SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
SINDROM NEFROTIK
Disusun Oleh:
Annisa Rizka Fauziah
1820221134
Pembimbing:
dr. Theresia Bintang Hotnida
Laporan Kasus
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PROVINSI BANTEN
MARET 2023
• Nama : An. MR
• Usia : 16 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• TL : 19-04-2006
• Alamat : Kragilan, Kabupaten Serang
• Suku : Sunda
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : Pelajar
• Agama : Islam
• Status : Belum Menikah
• Pembayaran : SKTM
• Tanggal Masuk : 11-03-2023
• Ruang Rawat : IGD
• No RM : 1400XX
IDENTITAS PASIEN
LAPORAN KASUS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa dengan pasien pada
tanggal 11 Maret 2023 pukul 00:10 WIB di IGD Yellow Zone RSUD
Banten.
Pasien merasa demam (+) sempat minum
parasetamol dari puskesmas dan demam
turun. Pasien mengaku dua minggu
sebelumnya mengalami sakit batuk pilek dan
sudah berobat ke puskesmas, diberi antibiotic
dan parsetamol setelah obat habis pasien
sembuh namun kembali demam. BAK keruh
dan sedikit berbusa, BAB tidak ada kelainan.
Keluhan Utama
Bengkak seluruh tubuh
RPS
Bengkak seluruh tubuh sejak 10 hari yang
lalu. Menurut pasien, bengkak diawali di
bagian kaki kemudian seluruh tubuh hingga
kedua kelopak mata. Nyeri pada daerah
bengkak (-), gatal (-), sesak (-). (-). Pasien
juga merasa nyeri perut sejak kemarin, nyeri
terasa seperti tertusuk, mual (+), muntah (+)
1x di IGD berisi cairan dan sedikit makanan.
ANAMNESIS
LAPORAN KASUS
Riwayat Pengobatan
Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa (-)
b. Riwayat penyakit jantung, ginjal,
dan liver (-)
c. Riwayat Operasi sebelumnya (-)
d. Riwayat Diabetes Melitus (-)
e. Riwayat Hipertensi (-)
f. Riwayat Alergi(-)
Riwayat Penyakit
Keluarga
a. Riwayat Penyakit DM (-)
b. Riwayat Penyakit Kronis
lainnya (-)
c. Riwayat Penyakit serupa (-)
Riwayat Kelahiran
BBL: 3,5 kg lahir spontan
pervaginam
Riwayat imunisasi : tidak
lengkap
Riwayat tumbuh kembang :
sesuai usia
ANAMNESIS
LAPORAN KASUS
Status Antropometri
BB : 55 kg (sebelum bengkak)
TB : 160 cm
IMT : 21,48 (normal)
Px.Fisik
LAPORAN KASUS
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6=15
Vital Sign
Tekanan Darah : 129/85 mmHg
Nadi : 86x/m
Respirasi rate : 20x/m
Suhu : 37.4°C
SaO2 : 99% on room air
Px.Fisik
LAPORAN KASUS
Status Generalis
• Kepala : Normocephal
• Mata : Refleks cahaya langsung (+/+), Refleks cahaya tidak langsung (+/+), pupil
bulat isokor, konjungtiva anemis (-/-), edema palpebral (+/+)
• THT : dalam batas normal
• Mulut : Mukosa lembab (+), bibir sianosis (-/-)
• Thorax :
Pulmo : pergerakan simetris , tak tampak retraksi interkostalis (-) Suara
dasar vesikuler (+/+), Whezing (-/-), ronki (-/-).
Cor : BJ SI dan SII regular, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : supel, cembung, bising usus (+), nyeri tekan (+) epigstrium sampai
hipokondrium sinistra, shifting dullness (+), undulasi (+)
• Ekstremitas : akral hangat, edema +/+/+/+, CRT <2s
• Edema anasarka
DIAGNOSIS SEMENTARA
LAPORAN KASUS
Px.Penunjang
Hasil Pemeriksaan Lab di
RSUD Banten 11 Maret
2023
Px.Penunjang
Hasil Pemeriksaan Lab di
RSUD Banten 11 Maret
2023
LAPORAN KASUS D I A G N O S I S S E M E N TA R A
SUSPEK SINDROM NEFROTIK
DIAGNOSIS KERJA
SINDROM NEFROTIK
• IGD
Terapi medikamentosa dan non medikamentosa :
1. Venflon
2. Inj. Furosemide 1x40 mg
3. Inj. Spironolakton 1x25 mg
4. PO Parasetamol 3x500 mg k/p
TATALAKSANA
LAPORAN KASUS
• Konsul spesialis Anak, advis:
1. IVFD Kaen 1b 500cc/24 jam
2. IV Plasbumin 20% 100cc selama 3 hari
3. Inj. Furosemide 1x40 mg
4. Inj. Spironolakton 1x25 mg
5. Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
6. Inj. Omeprazole 2x20 mg
7. PO Prednison tab 5 – 5 – 5
8. PO Captopril 3x12.5 mg
9. Diet Nefrotik 1000 kkal
LAPORAN KASUS PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular
yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5
gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari,
hiperkolesterolemia
DEFINISI
15
Anak laki-laki > Perempuan dilaporkan mengalami
sindrom nefrotik. Secara global, insidensi sindrom
nefrotik pada anak usia <18 tahun adalah 2 – 7 kasus
per 100.000 per tahun. Pada usia dewasa, insidensi
sindrom nefrotik 3 kasus per 100.000 per tahun.
Di Amerika Serikat, sindrom nefrotik terkait nefropati diabetik
terjadi dengan insidensi 50 kasus per 1 juta populasi dewasa.
Pada wilayah Asia Selatan, termasuk India dan Pakistan, temuan
biopsi ginjal pasien sindrom nefrotik menunjukkan pola yang
sama dengan negara Barat. Namun, pada negara-negara Timur
Tengah dan Afrika, sindrom nefrotik dikaitkan dengan infeksi
schistosomiasis urogenital
Angka kejadian nasional sindrom nefrotik di
Indonesia belum diketahui. Beberapa studi
observasional di rumah sakit rujukan lokal
mengindikasikan bahwa sindrom nefrotik di
Indonesia lebih banyak terjadi pada anak laki-laki,
sama dengan data global.
Seiring dengan perkembangan terapi antibiotik dan
kortikosteroid, mortalitas sindrom nefrotik telah menurun
menjadi kurang dari 5%. Mortalitas pasien anak dengan
sindrom nefrotik terutama dipengaruhi oleh adanya infeksi
Klasifikasi SN lebih
didasarkan pada
respons klinik yaitu:
Klasifikasi berdasarkan penyebab
sindrom nefrotik
Glomerulonefritis
sekunder
Glomerulonefritis
primer
KLASIFIKASI
Sindrom nefrotik sensitif steroid
(SNSS)
Sindrom nefrotik resisten steroid
(SNRS)
1. GN lesi minimal
2. Glomerulosklerosis segmental
3. GN membranosa
4. GN membranoproliferatif
5. GN proliferatif lain
1. Infeksi (HIV, hepatitis B dan C,
Sifilis, malaria, skistosoma,
tuberkulosis dan lepra)
2. Keganasan (adenosarkoma paru,
payudara, kolon, limfoma hodgkin,
mieloma multipel dan karsinoma
ginjal)
3. Connective tissue disease ( SLE,
artritis reumatoid, mixed connective
tissue disease)
4. Efek obat dan toksin ( NSAID,
penisilamin, probenesid)
5. Lain – lain (Diabetes melitus,
amiloidosis, pre-eklamsia, refluks
vesikoureter)
Dari ANAMNESIS akan di dapatkan bahwa pasien sindrom nefrotik
datang dengan edema yang progresif pada ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan dan lemah, yang merupakan gejala tipikal
pada sindrom nefrotik. Selain itu juga dapat ditemukan urin
berbusa
Gambaran Klinis
Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia.
Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema
genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu
makan berkurang, dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati
terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis atau hipovolemia
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis. Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis
yang mengarah kepada infeksi saluran kemih.
2. Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari
3. Pemeriksaan darah : Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung
jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED)
4. Albumin dan kolesterol serum
5. Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau
dengan rumus Schwartz
6. Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik
pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear
antibody), dan anti ds-DNA
7. Pemeriksaan Radiologi ; dapat dilakukan USG ginjal untuk
mengidentifikasi trombosis vena renalis jika terdapat indikasi curiga
adanya keluhan nyeri pinggang (flank pain), hematuria atau gagal
ginjal akut.
8. Pemeriksaan Histopatologi; pada pemeriksaan ini dapat dilakukan
biopsi ginjal, pemeriksaan ini direkomendasikan pada pasien sindrom
nefrotik untuk mengkonfirmasi subtipe penyakitnya atau untuk
konfirmasi diagnosis. Meskipun begitu, belum ada guidline yang pasti
menjelaskan kapan biposi ginjal di indikasikan
DIAGNOSIS
KRITERIA DIAGNOSIS
Proteinuria masif (> 40
mg/m2 LPB/jam atau 50
mg/kg/hari atau rasio
protein/kreatinin pada urin
sewaktu > 2 mg/mg atau
dipstik ≥ 2+)
Hipoalbuminemia
< 2,5 g/Dl
Edema
Dapat disertai
hiperkolesterolemia
> 200 mg/dL
1. Remisi. : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1
minggu
2. Relaps. : proteinuria ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
3. Relaps jarang. : relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau kurang dari 4 x
per tahun pengamatan
4. Relaps sering. (frequent relaps): relaps ≥ 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau ≥ 4 x dalam
periode 1 tahun
5. Dependen steroid. : relaps 2 x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam 14
hari setelah pengobatan dihentikan
6. Resisten steroid. : tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari
selama 4 minggu.
7. Sensitif steroid. : remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu
Batasan diagnostik
LAPORAN KASUS
Sebelum pengobatan steroid dimulai,
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
berikut:
1. Pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda
atau gejala penyakit sistemik, seperti
lupus eritematosus sistemik, purpura
Henoch-Schonlein.
4. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi,
telinga, ataupun kecacingan. Setiap
infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu
sebelum terapi steroid dimulai.
5. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya
positif diberikan profilaksis. INH
selama 6 bulan bersama steroid, dan
bila ditemukan tuberkulosis diberikan
obat antituberkulosis (OAT).
T A T A L A K S A N A
Pemberian diet tinggi protein dianggap
merupakan kontraindikasi karena akan
menambah beban glomerulus untuk
mengeluarkan sisa metabolisme protein
(hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis
glomerulus.
Bila diberi diet rendah protein akan
terjadi malnutrisi energi protein (MEP)
dan menyebabkan hambatan
pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan
diit protein normal sesuai dengan RDA
(recommended daily allowances) yaitu
1,5-2 g/kgbb/hari. Diit rendah garam (1-2
g/hari) hanya diperlukan selama anak
menderita edema.
D i e t e t i k
D i u r e t i k
1. Infeksi
Pasien sindrom nefrotik sangat rentan terhadap
infeksi, bila terdapat infeksi perlu segera
diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi
yang terutama adalah selulitis dan peritonitis
primer.
2. Trombosis
Suatu studi prospektif mendapatkan 15% pasien
SN relaps menunjukkan bukti defek ventilasi-
perfusi pada pemeriksaan skintigrafi yang
berarti terdapat trombosis pembuluh vaskular
paru yang asimtomatik
3. Hiperlipidemia
Pada SN relaps atau resisten steroid terjadi
peningkatan kadar LDL dan VLDL kolesterol,
trigliserida dan lipoprotein (a) (Lpa) sedangkan
kolesterol HDL menurun atau normal. Zat-zat
tersebut bersifat aterogenik dan trombogenik,
sehingga meningkatkan morbiditas
kardiovaskular dan progresivitas
glomerulosklerosis.
K O M P L I K A S I
4. Hipokalsemia
Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena
penggunaan steroid jangka panjang yang
menimbulkan osteoporosis dan osteopenia
serta kebocoran metabolit vitamin D.
5. Hipovolemia
Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam
keadaan SN relaps dapat terjadi hipovolemia
dengan gejala hipotensi, takikardia, ekstremitas
dingin, dan sering disertai sakit perut.
6. Hipertensi
Hipertensi dapat ditemukan pada awitan
penyakit atau dalam perjalanan penyakit SN
akibat toksisitas steroid
7. Efek Samping Steroid
Efek samping tersebut meliputi peningkatan
napsu makan, gangguan pertumbuhan,
perubahan perilaku, peningkatan risiko infeksi,
retensi air dan garam, hipertensi, dan
demineralisasi tulang
K O M P L I K A S I
Terima Kasih

More Related Content

Similar to OPTIMALKAN SN

diare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxdiare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxrickyhutagalung1
 
Laporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptx
Laporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptxLaporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptx
Laporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptxNabilahHaptriani2
 
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptxF4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptxJeniSelomita
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxSuciMayvera1
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxSuciMayvera1
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtivahomeworkping4
 
CASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxCASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxlydiaekaputri
 
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptxLongcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptxnadyarahma111
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastikhomeworkping8
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutReny Erawati
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiZollananda
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diarehomeworkping8
 
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selviahomeworkping4
 

Similar to OPTIMALKAN SN (20)

diare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxdiare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptx
 
Laporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptx
Laporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptxLaporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptx
Laporan Kasus GNAPS RSUD Bayung Lencir - Arrinalhaq Andre Sondakh.pptx
 
Cbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sriCbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sri
 
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptxF4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptx
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptx
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
CASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxCASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptx
 
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptxLongcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
 
JC fatih.pptx
JC fatih.pptxJC fatih.pptx
JC fatih.pptx
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 case
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
 
Edema Anasarka.pdf
Edema Anasarka.pdfEdema Anasarka.pdf
Edema Anasarka.pdf
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diare
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
PPT LK 2 App.pptx
PPT LK  2 App.pptxPPT LK  2 App.pptx
PPT LK 2 App.pptx
 
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia
 

Recently uploaded

KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 

Recently uploaded (20)

KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 

OPTIMALKAN SN

  • 1. SINDROM NEFROTIK Disusun Oleh: Annisa Rizka Fauziah 1820221134 Pembimbing: dr. Theresia Bintang Hotnida Laporan Kasus PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI BANTEN MARET 2023
  • 2. • Nama : An. MR • Usia : 16 tahun • Jenis Kelamin : Perempuan • TL : 19-04-2006 • Alamat : Kragilan, Kabupaten Serang • Suku : Sunda • Pendidikan : SMP • Pekerjaan : Pelajar • Agama : Islam • Status : Belum Menikah • Pembayaran : SKTM • Tanggal Masuk : 11-03-2023 • Ruang Rawat : IGD • No RM : 1400XX IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS
  • 3. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa dengan pasien pada tanggal 11 Maret 2023 pukul 00:10 WIB di IGD Yellow Zone RSUD Banten. Pasien merasa demam (+) sempat minum parasetamol dari puskesmas dan demam turun. Pasien mengaku dua minggu sebelumnya mengalami sakit batuk pilek dan sudah berobat ke puskesmas, diberi antibiotic dan parsetamol setelah obat habis pasien sembuh namun kembali demam. BAK keruh dan sedikit berbusa, BAB tidak ada kelainan. Keluhan Utama Bengkak seluruh tubuh RPS Bengkak seluruh tubuh sejak 10 hari yang lalu. Menurut pasien, bengkak diawali di bagian kaki kemudian seluruh tubuh hingga kedua kelopak mata. Nyeri pada daerah bengkak (-), gatal (-), sesak (-). (-). Pasien juga merasa nyeri perut sejak kemarin, nyeri terasa seperti tertusuk, mual (+), muntah (+) 1x di IGD berisi cairan dan sedikit makanan. ANAMNESIS LAPORAN KASUS
  • 4. Riwayat Pengobatan Tidak ada Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat penyakit serupa (-) b. Riwayat penyakit jantung, ginjal, dan liver (-) c. Riwayat Operasi sebelumnya (-) d. Riwayat Diabetes Melitus (-) e. Riwayat Hipertensi (-) f. Riwayat Alergi(-) Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat Penyakit DM (-) b. Riwayat Penyakit Kronis lainnya (-) c. Riwayat Penyakit serupa (-) Riwayat Kelahiran BBL: 3,5 kg lahir spontan pervaginam Riwayat imunisasi : tidak lengkap Riwayat tumbuh kembang : sesuai usia ANAMNESIS LAPORAN KASUS
  • 5. Status Antropometri BB : 55 kg (sebelum bengkak) TB : 160 cm IMT : 21,48 (normal) Px.Fisik LAPORAN KASUS Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran : GCS E4V5M6=15 Vital Sign Tekanan Darah : 129/85 mmHg Nadi : 86x/m Respirasi rate : 20x/m Suhu : 37.4°C SaO2 : 99% on room air
  • 6. Px.Fisik LAPORAN KASUS Status Generalis • Kepala : Normocephal • Mata : Refleks cahaya langsung (+/+), Refleks cahaya tidak langsung (+/+), pupil bulat isokor, konjungtiva anemis (-/-), edema palpebral (+/+) • THT : dalam batas normal • Mulut : Mukosa lembab (+), bibir sianosis (-/-) • Thorax : Pulmo : pergerakan simetris , tak tampak retraksi interkostalis (-) Suara dasar vesikuler (+/+), Whezing (-/-), ronki (-/-). Cor : BJ SI dan SII regular, murmur (-), gallop (-) • Abdomen : supel, cembung, bising usus (+), nyeri tekan (+) epigstrium sampai hipokondrium sinistra, shifting dullness (+), undulasi (+) • Ekstremitas : akral hangat, edema +/+/+/+, CRT <2s • Edema anasarka
  • 8. LAPORAN KASUS Px.Penunjang Hasil Pemeriksaan Lab di RSUD Banten 11 Maret 2023
  • 9. Px.Penunjang Hasil Pemeriksaan Lab di RSUD Banten 11 Maret 2023
  • 10. LAPORAN KASUS D I A G N O S I S S E M E N TA R A SUSPEK SINDROM NEFROTIK DIAGNOSIS KERJA SINDROM NEFROTIK
  • 11. • IGD Terapi medikamentosa dan non medikamentosa : 1. Venflon 2. Inj. Furosemide 1x40 mg 3. Inj. Spironolakton 1x25 mg 4. PO Parasetamol 3x500 mg k/p TATALAKSANA LAPORAN KASUS • Konsul spesialis Anak, advis: 1. IVFD Kaen 1b 500cc/24 jam 2. IV Plasbumin 20% 100cc selama 3 hari 3. Inj. Furosemide 1x40 mg 4. Inj. Spironolakton 1x25 mg 5. Inj. Ceftriaxone 2x1 gr 6. Inj. Omeprazole 2x20 mg 7. PO Prednison tab 5 – 5 – 5 8. PO Captopril 3x12.5 mg 9. Diet Nefrotik 1000 kkal
  • 12. LAPORAN KASUS PROGNOSIS Ad Vitam : ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam
  • 14. Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia DEFINISI
  • 15. 15 Anak laki-laki > Perempuan dilaporkan mengalami sindrom nefrotik. Secara global, insidensi sindrom nefrotik pada anak usia <18 tahun adalah 2 – 7 kasus per 100.000 per tahun. Pada usia dewasa, insidensi sindrom nefrotik 3 kasus per 100.000 per tahun. Di Amerika Serikat, sindrom nefrotik terkait nefropati diabetik terjadi dengan insidensi 50 kasus per 1 juta populasi dewasa. Pada wilayah Asia Selatan, termasuk India dan Pakistan, temuan biopsi ginjal pasien sindrom nefrotik menunjukkan pola yang sama dengan negara Barat. Namun, pada negara-negara Timur Tengah dan Afrika, sindrom nefrotik dikaitkan dengan infeksi schistosomiasis urogenital Angka kejadian nasional sindrom nefrotik di Indonesia belum diketahui. Beberapa studi observasional di rumah sakit rujukan lokal mengindikasikan bahwa sindrom nefrotik di Indonesia lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, sama dengan data global. Seiring dengan perkembangan terapi antibiotik dan kortikosteroid, mortalitas sindrom nefrotik telah menurun menjadi kurang dari 5%. Mortalitas pasien anak dengan sindrom nefrotik terutama dipengaruhi oleh adanya infeksi
  • 16. Klasifikasi SN lebih didasarkan pada respons klinik yaitu: Klasifikasi berdasarkan penyebab sindrom nefrotik Glomerulonefritis sekunder Glomerulonefritis primer KLASIFIKASI Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) 1. GN lesi minimal 2. Glomerulosklerosis segmental 3. GN membranosa 4. GN membranoproliferatif 5. GN proliferatif lain 1. Infeksi (HIV, hepatitis B dan C, Sifilis, malaria, skistosoma, tuberkulosis dan lepra) 2. Keganasan (adenosarkoma paru, payudara, kolon, limfoma hodgkin, mieloma multipel dan karsinoma ginjal) 3. Connective tissue disease ( SLE, artritis reumatoid, mixed connective tissue disease) 4. Efek obat dan toksin ( NSAID, penisilamin, probenesid) 5. Lain – lain (Diabetes melitus, amiloidosis, pre-eklamsia, refluks vesikoureter)
  • 17.
  • 18. Dari ANAMNESIS akan di dapatkan bahwa pasien sindrom nefrotik datang dengan edema yang progresif pada ekstremitas bawah, peningkatan berat badan dan lemah, yang merupakan gejala tipikal pada sindrom nefrotik. Selain itu juga dapat ditemukan urin berbusa Gambaran Klinis Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis atau hipovolemia DIAGNOSIS
  • 19. Pemeriksaan penunjang 1. Urinalisis. Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang mengarah kepada infeksi saluran kemih. 2. Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari 3. Pemeriksaan darah : Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED) 4. Albumin dan kolesterol serum 5. Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus Schwartz 6. Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA 7. Pemeriksaan Radiologi ; dapat dilakukan USG ginjal untuk mengidentifikasi trombosis vena renalis jika terdapat indikasi curiga adanya keluhan nyeri pinggang (flank pain), hematuria atau gagal ginjal akut. 8. Pemeriksaan Histopatologi; pada pemeriksaan ini dapat dilakukan biopsi ginjal, pemeriksaan ini direkomendasikan pada pasien sindrom nefrotik untuk mengkonfirmasi subtipe penyakitnya atau untuk konfirmasi diagnosis. Meskipun begitu, belum ada guidline yang pasti menjelaskan kapan biposi ginjal di indikasikan DIAGNOSIS
  • 20. KRITERIA DIAGNOSIS Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+) Hipoalbuminemia < 2,5 g/Dl Edema Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL
  • 21. 1. Remisi. : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu 2. Relaps. : proteinuria ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu 3. Relaps jarang. : relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau kurang dari 4 x per tahun pengamatan 4. Relaps sering. (frequent relaps): relaps ≥ 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau ≥ 4 x dalam periode 1 tahun 5. Dependen steroid. : relaps 2 x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan 6. Resisten steroid. : tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu. 7. Sensitif steroid. : remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu Batasan diagnostik LAPORAN KASUS
  • 22. Sebelum pengobatan steroid dimulai, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan berikut: 1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan. 2. Pengukuran tekanan darah. 3. Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik, seperti lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schonlein. 4. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan. Setiap infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai. 5. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis. INH selama 6 bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis diberikan obat antituberkulosis (OAT). T A T A L A K S A N A
  • 23. Pemberian diet tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus. Bila diberi diet rendah protein akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) dan menyebabkan hambatan pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan diit protein normal sesuai dengan RDA (recommended daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Diit rendah garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama anak menderita edema. D i e t e t i k
  • 24. D i u r e t i k
  • 25.
  • 26. 1. Infeksi Pasien sindrom nefrotik sangat rentan terhadap infeksi, bila terdapat infeksi perlu segera diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi yang terutama adalah selulitis dan peritonitis primer. 2. Trombosis Suatu studi prospektif mendapatkan 15% pasien SN relaps menunjukkan bukti defek ventilasi- perfusi pada pemeriksaan skintigrafi yang berarti terdapat trombosis pembuluh vaskular paru yang asimtomatik 3. Hiperlipidemia Pada SN relaps atau resisten steroid terjadi peningkatan kadar LDL dan VLDL kolesterol, trigliserida dan lipoprotein (a) (Lpa) sedangkan kolesterol HDL menurun atau normal. Zat-zat tersebut bersifat aterogenik dan trombogenik, sehingga meningkatkan morbiditas kardiovaskular dan progresivitas glomerulosklerosis. K O M P L I K A S I
  • 27. 4. Hipokalsemia Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena penggunaan steroid jangka panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia serta kebocoran metabolit vitamin D. 5. Hipovolemia Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps dapat terjadi hipovolemia dengan gejala hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin, dan sering disertai sakit perut. 6. Hipertensi Hipertensi dapat ditemukan pada awitan penyakit atau dalam perjalanan penyakit SN akibat toksisitas steroid 7. Efek Samping Steroid Efek samping tersebut meliputi peningkatan napsu makan, gangguan pertumbuhan, perubahan perilaku, peningkatan risiko infeksi, retensi air dan garam, hipertensi, dan demineralisasi tulang K O M P L I K A S I