Dokumen tersebut membahas tentang ijtihad sebagai salah satu sumber hukum Islam. Ijtihad dilakukan untuk menemukan hukum agama melalui al-Quran dan hadis ketika tidak ditemukan hukumnya secara langsung. Terdapat beberapa tingkatan ijtihad dan persyaratan untuk menjadi mujtahid. Ijtihad dilakukan pada masalah-masalah tertentu dengan menggunakan metode seperti qiyas.
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
salah satu metode yang digunakan dalam menentukan suatu hukum berdasarkan kesungguhan atau kemampuan akal seseorang. Ijtihad juga dapat dijadikan sebagai sumber hukum dalam Islam.
Studi Hukum Islam tak henti hentinya di kaji dan menarik untuk dijadikan wacana dan penelitian dalam segala aspek yang melingkupi perjalanan dinamika keislaman. kiranya gairah umat islam yang besar untuk melakukan kajian bisa atersalur lewat forum ilmiyah, forum online dan yang lainnya.
3. PENGERTIAN IJTIHAD MENURUT
AHLI FIQIHSecara etimologis (lughowi) kata ijtihad merupakan bentuk masdar dari lafadz
اجتهد-يجتهد-اجتهاد yang diambilkan dari akar kata جهد-يجهد-جهدا yang berarti : mengerahkan
segala kemampuan atau menanggung beban. Ijtihad dapat berarti mengerjakan sesuatu
dengan segala kesungguhan.
Sedangkan menurut pengertian syara ijtihad adalah menggunakan seluruh
kesanggupannya untuk menetapkan hukum syara dengan jalan memetik atau
mengeluarkan dari kitab dan sunnah. Adapun pengertian ijtihad adalah mencurahkan
segala tenaga dan pikiran untuk menemukan hukum agama (syara) melalui salah satu
dalil syara dan dengan cara tertentu.
Dari uraian tersebut dapat diuraikan bahwasanya ijtihad memiliki garis besar
seperti berikut:
Pekerjaan : pengarahan daya pikir sekuat-kuatnya.
Pelaku : ahli fiqih, ahli hukum agama islam yang memenuhi persyaratan yang
disebut mujtahid.
Tujuan : mendapat/menemukan hukum tentang suatu masalah.
Sifat hukum : dzanny, bukan qot’ie (dugaan kuat, bukan kepastian).
Dasar/sumber : Al-Qur’an dan hadist
Sistem/kaidah : menurut jalan pikiran, logika dan metode tertentu dan teratur dalam
ilmu ushul fiqih, dibantu dengan qowa’idul ahkam, al-qowaidul fiqhiyah (kaedah-
kaedah fiqih dan sebagainya).
4. DASAR IJTIHAD
Ada pada surat an-Nissa/4 ayat 105
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia dan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-
orangyang berkhianat.
Surat an-Nissa /4 ayat 59
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia
kepada Allah(al-quran) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dalam hadist lain yang dijadikan dasar ijtihad ialah Mu’adz bin jabal ketika ia diutus oleh Nabi
ke yaman sebagai hakim:
قال ؟ تقضى بم:هللا كتاب في بما.قال:قال ؟ هللا كتاب في تجد لم فان:هللا رسول به قضى بما اقضى,قال:هللا رسول به قضى فيما تجد لم فانقال ؟
برآبي اجتهد,رسوله رسول قّفو الذي الحمدهلل قال
Dengan apa kamu memutuskan perkara Mu’adz ? Mu’adz menjawab: “Dengan sesuatu yang
terdapat didalam kitab Allah. Nabi bersabda : Kalau kamu tidak mendapatkannya dari kitab
Allah? Muadz menjawab :Saya akan memutuskannya dengan sesuatu yang telah di putuskan oleh
Rosu Allah. Nabi berkata: Kalau kamu tidak mendapatkan sesuatu yang telah diputuskan oleh
rosul Alah? Muadz menjawab : Saya akan berijtihad dengan pikiran saya. Nabi bersabda : Segala
puji bagi Allah Yang telah memberi taufiq kepada utusan dari rosul-Nya.
5. MACAM-MACAM IJTIHAD
Ijtihad Muthlaq Mustaqil
Merupakan tingkat paling tinggi yang
mana si mujtahid secara sendiri/berdiri
sendiri tanpa terikat kepada orang lain,
baik dalam ushul maupun furu’.
Dalam tingkat ini si mujtahid langsung
ber-istimbat dari al-qur’an dan sunnah
dengan menggariskan manhaj (sistem)
istimbat sendiri.
Ijtihad Muthlaq Muntasib
Merupakan tingkat lebih dibawah dari
ijtihad Mutlak. Disini si mujtahid terikat
kepada imam dalam ushul. Artinya ia
berijtihad dengan menggunakan ushul
imam, walaupun dalam furu’ yang
diijtihadinya itu ia tidak terikat kepada
hasil ijtihadd imam. Ia hanya berijtihad
dalam furu’ saja.
Ijtihad dalam mahzab
Ijtihad ini menduduki urutan ketiga dalam
mana si mujtahid mengikuti imam(tidak
berijtihad) baik dalam ushul aupun furu’
yang sudah diijtihadi imam. Dalam dua hal
ini ia terikat kepada imam. Ia hanya
berijtihad dalam masalah-masalah yang
belum digarap oleh imam-imam terdahulu
dan dalam menggarap masalah-masalah
tersebut ia menggunakan ushul imam yang
diikutinya.
Ijtihab Tarjih
Merupakan tingkat ijtihad paling rendah
yang mana mujtahid tidak berijtihad baik
dalam ushul, furu’, maupun dalam
masalah-masalah yang belum diijtihadkan
dan diriwayatkan hukumnya oleh imam.
Mujtahid hanya memilih saja diantara
pendapat-pendapat sudah ada melalui
6. ARKANU IJTIHAD
Ijtihad dapat terjadi jika 4 rukun ini telah terpenuhi, yaitu :
1. Al-waqi’
2. Mujtahid
3. Mujtahid fih
4. Dalil syara’
7. KEDUDUKAN IJTIHAD
Meski Al-quran diturunkan secara lengkap dan
sempurna tidak berarti didalamnya membahas
seluruh aspek yang berkaitan dengan kehidupan
manusia secara mendetail. Selain itu berhubung
zaman semakin modern dan banyak hukum baru
yang bermunculan sedangkan tidak ada ketika
turunnya al-quran dan diperlukan aturan-aturan
baru dalam menjalankan kehidupan di zaman serba
modern. Disinilah posisi ijtihad sebagai sumber
hukum yang ketiga bagi umat islam untuk
menjelaskan hal baru yang secara tidak detail
diterangkan dalam al-quran.
8. االءجتهاد حكم
Ulama berpendapat, maka hukum ijtihad bagi orang itu bisa wajib ‘ain, wajib kifayah, sunah,
atau haram, bergantung pada kapasitas orang tersebut.
1. Wajib ‘ain
2. Wajib kifayah
3. Sunnah
4. Haram
9. MUJTAHID DAN PERSYARATANNYA
Mujtahid ialah orang yang mampu melakukan ijtihad melalui cara istinbat (mengeluarkan hukum
dari sumber syariat) dan tatbiq (penerapan hukum). Syarat-syarat oleh Wahbah Zuhaili yang
telah mencakup semua syarat-syarat mujtahid, yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui ayat ahkam dalam al-Quran
2. Mengetahiu hadist-hadist baik bahasa maupun istilah.
3. Mengetahui al-Quran dan hadis yang telah dinasikh dan mengethui ayat hadist yang
menaskhkan.
4. Mengetahui sesuatu yang hukumnya telah dihukumi ijma’, sehingga tidak menghukumi yang
bertentangan dengan ijma’
5. Mengetahui qiyas dan sesuatu yang berhubungan dengan qiyas.
6. Mengetahui bahasa Arab seperti nahwu, sharaf, maani, bayan dan uslubnya.
7. Mengetahui ilmu usul fiqh.
8. Mengetahui maqasid syariah dalam penetapan hukum, karena pemahaman nash dan
penerapannya dalam peristiwa berlangsung kepada maqasid syariah.
10. TINGKATAN IJTIHAD
Dalam ijtihad, ada beberapa kriteria atau tingkatan pada
pelaku ijtihad (mujtahid) . Ada 4 tingkatan mujtahid
yaitu :
1. Mujthid fi al- syar’I,
2. Mujtahid fi al-mazhab
3. Mujtahid fi al-masail
4. Mujtahid muqoyyad
11. LAPANGAN IJTIHAD
Lapangan ijtihad atau wilayah ijtihad atau
ma’jal al-ijtihad adalah masalah-masalah yang
diperbolehkan penetapan hukumnya dengan
cara ijtihad.
Lapangan ijtihad ada 2 macam, yaitu :
1. Pada sesuatu yang ada nasnya tetapi nasnya
zhan (dugaan)
2. Pada sesuatu yang hukumnya sama sekali
tidak ada dalam nasnya.
12. METODE IJTIHAD
Ada beberapa metode ijtihad yang dapat dipakai oleh
para mujtahid, yakni :
1. Qiyas
2. Maslahah Mursalah
3. Istihsan
4. Istishab
5. Urf
13. KESIMPULAN
Ijtihad adalah sebuah usaha yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh dengan berbagai
metode yang diterapkan beserta syarat-syarat
yang telah ditentukan untuk menggali dan
mengetahui hukum Islam untuk kemudian
diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Tujuan ijtihad dilakukan adalah upaya
pemenuhan kebutuhan akan hukum karena
permasalahan manusia semakin hari semakin
kompleks di mana membutuhkan hukum Islam
sebagai solusi terhadap problematika tersebut.
Dan Jenis-jenis ijtihad adalah ijma’, qiyas, dan
maslahah mursalah.
14. PERTANYAAN............
1. SILVI : MUJTAHID FI AL MASA’IL BERANUT
KEPADA HOKUM UMUM, MISAL DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI, MENGANUT
MAHZAB APA?
2. WIDI : DASAR HUKUM APA IJTIHAD
SEBAGAI SUMBER HOKUM ISLAM KETIGA?
3. ILHAM : BAGAIMANA MENJALANKAN
IJTIHAD PADA MASA SEKARANG?
4. DEWITRI : BOLEHKAH HASIL IJTIHAD
BERBEDA-BEDA? ATAU HARUS DISAMAKAN?
5. RENDRA : SIDANG ISTBAT TERMASUK
IJTIHAD MANA? KENAPA SETIAP SETAHUN