SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
Thanatologi
DEFINISI
 Berasal dari kata thanatos (kematian) dan logos (ilmu)
 Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi
setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
 Fungsi thanatology
• Menegakkan diagnosis mati
• Memperkirakan waktu kematian
• Menentukan cara kematian
• Mengetahui sebab kematian
ISTILAH KEMATIAN
 Mati somatic / mati klinis
• Berhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan secara
menetap (irreversible)
• Sistem saraf pusat, system kardiovaskular, system pernapasan
 Mati suri / apparent death / suspended animation
• Penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal yang reversible
• Berhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan menurut alat
kedokteran sederhana  Dengan alat kedokteran modern, ketiga
system tersebut masih berfungsi
• Misalnya pada keracunan obat tidur, sengatan listrik, tenggelam
 Mati seluler / mati molecular
• Kematian sel dari organ atau jaringan yang muncul beberapa saat
setelah mati somatic
• Daya tahan hidup setiap organ atau jaringan berbeda sehingga mati
seluler tidak terjadi bersamaan
 Mati serebral
• Kerusakan kedua hemispherium cerebri secara irreversible, kecuali
batang otak dan cerebellum
• System pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan
bantuan alat  Seperti mayat hidup
 Mati batang otak / mati otak
• Kerusakan semua neuron intracranial secara irreversible termasuk
batang otak dan cerebellum
• Secara keseluruhan, tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga
penggunaan alat bantu dapat dihentikan
DIAGNOSIS MATI BATANG OTAK
 Tahap pertama
• Memastikan bahwa penyebab koma adalah kerusakan struktural otak
yang irreversible seperti hipoksia, trauma, keracunan
 Tahap kedua
• Menyingkirkan penyebab koma yang reversible
• Hipotermia berat (< 320C), penggunaan obat sedatif-hipnotik,
gangguan metabolic atau endokrin, dan intoksikasi alkohol
 Tahap ketiga  Lihat kriteria diagnosis
• Menunjukkan bahwa sudah tidak terdapat reflex batang otak dan
pasien tidak bernapas meskipun diberikan stimulus yang kuat
KRITERIA DIAGNOSIS
 Koma
 Tidak terdapat sikap abnormal seperti dekortikasi atau deserebrasi
 Tidak terdapat reflex batang otak  Kelima reflex harus negatif
• Refleks pupil (aff N. II eff N. III)
• Refleks kornea (aff N. V eff N. VII)
• Refleks vestibule-ocular (aff N. VIII eff N. V, N. VI) dengan tes kalori
• Refleks grimace (aff N. V eff N. VII)
• Refleks batuk atau muntah (aff N. IX eff N. X)
 Tidak bernapas spontan
• Tes apnea negatif
CARA, SEBAB, DAN MEKANISME
 Cara kematian / manner of death  Jenis kejadian
• Wajar : Hanya karena penyakit
• Tidak wajar : Pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan
 Sebab kematian / cause of death
• Penyakit
• Trauma
• Keracunan
 Mekanisme kematian / mechanism of death  Gangguan fisiologi
• Asfiksia, pendarahan, emboli, kerusakan organ vital, reflex vagal
TANDA KEMATIAN
 Fase awal / tanda tidak pasti
• Berhentinya system
pernapasan (10 menit)
• Berhentinya system
kardiovaskular (15 menit)
• Perubahan pada mata
• Kepucatan pada kulit
• Relaksasi primer
 Fase lanjut / tanda pasti
• Algor mortis (penurunan suhu)
• Livor mortis (lebam mayat)
• Rigor mortis (kaku mayat)
• Putrefaction (pembusukan)
• Maserasi
• Mumifikasi (pengeringan)
• Adiposera (saponifikasi)
FASE AWAL / TANDA TIDAK
PASTI
BERHENTINYA SISTEM PERNAPASAN
 Inspeksi : Gerakan dinding dada (-/-)
 Palpasi : Pengembangan dinding dada (-/-)
 Auskultasi : Suara dasar vesicular (-/-)
 Pemeriksaan khusus
• Tes Winslow : Tidak terdapat getaran air saat baskom yang berisi air
diletakkan di atas dada atau perut
• Tes bulu : Bulu burung tidak bergerak saat diletakkan di depan lubang
hidung atau mulut
• Tes cermin : Tidak tampak uap air pada kaca saat diletakkan di depan
lubang hidung atau mulut
BERHENTINYA SISTEM
KARDIOVASKULAR
 Palpasi
• Denyut a. radialis, a. brachialis, a. femoralis, dan a. carotis tidak
teraba selama minimal 15 menit
 Auskultasi
• Suara jantung (-) selama minimal 10 menit
• Tekanan darah tidak terukur dengan stetoskop atau per palpasi
 EKG
• Flat atau asystole
 Pemeriksaan khusus
Cara Pemeriksaan Hidup Meninggal
Tes Diaphanous
Di ruangan yang gelap,
sorotkan lampu pada
jaringan interdigitalis
Merah translusent Kuning pucat
Tes Magnus
Ikat pangkal jari sedemikian
rupa sampai menghambat
aliran vena tanpa
menghambat aliran arteri
Sianosis dan edema Tidak berubah
Tes Icard Injeksi zat fluoresen 1 ml SC Kulit tampak hijau Tidak berubah
Cut test Insisi a. radialis Keluar darah pulsatil Darah tidak keluar
BERHENTINYA SISTEM SARAF
 Semua reflex fisiologis (-/-)
 Refleks batang otak (-)
 Gerakan tubuh (-)
 Tonus otot (-)
 EEG mendatar
KEPUCATAN PADA KULIT
 Disebabkan oleh aliran darah berhenti dan darah turun ke bagian yang
lebih rendah di pembuluh darah
RELAKSASI OTOT PRIMER
 Sistem saraf pusat berhenti  Tidak dapat menghantarkan impuls ke
otot  Tidak terdapat potensial aksi  Otot relaksasi (flaccid)
 Ditandai oleh
• Relaksasi otot wajah menyebabkan jenazah tampak lebih muda
• Rahang turun sehingga mulut akan terbuka
• Dinding dada collapse
• Ekstremitas terasa lebih berat saat diangkat
• Pendataran bagian tubuh yang tertekan, misalnya bokong
PERUBAHAN MATA
 Pandangan mata kosong dan hanya terfiksasi pada satu titik
 Tonus otot hilang sehingga mata biasanya menutup
 Perubahan sklera : Tache Norie sclerotiques
• Sklera berwarna coklat kehitaman seperti hematoma
• Muncul dalam waktu 8 – 10 jam post mortem
 Perubahan kornea
• Kornea menjadi keruh dalam waktu 10 – 12 jam post mortem
• Kekeruhan awalnya dapat hilang dengan air tetapi lama – kelamaan
tidak dapat hilang dengan air
• Refleks kornea negatif
 Perubahan pupil
• Fixed and dilated pupil
• Refleks pupil negatif
• Diameter pupil tidak berhubungan dengan waktu kematian
 Tekanan intraocular menurun sehingga bola mata menjadi lunak,
mengerut, dan tampak tenggelam
PERUBAHAN RETINA
Gambaran Fundoskopi
Segera Segmentasi vena (truckling phenomenon)
2 jam
• Retina tampak pucat
• Daerah di sekitar discus opticus tampak kuning
• Pola vascular koroid masih tampak
3 jam Koroid tampak pucat secara bertahap
5 jam Koroid tampak homogeny dan lebih pucat
6 jam
• Batas discus opticus tampak kabur
• Segmentasi pembuluh darah besar
• Pembuluh darah kecil tidak tampak
12 jam Discus opticus hanya diketahui melalui konvergensi pembuluh darah
15 jam Hanya tampak macula yang berwarna coklat gelap
Perubahan pada mata Truckling phenomenon
Tache Norie sclerotiques
ALGOR MORTIS
DEFINISI
 Penurunan suhu tubuh setelah kematian karena proses perpindahan
panas melalui konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi
 Grafik penurunan suhu berbentuk sigmoid atau seperti huruf S
 Penyebab
• Perbedaan suhu antara jenazah dengan lingkungan
• Metabolisme tubuh berhenti sehingga tidak terjadi thermogenesis
• Tidak terdapat aliran darah untuk meratakan panas
PATOFISIOLOGI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
 Perbedaan suhu antara jenazah dengan lingkungan
• Semakin besar, maka penurunan suhu semakin cepat
 Suhu tubuh saat meninggal
• Suhu tubuh yang tinggi memperlambat penurunan suhu
 Aliran udara
• Aliran udara yang baik mengalirkan lebih banyak udara dingin
sehingga mempercepat penurunan suhu
 Kelembapan udara
• Semakin tinggi, maka penurunan suhu semakin lambat
 Komposisi tubuh
• Penurunan suhu lebih cepat pada anak – anak karena memiliki luas
permukaan tubuh yang luas
• Penurunan suhu lebih lambat pada orang gemuk karena lemak
berfungsi sebagai isolator dan mempertahankan panas
 Aktivitas sebelum meninggal
• Aktivitas berat dapat memperlambat penurunan suhu
 Sebab kematian
• Sepsis atau bakteremia menyebabkan suhu tubuh meningkat saat
meninggal dan memperlambat penurunan suhu
 Pakaian
• Pakaian yang tipis mempercepat penurunan suhu
 Media pembuangan (hukum Casper)
• Rasio kecepatan penurunan suhu pada air : udara : tanah = 4 : 2 : 1
 Posisi tubuh saat meninggal
• Posisi telentang mempercepat penurunan suhu
SKALA WAKTU
 Perkiraan waktu kematian = 370C – suhu rectal jenazah + 3
 Misalnya suhu rectal jenazah 350C
• Perkiraan waktu kematian = 37 – 35 + 3 = 5 jam
• Jadi jenazah sudah meninggal sejak 5 jam yang lalu
LIVOR MORTIS
LEBAM MAYAT / POST MORTEM LIVIDITY / HYPOSTASIS /
POST MORTEM SUGGILATION / STAINNING
PATOFISIOLOGI
 Aliran darah berhenti  Stagnasi aliran darah  Eritrosit menempati
bagian terbawah karena gaya gravitasi  Membentuk bercak berwarna
merah kebiruan (livide)
 Lokasi
• Bagian terbawah tubuh, kecuali bagian yang tertekan alas keras dan
tertekan oleh pakaian
• Jika terdapat penekanan, maka pembuluh darah akan menutup
sehingga tidak terisi oleh eritrosit
SKALA WAKTU
 Mulai muncul : 20 – 30 menit post mortem
• Dimulai dengan bercak – bercak berwarna ungu
• Semakin lama, intensitasnya semakin kuat dan saling bergabung
 Lebam hilang dengan penenakan : 30 menit – 8 jam post mortem
• Lebam masih dapat berpindah apabila posisi jenazah berubah
• Disebabkan oleh kapiler di bagian terbawah belum terisi semuanya
oleh darah  Eritrosit bergerak ke bagian tersebut
 Lebam tidak hilang dengan penekanan : 8 – 12 post mortem
• Lebam sudah menetap dan tidak dapat berpindah apabila posisi
jenazah berubah (terfiksasi)
• Disebabkan oleh kapiler sudah terisi penuh oleh darah dan kekakuan
dinding pembuluh darah  Eritrosit sulit bergerak
LOKASI LEBAM MAYAT
 Posisi telentang
• Bagian belakang kepala, bagian ekstensor lengan, punggung, bagian
fleksor tungkai, ujung jari di bawah kuku
• Tidak terdapat di daerah scapula, bokong, dan bekas tempat dasi
 Posisi tengkurap
• Dahi, pipi, dagu, dada, bagian fleksor lengan, bagian ekstensor tungka
 Posisi menggantung
• Bagian distal tangan dan kaki (glove and stocking), organ genital luar
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
 Posisi tubuh
• Fixed and undisturbed position is essential for formation of lividity
 Pendarahan dan anemia
• Lebam mayat tidak terlalu jelas karena kadar Hb rendah
 Viskositas darah
• Semakin kental, maka lebam mayat muncul semakin cepat
 Suhu
• Suhu dingin menghambat fiksasi lebam mayat sehingga tidak akurat
untuk memperkirakan waktu kematian
Lebam mayat pada usus halus
WARNA KHUSUS
Warna Mekanisme
Karbon monoksida Merah terang Karboksihemoglobin
Sianida, fluoroasetat Merah terang
Inhibitor sitokrom oksidase  Oksigen
tidak dapat masuk ke dalam sel
Suhu dingin Merah terang
• Disosiasi oksiHb terhambat
• Retensi oksiHb di jaringan
Fosfor, klorat, nitrat,
nitrit, anilin
Coklat gelap Methemoglobin
Hidrogen sulfida Hijau kebiruan Sulfhemoglobin
Karbon dioksida Biru Deoksihemoglobin
Asfiksia Biru gelap
Opium Hitam
RIGOR MORTIS
PATOFISIOLOGI
 Relaksasi primer
• Sistem saraf pusat berhenti  Tidak dapat menghantarkan impuls ke
otot  Tidak terdapat potensial aksi  Otot relaksasi (flaccid)
• Masih terdapat glikogen untuk sintesis ATP
 Rigor mortis
• Glikogen habis  ATP tidak terbentuk  Ikatan aktin-myosin tidak
terlepas  Kontraksi otot terus – menerus
 Relaksasi sekunder
• Disebabkan oleh destruksi protein otot dan dekomposisi
SKALA WAKTU : RULE OF 12
 Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam post mortem
• Sentripetal : Dimulai dari otot kecil kemudian ke otot besar
• Craniocaudal : Menyebar dari atas ke bawah
 Dipertahankan selama 12 jam
 Menghilang 12 jam kemudian (24 – 36 jam post mortem)
• Dengan urutan yang sama seperti kemunculannya
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
 Umur
• Janin, anak – anak, usia lanjut : Muncul cepat, hilang cepat, dan
intensitas lemah karena glikogen sedikit
• Dewasa : Muncul lambat dan hilang lama
 Kondisi fisik
• Otot besar dan gizi baik : Muncul lambat dan hilang lama
• Otot kecil dan gizi buruk : Muncul cepat dan hilang cepat
 Iklim dan cuaca
• Cuaca panas : Muncul cepat dan hilang cepat
• Cuaca dingin : Muncul lambat dan hilang lama
 Sebab kematian
• Muncul cepat dan hilang cepat : Tersambar petir dan wasting disease
seperti kanker, uremia, kejang, gagal ginjal kronis, hiperpireksia
• Muncul lambat : Asfiksia, stroke, hipotermia
• Muncul cepat dan hilang lama : Keracunan striknin dan HCN
 Kondisi otot sebelum meninggal
• Relaksasi : Muncul lambat dan hilang lama
• Kontraksi dan exhausted : Muncul cepat dan hilang cepat
CADAVERIC SPASM
 Kekakuan otot yang sangat kuat tanpa didahului relaksasi primer
 Hanya melibatkan sekelompok otot terutama otot anggota gerak
 Berhubungan dengan kematian yang tragis (violent death)
 Dapat menunjukkan cara kematian misalnya
• Jari tangan mengenggam tumbuhan air saat tenggelam
• Jari tangan mengenggam senjata untuk bunuh diri
• Jari tangan mengenggam rumput dan ranting saat jatuh dari gunung
HEAT STIFFENING
 Paparan suhu tinggi (> 750C) atau sengatan listik  Koagulasi protein
otot  Kontraksi otot dan otot menjadi kaku
 Disertai tanda – tanda trauma panas
• Luka lecet, bullae, luka bakar, current mark
• Pugilistic attitude pada kasus mati terbakar
COLD STIFFENING
 Paparan suhu dingin  Pembekuan cairan tubuh dan lemak  Otot
menjadi kaku seperti rigor mortis
 Jika sendi ditekuk, maka akan terdengar suara seperti es yang pecah
 Jika dipindahkan ke tempat yang hangat, maka kaku otot akan hilang
secara bertahap dan diikuti oleh rigor mortis
DEKOMPOSISI
PATOFISIOLOGI
 Proses degradasi jaringan akibat autolisis dan aktivitas bakteri
 Autolisis
• Perlunakan dan pencairan jaringan dalam kondisi steril
• Disebabkan oleh enzim yang dilepaskan oleh sel setelah mati
• Hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan
 Aktivitas bakteri
• Sebagian besar berasal dari usus besar, terutama Clostridium welchii
• Menghasilkan gas alkane, H2S, HCN, CO2, amonia
SKALA WAKTU
 24 jam post mortem
• Bakteri masuk ke pembuluh darah  Destruksi eritrosit  Hb
bergabung dengan H2S membentuk sulfmetHb  Warna hijau
• Pertama kali muncul bercak hijau pada caecum (perut kanan bawah)
karena terletak paling dekat dengan kulit dan paling banyak
mengandung bakteri
• Bercak hijau kemudian menyebar ke semua dinding abdomen, organ
genital, dan dada  Tercium bau busuk
 36 – 48 jam post mortem
• Bakteri masuk ke vena  Hemolisis dan produksi gas  Dilatasi
pembuluh darah dan marbelisasi
• Marbelisasi : Tampak garis berwarna merah kehijauan gelap terutama
sepanjang pembuluh darah perut, bahu, dada, dan paha
 12 – 24 jam post mortem
• Pembentukan gas di lambung dan usus  Perut distended dan
tegang, keluar cairan merah dari mulut dan hidung
 24 – 48 jam post mortem
• Pembentukan gas di bagian tubuh yang lain  Teraba derik udara
• Penis, scrotum dan payudara membesar dan tegang
• Pugilistic attitude karena akumulasi gas di rongga sendi
 36 – 48 jam post mortem
• Terbentuk bullae pembusukan karena akumulasi gas dan cairan di
antara epidermis dan dermis
• Bau busuk menyebabkan lalat datang  Lalat meletakkan telur dalam
waktu 12 – 18 jam  Menetas 12 – 24 jam kemudian
• Larva lalat muncul di alis, lubang hidung, dan bibir dalam
 48 – 72 jam post mortem
• Bloating face : Wajah menggembung berwarna ungu kehijauan,
kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah
membengkak kadang sampai keluar  Wajah sulit dikenali
• Rambut dan kuku mudah dilepas
• Skin slippage : Kulit menjadi licin dan epidermis terkelupas
Bercak hijau pada caecum Marbelisasi
Distensi penis dan scrotum Bloating face
Bullae pembusukan Skin slippage
PEMBUSUKAN ORGAN DALAM
 Early decomposition
• Otak
• Mukosa trakea dan laring
• Lambung dan usus halus
• Hepar
• Lien
 Late decomposition
• Esofagus
• Diafragma
• Jantung
• Paru
• Ginjal
• Kandung kemih
• Uterus
• Prostat
FAKTOR INTERNAL
 Umur dan jenis kelamin
• Bayi lebih lambat mengalami pembusukan karena jumlah bakteri
masih sedikit dan mudah kehilangan panas tubuh
• Perempuan post partum lebih cepat mengalami pembusukan
 Komposisi tubuh
• Semakin banyak jumlah lemak, maka pembusukan semakin cepat
 Sebab kematian
• Pembusukan cepat : Sepsis, rhabdomyolisis, overdosis kokain, edema
• Pembusukan lambat : Dehidrasi, pendarahan massif, lingkungan
dingin, embalming
FAKTOR EKSTERNAL
 Suhu
• Suhu optimal adalah 26,5 – 37,50C
• Semakin tinggi, maka pembusukan semakin cepat
 Udara dan kelembapan
• Semakin tinggi, maka pembusukan semakin cepat
 Medium pembusukan (hukum Casper)
• Rasio kecepatan pembusukan pada udara : air : tanah = 1 : 2 : 8
• Kondisi jenazah setelah 1 minggu di udara terbuka sama dengan 2
minggu di dalam air sama dengan 8 minggu di dalam tanah
ADIPOSERA
PATOFISIOLOGI
 Berasal dari kata adipo (lemak) dan cire (lilin)
• Memiliki sifat di antara lemak dan lilin
 Terbentuknya bahan seperti lilin pada jenazah
 Mekanisme pembentukan
• Lemak dalam tubuh  Hidrolisis  Asam lemak tidak jenuh 
• Hidrogenisasi  Asam lemak jenuh  Bergabung dengan sisa
jaringan dan otot  Adiposera
KARAKTERISTIK DAN DISTRIBUSI
 Karakteristik
• Awal : Putih pucat, lunak
• Lama : Kuning, kering, rapuh
• Berminyak, berbau tengik
• Mengapung dalam air
• Larut dalam eter dan alcohol
• Mudah terbakar dengan api
berwarna kuning bercahaya
 Distribusi
• Pipi, payudara, perut, bokong
 Fungsi
• Menghambat pembusukan
• Mempertahankan bentuk
tubuh bagian luar
• Mempertahankan jejas luka
• Mempermudah identifikasi
jenazah dan sebab kematian
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
 Faktor yang mempermudah
• Kelembapan tinggi
• Suhu hangat
• Aliran udara rendah
• Lemak tubuh yang cukup
 Faktor yang menghambat
• Kelembapan rendah
• Suhu dingin
• Aliran udara tinggi
• Air yang mengalir
MUMIFIKASI
PATOFISIOLOGI
 Penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cepat  Pengeringan
jaringan  Menghambat pembusukan
 Syarat
• Suhu hangat
• Kelembapan rendah
• Aliran udara baik
• Tubuh mengalami dehidrasi
• Waktu yang lama (12 – 14 minggu)
KARAKTERISTIK
 Karakteristik
• Bagian tubuh menjadi keras, kering, dan berkeriput
• Berwarna coklat gelap seperti perkamen
 Fungsi
• Menghambat pembusukan
• Mempertahankan bentuk tubuh bagian luar
• Mempertahankan jejas luka
• Mempermudah identifikasi jenazah dan sebab kematian
Forensik - Thanatologi

More Related Content

What's hot

Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
tristyanto
 

What's hot (20)

Fototerapi
FototerapiFototerapi
Fototerapi
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Tanatologi
TanatologiTanatologi
Tanatologi
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
 
Konsensus insulin
Konsensus insulinKonsensus insulin
Konsensus insulin
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens
 
Preeklampsia berat
Preeklampsia beratPreeklampsia berat
Preeklampsia berat
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilan
 
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 

Similar to Forensik - Thanatologi

Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisSpondilitis Tuberkulosis
Spondilitis Tuberkulosis
Afiqah Jasmi
 

Similar to Forensik - Thanatologi (20)

Forensik - Pembunuhan Anak Sendiri
Forensik - Pembunuhan Anak SendiriForensik - Pembunuhan Anak Sendiri
Forensik - Pembunuhan Anak Sendiri
 
BAB 6 SISTEM PEREDARAN DARAH KELAS 8.pptx
BAB 6 SISTEM PEREDARAN DARAH KELAS 8.pptxBAB 6 SISTEM PEREDARAN DARAH KELAS 8.pptx
BAB 6 SISTEM PEREDARAN DARAH KELAS 8.pptx
 
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
pemeriksaan tanda tanda vital manusia...
 
PPT TANATOLOGI.pptx
PPT TANATOLOGI.pptxPPT TANATOLOGI.pptx
PPT TANATOLOGI.pptx
 
Kedaruratan medis.pptx
Kedaruratan medis.pptxKedaruratan medis.pptx
Kedaruratan medis.pptx
 
Trauma.pptx
Trauma.pptxTrauma.pptx
Trauma.pptx
 
Makalah Tekanan Darah
Makalah Tekanan Darah Makalah Tekanan Darah
Makalah Tekanan Darah
 
167702342 case-stroke-piriformis-avn-doc
167702342 case-stroke-piriformis-avn-doc167702342 case-stroke-piriformis-avn-doc
167702342 case-stroke-piriformis-avn-doc
 
Otopsi
OtopsiOtopsi
Otopsi
 
T P C P R
T P C P RT P C P R
T P C P R
 
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler......ppt
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler......pptPemeriksaan Fisik Kardiovaskuler......ppt
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler......ppt
 
PPH DR IKA.pptx
PPH DR IKA.pptxPPH DR IKA.pptx
PPH DR IKA.pptx
 
Perdarahan
PerdarahanPerdarahan
Perdarahan
 
Kasus ringan p3 k
Kasus ringan p3 kKasus ringan p3 k
Kasus ringan p3 k
 
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptx
SOP dan definisi  perawatan klien meninggalnew.pptxSOP dan definisi  perawatan klien meninggalnew.pptx
SOP dan definisi perawatan klien meninggalnew.pptx
 
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptxBHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
BHD-Bantuan-Hidup-Dasar.pptx
 
12 PP Shock Ponek new.ppt
12 PP Shock Ponek new.ppt12 PP Shock Ponek new.ppt
12 PP Shock Ponek new.ppt
 
167703317 tes-case
167703317 tes-case167703317 tes-case
167703317 tes-case
 
Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisSpondilitis Tuberkulosis
Spondilitis Tuberkulosis
 
ASFIKSIA (forensik).pdf
ASFIKSIA (forensik).pdfASFIKSIA (forensik).pdf
ASFIKSIA (forensik).pdf
 

More from Evan Permana

More from Evan Permana (20)

Tumor Jinak Ovarium
Tumor Jinak OvariumTumor Jinak Ovarium
Tumor Jinak Ovarium
 
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan ObstetriPemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Obstetri
 
Pelayanan Antenatal
Pelayanan AntenatalPelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal
 
Faktor persalinan
Faktor persalinanFaktor persalinan
Faktor persalinan
 
Persalinan Normal
Persalinan NormalPersalinan Normal
Persalinan Normal
 
Diagnosis Kehamilan
Diagnosis KehamilanDiagnosis Kehamilan
Diagnosis Kehamilan
 
Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan NormalAsuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan Normal
 
Anatomi Jalan Lahir
Anatomi Jalan LahirAnatomi Jalan Lahir
Anatomi Jalan Lahir
 
Pendarahan pada Kehamilan Tua
Pendarahan pada Kehamilan TuaPendarahan pada Kehamilan Tua
Pendarahan pada Kehamilan Tua
 
Pendarahan pada Kehamilan Muda
Pendarahan pada Kehamilan MudaPendarahan pada Kehamilan Muda
Pendarahan pada Kehamilan Muda
 
HIV / AIDS pada Kehamilan
HIV / AIDS pada KehamilanHIV / AIDS pada Kehamilan
HIV / AIDS pada Kehamilan
 
Hipertensi pada Kehamilan
Hipertensi pada KehamilanHipertensi pada Kehamilan
Hipertensi pada Kehamilan
 
Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis GravidarumHiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum
 
Persalinan Patologis
Persalinan PatologisPersalinan Patologis
Persalinan Patologis
 
Pendarahan Post Partum
Pendarahan Post PartumPendarahan Post Partum
Pendarahan Post Partum
 
Kelainan Janin dan Air Ketuban
Kelainan Janin dan Air KetubanKelainan Janin dan Air Ketuban
Kelainan Janin dan Air Ketuban
 
Forensik : Asfiksia dan Tenggelam
Forensik : Asfiksia dan TenggelamForensik : Asfiksia dan Tenggelam
Forensik : Asfiksia dan Tenggelam
 
Forensik - Traumatologi
Forensik - TraumatologiForensik - Traumatologi
Forensik - Traumatologi
 
Antibiotik - Inhibitor Sintesis Protein
Antibiotik - Inhibitor Sintesis ProteinAntibiotik - Inhibitor Sintesis Protein
Antibiotik - Inhibitor Sintesis Protein
 
Antibiotik - Golongan Inhibitor Sintesis Dinding Sel
Antibiotik - Golongan Inhibitor Sintesis Dinding SelAntibiotik - Golongan Inhibitor Sintesis Dinding Sel
Antibiotik - Golongan Inhibitor Sintesis Dinding Sel
 

Recently uploaded

pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 

Forensik - Thanatologi

  • 2. DEFINISI  Berasal dari kata thanatos (kematian) dan logos (ilmu)  Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut  Fungsi thanatology • Menegakkan diagnosis mati • Memperkirakan waktu kematian • Menentukan cara kematian • Mengetahui sebab kematian
  • 3. ISTILAH KEMATIAN  Mati somatic / mati klinis • Berhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan secara menetap (irreversible) • Sistem saraf pusat, system kardiovaskular, system pernapasan  Mati suri / apparent death / suspended animation • Penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal yang reversible • Berhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan menurut alat kedokteran sederhana  Dengan alat kedokteran modern, ketiga system tersebut masih berfungsi • Misalnya pada keracunan obat tidur, sengatan listrik, tenggelam
  • 4.  Mati seluler / mati molecular • Kematian sel dari organ atau jaringan yang muncul beberapa saat setelah mati somatic • Daya tahan hidup setiap organ atau jaringan berbeda sehingga mati seluler tidak terjadi bersamaan  Mati serebral • Kerusakan kedua hemispherium cerebri secara irreversible, kecuali batang otak dan cerebellum • System pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat  Seperti mayat hidup
  • 5.  Mati batang otak / mati otak • Kerusakan semua neuron intracranial secara irreversible termasuk batang otak dan cerebellum • Secara keseluruhan, tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga penggunaan alat bantu dapat dihentikan
  • 6. DIAGNOSIS MATI BATANG OTAK  Tahap pertama • Memastikan bahwa penyebab koma adalah kerusakan struktural otak yang irreversible seperti hipoksia, trauma, keracunan  Tahap kedua • Menyingkirkan penyebab koma yang reversible • Hipotermia berat (< 320C), penggunaan obat sedatif-hipnotik, gangguan metabolic atau endokrin, dan intoksikasi alkohol  Tahap ketiga  Lihat kriteria diagnosis • Menunjukkan bahwa sudah tidak terdapat reflex batang otak dan pasien tidak bernapas meskipun diberikan stimulus yang kuat
  • 7. KRITERIA DIAGNOSIS  Koma  Tidak terdapat sikap abnormal seperti dekortikasi atau deserebrasi  Tidak terdapat reflex batang otak  Kelima reflex harus negatif • Refleks pupil (aff N. II eff N. III) • Refleks kornea (aff N. V eff N. VII) • Refleks vestibule-ocular (aff N. VIII eff N. V, N. VI) dengan tes kalori • Refleks grimace (aff N. V eff N. VII) • Refleks batuk atau muntah (aff N. IX eff N. X)  Tidak bernapas spontan • Tes apnea negatif
  • 8. CARA, SEBAB, DAN MEKANISME  Cara kematian / manner of death  Jenis kejadian • Wajar : Hanya karena penyakit • Tidak wajar : Pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan  Sebab kematian / cause of death • Penyakit • Trauma • Keracunan  Mekanisme kematian / mechanism of death  Gangguan fisiologi • Asfiksia, pendarahan, emboli, kerusakan organ vital, reflex vagal
  • 9. TANDA KEMATIAN  Fase awal / tanda tidak pasti • Berhentinya system pernapasan (10 menit) • Berhentinya system kardiovaskular (15 menit) • Perubahan pada mata • Kepucatan pada kulit • Relaksasi primer  Fase lanjut / tanda pasti • Algor mortis (penurunan suhu) • Livor mortis (lebam mayat) • Rigor mortis (kaku mayat) • Putrefaction (pembusukan) • Maserasi • Mumifikasi (pengeringan) • Adiposera (saponifikasi)
  • 10. FASE AWAL / TANDA TIDAK PASTI
  • 11. BERHENTINYA SISTEM PERNAPASAN  Inspeksi : Gerakan dinding dada (-/-)  Palpasi : Pengembangan dinding dada (-/-)  Auskultasi : Suara dasar vesicular (-/-)  Pemeriksaan khusus • Tes Winslow : Tidak terdapat getaran air saat baskom yang berisi air diletakkan di atas dada atau perut • Tes bulu : Bulu burung tidak bergerak saat diletakkan di depan lubang hidung atau mulut • Tes cermin : Tidak tampak uap air pada kaca saat diletakkan di depan lubang hidung atau mulut
  • 12. BERHENTINYA SISTEM KARDIOVASKULAR  Palpasi • Denyut a. radialis, a. brachialis, a. femoralis, dan a. carotis tidak teraba selama minimal 15 menit  Auskultasi • Suara jantung (-) selama minimal 10 menit • Tekanan darah tidak terukur dengan stetoskop atau per palpasi  EKG • Flat atau asystole
  • 13.  Pemeriksaan khusus Cara Pemeriksaan Hidup Meninggal Tes Diaphanous Di ruangan yang gelap, sorotkan lampu pada jaringan interdigitalis Merah translusent Kuning pucat Tes Magnus Ikat pangkal jari sedemikian rupa sampai menghambat aliran vena tanpa menghambat aliran arteri Sianosis dan edema Tidak berubah Tes Icard Injeksi zat fluoresen 1 ml SC Kulit tampak hijau Tidak berubah Cut test Insisi a. radialis Keluar darah pulsatil Darah tidak keluar
  • 14. BERHENTINYA SISTEM SARAF  Semua reflex fisiologis (-/-)  Refleks batang otak (-)  Gerakan tubuh (-)  Tonus otot (-)  EEG mendatar
  • 15. KEPUCATAN PADA KULIT  Disebabkan oleh aliran darah berhenti dan darah turun ke bagian yang lebih rendah di pembuluh darah
  • 16. RELAKSASI OTOT PRIMER  Sistem saraf pusat berhenti  Tidak dapat menghantarkan impuls ke otot  Tidak terdapat potensial aksi  Otot relaksasi (flaccid)  Ditandai oleh • Relaksasi otot wajah menyebabkan jenazah tampak lebih muda • Rahang turun sehingga mulut akan terbuka • Dinding dada collapse • Ekstremitas terasa lebih berat saat diangkat • Pendataran bagian tubuh yang tertekan, misalnya bokong
  • 17. PERUBAHAN MATA  Pandangan mata kosong dan hanya terfiksasi pada satu titik  Tonus otot hilang sehingga mata biasanya menutup  Perubahan sklera : Tache Norie sclerotiques • Sklera berwarna coklat kehitaman seperti hematoma • Muncul dalam waktu 8 – 10 jam post mortem  Perubahan kornea • Kornea menjadi keruh dalam waktu 10 – 12 jam post mortem • Kekeruhan awalnya dapat hilang dengan air tetapi lama – kelamaan tidak dapat hilang dengan air • Refleks kornea negatif
  • 18.  Perubahan pupil • Fixed and dilated pupil • Refleks pupil negatif • Diameter pupil tidak berhubungan dengan waktu kematian  Tekanan intraocular menurun sehingga bola mata menjadi lunak, mengerut, dan tampak tenggelam
  • 19. PERUBAHAN RETINA Gambaran Fundoskopi Segera Segmentasi vena (truckling phenomenon) 2 jam • Retina tampak pucat • Daerah di sekitar discus opticus tampak kuning • Pola vascular koroid masih tampak 3 jam Koroid tampak pucat secara bertahap 5 jam Koroid tampak homogeny dan lebih pucat 6 jam • Batas discus opticus tampak kabur • Segmentasi pembuluh darah besar • Pembuluh darah kecil tidak tampak 12 jam Discus opticus hanya diketahui melalui konvergensi pembuluh darah 15 jam Hanya tampak macula yang berwarna coklat gelap
  • 20. Perubahan pada mata Truckling phenomenon Tache Norie sclerotiques
  • 22. DEFINISI  Penurunan suhu tubuh setelah kematian karena proses perpindahan panas melalui konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi  Grafik penurunan suhu berbentuk sigmoid atau seperti huruf S  Penyebab • Perbedaan suhu antara jenazah dengan lingkungan • Metabolisme tubuh berhenti sehingga tidak terjadi thermogenesis • Tidak terdapat aliran darah untuk meratakan panas
  • 24. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  Perbedaan suhu antara jenazah dengan lingkungan • Semakin besar, maka penurunan suhu semakin cepat  Suhu tubuh saat meninggal • Suhu tubuh yang tinggi memperlambat penurunan suhu  Aliran udara • Aliran udara yang baik mengalirkan lebih banyak udara dingin sehingga mempercepat penurunan suhu  Kelembapan udara • Semakin tinggi, maka penurunan suhu semakin lambat
  • 25.  Komposisi tubuh • Penurunan suhu lebih cepat pada anak – anak karena memiliki luas permukaan tubuh yang luas • Penurunan suhu lebih lambat pada orang gemuk karena lemak berfungsi sebagai isolator dan mempertahankan panas  Aktivitas sebelum meninggal • Aktivitas berat dapat memperlambat penurunan suhu  Sebab kematian • Sepsis atau bakteremia menyebabkan suhu tubuh meningkat saat meninggal dan memperlambat penurunan suhu
  • 26.  Pakaian • Pakaian yang tipis mempercepat penurunan suhu  Media pembuangan (hukum Casper) • Rasio kecepatan penurunan suhu pada air : udara : tanah = 4 : 2 : 1  Posisi tubuh saat meninggal • Posisi telentang mempercepat penurunan suhu
  • 27. SKALA WAKTU  Perkiraan waktu kematian = 370C – suhu rectal jenazah + 3  Misalnya suhu rectal jenazah 350C • Perkiraan waktu kematian = 37 – 35 + 3 = 5 jam • Jadi jenazah sudah meninggal sejak 5 jam yang lalu
  • 28. LIVOR MORTIS LEBAM MAYAT / POST MORTEM LIVIDITY / HYPOSTASIS / POST MORTEM SUGGILATION / STAINNING
  • 29. PATOFISIOLOGI  Aliran darah berhenti  Stagnasi aliran darah  Eritrosit menempati bagian terbawah karena gaya gravitasi  Membentuk bercak berwarna merah kebiruan (livide)  Lokasi • Bagian terbawah tubuh, kecuali bagian yang tertekan alas keras dan tertekan oleh pakaian • Jika terdapat penekanan, maka pembuluh darah akan menutup sehingga tidak terisi oleh eritrosit
  • 30. SKALA WAKTU  Mulai muncul : 20 – 30 menit post mortem • Dimulai dengan bercak – bercak berwarna ungu • Semakin lama, intensitasnya semakin kuat dan saling bergabung  Lebam hilang dengan penenakan : 30 menit – 8 jam post mortem • Lebam masih dapat berpindah apabila posisi jenazah berubah • Disebabkan oleh kapiler di bagian terbawah belum terisi semuanya oleh darah  Eritrosit bergerak ke bagian tersebut
  • 31.  Lebam tidak hilang dengan penekanan : 8 – 12 post mortem • Lebam sudah menetap dan tidak dapat berpindah apabila posisi jenazah berubah (terfiksasi) • Disebabkan oleh kapiler sudah terisi penuh oleh darah dan kekakuan dinding pembuluh darah  Eritrosit sulit bergerak
  • 32.
  • 33. LOKASI LEBAM MAYAT  Posisi telentang • Bagian belakang kepala, bagian ekstensor lengan, punggung, bagian fleksor tungkai, ujung jari di bawah kuku • Tidak terdapat di daerah scapula, bokong, dan bekas tempat dasi  Posisi tengkurap • Dahi, pipi, dagu, dada, bagian fleksor lengan, bagian ekstensor tungka  Posisi menggantung • Bagian distal tangan dan kaki (glove and stocking), organ genital luar
  • 34. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  Posisi tubuh • Fixed and undisturbed position is essential for formation of lividity  Pendarahan dan anemia • Lebam mayat tidak terlalu jelas karena kadar Hb rendah  Viskositas darah • Semakin kental, maka lebam mayat muncul semakin cepat  Suhu • Suhu dingin menghambat fiksasi lebam mayat sehingga tidak akurat untuk memperkirakan waktu kematian
  • 35. Lebam mayat pada usus halus
  • 36. WARNA KHUSUS Warna Mekanisme Karbon monoksida Merah terang Karboksihemoglobin Sianida, fluoroasetat Merah terang Inhibitor sitokrom oksidase  Oksigen tidak dapat masuk ke dalam sel Suhu dingin Merah terang • Disosiasi oksiHb terhambat • Retensi oksiHb di jaringan Fosfor, klorat, nitrat, nitrit, anilin Coklat gelap Methemoglobin Hidrogen sulfida Hijau kebiruan Sulfhemoglobin Karbon dioksida Biru Deoksihemoglobin Asfiksia Biru gelap Opium Hitam
  • 37.
  • 39. PATOFISIOLOGI  Relaksasi primer • Sistem saraf pusat berhenti  Tidak dapat menghantarkan impuls ke otot  Tidak terdapat potensial aksi  Otot relaksasi (flaccid) • Masih terdapat glikogen untuk sintesis ATP  Rigor mortis • Glikogen habis  ATP tidak terbentuk  Ikatan aktin-myosin tidak terlepas  Kontraksi otot terus – menerus  Relaksasi sekunder • Disebabkan oleh destruksi protein otot dan dekomposisi
  • 40.
  • 41. SKALA WAKTU : RULE OF 12  Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam post mortem • Sentripetal : Dimulai dari otot kecil kemudian ke otot besar • Craniocaudal : Menyebar dari atas ke bawah  Dipertahankan selama 12 jam  Menghilang 12 jam kemudian (24 – 36 jam post mortem) • Dengan urutan yang sama seperti kemunculannya
  • 42.
  • 43. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  Umur • Janin, anak – anak, usia lanjut : Muncul cepat, hilang cepat, dan intensitas lemah karena glikogen sedikit • Dewasa : Muncul lambat dan hilang lama  Kondisi fisik • Otot besar dan gizi baik : Muncul lambat dan hilang lama • Otot kecil dan gizi buruk : Muncul cepat dan hilang cepat  Iklim dan cuaca • Cuaca panas : Muncul cepat dan hilang cepat • Cuaca dingin : Muncul lambat dan hilang lama
  • 44.  Sebab kematian • Muncul cepat dan hilang cepat : Tersambar petir dan wasting disease seperti kanker, uremia, kejang, gagal ginjal kronis, hiperpireksia • Muncul lambat : Asfiksia, stroke, hipotermia • Muncul cepat dan hilang lama : Keracunan striknin dan HCN  Kondisi otot sebelum meninggal • Relaksasi : Muncul lambat dan hilang lama • Kontraksi dan exhausted : Muncul cepat dan hilang cepat
  • 45. CADAVERIC SPASM  Kekakuan otot yang sangat kuat tanpa didahului relaksasi primer  Hanya melibatkan sekelompok otot terutama otot anggota gerak  Berhubungan dengan kematian yang tragis (violent death)  Dapat menunjukkan cara kematian misalnya • Jari tangan mengenggam tumbuhan air saat tenggelam • Jari tangan mengenggam senjata untuk bunuh diri • Jari tangan mengenggam rumput dan ranting saat jatuh dari gunung
  • 46.
  • 47. HEAT STIFFENING  Paparan suhu tinggi (> 750C) atau sengatan listik  Koagulasi protein otot  Kontraksi otot dan otot menjadi kaku  Disertai tanda – tanda trauma panas • Luka lecet, bullae, luka bakar, current mark • Pugilistic attitude pada kasus mati terbakar
  • 48. COLD STIFFENING  Paparan suhu dingin  Pembekuan cairan tubuh dan lemak  Otot menjadi kaku seperti rigor mortis  Jika sendi ditekuk, maka akan terdengar suara seperti es yang pecah  Jika dipindahkan ke tempat yang hangat, maka kaku otot akan hilang secara bertahap dan diikuti oleh rigor mortis
  • 50. PATOFISIOLOGI  Proses degradasi jaringan akibat autolisis dan aktivitas bakteri  Autolisis • Perlunakan dan pencairan jaringan dalam kondisi steril • Disebabkan oleh enzim yang dilepaskan oleh sel setelah mati • Hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan  Aktivitas bakteri • Sebagian besar berasal dari usus besar, terutama Clostridium welchii • Menghasilkan gas alkane, H2S, HCN, CO2, amonia
  • 51. SKALA WAKTU  24 jam post mortem • Bakteri masuk ke pembuluh darah  Destruksi eritrosit  Hb bergabung dengan H2S membentuk sulfmetHb  Warna hijau • Pertama kali muncul bercak hijau pada caecum (perut kanan bawah) karena terletak paling dekat dengan kulit dan paling banyak mengandung bakteri • Bercak hijau kemudian menyebar ke semua dinding abdomen, organ genital, dan dada  Tercium bau busuk
  • 52.  36 – 48 jam post mortem • Bakteri masuk ke vena  Hemolisis dan produksi gas  Dilatasi pembuluh darah dan marbelisasi • Marbelisasi : Tampak garis berwarna merah kehijauan gelap terutama sepanjang pembuluh darah perut, bahu, dada, dan paha  12 – 24 jam post mortem • Pembentukan gas di lambung dan usus  Perut distended dan tegang, keluar cairan merah dari mulut dan hidung
  • 53.  24 – 48 jam post mortem • Pembentukan gas di bagian tubuh yang lain  Teraba derik udara • Penis, scrotum dan payudara membesar dan tegang • Pugilistic attitude karena akumulasi gas di rongga sendi  36 – 48 jam post mortem • Terbentuk bullae pembusukan karena akumulasi gas dan cairan di antara epidermis dan dermis • Bau busuk menyebabkan lalat datang  Lalat meletakkan telur dalam waktu 12 – 18 jam  Menetas 12 – 24 jam kemudian • Larva lalat muncul di alis, lubang hidung, dan bibir dalam
  • 54.  48 – 72 jam post mortem • Bloating face : Wajah menggembung berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak kadang sampai keluar  Wajah sulit dikenali • Rambut dan kuku mudah dilepas • Skin slippage : Kulit menjadi licin dan epidermis terkelupas
  • 55. Bercak hijau pada caecum Marbelisasi
  • 56. Distensi penis dan scrotum Bloating face
  • 58. PEMBUSUKAN ORGAN DALAM  Early decomposition • Otak • Mukosa trakea dan laring • Lambung dan usus halus • Hepar • Lien  Late decomposition • Esofagus • Diafragma • Jantung • Paru • Ginjal • Kandung kemih • Uterus • Prostat
  • 59. FAKTOR INTERNAL  Umur dan jenis kelamin • Bayi lebih lambat mengalami pembusukan karena jumlah bakteri masih sedikit dan mudah kehilangan panas tubuh • Perempuan post partum lebih cepat mengalami pembusukan  Komposisi tubuh • Semakin banyak jumlah lemak, maka pembusukan semakin cepat  Sebab kematian • Pembusukan cepat : Sepsis, rhabdomyolisis, overdosis kokain, edema • Pembusukan lambat : Dehidrasi, pendarahan massif, lingkungan dingin, embalming
  • 60. FAKTOR EKSTERNAL  Suhu • Suhu optimal adalah 26,5 – 37,50C • Semakin tinggi, maka pembusukan semakin cepat  Udara dan kelembapan • Semakin tinggi, maka pembusukan semakin cepat  Medium pembusukan (hukum Casper) • Rasio kecepatan pembusukan pada udara : air : tanah = 1 : 2 : 8 • Kondisi jenazah setelah 1 minggu di udara terbuka sama dengan 2 minggu di dalam air sama dengan 8 minggu di dalam tanah
  • 62. PATOFISIOLOGI  Berasal dari kata adipo (lemak) dan cire (lilin) • Memiliki sifat di antara lemak dan lilin  Terbentuknya bahan seperti lilin pada jenazah  Mekanisme pembentukan • Lemak dalam tubuh  Hidrolisis  Asam lemak tidak jenuh  • Hidrogenisasi  Asam lemak jenuh  Bergabung dengan sisa jaringan dan otot  Adiposera
  • 63. KARAKTERISTIK DAN DISTRIBUSI  Karakteristik • Awal : Putih pucat, lunak • Lama : Kuning, kering, rapuh • Berminyak, berbau tengik • Mengapung dalam air • Larut dalam eter dan alcohol • Mudah terbakar dengan api berwarna kuning bercahaya  Distribusi • Pipi, payudara, perut, bokong  Fungsi • Menghambat pembusukan • Mempertahankan bentuk tubuh bagian luar • Mempertahankan jejas luka • Mempermudah identifikasi jenazah dan sebab kematian
  • 64.
  • 65. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  Faktor yang mempermudah • Kelembapan tinggi • Suhu hangat • Aliran udara rendah • Lemak tubuh yang cukup  Faktor yang menghambat • Kelembapan rendah • Suhu dingin • Aliran udara tinggi • Air yang mengalir
  • 67. PATOFISIOLOGI  Penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cepat  Pengeringan jaringan  Menghambat pembusukan  Syarat • Suhu hangat • Kelembapan rendah • Aliran udara baik • Tubuh mengalami dehidrasi • Waktu yang lama (12 – 14 minggu)
  • 68. KARAKTERISTIK  Karakteristik • Bagian tubuh menjadi keras, kering, dan berkeriput • Berwarna coklat gelap seperti perkamen  Fungsi • Menghambat pembusukan • Mempertahankan bentuk tubuh bagian luar • Mempertahankan jejas luka • Mempermudah identifikasi jenazah dan sebab kematian

Editor's Notes

  1. Pugilistic attitude / boxer attitude / fencer attitude karena otot berkontraksi dan kaku  Lengan, tangan, dan jari tangan fleksi seperti posisi tinju