1. PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI
SMA NEGERI 28 JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
OLEH:
IDA FARIDA
106011000103
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
2. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI
28 JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Oleh :
Ida Farida
NIM: 106011000103
Di Bawah Bimbingan :
Siti Khadijah, M. A
NIP: 19660703 199403 1 004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
3. Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Ida farida
Tempat/Tgl.Lahir : Majalengka, 27 Mei 1988
NIM : 106011000103
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 28 Jakarta.
Dosen Pembimbing : Siti Khadijah, M.A
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 21 Mei 2011
Mahasiswa Ybs.
Materai 6000
Ida Farida
NIM. 106011000103
4. LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Ida Farida (106011000103) yang berjudul “Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28
Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal 20 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 20 Juni 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Jurusan PAI
Bahrissalim, M.Ag .................. ......................
NIP. 19680307 199803 1 002
Sekretaris Jurusan PAI
Drs. Sapiudin Sidiq, MA .................. ......................
NIP. 19670328 200003 1 001
Penguji I
Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. .................. ......................
NIP. 19560119 199403 2 001
Penguji II
Drs. E. Kusnadi .................. ......................
NIP. 19460201 196510 1 001
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005 198703 1 003
5. i
ABSTRAK
Nama: Ida Farida, NIM: 106011000103, Implementasi Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta,
Skripsi Program Strata I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Sebagai tenaga profesional, para guru dituntut
untuk melaksanakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas
disamping tugas pokoknya yaitu mengajar dan membimbing siswa untuk dapat
mengembangkan dirinya. Guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima
pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan, tetapi diharapkan guru dapat aktif
berperan serta dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami di kelas
melalui kegiatan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu solusi
untuk permasalahan pembelajaran di kelas, namun belum banyak guru PAI yang
melakukan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pembelajaran dan
untuk meningkatkan efektivitas belajar. Penerapan PTK akan berhasil dan
berjalan dengan baik bila didorong oleh keinginan guru untuk melakukan
perbaikan pembelajaran dan komitmen yang kuat dari guru yang bersangkutan,
bukan karena keinginan untuk mendapat imbalan finansial semata. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 28 Jakarta, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembelajarannya, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penelitian
tindakan kelas pada mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
ini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan data yang meliputi
observasi, dokumentasi dan wawancara. Dari pengumpulan data yang dilakukan,
dan membandingkan antara satu metode dengan metode yang lainnya, maka
penulis menemukan bahwa implementasi penelitian tindakan kelas pada mata
pelajaran PAI yang dilaksanakan di SMAN 28 Jakarta meliputi 8 langkah. Yaitu:
1) ide awal, 2) prasurvey, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan,
6) observasi, 7) refleksi, dan 8) penyusunan laporan. Berdasarkan pembandingan
praktek yang dilakukan dengan teori yang didapat dari berbagai literatur, maka
penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 28 Jakarta termasuk
penelitian yang berhasil.
6. ii
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن اهلل بسم
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas
rahmat, karunia, dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Implementasi
Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.”
Shalawat serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.
Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai tugas akhir perkuliahan guna mencapai sarjana strata
I (S.Pd.I).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan; walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga
kepada:
1. Prof. DR. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Khadijah, MA., Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing
dan mengarahkan selama berlangsungnya penulisan skripsi ini, juga
memberikan ruang kebebasan kepada penulis untuk menentukan berbagai
proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.
7. iii
4. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M. Ag., Dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Sembah patuh ananda kepada kedua orang tua tercinta yaitu: ayahanda (Epen
Afandi), ibunda (Uju Jubaidah) yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan
dalam memberikan do’a, bantuan moril maupun materil, serta motivasi
terbesar kepada penulis. Dan adikku tersayang Ahmad Sa’id Fandi yang selalu
mendo’akan dan memberikan motivasi untuk penulis.
6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan
pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan.
7. Bapak Drs. H. Edi Sumarto, selaku kepala sekolah SMAN 28 Jakarta dan para
guru serta staff SMAN 28 Jakarta.
8. Bapak Drs. Dwi Arsono, M.Si, selaku WAKASEK bidang humas yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan
telah meluangkan waktunya.
9. Ibu Dra. Siti Mas’amah dan bapak Suhartoyo, BA., selaku guru PAI di SMAN
28 Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis guna memberikan
informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. A’ Asep yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan memberi
semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sahabat-
sahabat dan saudara penulis (Mamay, Uni Vera, Lili, Ikenk, Dhaso, Teh Izma,
k’eLbe, Goni, ebih) yang senasib sepenanggungan, berbagi suka dan duka.
Yang selalu membantu dan memberikan motivasi.
11. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya PAI C angkatan 2006 yang
senasib dan seperjuangan, penulis senang berteman dengan teman-teman.
12. Kepala sekolah dan rekan guru TK IT QOF Bambu Apus yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan
semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
8. iv
Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga,
semoga Allah SWT membalas kebaikan yang kalian berikan dan apabila penulis
ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dimaafkan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
baik dari sistematika, bahasa maupun materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan
kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka
cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk
kita semua amin.
Jakarta, 21 Mei 2011
Penulis
Ida Farida
9. v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Penelitian tindakan kelas ............................................................. 9
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ................................... 9
2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ............................ 12
3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ........................ 14
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 17
5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas ................................ 22
B. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 23
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................... 23
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................................... 27
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................. 29
4. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan PAI 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
B. Metode Penelitian ....................................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 36
D. Analisis Data ............................................................................... 39
10. vi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta................ 40
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta ....................... 41
3. Keadaan Guru dan Karyawan .................................................. 43
4. Keadaan Siswa ......................................................................... 44
5. Keadaan Sarana dan Prasarana................................................. 45
B. Hasil Penelitian............................................................................. 46
1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta ........................... 46
2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI....................... 47
3. Implementasi PTK pada Mata Pelajaran PAI .......................... 48
a. Ide Awal yang Ditemukan................................................... 49
b. Prasurvey ............................................................................ 49
c. Diagnosis ............................................................................ 50
d. Perencanaan ........................................................................ 50
e. Implementasi Tindakan ...................................................... 54
f. Observasi ............................................................................ 59
g. Refleksi .............................................................................. 60
h. Penyusunan Laporan .......................................................... 62
C. Analisis Data Hasil Temuan ........................................................ 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 66
B. Saran .......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11. vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi wawancara..................................................................... 37
Tabel 2 Keadaan guru dan karyawan SMAN 28 Jakarta .......................... 43
Tabel 3 Keadaan siswa SMA Negeri 28 Jakarta....................................... 44
Tabel 4 Keadaan sarana dan prasarana SMAN 28 Jakarta........................ 45
Tabel 5 Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas........................... 51
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu
bangsa bisa dilihat melalui sejauhmana komitmen masyarakat dalam suatu
bangsa menjalankan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah untuk
bertaqwa serta beriman kepada Allah. Tujuan pendidikan ini sejalan dengan
tujuan penciptaan manusia, pengabdian kepada Allah. Yang ditegaskan dalam
Al Qur’an dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyaat:56).
Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.1
1
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009),
Cet. II, h. 7.
idha
Digitally signed by idha
DN: cn=idha gn=idha
c=Indonesia l=ID o=Fega Inc.
ou=Fega Inc.
e=idhaz@live.com
Reason: I am the author of
this document
Location:
Date: 08/19/11 11:19:41
13. 2
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, sejak
adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula
pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Berbeda
dengan masa sekarang, dimana pendidikan dan pengajaran itu diselenggarakan
di sekolah maka pada masa lampau kegiatan dilaksanakan di dalam kelompok-
kelompok masyarakat, yang dewasa disebut dengan istilah pendidikan
informal.2
Dari tonggak-tonggak sejarah dapat dilihat bagaimana persoalan-persoalan
yang timbul mereka pecahkan. Pada zaman dahulu dalam kehidupan sehari-
hari, para orang tua mengajar anaknya bagaimana cara menanam dan
memelihara padi, bagaimana cara melakukan pekerjaaan nelayan, bagaimana
cara berdagang, bagaimana cara bertukang membuat rumah, menjahit pakaian,
dan sebagainya.3
Dari lukisan singkat di atas kiranya dapat diperoleh gambaran, bahwa sejak
masa lampau kegiatan proses pendidikan dan pembelajaran itu telah banyak
dilakukan. Dan semakin dekat dengan masa kini semakin berkembang pula
cara dan teknik yang digunakan oleh manusia untuk mendidik dan mengajar
anak-anaknya. Begitu pula di sekolah, seiring perkembangan zaman maka
berkembang pula cara dan teknik yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran guna mendidik dan mengajar siswanya.
Dalam proses pembelajaran guru merupakan orang yang memiliki peranan
penting. Karena guru merupakan orang yang paling sering berhubungan
langsung dengan siswa. Ini menunjukkan bahwa suksesnya sebuah proses
kegiatan pembelajaran itu sangat bergantung kepada guru. Oleh karena itu,
guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar. Tetapi guru bukanlah satu-
satunya faktor yang berperan dalam proses pembelajaran melainkan ada faktor-
faktor lain yang tidak kalah pentingnya dengan guru yaitu siswa, metode,
media, lingkungan dan sebagainya.4
2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3.
3
Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3.
4
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8.
14. 3
Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di
dalam pembangunan pendidikan Indonesia dewasa ini. Peningkatan kualitas
pendidikan tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui
peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan dan
pendidikan, serta memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara professional melalui
kegiatan penelitian secara terkendali.5
Sebagai tenaga profesional, para guru di samping melaksanakan tugas
pokoknya, yaitu mendidik dan membimbing siswa, mereka juga dituntut agar
dapat mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran melalui
penelitian. Dengan demikian, guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima
pembaharuan pembelajaran yang sudah tuntas dikembangkan, melainkan ikut
bertanggung jawab, berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya sendiri melalui penelitian yang dilakukan dalam proses
pembelajaran yang dikelolanya.
Penelitian yang dimaksud adalah PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK
adalah salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah
pembelajaran di kelas. Ditinjau dari kemanfaatan yang diperoleh dari hasil
PTK, salah satu di antaranya adalah berupa perbaikan praktis, yang meliputi
penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa. Misalnya,
kesalahan-kesalahan konsep dalam memahami materi pembelajaran,
penggunaan desain dan strategi pembelajaran di kelas, penggunaan alat bantu,
media, dan sumber belajar, serta permasalahan dalam penggunaan sistem
evaluasi pembelajaran.6
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya
“Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan
cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan
5
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori
dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2.
6
Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di
Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.
15. 4
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.7
Tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation
dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu
proses dan hasil belajar siswa.8
Namun pada kenyataannya penulis menemukan
beberapa tujuan pelaksanaan PTK yang menyimpang dari tujuan PTK ini.
Seperti perbincangan penulis dengan seorang kepala sekolah dari SDN
Lebakwangi II Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka yang
menyebutkan bahwa tujuan dari PTK yang guru lakukan hanyalah sebagai
suatu syarat untuk mendapatkan sertifikasi yang akan memberikan kenaikan
gaji.9
Jadi tujuan guru melakukan PTK ini bukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mutu hasil pembelajaran yang telah diikuti siswa dalam
jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan yang mulanya ingin meningkatkan
kinerja guru itu sendiri menjadi menyimpang dan tidak sampai pada tujuan
awal dilakukannya PTK, Karena memang guru tidak mengetahui tujuan
penerapan PTK tersebut.
PTK di dunia PAI masih jarang dilakukan, belum banyak guru PAI yang
menggunakan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah untuk
meningkatkan efektivitas belajar. Sehingga banyak guru PAI yang masih
mengandalkan metode konvensional dalam mengajarkan materi agama
sehingga terkesan monoton dan membosankan, padahal keadaan siswa dari
tahun ke tahun berubah. Tingkat kecerdasan dan kritisnya semakin bertambah.
Maka dengan metode belajar yang biasa seperti yang para guru pelajari di
bangku kuliah beberapa puluh tahun yang lalu sudah tidak tepat lagi bila
diterapkan sekarang.
Seyogyanya guru menyadari bahwa keadaan, pengetahuan, dan kemampuan
siswa semakin berubah dibandingkan keadaan masa lalu saat mereka
7
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT
Indeks, 2009), h. 9.
8
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41.
9
Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl.
28 Januari 2010 di Ruang Guru.
16. 5
mempelajari metode untuk mengajar. Cara yang dipakai untuk mengajarkan
pada para siswa dengan latar belakang yang berbeda tentu saja tidak bisa
disamakan terus menerus. Karena sudah barang tentu tidak tepat lagi.
Dalam pelaksanaannya PTK mesti dilakukan oleh guru kelas itu sendiri.
Karena hanya guru dari kelas itulah yang mengenal dengan baik para siswanya,
keadaan kelasnya, dan dialah yang bertanggung jawab terhadap kelas tersebut.
Apabila guru menerapkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka akan terjadi
suatu perbaikan, baik dalam metode mengajar yang digunakan guru,
ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru yang pada
akhirnya akan membuat suatu kemajuan terhadap prestasi seorang siswa dalam
hal menangkap apa yang diajarkan guru di kelas.
Melalui penelitian tindakan kelas masalah-masalah pendidikan dan
pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses
pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik,
dapat diwujudkan secara sistematis.10
Seperti yang telah penulis paparkan
sebelumnya bahwa selain tugas guru sebagai pendidik ia juga dituntut untuk
mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas, begitu pula
dengan guru PAI. Sehingga ia dapat berperan serta aktif dalam
mengembangkan keterampilannya dan menyelesaikan masalah pembelajaran
secara profesional.
Di sekolah-sekolah umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
mendapat alokasi waktu belajar lebih sedikit dibanding dengan pelajaran-
pelajaran yang lain, padahal materi agama mencakup banyak aspek, yang
meliputi fiqh, akidah, akhlak dan sejarah. Praktek ibadah, membutuhkan waktu
yang lebih banyak dalam pemahamannya, karena sesuai dengan tujuan
pendidikan agama itu sendiri yaitu membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, praktek ibadah ini tidak hanya
sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dalam pelajaran agama tetapi juga
untuk diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai syarat
10
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h.
4.
17. 6
seorang manusia yang beriman dan bertakwa, yaitu beribadah dengan sungguh-
sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dengan waktu belajar yang
minim tersebut tujuan pembelajaran PAI itu sulit tercapai.
Dengan dilakukannya PTK maka akan diketahui mana metode yang paling
tepat diterapkan guru untuk para siswanya, sehingga siswa akan menjadi
tertarik dan memahami apa yang guru sampaikan. Pelaksanaan PTK akan
berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang
merupakan aktornya. Selanjutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan
pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa
tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK
dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau di dorong oleh keinginan
untuk memperoleh imbalan finansial.11
SMA Negeri 28 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan
program ISO yang merupakan standar kualitas yang diakui internasional. Visi
dari sekolah ini adalah menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu
bersaing secara global. Jika dilihat dari visi sekolah dan standar internasional
yang disandang oleh sekolah ini maka guru-gurunya dituntut untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Upaya yang dilakukan
sekolah untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengirim guru-gurunya pada
kegiatan-kegiatan pelatihan atau mengadakan pelatihan yang dapat menambah
wawasan guru di sekolah tersebut, contohnya pelatihan PTK, pelatihan ICT
(membuat bahan ajar dengan menggunakan komputer) dan lain sebagainya.
Guru PAI di sekolah ini sudah menerapkan PTK dalam menyelesaikan masalah
pembelajaran yang beliau hadapi. Oleh karena itu penulis memilih tempat ini
sebagai tempat penelitian,
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian
dengan judul “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata
Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta”.
11
Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di
Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.
18. 7
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan guru
2. Banyak guru yang belum menerapkan PTK dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
3. PTK belum menjadi solusi bagi pemecahan masalah pembelajaran
4. Belum adanya kesadaran guru untuk melakukan PTK atas kemauannya
sendiri
5. PTK yang dilakukan sebagian guru hanya sebagai formalitas bukan
bagaimana kualitas pembelajaran dapat meningkat
6. Kurang efektifnya pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI
7. Minimnya alokasi waktu dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah-sekolah umum.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang hendak dibahas.
Penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada
pembelajaran mata pelajaran PAI yang mencakup pelaksanaan PAI di SMAN
28 Jakarta, pelaksanaan PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 28 Jakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28
Jakarta?
2. Apa saja kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28
Jakarta?
3. Bagaimana pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di
SMA Negeri 28 Jakarta?
19. 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMAN 28
Jakarta.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI
di SMA Negeri 28 Jakarta.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademik, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai
pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran
PAI. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan
proses perkuliahan strata 1 (S1).
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai
pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran
PAI.
3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para
mahasiswa, khususnya mahasiswa PAI dan mahasiswa pada umumnya yang
ingin mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan penelitian tindakan
kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI.
20. 9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Pandangan para ahli tentang penelitian tindakan (Action Research)
berbeda-beda, walaupun secara paradigmatik memiliki kesamaan. Ide
tentang penelitian tindakan dikembangkan oleh Kurt Lewin setelah perang
dunia kedua, sebagai suatu cara penanganan masalah sosial. Kurt Lewin
mengemukakan adanya empat frase dalam melaksanakan penelitian
tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.1
Dalam literature berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom
action research, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia penelitian
adalah pemeriksaan yang teliti, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum.2
1
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008),
Cet. I, h. 6.
2
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1.
Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920.
21. 10
Penelitian tindakan kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami
pengertiannya sebagai berikut:3
a. Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
b. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus
kegiatan.
c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam kurun yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk
pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk
melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh
umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud
ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah
kelas.
Menurut Supardi dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas”
mengatakan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang
bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan
untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi
dan situasi.4
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya “Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
(1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91.
4
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.
22. 11
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.5
Menurut McNiff yang dikutip oleh Mulyasa mengemukakan bahwa
action research adalah: ... a form of self-reflective inquiry undertaken by
participants (teacher, students or principals, for example) in social
(including educational) situations in order to improve the rationality and
justice of (a) their own social or educational practices, (b) their
understanding of these practices, and (c) the situations (and institutions) in
which these practices are carried out.6
Sedangkan menurut Ghony penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
suatu proses dimana guru dan siswa menginginkan terjadinya perbaikan,
peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan
pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal. Di samping itu,
penelitian tindakan kelas adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah.7
Berangkat dari pengertian para ahli tentang PTK di atas maka dapatlah
diambil beberapa poin kesimpulan tentang PTK. Bahwa penelitian tindakan
kelas (PTK) adalah:
a. PTK merupakan salah satu strategi pemecahan masalah di kelas,
b. Penelitian yang dilakukan oleh guru,
c. Dilakukan di kelasnya sendiri,
d. Adanya perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi tindakannya,
e. Tujuannnya memperbaiki kinerja guru itu sendiri, dan
f. Hasilnya yang diharapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas
tersebut.
5
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
PT Indeks, 2009), h. 9.
6
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-152.
7
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8.
23. 12
2. Prinsip-prinsip PTK
PTK memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di
sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:8
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan
sehingga mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang
dirumuskan cukup meyakinkan.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup
merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan
tatakrama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh
pimpinan sekolah dan guru sejawat sehinggga hasilnya cepat
tersosialisasi.
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam
perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru
dan dosen).
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Penelitian Tindakan
Kelas” dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya,
kiranya apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-
prinsip dimaksud adalah:9
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi
rutin. Menagapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya
tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan
kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu,
penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak
mengubah jadwal yang sudah ada.
8
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17.
9
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6.
24. 13
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap
manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, peningkatan diri untuk hal
yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi
sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan
untuk lebih baik yang datang susul menyusul.
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT,
terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses
(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat
hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa
yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian
tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara
kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.10
d. Upaya empiris dan sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan
telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan
penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait
dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait
dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang
digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya
didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan
cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung
yang berbeda dan lain sebagainya.
e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi,
dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf
bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai
berikut.
10
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 7.
25. 14
S = Specific, khusus, tidak terlalu umum;
M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;
A = Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau
Achievable, dapat dicapai, dijangkau;
R = Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan; dan
T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.11
Setelah penulis memaparkan prinsip-prinsip dari PTK, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pelaku PTK harus memperhatikan prinsip-
prinsip dari PTK. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut maka
diharapkan pelaksanaan PTK akan berjalan dengan baik dan tujuan yang
diharapkanpun dapat tercapai. Prinsip tersebut yaitu tidak mengganggu
aktivitas utama guru yaitu mengajar, adanya kesadaran untuk memperbaiki
kinerja, dan sebagainya.
3. Langkah-langkah PTK
Dalam melaksanakan PTK ada beberapa langkah-langkah terperinci yang
seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2)
prasurvey/temuan awal, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi
tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan.12
a. Adanya ide awal
Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya
permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut
diantaranya berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi
permasalahan. Dalam penerapan PTK itu, dapat diketahui hal-hal yang
perlu dilakukan peneliti demi perubahan dan perbaikan dalam kelas yang
sedang diajarnya. Misalnya: guru menemukan cara mengenalkan angka
kepada anak didiknya dengan membuat kartu mainan “Number.”
11
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8.
12
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.
38.
26. 15
b. Prasurvey
Prasurvey dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang
terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan oleh
guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan prasurvey
karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah
secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang
dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana
pengajaran maupun sikap siswanya.
c. Diagnosis
Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis
atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan
yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis,
peneliti PTK akan dapat menemukan berbagai hal, misalnya strategi
pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam
kaitannya dengan implementasi PTK.13
d. Perencanaan
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan
aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus
dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh
karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan
ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait
dengan pendekatan pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan
sebagainya.
e. Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang
digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.
13
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 70.
27. 16
Dalam pelaksanaan PTK ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru
dan siswa dalam berbagai tindakan.
2) Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan
berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang
mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya
memecahkan masalah yang terjadi.
3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran
dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat
dilakukan dalam praktik pembelajaran).14
f. Pengamatan
Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh
peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada
saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal
yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi
kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi,
penyerapan siswa terhadap meteri yang diajarkan, dan sebagainya.15
g. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan
merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan
oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang
dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya
diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian.
Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning)
selanjutnya ditentukan.
h. Penyusunan laporan PTK
Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu
disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Sebenarnya, PTK
yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan
14
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.
15
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 71.
28. 17
utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan
self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu
proses dan hasil belajar siswa.16
Dalam menerapkan PTK terdapat 8 langkah yang seharusnya diikuti
oleh guru/peneliti. Langkah-langkah tersebut yaitu adanya ide awal,
prasurvey/temuan awal, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan,
observasi, refleksi dan menyusun laporan.
4. Manfaat PTK
Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dari pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkesinambungan, berarti kalangan
guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin
mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam
mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan
memberikan perbaikan serta peningkatan pengetahuan yang dibangun dari
pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori tentang praktik yang
erat keterkaitannya dengan perbaikan realitas sosial pembelajaran dan
manfaat sebagai berikut:17
a. Pengalaman dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan menjadikan
guru berani menyusun sendiri kurikulum dari bawah, dan menjadikan
guru bersifat lebih mandiri.
b. Di samping itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif
dan budaya meneliti para guru, khususnya dalam mencari solusi terhadap
permasalahan pembelajaran di dalam kelas.
c. Meningkatkan kerja sama antar guru, antar guru dengan siswa dalam
memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
d. Sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran
sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus
menerus (on going process).
16
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.
38-41.
17
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 29-30.
29. 18
e. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang sistem perilaku,
atau komponen kegiatan yang lengkap, terinci, bermanfaat dalam
perbaikan kegiatan pembelajaran.
f. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi selama waktu penelitian
berlangsung, yang memiliki manfaat dalam penyusunan tipe-model
pembelajaran dalam upaya perbaikan penyempurnaan pembelajaran
dalam mencapai tujuan secara optimal.
g. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan lembaga yang diteliti
dapat tumbuh menjadi lembaga yang dinamis, peneliti dapat memperoleh
pengertian mendalam tentang realitas pembelajaran, sehingga temuan
penelitian dapat dibuat laporan tertulis untuk keperluan praktis yang terus
diuji lebih lanjut.18
Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, manfaat PTK dapat
dilihat dari manfaatnya secara umum dan khusus.
a. Manfaat Umum
Manfaat PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya yaitu:
1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,
2) Meningkatkan profesionalitas guru,
3) Meningkatkan rasa percaya diri guru,
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya.19
5) Inovasi pembelajaran
6) Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.20
b. Manfaat Khusus PTK
1) Menumbuhkan Kebiasaan Menulis
Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan
sangat baik dampaknya terutama bila guru sekolah negeri atau PNS
akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB, karena guru
diharuskan menulis karya tulis. Begitupun bagi guru sekolah swasta,
18
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31.
19
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.
20
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian tindakan Kelas..., h. 108.
30. 19
PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan
profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya
program sertifikasi guru dari pemerintah.
2) Menumbuhkan Budaya Meneliti
Selain itu, PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
guru yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara
berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara
keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin
diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara
lebih mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya “percaya diri”
untuk mencoba hal-hal baru yang diduga dapat menuju perbaikan
sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu
peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara
berkesinambungan. Sehingga proses belajar sepanjang hayat terus
terjadi pada dirinya.21
3) Menggali Ide Baru
Melakukan PTK berarti kita juga dipaksa untuk berfikir masalah
apa saja yang terjadi dalam kelas dan menjadi bahan untuk melakukan
PTK. Oleh sebab itu maka PTK juga memupuk seorang guru untuk
menggali ide-ide baru yang segar.
4) Melatih Pemikiran Ilmiah
Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam
pembelajaran di kelasnya merupakan awal dimulainya PTK. Masalah
tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan
hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal
lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku
belajar siswa. Guru diarahkan untuk berfikir ilmiah, melalui masalah
yang mereka temukan.22
21
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.
14.
22
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-
15.
31. 20
5) Mengembangkan Keterampilan
Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku pengajaran guru,
perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik
pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja pelaksanaan
pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi
peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses
pembelajaran. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran
dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang
kelas.
6) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kelas
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, menurut Cohen &
Manion (1980: 211) PTK berfungsi sebagai:
a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam
situasi pembelajaran di kelas;
b) Alat pelatihan jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan
metode baru serta mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya
melalui pengajaran sejawat;
c) Alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovasi (secara
alami) ke dalam sistem yang ada;
d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara
guru dan peneliti;
e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,
impresionistic terhadap pemecahan masalah kelas;
f) Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan
pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.23
23
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-
16.
32. 21
Menurut Kunandar dalam bukunya Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, manfaat PTK dapat dilihat dari
dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis.24
a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan
pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk
memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.
b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (1) merupakan
pelaksanaan inovasi dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses
pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana
pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu
mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan
pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat
melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
karakteristik kelas; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah,
artinya dengan guru melakukan PTK, maka guru telah melakukan
implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana
kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 25
Akhirnya, inovasi pembelajaran yang “tumbuh dari bawah” itu dengan
sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan
melalui penataran-penataran untuk tujuan serupa. Karena penataran tidak
jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru
secara individual bagi pemecahan persoalan pembelajaran khususnya dan
implementasi program sekolah umumnya yang tengah dihadapinya, baik
kurikuler maupun ekstra kurikuler.26
24
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68.
25
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru.., h. 68.
26
Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),
(Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.
33. 22
Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan
tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran
yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil
belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis
penelitian.27
5. Keunggulan PTK
Ada beberapa keunggulan dari PTK dibandingkan dengan penelitian
yang lain. Keunggulan-keunggulan itu antara lain adalah:
a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual.
b. Kerangka kerjanya yang teratur
c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif
d. Fleksibel dan adaptif.
e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.
f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.
g. Dapat digunakaan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme
guru.28
Keunggulan penelitian tindakan kelas (PTK) ini ketika guru melakukan
kegiatan penelitian adalah:
a. Para guru tidak harus meninggalkan tempat kerjanya
b. Para guru dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan
c. Perlakuan (treatment) dilakukan pada siswa sehingga mereka dapat
merasakan hasil perlakuan (treatment) tersebut dalam kegiatan
pembelajaran mereka.29
27
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3.
28
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.
17.
29
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 2.
34. 23
Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki
beberapa keterbatasan, yang diantaranya: validitasnya masih sering
disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel
sangat terbatas, peran guru yang „one man show‟ bertindak sebagai pengajar
dan sekaligus peneliti sering membuat dirinya menjadi sangat repot.30
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pengertian
Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan arti
pendidikan itu sendiri agar pembahasan mengenai arti Pendidikan Agama
Islam bisa lebih terarah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan
adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.”31
Kedewasaan yang dimaksud
adalah ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab
sendiri.32
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
bab I Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.33
Dalam arti luas makna pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang
teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi
30
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.
14.
31
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263.
32
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), cet. Ke-13, h. 19.
33
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik,
2009), Cet. Ke-2, h. 3.
35. 24
tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat
sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedangkan definisi yang kiranya lebih
tegas yaitu pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja
kepada siswa dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk
mencapai tingkat dewasa.34
Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami
perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh beda. Berikut ini
dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli,
menurut Langeveld, yang dikutif oleh Hasbullah pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak
tertuju kepada pendewasaan anak itu. Pengaruh datangnya dari orang
dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, yang ditujukan
kepada orang yang belum dewasa.35
Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan merupakan bimbingan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ada beberapa unsur
yang terdapat dalam pendidikan antara lain yaitu, usaha yang dilakukan
secara sadar, ada pendidik, ada yang dididik, mempunyai dasar dan tujuan,
dan ada alat-alat yang dipergunakan.36
Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan para ahli tersebut,
meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat
kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu
bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses
bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-
unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan manusia untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani
34
Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27.
35
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
Edisi Revisi, h. 2.
36
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif,
1989), cet. Ke-VIII, h. 19.
36. 25
siswa dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas menuju arah
pendewasaan.
Setelah penulis uraikan pengertian tentang pendidikan secara umum,
penulis akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut
para ahli. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup.37
Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan
yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.38
Menurut Marimba
kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama
Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam,
dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.39
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa
kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam
adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.40
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
37
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130.
38
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h.
11.
39
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9.
40
Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
130.
37. 26
utamanya kitab suci Al-qur‟an dan Al-hadits melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.41
Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan
atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.42
Dari sekian banyak pengertian Pendidikan Agama Islam di atas pada
dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni
agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengamalan
agama, berakhlak mulia dan berkepribadian sesuai dengan ajaran agama
Islam. Dengan demikian bahwa Pendidikan Agama Islam yang
diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan
menekankan bukan hanya pada pengetahuan tentang Islam, tetapi juga
terutama pada pelaksanaan dan pengamalan agama siswa dalam seluruh
kehidupannya.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama
Islam merupakan bimbingan terhadap siswa agar berkembang fitrah
keberagamaannya melalui pengajaran agama Islam sehingga siswa dapat
memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
dan ajaran agama tersebut dijadikannya sebagai pedoman hidupnya atau
pandangan hidupnya.
Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam
mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu
terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam
harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.43
41
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.
21.
42
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,
(Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31.
43
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
140.
38. 27
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu
dijelaskan apa sebenarnya makna dari tujuan tersebut. Secara etimologi,
tujuan adalah “arah, maksud atau haluan.” Dalam bahasa arab, “tujuan
diartikan dengan kata “ahdaf”, sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan
dengan kata „purpose‟. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.44
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah umum adalah segala upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama
Islam tidak hanya untuk difahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan
wudhu, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan
dengan Allah dan juga kemampuan siswa dalam beribadah yang sifatnya
hubungan antara sesama manusia, misalnya zakat, shadaqah, dan lain-lain
termasuk ibadah dalam arti luas.45
Tujuan pendidikan di Indonesia di dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.46
Tujuan pendidikan berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan
pendidikan, sehingga diharapkan terhindar dari segala bentuk
penyimpangan, dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan
pendidikan. Tujuan pendidikan juga merupakan faktor yang sangat penting,
karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian
44
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet. Ke-1 h. 15.
45
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Perkembangan Watak bangsa,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 38.
46
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003)..., h. 7.
39. 28
pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah
yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama.
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara
serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran PAI, yaitu (1) dimensi
keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau
penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa terhadap ajaran agama Islam;
(3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam
menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya dalam arti
bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, difahami, dan dihayati atau
diinternalisasi oleh siswa mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya
untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan nilai-
nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan
bertakwa pada Allah SWT dan merealisasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara.48
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama Islam itu
harus meliputi tiga kawasan (daerah binaan, domain), yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor.49
Untuk kawasan kognitif, tujuannya adalah
mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, selain itu
kemampuan baca tulis huruf Alquran dan Tarikh Islam agar siswa faham
akan ajaran Islam. Pembinaan afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran
47
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
135.
48
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78.
49
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 86.
40. 29
Islam. Pembinaan psikomotor bertujuan agar siswa terampil melakukan
ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari.50
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.51
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah peningkatan keimanan, pemahaman, pengetahuan,
pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain dapat dikatakan
juga bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk
manusia muslim yang bertakwa kepada Allah yang selalu mengerjakan
perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun
tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak
dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-
nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia
bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di
akhirat kelak.52
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur
pokok, yaitu: Al-qur‟an, keimanan, akhlak, Fiqh dan bimbingan ibadah,
serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran
agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.53
50
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86.
51
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22.
52
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
136.
53
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h.
79.
41. 30
Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat
unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al-qur‟an. Sedangkan pada Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
samping ke empat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah semakin
dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap
satuan pendidikan.54
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar, mewujudkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan, antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.55
Di dalam KTSP ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yaitu kelompok
mata pelajaran agama dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama.56
Standar kompetensi kelompok mata pelajaran agama bertujuan
membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian,
ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan
kesehatan.57
Adapun standar kompetensi kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam untuk tingkat SMA adalah:
a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja.
54
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22.
55
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema
Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53.
56
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47.
57
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 97.
42. 31
b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.
c. Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-aturan sosial
d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain
f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui
berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam
kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab.58
4. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di sekolah
masih mengalami banyak kelemahan. Mengutip dari Maftuh Basyuni bahwa
Pendidikan Agama Islam yang berlangsung saat ini cenderung lebih
mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) dari pada afeksi (rasa) dan
psikomotorik (tingkah laku).
Menurut Towaf yang dikutif oleh Muhaimin bahwa adanya faktor
penghambat dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain: (1)
pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai
yang hidup dalam keseharian; (2) kurikulum Pendidikan Agama Islam
dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi
atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya,
sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman
58
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 94-95.
43. 32
belajar yang bervariasi kurang tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai
situasi tersebut di atas, maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai
metode yang mungkin bisa dipakai untuk pembelajaran agama, sehingga
pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4) keterbatasan
sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pembelajaran
agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi
prioritas dalam urusan fasilitas.59
Mengutip dari Abuddin Nata bahwa salah satu masalah yang sering
dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan
jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-
sekolah umum seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Umum dan
seterusnya.60
Mengingat pendidikan agama yang diberikan sekolah hanya dua jam
pelajaran dalam satu minggu, yang sesungguhnya merupakan hambatan,
tetapi ini dapat diatasi oleh semua penanggung jawab pendidikan, antara
lain melalui keluasan, kedalaman atau penambahan jumlah jam pelajaran
oleh sekolah atau juga dengan dasar integrasi tanggung jawab pendidikan
agama, yaitu bukan hanya oleh guru agama, tetapi juga oleh kepala sekolah
dan semua guru di sekolah yang bersangkutan. Demikian pula perlunya
kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka
melaksanakan prinsip keterpaduan.61
Telah dipaparkan beberapa faktor pelemah atau penghambat dalam
pelajaran PAI di sekolah, selain faktor penghambat terdapat pula faktor
penunjang. Artinya bahwa hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan keberhasilan Pendidikan Agama
Islam.62
59
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23.
60
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Bogor: Kencana, 2003), h. 22.
61
Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41.
62
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.
25.
44. 33
Faktor-faktor penunjang itu diantaranya adalah:
a. Hasil yang diharapkan
Rumusan tujuan pendidikan agama adalah sebagai hasil yang diharapkan.
Tujuan tersebut eksplisit terdapat dalam rumusan-rumusan tujuan
pendidikan yang secara hirarkis tercantum dalam kurikulum
persekolahan yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler
dan tujuan instruksional.
b. Materi dan alokasi waktu
Materi dan alokasi waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan
diperlukan materi. Makin jelas tujuan pendidikan agama itu makin jelas
pula materi yang diperlukan.
c. Metode
Terumuskannya tujuan pendidikan agama secara jelas dan ditetapkannya
materi yang jelas lagi terarah untuk mencapai tujuan itu, belumlah
merupakan jaminan keberhasilan pendidikan agama. Salah satu faktor
lain yang langsung berkaitan dengan materi adalah metode dan teknik
pengajaran yang dipilih secara tepat dan strategis.
d. Siswa sebagai peserta didik
Pengalaman empirik menunjukkan bahwa kondisi awal siswa dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat
beragam, terutama di tingkat sekolah lanjutan. Keragaman siswa tersebut
dilatarbelakangi oleh asal sekolah dan pendidikan orang tua di
lingkungan keluarga, serta dari pengalaman keagamaan yang dijalaninya.
e. Orang tua siswa
Orang tua atau orang dewasa lainnya merupakan pendidik di dalam
keluarga. Tidak semua masalah-masalah pendidikan di sekolah dapat
diselesaikan sendiri oleh sekolah. Ia memerlukan bantuan keluarga siswa,
apalagi pendidikan agama.
f. Lingkungan pendidikan
Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat
mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai, sikap, dan atau
45. 34
pengalaman agamanya. Dapat dipastikan sekolah akan memberikan nilai,
sikap, dan tuntutan perilaku serta contoh keagamaan yang positif.
Demikian keberhasilan pendidikan agama atau juga bahkan sebaliknya,
kegagalannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungannya,
antara lain kontribusi dari teman sejawat, keluarga, media massa dan
lain-lain. Namun sekarang bagaimana menciptakan agar lingkungan
dapat diwujudkan sebagai lingkungan yang menunjang secara positif
bagi pendidikan agama.
g. Guru agama
Keberhasilan atau kegagalan pendidikan agama sering dialamatkan
kepada guru agama sebagai sumber utama. Seorang guru agama harus
dapat menjalankan tugasnya secara professional dan menjadi panutan
bagi siswanya.63
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran
PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan kognitif.
Aspek lainnya yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan
kurikulum atau materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama,
termasuk di dalamnya buku-buku dan bahan ajar pendidikan agama.
Adapun faktor penunjang Pendidikan Agama Islam diantanya: hasil yang
diharapkan, materi dan alokasi waktu, metode, siswa sebagai peserta didik,
orang tua siswa, lingkungan pendidikan, dan guru agama. Keberhasilan
Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan dan keterampilan guru agama dalam mengelola dan
melaksanakan proses pembelajaran.
63
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.
25-28.
46. 35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta yang terletak di Jalan
Raya Ragunan Jati Padang Pasar Minggu. Adapun waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan selesai, dengan
tahapan sebagai berikut melihat keadaan sekolah, membuat proposal penelitian,
studi pustaka, penyusunan instrument, dan mengadakan penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.1
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi
dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan
fakta atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian
menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Untuk memperoleh data yang
objektif, maka digunakan dua bentuk penelitian, yaitu:
1. Library Research ( Metode Penelitian Kepustakaan)
Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku yang ada
relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi, dengan tujuan
1
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 2.
47. 36
untuk memudahkan dalam membuat konsep-konsep dan teori yang
berkaitan dengan bahasan dalam skripsi ini, serta beberapa pendapat sendiri
hasil dari menyimpulkan pendapat para pakar pendidikan.
2. Field Research (Metode Penelitian Lapangan)
Yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung dengan
cara mendatangi sekolah yang akan diteliti. Adapun tujuannya adalah untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam proses pengumpulan data penulis melakukan beberapa
langkah yaitu:
1. Observasi
Observasi, adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.2
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran umum
SMA Negeri 28 Jakarta, dengan berbagai informasi lainnya sebagai
pelengkap penelitian. Dalam hal ini penulis mendatangi SMA Negeri 28
Jakarta tersebut guna memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang
menjadi subjek penelitian. Selain melihat dan mengamati langsung dari
dekat seluruh kegiatan sekolah.
2. Wawancara
Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviwee).3
Dalam penelitian
ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan orang yang paling
mengetahui objek yang akan diteliti untuk memperoleh data dan informasi
yang tepat.
Berkaitan dengan penelitian ini penulis mengadakan wawancara
langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam yang bernama ibu Siti
Mas’amah, karena baru beliaulah yang telah menerapkan PTK diantara tiga
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..., h. 155.
48. 37
guru PAI di SMAN 28 Jakarta, untuk memperoleh informasi bagaimana
pelaksanaan PTK pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN
28 Jakarta, untuk mendukung data penulis juga mengadakan wawancara
dengan kepala sekolah, serta pihak-pihak yang bersangkutan dengan
penulisan.
Adapun jenis interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk semi structured, yaitu mula-mula interviwer menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam
mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang
diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap
dan mendalam.4
Dengan kata lain, ketika wawancara berlangsung penulis
tidak sepenuhnya terkait kepada pedoman wawancara (interview guide)
yang telah penulis susun sebelumnya.
Tabel 1
Kisi-kisi Wawancara
Satuan Analisis Aspek Indikator No Item
Penelitian
Tindakan Kelas
1. Menemukan
ide awal
a. Terdapat kendala saat
proses pembelajaran
b. Menemukan solusi
terhadap masalah
pembelajaran
5, 6
2. Prasurvey Mengamati kelas yang
akan dijadikan sasaran
7
3. Diagnosis Dugaan sementara tentang
permasalahan yang timbul
7
4. Perencanaan a. Menentukan langkah yang
akan diambil
b. Menyusun perencanaan
8, 9
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 227.
49. 38
umum dan khusus
5. Implementasi
tindakan
a. Tindakannya sesuai
dengan perencanaan
b. Metode yang digunakan
10, 11
6. Observasi a. Mengamati pada saat
implementasi tindakan
b. Mencatat peristiwa yang
terjadi
12
7. Refleksi a. Mendiskusikan hal-hal
yang dirasa kurang
b. Menentukan langkah
selanjutnya
13, 14,
15
8. Penyusunan
laporan
Dapat menyelesaikan
laporan PTK
16, 17
(Untuk instrumen terlampir)
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.5
Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh
data tentang penelitian tindakan kelas (PTK) melalui laporan PTK yang
telah dilakukan oleh guru PAI dan lain sebagainya yang berkenaan dengan
objek penelitian.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 158.
50. 39
D. Analisis Data
Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, agar data yang terkumpul itu
dapat dianalisa dan diambil kesimpulan.
Tahap analisis data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh di
lapangan kemudian diklasifikasikan, diolah dan dianalisa secara deskriptif
kualitatif yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah kesimpulan.6
Hal yang akan dianalisa adalah mengenai Pelaksanaan PTK pada Pembelajaran
Mata Pelajaran PAI, yang meliputi:
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
2. Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta
3. Pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.
Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, yang digunakan oleh penulis
adalah teknik triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
lain. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas
data.7
Selain itu teknik triangulasi juga berfungsi untuk mengetahui data yang
diperoleh, tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan
menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang
diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.
6
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), Cet. Ke-14, h. 85.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),
h. 241.
51. 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta
Pada tanggal 2 Agustus 1965 di bawah pimpinan Bapak Drs. Djoko
Soetedjo dan Bapak Drs. Sumardi (almarhum), SMA 11 Filial berdiri di
kawasan Pasar Minggu tepatnya di SMP Negeri 41 Jakarta, yang sekarang
menjadi gedung KPKN IV (Kantor Perbendaharaan Kas Negara).1
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 343/UKK.3/1970 tertanggal 5 Maret 1970, pada
tanggal 1 Januari 1970 SMA 11 Filial resmi menjadi SMA Negeri 28
Jakarta.2
Dalam perjalanannya SMA Negeri 28 selalu berusaha untuk
meningkatkan prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik.
Terbukti pada tahun 1996 SMA Negeri 28 ditunjuk menjadi sekolah
Pendamping Unggulan wilayah Jakarta Selatan.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI
Jakarta Nomor: 17/2003; tanggal 2 Juli 2003 sejak Tahun Pelajaran
1
Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 4.
2
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
52. 41
2003/2004 SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk menjadi SMA Plus Tingkat
Propinsi DKI Jakarta.3
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI
Jakarta Nomor: 206a/2004; tanggal 11 Desember 2004, mulai tahun
pelajaran 2004/2005 SMA Negeri 28 Jakarta ditetapkan sebagai sekolah
Plus Standar Nasional.
Pada tahun 2007 direkomendasikan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Menengah dan Tinggi Propinsi DKI Jakarta Nomor surat: 2306/-1.851.61,
tanggal 18 Juni 2007 sebagai Sekolah Bertaraf Internasional. Mulai tahun
pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 28 Jakarta membuka kelas Internasional
dengan jumlah siswa 24 orang.4
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta
a. Visi
“Menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara
global”5
Indikator Visi:
1) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
2) Berbudi pekerti luhur dan berkepribadian tinggi.
3) Mandiri dan tangguh menghadapi tantangan.
4) Setia kawan, tebal rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
5) Cerdas dan trampil sesuai kompetensi.
6) Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik.
7) Berdisiplin untuk mencapai prestasi.
8) Mampu bersaing secara global di dunia Internasional.
3
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
4
Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 5.
5
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
53. 42
b. Misi6
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,
agar setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
2) Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan Sistem
Satuan Kredit Semester (SKS).
3) Pada tahun 2009/2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional.
4) Menumbuhkan semangat juang menjadi yang terbaik secara intensif
kepada seluruh warga sekolah.
5) Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketaqwaan terhadap ajaran
agama yang dianut dan nilai nilai budaya bangsa sehingga menjadi
sumber kearifan dalam bertindak.
Indikator Misi:
a) Kegiatan keagamaan yang komprehensif.
b) Perilaku sosial yang kondusif.
c) Persaingan belajar yang kompetitif.
d) Perikehidupan, berbagsa dan bernegara yang normatif.
e) Perekayasaan yang tertib dan positif.
f) Lulusan SMA Negeri 28 mampu bersaing secara Internasional.
c. Tujuan7
1) Akademis
a) Meningkatkan perolehan nilai semester.
b) Meningkatkan perolehan nilai rata rata Ujian Nasional dan Ujian
Sekolah.
c) Menaikkan peringkat sekolah.
d) Menaikkan prosentase siswa yang diterima di Perguruan Tinggi
Negeri.
6
Buku Panduan..., h. 2.
7
Buku Panduan..., h. 3.
54. 43
e) Menjadikan Sekolah yang mempunyai reputasi baik dalam
Olimpiade Sains Nasional (OSN).
2) Non Akademis
a) Mewujudkan iklim belajar yang kondusif.
b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
c) Membina dan meningkatkan disiplin sekolah dan budi pekerti.
d) Meningkatkan prestasi kegiatan esktra kurikuler.
3. Keadaan Guru dan Karyawan
Tabel 2
Tenaga Pengajar dan Pegawai8
No. Jabatan/Status L P Jumlah
1. Kepala sekolah 1 - 1
2. Wakasek 4 - 4
3. Guru PNS 18 27 45
4. Guru honorer 11 6 17
5. Peg. TU PNS 4 1 5
6. Peg. TU honorer 2 4 6
7. Perpustakaan honorer 1 1 2
8. Caraka PNS 2 - 2
9. Caraka honorer 11 - 11
10. Satpam 6 - 6
11. Supir 1 - 1
Total 61 39 100
Dari informasi data di atas, jumlah seluruh guru SMA Negeri 28 Jakarta
adalah sebanyak 62 orang, diantaranya guru PNS sebanyak 47 orang
meliputi guru laki-laki sebanyak 18 orang dan guru perempuan sebanyak 27
8
Buku Panduan..., h. 15.
55. 44
orang. Dan guru honorer sebanyak 17 orang, meliputi guru laki-laki 11
orang dan guru perempuan 6 orang.
Hubungannya dengan penelitian ini, diharapkan dengan jumlah guru
yang banyak dan rata-rata sudah PNS maka akan menghasilkan mutu hasil
belajar siswa yang diharapkan sekolah dapat tercapai.
Menurut data di atas, jumlah tenaga tata usaha administrasi 33 orang,
jumlah tenaga tetap 7 orang, tenaga tidak tetap 17 orang, tenaga penjaga
sekolah 6, perpustakaan 2 orang, supir 1 orang. Dan hubungannya dengan
penelitian ini pegawai yang ada cukup membantu, contohnya dalam hal
kebersihan lingkungan sekolah, keamanan dan sarana ibadah. Karena dalam
agama Islam kebersihan itu sebagian dari iman dan hal tersebut diajarkan
pada mata pelajaran PAI, secara tidak langsung siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Keadaan Siswa
Tabel 3
Keadaan Siswa9
Kelas
Jumlah Siswa
2008/2009
2009/2010 2010/2011
L P Jum L P Jum
X (reguler) 276 113 122 235 83 132 215
X (K.I) 13 11 24 10 14 24
XI IPA 200 93 107 200 93 107 200
XI IPA K.I 13 11 24
XI IPS 80 29 49 78 29 49 78
XII IPA 197 69 128 197 93 107 200
XII IPS 78 24 55 79 29 49 78
9
Buku Panduan..., h. 6.
56. 45
Berdasarkan data di atas, jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009
sebanyak 831 siswa, 2009/2010 sebanyak 813 siswa, 2010/2011 sebanyak
819 siswa. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sekolah SMAN 28 Jakarta
ini telah membuka kelas internasional pada tahun ajaran 2009/2010 hanya
untuk kelas X, dan selanjutnya pada tahun ajaran 2010/2011 membuka lagi
kelas internasional untuk kelas XI.
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Tabel 4
Sarana dan Prasarana10
No. Jenis Ruang Jumlah Keterangan
1. Ruang belajar 21 ruang AC+LCD
2. Ruang laboratorium IPA 3 ruang AC+LCD
3. Ruang lab bahasa 1 ruang AC
4. Ruang lab komputer 2 ruang AC+LCD
5. Ruang guru 1 ruang AC
6. Ruang perpustakaan 1 ruang AC
7. Perpustakaan digital 1 unit AC
8. Radio sekolah 1 unit AC
9. Ruang BK 1 ruang AC
10. Ruang kepala sekolah 1 ruang AC
11. Ruang tata usaha 1 ruang AC
12. Ruang audio visual 1 ruang AC+LCD
13. Ruang studio musik 1 ruang AC+LCD
14. Ruang OSIS 1 ruang AC
15. Ruang UKS 1 ruang AC
16. Ruang sekretariat sanggar 011 1 ruang AC
17. Tempat ibadah (masjid) 1 unit AC
18. Lapangan basket 2 lapangan
19. Lapangan bulu tangkis 1 lapangan
10
Buku Panduan..., h. 14-15.
57. 46
20. Ruang serbaguna 1 ruang AC
21. Ruang ganti pakaian 1 ruang
22. Toilet siswa 18 kamar
23. Ruang satpam 1 ruang
24. Kantin 18 lapak
Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang untuk tercapainya
tujuan pendidikan, begitupun Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya
sarana dan prasarana yang lengkap siswa dapat belajar dengan efektif,
sarana prasarana yang ada di SMA Negeri 28 Jakarta sudah memadai.
Sarana yang mendukung pada saat pelaksanaan PTK adalah kelas yang
memadai, ruangannya yang sejuk dan dilengkapi dengan komputer dan
LCD yang dapat menunjang pada saat pengimplementasian penelitian
tindakan, kemudian masjid, sebagai sarana untuk praktek shalat.
B. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta
mengikuti kurikulum yang ada, kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri
28 ini adalah kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang disesuaikan
dengan kebutuhan stakeholder di SMAN 28, kemudian menyesuaikan
dengan kurikulum dari negara-negara lain diantaranya Cambridge dan
Canada. Dari hasil rapat kerja (RAKER), tersusunlah KTSP SMA Negeri 28
Jakarta.11
Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan
pada kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi
sesuai kebutuhan, kemudian dalam menyusun kurikulum, mengadopsi dari
Cambridge dan Canada.
Dalam pembelajarannya, pendidikan agama Islam mendapat alokasi 2
jam pelajaran dalam satu minggu, metode yang digunakan bervariatif yaitu
11
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
58. 47
ceramah, diskusi,12
pemberian tugas,13
praktek, sosio drama. Dalam
penyampaian materi kepada siswa menggunakan metode yang berbeda
antara satu kelas dengan kelas yang lainnya, karena kemampuan tiap anak
dalam satu kelas dengan kelas yang lainnya berbeda.14
2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 28 Jakarta adalah:
a. kurang lancarnya siswa di dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an. Hal ini
terbukti ketika diskusi dalam mengungkapkan dalil, mereka hanya
mengungkapkan terjemahnya saja.15
b. Latar belakang pendidikan siswanya sebelum masuk sekolah ini bukan
dari madrasah, tetapi dari sekolah Negeri bahkan ada juga dari yayasan-
yayasan tertentu.
c. Orang tua yang berbeda agama.16
d. Pemahaman siswa dalam menangkap materi yang diajarkan guru
berbeda-beda, ada yang cerdas dan ada yang kurang.17
e. Tidak adanya kerjasama antara orang tua dalam mendidik keberagamaan
anak. Sedangkan waktu anak lebih banyak di lingkungan keluarga dari
pada di sekolah.18
12
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
13
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011.
14
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
15
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011.
16
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011.
17
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
18
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
59. 48
Pendidikan agama Islam di sekolah mendapat alokasi waktu 2 jam
pelajaran dalam satu minggu, dan ini merupakan kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tetapi guru agama dituntut untuk
bisa menyikapi hal tersebut dengan berbagai cara.
Kendala atau penghambat tersebut di atasi dengan diadakannya tadarus
setiap pagi sebelum memulai pelajaran, yang dibantu oleh siswa yang telah
dipilih untuk memandu jalannya tadarus. Tadarus ini wajib diikuti oleh
seluruh stakeholder sekolah, termasuk pegawai.19
Kemudian diadakan
kegiatan-kegiatan keislaman di luar kelas atau sekolah seperti pesantren
kilat, shalat berjamaah, siswa dianjurkan membaca buku-buku tentang
materi yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Dan anak-anak rohis yang
sudah lancar membaca ayat Alqur’an mengajarkan pada teman-temannya
yang belum lancar.20
Kemudian menggunakan metode pembelajaran yang
dapat membuat siswa aktif dan senang terhadap pelajaran PAI, sehingga
siswa dapat mengamalkan pelajaran PAI di dalam kehidupannya.
3. Pelaksanaan PTK Pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pelajaran PAI di kelas X-7
SMA Negeri 28 Jakarta adalah pada materi pengamalan nilai-nilai
kemanusiaan sesuai ayat Alquran, maka penulis meneliti pelaksanaan
penelitian tindakan kelas itu hanya pada materi pengamalan nilai-nilai
kemanusiaan. Setiap penelitian dilakukan dengan tujuannya masing-masing,
termasuk juga penelitian tindakan kelas ini. Untuk memberikan manfaat,
hasil penelitian tindakan kelas ini tentu saja harus diimplementasikan. Mari
kita lihat runutan kejadian dalam penyusunan dan pengimplementasian dari
PTK ini.
Secara garis besar pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI yang
dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta meliputi 8 langkah, yaitu: 1)
Adanya ide awal 2) Prasurvey, 3) Diagnosis, 4) Perencanaan, 5)
19
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
20
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011.
60. 49
Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, dan 8) Penyusunan
laporan.
a. Ide awal yang ditemukan guru PAI di SMAN 28 Jakarta
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada beberapa langkah
yang harus dilaksanakan oleh guru yang melaksanakan PTK, langkah
pertama yaitu adanya ide awal. Ide awal yang dimaksud disini adalah
ketika seorang guru menemukan masalah yang terjadi di kelasnya, dia
berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut agar
kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Berdasarkan wawancara yang
penulis lakukan dengan guru mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta
ini, ibu Siti. Menurut beliau ada masalah dengan siswa saat mengajarkan
mata pelajaran Alquran. Menurut beliau, para siswa cenderung bosan
dengan cara penyampaian pembelajaran Alquran yang biasanya
disampaikan dengan ceramah.21
Berangkat dari masalah itulah, guru SMAN 28 Jakarta menemukan
ide awal PTK yang akan dilakukannya, yaitu mengajarkan pembelajaran
Alquran ini dengan metode active learning.
b. Prasurvey
Setelah ditemukannya ide awal maka dilakukan prasurvey. prasurvey
yang dimaksud adalah penelitian awal mengenai keadaan kelas yang
akan dilakukannya penelitian. Prasurvey ini hanya sebagai penelitian
lebih lanjut dan lebih khusus dari seorang guru, karena pada
kenyataannya guru kelaslah yang melakukan PTK dan hanya dilakukan
di kelasnya. Jadi pada dasarnya guru sudah mengetahui keadaan
kelasnya.
Menurut ibu Siti, guru yang melakukan PTK di SMAN 28 Jakarta ini,
prasurvey yang dilakukan adalah untuk mengoptimalkan hasil dari PTK
ini. Seperti di kelas manakah harusnya beliau melakukan PTK, karena
21
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
61. 50
hasilnya akan lebih optimal apabila dilakukan di kelas yang memiliki
kriteria murid tertentu. Adapun kriteria kelas yang dipilih oleh guru di
SMAN 28 Jakarta agar hasil PTK-nya menjadi optimal adalah:
1) Siswanya tidak begitu pandai, dilihat dari rata-rata nilai kelasnya.
2) Sebagian besar siswanya tidak bisa menangkap pengajaran yang
disebutkan dalam penemuan masalah awal.
3) Kebanyakan siswanya tidak memperhatikan pada saat pembelajaran
berlangsung.22
c. Diagnosis
Diagnosis yaitu dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu
permasalahan yang muncul di suatu kelas, diagnosis dilakukan oleh
peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah untuk menentukan strategi
pembelajaran, media pembelajaran dan materi pembelajaran. Pada tahap
ini ibu Siti sudah melakukannya jauh sebelum penelitian tindakan kelas
ini dimulai. Karena beliau merupakan guru kelas yang beliau jadikan
tempat penelitian tindakan kelas maka beliau telah mengetahui kondisi
dan kemampuan siswa di kelas tempat dilakukannya penelitian tindakan
kelas.
d. Perencanaan
Perencanaan tentu saja menjadi hal yang penting dalam melakukan
sesuatu. Karena perencanaan artinya menyusun apa-apa saja yang akan
dilakukan dan tujuannya. Tanpa perencanaan, sesuatu tidak akan
mencapai hasil yang optimal. Dalam PTK juga dibutuhkan perencanaan.
Perencanaan yang diperlukan dalam PTK ini adalah:
1) Merencanakan setting penelitian dan latar belakang subjek
penelitian.
Adapun perencanaan setting penelitian yang dilakukan ibu Siti, guru
yang dimaksud penulis diawal adalah di SMAN 28 Jakarta,
22
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
62. 51
penelitiannya dilakukan di kelas X-7 yang menurut gurunya
memenuhi kriteria yang telah dijabarkan di atas.
2) Rencana tindakan yang akan dilakukan.
Adapun rencana yang akan dilakukan oleh guru seperti tercermin
dalam prosedur penelitian yang datanya penulis peroleh dari laporan
hasil PTK guru tersebut adalah:23
Tabel 5
Rencana Pelaksanaan PTK
Siklus ke Kegiatan
1
A. Pertemuan Pertama
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
b. Merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
c. Menerapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
d. Menentukan skenario pembelajaran dengan
pendekatan active learning (pembelajaran aktif)
e. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang
dibutuhkan.
f. Menyusun lembar observasi.
2. Tindakan Kelas
a. Siswa melakukan tadarus ±15 menit sebelum
pelajaran dimulai.
b. Siswa sudah menyiapkan laptop dan LCD sebagai
sarana untuk berdiskusi kelompok sesuai dengan
materi yang diberikan yaitu praktek sholat.
23
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti
Mas’amah.