Materi ini membahas terkait Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang mengikat trilogi Islam lainnya, dan membahas bagaimana perbedaan penafsiran dan dinamika politik melahirkan berbagai aliran dalam Islam
Materi ini membahas mengenai sumber ajaran Islam, bahwa sumber ajaran Islam sebagaiamana yang diketahui bersama berasal dari Wahyu (Naqli) dan Ijtihad baik berupa Ijma dan Qiyas merupakan bentuk dari dalil Aqli. Bahwa Islam sangat menghargai dalam penggunaan akal. Sebagaimana yang diutarakan oleh Imam Ali bin Abi Tholib bahwa tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki akal
Materi ini membahas terkait Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang mengikat trilogi Islam lainnya, dan membahas bagaimana perbedaan penafsiran dan dinamika politik melahirkan berbagai aliran dalam Islam
Materi ini membahas mengenai sumber ajaran Islam, bahwa sumber ajaran Islam sebagaiamana yang diketahui bersama berasal dari Wahyu (Naqli) dan Ijtihad baik berupa Ijma dan Qiyas merupakan bentuk dari dalil Aqli. Bahwa Islam sangat menghargai dalam penggunaan akal. Sebagaimana yang diutarakan oleh Imam Ali bin Abi Tholib bahwa tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki akal
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat IlmuJihad Achmad Gojali
Epistemologi Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasan yang digali lewat inferensi (istidlal).
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Shollana
Persentasi dari kelompok 2 yang berjudul "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam". yang beranggotakan : Shollana M, Danang Wahyu T, Muhammad Wahyu D, dan Nurul F. Husna.
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat IlmuJihad Achmad Gojali
Epistemologi Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasan yang digali lewat inferensi (istidlal).
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Shollana
Persentasi dari kelompok 2 yang berjudul "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam". yang beranggotakan : Shollana M, Danang Wahyu T, Muhammad Wahyu D, dan Nurul F. Husna.
Salah satu kajian yang esensial dalam filsafat adalah terkait dengan memahami hakikat terhadap segala sesuatu yang ada atau Being, kajian ini dinamakan dengan ontologi
Dampak UU Pesantren Terhadap Sistem Pendidikan.pdfIslamic Studies
Dampak Undang-Undang Pesantren Terhadap Sistem Pendidikan Indonesia – Sebuah Proyeksi
Merupakan hasil riset yang dilakuka oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) merupakan lembaga pemikir non-partisan dan non profit
yang bertujuan untuk menyediakan analisis kebijakan dan rekomendasi kebijakan praktis bagi pembuat
kebijakan yang ada di dalam lembaga pemerintah eksekutif dan legislatif.
Materi ini merupakan pembahasan lanjutan bagaimana rekonsiliasi sains dan agama dapat didialogkan dan diintergarsikan dengan berbagai macam pendekatan paradigma ke ilmuan yang kerap digunakan di perbagai perguruan tinggi keagamaan Islam secara umum
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Muslim semakin tertarik mempelajari hubungan antara Islam dan sains dalam konteks sejarahnya. Setelah merdeka, negara-negara Muslim menghadapi kesulitan dalam menggabungkan keyakinan agama mereka dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan Barat. Sistem pendidikan sebagian besar negara Muslim mengadopsi pendidikan sekuler Barat. Akibatnya terdapat pembagian budaya dalam masyarakat antara pendidikan Islam tradisional dan pendidikan sekuler Barat di lembaga pendidikan. Pendidikan dipandang sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, guna mencapai kemajuan ekonomi di dunia modern. Namun, pendidikan gagal mencoba memadukan pemikiran Islam dengan sistem pendidikan Barat (Al-Faruqi dan Nasseef, 1981).
Historisasi Relasi Antara Ilmu Sains Dan AgamaIslamic Studies
sains, merupakan ilmu yang tersusun sistematis saling berkaitan dengan agama dimana merupakan suatu kepercayaan seseorang akan adanya Tuhan. Meski dari sisi ontologis dan epistemologi berbeda, keduanya dapat saling menyokong dalam sisi aksiologis. Hal ini karena antara sains dan agama sama- sama memiliki manfaat untuk kemaslahatan orang banyak. Terdapat 2 dari berbagai tokoh relasi agama dan sains yaitu Seyyed Hossein Nasr sebagai tokoh dari kalangan muslim dan Ian G Barbour dari keluarga non muslim. Keduanya memiliki pemikiran bahwa keterkaitan antara sains dan agama perlu di kritisi hingga akhirnya ditemukan titik temu meskipun pada awalnya kedua ilmu tersebut terlihat saling bertolak belakang.
Dalam keberagaman suatu bangsa, mereka dapat
bekerjasama dan juga berdialog dengan perbedaan
yang ada dengan berdasarkan modal sosial dasar
berupa saling percaya, berpikir positif, dan
mengenyampingkan prasangka negatif terhadap
perbedaan kelompok yang akan menciptakan sikap
empati, saling menyayangi, dan saling bekerja sama.
Materi ini merupakan hasil bacaan mahasiswa PAI UIN Gus Dur terkait Buku Moderasi Beragama
Moderasi beragama merupakan sebuah sikap dalam melakukan suatu ajaran agama dengan adil dan seimbang agar terhindar dari perilaku ekstrem dan berlebihan-lebihan dalam mengimplementasikannya.
Orang yang menerapkan sikap moderasi beragama disebut moderat. Seorang yang moderat memiliki 4 indikator penting dalam bermoderasi.
Materi ini merupakan hasil bacaan mahasiswa terkait buku Moderasi Beragama
Materi ini berisi materi mata kuliah Moderasi Beragama UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan yang memberikan pemahaman dan sikap dalam mencerminkan dan mewujdukan Islam Rahmatan Lil Alamin Pokok Pembahasan dalam meteri ini meliputi: Definisi dan Urgensi Moderasi Beragama, Komitmen Kebangsaaan, Anti Kekerasan. Toleransi, Akomodatif Terhadap budaya lokal
Pembuatan Media Campaigen Moderasi Beragama.pdfIslamic Studies
Berikut adalah instrument penugasan terkait dengan pembuatan media campaigen moderasi beragama dalam bentuk poster sebagai tugas dari mata kuliah moderasi beragama
Materi ini membahas mengenai definisi dari harmonisasi ilmu, kenapa kemudian menjadi urgent dalam pembahasan terkait studi agama dan sains. Adanya dikotomi keilmuan yang memberikan berbagai macam pandangan terkait Sains dan Agama sebagaimana pendapat Ian Barbour. Pada perkembangannya bahwa baik agama dan sains dapat berjalan beriringan dan berampingan
Toleransi menjadi hal yang penting bagi masyarakat khususnya pada masyarakat
yang bersifat multikultural seperti
indonesia. Keberanekaragaman yang ada di indonesia rawan menyebabkan konflik horizontal di masyarakat, terutama
potensi konflik antar agama. Karena itu toleransi sangatlah penting untuk dipelajari generasi muda penerus bangsa.
Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian. Dengan cara inilah masing-masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan, melainkan keharusan.
Materi ini membahas mengenai definisi dari moderasi beragama yang meliputi definisi, prinsip dan posisi moderasi beragama sebagai jalan tengah dari dua kubu
Salah satu objek dan subjek kajian dalam filsafat adalah manusia. dalam filsafat pendidikan sendiri manusia sebagai pendidik dan peserta didik oleh karenanya hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari memahami mengenai manusia secara ontologis dengan segala potensi yang dimilikinya
Materi ini mengkaji terkait masalah pokok filsafat dan pendidikan yang mana filsafat diantara kontribusinya mencoba mengurai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan dapat memberikan arahan terhadap tujuan ideal pendidikan itu sendiri
Filsafat dan Pendidikan sangat erat kaitannya dalam kehidupan manusia. Dari proses bagaimana mitos menjadi logos memfungsikan manusia untuk mengunakan nalar rasionalnya. Dalam proses pemerolehan pengetahuan ada beragam pendekatan hingga dapat memperoleh kebernaran yang mengantarkan kepada kebijaksanaan
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. 2
Sistematika
Pengantar
1
Pengantar Akhlak Tasawuf
2
Akhlak Islami (Etika)
3
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Akhlak
4
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf
5
Ahwal dan Maqamat
6
Hulul dan Wahdatul Wujud
9
Tariqat
10
Problema Masyarakat Moderen
11
Mahabah dan Marifah
7
Al-Fana, Baqa dan Itihad
8
4. • Di tengah terjadinya globalisasi krisis, kembali kepada nilai-
nilai ajaran agama dipandang sebagai upaya menemukan jati
diri kemanusiaan yang telah mengalami dekadensi. Kembali
kepada agama dengan pola yang tidak tepat justru akan
mendatangkan bahaya baru yang tidak kalah bahayanya
dengan kondisi krisis awal
• Akhlak Tasawuf menjadi satu matakuliah atau satu mata
pelajaran, yakni diharapkan praktik tasawuf atau esoterisme
yang dikembangkan tetap berpijak pada nilai-nilai akhlak
terpuji. Filosofi tersebut dikedepankan mengingat telah
terjadi sedemikian eksesif praktik tasawuf yang terlalu
mementingkan segi-segi rohaniah saja, sementara segi
kehidupan jasmaniah dan hubungan sosial menjadi
terabaikan
4
6. Sub Pokok Pembahasan
6
Definisi Akhlak dan Tasawuf
Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak dan Tasawuf
Akhlak, Etika, Moral
Pendekatan dalam Ilmu Akhlak Tasawuf
Dasar Metodologis Tasawuf
Urgensi Belajar Akhlak Tasawuf
7. Definisi Akhlak Tasawuf
7
Secara Etimology : budi
pekerti, watak dan tabiat.
Kata akhlak berasal dari
bahasa Arab, jamak
dari khuluqun ()خلق yang
menurut lughot diartikan
sebagai budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau
tabiat.
Secara Etimology, Tasawuf berasal dari
kata shuffah yang artinya emper masjid
Nabi yang didiami Sahabat Anshar;
sebagian lagi menyatakan berasal dari
kata shaff yang berarti barisan
shafâ yang artinya bersih, bahkan ada
yang menyatakan berasal dari
kata shufânah sebutan nama kayu yang
tahan tumbuh di padang pasir
Secara Terminology menurut
Imam Ghazali
تص عهنا خسة ار النفس ىف يئةه عن عبارة
در
فكر ىلا حاجة غري من رسيو سهوةلب الافعال
ةّيوور
.
Istilah tasawuf baru digunakan pertama
kali oleh Abu Hashim al-Kufy (w. 250 H),
dengan meletakkan kata al-Shûf di
belakang namanya, meskipun sebelum itu
telah ada tokoh yang mendahuluinya
dalam hal zuhud, wara’ dan tawakkal
8. Definisi Akhlak Tasawuf
8
Tasawuf atau Mistisisme Islam mementingkan hubungan
vertikal dan horisontal sekaligus. Keasyikan dan kesyahduan dalam
berkomunikasi dengan Allah (habl min Allâh), dalam pandangan
tasawuf Islam harus berefleksi dalam cermin praktik hidup keseharian
yang saleh pada hubungan horisontal (habl min al-nâs).
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya
mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan
tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan
Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan aklak
Tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara
menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian
hanya kepada Allah Swt. Definisi lain mengenai tasawuf adalah sebuah
kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu
dekat dengan Tuhan.
9. Definisi Akhlak Tasawuf
9
Zakaria Al-Anshori : “Tasawuf ialah suatu ilmu yang menjelaskan hal ihwal
Pembersih jiwa dan penyantun akhlak baik lahir atau batin, guna menjauhi
bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
Harun Nasution : “tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan dan
sebagai ilmu pengetahuan, tashawwuf atau sufisme mempelajari cara dan
jalan bagaimana seorang islam bisa sedekat mungkin dengan tuhan”.
Abul Qasim al-Qashairi ( W. 456H/1072M ) : “Tashawwuf adalah
menerapkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara tepat, berusaha
menekan hawa nafsu, menjauhi bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
Abudin Nata: “upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin
akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah swt. Dengan kata lain tasawuf
adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental
rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. Inilah esensi atau hakikat
tasawuf”.
10. Ruang Lingkup Pembahasan
Akhlak dan Tasawuf
10
Objek kajian ilmu akhlak
menurut Ahmad Amin adalah
membahas perbuatan manusia
yang selanjutnya perbuatan
tersebut ditentukan baik atau
buruk.
Menurut Al Ghazali kawasan
pembahasan ilmu akhlak adalah
seluruh aspek kehidupan
manusia, baik sebagai individu
(perseorangan) maupun
kelompok.
Mahmmud Abdullah Darraz membagi akhlak
terhadap lima bagian :
1. Akhlak Pribadi
2. Akhlak Berkeluarga
3. Akhlak Bermasyarakat
4. Akhlak bernegara
5. Akhlak Beragama
Secara garis bersar dibagi menjadi tiga
lingkup yakni;
1. Akhlak terhadap Allah
2. Akhlak terhadap sesama manusia
3. Akhlak terhadap alam semesta
Berdasarkan sifatnya akhlak dibagi menjadi
dua; akhlak mahmuudah dan akhlak
madzmumah
11. Ruang Lingkup Pembahasan
Akhlak dan Tasawuf
11
Abu Al-Wafa’ At-Taftazani menyebutkan
lingkup tasawuf dengn lima ciri-ciri umum :
1. Memiliki nilai-nilai moral
2. Pemenuhan fana (sirna) dalam realisasi
mutlak
3. Pengetahuan intuitif langsung
4. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai
karunia Allah SWT
5. Penggunaan simbol-simbol pengungkapan
yang biasanya mengandung pengertian
harfiah dan tersirat
Secara umum pembagian tasawuf
dikelompokan kepada:
1. tasawuf akhlaki
2. tasawuf amali
3. tasawuf falsafi
Sumber kajian Tasawuf dalam
Islam bersumber kepada:
1.Al-Qur’an
2. Sunnah
3. Perilaku para sahabat dan
Tabiin
4. Unsur Non Islam
a. Nasrani: Cara kependetaan
dalam hal latihan jiwa dan
ibadah.
b. Yunani: Unsur filsafat
tentang masalah ketuhanan.
c. Hindu/Budha: mujahadah,
perpindahan roh dari satu
badan ke badan
yang lain
12. Ruang Lingkup Pembahasan
Akhlak dan Tasawuf
12
Moh. Saifullah al-Aziz dalam Risalah Ilmu Akhlak dan Tasawuf menjelaskan lingkup
kajian yang berisi:
1. Metafisika, yaitu hal-hal yang di luar alam dunia atau bisa juga dikatakan sebagai
ilmu ghoib. Di dalam Ilmu Tasawuf banyak dibicarakan tentang masalah-masalah
keimanan tentang unsur-unsur akhirat, dan cinta seorang sufi terhadap Tuhannya.
2. Etika, yaitu ilmu yang menyelidiki tentang baik dan buruk dengan melihat pada
amaliah manusia. Dalam Ilmu Tasawuf banyak sekali unsur-unsur etika, dan ajaran-
ajaran akhlak (hablumminallah dan hablumminannas).
3. Psikologi, yaitu masalah yang berhubungan dengan jiwa. Psikologi dalam pandangan
tasawuf sangat berbeda dengan psikologi modern. Psikologi modern ditujukan untuk
menyelidiki manusia bagi orang lain, yakni jiwa orang lain yang diselidikinya. Sedangkan
psikologi dalam tasawuf memfokuskan penyelidikan terhadap diri sendiri, yakni
diarahkan terhadap penyadaran diri sendiri dan menyadari kelemahan dan kekurangan
dirinya untuk kemudian memperbaiki
menuju kesempurnaan nilai pribadi yang mulia.
4. Estetika, yaitu ilmu keindahan yang menimbulkan seni. Untuk meresapkan seni
dalam diri, haruslah ada keindahan dalam diri sendiri. Sedangkan puncak keindahan itu
adalah cinta. Jalan yang ditempuh untuk mencapai keindahan menurut ajaran tasawuf
adalah tafakur, merenung hikmah-hikmah ciptaan Allah. Dengan begitu akan tersentuh
kebesaran Allah dengan banyak memuji dan berdzikir kehadirat-Nya.
13. Akhlak, Etika dan Moral
13
Terminologi akhlak dikenal juga dengan istilah etika dan moral. Etika lebih dipahami
sebagai seperangkat aturan-aturan atau norma hasil pemikiran yang didasarkan pada
refleksi pemikiran terpuji manusia, yang disepakati secara universal dalam arti lintas
budaya. Sementara moral lebih dipahami sebagai seperangkat aturan sebagai hasil
refleksi atau konsensus manusia yang bersifat lokal dan temporal.
Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum
diterima yang meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu
14. Akhlak, Etika dan Moral
14
Terminologi akhlak dikenal juga dengan istilah etika dan moral. Etika lebih dipahami
sebagai seperangkat aturan-aturan atau norma hasil pemikiran yang didasarkan pada
refleksi pemikiran terpuji manusia, yang disepakati secara universal dalam arti lintas
budaya. Sementara moral lebih dipahami sebagai seperangkat aturan sebagai hasil
refleksi atau konsensus manusia yang bersifat lokal dan temporal.
Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum
diterima yang meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu
15. Akhlak, Etika dan Moral
15
Asmaran As (1992:9) mengemukakan persamaan antara
ilmu akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan hukum/
nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau
buruk. Perbedaan ketiganya terletak pada tolok ukurnya
masingmasing dalam menentukan nilai perbuatan manusia
tersebut, dimana ilmu akhlak tolok ukur yang digunakan
dalam menilai perbuatan manusia adalah Al-Qur’an dan
Hadist, sedangkan etika, menggunakan tolok ukur
pertimbangan akal pikiran, dan moral menggunakan adat
kebiasaan yang umum berlaku dimasyarakat.
16. Model dan Pendekatan dalam Akhlak Tasawuf
Model Sayyed Husein
Nashr (Metode
Tematik)
Pendekatan tematik dalam pengkajian tasawuf yakni
pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai
dengan tema-tema tertentu
Model Mustafa Zahri
(Pendekatan
Eksploratif)
Pendekatan eksploratif menggali ajaran tasawuf dari
berbagai literatur ilmu tasawuf. Dalam penelitian ini
menekankan pada ajaran yang terdapat dalam tasawuf
berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama dengan
mencari sandaran dari Alquran dan Hadis dengan berbagai
macam sumner tasawuf
Model Kautsar Azhari
Noor (Pendekatan
Tokoh)
Pendekatan yang dilakukan dengan studi tokoh seperti kajian
mengenai Ibn Arabi Wahdat al-Wujud yang menimbulkan
kontroversi di kalangan para ulama karena paham tersebut
membawa paham reingkarnasi, atau paham serba Tuhan,
yakni Tuhan menjelma dalam berbagai ciptaan-Nya,
16
Model AJ. Arberry
(Pendekatan
Kesejarahan)
Pendekatan kombinasi yaitu dengan menggabungkan antara
pendekatan tematik dengan studi tokoh. Dengan mencoba
mengemukakan firman Tuhan, kehidupan Nabi, para zahid,
para sufi, para ahli teori tasawuf, struktur teori tasawuf
dan amalan tasawuf
17. Dasar Metodologis Tasawuf
17
Sufisme atau tasawuf bagian dari
ajaran Islam, yakni wujud dari
Ihsan.
Imam Qusairi:” Seandainya
engkau melihat orang yang
diberi kemampuan
khusus(keramat), sehingga ia
bisa terbang diangkasa maka
jangan terburu tergiur
dengannya, sehingga kamu
melihat bagaimana dai
menjalankan perintah,
meninggalkan larangan dan
menjaga hukuman yang ada
Ad damirah-hati nuranu
Al Sarirah-Batiniyah
Al Zahirah-Lahiriyah
Ihsan
Islam
Iman
18. Urgensi Belajar Akhlak Tasawuf
❖ Untuk taqorub kpd Allah – derajat taqwa
❖ Mendapatkan derajat muttaqin di hadapan Allah
❖ Untuk membersihkan jiwa dari hal-hal buruk
❖ Mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya
❖ Berusaha selalu berakhlakul karimah
❖ Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
❖ Meneladani akhlak Rasulullah SAW.
❖ Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada ma‟rifat
terhadap Allah Ta‟ala
❖ Membina aspek moralitas
❖ Mengasah nilai-nilai kemanusiaan
18
http://bit.ly/Mengapaperlubertasawuf
30. 30
Fase Yunani
Munculnya pembahasan ilmu akhlak di
bangsa Yunani ditandai dengan munculnya
kaum Sophisticians (500-450 SM) yaitu
orang-orang bijaksana (sufisme artinya
orang-orang yang bijak
Socrates (469-399 SM).
Keutamaan (Akhlak) sangat erat kaitannya
dengan ilmu pengetahua
Plato (427-347 SM)
Menurut Plato pokok-pokok keutamaan itu
ada empat, yaitu: (1) hikmat kebijaksanaan;
(2) keberanian; (3) keperwiraan; dan (4)
keadilan. Ke-empat hal ini merupakan
penegak kepribadian seseorang, masyarakat
dan bangsa
Aristoteles (394-322 SM)
Tujuan akhir yang dikehendaki oleh manusia
dari apa yang dilakukannya adalah bahagia
atau kebahagiaan. Jalan untuk mencapai
kebahagiaan ini adalah dengan
mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya
31. 31
Fase Arab Pra-Islam
Zuhair ibn Abi Salam yang mengatakan: ”barang siapa
menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa yang
membawa hatinya menunjukan kebaikan yang
menentramkan, maka tidak akan ragu-ragu
Al-Adwany pernah berpesan kepada anaknya Usaid
dengan sifat-sifat terpuji, ujarnya: ”Berbuatlah
dermawan dengan hartamu, Memuliakan tetanggamu,
bantulah orang yang meminta pertolongan padamu,
hormatilah tamumu dan jagalah dirimu dari perbuatan
meminta-minta sesuatu pada orang lain
Aktsam ibn Shaify yang hidup pada zaman jahiliah
dan kemudian masuk Islam. Ia berkata: ”jujur adalah
pangkal keselamatan; dusta adalah merusakkan:
kejahatan adalahmerusakkan; ketelitian adalah sarana
menghadapi kesulitan; dan kelemahan adalah
penyebab kehinaan. Penyakit pikiran adalah nafsu, dan
sebaik-baiknya perkara adalah sabar. Baik sangka
merusak, dan buruk sangka adalah penjagaan”.
Amr ibn Al-Ahtam kepada budaknya: ”Sesungguhnya
kikir itu merupakan perangai yang akurat untuk lelaki
pencuri; bermurahlah dalam cinta karena
sesungguhnya diriku dalam kedudukan suci dan tinggi
adalah orang yang belah kasih. setiap orang mulia
akan takut mencelamu, dan bagi kebenaran memiliki
jalannya sendiri bagi orang-orang yang baik
33. 33
Fase Abad Pertengahan
Pada abad XV (awal abad pertengahan) di Eropa mulailah bangkit
para ahli-ahli berfikir yang kembali mempelajari filsafat Yunani
Mereka mulai membangun dan melihat segala sesuatu dengan kritis,
sehingga masa itu dideklarasikan sebagai era kemerdekaan berfikir.
Sebagai hal yang tidak luput dari kritik dan penyelidikan adalah
etika (akhlak)
34. 34
Fase Moderen
Immanuel Kant, ia berpendapat bahwa kriteria
perbuatan akhlak adalah perasan kewajiban intuitif.
Bahkan ia berkeyakinan bahwa “keberadaan Tuhan
tidak bisa dibuktikan melalui argumentasi akal murni,
keberadaan Tuhan hanya bisa didapat melalui intiusi
akhlaki
Herbert Spencer (1820-1903) mengemukakan paham
pertumbuhan secara bertahap (evolusi) dalam akhlak
manusia. Ia berpendapat bahwa akhlak manusia selalu
berubah sesuai dengan perkembangan evolusi alam
Jhon Stuart Mill (1806-1873) yang memindahkan
paham Epicurus ke paham Utilitarisme. Pahamnya
tersebar di Eropa dan mempunyai pengaruh besar
disana. Utilitarisme adalah paham yang memandang
bahwa ukuran baik dan buruknya sesuatu ditentukan
ata s aspekkegunaannya
Salah satu ajaran penting tentang etika pada masa ini
adalah bersumber pada intuisi yang diklasifikasikan
menjadi empat, yaitu:
Intuisi mencari hakikat atau mencari ilmu
pengetahuan; Intuisi etika dan akhlak, yaitu cenderung
kepada kebaikan; Intuisi estetika yaitu cenderung
kepada segala sesuatu yang mendatangkan keindahan,
danIntuisi agama yaitu perasaan meyakini adanya yang
menguasai alam dengan segala isinya
36. Sub Pokok Bahasan
36
Pengertian Tasawuf
Ajaran tasawuf awal; Contoh Kehidupan Nabi
Ajaran tasawuf pada masa Sahabat
Ajaran Tasawuf pasca Sahabat
Corak Ajaran Tasawuf
37. Pengertian Tasawuf
• tasawuf merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka
mensucikan diri (tazkiyatunnafs) dengan cara menjauhkan dari
pengaruh kehidupan dunia yang meyebabkan lalai dari Allah
SWT untuk kemudian memusatkan perhatiannya hanya
ditujukan kepada Allah Swt
• Esensi tasawuf bermuara pada hidup zuhud (tidak
mementingkan kemewahan duniawi). Tujuan hal ini dalam
rangka dapat berhubungan langsung dengan Tuhan, dengan
perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan
37
http://bit.ly/Sejarahtasawuf
38. • Tasawuf merupakan salah satu aspek esoteris/kebatinan Islam,
sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya
komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya.
Pada masa rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada
waktu itu adalah nabi beruzlah/menyendiri di gua Hiro, istilah yang
muncul zuhud/asketisme. Nabi SAW dan para sahabat pada hakikatnya
sudah sufi.
• Dalam pandanga Islam, zuhud bukanlah upaya untuk memusuhi
dunia materi dan harta. Zuhud dalam Islam tidak seperti istilah
kependetaan dalam Yahudi dan Nasrani. Zuhud bukanlah ’uzlah yang
dalam artian menjauh dari hiruk pikuk bumi dan berada dalam
kesendirian serta tidak menghiraukan kehidupan sosial 38
Ajaran tasawuf awal; Contoh Kehidupan Nabi
39. • Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih
dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan
permulaan abad II H. Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pad
pertengahan abad III H oleh abu Hasyimal-Kufi (250 H) dengan
meletakkan al-Sufi dibelakang namanya.
• Pada masa ini fenomena yang terjadi adalah semangat untuk
beribadah dengan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Nabi SAW,
untuk kemudian mereka mencoba menjalani hidup zuhud.
39
Ajaran tasawuf pada masa Sahabat
40. • Abad ketiga dan ke-empat hijriyah tasawuf kembali menjalani babak baru.
Pada abad ini tema-tema yang diangkat para sufi lebih mendalam. Berawal dari
perbincangan seputar akhlak dan budi pekerti, mereka mulai ramai membahas
tentang hakikat Tuhan, esensi manusia serta hubungan antar keduanya. Dalam hal
ini kemudian muncul tema-tema seperti ma’rifat, fana’, dzauk, dan lain
sebagainya. Para tokoh pada masa ini diantaranya Imam Al-Qusyairi, Suhrawardi
Al-Baghdadi, Al-Hallaj, dan Imam Ghazali
• Abad ke-enam dan ketujuh tasawuf kembali menemukan suatu bentuk
pengalaman baru. Persentuhan tasawuf dengan filsafat berhasil mencetak tasawuf
menjadi lebih filosofis yang kemudian dikenal dengan istilah teosofi. Dari sinilah
kemudian muncul dua varian tasawuf, Sunni dengan coraknya amali dan Falsafi
dengan corak iluminatifnya. Adapun tokoh-tokoh teosofi abad ini adalah
Surahwardi Al-Maqtul (549 H.), Ibnu ’Arabi (638 H.), dan Ibnu Faridh (632 H.)
40
Ajaran Tasawuf pasca Sahabat
41. Abad
1-2 H
Abu Bakar Shiddiq (wafat 13 H.), ’Umar bin Khaththab (wafat. 23 H.),
’Usman Bin ’Affan (wafat. 35 H.), ’Ali bin Abi Thalib (wafat. 40 H.),
Salman Al-Farisi, AbuDzar Al-Ghifari, Ammar Bin Yasir, Huzaidah Bin
al-Yaman, dan Miqdad Bin Aswad. Dalam dekade ini juga termasuk pada
masa tabi’in; tokoh-tokohnya adalah Hasan Bashri (22- 110 H), Rabi’ah al-
Adawiyah (96 – 185 H), Sufyan Ats-Tsauri (97 – 161 H.), Daud Ath-Thaiy
(wafat 165 H.), dan Syaqiq al-Balkhi (wafat 194H.)
Abad
3-4 H
Abu Sulaiman ad-Darani (wafat 215 H.), Ahmad Bin Al-Hawary Ad-
Damasyqi (wafat 230 H.), Dzun Al-Mishri (155 – 245 H), AbuYazid al-
Bustamiy (wafat 261 H.), Junaid Al-Baghdadi (wafat 298 H.), dan Al-
Hallaj (lahir 244 H.). Sedangkan pada abad ke-empat Hijriyah para
pengembangnya adalah Musa al-Anshari (wafat 320 H.), Abu Hamid Bin
Muhammad ArRubazy (wafat 322 H), Abu Zaid Al-Adami (wafat 314 H),
dan Abu Ali Muhammad Bin Abdil Wahhab As-Saqafi (wafat 328 H).
41
Periodisasi Tokho-Tokoh Tasawuf
42. Abad
5-6 H
Imam Ghazali (450 H / 1058 M – 505 H / 1111 M) dan Syaikh
’Abdul Qadir al-Jailaniy (470 H - 561 H) yang
mengkompromikan para ulama Fiqih dengan ajaran
tasawuFyang berpaham syi’ah.Pada abad ke-enam Hijriyah sufi
yang terkenal adalah Suhrawardi al-Maqtul (wafat 587 H), dan
Al-Ghaznawi (wafat 545 H). yang berpaham syi’ah.Pada abad
ke-enam Hijriyah sufi yang terkenal adalah Suhrawardi al-
Maqtul (wafat 587 H), dan Al-Ghaznawi (wafat 545 H).
Abad
7-8 H
Unzar Ibnul Faridh (576 – 632 H), Ibnu Sab’in (613 – 667 H),
dan Jalaluddin ArRumi (604 – 672 H). Pada abad kedelapan
Hijriyah yang muncul adalah pengarang kitab Tasawuf, yaitu
Al-Kisany (wafat 739 H),78 dan Abdul Karim Al-Jily dengan
karyanya Al-Insan al-Kamil
42
Periodisasi Tokho-Tokoh Tasawuf
43. Corak Ajaran Tasawuf (Akhlaki, Amali, Falsafi)
43
Tasawuf akhlaki adalah ajaran tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian
jiwa yang di formulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang
ketat guna mencapai kebahagian melaui pensucian jiwa dan raga yang bermula dari
pembentukan pribadi yang bermoral dan ber akhlak mulia, yang dalam ilmu tasawuf dikenal
takhalli (pengosongan diri dari sifat-sifat tercela), tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat
terpuji), dan tajalli (terungkapnya nur ghaib bagi hati yang telah bersih seehingga mampu
menangkap cahaya ketuhanan).
Tasawuf amali adalah suatu ajaran dalam tasawuf yang lebih menekankan amalan-amalan
rohaniah yang mempunyai tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan menghapuskan segala sifat yang tercela serta mengahadp sepenuhnya kepada Allah
SWT dengan berbagai amaliah atau riyadlah yang dilakukan,
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi mistis dan rasional.
Dari cara memperoleh ilmu dengan menggunakan rasa, sedangkan menguraikannya dengan
menggunakan rasio. Dengan ini para penganutnya berusaha untuk memutuskan jarak yang
terbentang antara hamba dengan Tuhan, sehingga merasa benar-benar menyatu dengan Tuhan.
46. 46
Definisi Ahwal dan Maqamat
Maqamat,
Maqam
Stasiun/Tempat
Berhenti
Suluk ;
Jalan
Menuju
Allah
Hal, Ahwal ;
Keadaan Spiritual.
Seseorang yang
mendapat
pencerahan dalam
setiap level yang
sdh dicapai
Ahwal dan
Maqamat Terkait
ketika sdh sampai
pada satu hal akan
sampai ke maqam
lain
Abu Bakar Muhammad Al-Kalabadi ‘ at Ta’aruf li madhab
ahli Tasawuf’
1) Taubat 2) Zuhud 3) Sabar 4) Faqr 5) Tawadu 6) Taqwa 7)
Tawakal 8) Rifho 9) Mahabiah 10) Marifah
Imam Ghazali
1. Taubah
2. As Shabr
3. Al Faqr
4. At Tawakkul
5. Al Mahabah
6. Al Ma’rifah
7. Al Ridho
47. 47
Definisi Ahwal dan Maqamat
Maqam menurut Ibn
Atha’illah taubat,
zuhud,shabar,
syukur, khauf, raja’,
ridha, tawakkal dan
mahabbah.
Ketika sampai ke Maqamat maka dia akan
dapat Hal
1. Muraqabah
2. Al Qurbah
3. Al Mahabah
4. Al Khof wa Roja
5. As Syauq
6. Al Uns
7. At Tumaninah
8. Al Mushadah
9. Al Yaqin