SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Demam
Tifoid
IDENTITAS
• Nama : An. F
• Tanggal lahir : 02 Juli 2007
• Usia : 14 tahun
• No. Rekam Medis : C1040718**
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Wado Girang 4/7
• Tanggal pemeriksaan : 16 Desember 2021
ANAMNESIS
2 hari
sebelumnya
Berobat
ke
PKM
8 hari
sebelumnya
• Demam tidak terlalu
tinggi, dan naik turun.
• Mual-muntah kekuningan,
darah(-) 3-5x/hari.
• Napsu makan berkurang
• BAB cair 3x/hari ampas(+),
lendir(-), darah(-)
• Demam menjadi terus -
menerus dan semakin lama
semakin tinggi terutama
pada malam hari.
DEMAM
3 hari
sebelumnya
• BAB cair 3x/hari ampas(+), lendir(-),
darah(-)
• Lemah dan lesu
• Nyeri perut(+), perut terasa
kembung(+), dan sakit kepala(+).
• sesak(-), batuk pilek(-), kejang(-),
dan gangguan buang air kecil(-)
ANAMNESIS
Riwayat Keluhan yang sama sebelumnya (-)
Keluhan serupa pada keluarga atau temannya (-)
Pasien mengaku sering jajan di luar, minum air es dan jarang mencuci tangan
sebelum makan.
Riwayat maag atau alergi (-)
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau batuk berdarah (-), berat badan
sulit naik (-), batuk lama lebih dari 3 minggu (-) sering panas badan dengan sebab
yang tidak jelas (-)
Pasien merupakan anak dari P2A0 dan tinggal bersama 4 anggota keluarganya yaitu
ayah, ibu dan kakak kandung.
Jarak kamar mandi rumah dengan sumur kurang lebih 5 meter.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 32 kali/menit
SpO2 : 98%
CRT : <2’
Antropometri
BB: 49 Kg
TB: 154 cm
Status gizi
BMI/U : Normal
TB/U : Normal
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala & Leher:
Mata : Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), mata cekung (-)
Hidung: Pernapasan cuping hidung
(-), sekret hidung (-)
Mulut : Perioral sianosis (-), typhoid
tongue (+), mukosa basah (+),
tremor lidah (-)
Leher : KGB membesar (-)
Dada : Bentuk dan gerak simetris, retraksi (-),
Rose spot (-)
Pulmo: VBS kanan = kiri, crackles(-), slem(-),
dan wheezing(-)
Cor: S1 dan S2 normal, reguler. Murmur (-)
Abdomen:
Datar, Rose spot (-), lembut, bising usus (+)
Nyeri tekan (+), asites (-)
Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas:
Akral hangat, CRT <2 detik.
Turgor baik
DIAGNOSIS
BANDING
Gastro-
enteritis
Akut
Demam
Tifoid
USULAN PEMERIKSAAN
Darah Rutin Widal
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Rutin Widal
● Hemoglobin = 11,9 g/dl
● Hematokrit = 36%
● Leukosit = 6300
● Trimbosit = 203.000
● S.typhi H = 1/80
● S. Paratyphi AH = 1/80
● S. Paratyphi BH = Negatif
● S. Paratyphi CH = Negatif
● S. typhi O = 1/160
● S. Paratyphi AO = 1/160
● S. Paratyphi BO = Negatif
● S. Paratyphi CO = Negatif
Demam
Tifoid
DIAGNOSIS KERJA
TATA LAKSANA
Non-Farmakologis:
• Tirah baring
• Diet makanan lunak
yang mudah dicerna
• Terapi cairan:
1.5cc/KgBB/hari =
75ml/hari
• Kebutuhan kalori:
REE x SF =1.834
kkal/hari
Farmakologis:
• Kloramfenikol 500mg tab tiap
8 jam selama 10-14 hari
• Paracetamol 500mg tab tiap 4-
6 jam bila suhu >= 38oC
• Oralit 200cc tiap
mencret/muntah
• Zinc 1x20mg PO
TINJAUAN
KASUS
Definisi
Penyakit sistemik yang
disebabkan oleh bakteri
Salmonella enterica serotype
Typhi dan Salmonella serotype
paratyphi
– WHO 2011
Demam tifoid merupakan
penyakit endemik di Indonesia
yang mudah menular dan dapat
menyerang banyak orang
sehingga bisa menimbulkan
wabah
– PAPDI edisi 6
Etiologi
• Salmonella typhii : gram negative bacterium
• Salmonela serotype paratyphi: S. paratypii A;
S.paratyphii B (Schottmuelleri); S.paratyphii C
(Hirchfeldii)
• memberikan gejala yang lebih ringan daripada S. typhi
• Transmisi : Fecal oral
• Sumber infeksi: air dan makanan
• Periode inkubasi: 8-14 hari tapi bisa juga dari 3 hari – 2
bulan
KMK 2006
• Di rumah sakit besar
indonesia, pasien demam
tifoid menunjukan
kecenderungan
peningkatan dari tahun ke
tahun dengan rata2 sakit
500/100.000 penduduk
dengan angka kematian
0,6-5%
• Di indonesia masih rendah
cakupan vaksinasi demam
tifoid
WHO 2011
• Rasio yang
disebabkan S.typhi : S.
Paratyphi adalah 10:1
• Banyak menyerang
umur 3-19 tahun di
area yang endemik
• 2-5% pasien yang
terinfeksi menjadi
chronic carriers
• Demam tifoid
tergolong tinggi di
wilayang Asia tengah,
selatan dan tenggara
dan juga afrika
• Demam tifoid
menempati urutan
ke-3 dari 10 pola
penyakit terbanyak
pada pasien rawat
inap
PAPDI EDISI 6
Epidemiologi
• Kualitas hygine dan satitasi yang kurang baik. Terutama jarang mencuci
tangan
• Ada orang disekitar yang memiliki penyakit serupa atau adanya outbreak
demam tifoid di tempat tinggal
• Makanan yang dicuci dengan air yang sudah terkontaminasi
• Kondisi imunodefisiensi
• Adanya carrier di sekitar pasien
• Food, fluid, fingers, flies, feces
PPK primer ed 1
Faktor Risiko
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
• Durasi penyakit (jika tidak ditangani, tingkat keparahan rata-rata) :
4 minggu
• Pada minggu 1 :
• Demam : prolonged remittent, step ladder fever (38.8 – 40.5°C)
yg dapat bertahan sampai minggu ke 4 jika tidak diterapi.
• Awalnya demam samar2 suhu tubuh naik turun (remittent :
paginya rendah/normal, sore/ malam suhu tinggi) dari hari
ke hari, intensitas demam makin ↑ (step ladder)
• Gejala lain : sakit kepala frontal area, nyeri otot, pegal2,
insomnia, anorexia, mual muntah, malaise, konstipasi (kemudian
bisa juga ada diare), batuk ringan tidak berdahak
Manifestasi Klinis
• Pada minggu 2 :
• Demam : intensitas demam makin ↑ + terus menerus (continuous
fever)
• Gangguan kesadaran : terlihat toxic & apatis,
• Gangguan GIT : bau mulut (demam lama), bibir kering + pecah2, lidah
kelihatan kotor dan ditutupi selaput putih(coated tongue), ujung dan
tepi lidah kemerahan dan tremor, nyeri perut (epigastric), distensi
abdomen, mual muntah
• Pada puncak demam tinggi : hepatosplenomegaly, epistaxis, relative
bradycardia (peningkatan suhu tubuh (1°C) yg ga diikuti oleh
peningkatan frekuensi nadi (8x/menit)
• Rose spots rash : ruam maculopapular yang akan memucat saat
ditekan, letaknya terutama di dada; biasanya ada di akhir minggu ke 1
hilang tanpa bekas setelah 2-5 hari)
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
• Pada minggu 3 : pasiennya tambah parah
• Continuous high fever;
• Distensi abdomen tambah jelas;
• Pasien kebingungan + kesadaran seperti berkabut;
• Diare dgn feces cair, bebaru, warna hijau-kuning;
• Hypotension, respirasi meningkat; muncul crackles di dasar paru
• Kematian dapat terjadi akibat : toxemia, myocarditis, perdarahan atau
perforasi usus
• Pasien yang selamat sampai minggu ke 4 : masuke ke fase convalescence
(fase penyembuhan) yang biasanya panjang
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran darah
tepi:
leucopenia,
limfositosis
relative,
monositosis, dan
eosinophilia;
trombositopenia
ringan; low grade
normocytic
anemia
↑ SGOT, SGPT :
akibat
endotoksin,
mekanisme
imun, dan
obat2an; bila tes
fungsi hati
sangat ↑dan ada
ikterus +
hepatomegaly =
hepatitis tifosa
↑ amilase, lipase :
pada pancreatitis
tifosa
Pemeriksaan Penunjang
Kultur Darah :
sensitivity 40-80%
(karena banyak
penggunaan
antibiotic), specimen
diambil pd minggu ke
1 – akhir minggu ke 2
sakit (saat demam
tinggi)
Kultur tinja & urin:
specimen diambil pd
minggu ke 2 demam,
dilaksanakan tiap
minggu, bila pada mgg
ke 4 hasil masih (+) ->
pasien disebut karier
Kultur cairan empedu:
penting untuk deteksi
adanya karier (pd
stadium lanjut),
empedu diisap dgn
tabung duodenum,
pada stadium lanjut
penyakit
Kultur sumsum
tulang:
sensitivity 55-90%
(karena tidak
dipengaruhin oleh
penggunaan
antibiotic)
Kultur : definitive diagnosis -> isolasi organisme dari sterile site (blood/bone
marrow)
Pemeriksaan Penunjang
Serology (Widal test) : mengukur
antibody thdp flagellar (H) &
somatic(O) antigens dari organism
• Biasanya titer antibody O 1/320
= highly supportive of
diagnosis
• Hasil (-) = tidak bisa eksklusi
diagnosis
• Diagnosis tifoid dianggap pasti
jika : ↑ titer 4x lipat pd
pemeriksaan ulang dgn interval
5-7 hari
IgM Dipstick test
bisa dari darah/feces
Typhi Dot Test
(immunoblotting)
PCR
TUBEX
deteksi antibody anti S. Typhi O9
PROGNOSIS
Gejala biasanya
membaik dalam
waktu 2 sampai
4 minggu
pengobatan.
Hasilnya akan
baik dengan
pengobatan
lebih awal,
tetapi akan
menjadi lebih
buruk apabila
timbulnya
komplikasi.
Gejala dapat
kembali jika
pengobatan ini
tidak
sepenuhnya
sembuh dari
infeksi.
• Suspect Case (Suspek demam tifoid) : demam + gangguan saluran cerna +
tanda gangguan kesadaran
• Probable Case (Demam tifoid klinis) : gejala klinis tifoid lengkap / hampir
lengkap + gambaran lab yang menunjukkan tifoid
• Confirm Case (Demam tifoid konfirmasi) : deteksi bakteri dari dlm darah /
sumsum tulang, 3 cara diagnosis etiologic :
• Biakan S. typhi
• PCR : melacak DNA S. typhi
• Bila hasil biakan tidak tumbuh, dpt dibantu dgn serologis widal yaitu : ↑
titer 4x lipat pd pemeriksaan ulang dgn interval 5-7 hari
• Tifoid karier : pasien yg kotorannya (feses/urin) mengandung S.typhi stlh 1
tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinik
Diagnosis Klinis
Tatalaksana
1. Terapi Suportif
• Istirahat dan perawatan, untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Dengan tetap memperhatikan
kebersihanlingkungan dan pribadi pasien.
• Menjaga asupan cairan, oral maupun parenteral
• Diet gizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein,
rendah serat
• Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
• Monitoring tanda vital (TD, nadi, suhu, kesadaran)
2. Terapi Simptomatik
• Untuk menurunkan demamm dan mengurangi keluhan
gastrointestinal serta untuk mengembalikan rasa nyaman
pasien
3. Terapi Definitif
• Pemberian antibiotik
Tatalaksana
•Pemberian Antimikroba
Indikasi Perawatan di Rumah
1. Persyaratan Pasien
a. Gejala ringan, tidak ada tanda
komplikasi/komorbid
b. Kesadaran baik
c. Dapat makan dan minum dengan baik
d. Keluarga mengerti cara merawat,
mampu menjalani rencana tatalaksana
dengan baik, dan mengetahui tanda-
tanda bahaya dari tifoif
e. Rumah tangga pasien
memiliki/melaksanakan sanitasi baik
(pembuangan) yang memenuhi
pesyaratan kesehatan
2. Persyaratan Tenaga Kesehatan
a. Ada 1 dokter dan perawat yang
bertanggung jawab penuh terhadap
tatalaksana pasien (memfollow up
pasien setiap hari)
b. Dokter mengonfirmasi bahwa pasien
tidak memiliki tanda-tanda yang
berpotensi menimbulkan komplikasi
c. Seluruh kegiatan tatalaksana dapat
dilaksanakan secara baik di rumah.
d. Dokter/perawat dapat berkomunikasi
secara lanca dengan keluarga pasien
selama tatalaksana
Catatan :
Respon klinis terhadap antibiotik dinilai
setelah penggunaannya selama 1 minggu.
Bakteremia
Inflamasi di berbagai
organ
di mulai dari minggu kedua
Otak GI Paru Lainnya
Respons tubuh
Tifoid Toksik
(Tifoid
Ensefalopati)
Mediator
released
↑ Permeabilitas
Fluid leakage
Syok Septik
• Hepatitis Tifosa
• Pankreatitis
• Perforasi &
Perdarahan
Intestinal
• Peritonitis
Pneumonia
• Miokarditis
• Perikarditis
• Endokarditis
• Pyelonefritis
Komplikasi
PENCEGAHAN
Obati sempurna pasien tifoid Atasi rantai penularan
Karier: quinolone 4 minggu
(siprofloksasin 2x750 mg)
Relaps: terjadi karena
pengobatan tidak adekuat
(perbaiki pengobatan)
Resistensi: uji kepekaan
antibiotic  pilih antibiotic
(atau berikan yang sensitif
untuk tifoid  Seftriakson)
Hygiene makanan dan minuman
Hygiene perorangan
Sanitasi
PENCEGAHAN
Perlindungan diri
Imunisasi dengan Vaksin
Imunisasi dengan Vaksin

More Related Content

What's hot

Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Ade Wijaya
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)Lena Setianingsih
 
Laporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsyLaporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsyRindang Abas
 
ANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptxANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptxHarryJulians
 
Tb anak dg skoring
Tb anak dg skoringTb anak dg skoring
Tb anak dg skoringJoni Iswanto
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblemuhammad ikhlas yakin
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demamwagamama6
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriEncepal Cere
 
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus  kolesistitis ec kolelitiasisUjian kasus  kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasisfaniputri2
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisKharima SD
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungADam Raeyoo
 

What's hot (20)

Fototerapi
FototerapiFototerapi
Fototerapi
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Sindroma koroner akut
Sindroma koroner akutSindroma koroner akut
Sindroma koroner akut
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Laporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsyLaporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsy
 
ANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptxANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptx
 
Tb anak dg skoring
Tb anak dg skoringTb anak dg skoring
Tb anak dg skoring
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit Disentri
 
Obat emergency
Obat emergencyObat emergency
Obat emergency
 
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus  kolesistitis ec kolelitiasisUjian kasus  kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitis
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 

Similar to Case Report Typhoid Fever

Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Soroy Lardo
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliAris Rahmanda
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxAlisiaNurjannah
 
1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptx
1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptx1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptx
1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptxayuniendar
 
prolonged fever
prolonged feverprolonged fever
prolonged fevertendriayu1
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxAnnisaRizkaFauziah
 
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptxPPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptxRiskiSyahputra4
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseDondy Juliansyah
 
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage   Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage Soroy Lardo
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yabeequeen_30
 
PRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptx
PRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptxPRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptx
PRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptxnananurdahlia
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckdRenitaArdani
 

Similar to Case Report Typhoid Fever (20)

Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
 
SLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptxSLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptx
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
 
Tifoid Pada Anak
Tifoid Pada AnakTifoid Pada Anak
Tifoid Pada Anak
 
1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptx
1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptx1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptx
1. CRS - DHF (iin, nurul) .pptx
 
prolonged fever
prolonged feverprolonged fever
prolonged fever
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
 
Severe Malaria
Severe MalariaSevere Malaria
Severe Malaria
 
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptxLASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
 
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptxPPT LAPKAS ANAK  DEMAM TIOID (SELI).pptx
PPT LAPKAS ANAK DEMAM TIOID (SELI).pptx
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
 
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage   Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix ya
 
PRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptx
PRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptxPRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptx
PRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptx
 
Bst dhf (guntur)
Bst dhf (guntur)Bst dhf (guntur)
Bst dhf (guntur)
 
Askep dhf anak AKPER PEMKAB MUNA
Askep dhf anak AKPER PEMKAB MUNA Askep dhf anak AKPER PEMKAB MUNA
Askep dhf anak AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleksKejang demam kompleks
Kejang demam kompleks
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
 

Recently uploaded

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (18)

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

Case Report Typhoid Fever

  • 2. IDENTITAS • Nama : An. F • Tanggal lahir : 02 Juli 2007 • Usia : 14 tahun • No. Rekam Medis : C1040718** • Jenis kelamin : Laki-laki • Alamat : Wado Girang 4/7 • Tanggal pemeriksaan : 16 Desember 2021
  • 3. ANAMNESIS 2 hari sebelumnya Berobat ke PKM 8 hari sebelumnya • Demam tidak terlalu tinggi, dan naik turun. • Mual-muntah kekuningan, darah(-) 3-5x/hari. • Napsu makan berkurang • BAB cair 3x/hari ampas(+), lendir(-), darah(-) • Demam menjadi terus - menerus dan semakin lama semakin tinggi terutama pada malam hari. DEMAM 3 hari sebelumnya • BAB cair 3x/hari ampas(+), lendir(-), darah(-) • Lemah dan lesu • Nyeri perut(+), perut terasa kembung(+), dan sakit kepala(+). • sesak(-), batuk pilek(-), kejang(-), dan gangguan buang air kecil(-)
  • 4. ANAMNESIS Riwayat Keluhan yang sama sebelumnya (-) Keluhan serupa pada keluarga atau temannya (-) Pasien mengaku sering jajan di luar, minum air es dan jarang mencuci tangan sebelum makan. Riwayat maag atau alergi (-) Riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau batuk berdarah (-), berat badan sulit naik (-), batuk lama lebih dari 3 minggu (-) sering panas badan dengan sebab yang tidak jelas (-) Pasien merupakan anak dari P2A0 dan tinggal bersama 4 anggota keluarganya yaitu ayah, ibu dan kakak kandung. Jarak kamar mandi rumah dengan sumur kurang lebih 5 meter.
  • 5. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda vital Tekanan darah : 110/70 Nadi : 98 kali/menit Suhu : 37,8oC Pernapasan : 32 kali/menit SpO2 : 98% CRT : <2’ Antropometri BB: 49 Kg TB: 154 cm Status gizi BMI/U : Normal TB/U : Normal
  • 6. PEMERIKSAAN FISIK Kepala & Leher: Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-) Hidung: Pernapasan cuping hidung (-), sekret hidung (-) Mulut : Perioral sianosis (-), typhoid tongue (+), mukosa basah (+), tremor lidah (-) Leher : KGB membesar (-) Dada : Bentuk dan gerak simetris, retraksi (-), Rose spot (-) Pulmo: VBS kanan = kiri, crackles(-), slem(-), dan wheezing(-) Cor: S1 dan S2 normal, reguler. Murmur (-) Abdomen: Datar, Rose spot (-), lembut, bising usus (+) Nyeri tekan (+), asites (-) Hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik. Turgor baik
  • 9. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Darah Rutin Widal ● Hemoglobin = 11,9 g/dl ● Hematokrit = 36% ● Leukosit = 6300 ● Trimbosit = 203.000 ● S.typhi H = 1/80 ● S. Paratyphi AH = 1/80 ● S. Paratyphi BH = Negatif ● S. Paratyphi CH = Negatif ● S. typhi O = 1/160 ● S. Paratyphi AO = 1/160 ● S. Paratyphi BO = Negatif ● S. Paratyphi CO = Negatif
  • 11. TATA LAKSANA Non-Farmakologis: • Tirah baring • Diet makanan lunak yang mudah dicerna • Terapi cairan: 1.5cc/KgBB/hari = 75ml/hari • Kebutuhan kalori: REE x SF =1.834 kkal/hari Farmakologis: • Kloramfenikol 500mg tab tiap 8 jam selama 10-14 hari • Paracetamol 500mg tab tiap 4- 6 jam bila suhu >= 38oC • Oralit 200cc tiap mencret/muntah • Zinc 1x20mg PO
  • 13. Definisi Penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype Typhi dan Salmonella serotype paratyphi – WHO 2011 Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga bisa menimbulkan wabah – PAPDI edisi 6
  • 14. Etiologi • Salmonella typhii : gram negative bacterium • Salmonela serotype paratyphi: S. paratypii A; S.paratyphii B (Schottmuelleri); S.paratyphii C (Hirchfeldii) • memberikan gejala yang lebih ringan daripada S. typhi • Transmisi : Fecal oral • Sumber infeksi: air dan makanan • Periode inkubasi: 8-14 hari tapi bisa juga dari 3 hari – 2 bulan
  • 15. KMK 2006 • Di rumah sakit besar indonesia, pasien demam tifoid menunjukan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata2 sakit 500/100.000 penduduk dengan angka kematian 0,6-5% • Di indonesia masih rendah cakupan vaksinasi demam tifoid WHO 2011 • Rasio yang disebabkan S.typhi : S. Paratyphi adalah 10:1 • Banyak menyerang umur 3-19 tahun di area yang endemik • 2-5% pasien yang terinfeksi menjadi chronic carriers • Demam tifoid tergolong tinggi di wilayang Asia tengah, selatan dan tenggara dan juga afrika • Demam tifoid menempati urutan ke-3 dari 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap PAPDI EDISI 6 Epidemiologi
  • 16. • Kualitas hygine dan satitasi yang kurang baik. Terutama jarang mencuci tangan • Ada orang disekitar yang memiliki penyakit serupa atau adanya outbreak demam tifoid di tempat tinggal • Makanan yang dicuci dengan air yang sudah terkontaminasi • Kondisi imunodefisiensi • Adanya carrier di sekitar pasien • Food, fluid, fingers, flies, feces PPK primer ed 1 Faktor Risiko
  • 19. • Durasi penyakit (jika tidak ditangani, tingkat keparahan rata-rata) : 4 minggu • Pada minggu 1 : • Demam : prolonged remittent, step ladder fever (38.8 – 40.5°C) yg dapat bertahan sampai minggu ke 4 jika tidak diterapi. • Awalnya demam samar2 suhu tubuh naik turun (remittent : paginya rendah/normal, sore/ malam suhu tinggi) dari hari ke hari, intensitas demam makin ↑ (step ladder) • Gejala lain : sakit kepala frontal area, nyeri otot, pegal2, insomnia, anorexia, mual muntah, malaise, konstipasi (kemudian bisa juga ada diare), batuk ringan tidak berdahak Manifestasi Klinis
  • 20. • Pada minggu 2 : • Demam : intensitas demam makin ↑ + terus menerus (continuous fever) • Gangguan kesadaran : terlihat toxic & apatis, • Gangguan GIT : bau mulut (demam lama), bibir kering + pecah2, lidah kelihatan kotor dan ditutupi selaput putih(coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, nyeri perut (epigastric), distensi abdomen, mual muntah • Pada puncak demam tinggi : hepatosplenomegaly, epistaxis, relative bradycardia (peningkatan suhu tubuh (1°C) yg ga diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi (8x/menit) • Rose spots rash : ruam maculopapular yang akan memucat saat ditekan, letaknya terutama di dada; biasanya ada di akhir minggu ke 1 hilang tanpa bekas setelah 2-5 hari) Manifestasi Klinis
  • 22. • Pada minggu 3 : pasiennya tambah parah • Continuous high fever; • Distensi abdomen tambah jelas; • Pasien kebingungan + kesadaran seperti berkabut; • Diare dgn feces cair, bebaru, warna hijau-kuning; • Hypotension, respirasi meningkat; muncul crackles di dasar paru • Kematian dapat terjadi akibat : toxemia, myocarditis, perdarahan atau perforasi usus • Pasien yang selamat sampai minggu ke 4 : masuke ke fase convalescence (fase penyembuhan) yang biasanya panjang Manifestasi Klinis
  • 23. Pemeriksaan Penunjang Gambaran darah tepi: leucopenia, limfositosis relative, monositosis, dan eosinophilia; trombositopenia ringan; low grade normocytic anemia ↑ SGOT, SGPT : akibat endotoksin, mekanisme imun, dan obat2an; bila tes fungsi hati sangat ↑dan ada ikterus + hepatomegaly = hepatitis tifosa ↑ amilase, lipase : pada pancreatitis tifosa
  • 24. Pemeriksaan Penunjang Kultur Darah : sensitivity 40-80% (karena banyak penggunaan antibiotic), specimen diambil pd minggu ke 1 – akhir minggu ke 2 sakit (saat demam tinggi) Kultur tinja & urin: specimen diambil pd minggu ke 2 demam, dilaksanakan tiap minggu, bila pada mgg ke 4 hasil masih (+) -> pasien disebut karier Kultur cairan empedu: penting untuk deteksi adanya karier (pd stadium lanjut), empedu diisap dgn tabung duodenum, pada stadium lanjut penyakit Kultur sumsum tulang: sensitivity 55-90% (karena tidak dipengaruhin oleh penggunaan antibiotic) Kultur : definitive diagnosis -> isolasi organisme dari sterile site (blood/bone marrow)
  • 25. Pemeriksaan Penunjang Serology (Widal test) : mengukur antibody thdp flagellar (H) & somatic(O) antigens dari organism • Biasanya titer antibody O 1/320 = highly supportive of diagnosis • Hasil (-) = tidak bisa eksklusi diagnosis • Diagnosis tifoid dianggap pasti jika : ↑ titer 4x lipat pd pemeriksaan ulang dgn interval 5-7 hari IgM Dipstick test bisa dari darah/feces Typhi Dot Test (immunoblotting) PCR TUBEX deteksi antibody anti S. Typhi O9
  • 26. PROGNOSIS Gejala biasanya membaik dalam waktu 2 sampai 4 minggu pengobatan. Hasilnya akan baik dengan pengobatan lebih awal, tetapi akan menjadi lebih buruk apabila timbulnya komplikasi. Gejala dapat kembali jika pengobatan ini tidak sepenuhnya sembuh dari infeksi.
  • 27. • Suspect Case (Suspek demam tifoid) : demam + gangguan saluran cerna + tanda gangguan kesadaran • Probable Case (Demam tifoid klinis) : gejala klinis tifoid lengkap / hampir lengkap + gambaran lab yang menunjukkan tifoid • Confirm Case (Demam tifoid konfirmasi) : deteksi bakteri dari dlm darah / sumsum tulang, 3 cara diagnosis etiologic : • Biakan S. typhi • PCR : melacak DNA S. typhi • Bila hasil biakan tidak tumbuh, dpt dibantu dgn serologis widal yaitu : ↑ titer 4x lipat pd pemeriksaan ulang dgn interval 5-7 hari • Tifoid karier : pasien yg kotorannya (feses/urin) mengandung S.typhi stlh 1 tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinik Diagnosis Klinis
  • 28. Tatalaksana 1. Terapi Suportif • Istirahat dan perawatan, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Dengan tetap memperhatikan kebersihanlingkungan dan pribadi pasien. • Menjaga asupan cairan, oral maupun parenteral • Diet gizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah serat • Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas • Monitoring tanda vital (TD, nadi, suhu, kesadaran) 2. Terapi Simptomatik • Untuk menurunkan demamm dan mengurangi keluhan gastrointestinal serta untuk mengembalikan rasa nyaman pasien 3. Terapi Definitif • Pemberian antibiotik
  • 30.
  • 31. Indikasi Perawatan di Rumah 1. Persyaratan Pasien a. Gejala ringan, tidak ada tanda komplikasi/komorbid b. Kesadaran baik c. Dapat makan dan minum dengan baik d. Keluarga mengerti cara merawat, mampu menjalani rencana tatalaksana dengan baik, dan mengetahui tanda- tanda bahaya dari tifoif e. Rumah tangga pasien memiliki/melaksanakan sanitasi baik (pembuangan) yang memenuhi pesyaratan kesehatan 2. Persyaratan Tenaga Kesehatan a. Ada 1 dokter dan perawat yang bertanggung jawab penuh terhadap tatalaksana pasien (memfollow up pasien setiap hari) b. Dokter mengonfirmasi bahwa pasien tidak memiliki tanda-tanda yang berpotensi menimbulkan komplikasi c. Seluruh kegiatan tatalaksana dapat dilaksanakan secara baik di rumah. d. Dokter/perawat dapat berkomunikasi secara lanca dengan keluarga pasien selama tatalaksana Catatan : Respon klinis terhadap antibiotik dinilai setelah penggunaannya selama 1 minggu.
  • 32. Bakteremia Inflamasi di berbagai organ di mulai dari minggu kedua Otak GI Paru Lainnya Respons tubuh Tifoid Toksik (Tifoid Ensefalopati) Mediator released ↑ Permeabilitas Fluid leakage Syok Septik • Hepatitis Tifosa • Pankreatitis • Perforasi & Perdarahan Intestinal • Peritonitis Pneumonia • Miokarditis • Perikarditis • Endokarditis • Pyelonefritis Komplikasi
  • 33. PENCEGAHAN Obati sempurna pasien tifoid Atasi rantai penularan Karier: quinolone 4 minggu (siprofloksasin 2x750 mg) Relaps: terjadi karena pengobatan tidak adekuat (perbaiki pengobatan) Resistensi: uji kepekaan antibiotic  pilih antibiotic (atau berikan yang sensitif untuk tifoid  Seftriakson) Hygiene makanan dan minuman Hygiene perorangan Sanitasi