustakwan Di Era Digitalisasi : Perspektif Organisasi, Relasi, Dan Individu (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 8
  • 21. 9 Perguruan Tinggi Islam di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Ditulis oleh Yunus Winoto, Universitas Padjajaran. Jurnal ini bertujuan untuk menemukan model jaringan Perpustakaan Universitas Islam yang ada di Jawa Barat. Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah mengambil jenis objek yang sama yaitu perguruan tinggi serta membahas mengenai kerjasama. Sedangkan perbedaannya adalah pada pembahasannya penelitian ini membahas mengenai model jaringan kerjasama sedangkan penulis membahas bentuk dan sarana penunjang kerjasama internal, selain itu pendekatan yang digunakan berbeda, pada penelitian ini menggunakan pendekatan campuran sedangkan penelitian yang penulis lakukan menggunakan pendekatan kualitatif. 2. Kemudian penelitian yang kedua merupakan sebuah skripsi yang berjudul berjudul Pengaruh Kinerja Pustakawan terhadap Kepuasan Pemustaka pada Perpustakaan Universitas Indonesia. Ditulis oleh Nurun Nafidah Program Studi Ilmu Perpustakaan FAH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pustakawan terhadap kepuasan pemustaka pada Perpustaan Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penulis terletak pada tempat objek penelitian yang mana penelitian yang ini dilaksanakan di Universitas Indonesia, sedangkan penulis di IPDN Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus Jakarta. Perbedaan yang kedua adalah dari pendekatan penelitian yang mana pendekatan penelitian ini adalah kuntitatif sedangkan
  • 22. 10 penelitian penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Persamaan penelitian ini dengan penulis ialah sama-sama membahas mengenai pengaruh kinerja pustakawan sebagai salah satu variable dari judul yang diambil. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penyususnannya, maka penulis membagi pembahasan penelitian ini menjadi lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa subbab, adapun sistematika penulisan tersebut yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sisitematika penulisan. BAB II Tinjauan Literatur Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian-kajian kepustakaan yang berkaitan dengan pengertian perpustakaan perguruan tinggi, tujuan perpustakaan perguruan tinggi, tugas dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi, pengertian kerjasama perpustakaan, fungsi kerjasama perpustakaan, tujuan kerjasama perpustakaan, bentuk kerjasama perpustakaan, sarana penunjang kerjasama, faktor pendorong kerjasama perpustakaan, manfaat kerjasama perpustakaan, hambatan kerjasama perpustakaan, pengertian pustakawan dan kinerja pustakawan.
  • 23. 11 BAB III Metode Penelitian Bab ini memuat jenis pendekatan penelitian, kriteria informan, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan penelitian terdahulu dan jadwal penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini memuat profil Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, dan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat serta hasil penelitian mengenai Upaya Membangun Kinerja Pustakawan melalui Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinagor, Jakarta dan Daerah BAB V Penutup Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis setelah melakukan penelitian di Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
  • 24. 12 BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Perguruan Tinggi 1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi menjelaskan Perpustakaan perguruan tinggi adalah bagian integral dari kegitan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi12 Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. 13 Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademi dan pendidikan tinggi lainnya, yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu perguruan tinggi.14 Hadirnya perpustakaan perguruan tinggi menjadi salah satu yang tidak dapat dipisahkan dari perguruan tinggi, kekayaan 12 Kepala Perpustakaan Nasional RI, ―Peraturan Kepala Perpustakaan RI No. 13 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi.‖ 13 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), 2.17. 14 Abdul Rahman Saleh and Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), 17.
  • 25. 13 intelektual dari civitas akademika lembaga pendidikan tersebut dicerminkan dari hadirnya perpustakaan perguruan tinggi. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian integral dari Tri Dharma pendidikan yang berada pada lingkungan perguruan tinggi, sekolah tinggi, akademi tinggi dan pendidikan tinggi lainnya yang bertujuan untuk mendukung pendidikan tinggi yang lembaga menaunginya. 2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan sebagai salah satu tempat penyimpanan hasil imu pengetahuan yang telah lama dibangun sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan memiliki beberapa tujuan diantaranya ialah15 : a. Sebagai tempat penyimpanan Hasil pemikiran dan temuan manusia agar dapat digunakan dan disebarluaskan maka harus dituangkan kedalam beberapa bentuk media yang digunakan sesuai zamannya. Bentuk-bentuk tersebut dapat berupa tercetak, tertulis, terekam, elektronik dll. Perpustakaan dalam hal ini bertugas untuk menyimpan hasil karya manusia tersebut sehingga hasil karya tersebut tidak hilang, dapat digunakan dan disebarluaskan. b. Sebagai tempat penelitian Sebagai tempat yang juga mendukung adanya penelitian, maka perpustakaan memiliki peran penting dalam penyediaan informasi. 15 Abdul Rahman Saleh and Fahidin, 16.
  • 26. 14 Di dalam menunjang program penelitian ini perpustakaan bertugas menyediakan daftar buku, daftar artikel, majalah ilmiah, membuat/menyusun abstrak tulisan-tulisan ilmiah seperti laporan penelitian, disertasi maupun artikel majalah dan sebagainya. c. Sebagai sumber informasi Perpustakaan hadir karena dibutuhkan. Hal ini tidak terlepas dari peran pemustaka sebagai sasaran perpustakaan. Perpustakaan sebagai sumber informasi merupakan salah satu tujuan dari perpustakaan. d. Sebagai sarana pendidikan Perpustakaan yang berada dalam lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk mendukung berlangsungnya pendidikan yang ada di lembaga tersebut. Pendidikan seumur hidup ini tidak dirasakan pada perpustakaan dibawah lembaga tersebut karena memiliki keterbatasan informasi yang dibutuhkan, berbeda dengan perpustakaan umum, pendidikan seumur hidup ini dapat terwujud dengan hadirnya perpustakaan daerah yang memang diperuntukkan untuk hasl tersebut. e. Sebagai pemelihara budaya Perpustakaan juga memiliki fungsi sebagai pemelihara budaya, perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan tapi juga sebagai identitas dari lingkungan manusia sekitarnya. Sebagai salah satu pemelihara budaya, biasanya perpustakaan
  • 27. 15 mengumpulkan koleksi berupa bahan bacaan yang dapat meningkatkan apresiasi budaya masyarakat. 3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Menurut Sutarno terdapat tiga garis besar dari tugas perpustakaan16 , yaitu : a. Tugas menghimpun infomasi, beberapa kegiatan dalam menghimpun informasi ini berupa mencari, menyeleksi, menyediakan koleksi perpustakaan yang lengkap dan sesuai dengan jumlah, jenis, dan mutu yang dibutuhkan oleh organisasi yang menaunginya. b. Tugas mengelola, kegiatan mengelola ini meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan, mempermudah penelusuran, dan merawat bahan pustaka agar mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan pustaka. c. Tugas memberdayakan dan memberikan layanan yang maksismal. Kegiatan ini meliputi promosi, publikasi dan sosialisasi kepada pemustaka. Tanpa adanya kegiatan ini perpustakaan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kesadaran pemustaka untuk mengetahui fasilitas yang dimiliki perpustakaan adalah penting, semakin banyak dan beragamnya pemustaka maka peningkatan layanan perpusakaan akan semakin baik. 16 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2010), 50.
  • 28. 16 Menurut Saleh dan Fahidin fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat ditinjau sedikitnya dari dua segi yaitu17 : a. Dari segi program kegiatan 1) Untuk mengumpulkan informasi 2) Untuk mengolah mengolahan informasi 3) Untuk menelusur informasi 4) Untuk memanfaatan informasi 5) Untuk menyebarluasan informasi 6) Untuk memelihara dan melestarikan informasi b. Segi program layanan 1) Sebagai sentral layanan informasi bagi program pendidikan juga pengajaran. 2) Sebagai sentral layanan informasi bagi program penenlitian 3) Sebagai sentral layanan informasi bagi program pengabdian kepada masyarakat. B. Kerjasama Perpustakaan 1. Pengertian Kerjasama Perpustakaan Kerjasama menurut KBBI ialah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.18 Kerjasama menurut Merriam Webster Dictionary yang dikutip dari Budi Wibowo memiliki beberapa definisi, yaitu : a. kemauan dan kemampuan untuk bekerja dengan orang lain; b. 17 Abdul Rahman Saleh and Fahidin, 18. 18 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008).681
  • 29. 17 berhubungan, mengorganisir; c. berhubungan dengan, gabungan antara 2 (dua) atau lebih organisasi.19 Kemudian pengertian kerjasama jika dilihat dari kata bahasa inggris yaitu Cooperation, yang berasal dari kata latin.20 Kata Cooperation ini terdiri dari co, artinya ‗bersama-sama‘, dan operation yang artinya bekerja.21 Kemudian, kerjasama secara umum dapat diartikan suatu kegiatan yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk dapat menyelesaikan suatu tujuan bersama secara maksimal.22 Menurut Sulistyo Basuki kerjasama perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau lebih23 . Menurut Pilling Kerjasama perpustakaan merupakan sebuah kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih, yang mana kegiatan tersebut dapat meruntuhkan batas-batas antar institusi, antar kawasan dan antar wilayah agar layanan yang lebih baik dapat disediakan.24 Selanjutnya menurut Edmonds dalam Macdougall Kerjasama perpustakaan merupakan sebuah timbal balik berbagi sumber daya atau sering disebut resource sharing yang dilakukan oleh dua atau lebih badan.25 Hal ini juga senada dengan pendapat Verzosa yaitu : “ library cooperation refers to a reciprocally beneficial sharing of resources developed or pre-existing by two or more libraries, or, it 19 Budi Wibowo, ―Kerjasama Perpustakaan Sebagai Upaya Institutional Empowerment Di BPAD DIY,‖ Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, 2017, bpad.jogjaprov.go.id. 20 J. Dwi Narwoko and Bagong Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan (, Edisi Keempat (Jakarta: Kencana, 2004), 58. 21 Laksmi, Konsep Dan Praktik Kerja Sama Antar Individu Di Lembaga Informasi (Jakarta: ISIPII, 2015), 2. 22 Laksmi..., 2. 23 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, 8.2. 24 Stella Pilling and Stephanie Kenna, Cooperation in Action (London: Facet Publishing, 2002).,xi 25 Alan Macdougall, Handbook of Library Cooperation (London: Goewr, 1991)., 67
  • 30. 18 may be an umbrella term for a wide spectrum of cooperation processes and mechanisms for libraries.”26 Pendapat diatas jika diterjemahkan adalah bahwa kerja sama perpustakaan mengacu pada pembagian manfaat secara timbal balik dari sumber daya yang dikembangkan atau sudah ada sebelumnya oleh dua atau lebih perpustakaan, atau, mungkin saja suatu istilah umum untuk spektrum luas proses dan mekanisme kerja untuk perpustakaan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan kerjasama perpustakaan merupakan kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih saling memberikan timbal balik berbagi sumber dan peningkatan pelayanan yang dapat meruntuhkan sekat institusi dan wilayah untuk terciptanya pelayanan yang maksimal. Dengan adanya kegiatan kerjasama perpustakaan maka terwujudnya komunikasi antar perpustakaan yang terlibat. Tanpa adanya komunikasi yang berjalan dengan lancar maka kerjasama yang dilakukan akan terhambat. Kerjasama memiliki dua hal pokok yaitu mewujudkan visi dan misi perpustakaan dan secara bersama-sama memperoleh nilai tambah atau manfaat atas terjalinnya kerjasama perpustakaan tersebut. 27 26 Fe Angela M. Verzosa, ―Library Consortia and Cooperation In This Digital Age :An Overview of The Philipphine Experience,‖ Eprints, 2004, 1–16, http://eprints.rclis.org/11223/2/Library_consortia_and_cooperation.pdf. 27 Suprihati, Manajemen Perpustakaan : Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat Terampil (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004), 67
  • 31. 19 2. Fungsi Kerjasama Perpustakaan Kegiatan kerjasama sendiri turut mendukung visi dan misi dari lembaga induk serta fungsi perpustakaan itu sendiri. Adapun fungsi dari kerjasama ialah : a. Komunikasi dapat terjalin antar perpustakaan b. Tukar menukar informasi c. Pemberdayaan SDM d. Pemberdayaan koleksi e. Pemberdayaan sarana dan prasarana 3. Bentuk Kerjasama Perpustakaan Menurut Rupadha terdapat 6 point bentuk kerjasama perpustakaan, diantaranya ialah28 : a. Kerjasama Pengadaan Dalam kerjasama ini perpustakaan atau lebih bersama-sama mengambil keputusan untuk melakukan pembelian buku menurut subjek yang telah ditentukan secara bersama-sama atau masing-masing perpustakaan sepakat mengadakan buku sesuai dengan subjek masing- masing. b. Pertukaran dan Redistrubusi Publikasi Bentuk ini diwujudkan dalam pertukaran publikasi atau buku yang dimiliki sebuah perpustakaan dengan publikasi atau buku lebih yang dimiliki perpustakaan lain. pertukaran dilakukan dengan metode 28 I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif Mengoptimalkan Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan,‖ Academia Edu, November 7, 2018, 1–7, https://unram.academia.edu/IKOMANGRUPADHA.
  • 32. 20 langsung atau melalui biro pusat. Pada metode langsung pertukaran dilakukan antar sesama perpustakaan, biasanya menggunakan dasar pertukaran 1:1 artinya satu buku ditukar dengan 1 buku tanpa memandang tebal dan tipisnya buku maupun harga. Kemudian kerjasama dalam hal redistribusi merupakan pemindahan penyimpanan koleksi atau publikasi dikarenakan ruang yang ada tidak dapat menampung koleksi tersebut, kemudian buku tersebut ditawarkan kepada perpustakaan lain yang memang membutuhkan koleksi tersebut untuk disimpan di perpustakaannya. c. Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk Katalog induk adalah katalog dari dua perpustakaan atau lebih. Katalog induk bertujuan untuk mengetahui dimana lokasi sebuah buku, karena di dalamnya selalu tercantum lokasi perpustakaan yang memiliki buku. d. Kerjasama Pengolahan Mencakup pengolahan berupa pengkatalogan, kalsifikasi serta penentuan tajuk subjek. Menurut lokasi pengolahan dapat dibagi menjadi pengolahan terpusat dan pengolahan regional. e. Kerjasama Penyediaan Fasilitas Bentuk kerjasama ini adalah salah satu perpustakaan memberikan akses kepada perpustakaan lain untuk dapat menggunakan fasilitas dari perpustakaan tersebut seperti penggunaan mesin fotokopi, meminjam koleksi, menggunakan jasa penelusuran dan sebagainya. Bentuk ini sepertinya sudah tidak relevan untuk sekarang. Karena tiap
  • 33. 21 perpustakaan hampir semua memberikan akses kepada tiap orang yang berkunjung. f. Kerjasama Pemberian Jasa Informasi Dalam bentuk kerjasama ini dua perpustakaan atau lebih bersepakat untuk saling memberikan inofmrasi. Kerjasama pemeberian jasa informasi tidak hanya dalam lingkup peminjaman koleksi saja, namun menyangkut semua aspek fasilitas yang dimiliki perpustakaan yang bekerjasama. Kemudian menurut Laksmi dalam Konsep dan Praktik Kerja Sama antar Individu di Lembaga Informasi menjelaskan rincian praktik kerjasama para individu di dalam bentuk kerjasama perpustakaan29 : a. Kerjasama pengatalogan terkomputerisasi. Kerjasama ini merupakan kerjasama untuk membangun OPAC (Online Public Access Catalogue) atau melalui situs web. Para pekerja di lembaga informasi perlu bekerjasama untuk menyamakan sistem yang bisa digunakan bersama. Hal ini untuk memudahkan perpustakaan yang ikut bekerjasama agar dapat saling terhubung. b. Kerjasama penyusunan katalog induk. Perbedaan bentuk kerjasama ini dengan kerjasama pengatalogan terkomputerisasi ialah bentuk kerjasama ini adalah untuk membantu dalam pelaksanaan pinjam antar perpustakaan. Teknis bentuk kerjasama ini adalah salah seorang professional informasi mengumpulkan katalog dari tiap perpustakaan 29 Laksmi, Konsep Dan Praktik Kerja Sama Antar Individu Di Lembaga Informasi, 77.
  • 34. 22 yang bekerjasama kemudian menyusunnya dalam satu format yang telah disepakati bersama. c. Kerjasama pertukaran bibliografi. Kerjasama ini untuk memudahkan perpustakaan yang bekerjasama untuk dapat saling bertukar data bibliografi, hal ini untuk memudahkan akses dalam melihat koleksi dari perpustakaan lain. d. Kerjasama pelatihan. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh satu perpusatakaan atau lebih untuk dengan menghadirkan narasumber dari pihak perpustakaan yang menyelenggarakan atau mengundang tenanga ahli atau instruktur pelatihan dari perpustakaan atau lembaga lain. Pelatihan ini dapat memberikan wawasan dan keahlian baru bagi SDM di perpustakaan yang ikut dalam kegiatan kerjasama tersebut. 4. Sarana Penunjang Kerjasama Perpustakaan Sarana penunjang kerjasama merupakan alat dalam berbagai bentuk yang dapat memudahkan dalam kegiatan kerjasama. Menurut Rupadha terdapat beberapa bentuk sarana / alat-alat penunjang kerjasama perpustakaan antara lain30 : a. Penerbitan direktori perpustakaan Direktori perpustakaan memudahkan antar perpustakaan berkomunikasi dalam kegiatan kerjasama perpustakaan.direktori ini memuat alamat perpustkaan, direktori ini perlu dimiliki oleh 30 I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif Mengoptimalkan Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan,‖ Academia Edu, n.d., 1–7.
  • 35. 23 perpustakaan yang menjadi vocal point dalam kegiatan kerjasama perpustakaan. b. Penerbitan daftar tambahan koleksi baru Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini perpustakaan dapat memanfaatkan situs nya untuk dapat terhubung dengan perpustakaan lain dengan menambahkan link perpustakaan lain kedalam situsnya, sehingga koleksi terbaru perpustakaan lain dapat dilihat dari situsnya masing-masing. c. Penyusunan katalog induk Fungsi dari katalog induk ialah merpermudah penyalinan katalog (copy cataloging), mendukung pengawasan bibliografi (bibliographic control), dan mendukung silang layan (inter library loan)31 Secara manual penyunan katalog induk memerlukan waktu dan biaya yang banyak. Saat ini perpustakaan dapat memanfaatkan situs yang telah terintegrasi lewat link dengan situs perpustakaan yang ikut bekerjasama, dari link bersama tersebut dapat memudahkan perpustakaan yang terhubung dapat salaing mengetahui koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan yang ikut bekerjasama. d. Penyusunan dan penyeragaman standar Adanya pembinaan berbagai standar untuk keseragaman dan kemudahan komunikasi antar perpustakaan.32 format formulir, 31 Hermawan, ―Pengertian Katalog Dan Katalog Induk,‖ Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, June 22, 2010, <https://perpustakaan.kaltimprov.go.id.> 32 I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif Mengoptimalkan Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan.‖
  • 36. 24 peraturan katalogisasi, format data hingga penentuan biaya dan sebagainya. Merupakan beberapa usaha kerjasama untuk menyederhanakan prosedur kegiatan di perpustakaan. hal ini dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama antar perpustakaan. e. Pembinaan SDM / tenaga pustakawan Pengelolaan merupakan salah satu modal perpustakaan untuk dapat memberikan layanan maksimal namun, pengelolaan ini sangat bergantung kepada SDM perpustakaan sehingga untuk dapat meningkatkan kinerja SDM perpustakaan yang lebih baik maka perlu adanya pembinaan kepada SDM perpustakaan. Pembinaan tersebut dapat dalam bentuk program pendidikan dan formal. Program pendidikan diantanya penataran, seminar, loka karya, magang, pendidikan formal, maupun peminjaman SDM perpustakaan kepada perpustakaan yang membutuhkan. Sarana penunjang tersebut beberapa diantaranya tidak relevan untuk dapat dilakukan pada saat ini, dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi akan membuat kerjasama menjadi lebih sederhana dengan menyesuaikan kebutuhan dari perpustakaan tersebut, terkadang kerjasama yang dilakukan hanya dengan menggunakan sistem jaringan agar saling terhubung bagi perpustakaan yang berkerjasama, namun untuk pembinaan SDM/ tenaga pustakawan dapat digunakan sebagai salah satu pemerataan kompetensi bagi perpustakaan yang terlibat.
  • 37. 25 5. Faktor Pendorong Kerjasama Perpustakaan Kerjasama perpustakaan memiliki alasan untuk dipraktikkan. Alasan- alasan ini menjadi faktor pendorong adanya kegiatan kerjasama perpustakaan. Menurut Moore dan Carpenter dalam Cooperation in Action terdapat faktor-faktor kunci yang dapat mempengaruhi kerjasama perpustakaan, diantaranya ialah33 : a. Critical Size Terdapat dua aspek yang pada faktor ukuran ini.Aspek pertama ialah menyangkut jangkauan dan hubungan yang erat antar daerah geografis, kepadatan populasi yang dilayani oleh program-program kerjasama. Dalam keadaan geografis yang tidak saling berdekatan meungkinkan perpustakaan untuk melakukan aktivitas kerjasama, yang mana perpustakaan yang berada di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi dibandingkan dengan perpustakaan besar yang berada di tengah kota. Dengan kegiatan kerjasama tersebut perpustakaan yang berada di daerah terpencil setidaknya dapat terbantu dengan adanya kerjasama dengan perpustakaan yang berada di tengah kota. kemudian aspek yang kedua ialah skala konsorsium atau kemitraan kerja. Ketika jumlah mitra bertambah maka perlu dibentuk unit koordinasi yang nantinya akan memainkan fungsi manajemen yang dapat mengembangkan kerjasama perpustakaan. b. Source of funding 33 Stella Pilling and Stephanie Kenna, Cooperation in Action (London: Facet Publishing, 2002), 81.
  • 38. 26 Pada point sumber pendaan, perpustakaan perlu menyadari bahwasanya aktivitas kerjasama berjalan bukan tanpa biaya. Kegiatan kerjasama adalah investasi untuk dapat mengembangkan layanan yang lebih baik. Pendaan akan menunjukkan seperti apa aktivitas kerjasama yang dilakukan. dengan adanya pendaan akan mendorong perpustakaan untuk melakukan kerjasama. c. Control and management structures Dengan semakin meningkatnya kontrol dan pengaturan struktur berdampak pada efektifnya kegiatan kerjasama yang dilakukan. Pada realitanya aktivitas kerjasama seringkali berjalan tanpa arahan yang tepat. Perlu adanya mekanisasi yang yang jelas agar tujuan kerjasama yang hendak dicapai dapat terealisasi dengan efektif dan tepat sasaran. d. Models of co-operation Pada model kerjasama konvensional, kelompok perpustakaan berkumpul untuk membentuk konsorsium untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyediakan layanan bersama. Konsorsium biasanya dikelola oleh komite, baik dipilih oleh anggota atau dimana masing-masing pasangan memiliki tempat yang sama. Pekerjaan konsorsium dibagi antara anggota lebih atau kurang sama dan masing-masing menerima manfaat yang mereka rasa sejalan dengan biaya kontribusi yang dibuat.
  • 39. 27 Kemudian Menurut Rupadha terdapat beberapa faktor pendorong terjadinya kerjasama perpustakaan diantaranya34 : a. Adanya kemajuan di bidang IPTEK , Hal ini berdampak pada semakin beragamnya bentuk informasi yang telah dipengaruhi teknologi, seperti dengan hadir ebook dan sumber informasi online lainnya. b. Perkembangan Lembaga Pendidikan. Dengan semakin pesatnya lembaga pendidikan dari berbagai tingkat dan bidang berbanding lurus semakin meningkat dan beragamnya permintaan informasi oleh pemakai dari waktu ke waktu. c. Kemajuan dalam Berbagai Bidang Teknologi Dunia usaha, industri, dunia perdagangan semakin berkembang dengan pesat, mengakibatkan adanya tuntutan peningkatan profesionalisme indivudu untuk dapat memiliki keterampilan untuk dapat bersaing. Sehingga literature dan bahan bacaan menjadi salah satu cara untuk dapat meningkatkan pengembangan keterampilan. d. Berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Commuication Techonology/ ICT). Dengan semakin berkembanganya teknologi dan telekomunikasi menjadikan kerjasama dapat dilakukan dengan mudah dan murah e. Tuntutan Masyarakat untuk memperoleh informasi yang sama. Informasi yang dimiliki dari setiap wilayah tidak sama, namun kebutuhan yang sama akan informasi tersebut meuntut agar informasi 34 I Komang Rupadha, 4-5.
  • 40. 28 tersebut dapat tersebar merata. Kerjasama memungkinkan penghematan fasilitas, biaya, sumber daya manusia, dan waktu. 6. Manfaat Kerjasama Perpustakaan Salmubi menerangkan kerjasama dan resource sharing dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi juga kualitas layanan perpustakaan dari hal tersebut akan berdampak pada terpenuhinya kebutuhan informasi. selain manfaat diatas kerjasama dan resource sharing juga memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terlibat diantaranya35 : a. Perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama dapat merumuskan sejumlah agenda tentang arah pengembangan perpustakaan pada masa yang akan datang (dalam bentuk rencana strategis pengembangan perpustakaan). Upaya ini diharapkan agar perpustakaaan dapat memenuhi tuntutan penyelenggaraan perpustakaan dengan merujuk standar internasional. b. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam hal pengembangan sumber daya manusia, pengembangan dan penggunaan software perpustakaan, dan pemanfaatan pakar perpustakaan. c. Memungkinkan untuk melakukan pengembangan koleksi secara kolaboratif (Colaborative Collection Development) sehingga seluruh perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama perpustakaan dapat terhindar dari adanya duplikasi atau redundansi koleksi perpustakaan (bahan pustaka) yang tidak perlu. Kegiatan ini akan memberikan 35 Salmubi, ―Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama Perpustakaan Dan Resource Sharing : Sebuah Peran Perpustakaan Nasional,‖ Perpustakaan Nasional RI, 2008, http://www.pnri.go.id/magazine-detail.php?lang=en&id=8022, 7-8.
  • 41. 29 kontribusi terhadap terwujudnya efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran pengembangan koleksi perpustakaan. d. Kerjasama yang dibangun dapat melahirkan suatu Konsorsium Perpustakaan yang sangat bermanfaat untuk melanggan electronic collection, terutama jurnal elektronik. e. Kerjasama yang dibangun merupakan pondasi utama untuk melakukan peminjaman antar perpustakaan. f. Membuka (community) akan pemanfaatan sumber-sumber informasi, sehingga dapat mengoptimalkan peran perpustakaan untuk turut berpartisipasi aktif dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, akses seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat. 7. Syarat Kerjasama Perpustakaan Salmubi mengutip dari Perpustakaan Nasional setidaknya ada delapan point untuk dapat berkerjasama36 yaitu : a. Ada visi bersama yang dicapai dari kerjasama yang dibangun b. Ada kesepakatan berasama antara perpustakaan yang terlibat di dalam kerjasama sebaiknya dinyatakan dalam dokumen tertulis c. Ada komitmen bersama untuk mencapai tujuan lewat proses yang jelas dan terbuka d. Ada sikap menghormati dan menerima perbedaan dari seluruh perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama e. Tercipta alur komunikasi yang baik. 36 Salmubi, ―Visi Pustaka : Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama Perpustakaan Dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional,‖ Perpustakaan Nasional RI, 2008, http://www.pnri.go.id/magazine-detail.php?lang=en&id=8022.
  • 42. 30 f. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara perpustakaan yang terlibat. g. Ada mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama h. Terbangun manajemen organisasi yang efektif. 8. Hambatan Kerjasama Perpustakaan Berlangsungnya praktik kerjasama diamana pun pasti menemui hambatan atau kendala didalamnya, begitu juga kerjasama dalam perpustakaan, pasti memiliki hambatan atau kendala skala besar ataupun kecil. Berikut hambatan yang ditemui dalam praktik kerjasama perpustakaan menurut Gorman dan Cullen diantaranya ialah37 : 1. Keinginan untuk otonomi 2. Lingkungan yang kompetitif 3. Mengubah fokus kelembagaan 4. Kendala keuangan Kemudian Sulistyo Basuki juga menyebutkan beberapa hambatan kerjasama perpustakaan38 yaitu : 1. Faktor bahasa 2. Biaya 37 M. P. Satija and Kanchana Dehigama, ―Role of Consortia in Library Cooperation,‖ Research Gate, n.d., <https://www.researchgate.net/profile/Kanchana_Dehigama/publication/296700485_Role_of_Con sortia_in_Library_Cooperation/links/56d942cc08aee73df6cd9dcd/Role-of-Consortia-in-Library- Cooperation.pdf?origin=publication_detail.> 38 Salmubi, ―Visi Pustaka : Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama Perpustakaan Dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional.‖
  • 43. 31 3. Sikap Perpustakaan 4. Geografi 5. Politik. Kendala atau hambatan merupakan satu hal yang biasa terjadi dalam kehidupan. Kegiatan apapun yang dirancang sesempurna mungkin tidak menutup kemungkinan kendala hadir diantaranya. Kendala dapat membuat terhambatnya kegiatan kerjasama sehingga kegiatan tersebut dapat dihentikan atau mengalami penundaaan- penundaan. Namun kendala juga dapat menjadi faktor bagi munculnya solusi atau kebijakan-kebijakan baru yang lebih dinamis. C. Kinerja Pustakawan 1. Pengertian Pustakawan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa ―pustakawan‖ adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. 39 Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007 pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung 39 Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan : Suatu Pedekatan Terhadap Kode Etik Pustakwan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2010) , 45
  • 44. 32 jawab untuk melakukan pengelolaan dan pelayanan masyarakat40 . Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan memberikan pelayanan bagi masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi. Agar dikatakan sebagai sebuah profesi setidaknya ada sebelas point karakteristik profesi menurut Purwono diantaranya ialah41 : a. Keterampilan yang berdasar teoritis Profesional diasumsikan memiliki pengetahuan teoritis yang luas serta keterampilan yang berdasar kepada pengetahuan yang bisa diterapkan dan dipraktikkan. b. Memiliki asosiasi profesional Setiap profesi pasti memiliki asosiasi profesional, hal ini untuk meningkatkan status para anggotanya c. Pendidikan yang ektensif Semakin prestisius sebuah profesi, maka semakin tinggi jenjang pendidikannya. d. Uji kompetensi Untuk dapat memassuki organisasi profesional terdapat suatu tes yang untuk menguji pengetahuan teoritis. e. Pelatihan institutional 40 Presiden Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, 2. 41 Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan, 17.
  • 45. 33 Ujian pelatihan institutional juga menjadi syarat agar mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. f. Lisensi Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi lisensi menjadi sebuah syarat bagi mereka untuk dapat dipercaya keprofesiannya. g. Otonomi kerja Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi luar h. Kode etik Organisasi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisipilinan bagi mereka yang melanggar aturan. i. Manajemen Organisasi Sebuah organisasi profesi harus dapat mengatur oragsasinya agar tidak ada campur tangan dari pihak lain. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi tinggi. j. Layanan publik dan altruisme Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat k. Status dan imbalan yang tinggi
  • 46. 34 Profesi yang tinggi akan mendapat status yang tinggi, prestise dan imabalan yang tinggi sesuai dengan kemampuan dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Dari paparan karakteristik diatas, pustakawan adalah sebuah profesi yang diakui keberadaanya berdasarkan karakter diatas. Sebagai profesi yang diakui keberadaanya, tentunya pustakawan memiliki kode etik, Secara etimologis kode etik terdiri dari kata kode dan etik. Dalam bahasa inggris terdapat berbagai makna dari kata ―code‖ di antaranya; a) tingkah laku, perilaku (behavior), yaitu sejumlah aturan yang mengatakan bagaimana orang berperilaku dalam hidupnya atau dalam situasi tertentu; b) peraturan atau undang-undang (rules/law) sedangkan, kata Etik (ethick) dalam bentuk tunggal memiliki makna sebagai suatu gagasan umum atau kepercayaan yang mempengaruhi perilaku dan sikap masyarakat (people’s behavior and attitudes).42 Kemudian, batasan kode etik menurut Suseno adalah pedoman atau pegangan yang ditaati dan diperlakukan oleh para anggota profesi agar kepercayaan para klien tidak disalahgunakan 43 . Pustakawan sebagai agent of information juga dituntut untuk mengambil peran sesuai dengan kebutuhan instansi tempatnya bekerja, misalnya saja di perpustakaan sekolah, tidak hanya melayani kebutuhan informasi para siswa/I namun pustakawan juga dapat menjadi guru di perpustakaan tersebut. Sama halnya di perpustakaan khusus pustakawan juga dapat menjadi seorang 42 Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, 80. 43 Frans Magnis Suseno, Etika Sosial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1989) , 37.
  • 47. 35 peneliti pada bidang keilmuan dari lembaga tersebut, dari peran tersebut kemudian dirinci sebagai berikut44 : a. Edukator Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, pustakawan harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. b. Manajer Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi”yang mengelola pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain. sebagai manajer pustakawan harus mempuanyai jiwa kepemimpinan, kemampuan memimpin, dan menggerakkan, serta mampu bertindak sebagai koordinator dan integrator dalam melaksanakannya tugasnya sehari-hari. Untuk dapat mendukung visi dan misi lembaga pustakawan mengoptimalkan semua sumber daya, yakni sumber daya informasi, dana, termasuk sarana dan prasarana yang ada di perpustakaan. selain itu, pustakawan juga harus mampu menjembatani antara para generalis dan speasialis, serta para politisi dengan para profesional. c. Administrator Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan, mengevaluasi, program perpustakaan, serta dapat
  • 48. 36 melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk hasil yang lebih baik. d. Supervisor Sebagai supervisor pustakawan harus (a) dapat melaksanakan pembinaan professional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; (b) dapat meningkatkan prestasi, pengerahuan dan keterampilan, baik rekan- rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya; (c) mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh kedepan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; (d) mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan dan para pembinanya, sehingga dapat meningkatkan kinerja unit organisasinya. Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Menurut Bambang Supriyo Utomo mengatakan bahwa kompentensi adalah kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, perilaku, dan karakteristik seseorang yang diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan tertentu dengan tingkat kesuksesan secara optimal.45 secara umum kompetensi merupakan sebuah tolak ukur untuk menilai kemampuan diri yang akan mencerminkan seberapa besar profesionalitas seseorang. 45 Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan : Suatu Pedekatan Terhadap Kode Etik Pustakwan Indonesia, 177.
  • 49. 37 2. Kinerja Pustakawan a. Pengertian kinerja Kinerja dapat diartikan sebagai performance yakni hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja memiliki arti yang tidak hanya sebatas hasil atau prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.46 Menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.47 Kinerja juga dapat dikatakatakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika. 46 Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)., 2. 47 Wibowo, 3.
  • 50. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara untuk melakukan penelitian, cara ini terdiri atas prosedur yang sistemis dan terawasi. Untuk dapat menemukan hasil dari penelitian yang dilakukan seorang peneliti harus mengetahui macam cara atau metode yang sesuai dengan penelitian yang diambil. A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan inilah adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekanakan makna daripada generalisasi.48 Penentuan informan yang dilakukan secara Purposive Sampling. Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus yakni merupakan tipe penelitian untuk dapat memahami latar belakang suatu persoalan, atau interaksi individu, di dalam suatu unit sosial atau mengenai suatu kelompok individu secara mendalam, utuh, holistik, intensif, dan naturalistik.49 studi 48 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 1. 49 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, Dan Gabungan (Jakarta: Kencana, n.d.) , 338.
  • 51. 39 kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.50 Tipe studi kasus dapat dibedakan berdasarkan ukuran batasan dari kasus tersebut, misalnya apakah kasus tersebut melibatkan satu individu, beberapa instrumental, studi kasus kolektif atau majemuk dan studi kasus instrinsik. Tipe studi kasus yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus jamak (Multiple Study Case) yaitu sebuah penelitian dengan menggunakan kasus yang banyak. studi kasus jamak ini dipilih untuk dapat menjelaskan benang merah diantara beberapa kasus yang diteliti. Menurut Cresswell mengutip pendapat Stakes dan Yin terdapat beberapa prosedur pelaksanaan studi kasus diantaranya ialah51 : 1. Peneliti perlu mengetahui dan memperkirakan apakah penelitiannya cocok dengan menggunakan studi kasus. Studi kasus dapat digunakan saat peneliti ingin mendalami kasus atau perbandingan dari beberapa kasus. 2. Peneliti penting untuk mengidentifikasi sebuah data beberapa kasus. Pada tahap ini peneliti perlu mempertimbangkan seperti apa tipe studi kasus yang tepat bagi penelitiannya. Kasusnya dapat tunggal atau kolektif, multi-situs atau dalam-situs, dan berfokus pada satu kasus atau pada satu masalah (intrinsik instrumental) 3. Penelitian studi kasus dalam pengumpulan data biasanya meluas. Terdapat beberapa jenis informasi yang dapat ditunjukkan seperti 50 Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktik (Yogyakarta: Calpulis, 2015), 59. 51 John W. Creswell, Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset, Edisi 3 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013).
  • 52. 40 dokumen, rekaman, arsip, wawancara, pengamatan langsung, pengamatan partisipan, dan artefak fisik. 4. Tipe analisis data dapat berupa analisis holistik dari keseluruhan kasus atau analisis melekat dari salah satu aspek dari kasus tersebut. melalui pengumpulan data ini, deskripsi detail tentang kasus tersebut muncul dimana peneliti memperinci berbagai aspek seperti sejarah kasus tersebut, kronologi peristiwanya, atau perkembangan kasus tersebut hari demi hari. 5. Pada tahap akhir ini, peneliti melaporkan makna dari kasus hasil penelitian. Dari hasil penafsiran tersebut peneliti dapat mengetahui makna yang didapat datang dari pembelajaran kasus tersebut (kasus instrumental) atau dari hasil pembelajaran tentang situasi yang tidak biasa (kasus intrinsik). B. Kriteria Informan Informan adalah orang yang diwawancarai sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Penentuan informan dilakukan dengan cara Purposive Sampling yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu52 . Adapun kriterian informan dalam penelitian ini adalah pustakawan yang terlibat dalam kegiatan kerjasama antar perpustakaan IPDN dan mengetahui dan memahami perpustakaan yang dikelolanya. Informan terbagi menjadia tiga yaitu : (1) Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memahami berbagai informasi pokok yang diperlukan penelitian; (2) informan 52 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kaulitiatif Dalam Perspektif Rancangan Penetian (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002), 195.
  • 53. 41 utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; (3) informan tambahan, adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.53 Informan kunci merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan studi kasus. Informan kunci tak hanya bisa memberi keterangan tentang suatu kepada peneliti tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber- sumber bukti lain yang menudukung-serta menciptakan akases terhadap sumber yang bersangkutan.54 Selanjutnya, Informan kunci dari penelitian ini disebutkan pada tabel berikut : 3.1 Daftar Nama Informan No. Nama Jabatan 1. Eti Sumiati, S.Sos, MM Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor 2. Annisa Rahmadanita, S.IP, M.Tr.IP Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor 3. Rusminarti, S.Pd. Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta 4. Mike Oktaviani, A.Md. Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu langkah awal dalam menguraikan data yang didapat untuk bisa ditemukan substansi dari data yang 53 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta: Peranada Media, 2005), 171. 54 Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain Dan Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),109.
  • 54. 42 telah didapat. Sehingga dalam tahap ini seorang peneliti perlu berhati-hati dalam melakukan pengumpulan data, agar data yang telah didapat tidak tercecer dan menimbulkan pekerjaan tambahan dikemudian hari. Dalam penelitian studi kasus terdapat enam sumber bukti berlainan diantaranya ialah dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, obeservasi Partisipan, dan perangkat-perangkat fisik55 .data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya : 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan56 . Observasi ini dilakukan di Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar ini adalah observasi yang mana seorang peneliti menunjukkan keterus terangannya kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian.57 Pada penelitian ini, Penulis berterus terang kepada Pustakawan Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Pustakawan IPDN Kampus Jakarta bahwa penulis melakukan penelitian, yang kemudian penulis mencoba mengobservasi sarana-sarana penunjang kerjasama, pustakawan- 55 Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain Dan Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),101. 56 M. Djunaidi Ghony and Fauzan Almansyur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Revisi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 165. 57 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011).
  • 55. 43 pustakawan yang ada di perpustakaan tersebut dan kemudian menggabungkannya dengan hasil wawancara yang didapat. 2. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.58 Wawancara ini dilakukan kepada empat informan agar mendapat informasi yang sesuai dari permasalahan yang diangkat. empat informan tersebut diantaranya adalah Ibu Eti selaku Pustakwan Madya IPDN Kampus Jatinangor, Ibu Annisa selaku Pustakwan pertama IPDN Kampus Jatinangor, Ibu Rusminarti selaku Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, dan Ibu Mike selaku Staff Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat melalui wawancara telepon. 3. Analisis Dokumen Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari dokumen atau literatur terkait dengan penelitian ini dapat berupa teori dan konsep dari para ahli, hasil penelitian terdahulu yang dapat diperoleh dari buku, jurnal, artikel, laporan penelitian dan sejenisnya yang dapat membantu peneliti dalam menyusun kebutuhan penelitian serta memberikan landasan pada pembahasan penelitian. 58 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif., 72.
  • 56. 44 D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah data telah diperoleh, peneliti kemudian mengolah data tersebut dengan Analisis data. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dikaji dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, dilanjutkan pada saat peneliti berada di lapangan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. 59 analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola. Kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotetsis kerja seperti yang disarankan oleh data. Langkah-langkah untuk menganalisis data tersebut diantaranya : 1. Reduksi Data Sebuah proses pencatatan yang rinci, pengelompokkan, pemilihan berdasarkan pada fokus bahasan serta membuang hal-hal yang tidak perlu agar didapatkan gambaran yang lebih jelas. 2. Penyajian data Setelah mereduksi data, pada tahap ini peneliti melakukan analisis dengan cara memaknai data yang telah didapatkan beradasarkan teori yang telah disusun. penyajian data ini dalam bentuk teks yang bersifat naratif. 3. Penarikan kesimpulan Setelah data disajikan dengan tuntas, peneliti selanjutnya menarik kesimpulan bersarkan rumusan masalah yang dibangun. 59 Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktik.63.
  • 57. 45 E. Jadwal Penelitian 3.2 Jadwal Penelitian No Kegiatan 2018/2019 Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr 1. Observasi Pertama 2. Penyusunan Proposal 3. Seminar Proposal Skripsi 4. Bimbingan Skripsi 5. Penelitian Skripsi  Observasi  Wawancara  Dokumentasi 6. Penyusunan Skripsi 7. Pengajuan Sidang Skripsi 8. Sidang Skripsi
  • 58. 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek Penelitian Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri60 . Dari peraturan tersebut menerangkan bahwa IPDN merupakan salah satu komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Dengan kebutuhan untuk mendirikan beberapa kampus di daerah di Indonesia, untuk itu sebagai salah satu unit yang dapat menyukseskan tujuan Tri Dharma perguruan tinggi khususnya pendidikan kepamongprajaan, Perpustakaan IPDN ikut serta tersebar di kampus-kampus daerah untuk membantu menyukseskan Tri Dharma di Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Pada penelitian ini Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dipilih karena sebagai pembina bagi perpustakaan IPDN lainnya. Perpustakaan IPDN Kampus Daerah yang direkomendasikan oleh Bu Eti selaku Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor adalah Perpustakaan 60 https://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Pemerintahan_Dalam_Negeri diakses pada 20 Januari 2019 pukul 13:18 WIB
  • 59. 47 IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat, Perpustakaan Kampus Sumatera Barat, dan Perpustakaan Kampus Sulawesi Selatan. Beliau merekomendasikan tiga perpustakaan tersebut karena perpustakaan tersebut telah memiliki SDM Perpustakaan. Kemudian untuk perpustakaan kampus daerah yang berhasil diwawancarai adalah dari Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat. Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta memiliki lokasi yang mudah untuk dijangkau oleh penulis, sedangkan kampus Sumatera Barat memiliki pustakawan yang responsive sehingga dapat berbagi informasi dengan penulis melalui wawancara lewat telepon dikarenakan jarak yang cukup jauh. Perpustakaan Kampus Daerah yang belum bisa untuk dihubungi diantaranya Perpustakaan IPDN Kampus Sulawesi Utara di Kabupaten Minahasa, Perpustakaan IPDN Kampus Sulawesi Selatan di Kabupaten Gowa, Perpustakaan IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat di Kabupaten Lombok Tengah, Perpustakaan IPDN Kampus Kalimantan Barat di Kabupaten Kubu Raya dan Perpustakaan IPDN Kampus Papua di Kabupaten Jayapura. Sehingga informan pada penelitian ini berasal dari 3 kampus dari 8 jumlah perpustakaan IPDN yang tersebar di Indonesia. 1. Profil Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor 61 Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor terletak di Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 20 Jatinangor, Sumedang. Pusat Perpustakaan 61 Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor (Sumedang: Wawancara, 2019).
  • 60. 48 IPDN Kampus Jatinangor berdiri pada bangunan seluas 400 m2 yang terdiri dari dua lantai dengan fasilitas ruang membaca, ruang penelusuran E-Journal dan E-Book, layanan laporan akhir dan ruang multimedia. Memiliki kurang lebih 20 pustakawan. Pada tahun 2004 Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor mendapat bantuan dari World Bank berupa bantuan peralatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di lingkungan perpustakaan. Jenis koleksi yang dimiliki diantaranya adalah buku, jurnal, karya ilmiah, seri pengetahuan dalam bentuk DVD, E-Book, E-Journal, novel serta koleksi dan penyediaan fasilitas lainnya. Kemudian pada tahun tahun 2005, perpustakaan IPDN ditingkatkan statusnya sebagai e-library. Perpustakaan ini memiliki koleksi kurang lebih 7000 judul dengan jumlah sekitar 35.402 eksemplar. Selain Perpustakaan Kampus Jakarta dan Daerah, Perpustakaan ini juga membawahi tiga perpustakaan yang ada di IPDN Kampus Jatinangor, diantaranya Perpustakaan Pasca Sarjana, Perpustakaan Fakultas Manajemen Pemerintahan, dan Perpustakaan Fakultas Politik Pemerintahan.
  • 61. 49 a. Struktur Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor Gambar 4.1 Struktur Perpustakaan Pusat b. Visi dan Misi Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor Visi Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor adalah :  Menjadi pusat pengelola dan penyebaran informasi yang berbasis teknologi informasi guna mendukung pelaksanaan pengajaran, Kepala Unit Perpustakaan Jaringan, Website dan Database Perawatan TI dan Desain Web Perawatan Bahan Pustaka Digital Pengadaan Bahan Pustaka Digital Pelayanan dan Pengadaan serta Pengolahan Bahan Pustaka Koleksi Majalah Dan Jurnal serta Terbitan Berkala Koleksi Dokumen Dan Karya Ilmiah Referensi Sirkulasi dan Keanggotaan Pengadaan dan pengolahan Tata Usaha 1. Kepegawaian 2. Keuangan 3. Administrasi Umum
  • 62. 50 penelitian, dan pengabdian masyarakat serta pengembangan ilmu dan terapan pemerintah. Untuk mencapai visi tersebut maka misi Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor diantaranya: 1) Meningkatkan kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi guna mendukung kebutuhan informasi bagi civitas akademika di IPDN. 2) meningkatkan kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi atas kekayaan ilmiah yang dimiliki oleh IPDN 3) Menunjang sistem jaringan informasi baik di antara perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan lain di tingkat regional, nasional dan internasional 4) Mengelola dan menyebarkan informasi tentang perkembangan ilmu pemerintahan dan penerapannya khusus di lingkungan pemerintahan daerah dan pemerintah pusat. c. Tujuan Perpustakaan IPDN Adapun tujuan dari Perpustakaan IPDN, yaitu : 1) Menyediakan dan mengupayakan ketersediaan akses informasi yang mendukung proses belajar-mengajar, peneitian dan pengabdian masyarakat dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi 2) Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil sivitas akademika dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi
  • 63. 51 3) Mengupayakan terwujudnya jaringan informasi di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan lain di tingat regional, nasional maupun internasional. 4) Mendokumentasikan dan menyebarluaskan informasi tentang perkembangan ilmu pemerintahan dan penerapannya dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi. d. Kedudukan dan Rincian Tugas Perpustakaan IPDN Adapun kedudukan dan rincian tugas Perpustakaa IPDN, diantaranya: 1) Unit perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan perpustakaan di lingkungan IPDN berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Rektor. 2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Unit Perpustakaan menyelenggarakan fungsi: a) Pelaksanaan pelayanan perpustakaan b) Pelaksanaan penatausahaan 3) Unit perpustakaan mempunyai uraian tugas: a) Membuat perencanaan strategik kegiatan-kegiatan perpustakaan; b) Mengelola sumber-sumber informasi penunjang kegiatan akademik yang ada di lingkungan IPDN; c) Melakukan koordinasi kegiatan tata usaha perpustakaan; d) Melakukan Koordinasi kegiatan pelayanan sirkulasi dan referensi perpustakaan; e) Melakukan koordinasi pengelolaan teknis kegiatan perpustakaan;
  • 64. 52 f) Melakukan pembinaan dan usaha pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari pustakawan dan pegawai perpustakaan; g) Mengkoordinasikan aset-aset perpustakaan; h) Merancang, merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan e- library (perpustakaan digital); i) Melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait; j) Melaksanakan sirkulasi peminjaman, pengembalian bahan pustaka dan pendaftaran anggota; k) Membuat sistem penulisan surat, laporan, pembukuan dan inventarisasi kantor, serta sistem pengarsipan; l) Mengatur dan melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat; m) Membuat statistik sirkulasi/referensi; n) Memeriksa kelengkapan bahan pustaka; o) Mengambil bahan koleksi yang telah rusak untuk diserahkan kepada bagian pemeliharaan; p) Memberikan informasi umum koleksi bahan pustaka; q) Memberikan informasi khusus misalnya penggunaan dokumen dan konsultasi; r) Membantu penelusuran dokumen dan penggunaan katalog; s) Merancang, memelihara dan mengembangkan sistem web internet di perpustakaan; t) Memfasilitasi pencarian bahan pustaka dan referensi melalui akses internet; u) Menerima kunjungan perpustakaan;
  • 65. 53 v) Menyelenggarakan pameran; w) Memberikan bimbingan belajar; x) Mengadakan bahan pustaka; y) Menginventarisasi dan mencatat bahan pustaka; z) Mengklasifikasikan dan mengkatalogkan bahan pustaka; aa) Memelihara dan merawat aset-aset perpustakaan; bb) Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan perpustakaan cc) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Rektor; dd) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Rektor. 2. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta62 Perpustakaan ini terletak di Jl. Ampera Raya, RT.1 RW.6, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta memiliki 5 staff perpustakaan. Pada tahun 2019 Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta telah menjadi unit satuan kerja di dalam IPDN Kampus Jakarta. Perpustakaan ini memiliki 2 lantai yang dimulai dari lantai kedua, lantai kedua merupakan tempat koleksi buku kuliah dan referensi, kemudian di lantai ketiga adalah ruangan penyimpanan laporan akhir. Pemustaka yang dilayani di perpustakaan ini merupakan mahasiswa S1, S2, dan S3. Jurusan S1 yang ada di kampus ini diantaranya ialah Manajemen Keuangan, Manajemen SDM, Manajemen Kebijakan, Manajemen Pemerintahan dan Manajemen Pembangunan. Jumlah koleksi yang ada di 62 Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta (Jakarta: Wawancara, 2019).
  • 66. 54 perpustakaan ini kurang lebih 3.000 judul yang berada di rak. Saat ini Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta sedang dalam proses penghitungan koleksi kembali. Adapun koleksi elektroniknya terintegrasi dengan situs yang dapat diakses oleh semua Praja IPDN yaitu http://repository.ipdn.ac.id/ yang dapat diakses di Perpustakaan IPDN dengan menggunakan LAN (Local area Network). Namun, pada hasil observasi yang ditemukan penelusuran Laporan akhir menggunakan Ms. Word yang mana file tersebut dibuat berdasarkan tahun penerbitannya terdapat tabel-tabel yang memuat daftar judul dan keterangan laporan akhir praja. Dari informasi yang didapatkan dari Ibu Rusminarti menjelaskan bahwa server OPAC terebut memang kadang bermasalah, untuk mengantisipasi hal tersebut, pegawai perpustakaan mem-print out daftar kelas subjek koleksi yang dimiliki, sehingga saat mati lampu atau server bermasalah hasil print out tersebut dapat menjadi alternative dalam mencari koleksi. Subjek koleksi dari perpustakaan ini mengenai ilmu pemerintahan, sosial, manajemen, keuangan, bahasa dan umum. Salah satu keunikan dari Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta adalah perpustakaan ini memiliki koleksi buku tua. Koleksi buku tua tersebut banyak dimiliki oleh perpustakaan IPDN Kampus Jakarta karena mengingat sejarahnya bahwa IPDN Kampus Jakarta merupakan Institut Ilmu Pemerintahan yang merupakan cikal bakal dari STPDN dan kemudian kini menjadi IPDN. buku-buku tua tersebut menjadi salah satu referensi berharga bagi para dosen, karena kolesi tersebut hanya dapat ditemukan di Perpustakaan
  • 67. 55 IPDN Kampus Jakarta. Namun dalam penanganannya belum dilakukan secara spesifik. Gambar 4.2 Stuktur IPDN Kampus Jakarta Kepala Unit Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta berada langsung dibawah Direktur IPDN Kampus Jakarta. Gambar struktur ini merupakan struktur pada tahun 2018, Pada tahun 2019 Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta telah menjadi satuan kerja.
  • 68. 56 3. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat63 Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat berdiri di atas tanah seluas lebih kurang 500 M2 dengan tipe bangunan yaitu gedung komersil yang awal mulanya ini bukanlah diperuntukkan untuk perpustakaan. Gedung perpustakaan ini dibagi menjadi beberapa ruangan diantaranya: ruang kepala unit, ruang pengelohan/ staff, ruang koleksi, ruang baca dan komputerisasi, ruang koleksi cadangan, referensi, diskusi panel dan ruang rapat. Perpustakaan IPDN Kampus Sumbar sampai saat ini memiliki 2.336 judul dan 18.115 Eksemplar (termasuk koleksi referensi) dimana koleksi ini termasuk pembelian, sumbangan dari berbagai pihak. Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat di kelola oleh 1 orang kepala unit (PNS) dan 3 orang staff (kontrak) yang berlatar belakang D3 Ilmu Perpustakaan. 63 Mike Oktaviani, ―Kuisioner Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Dalam Kerjasama Internal Perpstakaan IPDN Kampus Jatinangor Dan Perpusakaan IPDN Kampus Daerah‖ (Google Form Ratu Karima FA., February 3, 2019), https://docs.google.com/forms/d/1w2IRCgtb_yZrRWQe6Vu7XgOZmsxs26ZyCPACSVzSfS4/edit #responses.
  • 69. 57 Struktur IPDN Kampus Sumatera Barat Gambar 4.3 Struktur IPDN Kampus Sumbar Dalam struktur diatas, Posisi Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat berada dibawah Direktur IPDN Kampus Sumatera Barat dan Wakil Direktur Bidang Administrasi. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada tahap ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah didapat dan disusun. Pada bab ini memaparkan kerjasama internal yang dilakukan Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah serta seperti apa upaya meningkatkan kinerja pustakawan IPDN dari kegiatan
  • 70. 58 kerjasama yang telah dilakukan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut : 1. Kerjasama Internal Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta, dan Daerah a. Bentuk Kerjasama Perpustakaan Kerjasam aperpustakaan memiliki beberapa bentuk alternatif yang dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan perpustakaan yang berkerjasama. Bentuk kerjasama perpustakaan mengutip pada pendapat Rupadha dalam artikelnya terdapat enam bentuk kerajasama. Berikut hasil penelitian yang ditemukan penulis dari bentuk kerjasama yang telah di praktikkan : 1) Kerjasama Pertukaran dan Redistribusi Kerjasama pertukaran dalam pengimplementasiannya tidak dilakukan antara Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Namun untuk redistribusi untuk koleksi pernah dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatianngor kepada beberapa Perpustakaan IPDN Kampus Daerah, dan Perpustakaan IPDN Kampus Daerah kepada Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, hal ini seperti yang dijelaskan dalam wawancaranya “ini sifatnya sumbangan ya bukan pertukaran, kalau sumbangannya banyak ya kita sebar ke IPDN yang lain, tapi kalau hanya 5-10 ya tidak perlu disebar.”64 64 Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
  • 71. 59 Redistribusi memiliki pengertian yang sama dengan sumbangan yang dimaksud oleh Informan ET, menurut beliau jika jumlahnya lima hingga sepuluh hal ini tidak diredistribusi, melihat jumlahnya yang tidak terlalu banyak untuk dapat disebar dan sebaliknya jika jumlahnya lebih dari itu memungkinkan untuk dapat diredistribusi kepada perpustakaan IPDN lainnya. “Kemarin ada sempat buku-buku dari DPR ngasih sumbangan 3 dus atau 4 dus, kami bagi sama Jatinangor. Bu ini sumbangan dari DPR tolong diambil, ya kemudian mereka ambil.”65 Seperti halnya Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor, Tujuan pembagian atau redistribusi koleksi sumbangan dari DPR ini adalah untuk menyesuaikan jumlah koleksi dengan ruang yang tersedia di Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta mengingat, ruangan perpustakaan tersebut terbatas. Sehingga menjadikan redistribusi sebagai salah satu solusinya. Selanjutnya, Perpustakaan IPDN Sumatera Barat. Kerjasama redistribusi dilakukan karena adanya sumbangan dari Perpustakaan pusat berupa literatur mengenai manajemen dan keuangan. Namun, sebelum informan MI menjabat, kerjasama redistribusi juga sempat dirasakan oleh Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat pada tahun sekitar 2009 dan 2010 yang mana kerjasama reditribusi tersebut dilakukan karena Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat baru berdiri dan belum memiliki koleksi. Hal tersebut tidak dilanjutkan karena Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat telah memiliki 65 Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
  • 72. 60 anggarannya sendiri. Hal ini seperti yang dikatakan Informan MI dalam wawancaranya : “Selama saya disini engga ada. Kalau masalah pertukaran koleksi, mungkin kaya literatur dikasih kesini, literatur tentang keuangan, manajemen gitu. Tapi kalau kita mau tuker koleksi dengan pusat kayanya belum ada sih sejauh ini. Tapi tahun pertama IPDN Daerah baru didirikan, memang pernah ada dikasih. Kan dulu memang baru dan belum ada koleksi, dari Nangor kasih ke daerah ini Sumbar ada beberapa koleksi disumbangkan dari pusat tahun-tahun dulu sebelum saya masuk sekitar tahun 2009-2010. Karena memang belum ada anggaran sendiri jadi disumbangkanlah buku dari nangor ke daerah. Kalau untuk saat ini belum pernah lagi.”66 Kemudian selain dari pada sumbangan yang menjadi alasan adanya redistribusi, terdapat salah satu alasan bentuk kerjasama ini dilakukan yaitu ditutupnya salah satu kampus IPDN dari daerah lain, Informan ET menjelaskan di sela wawancaranya kepada penulis : “Yah kan gatau kalau kampus disana ditutup. Dan bukunya akan dipindahin kesini. Iya kaya Riau kan ditutup bukunya dikesinikan.”67 Redistribusi koleksi terjadi karena tutupnya kampus Riau yang berada di Kabupaten Rokan Hilir, dengan tutupnya kampus tersebut juga berimbas kepada tutupnya perpustakaan yang ada di kampus Rokan Hilir. Koleksi yang ada di IPDN Kampus Riau tersebut dipindahkan kepada Perpustakaan Pusat untuk disimpan dan digunakan kembali. Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus Daerah 66 Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat (Via Cellular: Wawancara, 2019). 67 Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
  • 73. 61 tidak melakukan pertukaran, namun untuk kegiatan redistribusi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan dari koleksi yang akan diredistribusi. Kebutuhan saat redistribusi ini adalah pada saat Perpustakaan Pusat memiliki koleksi lebih untuk disebar, adanya sumbangan koleksi dari lembaga lain dengan jumlah yang cukup banyak, berdirinya perpustakaan baru di salah satu kampus yang belum memiliki anggaran serta adanya penutupan kampus di salah satu kampus daerah yang berimbas kepada diserahkannya koleksi tersebut untuk disimpan dan diolah kepada Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor merupakan faktor yang mendorong adanya kerjasama redistribusi antar Perpustakaan IPDN. Hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Rupadha bahwa kerjasama redistribusi adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua perpustakaan atau lebih dalam hal penempatan kembali buku-buku yang tidak lagi diperlukan di suatu perpustakaan atau berlebih di suatu perpustakaan. Kerjasama retribusi juga dapat dikaitkan dengan kegiatan sumbangan yang dilakukan antar perpustakaan. Adanya kerjasama redistribusi tersebut merupakan salah satu usaha Perpustakaan IPDN dalam memaksimalkan ruang, ketersediaan koleksi serta kesiapan dalam menghadapi kebijakan-kebijakan tidak terduga. 2) Kerjasama Pengolahan Pada realitanya tidak semua SDM yang tersebar pada Perpustakaan IPDN memiliki keahlian yang sama rata. Tentunya perlu ada pendampingan dan pembinaan bagi staf perpustakaan IPDN yang baru
  • 74. 62 memasuki dunia ilmu perpustakaan. Kerjasama pengolahan merupakan salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan. Kerjasama ini dilakukan pada beberapa Perpustakaan IPDN Kampus Daerah yang masih memiliki kekurangan dalam tenanga SDM. Pada wawancaranya Informan ET menjelaskan selaku salah satu yang memberikan pendampingan bagi staf Perpustakaan IPDN bahwa saat awal-awal berdirinya kampus IPDN di beberapa Provinsi, Pustakawan dari Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor fokus memberikan bimbingan pada bagian pengolahan koleksi elektronik, Informan ET juga menjelaskan perpustakaan daerah mana saja yang menjadi fokus pembinaan dalam bidang pengolahan oleh Perpustakaan Pusat perpustakaan tersebut diantaranya ialah Perpustakaan IPDN Kampus Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara. Untuk kampus daerah yang telah memiliki pustakawan yaitu IPDN Kampus Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Berikut kutipan dalam wawancara dengan beliau : “nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya pustakwannya di Makassar kan sudah ada pustakawannya. Ke pengolahannya pas kita ke daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau NTB yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita fokus ke pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus Sumbar dulu ada tenaga honorer dari lulusan ilmu perpustakaan, Sumbar itu tidak begitu ini, Cuma dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya apa aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan perpustakaan lain selain IPDN, nah disamakan, nah masukin ke katalog juga disamakan yaitu Sumbar sudah ada pustakawannya, apalagi sekarang Pak Sodari yang kepala perpustakaanya juga sempet diklat barengan dengan Pak Kiswanto, yang 628 jam. Beliau ikutan jadi sudah pustakawan di Sumbar. Yang kepala
  • 75. 63 perpustakaannya dari pustakawan itu Sumbar, Makassar, terus NTB.” 68 Informan AN juga menjelaskan bahwa adanya pendampingan yang diberikan dari Pustakawan senior (yang telah memiliki pengalaman dan pangkat lebih) Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor akan mendampingi perpustakaan IPDN Daerah yang tidak memiliki SDM yang memahami ilmu perpustakaan. Beliau juga menyebutkan bahwa perpustakaan pusat juga pernah beberapa kali membantu pengolahan di Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, seperti yang dijelaskan dalam wawancaranya : “kalau yang Itu jadi disetiap kampus daerah yang memang belum memiliki SDM Perpustakaan yang memadai akan didampingi oleh si kampus pusat, tidak hanya di daerah, di kampus cilandak (IPDN Jakarta) pun beberapa kali mengolah untuk disana karena memang SDM nya sedikit. Jadi memang pustakawan-pustakawan senior membimbing staf perpustakaan disana untuk mengolah, memang yang mengerjakan kita, karena memang SDM nya sedikit”69 Namun, menurut penuturan Informan RU Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta telah mengolah koleksinya sendiri dan memang tidak aturan yang diberikan perpustakaan pusat dalam pengolahan hal tersebut tetap menjadikan komunikasi yang baik antara Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan Pusat IPDN Kampus Jatinangor dalam penyelenggaraan kegiatan perpustakaan. 68 Eti Sumiati. 69 Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor (Sumedang: Wawancara, 2019).
  • 76. 64 “Kita sebenernya bebas. Apalagi beliau juga tidak mau ikut campur yah. Cuma kita suka koordinasi. Ini gimana ya bu baiknya. Biasa kaya keluarga gimana ya, kan kita keluarga besar IPDN.”70 “Kita ada dari pegawai sendiri, ini kalau ada buku pengadaan yang baru datang itu kan berdus-dus diolah dari sini, ya memang harusnya petugasnya disini pustakawan ya, tapi kami sudah dilatih udah ngerti juga caranya, kami data lalu kami masukkin ke OPAC.” 71 Sama halnya dengan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. Kegaiatan pengolahan telah dilakukan mandiri oleh Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat, hal ini juga mendukung penjelasan Informan ET bahwa Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat telah memiliki SDM Perpustakaan dan bukan salah satu Perpustakaan yang menjadi fokus pendampingan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dalam hal kegiatan pengolahan. “Kalau untuk pengolahan tidak ada. Kita sudah mengolah sendiri. Mungkin hanya diseragamkan untuk stempel dan nomor punggungnya harus berapa centi, capnya seperti apa. Hal-hal yang secara fisik luar , sejauh ini itu saja.” Kemudian, dijelaskan juga teknis kerjasama pengolahan yang dilakukan, yang mana Pustakawan Senior dari Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor datang ke Perpustakaan Daerah yang menjadi fokus pendampingan kemudian memberikan pelatihan dalam pengolahan bahan pustaka, setelah pustakawan tersebut selesai 70 Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. 71 Rusminarti.
  • 77. 65 memberikan pelatiahan dan kembali, Perpustakaan yang diberikan pelatihan tersebut tetap diberikan pendampingan untuk memastikan implementasi pelatihan yang diberikan telah tepat. Berikut kutipan dari Informan AN “Jadi untuk pengolahan bahan pustaka itu dari sini missal perwakilan yang menguasai seperti bu Eti, pak Jajang itu ke kampus-kampus daerah. Itu memberikan keterampilannya seperti apa . ketika bu Eti dan Pak Jajang sudah kembali ke kampus pusat lagi, jadi mereka sudah bisa jalan.” 72 Informan ET juga menambahkan, bahwa pendampingan tersebut tidak terputus saat Bu Eti maupun Pak Jajang kembali ke Jatinangor, saat staff perpustakaan daerah tersebut masih kesulitan dalam pengolahan mereka dapat berkomunikasi lewat email agar dapat dibantu. “Tapi tetap sih tidak dilepas, mereka itu kan bukan dari pustakawan, pasti bisa kalau didampingi terus, barulah mereka mengetahui perpustakaan. Mereka kalau misalkan susah sekali mengklasifikasi buku, mereka email ke ibu, dari ibu kemudian ibu email kan lagi kesana hasil klasifikasinya apa ini, nomornya ini, kelasnya ini, jadi ibu emailkan aja, jadi kaya ini nih call numbernya ibu email kan dari mereka tinggal print dan tempel”73 Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dalam bidang pengolahan sudah berjalan dengan mandiri meskipun staff perpustakaan disana belum menjadi pustakawan. 72 Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor. 73 Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
  • 78. 66 3) Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk Merupakan salah satu bentuk kerjasama, penyusunan katalog induk sekaligus menjadi salah satu sarana penunjang yang dimiliki untuk mendukung kegiatan kerjasama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dengan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah. Katalog induk ini telah dipakai dalam wujud OPAC (Online Public Access Catalogue) yang mana OPAC tersebut memuat seluruh koleksi yang dimiliki oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus Daerah. Juga OPAC tersebut memiliki fungsi serba guna yang mana OPAC tersebut juga sebagai sarana operasional sehari-hari yang digunakan perpustakaan IPDN dalam memasukkan data dan pencarian koleksi. OPAC ini dapat diakses pada elibrary.ac.id/katalog. Menurut Informan ET, OPAC tersebut memuat koleksi dari setiap Perpustakaan IPDN, berikut penuturan beliau : “.. Yang kalatog itu, ada tulisan cilandak maka yang keluar koleksi yang ada di cilandak aja, kalau yang semua itu kanan ada di atasnya kalau mau lihat.”74 Hal yang sama juga dijelaskan oleh Informan RU dalam wawancaranya “Ini OPAC IPDN Jakarta tapi ada lokasi buku itu dari IPDN yang lain, kadang ada dari Jatinangor, kadang adanya disini atau di IPDN daerah lain ada yang begitu.”75 Berbeda dengan Informan MI. Menurutnya, OPAC tersebut telah banyak tertinggal dengan banyaknya versi Slims terbaru saat ini, hal tersebut karena OPAC tersebut memang harus berpatokan dengan pusat 74 Eti Sumiati. 75 Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.