SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
SAKRAMEN-SAKRAMEN
 Kata “sakramen” berasal dari bahasa Latin
“sacramentum” yang berarti : hal-hal yang
berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi.
 Dalam konteks agama katolik, sakramen
berarti : Tanda dan Sarana keselamatan Allah
yang diberikan kepada manusia.
 Tujuan sakramen : (SC 59)
1. Menguduskan manusia
2. Membangun Tubuh Kristus
3. Mempersembahkan ibadat kepada Allah
 Sebagai Tanda dan Sarana keselamatan,
maka sakramen hendaknya diterima
berdasarkan Iman.
 Sakramen biasanya diungkapkan dengan
kata-kata dan tindakan.
 Dalam semua sakramen selalu mengandung 2
unsur yang hakiki, yaitu :
1. Forma (=kata-kata yang menjelaskan peristiwa
Ilahi)
2. Materia (= barang / tindakan tertentu yang
kelihatan)
 Dalam Gereja Katolik ada 7 sakramen :
1. Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma & Ekaristi)
2. Sakramen Penyembuhan (Tobat & Pengurapan
orang sakit)
3. Sakramen Persekutuan dan Perutusan umat
beriman (Perkawinan & Imamat)
 Melalui sakramen-sakramen ini Allah berkehendak
mewujudkan keselamatan-Nya bagi manusia.
 Dari ketujuh sakramen tersebut, Ekaristilah yang
menjadi sakramen segala sakramen, artinya : semua
sakramen yan lain diarahkan kepada Ekaristi sebagai
tujuannya, karena Ekaristilah yang menjadi “sumber
dan puncak seluruh hidup kristian” (LG 11)
I. SAKRAMEN BAPTIS
(Cfr. Mat 3:13-17 par; Mat 28:19-20)
 Sakramen baptis merupakan salah satu bagian
dari sakramen inisiasi.
Inisiasi berasal dari bahasa Latin “inire” (masuk ke dalam), atau
“initiare” (memasukkan ke dalam), atau “initium” (awal)
 Melalui inisiasi ini orang dimasukkan ke dalam
keanggotaan Gereja, yang tampak secara nyata
di dalam peristiwa pembaptisan.
 Baptis berasal dari kata “baptizein” atau
“baptismos” (Yunani), yang berarti :
“mencelupkan ke dalam air” atau “membasuh
dengan air”.
 Pembaptisan merupakan upacara inisiasi,
berarti bahwa orang yang belum termasuk
dalam kelompok orang yang percaya kepada
Yesus Kristus dimasukkan ke dalam kelompok
dengan segala hak dan kewajibannya.
 Pembaptisan juga diartikan bahwa orang
dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali
sebagai putera-puteri Allah.
 Dengan demikian maka pembaptisan
merupakan tanda perjajian antara Allah yang
berprakarsa untuk menawarkan keselamatan
dan kehidupan sejati dengan manusia yang
beriman kepada-Nya.
 Di dalam Gereja Katolik hanya ada satu
pembatisan, yaitu pembaptisan dengan air.
 Pembaptisan dengan air sungguh diimani
sebagai meterai rohani yang tak terhapuskan
dan diterimakan hanya satu kali untuk selama-
lamanya (tidak dapat diulang).
 Dalam pembaptisan, orang juga menerima
pengurapan minyak krisma sebagai tanda
pengurapan Roh Kudus, agar orang yang
dibaptis boleh mengambil bagian dalam tugas
imamat, kanabian,dan penggembalaan Yesus
Kristus.
 Siapa yang boleh dibaptis ?
= mereka yang diperbolehkan menerima pembaptisan adalah
setiap orang (sejauh tidak ada halangan) dan yang belum
dibaptis, baik anak-anak (bayi) maupun orang dewasa.
 Mengapa pembaptisan anak-anak perlu
dilakukan ?
= menurut iman Katolik, pembaptisan anak-anak itu perlu karena
mereka dilahirkan dengan kodrat manusia yang jatuh ke dalam
dosa dan dinodai oleh dosa asal. Mereka membutuhkan
kelahiran kembali di dalam pembaptisan supaya mereka
dibebaskan dari kuasa kegelapan.
Dalam pembaptisan anak-anak, yang pertama-tama
mengungkapkan imannya adalah Gereja dan orang tuanya.
 Dalam pembaptian dewasa ada beberapa
proses yang harus dilalui :
1. Tahap I : Masa Pra-katekumenat
= Saat untuk menampung para simpatisan, menjernihkan
motivasi dan memperkenalkan Kristus sehingga
mereka mulai bertobat dan beriman.
Masa ini ditutup dengan pelantikan menjadi katekumen.
2. Tahap II : Masa Katekumenat
= Saat untuk menjalani pembinaan menyeluruh guna
menjadi orang Katolik, baik melalui kegiatan katekese
dan perayaan-perayaan liturgi maupun penanaman
berbagai macam sikap dan keutamaan Kristiani.
Masa ini ditutup degan pemilihan sebagai calon baptis.
3. Tahap III : Masa Persiapan Terakhir
= Saat untuk mempersiapkan diri dan hidup guna menerima
Sakramen Baptis (dan sakramen-sakramen lainnya).
Masa ini ditutup dengan penerimaan sakramen inisiasi
sebagai wujud bahwa seseorang sudah menjadi anggota
penuh dalam Gereja.
4. Tahap IV : Masa Mistagogi
= Saat di mana para baptisan baru dibimbing untuk semakin
mendalami penghayatan iman mereka, baik dalam perayaan
Ekaristi maupun dalam persekutuan umat beriman.
 Note : Pembaptisan dalam keadaan wajar dapat dilakukan oleh Uskup,
Imam dan Diakon (tertahbis), sedangkan dalam keadaan darurat
pebaptisan dapat dilakukan oleh setiap orang dengan tetap
memperhatikan rumusan Trinitas : “NN, aku membaptis engkau atas
nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”
II. SAKRAMEN KRISMA
 Pada mulanya sakramen krisma / penguatan ini tidak
terpisahkan dengan sakramen baptis. Kedua sakramen
ini dilaksanakan dalam satu rangkaian upacara, yaitu
penerimaan pembaptisan pada malam Paskah, yang
dilakukan oleh Uskup.
 Zaman berubah dan perkembangan umat bertambah,
sedangkan jumlah Uskup terbatas dan kehadiran Uskup
juga terbatas, maka pelaksanaan sakramen krisma
dipisahkan dengan sakramen baptis.
 Pembaptisan sungguh dipusatkan pada baptisan air,
sedangkan krisma lebih pada pengurapan dengan Roh
Kudus.
 Sakramen krisma melengkapi ataupun
menyempurnakan rahmat pembaptisan, artinya :
dengan menerima sakramen krisma orang secara
nyata diikutsertakan dalam tugas publik umat, yaitu
mewartakan kabar gembira keselamatan Allah bagi
dunia (LG 11)
Dkl. Seseorang yang menerima sakramen krisma
dianggap layak untk menjadi saksi Kristus dalam
kehidupannya sehari-hari karena rahmat pengurapan
Roh Kudus.
 Unsur pokok dalam penerimaan sakramen krisma
adalah :
1. Penumpangan tangan sebagai tanda pencurahan Roh
Kudus
2. Pengurapan dengan minyak krisma di dahi sambil berkatan
: “NN, terimalah tanda karunia Roh Kudus”
 Sakramen krisma diberikan oleh Uskup atau Wakil
Uskup yang diberi kuasa (biasanya Vikjen / Vikaris
Jenderal).
 Setiap orang yang sudah dibaptis dan belum menerima
Krisma berhak dan harus menerima sakramen krisma.
 Dalam penerimaan sakramen krisma ini perlu
diperhatikan soal kedewasaan seseorang, khususnya
kedewasaan iman agar rahmat Roh Kudus sungguh
dapat berdaya guna bagi orang yang bersangkutan.
(usia 13 – 15 tahun)
 Sakramen krisma ini diberikan satu kali, sebagai meterai
rohani yang tak terhapuskan.
III. SAKRAMEN EKARISTI
 Ekaristi berasal dari kata Latin “Eucharistia”
atau kata Yunani “Eucharistein”, yang berarti :
Ucapan Syukur.
 Ekaristi pertama-tama dilihat dan dipahami
sebagai : (I Kor 11:23-26; Luk 22:14-20)
1. Kenangan akan Perjamuan Terakhir yang
diadakan Kristus bersama para rasul
2. Kenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus
 Bagi Gereja Katolik, sakramen ekaristi
dipahami sebagai “sumber dan puncak seluruh
hidup kristiani” (LG 11)
 Dalam merayakan Ekaristi, Gereja Katolik
mempunyai kerangka dasar yang sepanjang
sejarah tetap sama sampai sekarang, yaitu :
1. Liturgi Sabda, yang terdiri dari : bacaan KS,
kotbah, dan doa umat.
2. Liturgi Ekaristi, yang terdiri dari : persembahan
roti dan anggur, doa syukur agung, dan komuni.
 Di dalam ekaristi inilah Gereja meyakini Kristus hadir.
Kehadiran Kristus terjadi di dalam seluruh perayaan
ekaristi (awal s/d akhir) dan dalam semua peserta
perayaan (imam dan umatnya) Cfr. SC 7
 Pemahaman di atas bukan berarti lalu menghilangkan
arti misteri kehadiran Kristus dalam rupa roti dan anggur
(Realis Praesentia).
 Kehadiran Kristus tetap dirasakan pada saat roti dan
anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah
(Transubstantiatio). Transubstantiatio (perubahan) ini
terjadi karena kekuatan Sabda Kristus dan kekuatan
Roh Kudus pada saat konsekrasi.
 Tubuh dan Darah Kristus disambut oleh umat pada saat
komuni. (dari kata Latin “communio” yang berarti : “kesatuan”).
Dkl. Menyambut komuni berarti mengalami kesatuan dengan Kristus
dan kesatuan dengan umat.
 Perayaan ekaristi bukan bukan perayaan pribadi (satu
orang), melainkan perayaan bersama. Oleh karena itu
dituntut partisipasi aktif dari para peserta untuk
mengambil bagian di dalamnya, baik sebagai umat biasa
maupun sebagai petugas.
 Ekaristi juga bukan sebagai kewajiban atau formalitas
belaka (setiap minggu ikut misa), melainkan sebagai
kebutuhan hakiki di dalam hidup.
IV. SAKRAMEN TOBAT
 Situasi kedosaan manusia di satu pihak dan kasih setia
Allah yang diberikan kepada manusia di lain pihak,
sungguh dapat dirasakan dan dihayati dalam Gereja
melalui sakramen tobat atau sakramen pengampunan
dosa.
 Iman Katolik mengatakan bahwa orang berdosa berarti
berdosa di hadapan Allah dan di hadapan Gereja.
 Melalui sakramen pengampunan dosa, orang tidak
hanya diampuni dosa-dosanya, melainkan dapat
mengambil bagian lagi secara penuh dalam kehidupan
Gereja. Dkl. Melalui sakramen tobat, orang memperoleh
pengampunan dari Allah dan sekaligus didamaikan
dengan Gereja. (LG 11)
 Praktek sakramen tobat pada zaman Gereja perdana /
pada zaman para Bapa Gereja berbeda dengan
praktek zaman sekarang :
1. Zaman dulu
 Orang berbuat dosa (membunuh, merampok, berzinah, dan
murtad) harus mengaku dosa dihadapan Uskup
 Dilakukan secara publik dan terbuka
 Memakai pakaian khusus dan mempunyai tempat khusus di
gedung gereja (di luar gedung gereja)
 Diwajibkan berpuasa, berdoa, dan bersedekah
 Tidak diperbolehkan mengambil bagian dalam perayaan ekaristi
 Orang dapat menjalani tobat hanya satu kali, dan apabila ia jatuh
lagi dalam dosa, maka ia tidak diberi kesempatan kembali
menjadi anggota aktif dalam Gereja.
2. Zaman Sekarang
 Orang yang berdosa cukup mengaku dosa secara pribadi
 Dilayani oleh seorang Imam
 Denda atas dosa biasanya berupa doa
 Sakramen tobat ini dapat diterima lebih dari satu kali.
 Dari kedua praktek tersebut di atas, satu hal yang tetap
dipertahankan yaitu Gereja Katolik yakin bahwa melalui Gereja
(Uskup dan Imam) Allah berkenan untuk melimpahkan rahmat
pengampunan-Nya kepada orang berdosa.
 Dua hal penting yang harus diperhatikan :
1. Dari pihak orang yang berdosa dituntut penyesalan, pengakuan dosa,
membuat silih atas dosa (penitensi) serta memperbaiki diri dan hidup.
2. Dari pihak Gereja (Uskup dan Imam) berkat tahbisannya diberi
wewenang atau kuasa untuk mengampuni segala dosa (memberi
absolusi) atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
V. SAKRAMEN PERKAWINAN
 Iman Katolik melihat dan memahami perkawinan
sebagai panggilan Allah. Allah memanggil pria
dan wanita untuk hidup secara khusus, yaitu
membangun hidup berkeluarga.
 Hidup bekeluarga hendaknya dipahami sebagai
bentuk kehidupan yang sungguh suci dan agung
serta patut disyukuri karena merupakan karya
agung Allah sendiri.
 Perkawinan Katolik dipahami sebagai :
“Perjanjian perkawinan, dengan mana pria dan wanita
membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari
sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami isteri
serta pada kelahiran dan pendidikan anak; oleh Kristus
Tuhan, perkawinan antara orang-orang yang dibaptis
diangkat ke martabat Sakramen” (KHK, Kan, 1055 par.1)
 Dari rumusan di atas dapat ditegaskan unsur-
unsur paham Gereja mengenai perkawinan :
1. Perjanjian Perkawinan
 Lambang real hubungan antara Tuhan dan umat-Nya
 Sehidup semati
2. Kebersamaan seluruh hidup
 Hubungan pribadi suami istri yang beraspek kualitatif
(bukan kuantitatif) di segala bidang kehidupan.
3. Antara pria dan wanita
 Kebersamaan hidup dalam keluarga sungguh terjadi
antara pria dan wanita (bukan pria dengan pria atau
wanita dengan wanita)
4. Terarah pada kesejateraan suami istri
 Perkawinan bertujuan untuk kebahagiaan lahir batin bagi
suami istri untuk selamanya.
5. Terarah pada anak
 Perkawinan terbuka pada prokreasi (keturunan) yang
terjadi dalam hubungan persetubuhan suami istri, serta
usaha mendidik anak dengan sebaik-baiknya
(khususnya pendidikan iman).
6. Perkawinan sebagai sakramen
 Perkawinan ini terjadi antara dua orang yang dibaptis
(baik baptis Katolik maupun Kristen).
 Sifat hakiki perkawinan : (KHK, Kan. 1056)
1. Monogami (= seorang pria dan seorang wanita)
2. Tak terceraikan (= ikatan perkawinan tidak terputuskan
oleh kemauan suami istri sendiri ataupun kuasa manusia,
mis. Instansi tertentu, kecuali karena kematian
pasangannya / kematian secara wajar).
 Proses menuju perkawinan :
1. Menghadap ketua lingkungan setempat
2. Menghadap pastor paroki 3 bulan sebelum hari pernikahan,
sambil menyelesaikan surat-surat yang dibutuhkan baik oleh
Gereja maupun catatan sipil
3. Menghadap pastor paroki untuk menjalani penyelidikan kanonik
4. Pengumuman di Gereja sebanyak 3 kali (3 minggu)
 Tata peneguhan perkawinan : (KHK, Kan 1108 par 1)
Perkawinan hanyalah sah bila :
1. Dilangsungkan di hadapan ordinaris wilayah (Uskup) atau pastor
paroki atau imam maupun diakon - yang diberi delegasi oleh
salah satu dari mereka itu – yang meneguhkannya,
2. Serta dihadapan 2 orang saksi
 Perkawinan campur :
1. Perkawinan beda Agama
= perkawinan yang terjadi antara seorang yang sudah
dibaptis dalam Gereja Katolik, atau yang sudah diterima
di dalamnya, dengan seorang yang tidak dibaptis.
Maka untuk mengesahkan perkawinan ini diperlukan
DISPENSASI dari ordinaris wilayah (Uskup)
2. Perkawinan beda Gereja
= Perkawinan yang terjadi antara seorang yang sudah
dibaptis dalam Gereja Katolik, atau yang sudah diterima
di dalamnya, dengan seorang yang dibaptis dalam
Gereja Kristen.
Maka untuk mengesahkan perkawinan ini diperlukan
IZIN dari ordinaris wilayah (Uskup).
VI. SAKRAMEN IMAMAT
 Melalui sakramen imamat / tahbisan seseorang diangkat
menjadi pemimpin resmi dalam Gereja, baik dalam
pelayanan sakramen-sakramen maupun dalam seluruh
kehidupan dan kegiatan Gereja.
Dkl. Dengan sakramen tahbisan orang “diangkat untuk
menggembalakan Gereja dengan sabda dan rahmat
Allah” (LG 11)
 Melalui tahbisan suci, seseorang boleh mengambil
bagian dalam imamat Yesus Kristus, khususnya imamat
jabatan. Imamat jabatan inilah yang menjadikan
seseorang bertindak atas nama Kristus dan atas nama
seluruh Gereja.
 Imamat jabatan hendaklah dimengerti dan dihayati
sebagai salah satu bentuk pelayanan (LG 24). Dkl.
Melalui tahbisan orang menjadi pelayan Kristus dan
sekaligus pelayan Gereja.
 Dalam Gereja Katolik, ada 3 jenjang tahbisan suci :
1. Tahbisan Uskup (LG 21)
2. Tahbisan Imam (LG 28)
3. Tahbisan Diakon (LG 29)
 Inti sakraman tahbisan adalah penumpangan tangan
oleh Uskup atas orang yang tertahbis dan doa
pencurahan Roh Kudus.
 Tahbisan merupakan meterai atau tanda rohani yang
tidak terhapuskan dan tidak dapat diulang atau
dikembalikan.
VII. SAKRAMEN PENGURAPAN
ORANG SAKIT
 Dalam Gereja Katolik ada suatu kebiasaan untuk
mendoakan orang sakit.
 Gereja mengimani bahwa di dalam doa, Allah sungguh
berkarya untuk menyembuhkan yang sakit dan
memberkan keselamtan padanya. Secara nyata
kebiasaan ini tampak dalam penerimaan sakramen
pengurapan orang sakit (cfr. Yak 5:14-16).
 Selain doa resmi, dilakukan juga pengolesan dengan
minyak pengurapan orang sakit (OI = Oleum Infirmorum)
 Melalui sakramen pengurapan orang sakit, seseorang
dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit
dengan mulia, yang menjadi sumber pengharapan dan
kekuatan bagi si sakit. (Cfr. LG 11)
 Sakramen pengurapan orang sakit hanya diberikan
kepada orang yang sakit berat.
 Hal yang penting diperhatikan adalah bahwa
penerimaan sakramen ini bukan dimaksudkan untuk
mereka yang sudah hampir menemui ajal, tetapi
hendaklah diberikan kepada mereka sewaktu belum
parah, sehingga ia dapat ikut serta dalam perayaan
perminyakan suci.
 Sakramen ini jangan dipandang sebagai yang
mendatangkan maut atau mempercepat kematian, tetapi
dipahami sebagai karya Allah yang akan menyelamatkan
(menyembuhkan) si sakit. Allah sungguh berperan bagi
si sakit, baik menyembuhkan atau memanggil si sakit ke
hadapan-Nya untuk selamanya.
 Sakramen ini hanya boleh diberikan oleh Imam atau
Uskup, dengan mengolesan minyak orang sakit (OI =
Oleum Infirmorum) di dahi dan tangan si sakit.
 Sakramen ini dapat diterima berulang kali.

More Related Content

What's hot

Sakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHKSakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHKGiovanni Promesso
 
Pel. 14 Sakramen Baptis
Pel. 14 Sakramen BaptisPel. 14 Sakramen Baptis
Pel. 14 Sakramen BaptisKornelis Ruben
 
Pelajaran 3 - Beriman Kristiani
Pelajaran 3  - Beriman KristianiPelajaran 3  - Beriman Kristiani
Pelajaran 3 - Beriman KristianiKornelis Ruben
 
Makalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannya
Makalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannyaMakalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannya
Makalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannyaPurnawan Kristanto
 
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)Kornelis Ruben
 
Menjadi Katolik Hingga Dunia Terbalik
Menjadi Katolik Hingga Dunia TerbalikMenjadi Katolik Hingga Dunia Terbalik
Menjadi Katolik Hingga Dunia TerbalikLusius Sinurat
 
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slidesharePak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshareDave Alexius Inkiriwang
 
Pembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misionerPembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misionerLucky Singal
 
Pel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
Pel. 11 Gereja Sebagai PersekutuanPel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
Pel. 11 Gereja Sebagai PersekutuanKornelis Ruben
 
Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan
Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatanGereja sebagai tanda dan sarana keselamatan
Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatanStefan Andry
 
sakramen krisma.ppt
sakramen krisma.pptsakramen krisma.ppt
sakramen krisma.pptDinarDorotea
 
Memahami Makna Paskah (MMP)
Memahami Makna Paskah (MMP)Memahami Makna Paskah (MMP)
Memahami Makna Paskah (MMP)SABDA
 

What's hot (20)

Sakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHKSakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHK
 
Pel. 14 Sakramen Baptis
Pel. 14 Sakramen BaptisPel. 14 Sakramen Baptis
Pel. 14 Sakramen Baptis
 
Pelajaran 3 - Beriman Kristiani
Pelajaran 3  - Beriman KristianiPelajaran 3  - Beriman Kristiani
Pelajaran 3 - Beriman Kristiani
 
Penyegaran katekis inisiasi
Penyegaran katekis inisiasiPenyegaran katekis inisiasi
Penyegaran katekis inisiasi
 
Makalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannya
Makalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannyaMakalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannya
Makalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannya
 
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
 
Warna liturgi
Warna liturgiWarna liturgi
Warna liturgi
 
Ppt 3 gereja
Ppt 3   gerejaPpt 3   gereja
Ppt 3 gereja
 
Menjadi Katolik Hingga Dunia Terbalik
Menjadi Katolik Hingga Dunia TerbalikMenjadi Katolik Hingga Dunia Terbalik
Menjadi Katolik Hingga Dunia Terbalik
 
Pak kelas7 bahan bab3 uh2 uas sm1 dave
Pak kelas7 bahan bab3 uh2 uas sm1 davePak kelas7 bahan bab3 uh2 uas sm1 dave
Pak kelas7 bahan bab3 uh2 uas sm1 dave
 
Pak kelas9 bahan bab2 uts sm1 dave-ss
Pak kelas9 bahan bab2 uts sm1 dave-ssPak kelas9 bahan bab2 uts sm1 dave-ss
Pak kelas9 bahan bab2 uts sm1 dave-ss
 
Pak kelas8 bahan bab6 uts sm2 dave
Pak kelas8 bahan bab6 uts sm2 davePak kelas8 bahan bab6 uts sm2 dave
Pak kelas8 bahan bab6 uts sm2 dave
 
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slidesharePak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
 
Pembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misionerPembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misioner
 
Pel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
Pel. 11 Gereja Sebagai PersekutuanPel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
Pel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
 
Pakaian liturgi
Pakaian liturgiPakaian liturgi
Pakaian liturgi
 
Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan
Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatanGereja sebagai tanda dan sarana keselamatan
Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan
 
Apa itu Doa?
Apa itu Doa?Apa itu Doa?
Apa itu Doa?
 
sakramen krisma.ppt
sakramen krisma.pptsakramen krisma.ppt
sakramen krisma.ppt
 
Memahami Makna Paskah (MMP)
Memahami Makna Paskah (MMP)Memahami Makna Paskah (MMP)
Memahami Makna Paskah (MMP)
 

Similar to SAKRAMEN GEREJA

Bahan sosialisasi bkl 2015
Bahan sosialisasi bkl 2015Bahan sosialisasi bkl 2015
Bahan sosialisasi bkl 2015karangpanas
 
Materi Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptx
Materi Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptxMateri Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptx
Materi Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptxBOWLNChannel
 
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik KristusPtt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik KristusRuangguruKristen
 
Konstitusi tentang liturgi suci
Konstitusi tentang liturgi suciKonstitusi tentang liturgi suci
Konstitusi tentang liturgi suciQLang Project
 
Misi Evangelisasi, Introduksi
Misi Evangelisasi, Introduksi Misi Evangelisasi, Introduksi
Misi Evangelisasi, Introduksi Chatarina Pantja W
 
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)Giovanni Promesso
 
Ekaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo Winarto
Ekaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo WinartoEkaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo Winarto
Ekaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo Winartojosefboediarto
 
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam GerejaRevitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam GerejaGiovanni Promesso
 
Latihan pelayan sel rev.
Latihan pelayan sel rev.Latihan pelayan sel rev.
Latihan pelayan sel rev.wilaxmalaikat
 
Pel. 14 akramen baptis
Pel. 14 akramen baptisPel. 14 akramen baptis
Pel. 14 akramen baptisKornelis Ruben
 
Lat pel sel (pribadi)
Lat pel sel (pribadi)Lat pel sel (pribadi)
Lat pel sel (pribadi)wilaxmalaikat
 
AGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJA
AGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJAAGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJA
AGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJAVenansiusGanggus
 

Similar to SAKRAMEN GEREJA (20)

Bahan sosialisasi bkl 2015
Bahan sosialisasi bkl 2015Bahan sosialisasi bkl 2015
Bahan sosialisasi bkl 2015
 
Modul agama kristen
Modul agama kristenModul agama kristen
Modul agama kristen
 
Materi Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptx
Materi Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptxMateri Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptx
Materi Sakramen Untuk Sekolah Sidi1.pptx
 
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik KristusPtt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
 
Pembaptisan bayi
Pembaptisan bayiPembaptisan bayi
Pembaptisan bayi
 
Konstitusi tentang liturgi suci
Konstitusi tentang liturgi suciKonstitusi tentang liturgi suci
Konstitusi tentang liturgi suci
 
Nabi dan dogma
Nabi dan dogmaNabi dan dogma
Nabi dan dogma
 
Misi Evangelisasi, Introduksi
Misi Evangelisasi, Introduksi Misi Evangelisasi, Introduksi
Misi Evangelisasi, Introduksi
 
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
 
Ekaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo Winarto
Ekaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo WinartoEkaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo Winarto
Ekaristi sebagai sakramen cinta kasih oleh Romo Winarto
 
Ppt 3 gereja
Ppt 3   gerejaPpt 3   gereja
Ppt 3 gereja
 
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam GerejaRevitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
 
Pel 1 evang.oikos
Pel 1 evang.oikosPel 1 evang.oikos
Pel 1 evang.oikos
 
Latihan pelayan sel rev.
Latihan pelayan sel rev.Latihan pelayan sel rev.
Latihan pelayan sel rev.
 
Pel. 14 akramen baptis
Pel. 14 akramen baptisPel. 14 akramen baptis
Pel. 14 akramen baptis
 
Lat pel sel (pribadi)
Lat pel sel (pribadi)Lat pel sel (pribadi)
Lat pel sel (pribadi)
 
AGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJA
AGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJAAGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJA
AGAMA KATOLIK kelas vi KARYA PELAYANAN GEREJA
 
Indulgensi
Indulgensi Indulgensi
Indulgensi
 
3277742.ppt
3277742.ppt3277742.ppt
3277742.ppt
 
Dewan paroki by rm anton konseng pr
Dewan paroki by rm anton konseng prDewan paroki by rm anton konseng pr
Dewan paroki by rm anton konseng pr
 

More from DinarDorotea

Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt
Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.pptKebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt
Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.pptDinarDorotea
 
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.pptHarta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.pptDinarDorotea
 
Hukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptHukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptDinarDorotea
 
AMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.pptAMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.pptDinarDorotea
 
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.pptKOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.pptDinarDorotea
 
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.pptBanggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.pptDinarDorotea
 
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptxPenyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptxDinarDorotea
 
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptxSPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptxDinarDorotea
 
pp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptxpp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptxDinarDorotea
 
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.pptMemperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.pptDinarDorotea
 
kebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptxkebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptxDinarDorotea
 
Ajaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptxAjaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptxDinarDorotea
 
orang-muda-katolik.ppt
orang-muda-katolik.pptorang-muda-katolik.ppt
orang-muda-katolik.pptDinarDorotea
 

More from DinarDorotea (20)

12066254.ppt
12066254.ppt12066254.ppt
12066254.ppt
 
3232640.ppt
3232640.ppt3232640.ppt
3232640.ppt
 
Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt
Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.pptKebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt
Kebijakan Inspektorat dalam Kementerian Agama.ppt
 
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.pptHarta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
Harta Kekayaan Dalam Perkawinan.ppt
 
Hukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptHukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.ppt
 
AMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.pptAMORIS LAETITIA.ppt
AMORIS LAETITIA.ppt
 
4086793.ppt
4086793.ppt4086793.ppt
4086793.ppt
 
14095243.ppt
14095243.ppt14095243.ppt
14095243.ppt
 
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.pptKOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
KOMITMEN PENGURUS GEREJA.ppt
 
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.pptBanggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
Banggakah Anda Sebagai orang Katolik.ppt
 
Musi Gereja.ppt
Musi Gereja.pptMusi Gereja.ppt
Musi Gereja.ppt
 
seruan Paulus.ppt
seruan Paulus.pptseruan Paulus.ppt
seruan Paulus.ppt
 
12747774.ppt
12747774.ppt12747774.ppt
12747774.ppt
 
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptxPenyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
Penyusunan Kisi-Kisi Soal.pptx
 
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptxSPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK.pptx
 
pp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptxpp55 tahun 2005.pptx
pp55 tahun 2005.pptx
 
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.pptMemperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
Memperjuangkan Masyarakat Adil Damai dan Sejahterah.ppt
 
kebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptxkebudayaan-dan-agama1.pptx
kebudayaan-dan-agama1.pptx
 
Ajaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptxAjaran_Sosial_Gereja.pptx
Ajaran_Sosial_Gereja.pptx
 
orang-muda-katolik.ppt
orang-muda-katolik.pptorang-muda-katolik.ppt
orang-muda-katolik.ppt
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

SAKRAMEN GEREJA

  • 1. SAKRAMEN-SAKRAMEN  Kata “sakramen” berasal dari bahasa Latin “sacramentum” yang berarti : hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi.  Dalam konteks agama katolik, sakramen berarti : Tanda dan Sarana keselamatan Allah yang diberikan kepada manusia.  Tujuan sakramen : (SC 59) 1. Menguduskan manusia 2. Membangun Tubuh Kristus 3. Mempersembahkan ibadat kepada Allah
  • 2.  Sebagai Tanda dan Sarana keselamatan, maka sakramen hendaknya diterima berdasarkan Iman.  Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan.  Dalam semua sakramen selalu mengandung 2 unsur yang hakiki, yaitu : 1. Forma (=kata-kata yang menjelaskan peristiwa Ilahi) 2. Materia (= barang / tindakan tertentu yang kelihatan)
  • 3.  Dalam Gereja Katolik ada 7 sakramen : 1. Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma & Ekaristi) 2. Sakramen Penyembuhan (Tobat & Pengurapan orang sakit) 3. Sakramen Persekutuan dan Perutusan umat beriman (Perkawinan & Imamat)  Melalui sakramen-sakramen ini Allah berkehendak mewujudkan keselamatan-Nya bagi manusia.  Dari ketujuh sakramen tersebut, Ekaristilah yang menjadi sakramen segala sakramen, artinya : semua sakramen yan lain diarahkan kepada Ekaristi sebagai tujuannya, karena Ekaristilah yang menjadi “sumber dan puncak seluruh hidup kristian” (LG 11)
  • 4. I. SAKRAMEN BAPTIS (Cfr. Mat 3:13-17 par; Mat 28:19-20)  Sakramen baptis merupakan salah satu bagian dari sakramen inisiasi. Inisiasi berasal dari bahasa Latin “inire” (masuk ke dalam), atau “initiare” (memasukkan ke dalam), atau “initium” (awal)  Melalui inisiasi ini orang dimasukkan ke dalam keanggotaan Gereja, yang tampak secara nyata di dalam peristiwa pembaptisan.  Baptis berasal dari kata “baptizein” atau “baptismos” (Yunani), yang berarti : “mencelupkan ke dalam air” atau “membasuh dengan air”.
  • 5.  Pembaptisan merupakan upacara inisiasi, berarti bahwa orang yang belum termasuk dalam kelompok orang yang percaya kepada Yesus Kristus dimasukkan ke dalam kelompok dengan segala hak dan kewajibannya.  Pembaptisan juga diartikan bahwa orang dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah.  Dengan demikian maka pembaptisan merupakan tanda perjajian antara Allah yang berprakarsa untuk menawarkan keselamatan dan kehidupan sejati dengan manusia yang beriman kepada-Nya.
  • 6.  Di dalam Gereja Katolik hanya ada satu pembatisan, yaitu pembaptisan dengan air.  Pembaptisan dengan air sungguh diimani sebagai meterai rohani yang tak terhapuskan dan diterimakan hanya satu kali untuk selama- lamanya (tidak dapat diulang).  Dalam pembaptisan, orang juga menerima pengurapan minyak krisma sebagai tanda pengurapan Roh Kudus, agar orang yang dibaptis boleh mengambil bagian dalam tugas imamat, kanabian,dan penggembalaan Yesus Kristus.
  • 7.  Siapa yang boleh dibaptis ? = mereka yang diperbolehkan menerima pembaptisan adalah setiap orang (sejauh tidak ada halangan) dan yang belum dibaptis, baik anak-anak (bayi) maupun orang dewasa.  Mengapa pembaptisan anak-anak perlu dilakukan ? = menurut iman Katolik, pembaptisan anak-anak itu perlu karena mereka dilahirkan dengan kodrat manusia yang jatuh ke dalam dosa dan dinodai oleh dosa asal. Mereka membutuhkan kelahiran kembali di dalam pembaptisan supaya mereka dibebaskan dari kuasa kegelapan. Dalam pembaptisan anak-anak, yang pertama-tama mengungkapkan imannya adalah Gereja dan orang tuanya.
  • 8.  Dalam pembaptian dewasa ada beberapa proses yang harus dilalui : 1. Tahap I : Masa Pra-katekumenat = Saat untuk menampung para simpatisan, menjernihkan motivasi dan memperkenalkan Kristus sehingga mereka mulai bertobat dan beriman. Masa ini ditutup dengan pelantikan menjadi katekumen. 2. Tahap II : Masa Katekumenat = Saat untuk menjalani pembinaan menyeluruh guna menjadi orang Katolik, baik melalui kegiatan katekese dan perayaan-perayaan liturgi maupun penanaman berbagai macam sikap dan keutamaan Kristiani. Masa ini ditutup degan pemilihan sebagai calon baptis.
  • 9. 3. Tahap III : Masa Persiapan Terakhir = Saat untuk mempersiapkan diri dan hidup guna menerima Sakramen Baptis (dan sakramen-sakramen lainnya). Masa ini ditutup dengan penerimaan sakramen inisiasi sebagai wujud bahwa seseorang sudah menjadi anggota penuh dalam Gereja. 4. Tahap IV : Masa Mistagogi = Saat di mana para baptisan baru dibimbing untuk semakin mendalami penghayatan iman mereka, baik dalam perayaan Ekaristi maupun dalam persekutuan umat beriman.  Note : Pembaptisan dalam keadaan wajar dapat dilakukan oleh Uskup, Imam dan Diakon (tertahbis), sedangkan dalam keadaan darurat pebaptisan dapat dilakukan oleh setiap orang dengan tetap memperhatikan rumusan Trinitas : “NN, aku membaptis engkau atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”
  • 10. II. SAKRAMEN KRISMA  Pada mulanya sakramen krisma / penguatan ini tidak terpisahkan dengan sakramen baptis. Kedua sakramen ini dilaksanakan dalam satu rangkaian upacara, yaitu penerimaan pembaptisan pada malam Paskah, yang dilakukan oleh Uskup.  Zaman berubah dan perkembangan umat bertambah, sedangkan jumlah Uskup terbatas dan kehadiran Uskup juga terbatas, maka pelaksanaan sakramen krisma dipisahkan dengan sakramen baptis.  Pembaptisan sungguh dipusatkan pada baptisan air, sedangkan krisma lebih pada pengurapan dengan Roh Kudus.
  • 11.  Sakramen krisma melengkapi ataupun menyempurnakan rahmat pembaptisan, artinya : dengan menerima sakramen krisma orang secara nyata diikutsertakan dalam tugas publik umat, yaitu mewartakan kabar gembira keselamatan Allah bagi dunia (LG 11) Dkl. Seseorang yang menerima sakramen krisma dianggap layak untk menjadi saksi Kristus dalam kehidupannya sehari-hari karena rahmat pengurapan Roh Kudus.  Unsur pokok dalam penerimaan sakramen krisma adalah : 1. Penumpangan tangan sebagai tanda pencurahan Roh Kudus 2. Pengurapan dengan minyak krisma di dahi sambil berkatan : “NN, terimalah tanda karunia Roh Kudus”
  • 12.  Sakramen krisma diberikan oleh Uskup atau Wakil Uskup yang diberi kuasa (biasanya Vikjen / Vikaris Jenderal).  Setiap orang yang sudah dibaptis dan belum menerima Krisma berhak dan harus menerima sakramen krisma.  Dalam penerimaan sakramen krisma ini perlu diperhatikan soal kedewasaan seseorang, khususnya kedewasaan iman agar rahmat Roh Kudus sungguh dapat berdaya guna bagi orang yang bersangkutan. (usia 13 – 15 tahun)  Sakramen krisma ini diberikan satu kali, sebagai meterai rohani yang tak terhapuskan.
  • 13. III. SAKRAMEN EKARISTI  Ekaristi berasal dari kata Latin “Eucharistia” atau kata Yunani “Eucharistein”, yang berarti : Ucapan Syukur.  Ekaristi pertama-tama dilihat dan dipahami sebagai : (I Kor 11:23-26; Luk 22:14-20) 1. Kenangan akan Perjamuan Terakhir yang diadakan Kristus bersama para rasul 2. Kenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus
  • 14.  Bagi Gereja Katolik, sakramen ekaristi dipahami sebagai “sumber dan puncak seluruh hidup kristiani” (LG 11)  Dalam merayakan Ekaristi, Gereja Katolik mempunyai kerangka dasar yang sepanjang sejarah tetap sama sampai sekarang, yaitu : 1. Liturgi Sabda, yang terdiri dari : bacaan KS, kotbah, dan doa umat. 2. Liturgi Ekaristi, yang terdiri dari : persembahan roti dan anggur, doa syukur agung, dan komuni.
  • 15.  Di dalam ekaristi inilah Gereja meyakini Kristus hadir. Kehadiran Kristus terjadi di dalam seluruh perayaan ekaristi (awal s/d akhir) dan dalam semua peserta perayaan (imam dan umatnya) Cfr. SC 7  Pemahaman di atas bukan berarti lalu menghilangkan arti misteri kehadiran Kristus dalam rupa roti dan anggur (Realis Praesentia).  Kehadiran Kristus tetap dirasakan pada saat roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah (Transubstantiatio). Transubstantiatio (perubahan) ini terjadi karena kekuatan Sabda Kristus dan kekuatan Roh Kudus pada saat konsekrasi.
  • 16.  Tubuh dan Darah Kristus disambut oleh umat pada saat komuni. (dari kata Latin “communio” yang berarti : “kesatuan”). Dkl. Menyambut komuni berarti mengalami kesatuan dengan Kristus dan kesatuan dengan umat.  Perayaan ekaristi bukan bukan perayaan pribadi (satu orang), melainkan perayaan bersama. Oleh karena itu dituntut partisipasi aktif dari para peserta untuk mengambil bagian di dalamnya, baik sebagai umat biasa maupun sebagai petugas.  Ekaristi juga bukan sebagai kewajiban atau formalitas belaka (setiap minggu ikut misa), melainkan sebagai kebutuhan hakiki di dalam hidup.
  • 17. IV. SAKRAMEN TOBAT  Situasi kedosaan manusia di satu pihak dan kasih setia Allah yang diberikan kepada manusia di lain pihak, sungguh dapat dirasakan dan dihayati dalam Gereja melalui sakramen tobat atau sakramen pengampunan dosa.  Iman Katolik mengatakan bahwa orang berdosa berarti berdosa di hadapan Allah dan di hadapan Gereja.  Melalui sakramen pengampunan dosa, orang tidak hanya diampuni dosa-dosanya, melainkan dapat mengambil bagian lagi secara penuh dalam kehidupan Gereja. Dkl. Melalui sakramen tobat, orang memperoleh pengampunan dari Allah dan sekaligus didamaikan dengan Gereja. (LG 11)
  • 18.  Praktek sakramen tobat pada zaman Gereja perdana / pada zaman para Bapa Gereja berbeda dengan praktek zaman sekarang : 1. Zaman dulu  Orang berbuat dosa (membunuh, merampok, berzinah, dan murtad) harus mengaku dosa dihadapan Uskup  Dilakukan secara publik dan terbuka  Memakai pakaian khusus dan mempunyai tempat khusus di gedung gereja (di luar gedung gereja)  Diwajibkan berpuasa, berdoa, dan bersedekah  Tidak diperbolehkan mengambil bagian dalam perayaan ekaristi  Orang dapat menjalani tobat hanya satu kali, dan apabila ia jatuh lagi dalam dosa, maka ia tidak diberi kesempatan kembali menjadi anggota aktif dalam Gereja.
  • 19. 2. Zaman Sekarang  Orang yang berdosa cukup mengaku dosa secara pribadi  Dilayani oleh seorang Imam  Denda atas dosa biasanya berupa doa  Sakramen tobat ini dapat diterima lebih dari satu kali.  Dari kedua praktek tersebut di atas, satu hal yang tetap dipertahankan yaitu Gereja Katolik yakin bahwa melalui Gereja (Uskup dan Imam) Allah berkenan untuk melimpahkan rahmat pengampunan-Nya kepada orang berdosa.  Dua hal penting yang harus diperhatikan : 1. Dari pihak orang yang berdosa dituntut penyesalan, pengakuan dosa, membuat silih atas dosa (penitensi) serta memperbaiki diri dan hidup. 2. Dari pihak Gereja (Uskup dan Imam) berkat tahbisannya diberi wewenang atau kuasa untuk mengampuni segala dosa (memberi absolusi) atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
  • 20. V. SAKRAMEN PERKAWINAN  Iman Katolik melihat dan memahami perkawinan sebagai panggilan Allah. Allah memanggil pria dan wanita untuk hidup secara khusus, yaitu membangun hidup berkeluarga.  Hidup bekeluarga hendaknya dipahami sebagai bentuk kehidupan yang sungguh suci dan agung serta patut disyukuri karena merupakan karya agung Allah sendiri.
  • 21.  Perkawinan Katolik dipahami sebagai : “Perjanjian perkawinan, dengan mana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami isteri serta pada kelahiran dan pendidikan anak; oleh Kristus Tuhan, perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen” (KHK, Kan, 1055 par.1)  Dari rumusan di atas dapat ditegaskan unsur- unsur paham Gereja mengenai perkawinan : 1. Perjanjian Perkawinan  Lambang real hubungan antara Tuhan dan umat-Nya  Sehidup semati
  • 22. 2. Kebersamaan seluruh hidup  Hubungan pribadi suami istri yang beraspek kualitatif (bukan kuantitatif) di segala bidang kehidupan. 3. Antara pria dan wanita  Kebersamaan hidup dalam keluarga sungguh terjadi antara pria dan wanita (bukan pria dengan pria atau wanita dengan wanita) 4. Terarah pada kesejateraan suami istri  Perkawinan bertujuan untuk kebahagiaan lahir batin bagi suami istri untuk selamanya.
  • 23. 5. Terarah pada anak  Perkawinan terbuka pada prokreasi (keturunan) yang terjadi dalam hubungan persetubuhan suami istri, serta usaha mendidik anak dengan sebaik-baiknya (khususnya pendidikan iman). 6. Perkawinan sebagai sakramen  Perkawinan ini terjadi antara dua orang yang dibaptis (baik baptis Katolik maupun Kristen).  Sifat hakiki perkawinan : (KHK, Kan. 1056) 1. Monogami (= seorang pria dan seorang wanita) 2. Tak terceraikan (= ikatan perkawinan tidak terputuskan oleh kemauan suami istri sendiri ataupun kuasa manusia, mis. Instansi tertentu, kecuali karena kematian pasangannya / kematian secara wajar).
  • 24.  Proses menuju perkawinan : 1. Menghadap ketua lingkungan setempat 2. Menghadap pastor paroki 3 bulan sebelum hari pernikahan, sambil menyelesaikan surat-surat yang dibutuhkan baik oleh Gereja maupun catatan sipil 3. Menghadap pastor paroki untuk menjalani penyelidikan kanonik 4. Pengumuman di Gereja sebanyak 3 kali (3 minggu)  Tata peneguhan perkawinan : (KHK, Kan 1108 par 1) Perkawinan hanyalah sah bila : 1. Dilangsungkan di hadapan ordinaris wilayah (Uskup) atau pastor paroki atau imam maupun diakon - yang diberi delegasi oleh salah satu dari mereka itu – yang meneguhkannya, 2. Serta dihadapan 2 orang saksi
  • 25.  Perkawinan campur : 1. Perkawinan beda Agama = perkawinan yang terjadi antara seorang yang sudah dibaptis dalam Gereja Katolik, atau yang sudah diterima di dalamnya, dengan seorang yang tidak dibaptis. Maka untuk mengesahkan perkawinan ini diperlukan DISPENSASI dari ordinaris wilayah (Uskup) 2. Perkawinan beda Gereja = Perkawinan yang terjadi antara seorang yang sudah dibaptis dalam Gereja Katolik, atau yang sudah diterima di dalamnya, dengan seorang yang dibaptis dalam Gereja Kristen. Maka untuk mengesahkan perkawinan ini diperlukan IZIN dari ordinaris wilayah (Uskup).
  • 26. VI. SAKRAMEN IMAMAT  Melalui sakramen imamat / tahbisan seseorang diangkat menjadi pemimpin resmi dalam Gereja, baik dalam pelayanan sakramen-sakramen maupun dalam seluruh kehidupan dan kegiatan Gereja. Dkl. Dengan sakramen tahbisan orang “diangkat untuk menggembalakan Gereja dengan sabda dan rahmat Allah” (LG 11)  Melalui tahbisan suci, seseorang boleh mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus, khususnya imamat jabatan. Imamat jabatan inilah yang menjadikan seseorang bertindak atas nama Kristus dan atas nama seluruh Gereja.
  • 27.  Imamat jabatan hendaklah dimengerti dan dihayati sebagai salah satu bentuk pelayanan (LG 24). Dkl. Melalui tahbisan orang menjadi pelayan Kristus dan sekaligus pelayan Gereja.  Dalam Gereja Katolik, ada 3 jenjang tahbisan suci : 1. Tahbisan Uskup (LG 21) 2. Tahbisan Imam (LG 28) 3. Tahbisan Diakon (LG 29)  Inti sakraman tahbisan adalah penumpangan tangan oleh Uskup atas orang yang tertahbis dan doa pencurahan Roh Kudus.  Tahbisan merupakan meterai atau tanda rohani yang tidak terhapuskan dan tidak dapat diulang atau dikembalikan.
  • 28. VII. SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT  Dalam Gereja Katolik ada suatu kebiasaan untuk mendoakan orang sakit.  Gereja mengimani bahwa di dalam doa, Allah sungguh berkarya untuk menyembuhkan yang sakit dan memberkan keselamtan padanya. Secara nyata kebiasaan ini tampak dalam penerimaan sakramen pengurapan orang sakit (cfr. Yak 5:14-16).  Selain doa resmi, dilakukan juga pengolesan dengan minyak pengurapan orang sakit (OI = Oleum Infirmorum)
  • 29.  Melalui sakramen pengurapan orang sakit, seseorang dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit dengan mulia, yang menjadi sumber pengharapan dan kekuatan bagi si sakit. (Cfr. LG 11)  Sakramen pengurapan orang sakit hanya diberikan kepada orang yang sakit berat.  Hal yang penting diperhatikan adalah bahwa penerimaan sakramen ini bukan dimaksudkan untuk mereka yang sudah hampir menemui ajal, tetapi hendaklah diberikan kepada mereka sewaktu belum parah, sehingga ia dapat ikut serta dalam perayaan perminyakan suci.
  • 30.  Sakramen ini jangan dipandang sebagai yang mendatangkan maut atau mempercepat kematian, tetapi dipahami sebagai karya Allah yang akan menyelamatkan (menyembuhkan) si sakit. Allah sungguh berperan bagi si sakit, baik menyembuhkan atau memanggil si sakit ke hadapan-Nya untuk selamanya.  Sakramen ini hanya boleh diberikan oleh Imam atau Uskup, dengan mengolesan minyak orang sakit (OI = Oleum Infirmorum) di dahi dan tangan si sakit.  Sakramen ini dapat diterima berulang kali.