SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
LAPORAN PRAKTIKUM
KLINIK TANAMAN
ACARA 2
OBSERVASI KLINIK / DIAGNOSIS LABORATORIUM
Semester genap
2014/2015
Oleh:
Kelompok 5 Rombongan 2
Nurma Hudda Fauzaniar A1L012174
Marsyeilla Regina Putranti A1L012175
Ade Windy Hernayanti A1L012176
M. Hafizh Tri Abiyoso A1L012177
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hama merupakan hewan pengganggu pertumbuhan tumbuhan. Hama dapat
menyerang berbagai macam tanaman, begitu juga tanaman buah-buahan seperti
halnya Tanaman Pisang. Dalam Tanaman Pisang hama dapat menyerang berbagai
struktur tubuh tumbuhan, seperti daun, batang, buah, dan bunga Tanaman tidak
selamanya dapat hidup tanpa gangguan. Tanaman juga memiliki banyak masalah
kesehatan diantaranya mengalami gangguan oleh binatang atau mikro organisme
(virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka
mengganggu tanaman dengan cara memakannya. Belalang, kumbang, ulat,
wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering
menjadi hama tanaman.
Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala utama dalam
peningkatan produksi pertanian. Selain menyebabkan tumbuhan yang diserang
tidak dapat tumbuh dan berkembang secera normal, serangan tersebut dapat
menimbulkan kerugian secera ekonomis. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu
usaha pengendalian terhadap hama dan penyakit tersebut (Roberts, 1978).
Oleh karena itu, diagnosis laboratorium dalam klinik tanaman diperlukan
untuk mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapang yang telah dilakukan,
agar diperoleh rekomendasi pencegahan dan pengendalian terhadap hama yang
menyerang spesimen tanaman tersebut.
B. Tujuan
1. Mendukung/mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan.
2. Mendeteksi hama yang menyertai spesimen.
3. Mengetahui teknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan hama pada
sepesimen tanaman.
4. Membuat rekomendasi pencegahan/ pengendalian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil
dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan
hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan
usaha pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit dikendalikan dengan
pendekatan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) yang diintegrasikan ke
dalam model PTT. Penggunaan pestisidadidasarkan pada pemantauan lapang agar
dicapai efisiensi yang tinggi dan pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi.
Komponen pengendalian diterapkan sesuai dengan tahapan budidaya tanaman.
Salah satu hama yang menyerang tanaman pisang adalah Erionota thrax L.
(Lepidoptera: Hesperidae). Hama ini menyerang bagian daun pisang dan dikenal
sebagai ulat penggulung daun pisang. Apabila dibiarkan, tanaman akan menjadi
gundul dan hanya tampak tulang daunnya. Larva berwarna hijau muda dan
ditutupi lapisan tepung berwarna putih,dan panjangnya sekitar 7 cm. Telur
berwarna kuning dan diletakkan oleh serangga betina dewasa di bagian tepi
permukaan bawah daun. Larva yang keluar dari telur akan memotong lamina daun
mulai dari pinggir dan menggulungnya. Imago dewasa berwarna coklat, dan aktif
pada sore dan pagi hari. Kerusakan yang berat terutama terjadi pada musim
kemarau. Pertanaman pisang di tempat yang terlindungi dari terpaan angin
kerusakannya akan semakin berat (Kalshoven 1981).
Erionota thrax adalah salah satu hama tanaman pisang yang penting dan
dikenal sebagai hama penggulung daun (bananas skipper). Lengkong Dalam
Kawarnura, 1973 melaporkan bahwa serangan pertama hama penggulung daun
pisang terjadi diperkebunan pisang Hawaii pada bulan Agustus 1973. Saat ini
hama tersebut telah tersebar luas dan menyebabkan kerusakan serta kerugian yang
cukup berarti di Asia Tenggara terutama di Thailand, Malaysia, Philipina, Guam,
India dan Indonesia. ( Kalshoven1981).
Kumbang ( Epilachna Sparsa)secara umum morfologi hama seranggaini
terdiri dari tiga bagian tubuh yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Kumbang juga
memiliki sayap. Selain memiliki sayap kumbang juga meiliki elytra. Elytra
merupakan pelindung sayap (wing cover) bagian ini memiliki sifat yang keras.
Selain itu elytra juga memiliki warna yang indah. Selain itu tipe antenna
yangdimiliki kumbang adalah antenna tipe moniliform. Antenna tipe ini
berbentukseperti untaian kalung manik-manik. kumbang termasuk dalam ordo
coleoptera
Walang sangit (Leptocorixa acuta) mempunyai daerah sebaran yang sangat
luas, hampir di semua negara produsen padi. Daerah penyebaran (Leptocorixa
acuta) antara lain Asia Tenggara, Kepulauan Fiji, Australia, Srilangka, India,
Jepang, Cina, Pakistan dan Indonesia. Di Indonesia L. Acuta tersebar di daerah
Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
Praktek mekanis seperti memindahkan telur dengan memotong daun dimana
telur berada, memotong gulungan daun, mengumpulkan dan membunuh dewasa
merupakan cara efektif untuk area kecil yang ditempati. Efek pelindung dari daun
yang menggulung, menyebabkan insektisida sangat tidak efektif melawan larva.
Pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, mengakibatkan kematian
hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami dan penyederhanaan
keanekaragaman hayati Oleh karena itu, untuk mengendalikan hama ini salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik pengendalian
hayati parasitoid.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum diagnosis klinik/diagnosis
laboratorium adalah hama ulat penggulung daun pisang, tanaman yang terserang
ulat penggulung daun, hama walang sangit, kumbang kubah dan kertas. Alat yang
digunakan dalam praktikum diagnosis klinik/ diagnosis laboratorium adalah alat
tulis dan kamera ponsel.
B. Prosedur Kerja
1. Diamati hama yang ada di laboratorium.
2. Hama di identifikasi, kemudian hama tersebut digambar.
3. Dicatat taksonomi dan deskripsi hamanya dibantu dengan buku diagnosis..
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Gejala daun
menggulung
Gambar 2. Ulat penggulung
daun
Nama gejala : daun pisang menggulung
Tanaman inang : pisang
Deskripsi gejala : daun pisang yang
terserang akan menggulung, apabila
dibuka ada larva didalamnya. Di dalam
gulungan terdapat bekas gigitan larva
tersebut. Daun dapat menggulung karena
larva mengeluarkan benang-benang
lengket berwarna putih.
Deskripsi hama:
- Larva yang masih muda memotong
tepi daun secara miring.
- Daun yang terserang biasanya
digulung, menyerupai tabung,
apabila di buka akan ditemukan
larva didalamnya
- Apabila daun dalam gulungan
sudah habis, larva akan pindah ke
tempat lain.
- Mempunyai pigmen kulit yang
transparan.
- Kaki ada 6 pasang.
- Bagian kepala lebih kecil dari dari
diameter badan.
- Ada sayap, antenna seperti tali dan
menebal atau berbentuk bonggol
pada pucuknya, tidak mempunyai
duri pada pangkal sayap belakang
(frenulum), tidak ada ocelli (kupu-
kupu dan skippers). Bonggol
antenna berakhir dengan semacam
kait yang membengkok
Gambar 3. Walang Sangit
- Morfologi tersusun dari antena,
caput, toraks, abdomen, tungkai
depan, tungkai kaki belakang,
sayap.
- Memiliki sayap yang keras, tebal
dan tanpa vena
- Tipe mulut penggigit pengunyah
dengan kemampuan mendibular
berkembang dengan baik
- Telur setelah menetas menjadi
nimfa aktif bergerak ke malai
B. Pembahasan
1. Ulat Penggulung Daun Pisang
Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut
bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang
selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak
berbiji/bersifat partenokarpi (Satuhu, 1999).
mencari bulir padi yang masuk
stadia masak susu.
Gambar 4. Kumbang Kubah
- Tubuh lebar, oval mendekati bulat
- Berwarna cerah dengan spot-spot
hitam
- Larva dan kumbang memakan
permukaan alas dan bawah daun
sehingga tinggal epidermis dan
tulang daunnya.
 Klasifikasi Erionota thrax L.
Nama umum : Erionota thrax
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hesperiidae
Spesies : Erionota thrax L.
 Gejala Serangan
Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung
dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda
memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil.
Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun.
Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke
tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan
berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan
daun (Sastroutomo,1990).
 Morfologi/Bioekologi
Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil
berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.
Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih
utuh. Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi
lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya
dilapisi lilin.Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan
dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis).
Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.
Deskripsi hama ulat penggulung daun pisang antara lain :
- Apabila daun dalam gulungan sudah habis, larva akan pindah ketempat
lain.
- Mempunyai pigmen kulit yang transparan.
- Kaki ada 6 pasang.
- Bagian kepala lebih kecil dari dari diameter badan.
- Ada sayap, antenna seperti tali dan menebal atau berbentuk bonggol pada
pucuknya, tidak mempunyai duri pada pangkal sayap belakang (frenulum),
tidak ada ocelli (kupu-kupu dan skippers). Bonggol antenna berakhir
dengan semacam kait yang membengkok
 Pengendalian
 Cara mekanis
- Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya
dimusnahkan
- Pada telur, ulat dan daun yang terkumpul kemudian dilenyapkan, selain itu
dilakukan dengan memangkas daun yang terserang kemudian dibakar
- Daun pisang muda dirobek-robek agar ulat tidak bias menggulung daun
- Larva yang masih muda memotong tepi daun secara miring.
- Daun yang terserang biasanya digulung, menyerupai tabung, apabila di
buka akan ditemukan larva didalamnya
 Cara biologi
- Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang
- Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid
larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa
(tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp.,
Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae (Sutidjo, 1974)
 Cara kimiawi, dilakukan dengan penyemprotan insektisida beracun kontak
maupun beracun perut yang dilakukan saat telur baru saja menetas
misalnya Diazinon 60 EC, Bayrusil 250 EC sesuai dengan dosis yang
tertera pada kemasan. Dapat juga digunakan insektisida yang bersifat
sistemik akan lebih efektif mengingat ulat daun ini tersembunyi dalam
gulungan daun. Penggunaan insektisida yang cocok belum ada, dapat
dicoba dengan insektisida Malathion (Satuhu dan Supriyadi A, 2000).
2. Walang Sangit
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Walang sangit mempunyai inang yang cukup banyak berupa tanaman
rumput-rumputan. Untuk itu pada lahan-lahan pertanaman padi dan sekitarnya
dari sebelum musim tanam sampai selesai panen harus dilakukan pembersihan
terhadap tanaman rumput-rumputan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif
yang dapat digunakan untuk bertahan hidup sebelum menyerang tanaman
padi. Pengendalian secara kultur teknik (Sastro Utomo, 1990).
Pengendalian ini dilaksanakan dengan mengatur pola tanam padi. Untuk
mengendalikan keberadaan walang sangit di lapangan, hendaknya dilakukan
penanaman padi secara serentak pada hamparan yang luas. Pada saat padi
menjelang musim berbunga, walang sangit akan datang dan berkembang biak satu
generasi sebelum pertanaman padi tersebut dipanen.
Banyaknya generasi walang sangit dalam satu hamparan pertanaman padi
tergantung pada selisih waktu tanam pada hamparan tersebut. Semakin serempak
penanaman padi dilakukan semakin sedikit jumlah generasi walang sangit pada
hamparan tersebut, dengan demikian selisih waktu tanam dalam satu hamparan
tidak boleh lebih dari 2,5 bulan. Selain itu dapat pula diberikan tanaman
perangkap, berupa tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot, yang ditanam
beberapa hari sebelum penanaman padi di hamparan yang luas. Tanaman
perangkap tersebut akan lebih dulu memasuki masa berbunga dan pengisian bulir
padi/gabah (periode masak susu), sehingga walang sangit akan lebih dulu
berkunjung dan menyerang tanaman padi dalam pot tersebut, untuk selanjutnya
akan lebih mudah menangkap dan mengendalikan walang sangit pada tanaman
tersebut (Untung, 1984).
Pengendalian secara biologi
Belum banyak diteliti dan dilaporkan bahan-bahan biologi yang sudah
dikembangkan effektif dan effisien dalam mengendalikan walang sangit. Namun
demikian, untuk mengurangi intensitas serangan walang sangit dapat
digunakanBeauviria sp dan metharizum sp, yang menyerang walang sangit pada
stadia nimfa dan dewasa.
Pengendalian berdasarkan perilaku serangga
Walang sangit tertarik pada bau-bauan yang dikandung tanaman lycopodium
spdan Ceratobium sp. Walang sangit juga tertarik pada bau busuk bangkai
terutama bau busuk dari bangkai kepiting/ketam dan keongmas/siput murbey.
Ketertarikan ini dapat di gunakan sebagai dasar tindakan pengendalian terhadap
walang sangit.
Pengendalian walang sangit dengan menggunakan perilaku ketertarikannya
terhadap bau-bauan tertentu ini dapat dilakukan dengan modifikasi perangkap,
artinya dibuat satu alat perangkap khusus seperti botol plastik bekas wadah
minuman air mineral yang dilubangi sebagai tempat masuknya walang sangit,
diberi umpan berupa berupa bangkai ketam/kepiting atau keong mas yang diikat
menggantung di dalam botol dan di bawahnya di berikan larutan sir sabun.
Selanjutnya diikat pada tiang bambu dengan jarak 3-5m. semakin banyak
perangkap botol ini dipasang akan semakin banyak walang sangit yang ditangkap.
Perangkap ini dipasang ketika pertanaman pada padi memasuki periode
masak susu. Dengan cara ini diharapkan walang sangit akan tertarik pada bau
busuk bangkai yang dipasang, untuk selanjutnya masuk kedalam botol,
terperangkap didalamnya dan jatuh mati di larutan air sabun yang ada di bawah
bangkai. Pengendalian dengan cara ini cukup efektif dan murah/effisien.
Pengendalian dengan bahan tanaman yang menghasilkan bau penolak Walang
sangit (Chisaka, 1988)
Bahan tanaman yang dapat digunakan adalah tumbuhan liar ribu-ribu yang
diambil daunnya dan di tebarkan pada lahan petanaman padi menjelang periode
masak susu. Daun ribu-ribu di tebarkan merata dan terendam air akan
mengeluarkan bau yang itidak disenangi oleh walang sangit , sehingga walang
sangit akan perdi dari lahan pertanian padi (Lamid, 1994).
Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida)
Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida), pengendalian walang sangit
dengan bahan kimia (pestisida) ini dapat dilakukan apabila keberdaan populasi
hama sudah sampai pada ambang pengendalian yaitu 6 ekor walang sangit
/m2
. Pestisida yang di gunakan harus yan terdaftar dan di ijinkan untuk
pertanaman padi, di aplikasikan pada saat periode masak susu dan tetap mengacu
pada 6 tepat penggunaan pestisida (tepat jenis, dosis/konsentrasi, sasaran, waktu,
tempat dan cara aplikasinya).
Dengan mengendalikan keberadaan walang sangit sejak dini, sejak
pertanaman padi memasuki periode masak susu, maka produksi gabah akan dapat
diselamatkan kuantitas dan kualitasnya. Pertanaman padi yang bebas dari
serangan walang sangit akan menghasilkan produksi gabah yang bermutu baik
dan produktifitas yang optimal. Dengan pengendalian yang optimal terhadap
walang sangit akan dihasilkan beras yang baik, dengan ukuran dan beras bernas,
berwarna putih normal, beraroma wangi khas beras dan berasa enak/tidak pahit
(Kuntohartono,1980).
3. Kumbang Kubah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Suku : Coccilinedae
Genus : Epilachna
Spesies: Epilachna sparsa
Kumbang (Epilachna Sparsa)
 Morfologi
Secara umum, morfologi hama serangga ini terdiri dari tiga bagian tubuh
yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Kumbang juga memiliki sayap. Selain
memiliki sayap, kumbang juga meiliki elytra. Elytra merupakan pelindung sayap
(wing cover) bagian ini memiliki sifat yang keras. Selain itu elytra juga memiliki
warna yang indah. Selain itu tipe antenna yang dimiliki kumbang adalah antenna
tipe moniliform. Antenna tipe ini berbentuk seperti untaian kalung manik-manik.
kumbang termasuk dalam ordo coleoptera. Tubuh lebar, oval mendekati bulat.
Berwarna cerah dengan spot-spot hitam. Larva dan kumbang memakan
permukaan alas dan bawah daun sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya.
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf beetle,
termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah penyebaran
di Indonesia. Telur E. sparsa diletakkan pada daun yang masih much. Larva
berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal terdapat
driri-duri lunak. Larva ini memakan daun kentang. Kumbangnnya berukuran
panjang 10 mm, berwarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot hiram ini
membedakan species yang satu dengan yang lainnya. Daur hidup kumbang 7-10
rninggu.
 Gejala
Larva dan kumbang E. Sparsa memakan permukaan alas dan bawah daun kentang
sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E.
sparse adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah.
 Pengendalian
Pengendalian E. Sparse dapat dilakukan dengan
Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
dan penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan
(Kuntohartono, 1980).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
 Dari hasil diagnosis laboratorium ditemukan bahwa hama yang menyerang
tanaman pisang, sehingga daunnya menggulung adalah ulat penggulung daun
pisang (Erionata thrax) yang dapat dikendalikan dengan cara fisik, kimiawi
dan biologis..
 Walang Sangit (Leptocorixa acuta) merupakan hama yang menghisap cairan
bulir pada fase masak susu. Pengendalian hama walang sangit pada tanaman
padi dapat dilakukan dengan cara Pengendalian dengan sanitasi lingkungan,
pengendalian secara kultur teknik, pengendalian secara biologi, pengendalian
berdasarkan perilaku serangga, dan pengendalian dengan bahan kimia
(pestisida).
 Kumbang Kubah, Pengendalian E. Sparse ini dapat dilakukan dengan
Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
dan penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan
B. Saran
Dalam melakukan pengendalian terhadap hama pada tanaman,
sebaiknya kita harus mengetahui bagian apa yang diserang dan seberapa
parah serangan yang ada agar kita dapat menentukan cara pengendalian apa
yang sesuai dengan jenis serangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Chisaka, H. 1988. Kerusakan oleh Gulma pada Tanaman, Kerugian Hasil
Disebabkab oleh Persaingan Gulma dalam Penanggulangan Gulma Secara
Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta.
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate
oleh P. A. Vand der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Kuntohartono, T. 1980. Pengantar Ilmu Gulma. Dept. Agronomi Fak. Pertanian
Univ. Brawijaya, Malang.
Lamid, Z., Kasim, M. dan Z. Irfan. 1994. Tanggap Padi Gogo terhadap Ekstrak
Organ Tubuh Alang-alang (Imperata cylindrica L. Beauv.) Prosiding. Konf.
12 HIGI : 14-18.
Roberts, D. A. 1978. Fundamentals of Plant-Pest Control. Freeman and
Company. USA.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Satuhu S, Supriyadi A. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta:
Penebar Swadaya; 2000. hlm. 1-41, 116-124.
Sutidjo, D. 1974. Dasar-dasar Ilmu Pengendalian/Pemberantasan Tumbuhan
Pengganggu. Proyek Peningkatan Mutu PT., IPB. Bogor.
Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu.
Andi Offset. Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

Laporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaLaporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaEkal Kurniawan
 
power point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
power point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhanpower point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
power point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhanIsna Nina Bobo
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandafahmiganteng
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAdiana novitasari
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihNur Haida
 
Laporan puts perangkat uji tanah sawah
Laporan puts perangkat uji tanah sawahLaporan puts perangkat uji tanah sawah
Laporan puts perangkat uji tanah sawahZulfan Fauzi
 
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaSiklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaGoogle
 

What's hot (20)

Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Hama coleoptera
Hama coleopteraHama coleoptera
Hama coleoptera
 
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaLaporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
power point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
power point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhanpower point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
power point pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunan
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Singkong
SingkongSingkong
Singkong
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 8&9 Shinta Rebecca Naibaho
 
Ubi jalar
Ubi jalarUbi jalar
Ubi jalar
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
Laporan puts perangkat uji tanah sawah
Laporan puts perangkat uji tanah sawahLaporan puts perangkat uji tanah sawah
Laporan puts perangkat uji tanah sawah
 
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaSiklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
 

Similar to Diagnosis Laboratorium: Hama

Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Andrew Hutabarat
 
Jurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraJurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraSurya Agus
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedediana novitasari
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanJidun Cool
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optAdiluhungAhsan1
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiSupianto Anto
 
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)UNIB
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiMarta Adinata
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanTidar University
 
Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarak
Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarakMakalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarak
Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarakBondan the Planter of Palm Oil
 
Jurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraJurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraSurya Agus
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slphtnovriandasipil
 

Similar to Diagnosis Laboratorium: Hama (20)

Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
 
Jurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraJurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT Diptera
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
 
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunanMakalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman Padi
 
Laporan kjt
Laporan kjtLaporan kjt
Laporan kjt
 
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
 
Diptera
DipteraDiptera
Diptera
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
 
Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarak
Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarakMakalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarak
Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarak
 
Jurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraJurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT Lepidoptera
 
Pinophyta
PinophytaPinophyta
Pinophyta
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
 

Diagnosis Laboratorium: Hama

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK TANAMAN ACARA 2 OBSERVASI KLINIK / DIAGNOSIS LABORATORIUM Semester genap 2014/2015 Oleh: Kelompok 5 Rombongan 2 Nurma Hudda Fauzaniar A1L012174 Marsyeilla Regina Putranti A1L012175 Ade Windy Hernayanti A1L012176 M. Hafizh Tri Abiyoso A1L012177 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2015
  • 2. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hama merupakan hewan pengganggu pertumbuhan tumbuhan. Hama dapat menyerang berbagai macam tanaman, begitu juga tanaman buah-buahan seperti halnya Tanaman Pisang. Dalam Tanaman Pisang hama dapat menyerang berbagai struktur tubuh tumbuhan, seperti daun, batang, buah, dan bunga Tanaman tidak selamanya dapat hidup tanpa gangguan. Tanaman juga memiliki banyak masalah kesehatan diantaranya mengalami gangguan oleh binatang atau mikro organisme (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tanaman dengan cara memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala utama dalam peningkatan produksi pertanian. Selain menyebabkan tumbuhan yang diserang tidak dapat tumbuh dan berkembang secera normal, serangan tersebut dapat menimbulkan kerugian secera ekonomis. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha pengendalian terhadap hama dan penyakit tersebut (Roberts, 1978). Oleh karena itu, diagnosis laboratorium dalam klinik tanaman diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapang yang telah dilakukan, agar diperoleh rekomendasi pencegahan dan pengendalian terhadap hama yang menyerang spesimen tanaman tersebut.
  • 3. B. Tujuan 1. Mendukung/mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan. 2. Mendeteksi hama yang menyertai spesimen. 3. Mengetahui teknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan hama pada sepesimen tanaman. 4. Membuat rekomendasi pencegahan/ pengendalian.
  • 4. II. TINJAUAN PUSTAKA Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit dikendalikan dengan pendekatan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) yang diintegrasikan ke dalam model PTT. Penggunaan pestisidadidasarkan pada pemantauan lapang agar dicapai efisiensi yang tinggi dan pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi. Komponen pengendalian diterapkan sesuai dengan tahapan budidaya tanaman. Salah satu hama yang menyerang tanaman pisang adalah Erionota thrax L. (Lepidoptera: Hesperidae). Hama ini menyerang bagian daun pisang dan dikenal sebagai ulat penggulung daun pisang. Apabila dibiarkan, tanaman akan menjadi gundul dan hanya tampak tulang daunnya. Larva berwarna hijau muda dan ditutupi lapisan tepung berwarna putih,dan panjangnya sekitar 7 cm. Telur berwarna kuning dan diletakkan oleh serangga betina dewasa di bagian tepi permukaan bawah daun. Larva yang keluar dari telur akan memotong lamina daun mulai dari pinggir dan menggulungnya. Imago dewasa berwarna coklat, dan aktif pada sore dan pagi hari. Kerusakan yang berat terutama terjadi pada musim kemarau. Pertanaman pisang di tempat yang terlindungi dari terpaan angin kerusakannya akan semakin berat (Kalshoven 1981). Erionota thrax adalah salah satu hama tanaman pisang yang penting dan dikenal sebagai hama penggulung daun (bananas skipper). Lengkong Dalam Kawarnura, 1973 melaporkan bahwa serangan pertama hama penggulung daun
  • 5. pisang terjadi diperkebunan pisang Hawaii pada bulan Agustus 1973. Saat ini hama tersebut telah tersebar luas dan menyebabkan kerusakan serta kerugian yang cukup berarti di Asia Tenggara terutama di Thailand, Malaysia, Philipina, Guam, India dan Indonesia. ( Kalshoven1981). Kumbang ( Epilachna Sparsa)secara umum morfologi hama seranggaini terdiri dari tiga bagian tubuh yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Kumbang juga memiliki sayap. Selain memiliki sayap kumbang juga meiliki elytra. Elytra merupakan pelindung sayap (wing cover) bagian ini memiliki sifat yang keras. Selain itu elytra juga memiliki warna yang indah. Selain itu tipe antenna yangdimiliki kumbang adalah antenna tipe moniliform. Antenna tipe ini berbentukseperti untaian kalung manik-manik. kumbang termasuk dalam ordo coleoptera Walang sangit (Leptocorixa acuta) mempunyai daerah sebaran yang sangat luas, hampir di semua negara produsen padi. Daerah penyebaran (Leptocorixa acuta) antara lain Asia Tenggara, Kepulauan Fiji, Australia, Srilangka, India, Jepang, Cina, Pakistan dan Indonesia. Di Indonesia L. Acuta tersebar di daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Praktek mekanis seperti memindahkan telur dengan memotong daun dimana telur berada, memotong gulungan daun, mengumpulkan dan membunuh dewasa merupakan cara efektif untuk area kecil yang ditempati. Efek pelindung dari daun yang menggulung, menyebabkan insektisida sangat tidak efektif melawan larva. Pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, mengakibatkan kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami dan penyederhanaan
  • 6. keanekaragaman hayati Oleh karena itu, untuk mengendalikan hama ini salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik pengendalian hayati parasitoid.
  • 7. III. METODE PRAKTIKUM A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam praktikum diagnosis klinik/diagnosis laboratorium adalah hama ulat penggulung daun pisang, tanaman yang terserang ulat penggulung daun, hama walang sangit, kumbang kubah dan kertas. Alat yang digunakan dalam praktikum diagnosis klinik/ diagnosis laboratorium adalah alat tulis dan kamera ponsel. B. Prosedur Kerja 1. Diamati hama yang ada di laboratorium. 2. Hama di identifikasi, kemudian hama tersebut digambar. 3. Dicatat taksonomi dan deskripsi hamanya dibantu dengan buku diagnosis..
  • 8. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambar 1. Gejala daun menggulung Gambar 2. Ulat penggulung daun Nama gejala : daun pisang menggulung Tanaman inang : pisang Deskripsi gejala : daun pisang yang terserang akan menggulung, apabila dibuka ada larva didalamnya. Di dalam gulungan terdapat bekas gigitan larva tersebut. Daun dapat menggulung karena larva mengeluarkan benang-benang lengket berwarna putih. Deskripsi hama: - Larva yang masih muda memotong tepi daun secara miring. - Daun yang terserang biasanya digulung, menyerupai tabung, apabila di buka akan ditemukan larva didalamnya - Apabila daun dalam gulungan sudah habis, larva akan pindah ke tempat lain. - Mempunyai pigmen kulit yang
  • 9. transparan. - Kaki ada 6 pasang. - Bagian kepala lebih kecil dari dari diameter badan. - Ada sayap, antenna seperti tali dan menebal atau berbentuk bonggol pada pucuknya, tidak mempunyai duri pada pangkal sayap belakang (frenulum), tidak ada ocelli (kupu- kupu dan skippers). Bonggol antenna berakhir dengan semacam kait yang membengkok Gambar 3. Walang Sangit - Morfologi tersusun dari antena, caput, toraks, abdomen, tungkai depan, tungkai kaki belakang, sayap. - Memiliki sayap yang keras, tebal dan tanpa vena - Tipe mulut penggigit pengunyah dengan kemampuan mendibular berkembang dengan baik - Telur setelah menetas menjadi nimfa aktif bergerak ke malai
  • 10. B. Pembahasan 1. Ulat Penggulung Daun Pisang Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji/bersifat partenokarpi (Satuhu, 1999). mencari bulir padi yang masuk stadia masak susu. Gambar 4. Kumbang Kubah - Tubuh lebar, oval mendekati bulat - Berwarna cerah dengan spot-spot hitam - Larva dan kumbang memakan permukaan alas dan bawah daun sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya.
  • 11.  Klasifikasi Erionota thrax L. Nama umum : Erionota thrax Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Hesperiidae Spesies : Erionota thrax L.  Gejala Serangan Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun (Sastroutomo,1990).  Morfologi/Bioekologi Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari. Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh. Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya
  • 12. dilapisi lilin.Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis). Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu. Deskripsi hama ulat penggulung daun pisang antara lain : - Apabila daun dalam gulungan sudah habis, larva akan pindah ketempat lain. - Mempunyai pigmen kulit yang transparan. - Kaki ada 6 pasang. - Bagian kepala lebih kecil dari dari diameter badan. - Ada sayap, antenna seperti tali dan menebal atau berbentuk bonggol pada pucuknya, tidak mempunyai duri pada pangkal sayap belakang (frenulum), tidak ada ocelli (kupu-kupu dan skippers). Bonggol antenna berakhir dengan semacam kait yang membengkok  Pengendalian  Cara mekanis - Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan - Pada telur, ulat dan daun yang terkumpul kemudian dilenyapkan, selain itu dilakukan dengan memangkas daun yang terserang kemudian dibakar - Daun pisang muda dirobek-robek agar ulat tidak bias menggulung daun - Larva yang masih muda memotong tepi daun secara miring. - Daun yang terserang biasanya digulung, menyerupai tabung, apabila di buka akan ditemukan larva didalamnya
  • 13.  Cara biologi - Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang - Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae (Sutidjo, 1974)  Cara kimiawi, dilakukan dengan penyemprotan insektisida beracun kontak maupun beracun perut yang dilakukan saat telur baru saja menetas misalnya Diazinon 60 EC, Bayrusil 250 EC sesuai dengan dosis yang tertera pada kemasan. Dapat juga digunakan insektisida yang bersifat sistemik akan lebih efektif mengingat ulat daun ini tersembunyi dalam gulungan daun. Penggunaan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion (Satuhu dan Supriyadi A, 2000). 2. Walang Sangit Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Famili : Alydidae Genus : Leptocorisa Spesies : Leptocorisa acuta Walang sangit mempunyai inang yang cukup banyak berupa tanaman rumput-rumputan. Untuk itu pada lahan-lahan pertanaman padi dan sekitarnya
  • 14. dari sebelum musim tanam sampai selesai panen harus dilakukan pembersihan terhadap tanaman rumput-rumputan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif yang dapat digunakan untuk bertahan hidup sebelum menyerang tanaman padi. Pengendalian secara kultur teknik (Sastro Utomo, 1990). Pengendalian ini dilaksanakan dengan mengatur pola tanam padi. Untuk mengendalikan keberadaan walang sangit di lapangan, hendaknya dilakukan penanaman padi secara serentak pada hamparan yang luas. Pada saat padi menjelang musim berbunga, walang sangit akan datang dan berkembang biak satu generasi sebelum pertanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi walang sangit dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung pada selisih waktu tanam pada hamparan tersebut. Semakin serempak penanaman padi dilakukan semakin sedikit jumlah generasi walang sangit pada hamparan tersebut, dengan demikian selisih waktu tanam dalam satu hamparan tidak boleh lebih dari 2,5 bulan. Selain itu dapat pula diberikan tanaman perangkap, berupa tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot, yang ditanam beberapa hari sebelum penanaman padi di hamparan yang luas. Tanaman perangkap tersebut akan lebih dulu memasuki masa berbunga dan pengisian bulir padi/gabah (periode masak susu), sehingga walang sangit akan lebih dulu berkunjung dan menyerang tanaman padi dalam pot tersebut, untuk selanjutnya akan lebih mudah menangkap dan mengendalikan walang sangit pada tanaman tersebut (Untung, 1984). Pengendalian secara biologi
  • 15. Belum banyak diteliti dan dilaporkan bahan-bahan biologi yang sudah dikembangkan effektif dan effisien dalam mengendalikan walang sangit. Namun demikian, untuk mengurangi intensitas serangan walang sangit dapat digunakanBeauviria sp dan metharizum sp, yang menyerang walang sangit pada stadia nimfa dan dewasa. Pengendalian berdasarkan perilaku serangga Walang sangit tertarik pada bau-bauan yang dikandung tanaman lycopodium spdan Ceratobium sp. Walang sangit juga tertarik pada bau busuk bangkai terutama bau busuk dari bangkai kepiting/ketam dan keongmas/siput murbey. Ketertarikan ini dapat di gunakan sebagai dasar tindakan pengendalian terhadap walang sangit. Pengendalian walang sangit dengan menggunakan perilaku ketertarikannya terhadap bau-bauan tertentu ini dapat dilakukan dengan modifikasi perangkap, artinya dibuat satu alat perangkap khusus seperti botol plastik bekas wadah minuman air mineral yang dilubangi sebagai tempat masuknya walang sangit, diberi umpan berupa berupa bangkai ketam/kepiting atau keong mas yang diikat menggantung di dalam botol dan di bawahnya di berikan larutan sir sabun. Selanjutnya diikat pada tiang bambu dengan jarak 3-5m. semakin banyak perangkap botol ini dipasang akan semakin banyak walang sangit yang ditangkap. Perangkap ini dipasang ketika pertanaman pada padi memasuki periode masak susu. Dengan cara ini diharapkan walang sangit akan tertarik pada bau busuk bangkai yang dipasang, untuk selanjutnya masuk kedalam botol,
  • 16. terperangkap didalamnya dan jatuh mati di larutan air sabun yang ada di bawah bangkai. Pengendalian dengan cara ini cukup efektif dan murah/effisien. Pengendalian dengan bahan tanaman yang menghasilkan bau penolak Walang sangit (Chisaka, 1988) Bahan tanaman yang dapat digunakan adalah tumbuhan liar ribu-ribu yang diambil daunnya dan di tebarkan pada lahan petanaman padi menjelang periode masak susu. Daun ribu-ribu di tebarkan merata dan terendam air akan mengeluarkan bau yang itidak disenangi oleh walang sangit , sehingga walang sangit akan perdi dari lahan pertanian padi (Lamid, 1994). Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida) Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida), pengendalian walang sangit dengan bahan kimia (pestisida) ini dapat dilakukan apabila keberdaan populasi hama sudah sampai pada ambang pengendalian yaitu 6 ekor walang sangit /m2 . Pestisida yang di gunakan harus yan terdaftar dan di ijinkan untuk pertanaman padi, di aplikasikan pada saat periode masak susu dan tetap mengacu pada 6 tepat penggunaan pestisida (tepat jenis, dosis/konsentrasi, sasaran, waktu, tempat dan cara aplikasinya). Dengan mengendalikan keberadaan walang sangit sejak dini, sejak pertanaman padi memasuki periode masak susu, maka produksi gabah akan dapat diselamatkan kuantitas dan kualitasnya. Pertanaman padi yang bebas dari serangan walang sangit akan menghasilkan produksi gabah yang bermutu baik dan produktifitas yang optimal. Dengan pengendalian yang optimal terhadap walang sangit akan dihasilkan beras yang baik, dengan ukuran dan beras bernas,
  • 17. berwarna putih normal, beraroma wangi khas beras dan berasa enak/tidak pahit (Kuntohartono,1980). 3. Kumbang Kubah Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Suku : Coccilinedae Genus : Epilachna Spesies: Epilachna sparsa Kumbang (Epilachna Sparsa)  Morfologi Secara umum, morfologi hama serangga ini terdiri dari tiga bagian tubuh yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Kumbang juga memiliki sayap. Selain memiliki sayap, kumbang juga meiliki elytra. Elytra merupakan pelindung sayap (wing cover) bagian ini memiliki sifat yang keras. Selain itu elytra juga memiliki warna yang indah. Selain itu tipe antenna yang dimiliki kumbang adalah antenna tipe moniliform. Antenna tipe ini berbentuk seperti untaian kalung manik-manik. kumbang termasuk dalam ordo coleoptera. Tubuh lebar, oval mendekati bulat. Berwarna cerah dengan spot-spot hitam. Larva dan kumbang memakan permukaan alas dan bawah daun sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya. Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf beetle, termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah penyebaran
  • 18. di Indonesia. Telur E. sparsa diletakkan pada daun yang masih much. Larva berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal terdapat driri-duri lunak. Larva ini memakan daun kentang. Kumbangnnya berukuran panjang 10 mm, berwarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot hiram ini membedakan species yang satu dengan yang lainnya. Daur hidup kumbang 7-10 rninggu.  Gejala Larva dan kumbang E. Sparsa memakan permukaan alas dan bawah daun kentang sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E. sparse adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah.  Pengendalian Pengendalian E. Sparse dapat dilakukan dengan Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan dan penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan (Kuntohartono, 1980).
  • 19. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan  Dari hasil diagnosis laboratorium ditemukan bahwa hama yang menyerang tanaman pisang, sehingga daunnya menggulung adalah ulat penggulung daun pisang (Erionata thrax) yang dapat dikendalikan dengan cara fisik, kimiawi dan biologis..  Walang Sangit (Leptocorixa acuta) merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Pengendalian hama walang sangit pada tanaman padi dapat dilakukan dengan cara Pengendalian dengan sanitasi lingkungan, pengendalian secara kultur teknik, pengendalian secara biologi, pengendalian berdasarkan perilaku serangga, dan pengendalian dengan bahan kimia (pestisida).  Kumbang Kubah, Pengendalian E. Sparse ini dapat dilakukan dengan Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan dan penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan B. Saran Dalam melakukan pengendalian terhadap hama pada tanaman, sebaiknya kita harus mengetahui bagian apa yang diserang dan seberapa parah serangan yang ada agar kita dapat menentukan cara pengendalian apa yang sesuai dengan jenis serangan tersebut.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Chisaka, H. 1988. Kerusakan oleh Gulma pada Tanaman, Kerugian Hasil Disebabkab oleh Persaingan Gulma dalam Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta. Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vand der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta. Kuntohartono, T. 1980. Pengantar Ilmu Gulma. Dept. Agronomi Fak. Pertanian Univ. Brawijaya, Malang. Lamid, Z., Kasim, M. dan Z. Irfan. 1994. Tanggap Padi Gogo terhadap Ekstrak Organ Tubuh Alang-alang (Imperata cylindrica L. Beauv.) Prosiding. Konf. 12 HIGI : 14-18. Roberts, D. A. 1978. Fundamentals of Plant-Pest Control. Freeman and Company. USA. Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Satuhu S, Supriyadi A. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya; 2000. hlm. 1-41, 116-124. Sutidjo, D. 1974. Dasar-dasar Ilmu Pengendalian/Pemberantasan Tumbuhan Pengganggu. Proyek Peningkatan Mutu PT., IPB. Bogor. Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.