SlideShare a Scribd company logo
1 of 79
KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA
Oleh Dr. H. Moch. Jasin MM
Inspektur Jenderal Kementerian Agama
Latar Belakang
 Mengacu teori George Terry tentang ‘manajemen’ (Planing,
Organizing, Actuating, dan Controlling), tugas Inspektorat
Jenderal adalah menjalankan fungsi manajemen
‘controlling’.
 Ciri bangsa yang sudah maju antara lain adalah
menjalankan peran ‘pengawasan’ secara kuat. Seluruh
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara terkontrol
scr baik. Seluruh aparatur negara, swasta, dan masyarakat
(3 pilar Good Governance) memiliki komitmen yang tinggi
dlm menjalankan perannya scr profesional dan jauh dari
penyimpangan, shg terwujud suasana kehidupan yang
tertib, aman, adil, dan sejahtera menuju peradaban bangsa
dan negara yang tinggi (madani).
Latar Belakang (lanjutan...)
 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Inspektorat
Jenderal Kementerian Agama mempunyai kewajiban untuk
melakukan pengawasan intern terhadap seluruh program dan
kegiatan Kementerian Agama. Pengawasan tersebut dilakukan
melalui kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lainnya.
 Dengan pengawasan Inspektorat Jenderal diharapkan seluruh
sendi-sendi organisasi Kementerian Agama dapat berfungsi
secara maksimal sehingga terwujud tata kelola birokrasi
Kementerian Agama yang profesional berbasiskan semangat
religi, bahwa bekerja adalah ibadah.
 Hal ini agar tugas Kementerian Agama yaitu melakukan
pembangunan di bidang agama terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara dapat diwujudkan dan seluruh aparatur
Kementerian Agama mampu menjadi tauladan sbg aparatur
negara yang paling bermoral dan paling taat dalam beragama.
4
LATAR BELAKANG (LANJUTAN...)
 Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja Indonesia dalam
pemberantasan korupsi sangat rendah
 Praktek koruptif dan tindak pidana korupsi terjadi secara
sistematis, terstruktur dan kian meluas
 Pada 9 Desember 2004, telah dikeluarkan Inpres No. 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
 Misal Diktum 8: Pengawas Internal harus memberikan
dukungan maksimal terhadap upaya-upaya penindakan
korupsi yang dilakukan oleh Kepolisian RI, Kejaksaan RI,
KPK RI, dengan cara mempercepat pemberian informasi
yang berkaitan dengan perkara tindak pidana korupsi dan
mempercepat pemberian izin pemeriksaan terhadap saksi
atau tersangka
 Pada 11 Desember 2003, Indonesia diantara 94 negara
meratifikasi Konvensi PBB Memerangi Korupsi (UN Convention
Againts Corruption)
DASAR HUKUM
 UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
 UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
 PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
 PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
 PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
 PP 53/2010 ttg Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
DASAR HUKUM (lanjutan...)
 Inpres 5/2004 ttg Percepatan Pemberantasan Korupsi;
 Inpres 7/1999 ttg Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
 Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;
 Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama di Daerah;
 Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2007 tentang
Pengawasan di Lingkungan Departemen Agama.
 Per-MenPAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
 PerMENPAN & RB 09/2007 ttg Pedoman Umum Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingk Instansi Pemerintah;
 Per-MenPAN PER/21/M.PAN/11/2008 ttg Pedoman Penyusunan
Standar Operating Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan.
“Terwujudnya Masyarakat Indonesia Taat
Beragama, Rukun, Cerdas, Mandiri dan
Sejahtera Lahir Batin”
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.
2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.
3. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah,
perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan
pendidikan keagamaan.
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.
5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih
dan berwibawa.
MISI
VISI
Lanjutan…
Tujuan jangka panjang pembangunan bidang
agama yang hendak dicapai oleh Kementerian
Agama adalah terwujudnya masyarakat Indonesia
yang taat beragama, maju, sejahtera, dan cerdas
serta saling menghormati antar pemeluk agama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
TUJUAN
RPJMN 2010-2014
VISI, MISI &TUJUAN
KEMENTERIAN AGAMA
SASARAN STRATEGI
NASIONAL
11 PROGRAM
KEMENTERIAN AGAMA
KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR KINERJA
UTAMA (IKU)
1 Peningkatan kualitas kehidupan beragama
2 Peningkatan kerukunan umat beragama
3
Peningkatan kualitas Raudhatul Athfal,
Madrasah, Perguruan Tinggi Agama,
pendidikan agama, dan pendidikan
keagamaan
4
Peningkatan kualitas penyelenggaraan
ibadah haji
5
Penciptaan tata kelola
kepemerintahan yang bersih dan
berwibawa
 Peningkatan kualitas pemahaman dan
pengamalan keagamaan,
 Peningkatan kualitas pelayanan
keagamaan,
 Optimalisasi potensi ekonomi yang
dikelola oleh pranata keagamaan,
 Pemberdayaan lembaga sosial keagamaan.
SASARAN STRATEGI NASIONAL
RPJMN 2010-2014
VISI, MISI &TUJUAN
KEMENTERIAN AGAMA
SASARAN STRATEGI
NASIONAL
11 PROGRAM
KEMENTERIAN AGAMA
KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR KINERJA
KUNCI (IKU)
1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Agama (Setjen)
2
3
4
5
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Negara Kementerian Agama (Setjen)
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian Agama (Itjen)
Penelitian Pengembangan dan Pendidikan
Pelatihan Kementerian Agama (Litbang&Diklat)
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (PHU)
Pendidikan Islam (Pendis)
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam)
Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen)
Bimbingan Masyarakat Katolik (Bimas Katolik)
Bimbingan Masyarakat Hindu (Bimas Hindu)
Bimbingan Masyarakat Buddha (Bimas Budha)
6
7
8
9
10
11
PROGRAM KEMENTERIAN
AGAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
(IKU)
• Setiap Unit Kerja harus menetapkan
Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai
target ukuran keberhasilan dari tujuan
dan sasaran strategis Kementerian
Agama.
• IKU harus mengacu pada visi, misi dan
sasaran Kementerian Agama.
• IKU Kementerian Agama dijabarkan ke
dalam IKU Unit Eselon I dan demikian
seterusnya sampai unit kerja terkecil di
bawahnya.
• Pencapaian IKU merupakan hasil
kumulatif dari pencapaian IKU unit kerja
di bawahnya.
PERFORMANCE-BASED BUDGETING
• Penganggaran didasarkan pada
kebutuhan riil biaya untuk menunjang
pelaksanaan program dalam rangka
mencapai output dan outcome yang
ditetapkan sebagai indikator kinerja.
• Penganggaran disusun dengan prinsip
efisiensi, efektivitas dan ekonomis.
• Output dan outcome dari program dan
kegiatan yang akan dicapai dirumuskan
dengan kualitas dan kuantitas terukur
sejalan dengan besaran penggunaan
anggaran.
L
E
M
B
A
G
A
P
E
R
W
A
K
I
L
A
N
HUBUNGAN KONTRAKTUAL
PEMERINTAH – RAKYAT
(PRINSIPAL–AGEN: SOLUSI)
Akuntansi Pelaporan
Auditing
P
R
I
N
S
I
P
A
L
R
A
K
Y
A
T
A
G
E
N
P
E
M
E
R
I
N
T
A
H
Ketentuan Undang-Undang
Rencana Anggaran / Kerja
AKUNTABILITAS
KANTOR KEMENTERIAN
AGAMA PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
1
Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Agama
2
5
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Negara Kementerian Agama
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Pendidikan Islam
Bimbingan Masyarakat Islam
Bimbingan Masyarakat Kristen
Bimbingan Masyarakat Katolik
Bimbingan Masyarakat Hindu
Bimbingan Masyarakat Buddha
6
7
8
9
10
11
PERGURUAN TINGGI
AGAMA NEGERI
1
Dukungan Manajemen Dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kemenag.
2
3
4
5
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur Negara Kemenag.
Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Kemenag.
Penelitian Pengembangan dan
Pendidikan Pelatihan Kemenag.
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah
Pendidikan Islam
Bimbingan Masyarakat Islam
Bimbingan Masyarakat Kristen
Bimbingan Masyarakat Katolik
Bimbingan Masyarakat Hindu
Bimbingan Masyarakat Buddha
6
7
8
9
10
11
SATUAN KERJA
YANG MENANGANI HANYA PROGRAM TERTENTU
SATUAN KERJA
YANG MENANGANI HANYA PROGRAM TERTENTU
LAJNAH
PENTAHSIHAN
MUSHAF ALQUR’AN,
BALAI LITBANG
AGAMA & BALAI
DIKLAT
KEAGAMAAN
1
Dukungan Manajemen Dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Agama
2
3
4
5
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Negara Kementerian Agama
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian Agama
Penelitian Pengembangan dan Pendidikan
Pelatihan Kementerian Agama
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Pendidikan Islam
Bimbingan Masyarakat Islam
Bimbingan Masyarakat Kristen
Bimbingan Masyarakat Katolik
Bimbingan Masyarakat Hindu
Bimbingan Masyarakat Buddha
6
7
8
9
10
11
SATUAN KERJA
YANG MENANGANI HANYA PROGRAM TERTENTU
MIN,
MTSN &
MAN
1
Dukungan Manajemen Dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Agama
2
3
4
5
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Negara Kementerian Agama
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian Agama
Penelitian Pengembangan dan Pendidikan
Pelatihan Kementerian Agama
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Pendidikan Islam
Bimbingan Masyarakat Islam
Bimbingan Masyarakat Kristen
Bimbingan Masyarakat Katolik
Bimbingan Masyarakat Hindu
Bimbingan Masyarakat Buddha
6
7
8
9
10
11
SASARAN PENGAWASAN NASIONAL
YANG DITETAPKAN MENPAN DAN RB
Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
Target IPK Tahun 2014 “5” dan Opini BPK (WTP) Tahun 2014 Pusat 100% dan
Pemda 60%
• Meningkatkan kepatuhan pengelolaan keuangan negara
• Meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan negara
• Meningkatkan status opini BPK terhadap pengelolaan keuangan negara
• Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang
• Penerapan SPI
• Peningkatan peran APIP sebagai quality assurance dan consulting
• Peningkatan ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
Peningkatan kualitas pertanggungjawaban pengelolaaan keuangan negara
TUJUAN PENGAWASAN NASIONAL
1. Mendorong reformasi birokrasi di bidang pengawasan
khususnya yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP);
2. Menetapkan arah kebijakan dan Program Pengawasan
Intern Pemerintah pd tahun 2011-2014 dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik;
3. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN;
4. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengawasan
intern pemerintah melalui sinergi pengawasan yang
dilakukan oleh APIP;
5. Menjadi dasar penyusunan Jakwas Tahunan dan PKPT
masing-masing APIP Tahun 2011-2014.
TUGAS DAN FUNGSI
INSPEKTORAT JENDERAL
 Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun
2010 tugas Inspektorat Jenderal Kemenag adalah
melaksanakan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Agama.
 Adapun fungsi Itjen sebagai berikut:
a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern
di lingkungan Kementerian Agama;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Agama terhadap kinerja dan keuanan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan
kegiatan pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas
penugasan Menteri Agama;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan
Kementerian Agama;
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.
VISI ITJEN
‘Menjadi pengendali dan penjamin mutu
kinerja Kementerian Agama’
MISI ITJEN
1. Melaksanakan pengawasan fungsional secara profesional dan
independen;
2. Melakukan penguatan sistem pengawasan yang efektif dan
terintegrasi;
3. Meningkatkan kompetensi dan integritas moral aparatur
pengawasan;
4. Meningkatkan peran konsultan dan katalisator aparat
pengawasan;
5. Mendorong akselerasi penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan;
6. Menumbuhkembangkan pengawasan preventif melalui Pengawasan
dengan pendekatan agama;
7. Mewujudkan pelayanan administrasi pengawasan yang cepat, tepat, dan
akurat berbasis teknologi informasi;
8. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
peningkatan kualitas pengawasan.
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
ITJEN
1.Meningkatnya ketaatan aparatur
Kementerian Agama terhadap peraturan
perundang-undangan;
2.Meningkatnya mutu kinerja aparatur;
3.Meningkatnya akuntabilitas kinerja
satuan organisasi /satuan kerja
Kementerian Agama.
KEBIJAKAN
PENGAWASAN ITJEN
1. Pengawasan diarahkan pada kinerja 11 program Kementerian Agama
dlm rangka mewujudkan tata kelola Kemenag yang bersih dan
berwibawa dan memiliki kinerja yang maksimal;
2. Penetapan sasaran pengawasan didasarkan pada analisis resiko audit.
Yaitu satker atau program yang memiliki resiko tinggi menjadi
prioritas pengawasan.
3. Orientasi audit diarahkan pada penilaian kinerja satker (out put dan
out come) yang dpt dilihat dalam realisasi indikator kinerjanya.
Standar ukuran penilaiannya adalah dg menilai tingkat 3 E (efektif,
efisien, dan ekonomis);
4. Evaluasi pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah
(SAKIP) dilaksanakan dlm rangka penilaian akuntabilitas kinerja
satker;
5. Prioritas pengawasan Tahun 2012 diarahkan pada program
pendidikan yg memiliki anggaran terbesar, perencanaan sbg sumber
awal permasalahan satker, dan laporan keuangan;
6. Pengawasan preventif dilaksanakan melalui program PPA dan
pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK).
PERAN ITJEN
 Watch dog: melakukan pengawasan fungsional
terhadap auditi dengan melihat, membandingkan,
mengukur dan menilai kinerja auditi dibandingkan
dengan standar kebijakan Menteri dan peraturan
yang berlaku dan kmd memberikan rekomendasi.
 Katalis: usaha membangun sistem dan mendorong
terwujudnya Kemenag menjadi lembaga
pemerintahan yang baik dan bersih (good
governance dan clean government).
 Konsultan: bimbingan dan konsultasi terhadap
peningkatan kinerja aparatur berbasis hasil
pengawasan.
JENIS PENGAWASAN
YG DILAKSANAKAN ITJEN
• UU 15/2004 menjelaskan bahwa ada
3 jenis pemeriksaan, yaitu:
Pemeriksaan Kinerja, Reviu Laporan
Keuangan, dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu;
• PP 60/2008 menjelaskan jenis-jenis
pengawasan: audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya.
PROGRAM PENGAWASAN
 Program Pengawasan Itjen diarahkan pada 11 Program Kementerian
Agama dalam rangka pengendalian dan penjaminan mutu kinerja
Kementerian Agama;
 Berdasarkan tujuannya, kegiatan pengawasan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu kegiatan utama yang langsung berkaitan dengan quality
controll and quality assurance dan kegiatan pendukung (pengawasan
lainnya);
 Kegiatan pengawasan utama:
- Audit dengan fokus audit kinerja dan audit investigatif
- Reviu
- Evaluasi
- Pemantauan/Monitoring;
 Kegiatan Pengawasan lainnya:
- Sosialisasi mengenai pengawasan
- Pendidikan dan pelatihan
- Pembimbingan dan konsultansi
- Pengelolaan hasil pengawasan
- Pemaparan hasil pengawasan
AUDIT
 Audit adalah proses identifikasi masalah,
analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan
secara independen, obyektif dan professional
berdasarkan standar audit, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah.
Jenis Audit
Jenis Audit (PP 60 Tahun 2008 Pasal 50) :
 Audit Kinerja
Audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara antara lain:
a. audit atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran;
b. audit atas penerimaan, penyaluran, dan penggunaan dana;
c. audit atas pengelolaan aset dan kewajiban.
Sedangkan audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi antara
lain audit atas kegiatan pencapaian sasaran dan tujuan.
 Audit dengan Tujuan Tertentu
Audit dengan tujuan tertentu antara lain audit investigatif, audit atas
penyelenggaraan SPIP, dan audit atas hal-hal lain di bidang keuangan
Lanjutan ……
Berdasarkan PP 60 Tahun 2008 Pasal 48 ayat 2 selain melakukan audit
Inspektorat Jenderal juga melakukan:
1. Reviu
Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan
bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan,
standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan
2. Evaluasi
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu
kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
suatu kegiatan dalam mencapai tujuan
3. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4. Kegiatan Pengawasan Lainnya
Kegiatan pengawasan lainnya antara lain berupa sosialisasi mengenai
pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan
konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil
pengawasan.
AUDIT KINERJA
 Bertujuan menilai efektifitas, efisiensi, ekonomis, dan
ketaatan;
• Audit kinerja dilakukan untuk memberikan pengukuran
dan penilaian terhadap kinerja satuan
organisasi/kerja.
• Audit kinerja dilakukan dengan cara melihat,
menganalisa, mengukur, dan menilai laporan kinerja
satuan organisasi dan membuktikannya dengan bukti
fisiknya. Laporan kinerja diukur dan dinilai
berdasarkan penetapan kinerja yang telah ditetapkan.
OBYEK UTAMA AUDIT KINERJA
 Pengelolaan dana APBN, dengan fokus
program/ kegiatan strategis;
 Pelayanan Publik;
 Optimalisasi Penerimaan Negara;
 PHLN;
 Masalah yang menjadi fokus perhatian
pimpinan;
 Bersifat khas (mis. audit/pemeriksaan akhir
masa jabatan Kepala Satker).
AUDIT DENGAN TUJUAN
TERTENTU
1. Audit Kasus (fraud audit/audit
investigasi);
2. Audit Khusus (special audit): audit
keuangan, audit perencanaan, audit
PNBP, audit wakaf produktif, audit
pendidikan, dll.
AUDIT INVESTIGATIF
* Bertujuan menyelidiki/mengusut kasus yang
menimbulkan kerugian keuangan negara dan
kasus indisipliner pegawai;
* Dilaksanakan berdasarkan pengaduan
masyarakat, pengembangan temuan audit
reguler atau permintaan pimpinan instansi
pemerintah/aparat penegak hukum.
REVIU KEUANGAN
 Review keuangan merupakan salah satu jenis
pengawasan keuangan dengan melakukan
review terhadap laporan keuangan yang telah
dibuat oleh entitas pelaporan.
 Laporan keuangan adalah bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
negara/daerah selama suatu periode.
 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan
yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang berkewajiban menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan.
REVIU (lanjutan...)
 Merupakan kegiatan penilaian/telaahan hasil
kegiatan suatu instansi pemerintah;
 APIP wajib melakukan reviu terhadap
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga
(LK-KL) sbg amanat PP No. 8 Tahun 2006;
 Dilaksanakan sebelum LK-KL diserahkan
kepada Kementerian Keuangan sbg dasar
penyusunan LK-PP.
PEMANTAUAN
 Merupakan kegiatan APIP yang penting selain audit;
 Bertujuan menjaga, mengawal secara terus menerus
agar pelaksanaan program/kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana dan tujuan yang ditetapkan dan
bersinergi dengan kegiatan pengawasan lainnya;
 Sarana untuk memberikan rekomendasi tindakan
korektif terhadap on going activity;
 Obyek pemantauan/monitoring antara lain:
 Kegiatan yang bersifat strategis;
 Tindaklanjut hasil pengawasan;
 Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004.
EVALUASI
 Evaluasi menghasilkan rekomendasi;
 Obyek evaluasi antara lain:
 Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP);
 Evaluasi penggunaan dana APBN;
 Evaluasi aspek tertentu penyelenggaraan program
Kemenag;
 Evaluasi LAKIP;
 Evaluasi Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004.
SOSIALISASI
o Sosialisasi dilaksanakan terutama dalam rangka menyebarluaskan
informasi mengenai kebijakan baru pengawasan dalam rangka
peningkatan kualitas kinerja 11 program yang dilaksanakan oleh
Kementerian Agama;
o Tujuan sosialisasi adalah terwujudnya pengawasan preventif dalam
rangka pencegahan perbuatan menyimpang para aparatur Kementerian
Agama;
o Sosialisasi yang rutin dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal adalah
Sosialisasi Program Pengawasan dengan Pendekatan Agama (PPA). Pada
tahun 2012 sosialisasi PPA ditujukan pada 5 Kanwil Kemenag. Sosialisasi
PPA merupakan salah satu jenis pengawasan preventif yang
dilaksanakan oleh Itjen dalam rangka membangun kesadaran rasional
para aparatur Kemenag bahwa kita semua selalu diawasi oleh Tuhan.
Dengan kesadaran selalu diawasi oleh Tuhan akan berakibat mereka
tidak akan ada niat melakukan perbuatan menyimpang.
o Selain sosialisasi PPA, Itjen juga akan melakukan sosialisasi Zona
Integritas, Sosialisasi Hasil Evaluasi LAKIP, Sosiasilasi Indikator Kinerja,
dll.
PRIORITAS PENGAWASAN 2012
1. Pada tahun 2011 Itjen telah melakukan Rapat Kordinasi
Kebijakan Pengawasan dengan mengundang seluruh
Unit Eselon I Pusat, seluruh Rektor dan Ketua Perguruan
Tinggi Agama Negeri, seluruh Kepala Kanwil, dan seluruh
Kepala Kemenag Kab/Kota se-Indonesia.
2. Rakorjakwas td telah menghasilkan kesepakatan bahwa
pada tahun 2012 Itjen akan memprioritaskan
pengawasan terhadap:
a. Laporan Keuangan (LK);
b. Perencanaan (Kinerja dan anggaran);
c. Pendidikan; dan
d. Perwujudan Program Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK) yang di dalamnya termasuk PPA dan PIAK.
Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan
Undang-Undang No 15 Tahun 2004
 Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi pemeriksaan atas
Pengelolaan Keuangan Negara dan tanggung jawab Keuangan
Negara.
 Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban
Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara
secara tertib, taat pada peraturan perundang undangan, efisien,
ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan. Tanggungjawab dan tanggung gugat
atas amanat yang diemban diwujudkan dalam bentuk laporan
pertanggungjawaban keuangan.
 Dalam rangka mendukung keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Untuk mewujudkan
hal itu maka perlu dilakukan pengawasan yang independen dan
obyektif.
Pengertian Audit dan Perbendaharaan Negara
 Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti
yang dilakukan secara independen, obyektif dan professional
berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
 Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggung
jawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara). Perbendaharaan dimaksud adalah pelaksanaan pendapatan
dan belanja negara, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
negara, pengelolaan kas, pengelolaan piutang dan utang negara,
pengelolaan investasi dan barang milik negara, pengelolaan investasi
dan barang milik negara keuangan negara, penyusunan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, penyelesaian kerugian
negara, pengelolaan Badan Layanan Umum, perumusan standar,
kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN
Tujuan Audit Pengelolaan Keuangan Negara
1. Keterkaitan antara pelaksanaan tugas dan fungsi dengan
penganggaran atau perencanaan program/kegiatan.
2. Keandalan sistem akuntansi/pencatatan keuangan.
3. Kesesuaian mekanisme pertanggungjawaban keuangan dengan
ketentuan.
4. Efektivitas pengawasan terhadap pengelolaan keuangan.
Sejalan dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pengawasan di Lingkungan Kementerian
Agama yang menegaskan bahwa audit sebagai bagian dari pengawasan
dengan maksud untuk menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan
pengelolaan keuangan suatu obyek audit. Hasil yang diharapkan dari
audit atas pengelolaan keuangan negara adalah sebagai berikut:
Pengertian Pengelolaan Keuangan Negara
 Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan
pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan
dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban
Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan
negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan
secara efektif, efisien dan ekonomis (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara)
Pengelolaan Keuangan Negara
3 (Tiga) sisi pendekatan definisi Keuangan Negara menurut
UU Nomor 17 Tahun 2003 yaitu:
1. Obyek
Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
2. Subyek
Seluruh obyek yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan
Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara
3. Tujuan
Seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan obyek, mulai dari perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban.
Lanjutan
Syarat Kompetensi, Kode etik, dan Standar Audit
(PP 60 Tahun 2008 Pasal 51)
 Pelaksanaan audit intern di lingkungan Instansi
Pemerintah dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan dan yang telah memenuhi
syarat kompetensi keahlian sebagai auditor
 Syarat kompetensi keahlian sebagai auditor dipenuhi
melalui keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi
yang diselenggarakan oleh BPKP selaku pembina jabatan
fungsional auditor
Laporan Hasil Audit
 Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat
pengawasan intern pemerintah wajib membuat laporan
hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada
pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi (PP 60 Tahun
2008 Pasal 51)
 Secara berkala, Inspektorat Jenderal menyusun dan
menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada
menteri/pimpinan lembaga dengan kewenangan dan
tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PP 60 Tahun
2008 Pasal 54)
Penyelesaian Hasil Audit
(Lampiran PP 60 Tahun 2008)
1. Instansi Pemerintah sudah memiliki mekanisme untuk
meyakinkan ditindaklanjutinya temuan audit atau reviu
lainnya dengan segera
2. Pimpinan Instansi Pemerintah tanggap terhadap temuan
dan rekomendasi audit dan reviu lainnya guna
memperkuat pengendalian intern.
3. Instansi Pemerintah menindaklanjuti temuan dan
rekomendasi audit dan reviu lainnya dengan tepat
KELEMAHAN UMUM DALAM
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
KELEMAHAN UMUM
DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
1. Kemampuan SDM pengelola keuangan masih kurang
memadai;
2. Penetapan anggaran dalam perencanaan banyak tidak
didasarkan pada analisis yang kuat, programnya banyak
yang mirip;
3. Rencana dan program penggunaan anggaran dalam satu
tahun belum dibuat;
4. Dalam membelanjakan anggaran sering terjebak pada
nominal yang sudah ditetapkan dalam DIPA. Harga yg ada
dlm DIPA adalah harga tertinggi;
5. Penggelembungan/markup harga pengadaan/ pengiriman
barang dan jasa;
Lanjutan.....
6. Pengadaan barang dan jasa fiktif atau tidak sesuai dengan
kontrak/spesifikasi;
7. Pajak pembelian/pengadaan kurang mendapatkan
perhatian, tidak dipotong;
8. Adanya kelebihan pembayaran gaji/honor, biaya konsultan;
uang Perjalanan Dinas;
9. Pelaksanaan pembelanjaan barang/jasa dipecah-pecah
dengan tujuan agar tidak terkena lelang atau tidak terkena
pajak;
10. BKU tidak dikerjakan sesuai dengan prinsip akuntansi dan
tidak dilengkapi dengan buku pembantu;
Lanjutan …….
11. Masih ada Satker yang belum membuat laporan realisasi
penggunaan anggaran secara berkala;
12. Pengeluaran anggaran tidak didukung oleh bukti
pengeluaran/kuitansi yang sah;
13. Pemeriksaan kas oleh atasan langsung bendaha-rawan
belum dilaksanakan minimal 3 bulan sekali;
14. Bukti pembayaran kuitansi tidak dilengkapi dengan materai
dan faktur;
15. Kuitansi belum ditandatangani oleh penerima dan belum
disetujui pembayarannya;
16. Pengelolaan PNBP tidak sesuai dengan ketentuan;
Lanjutan …….
17. Diskon pengadaan barang dan jasa tidak disetor ke kas
Negara;
18. Penutupan Buku Kas Umum setiap bulan tidak disertai
register penutupan kas;
19. Pada saat penutupan buku tgl. 31 Desember masih
terdapat anggaran yang tidak terserap, tapi belum disetor
ke kas negara;
20. Terdapat pelaksanaan program/kegiatan tidak sesuai
dengan perintah DIPA/RKAKL;
Lanjutan ....
21. Realisasi anggaran tidak sesuai dengan mata anggaran
yang tercantum dalam DIPA, seperti anggaran belanja
barang untuk belanja modal dan sebaliknya, belanja modal
untuk bansos;
22. Realisasi belanja modal untuk belanja bantuan sosial;
23. Bantuan Sosial untuk instansi vertikal;
24. Masih terdapat Hasil belanja modal belum dicacatkan
sesuai aturan;
25. Keterlambatan dalam pengadaan dan pengiriman belanja
barang. Denda atas keterlambatan juga terlambat
dilakukan;
Lanjutan.....
26. Masih diketemukan sejumlah pengeluaran keuangan
yang belum disalurkan;
27. Proses penyusunan neraca akuntansi tidak didukung
rekonsiliasi antara unit akuntansi barng dan unit
akuntansi keuangan;
28. Masih ada Pejabat pembuat komitmen yang merangkap
sebagai panitia lelang;
29. Belum atau tidak dimilikinya peralatan penyimpanan
uang (brankas);
30. Pengarsipan dokumen tidak rapi dan penga-manannya
sangat kurang;
PEMBANGUNAN
ZONA INTEGRITAS
Latar Belakang Pembangunan ZI menuju
WBK di Kemenag
1. Inpres Nomor 5 Tahun 2004 menginstruksikan agar Menag
melakukan langkah-langkah percepatan pemberantasan
korupsi di K/L-nya, dengan menetapkan program WBK;
2. Inpres 5 Tahun 2004 dipertegas lagi dengan Inpres 9 Tahun
2011 dan Inpres Nomor 17 Tahun 2011 namun, implementasi
Program Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) minim sekali dan
secara keseluruhan, keberhasilan upaya pencegahan korupsi
melalui ke tiga Inpres tersebut s.d. saat ini, kurang optimal;
3. Pemberantasan korupsi harus dilakukan melalui penindakan
dan pencegahan. Penindakan menghasilkan detterence effect,
dan pencegahan menghasilkan dampak yang besar dan
bersifat jangka panjang, tapi kurang menghasilkan detterence
effect. Keduanya perlu disinergikan;
4. Untuk mewujudkan satker WBK, harus dilakukan melalui
pembangunan Zona Integritas (ZI), dengan didahului
penandatanganan dokumen pakta integritas berdasarkan
Per.MENPAN dan RB Nomor 49 Tahun 2011.
adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada
K/L/Pemda yang pimpinan dan jajarannya mempunyai niat
(komitmen) untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan
melayani
Zona Integritas (ZI)
adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu
unit kerja pada ZI yang memenuhi syarat indikator mutlak
dan memperoleh hasil penilaian indikator operasional di
antara 80 dan 90
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu
unit kerja pada ZI yang memenuhi syarat indikator mutlak
dan memperoleh hasil penilaian indikator operasional 90
atau lebih
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
Pengertian Umum
adalah Unit kerja/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Agama
serendah-rendahnya Eselon III dengan mempertimbangkan peran
unit tersebut menyelenggarakan fungsi pelayanan langsung kepada
masyarakat dan mengelola anggaran/aset yang relatif besar sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan
Pengertian … (Lanjutan)
Unit Kerja
adalah unit kerja yang ditugasi untuk memberikan dorongan
dan dukungan administratif dan teknis kepada unit kerja dalam
melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. Tugas UPI secara
ex-officio dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP), dalam hal ini Inspektorat Jenderal Kemenag
Unit Penggerak Integritas (UPI)
adalah tim yang secara independen akan melakukan penilaian
terhadap unit kerja yang dicalonkan memperoleh predikat WBK.
Keanggotaan tim terdiri dari unsur Kementerian PAN dan RB, KPK,
dan ORI, dan/atau instansi lainnya yang bertugas untuk dan atas
nama Kementerian PAN dan RB, KPK, dan ORI
Tim Penilai Independen
PETA ZI, WBK, WBBM
ZONA INTEGRITAS
KEMENTERIAN
AGAMA
WBK/WBBM
(UNIT
KERJA/SATUAN
KERJA)
PAKTA INTEGRITAS & PENYELENGGARAAN
NEGARA YG BERSIH & BEBAS DARI KKN
Di masa depan nanti, Pakta
Integritas akan menjadi best
practices di semua lini
pembangunan. Pemerintahan
Indonesia masa depan, Insya
Allah, akan bersih dari semua
wujud tindak pidana KKN
(Presiden RI, 14/08/2009)
Pulau
Integrit
as/
Bebas
Dari
Korupsi
Pelaksanaan
Instruksi Presiden
Nomor 5 Tahun 2004
dan Nomor 17
Tahun 2011
Pakta
Integri
tas
Penandatanganan
Dokumen Pakta
Integritas (PI)
(Inpres 17/2011)
Pencanangan
Pembangunan ZI
secara terbuka
Proses Pembangunan
ZI:
Program pencegahan
korupsi: LHKPN, Kode
Etik, Whistle Blower,
PIAK, pengendalian
Gratifikasi, dll.
APIP sebagai Unit
Penggerak Integritas
(UPI)
Identifikasi
Pengajuan Calon
Unit Kerja WBK
kepada MenPAN &
RB
Monitoring dan
Penilai-an oleh Tim
Independen
(KemPAN & RB,
KPK, ORI)
• Indikator Mutlak
• Indikator
Operasional
- Indikator Utama
- Indikator
Penunjang
Penetapan Unit
Kerja sebagai
WBK/WBBM*
1 2
3
4
5
6
*Penetapan WBK dilakukan oleh MenPAN & RB berdasarkan usulan
Tim Independen
* Penetapan WBBM dilakukan oleh Presiden berdasarkan usulan Tim
Independen kepada Presiden melalui Menpan dan RB
Pembangunan ZI menuju WBK
Indikaktor Penilaian WBK
Indikator
Mutlak
tingkat Satker
[8]
Indikator
Operasional:
a. Utama (10),
bobot 60%
b.Penunjang (8),
bobot 40%
WBK
(min diatas
80)
WBBM
(min diatas
90)
Indikator Mutlak pada tingkat K/L/Pemda adalah Opini
Keuangan BPK sekurang-kurangnya WDP pada saat
pengajuan calon WBK
Indikator Mutlak
Unsur Indikator
1. nilai minimum indeks integritas berdasarkan penilaian KPK;
2. nilai minimum indeks kepuasan masyarakat berdasarkan penilaian
Kementerian PAN dan RB;
3. jumlah maksimum kerugian negara (KN) yang belum diselesaikan (%)
berdasarkan penilaian BPK;
4. jumlah maksimum temuan in-efektif (%) berdasarkan peni- laian APIP;
5. jumlah maksimum temuan in-efisien (%) berdasarkan penilai- ian APIP;
6. persentase maksimum jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin karena
penyalahgunaan pengelolaan keuangan berdasarkan keputusan Pejabat
Pembina Kepegawaian;
7. persentase maksimum jumlah pengaduan masyarakat yang tidak
diselesaikan berdasarkan hasil pemeriksaan APIP;
8. persentase maksimum jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman karena tindak
pidana korupsi berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Indikator Utama, Bobot 60%
1. penandatanganan Dokumen Pakta Integritas;
2. LHKPN;
3. akuntabilitas kinerja;
4. laporan keuangan;
5. kode etik;
6. sistem perlindungan pelapor (whistle blower system);
7. program pengendalian gratifikasi;
8. kebijakan penanganan benturan kepentingan (conflict of interest);
9. program inisiatif anti korupsi;
10. kebijakan pembinaan purna tugas (Post employment policy);
Indikator Operasional
Indikator Penunjang, Bobot 40%
1. promosi jabatan secara terbuka;
2. rekruitment secara terbuka;
3. mekanisme pengaduan masyarakat;
4. pengukuran kinerja individu;
5. e-Procurement;
6. keterbukaan informasi publik.
7. pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan (BPK-RI, BPKP, KPK,
Itjen Kemenag);
8. penerapan peraturan disiplin PNS sesuai PP Nomor 53 Tahun
2010;
Indikator Operasional
REFORMASI BIROKRASI
NO. DIMENSI PERMASALAHAN
1. Pola pikir dan
budaya kerja (mind
set and culture set)
Belum mampu menciptakan birokrat yang
profesional, yang berorientasi pada pelayanan
yang lebih baik dan kinerja yang optimal
2. Akuntabilitas
Pemerintah
Masih terdapat kesalahan dan penyalahgunaan
wewenang dalam administrasi kepemerintahan
3. Peraturan
perundangan
Masih banyak peraturan perundang-undangan
yang overlapping, tidak konsisten, multi-
interpretasi, yang perlu ditinjau ulang,
diselaraskan, dan disempurnakan
4. Pelayanan
Masyarakat
Pelayanan kepada masyarakat masih belum
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat, dan
hak dasar yang dimiliki oleh warganegara
5. Manajemen SDM Manajemen SDM belum diimplementasikan
secara total untuk meningkatkan kinerja
pegawai dan organisasi
PERMASALAHAN BIROKRASI
1.SDM (kompetensi dan
penyebaran tidak
sesuai dengan
kebutuhan, etos kerja,
dan kesejahteraan rendah)
2. Struktur Organisasi (gemuk,
tidak proporsional, tidak
efektif dan tidak efisien
3. Prosedur kerja (belum
ada SPO, berbelit-belit
dan biaya tinggi.
1.Tingginya
harapan
masyarakat,
ditambah
masyarakat
yang tidak
sabar,
2.Mutu pelayanan
masih rendah;
3. Tidak
sinkronnya
struktur
organisasi.
DIHADAPKAN
PADA
KONDISI OBJEKTIF BIROKRASI
KEMENAG
PENGERTIAN
Suatu proses untuk mengubah proses dan
prosedur birokrasi publik, dan sikap serta
tingkah laku birokrat untuk mencapai
efektivitas birokrasi dan tujuan
pembangunan nasional
SASARAN PERUBAHAN
1. Proses dan Prosedur (instrumental)
2. Lembaga (structural)
3. Sikap dan Tingkah Laku (mental &
cultural)
PENGERTIAN DAN SASARAN
REFORMASI BIROKRASI
VISI DAN MISI REFORMASI
BIROKRASI
VISI
Memantapkan birokrasi yang profesional dan memiliki
integritas tinggi yang mampu menyediakan pelayanan
yang bermutu dan mendukung manajemen
pemerintahan yang demokratis untuk mewujudkan good
governance pada tahun 2025
MISI
1. Menyempurnakan regulasi, melalui formulasi, revisi dan
perbaikan
2. Restrukturisasi organisasi; proses kerja; manajemen
pola karir, mutasi dan rekrtumen pegawai; remunerasi
3. Optimalisasi TIK
4. Memperkuat mekanisme pengawasan
5. Merubah mind set dan culture set
GOAL & OBJECTIVES
REFORMASI BIROKRASI
GOALS
Aparatur negara yang profesional dengan karakteristik:
mampu beradaptasi, integritas, kinerja tinggi, bebas KKN,
mampu melayani, berdedikasi, tidak beraliansi politis,
menjunjung nilai dan kode etik pegawai negeri.
OBJECTIVES
Meningkatnya kinerja birokrasi yang berorientasi hasil
melalui perubahan yang terencana, bertahap dan integral
pada komponen birokrasi pemerintah, yaitu: peraturan
perundang-undangan, organisasi, proses kerja,
manajemen SDM, pola pikir & budaya kerja, sistem
akuntabilitas, kualitas pelayanan, dan sistem monitoring
dan evaluasi, serta pegawasan.
MANFAAT REFORMASI
BIROKRASI
Masyarakat
• Pelayanan yang lebih
sederhana, nyaman melalui
otomatisasi dan pelayanan
terpadu;
• Akses pelayanan yang mudah.
Pegawai
• Mendukung kinerja menjadi
lebih baik;
• Meningkatkan pemahaman
bahwa pekerjaan mereka
adalah career, bukan job.
Kementerian
Pencapaian visi dan misi lebih
optimal melalui pelaksanaan
tugas dan fungsi yang
maksimal.
AREA PERUBAHAN DALAM
REFORMASI
Organisasi
Proses
Kerja
SDM
Regulasi
Pengawasa
n
Akuntabilit
as
Pelayanan
Publik
Culture set
& mind set
Organisasi yang tepat ukuran dan fungsi
Proses kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, yang
menunjang prinsip good governance
Aparatur yang memiliki integritas, netral, kompeten,
capable, profesional, kinerja tinggi dan sejahtera
Regulasi yang kondusif, tepat dan tidak tumpang
tindih
Meningkatkan pemerintahan yang bebas KKN
Meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi
Memenuhi pelayanan yang excellent
Birokrasi yang berintegritas dan berkinerja tinggi
PRINSIP REFORMASI BIROKRASI
Berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik
Berorientasi pada peningkatan kinerja
Integritas
Akuntabilitas
Transparansi
Penegakan hukum/aturan
Desentralisasi/pembagian wewenang
Antisipatif
Inovatif
KONDISI YANG DIHARAPKAN
2014
2025
• Jumlah Aparatur yang proporsional dan
profesional
• Tata kelola kepemerintahan yang baik
dan bersih
• Birokrasi yang akuntabel dan memiliki
kapasitas
• Mobilitas pegawai antar pusat dan daerah
• Penghasilan dan kesejahteraan Aparatur
meningkat
• Tata kelola kepemerintahan
yang baik dan mantap
melalui birokrasi negara
yang profesional, integritas
tinggi, dan berorientasi
pada pelayanan publik.
PELAKSANAAN REFORMASI
Organisasi
Proses Kerja
SDM
R e g u l a si
Pengawasan Internal
Akuntabilitas
Pelayanan Publik
Pengawasan
Publik
Partisipasi
K/L/Pemda
Culture & Mind Set
www.itjen.kemenag.go.id
DUMAS ONLINE
(Pengaduan Masyarakat)
Kirim Ke:
INSPEKTUR JENDERAL (IRJEN)
KEMENTERIAN AGAMA RI
Jl. RS. Fatmawati No. 33A Jakarta Selatan
Telp. (021) 75916038 Fax. (021) 7692112
Email: dumas_online@itjen.kemenag.go.id

More Related Content

Similar to Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt

STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptx
STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptxSTRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptx
STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptxBidangUraisBanten
 
strategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdf
strategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdfstrategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdf
strategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdfMaulanFazry1
 
BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...
BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...
BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...Hendri Sivilianto
 
Fix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptx
Fix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptxFix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptx
Fix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptxKementerianAgamaKota2
 
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)temanna #LABEDDU
 
Pelan integriti nasional
Pelan integriti nasionalPelan integriti nasional
Pelan integriti nasionalfifiusm
 
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013Muh Saleh
 
kebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdf
kebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdfkebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdf
kebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdfMaulanFazry1
 
Administrasi Nikah Rujuk
Administrasi Nikah RujukAdministrasi Nikah Rujuk
Administrasi Nikah RujukIka Rakhman
 
PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptx
PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptxPERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptx
PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptxHenAlLaiber
 
Kebijakan ABH Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kebijakan ABH Direktorat Jenderal PemasyarakatanKebijakan ABH Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kebijakan ABH Direktorat Jenderal Pemasyarakatandimaspraja2
 
Unud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iiUnud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iirhyatokotua
 
Falsafah pendidikan kebangsaan
Falsafah pendidikan kebangsaanFalsafah pendidikan kebangsaan
Falsafah pendidikan kebangsaansuhaidisidek
 
Bab i bab 5 dilla aprilya muchtar
Bab i bab 5 dilla aprilya muchtarBab i bab 5 dilla aprilya muchtar
Bab i bab 5 dilla aprilya muchtartemanna #LABEDDU
 
1. PENGENALAN SOTK.pdf
1. PENGENALAN SOTK.pdf1. PENGENALAN SOTK.pdf
1. PENGENALAN SOTK.pdfLestariSS
 
Budaya Kerja & Reformasi Birokrasi Kemenag
Budaya Kerja & Reformasi Birokrasi KemenagBudaya Kerja & Reformasi Birokrasi Kemenag
Budaya Kerja & Reformasi Birokrasi KemenagAbdillah Mt
 

Similar to Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt (20)

STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptx
STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptxSTRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptx
STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptx
 
strategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdf
strategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdfstrategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdf
strategipenguatanmutulayanankua-220825044031-477ccd20.pdf
 
BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...
BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...
BE & GG, Hendri Sivilianto, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, Good Government Gove...
 
Fix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptx
Fix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptxFix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptx
Fix Program Prioritas Kemenag Kota Tual Tahun 2020 Dari Kakan.pptx
 
Info Jadwal Bimtek Nasional
Info Jadwal Bimtek NasionalInfo Jadwal Bimtek Nasional
Info Jadwal Bimtek Nasional
 
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
 
Pelan integriti nasional
Pelan integriti nasionalPelan integriti nasional
Pelan integriti nasional
 
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
 
KEBIJAKAN KEMENAG.pptx
KEBIJAKAN KEMENAG.pptxKEBIJAKAN KEMENAG.pptx
KEBIJAKAN KEMENAG.pptx
 
kebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdf
kebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdfkebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdf
kebijakankemenag-230406002314-a7f329e4.pdf
 
Administrasi Nikah Rujuk
Administrasi Nikah RujukAdministrasi Nikah Rujuk
Administrasi Nikah Rujuk
 
Penetapan kinerja
Penetapan kinerjaPenetapan kinerja
Penetapan kinerja
 
PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptx
PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptxPERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptx
PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK.pptx
 
Kebijakan ABH Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kebijakan ABH Direktorat Jenderal PemasyarakatanKebijakan ABH Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kebijakan ABH Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
 
Unud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iiUnud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-ii
 
Falsafah pendidikan kebangsaan
Falsafah pendidikan kebangsaanFalsafah pendidikan kebangsaan
Falsafah pendidikan kebangsaan
 
Bab i bab 5 dilla aprilya muchtar
Bab i bab 5 dilla aprilya muchtarBab i bab 5 dilla aprilya muchtar
Bab i bab 5 dilla aprilya muchtar
 
1. PENGENALAN SOTK.pdf
1. PENGENALAN SOTK.pdf1. PENGENALAN SOTK.pdf
1. PENGENALAN SOTK.pdf
 
Kebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
Kebijakan Kehumasan Instansi PemerintahKebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
Kebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
 
Budaya Kerja & Reformasi Birokrasi Kemenag
Budaya Kerja & Reformasi Birokrasi KemenagBudaya Kerja & Reformasi Birokrasi Kemenag
Budaya Kerja & Reformasi Birokrasi Kemenag
 

More from DinarDorotea

Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.pptHarta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.pptDinarDorotea
 
Hukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptHukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptDinarDorotea
 
AMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.pptAMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.pptDinarDorotea
 
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.pptKOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.pptDinarDorotea
 
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.pptBanggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.pptDinarDorotea
 
Sakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.pptSakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.pptDinarDorotea
 
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptxPenyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptxDinarDorotea
 
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptxSPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptxDinarDorotea
 
pp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptxpp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptxDinarDorotea
 
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.pptMemperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.pptDinarDorotea
 
kebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptxkebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptxDinarDorotea
 
Ajaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptxAjaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptxDinarDorotea
 

More from DinarDorotea (20)

12066254.ppt
12066254.ppt12066254.ppt
12066254.ppt
 
3232640.ppt
3232640.ppt3232640.ppt
3232640.ppt
 
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.pptHarta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
 
Hukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptHukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.ppt
 
AMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.pptAMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.ppt
 
4086793.ppt
4086793.ppt4086793.ppt
4086793.ppt
 
14095243.ppt
14095243.ppt14095243.ppt
14095243.ppt
 
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.pptKOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
 
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.pptBanggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
 
Sakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.pptSakramen-Sakramen.ppt
Sakramen-Sakramen.ppt
 
Musi Gereja.ppt
Musi Gereja.pptMusi Gereja.ppt
Musi Gereja.ppt
 
seruan Paulus.ppt
seruan Paulus.pptseruan Paulus.ppt
seruan Paulus.ppt
 
12747774.ppt
12747774.ppt12747774.ppt
12747774.ppt
 
3277742.ppt
3277742.ppt3277742.ppt
3277742.ppt
 
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptxPenyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
 
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptxSPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
 
pp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptxpp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptx
 
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.pptMemperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
 
kebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptxkebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptx
 
Ajaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptxAjaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptx
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt

  • 1. KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA Oleh Dr. H. Moch. Jasin MM Inspektur Jenderal Kementerian Agama
  • 2. Latar Belakang  Mengacu teori George Terry tentang ‘manajemen’ (Planing, Organizing, Actuating, dan Controlling), tugas Inspektorat Jenderal adalah menjalankan fungsi manajemen ‘controlling’.  Ciri bangsa yang sudah maju antara lain adalah menjalankan peran ‘pengawasan’ secara kuat. Seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara terkontrol scr baik. Seluruh aparatur negara, swasta, dan masyarakat (3 pilar Good Governance) memiliki komitmen yang tinggi dlm menjalankan perannya scr profesional dan jauh dari penyimpangan, shg terwujud suasana kehidupan yang tertib, aman, adil, dan sejahtera menuju peradaban bangsa dan negara yang tinggi (madani).
  • 3. Latar Belakang (lanjutan...)  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama mempunyai kewajiban untuk melakukan pengawasan intern terhadap seluruh program dan kegiatan Kementerian Agama. Pengawasan tersebut dilakukan melalui kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.  Dengan pengawasan Inspektorat Jenderal diharapkan seluruh sendi-sendi organisasi Kementerian Agama dapat berfungsi secara maksimal sehingga terwujud tata kelola birokrasi Kementerian Agama yang profesional berbasiskan semangat religi, bahwa bekerja adalah ibadah.  Hal ini agar tugas Kementerian Agama yaitu melakukan pembangunan di bidang agama terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan dan seluruh aparatur Kementerian Agama mampu menjadi tauladan sbg aparatur negara yang paling bermoral dan paling taat dalam beragama.
  • 4. 4 LATAR BELAKANG (LANJUTAN...)  Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja Indonesia dalam pemberantasan korupsi sangat rendah  Praktek koruptif dan tindak pidana korupsi terjadi secara sistematis, terstruktur dan kian meluas  Pada 9 Desember 2004, telah dikeluarkan Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi  Misal Diktum 8: Pengawas Internal harus memberikan dukungan maksimal terhadap upaya-upaya penindakan korupsi yang dilakukan oleh Kepolisian RI, Kejaksaan RI, KPK RI, dengan cara mempercepat pemberian informasi yang berkaitan dengan perkara tindak pidana korupsi dan mempercepat pemberian izin pemeriksaan terhadap saksi atau tersangka  Pada 11 Desember 2003, Indonesia diantara 94 negara meratifikasi Konvensi PBB Memerangi Korupsi (UN Convention Againts Corruption)
  • 5. DASAR HUKUM  UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;  UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;  UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;  UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;  UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;  PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;  PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;  PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;  PP 53/2010 ttg Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
  • 6. DASAR HUKUM (lanjutan...)  Inpres 5/2004 ttg Percepatan Pemberantasan Korupsi;  Inpres 7/1999 ttg Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.  Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;  Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama di Daerah;  Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pengawasan di Lingkungan Departemen Agama.  Per-MenPAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;  PerMENPAN & RB 09/2007 ttg Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingk Instansi Pemerintah;  Per-MenPAN PER/21/M.PAN/11/2008 ttg Pedoman Penyusunan Standar Operating Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan.
  • 7. “Terwujudnya Masyarakat Indonesia Taat Beragama, Rukun, Cerdas, Mandiri dan Sejahtera Lahir Batin” 1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama. 2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama. 3. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan. 4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji. 5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. MISI VISI
  • 8. Lanjutan… Tujuan jangka panjang pembangunan bidang agama yang hendak dicapai oleh Kementerian Agama adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan cerdas serta saling menghormati antar pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). TUJUAN
  • 9. RPJMN 2010-2014 VISI, MISI &TUJUAN KEMENTERIAN AGAMA SASARAN STRATEGI NASIONAL 11 PROGRAM KEMENTERIAN AGAMA KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Peningkatan kualitas kehidupan beragama 2 Peningkatan kerukunan umat beragama 3 Peningkatan kualitas Raudhatul Athfal, Madrasah, Perguruan Tinggi Agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan 4 Peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji 5 Penciptaan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa  Peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan keagamaan,  Peningkatan kualitas pelayanan keagamaan,  Optimalisasi potensi ekonomi yang dikelola oleh pranata keagamaan,  Pemberdayaan lembaga sosial keagamaan. SASARAN STRATEGI NASIONAL
  • 10. RPJMN 2010-2014 VISI, MISI &TUJUAN KEMENTERIAN AGAMA SASARAN STRATEGI NASIONAL 11 PROGRAM KEMENTERIAN AGAMA KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR KINERJA KUNCI (IKU) 1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Agama (Setjen) 2 3 4 5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kementerian Agama (Setjen) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Agama (Itjen) Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama (Litbang&Diklat) Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (PHU) Pendidikan Islam (Pendis) Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen) Bimbingan Masyarakat Katolik (Bimas Katolik) Bimbingan Masyarakat Hindu (Bimas Hindu) Bimbingan Masyarakat Buddha (Bimas Budha) 6 7 8 9 10 11 PROGRAM KEMENTERIAN AGAMA
  • 11. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) • Setiap Unit Kerja harus menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai target ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Kementerian Agama. • IKU harus mengacu pada visi, misi dan sasaran Kementerian Agama. • IKU Kementerian Agama dijabarkan ke dalam IKU Unit Eselon I dan demikian seterusnya sampai unit kerja terkecil di bawahnya. • Pencapaian IKU merupakan hasil kumulatif dari pencapaian IKU unit kerja di bawahnya.
  • 12. PERFORMANCE-BASED BUDGETING • Penganggaran didasarkan pada kebutuhan riil biaya untuk menunjang pelaksanaan program dalam rangka mencapai output dan outcome yang ditetapkan sebagai indikator kinerja. • Penganggaran disusun dengan prinsip efisiensi, efektivitas dan ekonomis. • Output dan outcome dari program dan kegiatan yang akan dicapai dirumuskan dengan kualitas dan kuantitas terukur sejalan dengan besaran penggunaan anggaran.
  • 13. L E M B A G A P E R W A K I L A N HUBUNGAN KONTRAKTUAL PEMERINTAH – RAKYAT (PRINSIPAL–AGEN: SOLUSI) Akuntansi Pelaporan Auditing P R I N S I P A L R A K Y A T A G E N P E M E R I N T A H Ketentuan Undang-Undang Rencana Anggaran / Kerja AKUNTABILITAS
  • 14. KANTOR KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI & KABUPATEN/KOTA 1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Agama 2 5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kementerian Agama Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Pendidikan Islam Bimbingan Masyarakat Islam Bimbingan Masyarakat Kristen Bimbingan Masyarakat Katolik Bimbingan Masyarakat Hindu Bimbingan Masyarakat Buddha 6 7 8 9 10 11
  • 15. PERGURUAN TINGGI AGAMA NEGERI 1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenag. 2 3 4 5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kemenag. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenag. Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan Kemenag. Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Pendidikan Islam Bimbingan Masyarakat Islam Bimbingan Masyarakat Kristen Bimbingan Masyarakat Katolik Bimbingan Masyarakat Hindu Bimbingan Masyarakat Buddha 6 7 8 9 10 11 SATUAN KERJA YANG MENANGANI HANYA PROGRAM TERTENTU
  • 16. SATUAN KERJA YANG MENANGANI HANYA PROGRAM TERTENTU LAJNAH PENTAHSIHAN MUSHAF ALQUR’AN, BALAI LITBANG AGAMA & BALAI DIKLAT KEAGAMAAN 1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Agama 2 3 4 5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kementerian Agama Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Agama Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Pendidikan Islam Bimbingan Masyarakat Islam Bimbingan Masyarakat Kristen Bimbingan Masyarakat Katolik Bimbingan Masyarakat Hindu Bimbingan Masyarakat Buddha 6 7 8 9 10 11
  • 17. SATUAN KERJA YANG MENANGANI HANYA PROGRAM TERTENTU MIN, MTSN & MAN 1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Agama 2 3 4 5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kementerian Agama Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Agama Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Pendidikan Islam Bimbingan Masyarakat Islam Bimbingan Masyarakat Kristen Bimbingan Masyarakat Katolik Bimbingan Masyarakat Hindu Bimbingan Masyarakat Buddha 6 7 8 9 10 11
  • 18. SASARAN PENGAWASAN NASIONAL YANG DITETAPKAN MENPAN DAN RB Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN Target IPK Tahun 2014 “5” dan Opini BPK (WTP) Tahun 2014 Pusat 100% dan Pemda 60% • Meningkatkan kepatuhan pengelolaan keuangan negara • Meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan negara • Meningkatkan status opini BPK terhadap pengelolaan keuangan negara • Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang • Penerapan SPI • Peningkatan peran APIP sebagai quality assurance dan consulting • Peningkatan ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Peningkatan kualitas pertanggungjawaban pengelolaaan keuangan negara
  • 19. TUJUAN PENGAWASAN NASIONAL 1. Mendorong reformasi birokrasi di bidang pengawasan khususnya yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); 2. Menetapkan arah kebijakan dan Program Pengawasan Intern Pemerintah pd tahun 2011-2014 dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik; 3. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN; 4. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengawasan intern pemerintah melalui sinergi pengawasan yang dilakukan oleh APIP; 5. Menjadi dasar penyusunan Jakwas Tahunan dan PKPT masing-masing APIP Tahun 2011-2014.
  • 20. TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT JENDERAL  Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tugas Inspektorat Jenderal Kemenag adalah melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agama.  Adapun fungsi Itjen sebagai berikut: a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agama; b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agama terhadap kinerja dan keuanan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya; c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Agama; d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Agama; e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.
  • 21. VISI ITJEN ‘Menjadi pengendali dan penjamin mutu kinerja Kementerian Agama’
  • 22. MISI ITJEN 1. Melaksanakan pengawasan fungsional secara profesional dan independen; 2. Melakukan penguatan sistem pengawasan yang efektif dan terintegrasi; 3. Meningkatkan kompetensi dan integritas moral aparatur pengawasan; 4. Meningkatkan peran konsultan dan katalisator aparat pengawasan; 5. Mendorong akselerasi penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan; 6. Menumbuhkembangkan pengawasan preventif melalui Pengawasan dengan pendekatan agama; 7. Mewujudkan pelayanan administrasi pengawasan yang cepat, tepat, dan akurat berbasis teknologi informasi; 8. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka peningkatan kualitas pengawasan.
  • 23. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) ITJEN 1.Meningkatnya ketaatan aparatur Kementerian Agama terhadap peraturan perundang-undangan; 2.Meningkatnya mutu kinerja aparatur; 3.Meningkatnya akuntabilitas kinerja satuan organisasi /satuan kerja Kementerian Agama.
  • 24. KEBIJAKAN PENGAWASAN ITJEN 1. Pengawasan diarahkan pada kinerja 11 program Kementerian Agama dlm rangka mewujudkan tata kelola Kemenag yang bersih dan berwibawa dan memiliki kinerja yang maksimal; 2. Penetapan sasaran pengawasan didasarkan pada analisis resiko audit. Yaitu satker atau program yang memiliki resiko tinggi menjadi prioritas pengawasan. 3. Orientasi audit diarahkan pada penilaian kinerja satker (out put dan out come) yang dpt dilihat dalam realisasi indikator kinerjanya. Standar ukuran penilaiannya adalah dg menilai tingkat 3 E (efektif, efisien, dan ekonomis); 4. Evaluasi pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) dilaksanakan dlm rangka penilaian akuntabilitas kinerja satker; 5. Prioritas pengawasan Tahun 2012 diarahkan pada program pendidikan yg memiliki anggaran terbesar, perencanaan sbg sumber awal permasalahan satker, dan laporan keuangan; 6. Pengawasan preventif dilaksanakan melalui program PPA dan pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).
  • 25. PERAN ITJEN  Watch dog: melakukan pengawasan fungsional terhadap auditi dengan melihat, membandingkan, mengukur dan menilai kinerja auditi dibandingkan dengan standar kebijakan Menteri dan peraturan yang berlaku dan kmd memberikan rekomendasi.  Katalis: usaha membangun sistem dan mendorong terwujudnya Kemenag menjadi lembaga pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government).  Konsultan: bimbingan dan konsultasi terhadap peningkatan kinerja aparatur berbasis hasil pengawasan.
  • 26. JENIS PENGAWASAN YG DILAKSANAKAN ITJEN • UU 15/2004 menjelaskan bahwa ada 3 jenis pemeriksaan, yaitu: Pemeriksaan Kinerja, Reviu Laporan Keuangan, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu; • PP 60/2008 menjelaskan jenis-jenis pengawasan: audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
  • 27. PROGRAM PENGAWASAN  Program Pengawasan Itjen diarahkan pada 11 Program Kementerian Agama dalam rangka pengendalian dan penjaminan mutu kinerja Kementerian Agama;  Berdasarkan tujuannya, kegiatan pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan utama yang langsung berkaitan dengan quality controll and quality assurance dan kegiatan pendukung (pengawasan lainnya);  Kegiatan pengawasan utama: - Audit dengan fokus audit kinerja dan audit investigatif - Reviu - Evaluasi - Pemantauan/Monitoring;  Kegiatan Pengawasan lainnya: - Sosialisasi mengenai pengawasan - Pendidikan dan pelatihan - Pembimbingan dan konsultansi - Pengelolaan hasil pengawasan - Pemaparan hasil pengawasan
  • 28. AUDIT  Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
  • 29. Jenis Audit Jenis Audit (PP 60 Tahun 2008 Pasal 50) :  Audit Kinerja Audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara antara lain: a. audit atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran; b. audit atas penerimaan, penyaluran, dan penggunaan dana; c. audit atas pengelolaan aset dan kewajiban. Sedangkan audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi antara lain audit atas kegiatan pencapaian sasaran dan tujuan.  Audit dengan Tujuan Tertentu Audit dengan tujuan tertentu antara lain audit investigatif, audit atas penyelenggaraan SPIP, dan audit atas hal-hal lain di bidang keuangan
  • 30. Lanjutan …… Berdasarkan PP 60 Tahun 2008 Pasal 48 ayat 2 selain melakukan audit Inspektorat Jenderal juga melakukan: 1. Reviu Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan 2. Evaluasi Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan 3. Pemantauan Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan 4. Kegiatan Pengawasan Lainnya Kegiatan pengawasan lainnya antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.
  • 31. AUDIT KINERJA  Bertujuan menilai efektifitas, efisiensi, ekonomis, dan ketaatan; • Audit kinerja dilakukan untuk memberikan pengukuran dan penilaian terhadap kinerja satuan organisasi/kerja. • Audit kinerja dilakukan dengan cara melihat, menganalisa, mengukur, dan menilai laporan kinerja satuan organisasi dan membuktikannya dengan bukti fisiknya. Laporan kinerja diukur dan dinilai berdasarkan penetapan kinerja yang telah ditetapkan.
  • 32. OBYEK UTAMA AUDIT KINERJA  Pengelolaan dana APBN, dengan fokus program/ kegiatan strategis;  Pelayanan Publik;  Optimalisasi Penerimaan Negara;  PHLN;  Masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan;  Bersifat khas (mis. audit/pemeriksaan akhir masa jabatan Kepala Satker).
  • 33. AUDIT DENGAN TUJUAN TERTENTU 1. Audit Kasus (fraud audit/audit investigasi); 2. Audit Khusus (special audit): audit keuangan, audit perencanaan, audit PNBP, audit wakaf produktif, audit pendidikan, dll.
  • 34. AUDIT INVESTIGATIF * Bertujuan menyelidiki/mengusut kasus yang menimbulkan kerugian keuangan negara dan kasus indisipliner pegawai; * Dilaksanakan berdasarkan pengaduan masyarakat, pengembangan temuan audit reguler atau permintaan pimpinan instansi pemerintah/aparat penegak hukum.
  • 35. REVIU KEUANGAN  Review keuangan merupakan salah satu jenis pengawasan keuangan dengan melakukan review terhadap laporan keuangan yang telah dibuat oleh entitas pelaporan.  Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode.  Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
  • 36. REVIU (lanjutan...)  Merupakan kegiatan penilaian/telaahan hasil kegiatan suatu instansi pemerintah;  APIP wajib melakukan reviu terhadap Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LK-KL) sbg amanat PP No. 8 Tahun 2006;  Dilaksanakan sebelum LK-KL diserahkan kepada Kementerian Keuangan sbg dasar penyusunan LK-PP.
  • 37. PEMANTAUAN  Merupakan kegiatan APIP yang penting selain audit;  Bertujuan menjaga, mengawal secara terus menerus agar pelaksanaan program/kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditetapkan dan bersinergi dengan kegiatan pengawasan lainnya;  Sarana untuk memberikan rekomendasi tindakan korektif terhadap on going activity;  Obyek pemantauan/monitoring antara lain:  Kegiatan yang bersifat strategis;  Tindaklanjut hasil pengawasan;  Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004.
  • 38. EVALUASI  Evaluasi menghasilkan rekomendasi;  Obyek evaluasi antara lain:  Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);  Evaluasi penggunaan dana APBN;  Evaluasi aspek tertentu penyelenggaraan program Kemenag;  Evaluasi LAKIP;  Evaluasi Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004.
  • 39. SOSIALISASI o Sosialisasi dilaksanakan terutama dalam rangka menyebarluaskan informasi mengenai kebijakan baru pengawasan dalam rangka peningkatan kualitas kinerja 11 program yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama; o Tujuan sosialisasi adalah terwujudnya pengawasan preventif dalam rangka pencegahan perbuatan menyimpang para aparatur Kementerian Agama; o Sosialisasi yang rutin dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal adalah Sosialisasi Program Pengawasan dengan Pendekatan Agama (PPA). Pada tahun 2012 sosialisasi PPA ditujukan pada 5 Kanwil Kemenag. Sosialisasi PPA merupakan salah satu jenis pengawasan preventif yang dilaksanakan oleh Itjen dalam rangka membangun kesadaran rasional para aparatur Kemenag bahwa kita semua selalu diawasi oleh Tuhan. Dengan kesadaran selalu diawasi oleh Tuhan akan berakibat mereka tidak akan ada niat melakukan perbuatan menyimpang. o Selain sosialisasi PPA, Itjen juga akan melakukan sosialisasi Zona Integritas, Sosialisasi Hasil Evaluasi LAKIP, Sosiasilasi Indikator Kinerja, dll.
  • 40. PRIORITAS PENGAWASAN 2012 1. Pada tahun 2011 Itjen telah melakukan Rapat Kordinasi Kebijakan Pengawasan dengan mengundang seluruh Unit Eselon I Pusat, seluruh Rektor dan Ketua Perguruan Tinggi Agama Negeri, seluruh Kepala Kanwil, dan seluruh Kepala Kemenag Kab/Kota se-Indonesia. 2. Rakorjakwas td telah menghasilkan kesepakatan bahwa pada tahun 2012 Itjen akan memprioritaskan pengawasan terhadap: a. Laporan Keuangan (LK); b. Perencanaan (Kinerja dan anggaran); c. Pendidikan; dan d. Perwujudan Program Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) yang di dalamnya termasuk PPA dan PIAK.
  • 41. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan Undang-Undang No 15 Tahun 2004  Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi pemeriksaan atas Pengelolaan Keuangan Negara dan tanggung jawab Keuangan Negara.  Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Tanggungjawab dan tanggung gugat atas amanat yang diemban diwujudkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban keuangan.  Dalam rangka mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Untuk mewujudkan hal itu maka perlu dilakukan pengawasan yang independen dan obyektif.
  • 42. Pengertian Audit dan Perbendaharaan Negara  Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.  Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara). Perbendaharaan dimaksud adalah pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengelolaan kas, pengelolaan piutang dan utang negara, pengelolaan investasi dan barang milik negara, pengelolaan investasi dan barang milik negara keuangan negara, penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, penyelesaian kerugian negara, pengelolaan Badan Layanan Umum, perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN
  • 43. Tujuan Audit Pengelolaan Keuangan Negara 1. Keterkaitan antara pelaksanaan tugas dan fungsi dengan penganggaran atau perencanaan program/kegiatan. 2. Keandalan sistem akuntansi/pencatatan keuangan. 3. Kesesuaian mekanisme pertanggungjawaban keuangan dengan ketentuan. 4. Efektivitas pengawasan terhadap pengelolaan keuangan. Sejalan dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pengawasan di Lingkungan Kementerian Agama yang menegaskan bahwa audit sebagai bagian dari pengawasan dengan maksud untuk menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan pengelolaan keuangan suatu obyek audit. Hasil yang diharapkan dari audit atas pengelolaan keuangan negara adalah sebagai berikut:
  • 44. Pengertian Pengelolaan Keuangan Negara  Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan secara efektif, efisien dan ekonomis (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara)
  • 45. Pengelolaan Keuangan Negara 3 (Tiga) sisi pendekatan definisi Keuangan Negara menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 yaitu: 1. Obyek Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
  • 46. 2. Subyek Seluruh obyek yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara 3. Tujuan Seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek, mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Lanjutan
  • 47. Syarat Kompetensi, Kode etik, dan Standar Audit (PP 60 Tahun 2008 Pasal 51)  Pelaksanaan audit intern di lingkungan Instansi Pemerintah dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor  Syarat kompetensi keahlian sebagai auditor dipenuhi melalui keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi yang diselenggarakan oleh BPKP selaku pembina jabatan fungsional auditor
  • 48. Laporan Hasil Audit  Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah wajib membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi (PP 60 Tahun 2008 Pasal 51)  Secara berkala, Inspektorat Jenderal menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PP 60 Tahun 2008 Pasal 54)
  • 49. Penyelesaian Hasil Audit (Lampiran PP 60 Tahun 2008) 1. Instansi Pemerintah sudah memiliki mekanisme untuk meyakinkan ditindaklanjutinya temuan audit atau reviu lainnya dengan segera 2. Pimpinan Instansi Pemerintah tanggap terhadap temuan dan rekomendasi audit dan reviu lainnya guna memperkuat pengendalian intern. 3. Instansi Pemerintah menindaklanjuti temuan dan rekomendasi audit dan reviu lainnya dengan tepat
  • 51. KELEMAHAN UMUM DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA 1. Kemampuan SDM pengelola keuangan masih kurang memadai; 2. Penetapan anggaran dalam perencanaan banyak tidak didasarkan pada analisis yang kuat, programnya banyak yang mirip; 3. Rencana dan program penggunaan anggaran dalam satu tahun belum dibuat; 4. Dalam membelanjakan anggaran sering terjebak pada nominal yang sudah ditetapkan dalam DIPA. Harga yg ada dlm DIPA adalah harga tertinggi; 5. Penggelembungan/markup harga pengadaan/ pengiriman barang dan jasa;
  • 52. Lanjutan..... 6. Pengadaan barang dan jasa fiktif atau tidak sesuai dengan kontrak/spesifikasi; 7. Pajak pembelian/pengadaan kurang mendapatkan perhatian, tidak dipotong; 8. Adanya kelebihan pembayaran gaji/honor, biaya konsultan; uang Perjalanan Dinas; 9. Pelaksanaan pembelanjaan barang/jasa dipecah-pecah dengan tujuan agar tidak terkena lelang atau tidak terkena pajak; 10. BKU tidak dikerjakan sesuai dengan prinsip akuntansi dan tidak dilengkapi dengan buku pembantu;
  • 53. Lanjutan ……. 11. Masih ada Satker yang belum membuat laporan realisasi penggunaan anggaran secara berkala; 12. Pengeluaran anggaran tidak didukung oleh bukti pengeluaran/kuitansi yang sah; 13. Pemeriksaan kas oleh atasan langsung bendaha-rawan belum dilaksanakan minimal 3 bulan sekali; 14. Bukti pembayaran kuitansi tidak dilengkapi dengan materai dan faktur; 15. Kuitansi belum ditandatangani oleh penerima dan belum disetujui pembayarannya; 16. Pengelolaan PNBP tidak sesuai dengan ketentuan;
  • 54. Lanjutan ……. 17. Diskon pengadaan barang dan jasa tidak disetor ke kas Negara; 18. Penutupan Buku Kas Umum setiap bulan tidak disertai register penutupan kas; 19. Pada saat penutupan buku tgl. 31 Desember masih terdapat anggaran yang tidak terserap, tapi belum disetor ke kas negara; 20. Terdapat pelaksanaan program/kegiatan tidak sesuai dengan perintah DIPA/RKAKL;
  • 55. Lanjutan .... 21. Realisasi anggaran tidak sesuai dengan mata anggaran yang tercantum dalam DIPA, seperti anggaran belanja barang untuk belanja modal dan sebaliknya, belanja modal untuk bansos; 22. Realisasi belanja modal untuk belanja bantuan sosial; 23. Bantuan Sosial untuk instansi vertikal; 24. Masih terdapat Hasil belanja modal belum dicacatkan sesuai aturan; 25. Keterlambatan dalam pengadaan dan pengiriman belanja barang. Denda atas keterlambatan juga terlambat dilakukan;
  • 56. Lanjutan..... 26. Masih diketemukan sejumlah pengeluaran keuangan yang belum disalurkan; 27. Proses penyusunan neraca akuntansi tidak didukung rekonsiliasi antara unit akuntansi barng dan unit akuntansi keuangan; 28. Masih ada Pejabat pembuat komitmen yang merangkap sebagai panitia lelang; 29. Belum atau tidak dimilikinya peralatan penyimpanan uang (brankas); 30. Pengarsipan dokumen tidak rapi dan penga-manannya sangat kurang;
  • 58. Latar Belakang Pembangunan ZI menuju WBK di Kemenag 1. Inpres Nomor 5 Tahun 2004 menginstruksikan agar Menag melakukan langkah-langkah percepatan pemberantasan korupsi di K/L-nya, dengan menetapkan program WBK; 2. Inpres 5 Tahun 2004 dipertegas lagi dengan Inpres 9 Tahun 2011 dan Inpres Nomor 17 Tahun 2011 namun, implementasi Program Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) minim sekali dan secara keseluruhan, keberhasilan upaya pencegahan korupsi melalui ke tiga Inpres tersebut s.d. saat ini, kurang optimal; 3. Pemberantasan korupsi harus dilakukan melalui penindakan dan pencegahan. Penindakan menghasilkan detterence effect, dan pencegahan menghasilkan dampak yang besar dan bersifat jangka panjang, tapi kurang menghasilkan detterence effect. Keduanya perlu disinergikan; 4. Untuk mewujudkan satker WBK, harus dilakukan melalui pembangunan Zona Integritas (ZI), dengan didahului penandatanganan dokumen pakta integritas berdasarkan Per.MENPAN dan RB Nomor 49 Tahun 2011.
  • 59. adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada K/L/Pemda yang pimpinan dan jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan melayani Zona Integritas (ZI) adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja pada ZI yang memenuhi syarat indikator mutlak dan memperoleh hasil penilaian indikator operasional di antara 80 dan 90 Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja pada ZI yang memenuhi syarat indikator mutlak dan memperoleh hasil penilaian indikator operasional 90 atau lebih Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani Pengertian Umum
  • 60. adalah Unit kerja/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Agama serendah-rendahnya Eselon III dengan mempertimbangkan peran unit tersebut menyelenggarakan fungsi pelayanan langsung kepada masyarakat dan mengelola anggaran/aset yang relatif besar sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Pengertian … (Lanjutan) Unit Kerja adalah unit kerja yang ditugasi untuk memberikan dorongan dan dukungan administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. Tugas UPI secara ex-officio dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), dalam hal ini Inspektorat Jenderal Kemenag Unit Penggerak Integritas (UPI) adalah tim yang secara independen akan melakukan penilaian terhadap unit kerja yang dicalonkan memperoleh predikat WBK. Keanggotaan tim terdiri dari unsur Kementerian PAN dan RB, KPK, dan ORI, dan/atau instansi lainnya yang bertugas untuk dan atas nama Kementerian PAN dan RB, KPK, dan ORI Tim Penilai Independen
  • 61. PETA ZI, WBK, WBBM ZONA INTEGRITAS KEMENTERIAN AGAMA WBK/WBBM (UNIT KERJA/SATUAN KERJA)
  • 62. PAKTA INTEGRITAS & PENYELENGGARAAN NEGARA YG BERSIH & BEBAS DARI KKN Di masa depan nanti, Pakta Integritas akan menjadi best practices di semua lini pembangunan. Pemerintahan Indonesia masa depan, Insya Allah, akan bersih dari semua wujud tindak pidana KKN (Presiden RI, 14/08/2009) Pulau Integrit as/ Bebas Dari Korupsi Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 dan Nomor 17 Tahun 2011 Pakta Integri tas
  • 63. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas (PI) (Inpres 17/2011) Pencanangan Pembangunan ZI secara terbuka Proses Pembangunan ZI: Program pencegahan korupsi: LHKPN, Kode Etik, Whistle Blower, PIAK, pengendalian Gratifikasi, dll. APIP sebagai Unit Penggerak Integritas (UPI) Identifikasi Pengajuan Calon Unit Kerja WBK kepada MenPAN & RB Monitoring dan Penilai-an oleh Tim Independen (KemPAN & RB, KPK, ORI) • Indikator Mutlak • Indikator Operasional - Indikator Utama - Indikator Penunjang Penetapan Unit Kerja sebagai WBK/WBBM* 1 2 3 4 5 6 *Penetapan WBK dilakukan oleh MenPAN & RB berdasarkan usulan Tim Independen * Penetapan WBBM dilakukan oleh Presiden berdasarkan usulan Tim Independen kepada Presiden melalui Menpan dan RB Pembangunan ZI menuju WBK
  • 64. Indikaktor Penilaian WBK Indikator Mutlak tingkat Satker [8] Indikator Operasional: a. Utama (10), bobot 60% b.Penunjang (8), bobot 40% WBK (min diatas 80) WBBM (min diatas 90) Indikator Mutlak pada tingkat K/L/Pemda adalah Opini Keuangan BPK sekurang-kurangnya WDP pada saat pengajuan calon WBK
  • 65. Indikator Mutlak Unsur Indikator 1. nilai minimum indeks integritas berdasarkan penilaian KPK; 2. nilai minimum indeks kepuasan masyarakat berdasarkan penilaian Kementerian PAN dan RB; 3. jumlah maksimum kerugian negara (KN) yang belum diselesaikan (%) berdasarkan penilaian BPK; 4. jumlah maksimum temuan in-efektif (%) berdasarkan peni- laian APIP; 5. jumlah maksimum temuan in-efisien (%) berdasarkan penilai- ian APIP; 6. persentase maksimum jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin karena penyalahgunaan pengelolaan keuangan berdasarkan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian; 7. persentase maksimum jumlah pengaduan masyarakat yang tidak diselesaikan berdasarkan hasil pemeriksaan APIP; 8. persentase maksimum jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman karena tindak pidana korupsi berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
  • 66. Indikator Utama, Bobot 60% 1. penandatanganan Dokumen Pakta Integritas; 2. LHKPN; 3. akuntabilitas kinerja; 4. laporan keuangan; 5. kode etik; 6. sistem perlindungan pelapor (whistle blower system); 7. program pengendalian gratifikasi; 8. kebijakan penanganan benturan kepentingan (conflict of interest); 9. program inisiatif anti korupsi; 10. kebijakan pembinaan purna tugas (Post employment policy); Indikator Operasional
  • 67. Indikator Penunjang, Bobot 40% 1. promosi jabatan secara terbuka; 2. rekruitment secara terbuka; 3. mekanisme pengaduan masyarakat; 4. pengukuran kinerja individu; 5. e-Procurement; 6. keterbukaan informasi publik. 7. pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan (BPK-RI, BPKP, KPK, Itjen Kemenag); 8. penerapan peraturan disiplin PNS sesuai PP Nomor 53 Tahun 2010; Indikator Operasional
  • 69. NO. DIMENSI PERMASALAHAN 1. Pola pikir dan budaya kerja (mind set and culture set) Belum mampu menciptakan birokrat yang profesional, yang berorientasi pada pelayanan yang lebih baik dan kinerja yang optimal 2. Akuntabilitas Pemerintah Masih terdapat kesalahan dan penyalahgunaan wewenang dalam administrasi kepemerintahan 3. Peraturan perundangan Masih banyak peraturan perundang-undangan yang overlapping, tidak konsisten, multi- interpretasi, yang perlu ditinjau ulang, diselaraskan, dan disempurnakan 4. Pelayanan Masyarakat Pelayanan kepada masyarakat masih belum memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat, dan hak dasar yang dimiliki oleh warganegara 5. Manajemen SDM Manajemen SDM belum diimplementasikan secara total untuk meningkatkan kinerja pegawai dan organisasi PERMASALAHAN BIROKRASI
  • 70. 1.SDM (kompetensi dan penyebaran tidak sesuai dengan kebutuhan, etos kerja, dan kesejahteraan rendah) 2. Struktur Organisasi (gemuk, tidak proporsional, tidak efektif dan tidak efisien 3. Prosedur kerja (belum ada SPO, berbelit-belit dan biaya tinggi. 1.Tingginya harapan masyarakat, ditambah masyarakat yang tidak sabar, 2.Mutu pelayanan masih rendah; 3. Tidak sinkronnya struktur organisasi. DIHADAPKAN PADA KONDISI OBJEKTIF BIROKRASI KEMENAG
  • 71. PENGERTIAN Suatu proses untuk mengubah proses dan prosedur birokrasi publik, dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional SASARAN PERUBAHAN 1. Proses dan Prosedur (instrumental) 2. Lembaga (structural) 3. Sikap dan Tingkah Laku (mental & cultural) PENGERTIAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI
  • 72. VISI DAN MISI REFORMASI BIROKRASI VISI Memantapkan birokrasi yang profesional dan memiliki integritas tinggi yang mampu menyediakan pelayanan yang bermutu dan mendukung manajemen pemerintahan yang demokratis untuk mewujudkan good governance pada tahun 2025 MISI 1. Menyempurnakan regulasi, melalui formulasi, revisi dan perbaikan 2. Restrukturisasi organisasi; proses kerja; manajemen pola karir, mutasi dan rekrtumen pegawai; remunerasi 3. Optimalisasi TIK 4. Memperkuat mekanisme pengawasan 5. Merubah mind set dan culture set
  • 73. GOAL & OBJECTIVES REFORMASI BIROKRASI GOALS Aparatur negara yang profesional dengan karakteristik: mampu beradaptasi, integritas, kinerja tinggi, bebas KKN, mampu melayani, berdedikasi, tidak beraliansi politis, menjunjung nilai dan kode etik pegawai negeri. OBJECTIVES Meningkatnya kinerja birokrasi yang berorientasi hasil melalui perubahan yang terencana, bertahap dan integral pada komponen birokrasi pemerintah, yaitu: peraturan perundang-undangan, organisasi, proses kerja, manajemen SDM, pola pikir & budaya kerja, sistem akuntabilitas, kualitas pelayanan, dan sistem monitoring dan evaluasi, serta pegawasan.
  • 74. MANFAAT REFORMASI BIROKRASI Masyarakat • Pelayanan yang lebih sederhana, nyaman melalui otomatisasi dan pelayanan terpadu; • Akses pelayanan yang mudah. Pegawai • Mendukung kinerja menjadi lebih baik; • Meningkatkan pemahaman bahwa pekerjaan mereka adalah career, bukan job. Kementerian Pencapaian visi dan misi lebih optimal melalui pelaksanaan tugas dan fungsi yang maksimal.
  • 75. AREA PERUBAHAN DALAM REFORMASI Organisasi Proses Kerja SDM Regulasi Pengawasa n Akuntabilit as Pelayanan Publik Culture set & mind set Organisasi yang tepat ukuran dan fungsi Proses kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, yang menunjang prinsip good governance Aparatur yang memiliki integritas, netral, kompeten, capable, profesional, kinerja tinggi dan sejahtera Regulasi yang kondusif, tepat dan tidak tumpang tindih Meningkatkan pemerintahan yang bebas KKN Meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi Memenuhi pelayanan yang excellent Birokrasi yang berintegritas dan berkinerja tinggi
  • 76. PRINSIP REFORMASI BIROKRASI Berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik Berorientasi pada peningkatan kinerja Integritas Akuntabilitas Transparansi Penegakan hukum/aturan Desentralisasi/pembagian wewenang Antisipatif Inovatif
  • 77. KONDISI YANG DIHARAPKAN 2014 2025 • Jumlah Aparatur yang proporsional dan profesional • Tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih • Birokrasi yang akuntabel dan memiliki kapasitas • Mobilitas pegawai antar pusat dan daerah • Penghasilan dan kesejahteraan Aparatur meningkat • Tata kelola kepemerintahan yang baik dan mantap melalui birokrasi negara yang profesional, integritas tinggi, dan berorientasi pada pelayanan publik.
  • 78. PELAKSANAAN REFORMASI Organisasi Proses Kerja SDM R e g u l a si Pengawasan Internal Akuntabilitas Pelayanan Publik Pengawasan Publik Partisipasi K/L/Pemda Culture & Mind Set
  • 79. www.itjen.kemenag.go.id DUMAS ONLINE (Pengaduan Masyarakat) Kirim Ke: INSPEKTUR JENDERAL (IRJEN) KEMENTERIAN AGAMA RI Jl. RS. Fatmawati No. 33A Jakarta Selatan Telp. (021) 75916038 Fax. (021) 7692112 Email: dumas_online@itjen.kemenag.go.id