GEA RINGAN SEDANG
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan sedang
Mulai dari anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang diagnosis banding hingga penegakan diagnosis serta tatalaksana yang tepat.
Terdapat skenario kasus dari pasien langsung yang di temui di Rumah sakit.
2. 2
Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada anak-anak maupun
dewasa di seluruh dunia.
1,87 juta orang meninggal akibat gastroenteritis di seluruh dunia berdasarkan World Health
Organization (WHO) tahun 2003.5,6
Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan dalam mengatasi
gastroenteritis akut agar pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih parah. Mulai dari diagnosis,
pemberian terapi sampai nutrisi bagi penderita harus diberikan dengan tepat.
3. Identitas Pasien
• Nama : Ny. A
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 52 Tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : RT 13 Rawasari
• MRS : IGD : 28/07/2022 19.33 WIB
Bangsal : 28/07/2022 21.30 WIB
4. 4
RPS :
• ±1 minggu SMRS os mengeluhkan BAB cair dengan frekuensi ±10 kali
dalam sehari. Konsistensi cair, warna kekuningan, dengan sedikit ampas
makanan, tanpa disertai darah dan lendir, dan bau seperti tinja biasanya.
• Keluhan muntah juga terjadi ±10 kali dalam sehari. Muntah berisi
makanan dan air dan tidak mengandung darah. Os mengaku setiap
selesai makan langsung merasakan mual dan akhirnya berujung muntah.
• Demam (+), batuk (-), sesak (-). Nafsu makan pasien menurun selama
sakit. Aktivitas BAK diakui pasien buang air kecil dikatakan normal
dengan frekuensi BAK 4-5x /hari. Pasien telah berobat ke praktik dokter
dan mengonsumsi obat loperamide 3x2 mg tab dan Ranitidine 2x150 mg
tab
5. • ± 6 jam SMRS, pasien BAB cair dan muntah lagi. Setelah BAB dan muntah, pasien
merasakan tubuhnya lesu pada seluruh badan. Namun pasien mengaku merasa
sangat haus dan ingin minum terus. Setelahnya, pasien pun dibawa ke IGD RSUD
H. Abdul Manap.
• ±5 tahun SMRS, pasien didiagnosis hipertensi dan DM. Pasien kontrol ke praktik
dokter namun mengaku tidak rutin minum obat. Obat yang dikonsumsi pasien
adalah amlodipin 1x10 mg dan glibenclamide 1x5 mg.
RPS
6. RPD RPK
• Keluhan serupa (+)
• Keluhan serupa (-)
• DM (-)
• Hipertensi (-)
RSE
• Pasien merupakan ibu rumah tangga
• Pasien biasanya membeli lauk di warung makan
• Pasien merupakan pasien umum
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
GCS : 15 (E4V5M6)
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 160/80 mmHg
HR : 80 x/menit, Regular, kuat angkat
RR : 23 x/menit, Regular, Sifat pernapasan thorakal, Pola
pernapasan Normal
Suhu : 36,80C
Saturasi oksigen : 98% tanpa oksigen
Status Gizi
BB :58 Kg TB : 160 cm IMT : 22,6 (Normal)
8. Telinga
Normal, tidak terdapat nyeri tekan
Tragus, deformitas (-), secret (-)
Hidung
Deviasi septum (-),
epistaksis (-)
Sekret (-)
Penyumbatan (-)
Mata
Conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-),
pupil isokor diameter 3 cm kanan-kiri,
Refleks cahaya (+/+), mata cekung (+)
Kulit
Sianosis (-), pigmentasi (-), ruam (-), Ikterus (-)
Turgor Kulit (<2S)
Kepala
Normocephal, rambut
tumbuh merata, alopesia (-)
Mulut
Sianosis (-), atrofi papil(-), gusi
berdarah(-), Kering (+)
Leher
Trakea ditengah,
JVP 5+1 cmH20
Pembesaran kelenjar
tiroid (-)
Pembesaran Kelenjar
Getah Bening (-)
9. Inspeksi: Ictus cordis tidak Terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas Atas : ICS 2 linea parasternal sinistra
Batas Kiri : ICS 5 linea Midclavicula sinistra
Batas Kanan : ICS 4 linea parasternal dextra
Pinggang Jantung : ICS 4 linea parasternal sinistra
Auskultasi : BJ I/II Regular, Murmur (-), Gallop (-).
Kesan : Normal
Inspeksi : normochest, bentuk pernapasan abdomino-torakal, Pergerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan, spider nervi (-), scar (-), Deviasi Trakea (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) Ronki Basah Halus (-/-) Wheezing (-/-)
10. Abdomen
Inspeksi : Datar, sikatrik (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+) epigastrik, hepar
tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
Perkusi : Timpani, shifting dullness(-), nyeri ketok
costovertebrae (-)
Ekstremitas
Superior
Superior : Akral hangat,
CRT 1 Detik, Pitting edema
(-/-), motorik (5/5), sensorik
baik , Siansosis (-),
Kesemutan (-/-), turgor baik
Ekstremitas
Inferior
Inferior : Akral hangat, CRT
1 Detik, motorik (5/5),
sensorik baik , Sianosis (-)
Rectal Toucher: tidak dilakukan
Px Genetalia Eksterna:tidak dilakukan
14. Daftar masalah DIAGNOSIS
ADD A FOOTER 14
• Diare
• Vomitus
• Hipertensi
• Leukositosis
• Diabetes
Primer :
Gastroenteritis Akut ec infeksi bakteri dengan
dehidrasi ringan-sedang
Sekunder :
• Hipertensi stadium II, tak terkontrol
• DM tipe 2, tak terkontrol, normoweight
Diagnosa Banding
• a. Gastroenteritis akut ec infeksi virus
• b. Gastroenteritis akut ec infeksi parasit
Anjuran Pemeriksaan
• Pemeriksaan feses
lengkap
• Kultur feses
15. 15
NON-FARMAKOLOGI
• Tirah baring
• Atur posisi senyaman mungkin
• Diet makanan lunak
• Memberikan informasi tentang penyakit
dan gejala perburukan pasien pada
pasien dan keluarganya secara lengkap.
• Memberikan edukasi tentang obat yang
diminum kepada pasien dan keluarga
pasien.
• Mengedukasi keluarga pasien untuk
menjaga higienitas pasien dan lingkungan
rumah.
• Mengedukasi keluarga pasien untuk
menjaga asupan nutrisi yang bergizi baik
dan seimbang
FARMAKOLOGI
IVFD RL 500 cc/6 jam
Inj. Omeprazole 1x40 mg IV
Inj. Ondansetron 1x8 mg IV
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Amlodipine tab 1x10 mg PO
Glibenclamide tab 1x5 mg PO
Loperamide tab 3x2 mg PO
Sukralfat syrup 3x1 C PO
Zinc tab 2x20 mg PO
L-Bio cap 3x1 PO
16. 16
Quo Vitam : Bonam
Quo Functionam : Dubia ad bonam
Quo Sanactionam : Dubia ad bonam
20. Gastroenteritis adalah
suatu keadaan dimana
terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari
saluran gastrointestinal
ditandai dengan diare
dan muntah.
Gastroenteritis akut adalah
diare dengan onset
mendadak dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam sehari
disertai dengan muntah dan
berlangsung kurang dari 14
hari
21. Gastroenteritis akut
merupakan masalah yang
banyak terjadi pada
Negara berkembang
dibanding dengan negara
maju yang tingkat
higenitas dan sanitasi
lebih baik
Hasil survey di Indonesia,
insiden dari gastroenteritis akut
akibat infeksi masih menjadi
peringkat pertama sebagai
penyakit rawat inap di Indonesia,
dengan angka kematian sebesar
1,92%
Secara global,terdapat
179.000.000 insiden
gastroenteritis akut pada
orang dewasa tiap
tahunnya dengan pasien
yang dirawat inap
sebanyak 500.000 dan
lebih dari 5000 pasien
mengalami kematian
22. Menurut dari World Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa
menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi
:Virus, beberapa virus
penyebabnya antara lain :
1. Rotavirus
2. Human Caliciviruses
(HuCVs)
3. Adenovirus
Infeksi bakteri juga menjadi
penyebab dari kasus
gastroenteritis akut :
1. Diarrheagenic
Escherichia- coli
2. Campylobacter
3. Shigella species
4. Vibrio cholera
5. Salmonella
Parasitic agents
Cryptosporidium,parv
um,GiardiaL,Entamoe
ba histolytica, and
Cyclospora
cayetanensis
23. Malabsorpsi/ maldigesti
1. Karbohidrat:
Monosakrida (glukosa),
disakarida (sakarosa)
2. Lemak : Rantai panjang
trigliserida
3. Asam amino
4. Protein
5. Vitamin dan mineral
Terapi Obat
Orang yang mengonsumsi obat- obatan antibiotic,
antasida dan masih kemoterapi juga bisa
menyebabkan gastroenteritis akut.
Lain-lain
Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi,
sindrom Zollinger-Ellison, neuropati diabetes
sampai kondisi psikis juga dapat menimbulkan
gastroenteritis akut.
24. Manifestasi gastroenteritis akut biasanya bervariasi.
• Mual (93%),
• Muntah (81%)
• Diare (89%)
• Nyeri abdomen (76%)
Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat
• Membran mukosa yang kering,
• Penurunan turgor kulit
• Perubahan status mental
Gejala pernafasan
• Radang tenggorokan
• Batuk
• Rinorea
25. • Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan
o Anamnesis,
o Pemeriksaan fisik, dan
o Pemeriksaan penunjang
26. • Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare
• Karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir, purulen)
• Tanda-tanda mengetahui dehidrasi (kencing berkurang, rasa haus, pusing
dan perubahan status mental)
• Muntah
• Riwayat sakit terdahulu
• Penggunaan antibiotik dan obat lain
27. • Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat dehidrasi
pasien.
• Penurunan tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat membantu
dalam mengidentifikasi dehidrasi.
• Demam proses inflamasi.
• Pemeriksaan perut nyeri dan proses perut akut.
• Pemeriksaan rektal adanya darah, nyeri dubur, dan konsistensi feses.
28. Darah:
• Darah perifer lengkap
• Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
• Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(pernafasan Kusmaull)
• Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa
(Giardia, E. histolytica).
Feses:
• Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses pada inflamatory
diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur)
30. • Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri
atas:
o Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan,
o Memberikan terapi simptomatik, dan
o Memberikan terapi definitif
31. • Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi dimana
lebih disarankan dengan rehidrasi oral.
• Akumulasi kehilangan cairan (dengan penghitungan secara kasar dengan
perhitungan berat badan normal pasien dan berat badan saat pasien
diare) harus ditangani pertama, agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat.
32. • Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada
kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat
maupun loperamid dalam waktu singkat.
• Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat dipertimbang dalam waktu
pemberian yang singkat dikombinasi dengan pemberian obat
antimikrobial.
• Hal yang harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena
Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan
remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal
33. Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian antibiotik , Antibiotik diindikasikan
Organisme
Antibiotik Pilihan
Pertama
Antibiotik Pilihan Kedua
Campylobacter
Ciprofloxacin 500mg 2 kalisehari, 3-
5 hari
Azithromycin 500mg oral2 kali
sehari
Erytromycin 500mg oral 2
kali sehari, 5 hari
34. Shigella atau Salmonela
spp.
Ciprofloxacin 500mg 2 kalisehari, 3-5
hari
Ceftriaxone 1gram IM/IVsehari
TMP-SMX DS oral 2 kali
sehari, 3 hari
Vibrio Cholera
Tetracycline 500mg oral 4kali sehari, 3
hari Doxycycline 300mg oral, dosis
tunggai
Resisten tetracycline Ciprofloxacin
1gram oral 1kali
Erythromycin 250mg oral
4 kali sehari, 3 hari
Traveler’s diarrhea
Ciprofloxacin 500mg 2 kali
Sehari
TMP-SMX DS oral 2 kali
sehari, 3 hari
Clostridiumdifficile
Metronidazole 250-500mg 4
kali sehari, 7-14 hari, oralatau IV
Vancomycin 125mg 4 kalisehari, 7-14
hari
35. Indikasi Pemberian
Antibiotik
Pilihan Antibiotik
Demam (suhu oral > 38,5oC),feses disertai
darah, leukosit, laktoferin, hemoccult,
sindrom disentri
Quinolone 3-5 hari, cotrimoksazole 3-5 hari
Traveler’s diarrhea Quinolone 1-5 hari
Diare persisten (kemungkinan
Giardiasis)
Metronidazole 3 x 500 mg selama 7 hari
Shigellosis
Cotrimoksazole selama 3 hari
Quinolone selama 3 hari
Intestinal Salmonellosis
Chloramphenicol/cotrimoksazole/quinolone
selama 7 hari
Campylobacteriosis Erythromycin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai febrile disentry
ETEC Terapi sebagai traveler’s diarrhea
36. EIEC Terapi sebagai shigellosis
EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non-kolera Terapi sebagai febrile disentry
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile disentry
Yersiniosis
Umumnya dapat diterapi sebagai febriledisentry.
Pada kasus berat: Ceftriaxone IV 1 gram/6 jam
selama 5 hari.
Intestinal Amebiasis
Metronidazole 3 x 750 mg 5-10 hari + pengobatan kista
untuk mencegah relaps. Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg
10 hari atau
paromomycin 3 x 500 mg 10 hari atau
diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis
Untuk kasus berat atau immunocompromised:
Paromomycin 3 x 500 mg selama 7 hari
Isosporisosis Cotrimoksazole 2 x 160/800 selama 7 hari
37. ADD A FOOTER 37
• Kelompok Anti-sekresi Selektif
Bermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga enkephalin dapat bekerja
normal kembali. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan.
• Kelompok Opiat
Efek kelompok obat ini meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan,
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila
diberikan dengan benar cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai
80%. Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri.
38. ADD A FOOTER 38
• Kelompok Absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas
dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin. Melalui efek
tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit.
• Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia),
Ispraghulla, Coptidis, dan Catechu dapat membentuk koloid dengan cairan dalam lumen
usus dan akan mengurangi frekuensi dan konsistensi feses, tetapi tidak dapat mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit.
39. ADD A FOOTER 39
• Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek positif karena
berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/menghilangkan
diare harus diberikan dalam jumlah adekuat.
40. • Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak.
• Pada diare akut karena kolera, kehilangan cairan terjadi secara mendadak
sehingga cepat terjadi syok hipovolemik.
41. Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang
mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare infeksius sangat baik dengan morbiditas dan
mortalitas minimal.
42.
43. • Pasien mengalami diare sejak 10 hari SMRS. Diare akut terjadi secara tiba-
tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Kemungkinan disebabkan oleh
riwayat mengonsumsi makanan yang terinfeksi oleh bakteri ataupun virus
• Pasien mual dan muntah hebat. Metabolisme karbohidrat oleh bakteri di usus
menghasilkan gas H2 dan CO2 yang bisa menyebabkan pasien merasa mual
muntah karena ketidakseimbangan asam, basa dan elektrolit.
• Pasien juga mengeluhkan demam. Hal ini dapat menjadi penanda bahwa
telah terjadi infeksi.
• Pasien juga mengaku sangat haus dan banyak minum ±6 jam SMRS. Hal ini
merupakan salah satu tanda dehidrasi.
• Dari pemeriksaan fisik, mata terlihat cekung. Turgor
kulit normal. Dari pemeriksaan ini ditambah dengan
informasi bahwa pasien sangat haus dan ingin minum,
maka bisa dikatakan bahwa pasien mengalami
dehidrasi derajat ringan-sedang.
44. • Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan adanya leukositosis. Hal ini
bisa menjadi pertanda bahwa adanya infeksi pada pasien.
• Pemeriksaan gula darah dan HbA1C pada pasien pun memberikan
kesan bahwa pasien terkena diabetes.
• Terapi farmakologis pada pasien ini di antaranya, IVFD RL sebagai
cairan rehidrasi untuk mengatasi dehidrasi.
• Ceftriaxone sebagai terapi antibiotik empiris, karena pada pasien
ini dicurigai mengalami diare infeksi dan belum diketahui jenis
bakteri penyebabnya.
• Omeprazole digunakan untuk mengatasi gejala nyeri ulu hati
dengan cara mengurangi produksi asam lambung
• Amlodipine diberikan untuk mengatasi hipertensi.
45. • Glibenclamide diberikan untuk mengontrol gula darah.
• Sukralfat diberikan sebagai pelindung mukosa lambung.
• Loperamide bekerja dengan cara berikatan pada reseptor opiat dinding usus
sehingga menghambat pelepasan asetilkolin dan prostaglandin yang
mengakibatkan berkurangnya peristaltik dan meningkatkan waktu transit
usus.
• Zinc memperbaiki atau meningkatkan absorpsi air dan elektrolit
dengan cara mengurangi kadar air dalam lumen usus yang
menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses, sehingga dapat
mengurangi frekuensi BAB.
• L-Bio merupakan probiotik yang bila meningkat jumlahnya di
saluran cerna akan memiliki efek positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.
46.
47. ADD A FOOTER 47
• Gastroenteritis akut adalah keeadaan BAB cair lebih dari 3 kali dalam
sehari dan berlangsung kurang dari 14 hari.
• Lebih dari 90% penyebab gastroenteritis akut merupakan infeksi.
• Penyakit ini merupakan penyakit rawat inap peringkat pertama di
Indonesia.
• Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan untuk
mencegah komplikasi.
• Dalam penegakan diagnosis gastroenteritis akut bisa dilihat langsung dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan penentuan
diagnosis definitif bisa menggunakan pemeriksaan laboratorium.