1. LAPORAN PRAKTIKUM
KLINIK TANAMAN
ACARA 2
OBSERVASI KLINIK / DIAGNOSIS LABORATORIUM
Semester genap
2014/2015
Oleh:
Kelompok 5 Rombongan 2
Nurma Hudda Fauzaniar A1L012174
Marsyeilla Regina Putranti A1L012175
Ade Windy Hernayanti A1L012176
M. Hafizh Tri Abiyoso A1L012177
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
2. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hama merupakan hewan pengganggu pertumbuhan tumbuhan. Hama dapat
menyerang berbagai macam tanaman, begitu juga tanaman buah-buahan seperti
halnya Tanaman Pisang. Dalam Tanaman Pisang hama dapat menyerang berbagai
struktur tubuh tumbuhan, seperti daun, batang, buah, dan bunga Tanaman tidak
selamanya dapat hidup tanpa gangguan. Tanaman juga memiliki banyak masalah
kesehatan diantaranya mengalami gangguan oleh binatang atau mikro organisme
(virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka
mengganggu tanaman dengan cara memakannya. Belalang, kumbang, ulat,
wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering
menjadi hama tanaman.
Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala utama dalam
peningkatan produksi pertanian. Selain menyebabkan tumbuhan yang diserang
tidak dapat tumbuh dan berkembang secera normal, serangan tersebut dapat
menimbulkan kerugian secera ekonomis. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu
usaha pengendalian terhadap hama dan penyakit tersebut (Roberts, 1978).
Oleh karena itu, diagnosis laboratorium dalam klinik tanaman diperlukan
untuk mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapang yang telah dilakukan,
agar diperoleh rekomendasi pencegahan dan pengendalian terhadap hama yang
menyerang spesimen tanaman tersebut.
3. B. Tujuan
1. Mendukung/mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan.
2. Mendeteksi hama yang menyertai spesimen.
3. Mengetahui teknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan hama pada
sepesimen tanaman.
4. Membuat rekomendasi pencegahan/ pengendalian.
4. II. TINJAUAN PUSTAKA
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil
dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan
hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan
usaha pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit dikendalikan dengan
pendekatan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) yang diintegrasikan ke
dalam model PTT. Penggunaan pestisidadidasarkan pada pemantauan lapang agar
dicapai efisiensi yang tinggi dan pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi.
Komponen pengendalian diterapkan sesuai dengan tahapan budidaya tanaman.
Salah satu hama yang menyerang tanaman pisang adalah Erionota thrax L.
(Lepidoptera: Hesperidae). Hama ini menyerang bagian daun pisang dan dikenal
sebagai ulat penggulung daun pisang. Apabila dibiarkan, tanaman akan menjadi
gundul dan hanya tampak tulang daunnya. Larva berwarna hijau muda dan
ditutupi lapisan tepung berwarna putih,dan panjangnya sekitar 7 cm. Telur
berwarna kuning dan diletakkan oleh serangga betina dewasa di bagian tepi
permukaan bawah daun. Larva yang keluar dari telur akan memotong lamina daun
mulai dari pinggir dan menggulungnya. Imago dewasa berwarna coklat, dan aktif
pada sore dan pagi hari. Kerusakan yang berat terutama terjadi pada musim
kemarau. Pertanaman pisang di tempat yang terlindungi dari terpaan angin
kerusakannya akan semakin berat (Kalshoven 1981).
Erionota thrax adalah salah satu hama tanaman pisang yang penting dan
dikenal sebagai hama penggulung daun (bananas skipper). Lengkong Dalam
Kawarnura, 1973 melaporkan bahwa serangan pertama hama penggulung daun
5. pisang terjadi diperkebunan pisang Hawaii pada bulan Agustus 1973. Saat ini
hama tersebut telah tersebar luas dan menyebabkan kerusakan serta kerugian yang
cukup berarti di Asia Tenggara terutama di Thailand, Malaysia, Philipina, Guam,
India dan Indonesia. ( Kalshoven1981).
Kumbang ( Epilachna Sparsa)secara umum morfologi hama seranggaini
terdiri dari tiga bagian tubuh yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Kumbang juga
memiliki sayap. Selain memiliki sayap kumbang juga meiliki elytra. Elytra
merupakan pelindung sayap (wing cover) bagian ini memiliki sifat yang keras.
Selain itu elytra juga memiliki warna yang indah. Selain itu tipe antenna
yangdimiliki kumbang adalah antenna tipe moniliform. Antenna tipe ini
berbentukseperti untaian kalung manik-manik. kumbang termasuk dalam ordo
coleoptera
Walang sangit (Leptocorixa acuta) mempunyai daerah sebaran yang sangat
luas, hampir di semua negara produsen padi. Daerah penyebaran (Leptocorixa
acuta) antara lain Asia Tenggara, Kepulauan Fiji, Australia, Srilangka, India,
Jepang, Cina, Pakistan dan Indonesia. Di Indonesia L. Acuta tersebar di daerah
Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
Praktek mekanis seperti memindahkan telur dengan memotong daun dimana
telur berada, memotong gulungan daun, mengumpulkan dan membunuh dewasa
merupakan cara efektif untuk area kecil yang ditempati. Efek pelindung dari daun
yang menggulung, menyebabkan insektisida sangat tidak efektif melawan larva.
Pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, mengakibatkan kematian
hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami dan penyederhanaan
6. keanekaragaman hayati Oleh karena itu, untuk mengendalikan hama ini salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik pengendalian
hayati parasitoid.
7. III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum diagnosis klinik/diagnosis
laboratorium adalah hama ulat penggulung daun pisang, tanaman yang terserang
ulat penggulung daun, hama walang sangit, kumbang kubah dan kertas. Alat yang
digunakan dalam praktikum diagnosis klinik/ diagnosis laboratorium adalah alat
tulis dan kamera ponsel.
B. Prosedur Kerja
1. Diamati hama yang ada di laboratorium.
2. Hama di identifikasi, kemudian hama tersebut digambar.
3. Dicatat taksonomi dan deskripsi hamanya dibantu dengan buku diagnosis..
8. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Gejala daun
menggulung
Gambar 2. Ulat penggulung
daun
Nama gejala : daun pisang menggulung
Tanaman inang : pisang
Deskripsi gejala : daun pisang yang
terserang akan menggulung, apabila
dibuka ada larva didalamnya. Di dalam
gulungan terdapat bekas gigitan larva
tersebut. Daun dapat menggulung karena
larva mengeluarkan benang-benang
lengket berwarna putih.
Deskripsi hama:
- Larva yang masih muda memotong
tepi daun secara miring.
- Daun yang terserang biasanya
digulung, menyerupai tabung,
apabila di buka akan ditemukan
larva didalamnya
- Apabila daun dalam gulungan
sudah habis, larva akan pindah ke
tempat lain.
- Mempunyai pigmen kulit yang
9. transparan.
- Kaki ada 6 pasang.
- Bagian kepala lebih kecil dari dari
diameter badan.
- Ada sayap, antenna seperti tali dan
menebal atau berbentuk bonggol
pada pucuknya, tidak mempunyai
duri pada pangkal sayap belakang
(frenulum), tidak ada ocelli (kupu-
kupu dan skippers). Bonggol
antenna berakhir dengan semacam
kait yang membengkok
Gambar 3. Walang Sangit
- Morfologi tersusun dari antena,
caput, toraks, abdomen, tungkai
depan, tungkai kaki belakang,
sayap.
- Memiliki sayap yang keras, tebal
dan tanpa vena
- Tipe mulut penggigit pengunyah
dengan kemampuan mendibular
berkembang dengan baik
- Telur setelah menetas menjadi
nimfa aktif bergerak ke malai
10. B. Pembahasan
1. Ulat Penggulung Daun Pisang
Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut
bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang
selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak
berbiji/bersifat partenokarpi (Satuhu, 1999).
mencari bulir padi yang masuk
stadia masak susu.
Gambar 4. Kumbang Kubah
- Tubuh lebar, oval mendekati bulat
- Berwarna cerah dengan spot-spot
hitam
- Larva dan kumbang memakan
permukaan alas dan bawah daun
sehingga tinggal epidermis dan
tulang daunnya.
11. Klasifikasi Erionota thrax L.
Nama umum : Erionota thrax
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hesperiidae
Spesies : Erionota thrax L.
Gejala Serangan
Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung
dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda
memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil.
Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun.
Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke
tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan
berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan
daun (Sastroutomo,1990).
Morfologi/Bioekologi
Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil
berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.
Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih
utuh. Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi
lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya
12. dilapisi lilin.Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan
dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis).
Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.
Deskripsi hama ulat penggulung daun pisang antara lain :
- Apabila daun dalam gulungan sudah habis, larva akan pindah ketempat
lain.
- Mempunyai pigmen kulit yang transparan.
- Kaki ada 6 pasang.
- Bagian kepala lebih kecil dari dari diameter badan.
- Ada sayap, antenna seperti tali dan menebal atau berbentuk bonggol pada
pucuknya, tidak mempunyai duri pada pangkal sayap belakang (frenulum),
tidak ada ocelli (kupu-kupu dan skippers). Bonggol antenna berakhir
dengan semacam kait yang membengkok
Pengendalian
Cara mekanis
- Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya
dimusnahkan
- Pada telur, ulat dan daun yang terkumpul kemudian dilenyapkan, selain itu
dilakukan dengan memangkas daun yang terserang kemudian dibakar
- Daun pisang muda dirobek-robek agar ulat tidak bias menggulung daun
- Larva yang masih muda memotong tepi daun secara miring.
- Daun yang terserang biasanya digulung, menyerupai tabung, apabila di
buka akan ditemukan larva didalamnya
13. Cara biologi
- Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang
- Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid
larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa
(tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp.,
Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae (Sutidjo, 1974)
Cara kimiawi, dilakukan dengan penyemprotan insektisida beracun kontak
maupun beracun perut yang dilakukan saat telur baru saja menetas
misalnya Diazinon 60 EC, Bayrusil 250 EC sesuai dengan dosis yang
tertera pada kemasan. Dapat juga digunakan insektisida yang bersifat
sistemik akan lebih efektif mengingat ulat daun ini tersembunyi dalam
gulungan daun. Penggunaan insektisida yang cocok belum ada, dapat
dicoba dengan insektisida Malathion (Satuhu dan Supriyadi A, 2000).
2. Walang Sangit
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Walang sangit mempunyai inang yang cukup banyak berupa tanaman
rumput-rumputan. Untuk itu pada lahan-lahan pertanaman padi dan sekitarnya
14. dari sebelum musim tanam sampai selesai panen harus dilakukan pembersihan
terhadap tanaman rumput-rumputan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif
yang dapat digunakan untuk bertahan hidup sebelum menyerang tanaman
padi. Pengendalian secara kultur teknik (Sastro Utomo, 1990).
Pengendalian ini dilaksanakan dengan mengatur pola tanam padi. Untuk
mengendalikan keberadaan walang sangit di lapangan, hendaknya dilakukan
penanaman padi secara serentak pada hamparan yang luas. Pada saat padi
menjelang musim berbunga, walang sangit akan datang dan berkembang biak satu
generasi sebelum pertanaman padi tersebut dipanen.
Banyaknya generasi walang sangit dalam satu hamparan pertanaman padi
tergantung pada selisih waktu tanam pada hamparan tersebut. Semakin serempak
penanaman padi dilakukan semakin sedikit jumlah generasi walang sangit pada
hamparan tersebut, dengan demikian selisih waktu tanam dalam satu hamparan
tidak boleh lebih dari 2,5 bulan. Selain itu dapat pula diberikan tanaman
perangkap, berupa tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot, yang ditanam
beberapa hari sebelum penanaman padi di hamparan yang luas. Tanaman
perangkap tersebut akan lebih dulu memasuki masa berbunga dan pengisian bulir
padi/gabah (periode masak susu), sehingga walang sangit akan lebih dulu
berkunjung dan menyerang tanaman padi dalam pot tersebut, untuk selanjutnya
akan lebih mudah menangkap dan mengendalikan walang sangit pada tanaman
tersebut (Untung, 1984).
Pengendalian secara biologi
15. Belum banyak diteliti dan dilaporkan bahan-bahan biologi yang sudah
dikembangkan effektif dan effisien dalam mengendalikan walang sangit. Namun
demikian, untuk mengurangi intensitas serangan walang sangit dapat
digunakanBeauviria sp dan metharizum sp, yang menyerang walang sangit pada
stadia nimfa dan dewasa.
Pengendalian berdasarkan perilaku serangga
Walang sangit tertarik pada bau-bauan yang dikandung tanaman lycopodium
spdan Ceratobium sp. Walang sangit juga tertarik pada bau busuk bangkai
terutama bau busuk dari bangkai kepiting/ketam dan keongmas/siput murbey.
Ketertarikan ini dapat di gunakan sebagai dasar tindakan pengendalian terhadap
walang sangit.
Pengendalian walang sangit dengan menggunakan perilaku ketertarikannya
terhadap bau-bauan tertentu ini dapat dilakukan dengan modifikasi perangkap,
artinya dibuat satu alat perangkap khusus seperti botol plastik bekas wadah
minuman air mineral yang dilubangi sebagai tempat masuknya walang sangit,
diberi umpan berupa berupa bangkai ketam/kepiting atau keong mas yang diikat
menggantung di dalam botol dan di bawahnya di berikan larutan sir sabun.
Selanjutnya diikat pada tiang bambu dengan jarak 3-5m. semakin banyak
perangkap botol ini dipasang akan semakin banyak walang sangit yang ditangkap.
Perangkap ini dipasang ketika pertanaman pada padi memasuki periode
masak susu. Dengan cara ini diharapkan walang sangit akan tertarik pada bau
busuk bangkai yang dipasang, untuk selanjutnya masuk kedalam botol,
16. terperangkap didalamnya dan jatuh mati di larutan air sabun yang ada di bawah
bangkai. Pengendalian dengan cara ini cukup efektif dan murah/effisien.
Pengendalian dengan bahan tanaman yang menghasilkan bau penolak Walang
sangit (Chisaka, 1988)
Bahan tanaman yang dapat digunakan adalah tumbuhan liar ribu-ribu yang
diambil daunnya dan di tebarkan pada lahan petanaman padi menjelang periode
masak susu. Daun ribu-ribu di tebarkan merata dan terendam air akan
mengeluarkan bau yang itidak disenangi oleh walang sangit , sehingga walang
sangit akan perdi dari lahan pertanian padi (Lamid, 1994).
Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida)
Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida), pengendalian walang sangit
dengan bahan kimia (pestisida) ini dapat dilakukan apabila keberdaan populasi
hama sudah sampai pada ambang pengendalian yaitu 6 ekor walang sangit
/m2
. Pestisida yang di gunakan harus yan terdaftar dan di ijinkan untuk
pertanaman padi, di aplikasikan pada saat periode masak susu dan tetap mengacu
pada 6 tepat penggunaan pestisida (tepat jenis, dosis/konsentrasi, sasaran, waktu,
tempat dan cara aplikasinya).
Dengan mengendalikan keberadaan walang sangit sejak dini, sejak
pertanaman padi memasuki periode masak susu, maka produksi gabah akan dapat
diselamatkan kuantitas dan kualitasnya. Pertanaman padi yang bebas dari
serangan walang sangit akan menghasilkan produksi gabah yang bermutu baik
dan produktifitas yang optimal. Dengan pengendalian yang optimal terhadap
walang sangit akan dihasilkan beras yang baik, dengan ukuran dan beras bernas,
17. berwarna putih normal, beraroma wangi khas beras dan berasa enak/tidak pahit
(Kuntohartono,1980).
3. Kumbang Kubah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Suku : Coccilinedae
Genus : Epilachna
Spesies: Epilachna sparsa
Kumbang (Epilachna Sparsa)
Morfologi
Secara umum, morfologi hama serangga ini terdiri dari tiga bagian tubuh
yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Kumbang juga memiliki sayap. Selain
memiliki sayap, kumbang juga meiliki elytra. Elytra merupakan pelindung sayap
(wing cover) bagian ini memiliki sifat yang keras. Selain itu elytra juga memiliki
warna yang indah. Selain itu tipe antenna yang dimiliki kumbang adalah antenna
tipe moniliform. Antenna tipe ini berbentuk seperti untaian kalung manik-manik.
kumbang termasuk dalam ordo coleoptera. Tubuh lebar, oval mendekati bulat.
Berwarna cerah dengan spot-spot hitam. Larva dan kumbang memakan
permukaan alas dan bawah daun sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya.
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf beetle,
termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah penyebaran
18. di Indonesia. Telur E. sparsa diletakkan pada daun yang masih much. Larva
berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal terdapat
driri-duri lunak. Larva ini memakan daun kentang. Kumbangnnya berukuran
panjang 10 mm, berwarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot hiram ini
membedakan species yang satu dengan yang lainnya. Daur hidup kumbang 7-10
rninggu.
Gejala
Larva dan kumbang E. Sparsa memakan permukaan alas dan bawah daun kentang
sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E.
sparse adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah.
Pengendalian
Pengendalian E. Sparse dapat dilakukan dengan
Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
dan penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan
(Kuntohartono, 1980).
19. V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil diagnosis laboratorium ditemukan bahwa hama yang menyerang
tanaman pisang, sehingga daunnya menggulung adalah ulat penggulung daun
pisang (Erionata thrax) yang dapat dikendalikan dengan cara fisik, kimiawi
dan biologis..
Walang Sangit (Leptocorixa acuta) merupakan hama yang menghisap cairan
bulir pada fase masak susu. Pengendalian hama walang sangit pada tanaman
padi dapat dilakukan dengan cara Pengendalian dengan sanitasi lingkungan,
pengendalian secara kultur teknik, pengendalian secara biologi, pengendalian
berdasarkan perilaku serangga, dan pengendalian dengan bahan kimia
(pestisida).
Kumbang Kubah, Pengendalian E. Sparse ini dapat dilakukan dengan
Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
dan penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan
B. Saran
Dalam melakukan pengendalian terhadap hama pada tanaman,
sebaiknya kita harus mengetahui bagian apa yang diserang dan seberapa
parah serangan yang ada agar kita dapat menentukan cara pengendalian apa
yang sesuai dengan jenis serangan tersebut.
20. DAFTAR PUSTAKA
Chisaka, H. 1988. Kerusakan oleh Gulma pada Tanaman, Kerugian Hasil
Disebabkab oleh Persaingan Gulma dalam Penanggulangan Gulma Secara
Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta.
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate
oleh P. A. Vand der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Kuntohartono, T. 1980. Pengantar Ilmu Gulma. Dept. Agronomi Fak. Pertanian
Univ. Brawijaya, Malang.
Lamid, Z., Kasim, M. dan Z. Irfan. 1994. Tanggap Padi Gogo terhadap Ekstrak
Organ Tubuh Alang-alang (Imperata cylindrica L. Beauv.) Prosiding. Konf.
12 HIGI : 14-18.
Roberts, D. A. 1978. Fundamentals of Plant-Pest Control. Freeman and
Company. USA.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Satuhu S, Supriyadi A. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta:
Penebar Swadaya; 2000. hlm. 1-41, 116-124.
Sutidjo, D. 1974. Dasar-dasar Ilmu Pengendalian/Pemberantasan Tumbuhan
Pengganggu. Proyek Peningkatan Mutu PT., IPB. Bogor.
Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu.
Andi Offset. Yogyakarta.