Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis hama tanaman. Langkah-langkah diagnosis hama tanaman meliputi melihat gejala di lapangan, mencatat informasi, mengumpulkan tanaman dan hama, serta mengidentifikasi hama berdasarkan morfologi, biologi, dan molekuler. Teknik identifikasi serangga didasarkan pada struktur tubuh seperti alat mulut, sayap, dan antena. Jenis alat mulut serangga meliputi mandibulata dan haustelata.
1. V. DIAGNOSIS HAMA TANAMAN
A. PENDAHULUAN
B. KONSEP DIAGNOSIS
C. DIAGNOSIS KERUSAKAN
TANAMAN OLEH HAMA
D. TEKNIK DAN IDENTIFIKASI
SERANGGA
E. IDENTIFIKASI HAMA
VERTEBARATA
2. A. PENDAHULUAN
Perencanaan pengendalian atau pengelolaan
tanaman bermasalah (sakit, mengalami
kerusakan) perlu didahului dengan diagnosis
yang akurat tentang penyakit atau kerusakan
oleh hama serta penyebabnya.
Cara pengendalian yang dianjurkan kepada
petani akan efektif apabila diagnosisnya seratus
persen benar.
3. A. PENDAHULUAN
Berbagai metode dan teknik digunakan dalam proses
diagnosis, dari teknik sederhana yang mendasar sampai
dengan cara atau teknik yang sifatnya lebih canggih
(sukar)
Gejala kerusakan oleh hama dapat dipakai sebagai awal
diagnosis yang sifatnya sementara (sederhana), untuk
memastikan kebenaran diagnosis dibutuhkan identifikasi
penyebab sehingga diperoleh diagnosis positif.
Selain itu, dijumpai pula permasalahan, yang
pendiagnosisnya tidak mudah memastikan penyebab
sebenarnya, karena rumitnya penyebab. Hal ini
membutuhkan serangkaian penelitian yang memerlukan
waktu dan biaya besar.
4. A.PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang faktor yang
memengaruhi kerusakan tanaman oleh
hama tanaman perlu dikuasai dan dimiliki
seorang pendiagnosis, karena begitu
penting dan sangat membantu dalam
melakukan diagnosis yang akurat dan
cepat serta untuk merumuskan anjuran
pengendalian yang efektif.
5. B. KONSEP DIAGNOSIS
Pada dasarnya suatu diagnosis adalah penentuan jenis
penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala dan
tanda.
Pada klinik tanaman, istilah diagnosis ini dimaksudkan
untuk menetapkan/memastikan penyakit atau kerusakan
tanaman melalui:
1. pengamatan/pengenalan gejala di lapangan,
2. pencatatan berbagai informasi dan peristiwa yang
menyertai dan berpengaruh pada permasalahan
tanaman di lapangan,
3. mengumpulkan bahan tanaman sakit, hama, dan
musuh alami
4. mencari pustaka acuan,
5. menyusun strategi untuk rekomendasi pengendalian
atau pengelolaan tanaman.
6. B. KONSEP DIAGNOSIS
Diagnosis ditempuh dengan melakukan penegasan atau
konfirmasi atas diagnosis pendahuluan (tentative
diagnosis, preliminary diagnosis) yang diajukan.
Metode ini digunakan secara rutin dalam klinik tanaman
untuk mendiagnosis penyakit maupun kerusakan oleh
hama yang terdeskripsi.
Diagnosis sederhana dikemukakan berdasarkan
pengalaman pendiagnosis dalam mengenal
penyakit/kerusakan oleh hama dan
kesamaan/kemiripannya dengan penyakit/kerusakan
oleh hama yang telah dikenal.
7. B. KONSEP DIAGNOSIS
Suatu penyakit atau kerusakan tanaman yang
tidak atau belum dikenal karena agensia
penyebabnya belum dapat dipastikan berhubung
sifatnya yang rumit dapat didiagnosis dengan
metode lain.
Metode ini jarang dipakai dalam klinik tanaman
dikarenakan lebih sukar dan memerlukan waktu
relatif lama.
Biasanya masalah yang demikian ditangani
dalam proyek penelitian dengan melibatkan
personalia dan peralatan khusus, dalam upaya
menetapkan hubungan sebab antara agensia
penyebab dan penyakitnya
8. B. KONSEP DIAGNOSIS
Berbagai faktor dan peristiwa di lapangan sangat
dibutuhkan, untuk mendukung, melengkapi serta
mempercepat kepastian hasil diagnosis.
Berbekal pengetahuan lapangan ini, berbagai praduga
kemungkinan dapat segera disingkirkan, sehingga akan
mempersempit kemungkinan penyebab.
Faktor atau peristiwa tersebut disebut sebagai penanda
alami penyakit (disease signature) yang meliputi: saat
kejadian, penyebaran kerusakan/penyakit, topografi
lahan, spektrum tanaman yang terlibat, kondisi cuaca,
gejala luar dan dalam, keberadaan mikroba dan
keberadaan bahan kimia toksin.
9. C. DIAGNOSIS KERUSAKAN TANAMAN OLEH HAMA
Hama tanaman adalah semua jenis binatang yang
karena aktivitas hidupnya dapat menyebabkan
gangguan serta kerusakan pada tanaman dan atau
hasilnya, sehingga dapat menimbulkan kerugian
secara ekonomis.
Serangga (Insekta) merupakan golongan binatang
terbesar yang menjadi hama tanaman.
Serangga hama tanaman menyerang tanaman dengan
menggunakan alat mulutnya.
10. Langkah-langkah diagnosis:
1. Melihat gejala dan tanda di lapang
2. Mencatat segala informasi yang ada di
lapang.
3. Mengkoleksi tanaman yang terserang
4. Mengkoleksi hama dan musuh alaminya
5. Identifikasi hama dan musuh alaminya
11. 1. Melihat gejala dan tanda di lapang
digunakan untuk memperkirakan identitas hama
yg sdh dikenal petani
Sangat berguna apbl hamanya tdk dpt ditangkap
Sangat spesifik tergantung cara hidup dan tipe
alat mulutnya.
Perlu pengetahuan dan pengalaman lapangan
yg memadai
Harus hati-hati hama beda, gejala
sama
12. 2. Mencatat segala informasi
yang ada di lapang
Informasi yg ada di lapang sgt membantu proses
pengambilan keputusan pengendalianJenis tanaman
yang diserang, meliputi:
Bag. tan. yg diserang
Varietas tanaman
Pola tanam
Waktu tanam
Rotasi tanam
Penggunaan pupuk
Penggunaan insektisida
dll.
13. 3. Mengkoleksi tanaman yang
terserang
Digunakan untuk membantu identifikasi
hama.
Hama meninggalkan gejala yg khas pada
inangnya
Gejala menunjukkan aktivitas makan
serangga
Aktivitas makan erat hub. dg tipe alat
mulut
14. 4. Mengkoleksi hama dan musuh
alaminya
Hama dan musuh alami ditangkap hati-
hati dan diawetkan dg tdk merusak ciri
khusus yg ada pada tubuhnya.
Dilakukan untuk keperluan inventarisasi
hama tanaman pd tempat dan waktu
tertentu
15. 5. Identifikasi hama dan musuh
alaminya
a. Morfologi
b. Biologi dan ekologi
c. Molekuler
d. Lainnya: Serologi, allozim, kimia ekologi
(feromon), dll
16. a. Morfologi
Mrpk karakter yang paling sering dan mudah
digunakan
Cara :
1. Pengalaman
- tanpa alat bantu
- bdsk pengalaman identifikasi
spesimen yg pernah dilakukan
- Akurat sudah beberapa kali melihat dan
mengidentifikasi
17. 2. Kunci identifikasi
Perlu penget. dasar di bidang taksonomi
Kaitannya dg struktur morfologi hama
Perlu buku kunci identifikasi sampai
tingkat spesies.
Perlu mikroskop dg pembesaran yg
cukup untuk melihat hama yg berukuran
kecil
Hama yg morfologi luarnya sama,
diperlukan pembedahan untuk
membandingkan struktur kelamin
18. 3. Spesimen referensi
Perlu koleksi seranga yang benar dan
baik
Perlu latar belakang di bidang taksonomi
Contoh : Koleksi LIPI-Cibinong
19. 4. Gambar dan deskripsi
menggunakan gambar dan deskripsi
morfologi
sesuai untuk jenis hama yg umum
terdapat pada tanaman dan sudah
dideskripsikan dg baik tmsk gejala
serangannya.
5. Kombinasi
20. 2. Biologi dan Ekologi
a. Habitat dan makanannya
- dimana hama berada
- makanan yg dimakan
- contoh : Penggulung daun pisang
b. Perilaku
- satu karakter penting untuk identifikasi
- jarang dilakukan
- membantu apbl spesimen yg dimaksud tdk
ditemukan untuk identifikasi dg karakter morfologi
- contoh : serangga bau bila disentuh, ditemukan pd
tan. padi walang sangit
21. 3. Molekuler
DNA (PCR-RAPD, PCR-RFLP)
Identifikasi sibling spesies
Mempelajari hub. kekerabatan kelompok tertentu
Kelebihan :
- Karakter DNA yg dipelajari konsisten sesuai dg
pertumb. evolusinya
- Karakter morfologi sgt bervariasi dan dipengaruhi
oleh lingkungan fisik.
- Dpt digunakan untuk membedakan hama yg
memiliki bentuk morfologi yg sama
- Dpt digunakan untuk mempelajari evolusi hama
dlm bentuk fosil
24. D. TEKNIK DAN IDENTIFIKASI
SERANGGA
Pada klinik tanaman, identifikasi serangga
merupakan salah satu
langkah awal yang harus dilakukan dengan
serangkaian proses untuk menentukan strategi
pengendalian hama tanaman.
Tanpa mengetahui jenis serangga yang menjadi
hama akan sukar menentukan langkah
selanjutnya yang harus dilakukan.
25. Serangga sebagai hama
merupakan organisme yang terbanyak dipermukaan
bumi ini.
Diketahui terdapat 27-31 ordonya namun yang banyak
merusak tanaman pertanian adalah ordo Lepidoptera,
Coleoptera, Diptera, Orthoptera, Homoptera
danHemiptera.
Keberadaannya sebagai hama tanaman dapat dibedakan
berdasarkan:
1. ciri morfologi serangganya
2. gejala kerusakannya pada tanaman yang
diserangnya.
26. Identifikasi secara makro tentang bentuk morfologi
serangga dilakukan dengan memperhatikan:
metamorfosis,
ukuran/struktur/venasi sayap,
tipe alatmulut,
antena (bentuk, jumlah ruas),
tipe caput,
sklerit toraks,
tungkai (bentuk,letak koksa, rumus tarsi),
ruas abdomen, dll.
27. Identifikasi tahap ordo, sub ordo, superfamili, famili, genus
dan spesies:
Metamorfosis serangga, struktur sayap dan tipe alat
mulut penting diketahui sampai pada tahap ordo.
Identifikasi sub ordo biasanya memperhatikan
perbandingan antara sayap depan dan sayap belakang,
habitat dan sebagainya.
identifikasi superfamili, familidan genus atau spesies,
sudah harus memperhatikan ciri-ciri morfologi yang
sangat spesifik, seperti venasi pembuluh sayap, rumus
tarsi, bentuk dan ruas antena, letak koksa dan
sebagainya.
Perbedaan warna tubuh dapat dipertimbangkan tetapi
bukan merupakan penciri utama. Warna tubuh bukan
merupakan penciri utama karena bisa berubah akibat
pengaruh lingkungan, pengaruh waktu, zat kimia
sebagai pengawet, dan sebagainya
28. Identifikasi berdasarkan gejala serangannya yakni dengan
memperhatikan:
tipe alat mulut menggigit dan mengunyah maka
akan ditemukan bagian tanaman yang hilang,
apakah dimakan, digerek atau atau digorok.
tipe alat mulutnya menusuk dan mengisap maka
pada bagian tanaman akan ditemukan bekas
tusukan stilet yang akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna atau perubahan
bentuk pada bagian tanaman yang diserangnya
29. Selain identifikasi, ada beberapa hal lain
yang perlu diperhatikan, yaitu :
melihat gejala serangga di lapang,
mencatat segala informasi (termasuk
pengendalian yang dilakukan),
mengumpulkan serangga hama/musuh alami,
mencari pustaka,
menyusun strategi untuk rekomendasi
pengendalian.
Posisi taksonomi dalam rangkaian
pengembangan IPM berada di barisan depan.
30. Tipe Alat mulut serangga
(berdasarkan fungsi/cara makan)
1. Mandibulata (alat mulut menggigit-
mengunyah)
Contoh : Ordo Orthoptera
Terdiri atas: Labrum, mandibel (untuk
memotong, mengunyah, maksila (untuk
melembutkan makanan), labium
(membantu memegang makanan)
31. Tipe Alat mulut serangga
(berdasarkan fungsi/cara makan)
2. Haustelata (alat mulut menusuk-
Menghisap, meraut menghisap)
Menusuk menghisap
Contoh: ordo Hemiptera
Terdiri atas labrum (cuping), rostrum
(labium), dan stilet (modifikasi dari
mandibel dan maksila.
32. Tipe Alat mulut serangga
(berdasarkan fungsi/cara makan)
Meraut-menghisap
Contoh: Thrips; Alat mulut abnormal
(hanya 1 stilet mandibel yang
berkembang)
Terdiri atas 1 stilet mandibel kiri, 2 stilet
maksila, labrum,rostrum
Contoh: Bactrocera dorsalis, larva ordo
Diptera (lalat, nyamuk)
33. Adanya perubahan struktur, maka alat mulut
serangga mengalami modifikasi pada berbagai
golongan serangga, akibatnya dikenal beberapa
macam tipe alat mulut serangga, yaitu:
Tipe penggigit pengunyah (chewing)
Tipe penggigit pengisap (chewing
sucking)
Tipe penghisap (sucking)
Tipe penjilat (lapping/sponging)
Tipe penusuk pengisap (pierching-
sucking
37. Banyak tipe serangga yang makan di bagian dalam
jaringan tanaman:
- dengan membuat terowongan dalam daun
(penggorok) di antara dua permukaan daun atau
sebagai pengebor dalam batang, cabang, akar, atau
bebuahan.
- Serangga tersebut dari Lepidoptera, Diptera,
Coleoptera, dan Hymenoptera.
- Akibat dari serangan hama ini tanaman menjadi kerdil
atau salah bentuk, bahkan mematikan
tanaman
Adanya tipe alat mulut yang bermacam ini menyebabkan cara
makan tipe seranggapun berbeda sehingga gejala kerusakan yang
ditimbulkannya juga beragam.
38. Ada serangga yang merusak tanaman dengan
menginjeksikan satu zat kimia ke dalam
tumbuhan, sehingga tumbuhnya tidak normal dan
menghasilkan bintil.
- Tiap bintil dapat ditempati satu atau
banyak serangga.
- Lima ordo serangga yang menimbulkan
gejala seperti ini, adalah Diptera,
Hymenoptera, Homoptera, Coleoptera,
dan Lepidoptera.
39. Serangga yang makan akar tanaman, seperti lundi
Coleoptera dapat menimbulkan gejala kelayuan,
kekeringan, bahkan kematian.
Cara makan serangga pengunyah :
- pada dedaunan mengakibatkan daun tinggal tulang daun,
- membuat banyak lubang,
- sekeliling pinggiran-pinggiran daun dimakan atau seluruhnya
dimakan.
- Serangga yang kecil makan di antara tulang-tulang daun dan
menjadikannya rangka daun,
- serangga yang lebih besar makan sebagian atau keseluruhan
daun.
- Serangga yang makan dengan cara ini ialah belalang (Orthoptera),
larva berbagai kupu-kupu (Lepidoptera), lalat-lalat gergaji
(Diptera) dan kumbang (Coleoptera).
40. Cara makan serangga dengan menghisap cairan
tumbuhan:
- pada daun atau bagian lain dari tumbuhan
akan menyebabkan timbulnya bercak pada
daun, daun keriting dan menjadi layu.
- pada batang, cabang atau ranting yang
dimakan akan menyebabkan kekerdilan atau
kelayuan. Serangga yang utama makan
dengan cara ini adalah dari ordo Homoptera
dan Hemiptera.
41. a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan
tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang
bertindak sebagai predator pada serangga lain.
Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua
pasang.
Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang
dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut
tegmina.
Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-
vena yang teratur.
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah
sayap depan.
42. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain :
- dua buah (sepasang) mata facet,
- sepasang antene,
- serta tiga buah mata sederhana (occeli).
Pada thorax:
- Dua pasang sayap
- tiga pasang kaki
Pada abdomen:
- Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran
alat pendengar yang disebut
tympanum.
- Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada
tiap-tiap segmen abdomen
maupun thorax.
- Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen
(segmen terakhir abdomen).
43. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Alat mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki
bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla
dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium
dengan palpus labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan
melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago).
Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan
ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :
- Kecoa (Periplaneta sp.)
- Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.)
- Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)
46. b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta
sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan
tumbuhan (baik nimfa maupun imago).
Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat
predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies
ada yang tidak bersayap).
Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan
pada bagian ujung membranus.
Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra.
Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek
daripada sayap depan.
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene,
mata facet dan occeli.
47. b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas
moncong (rostrum) dan dilengkapi dengan alat
pencucuk dan pengisap berupa stylet.
Pada ordo Hemiptera, rostrum tersebut muncul pada
bagian anterior kepala (bagian ujung).
Rostrum tersebut beruas-ruas memanjang yang
membungkus stylet.
Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran
makanan dan saluran ludah.
48. b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang
dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa
—> dewasa.
Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan
ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini
adalah :
- Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)
- Kepik hijau (Nezara viridula L)
- Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)
51. c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi
yang mirip dengan ordo Hemiptera.
Perbedaan pokok antara keduanya antara lain
terletak pada morfologi sayap depan dan tempat
pemunculan rostrumnya.
Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki
tekstur yang homogen, bisa keras semua atau
membranus semua, sedang sayap belakang
bersifat membranus.
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan
rostrumnya muncul dari bagian posterior kepala.
Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun
thorax umumnya sama dengan anggota
Hemiptera.
52. c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)
Tipe metamorfose sederhana (paurometabola)
yang perkembangannya melalui stadia : telur —
> nimfa —> dewasa.
Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat
bertindak sebagai hama tanaman.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi
kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :
- Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
- Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor
Mask.)
- Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).
54. d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman,
namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain.
Sayap terdiri dari dua pasang.
Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena
sayap dan disebut elytra.
Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah
tepat di tengah-tengah bagian dorsal).
Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di
bawah sayap depan.
Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik.
Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat
mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
55. d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —>
kepompong (pupa) —> dewasa (imago).
Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda),
namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda).
Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar
(istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Beberapa contoh anggotanya adalah :
- Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)
- Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)
- Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
58. e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi
sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator.
Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau
nektar.
Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-
sisik yang berwarna-warni.
Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap,
sedang larvanya memiliki tipe penggigit.
Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut
proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi,
tetapi palpus labialis berkembang sempurna.
59. e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur
—> larva —> kepompong —> dewasa.
Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal
maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.
Beberapa jenisnya antara lain :
- Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas
Wlk)
- Kupu gajah (Attacus atlas L)
- Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)
61. f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan
tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.
Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan,
sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan
berbentuk gada dan disebut halter.
Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya
memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian
yaitu :
- bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum
- bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum
- bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.
64. f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —>
kepompong —> dewasa.
Larva tidak berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah
atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang
bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator.
Pupa bertipe coartacta.
Beberapa contoh anggotanya adalah :
- lalat buah (Dacus spp.)
- lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)
- lalat rumah (Musca domestica Linn.)
- lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).
65. g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan,
semut)
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai
predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian
yang lain sebagai penyerbuk.
Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus.
Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap
belakang.
Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata
facet dan occelli.
Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang
dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
66. g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan,
semut)
Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui
stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa.
Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae,
Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit
penting pada hama tanaman.
Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :
- Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).
- Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).
- Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang
Brontispa).
68. h. Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal.
Sayap dua pasang dan bersifat membranus.
Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan
pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar.
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada
stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa
insang dan hidup di dalam air.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada
beberapa jenis serangga kecil yang termasuk hama,
seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta
ngengat penggerek batang padi.
70. IDENTIFIKASI VERTEBRATA HAMA
Ada tujuh jenis vertebrata yang berperan sebagai hama yaitu dari
- kelas Aves (burung) dan
- kelas Mamalia (Rodentia, Insectivora, Chiroptera, Carnivora,
Artiodactyla dan Primates).
Di antaranya tikuslah yang paling dominan sebagai hama baik di
pertanaman maupun di penyimpanan produk pertanian.
Identifikasi tikus dilakukan dengan memakai kunci karakter
morfologi danbukan karakter morfologi.
Kunci karakter morfologi yang umum digunakan adalah ukuran
panjang tubuh, panjang telinga, panjang telapak kaki belakang,
perbandingan ekor dengan tubuh dan kepala, berat badan, lebar
gigi pengerat, jumlah puting susu warna serta tekstur dari bulu dan
ekor.
71. IDENTIFIKASI VERTEBRATA HAMA
Pengukuran panjang dinyatakan dengan millimeter, sedangkan
pengukurang berat badan dinyatakan dengan gram.
Kunci karakter morfologi ini sangat penting terutama tikus dewasa.
Oleh karena itu, pemahaman tentang ciri/karakter morfologi tikus sangat
penting artinya dalam identifikasi berbagai jenis tikus hama.
Kunci karakter bukan morfologi dapat diketahui melalui pengamatan
habitat dan lingkungannya.
Tikus adalah binatang pengerat dan kerusakan yang nampak di
pertanaman adalah tergantung pada bagian tanaman yang diserang.
Tikus sawah akan mengerat batang padi sehingga patah, sedangkan tikus
pohon menyebabkan buah kelapa atau buah kakao berlubang
78. Cara-cara Identifikasi :
1. Bertanya pada ahli (langsung dan e-mail)
2. Membandingkan dengan diskripsi (buku,
CD dan internet)
3. Membandingkan dengan gambar (buku,
CD dan internet)
4. Membandingkan dengan koleksi standar
(museum)
5. Membandingkan dengan kunci identifikasi
(buku, CD dan internet)
6. Kombinasi dengan cara tersebut di atas
79. Identifikasi serangga secara konvensional
(kunci identifikasi)
mengamati morfologi specimen
cocokan dengan kunci identifikasi dimulai dari
nomer 1a atau 1b (sebelah kiri)
apabila cocok terus dilanjutkan berdasarkan
nomer yang tertera disebelah kanan
dan seterusnya sampai ketemu karakter yang
cocok (Ordo, Familia, Genus dan Species)
80. Identifikasi serangga dengan “Lucid Key”
1. Install program “Lucid Key”
2. Mengikuti petunjuk di layar monitor
sampai sukses install
3. Amati specimen yang telah
diproservasi (diawetkan)
4. Cocokkan dengan karakter foto
specimen yang ada di layar
81. Identifikasi Molusca (Class Gastrophoda)
• bentuk dan arah coil (pilinan) cangkang
• jumlah pilinan
• warna
• letak operculum
• gejala serangan
82. Identifikasi Aves :
Topografi burung
Pola warna bulu
Bentuk paruh
Bentuk kaki
Gejala serangan
83. Identifikasi Mammalia :
1. Gejala serangan
2. Perbandingan kepala, badan dan
ekor
3. Pola warna tubuh dan ciri
morfologi lainnya
4. Habitat
5. Jumlah puting susu