Menurut ulama pakar mantiq, ilmu didefinisikan sebagai gambaran yang tertangkap di dalam hati dalam bentuk kenyataan, dugaan, atau kebodohan berlapis. Ilmu dibagi menjadi Tashawwur (bayangan) dan Tashdiq (pembenaran), dimana Tashawwur dan Tashdiq selanjutnya dibagi lagi menjadi Badihi dan Nadzari.
3. Ilmu
DEFINISI
Berdasarkan subtansinya, ilmu
diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu: Ilmu qadim (ilmu
Allah SWT) dan ilmu hadits (ilmu
yang dimiliki oleh makhluk).
MENURUT MUSLIM A KADIR
ilmu merupakan kumpulan sistematis sejumlah
pengetahuan tentang alam semesta yang diperoleh melalui
kegiatan berpikir.
MENURUT ZIAUDDIN SARDAR
mendefinisikan ilmu dengan cara mempelajari alam
secara objektif dan sistematis serta ilmu merupakan
suatu aktivitas manusia.
MENURUT ULAMA PAKAR MANTIQ
Memaknai ilmu dengan suatu gambaran yang tertangkap di dalam
hati, baik dalam bentuk kenyataan (I'tiqad), dugaan (Dhan)
atau kebodohan yang berlapis (Jahl murakkab)
6. Tashawwur
mashdar dari kata kerja tashawwara-
yatashawwaru, yang berarti membayangkan,
atau menggambarkan. Dengan akar kata yang
sama terangkailah kata shûrah, yang berarti
gambar
secara bahasa, tashawwur dapat diartikan sebagai
bayangan atau gambaran. secara istilah, tashawwur
itu ialah pengetahuan atau gambaran kita terhadap
sesuatu yang tidak disertai penghukuman apapun
terhadap sesuatu tersebut (idrâk al-Syai maa‘adam
al-hukmi’alaihi).
Tashawwur yaitu mengetahui hakikat-
hakikat tunggal daripada suatu objek
dengan tidak mengikut sertakan
penetapan terhadap hal tersebut.
Misalnya seperti kata Ahmad saja, atau
kata pelajar saja
7. Tashdiq
Kata tashdiq adalah bentuk mashdar, dari kata kerja shaddaqa-yushaddiqu, yang
berarti membenarkan. Tashdiq secara kebahasaan bisa diartikan sebagai
pembenaran, atau persetujuan. Tashdiq ialah mengetahui hubungan yang
sempurna antara dua mufrad, baik hubungan tersebut mengadakan atau
meniadakan.
tashdiq adalah memahami ada atau tidaknya hukum didalam suatu perkara.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Tashdiq itu ialah tashawwur yang disertai hukum
atau pengetahuan kita terhadap Sesuatu yang disertai penghukuman baik secara
negatif ataupun secara afirmatif (idrak al-Syai ma’a al-Hukmi ‘alaihi bi al-Nafy
aw al-Itsbat).
8. Pembagian Tashawur dan
Tashdiq
BADIHI
sesuatu yang tidak membutuhkan
pemikiran, atau dengan kata lain
mudah dimengerti, seperti lapar,
haus, dingin, panas.
Contoh tashdiq: satu barang tidak
mungkin ada di dua tempat dalam
waktu yang bersamaan. Satu adalah
saparuh dari dua.
NADZARI
sesuatu yang membutuhkan kepada
pemikiran, seperti hakikat listrik, roh,
radio, dan sebagainya.
Contoh tashdiq: alam adalah baru,
orang mati akan dibangkitkan nanti
dari kubur. Hakikat-hakikat ini
semuanya tidak mungkin orang
mengetahuinya kecuali setelah lama
berpikir dan memperdalamnya.
9. Tashawwur dan tasqid beserta urutannya yang tak boleh terbalik,
smerupakan upaya dari ahli mantiq supaya seseorang tidak salah
dalam berpikir atau dalam melakukan justifikasi hukum.
Contoh praktik tashawwur dan tasdiq ini dipraktikkan oleh Kiai
Nawawi Banten dalam kitabnya, fathul Majid ketika akan memulai
membahas dan mengklasifikasi sifat-sifat Allah dan rasul-rasul-Nya,
mulai dari yang wajib, mustahil dan jaiz.
10. KESIMPULAN
Menurut ulama pakar mantiq memaknai ilmu dengan
suatu gambaran yang tertangkap di dalam hati, baik
dalam bentuk kenyataan (I'tiqad), dugaan (Dhan) atau
kebodohan yang berlapis (Jahl murakkab). Dalam
pembagiaannya ilmu dibagi menjadi dua, yaitu Tashawwur
(dapat diartikan sebagai bayangan atau gambaran) dan
Tashdiq (pembenaran, atau persetujuan). Sedangkan
Tashawwur dan tashdiq sendiri, masing-masing dibagi
menjadi dua yaitu Badihi dan Nadzari.