2. IDENTITAS
• Nama : An. F
• Tanggal lahir : 02 Juli 2007
• Usia : 14 tahun
• No. Rekam Medis : C1040718**
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Wado Girang 4/7
• Tanggal pemeriksaan : 16 Desember 2021
3. ANAMNESIS
2 hari
sebelumnya
Berobat
ke
PKM
8 hari
sebelumnya
• Demam tidak terlalu
tinggi, dan naik turun.
• Mual-muntah kekuningan,
darah(-) 3-5x/hari.
• Napsu makan berkurang
• BAB cair 3x/hari ampas(+),
lendir(-), darah(-)
• Demam menjadi terus -
menerus dan semakin lama
semakin tinggi terutama
pada malam hari.
DEMAM
3 hari
sebelumnya
• BAB cair 3x/hari ampas(+), lendir(-),
darah(-)
• Lemah dan lesu
• Nyeri perut(+), perut terasa
kembung(+), dan sakit kepala(+).
• sesak(-), batuk pilek(-), kejang(-),
dan gangguan buang air kecil(-)
4. ANAMNESIS
Riwayat Keluhan yang sama sebelumnya (-)
Keluhan serupa pada keluarga atau temannya (-)
Pasien mengaku sering jajan di luar, minum air es dan jarang mencuci tangan
sebelum makan.
Riwayat maag atau alergi (-)
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau batuk berdarah (-), berat badan
sulit naik (-), batuk lama lebih dari 3 minggu (-) sering panas badan dengan sebab
yang tidak jelas (-)
Pasien merupakan anak dari P2A0 dan tinggal bersama 4 anggota keluarganya yaitu
ayah, ibu dan kakak kandung.
Jarak kamar mandi rumah dengan sumur kurang lebih 5 meter.
5. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 32 kali/menit
SpO2 : 98%
CRT : <2’
Antropometri
BB: 49 Kg
TB: 154 cm
Status gizi
BMI/U : Normal
TB/U : Normal
6. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala & Leher:
Mata : Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), mata cekung (-)
Hidung: Pernapasan cuping hidung
(-), sekret hidung (-)
Mulut : Perioral sianosis (-), typhoid
tongue (+), mukosa basah (+),
tremor lidah (-)
Leher : KGB membesar (-)
Dada : Bentuk dan gerak simetris, retraksi (-),
Rose spot (-)
Pulmo: VBS kanan = kiri, crackles(-), slem(-),
dan wheezing(-)
Cor: S1 dan S2 normal, reguler. Murmur (-)
Abdomen:
Datar, Rose spot (-), lembut, bising usus (+)
Nyeri tekan (+), asites (-)
Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas:
Akral hangat, CRT <2 detik.
Turgor baik
11. TATA LAKSANA
Non-Farmakologis:
• Tirah baring
• Diet makanan lunak
yang mudah dicerna
• Terapi cairan:
1.5cc/KgBB/hari =
75ml/hari
• Kebutuhan kalori:
REE x SF =1.834
kkal/hari
Farmakologis:
• Kloramfenikol 500mg tab tiap
8 jam selama 10-14 hari
• Paracetamol 500mg tab tiap 4-
6 jam bila suhu >= 38oC
• Oralit 200cc tiap
mencret/muntah
• Zinc 1x20mg PO
13. Definisi
Penyakit sistemik yang
disebabkan oleh bakteri
Salmonella enterica serotype
Typhi dan Salmonella serotype
paratyphi
– WHO 2011
Demam tifoid merupakan
penyakit endemik di Indonesia
yang mudah menular dan dapat
menyerang banyak orang
sehingga bisa menimbulkan
wabah
– PAPDI edisi 6
14. Etiologi
• Salmonella typhii : gram negative bacterium
• Salmonela serotype paratyphi: S. paratypii A;
S.paratyphii B (Schottmuelleri); S.paratyphii C
(Hirchfeldii)
• memberikan gejala yang lebih ringan daripada S. typhi
• Transmisi : Fecal oral
• Sumber infeksi: air dan makanan
• Periode inkubasi: 8-14 hari tapi bisa juga dari 3 hari – 2
bulan
15. KMK 2006
• Di rumah sakit besar
indonesia, pasien demam
tifoid menunjukan
kecenderungan
peningkatan dari tahun ke
tahun dengan rata2 sakit
500/100.000 penduduk
dengan angka kematian
0,6-5%
• Di indonesia masih rendah
cakupan vaksinasi demam
tifoid
WHO 2011
• Rasio yang
disebabkan S.typhi : S.
Paratyphi adalah 10:1
• Banyak menyerang
umur 3-19 tahun di
area yang endemik
• 2-5% pasien yang
terinfeksi menjadi
chronic carriers
• Demam tifoid
tergolong tinggi di
wilayang Asia tengah,
selatan dan tenggara
dan juga afrika
• Demam tifoid
menempati urutan
ke-3 dari 10 pola
penyakit terbanyak
pada pasien rawat
inap
PAPDI EDISI 6
Epidemiologi
16. • Kualitas hygine dan satitasi yang kurang baik. Terutama jarang mencuci
tangan
• Ada orang disekitar yang memiliki penyakit serupa atau adanya outbreak
demam tifoid di tempat tinggal
• Makanan yang dicuci dengan air yang sudah terkontaminasi
• Kondisi imunodefisiensi
• Adanya carrier di sekitar pasien
• Food, fluid, fingers, flies, feces
PPK primer ed 1
Faktor Risiko
19. • Durasi penyakit (jika tidak ditangani, tingkat keparahan rata-rata) :
4 minggu
• Pada minggu 1 :
• Demam : prolonged remittent, step ladder fever (38.8 – 40.5°C)
yg dapat bertahan sampai minggu ke 4 jika tidak diterapi.
• Awalnya demam samar2 suhu tubuh naik turun (remittent :
paginya rendah/normal, sore/ malam suhu tinggi) dari hari
ke hari, intensitas demam makin ↑ (step ladder)
• Gejala lain : sakit kepala frontal area, nyeri otot, pegal2,
insomnia, anorexia, mual muntah, malaise, konstipasi (kemudian
bisa juga ada diare), batuk ringan tidak berdahak
Manifestasi Klinis
20. • Pada minggu 2 :
• Demam : intensitas demam makin ↑ + terus menerus (continuous
fever)
• Gangguan kesadaran : terlihat toxic & apatis,
• Gangguan GIT : bau mulut (demam lama), bibir kering + pecah2, lidah
kelihatan kotor dan ditutupi selaput putih(coated tongue), ujung dan
tepi lidah kemerahan dan tremor, nyeri perut (epigastric), distensi
abdomen, mual muntah
• Pada puncak demam tinggi : hepatosplenomegaly, epistaxis, relative
bradycardia (peningkatan suhu tubuh (1°C) yg ga diikuti oleh
peningkatan frekuensi nadi (8x/menit)
• Rose spots rash : ruam maculopapular yang akan memucat saat
ditekan, letaknya terutama di dada; biasanya ada di akhir minggu ke 1
hilang tanpa bekas setelah 2-5 hari)
Manifestasi Klinis
22. • Pada minggu 3 : pasiennya tambah parah
• Continuous high fever;
• Distensi abdomen tambah jelas;
• Pasien kebingungan + kesadaran seperti berkabut;
• Diare dgn feces cair, bebaru, warna hijau-kuning;
• Hypotension, respirasi meningkat; muncul crackles di dasar paru
• Kematian dapat terjadi akibat : toxemia, myocarditis, perdarahan atau
perforasi usus
• Pasien yang selamat sampai minggu ke 4 : masuke ke fase convalescence
(fase penyembuhan) yang biasanya panjang
Manifestasi Klinis
24. Pemeriksaan Penunjang
Kultur Darah :
sensitivity 40-80%
(karena banyak
penggunaan
antibiotic), specimen
diambil pd minggu ke
1 – akhir minggu ke 2
sakit (saat demam
tinggi)
Kultur tinja & urin:
specimen diambil pd
minggu ke 2 demam,
dilaksanakan tiap
minggu, bila pada mgg
ke 4 hasil masih (+) ->
pasien disebut karier
Kultur cairan empedu:
penting untuk deteksi
adanya karier (pd
stadium lanjut),
empedu diisap dgn
tabung duodenum,
pada stadium lanjut
penyakit
Kultur sumsum
tulang:
sensitivity 55-90%
(karena tidak
dipengaruhin oleh
penggunaan
antibiotic)
Kultur : definitive diagnosis -> isolasi organisme dari sterile site (blood/bone
marrow)
25. Pemeriksaan Penunjang
Serology (Widal test) : mengukur
antibody thdp flagellar (H) &
somatic(O) antigens dari organism
• Biasanya titer antibody O 1/320
= highly supportive of
diagnosis
• Hasil (-) = tidak bisa eksklusi
diagnosis
• Diagnosis tifoid dianggap pasti
jika : ↑ titer 4x lipat pd
pemeriksaan ulang dgn interval
5-7 hari
IgM Dipstick test
bisa dari darah/feces
Typhi Dot Test
(immunoblotting)
PCR
TUBEX
deteksi antibody anti S. Typhi O9
26. PROGNOSIS
Gejala biasanya
membaik dalam
waktu 2 sampai
4 minggu
pengobatan.
Hasilnya akan
baik dengan
pengobatan
lebih awal,
tetapi akan
menjadi lebih
buruk apabila
timbulnya
komplikasi.
Gejala dapat
kembali jika
pengobatan ini
tidak
sepenuhnya
sembuh dari
infeksi.
27. • Suspect Case (Suspek demam tifoid) : demam + gangguan saluran cerna +
tanda gangguan kesadaran
• Probable Case (Demam tifoid klinis) : gejala klinis tifoid lengkap / hampir
lengkap + gambaran lab yang menunjukkan tifoid
• Confirm Case (Demam tifoid konfirmasi) : deteksi bakteri dari dlm darah /
sumsum tulang, 3 cara diagnosis etiologic :
• Biakan S. typhi
• PCR : melacak DNA S. typhi
• Bila hasil biakan tidak tumbuh, dpt dibantu dgn serologis widal yaitu : ↑
titer 4x lipat pd pemeriksaan ulang dgn interval 5-7 hari
• Tifoid karier : pasien yg kotorannya (feses/urin) mengandung S.typhi stlh 1
tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinik
Diagnosis Klinis
28. Tatalaksana
1. Terapi Suportif
• Istirahat dan perawatan, untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Dengan tetap memperhatikan
kebersihanlingkungan dan pribadi pasien.
• Menjaga asupan cairan, oral maupun parenteral
• Diet gizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein,
rendah serat
• Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
• Monitoring tanda vital (TD, nadi, suhu, kesadaran)
2. Terapi Simptomatik
• Untuk menurunkan demamm dan mengurangi keluhan
gastrointestinal serta untuk mengembalikan rasa nyaman
pasien
3. Terapi Definitif
• Pemberian antibiotik
31. Indikasi Perawatan di Rumah
1. Persyaratan Pasien
a. Gejala ringan, tidak ada tanda
komplikasi/komorbid
b. Kesadaran baik
c. Dapat makan dan minum dengan baik
d. Keluarga mengerti cara merawat,
mampu menjalani rencana tatalaksana
dengan baik, dan mengetahui tanda-
tanda bahaya dari tifoif
e. Rumah tangga pasien
memiliki/melaksanakan sanitasi baik
(pembuangan) yang memenuhi
pesyaratan kesehatan
2. Persyaratan Tenaga Kesehatan
a. Ada 1 dokter dan perawat yang
bertanggung jawab penuh terhadap
tatalaksana pasien (memfollow up
pasien setiap hari)
b. Dokter mengonfirmasi bahwa pasien
tidak memiliki tanda-tanda yang
berpotensi menimbulkan komplikasi
c. Seluruh kegiatan tatalaksana dapat
dilaksanakan secara baik di rumah.
d. Dokter/perawat dapat berkomunikasi
secara lanca dengan keluarga pasien
selama tatalaksana
Catatan :
Respon klinis terhadap antibiotik dinilai
setelah penggunaannya selama 1 minggu.
32. Bakteremia
Inflamasi di berbagai
organ
di mulai dari minggu kedua
Otak GI Paru Lainnya
Respons tubuh
Tifoid Toksik
(Tifoid
Ensefalopati)
Mediator
released
↑ Permeabilitas
Fluid leakage
Syok Septik
• Hepatitis Tifosa
• Pankreatitis
• Perforasi &
Perdarahan
Intestinal
• Peritonitis
Pneumonia
• Miokarditis
• Perikarditis
• Endokarditis
• Pyelonefritis
Komplikasi
33. PENCEGAHAN
Obati sempurna pasien tifoid Atasi rantai penularan
Karier: quinolone 4 minggu
(siprofloksasin 2x750 mg)
Relaps: terjadi karena
pengobatan tidak adekuat
(perbaiki pengobatan)
Resistensi: uji kepekaan
antibiotic pilih antibiotic
(atau berikan yang sensitif
untuk tifoid Seftriakson)
Hygiene makanan dan minuman
Hygiene perorangan
Sanitasi