SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Download to read offline
KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BSERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Muh.Taufiq Hidayat
NIM: D1A021045
Prodi/Kelas : Hukum/A1
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
jurnal artikel ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Penulis sangat berharap semoga
jurnal artikel ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
saya berharap lebih jauh lagi agar jurnal artikel ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan jurnal artikel ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan jurnal artikel ini.
Mataram, 01 Desember 2021
Muh. Taufiq Hidayat
I
DAPTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................I
DAPTAR ISI.........................................................................................................II-III
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL
TENTANG ISTIDROJ.........................................................................................1
A.Pengertian Istidraj.............................................................................................1-3
B.Konsep Istidraj..................................................................................................7-5
C.Dalil-dalil tentang Istidraj.................................................................................9-8
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA...................................................................................................... 9
A.Dalil,Terjemahan dan Penjelasan.......................................................................9-11
B.Contoh Kasus...................................................................................................11-12
DOSA DAN KRITERIA RIBA BSERTA DALIL-DALILNYA.....................13
A.Dosa Riba Menurut Islam..............................................................................13-14
B.Kriteria Riba...................................................................................................14-15
C.Dalil-Dalil Tentang Riba................................................................................15-17
KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA.................18
A.Keutamaan Shodaqoh....................................................................................18-19
B.Dlil-Dalil Shodaqoh........................................................................................19-20
II
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA......................21
A.Sifat Takdir Kematian.......................................................................................21-24
B.Dalil-Dalil Tentang Kematian...........................................................................24-25
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA
DALIL-DALILNYA...........................................................................................26
A.Kewajiban Amar Makruf-Nahi Munkar...........................................................26-27
B.Dalil-Dalil..........................................................................................................27-37
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................38-39
III
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
A.Pengertian Istidraj
Istidraj adalah berasal dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa Arab berarti naik dari
satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun secara istilah, istidraj memiliki makna azab
berwujud kenikmatan. Ketika seorang muslim banyak melakukan maksiat dan jarang
beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, ini adalah tanda istidraj dari
Allah SWT. Ia terjebak dalam kenikmatan hidup, padahal dia semakin lalai menunaikan
ibadah serta kewajiban lainnya. Hasbi ash-Shiddieqy menjelaskan istidrāj adalah
pemanjaan agar terjerumus kepada kehinaan, secara berangsur-angsur, setapak demi
setapak dan didekatkan dengan azab dalam keadaan mereka tidak menyadarinya. Sama
halnya dengan penjelasan Quraish Shihab, bahwa istidrāj adalah memindahkan dari satu
tahap ke tahap berikutnya hingga mencapai puncak dengan jatuhnya siksa. Kata tersebut
popular, dalam arti perlakuan yang secara lahiriah baik. Istidrāj bisa terjadi dalam bentuk
limpahan nikmat yang diduga kebaikan, atau merasa terhindar dari hukuman padahal
merupakan pancingan untuk melakukan pelanggaran yang lebih besar sehingga sanksi
hukuman yang diterima juga lebih besar.
Allah Swt membiarkan dan tidak disegerakan azabnya.
Al-Thabari berpendapat bahwa istidrāj adalah tipuan halus kepada orang yang diberi
tenggang waktu. Ia merasa bahwa yang memberikan tenggang waktu telah berbuat baik
kepadanya, sehingga pada akhirnya ia terjerumus dalam hal yang tidak disenangi. Menurut
Abu Bakar Jabir, istidrāj berarti menghukum dengan bertahap, setingkat demi setingkat.
Ketika mereka melakukan maksiat yang baru, Allah Swt akan memberikan nikmat yang
baru sehingga saat dihukum mereka tidak menyadarinya. Begitu juga Sayyid Quthb, ia
berpendapat bahwa istidrāj adalah suatu kekuatan yang tidak diperhitungkan dengan
semestinya dan dilupakan oleh orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah Swt. Begitu
juga penangguhan tersebut ditimpakan kepada mereka tanpa diketahui. Wahbah al-Zuhaili
menjelaskan istidrāj adalah penahapan, artinya membawa turun seseorang dari satu tingkat
ke tingkat selanjutnya karena ingin
1
menjerumus-kannya. Maksud di sini adalah Allah Swt akan mendekatkan azab kepada
mereka secara bertahap dengan bentuk pengabaian, selalu diberi kesehatan, ditambah
kenikmatan, di mana mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah istidrāj.
Al-Syaukani menjelaskan bahwa istidrāj adalah Allah Swt membuat mereka lupa
untuk mensyukurinya sehingga mereka tenggelam dalam kesesatan dan tidak akan bisa
keluar dari kesesatan tersebut kecuali setelah mereka mendapatkan kedudukan di sisi
Allah Swt. Abdurrauf mengatakan istidrāj adalah terpedaya dengan suatu nikmat yang
diberikan oleh Allah Swt, sehingga lupa terhadap pemberi nikmat. Seseorang yang
memandang bahwa nikmat yang diterimanya adalah suatu kelebihan, tetapi ia terkecoh
dengannya, sehingga tanpa mereka menyadari mereka sedang diuji. Akibat dengan rahmat
yang mereka peroleh itu menjadi sebab terperosok mereka ke jalan kebatilan. Ia
menambahkan bahwa mereka diberikan peluang sehingga tidak mengetahui saat tibanya
istidrāj. Menurutnya, Allah Swt menurunkan mereka satu derajat lebih rendah, lalu
menambahkan siksaan dan bencana dan mereka bertambah-tambah dalam Kedurhakaan
yaitu dengan berbuat dosa dan maksiat. Allah Swt mengambil dari mereka sedikit-sedikit
dan tidak memberi balasan yang spontan. Kemudian menambahkan azab sedikit demi
sedikit atau dipertangguhkan azab, lalu mereka bertambah berbuat Kejahatan.
Menurut Jalalain, istidrāj adalah ketika manusia mengabaikan peringatan yanG
telah diberikan dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan. Namun, mereka tetap tidak
mau mengambil pelajaran dan nasihat darinya. Lalu dibukakan kepada mereka pintupintu
kesenangan. Apabila mereka bergembira dengan apa yang diberikan dengan perasaan
sombong, maka akan Allah Swt siksa mereka dengan azab yang pedih. Seperti yang
dinyatakan Ali al-Shabuni, Allah Swt memberikan limpahan nikmat Kepada mereka, lalu
mengira bahwa nikmat itu menunjukkan bahwa Allah Swt menyayangi mereka, sehingga
mereka menjadi fasik dan tenggelam dalam kesesatan sehingga keputusan siksa menimpa
mereka. Al-Ghazali menjelaskan bahwa Allah Swt memiliki makar bagi pendosa. Mereka
lupa karena dengan kelezatan sesaat atau kemenangan yang menipu dan kegoncangan
negara yang disertai dengan kecongkakan dan kesombongan. Keadaan seperti ini
merupakan dikte Allah Swt kepada orang-orang yang melakukan kebatilan, kemudian
menarik mereka ke jurang kehancuran tanpa mereka sedari. Menurut Hamka, istidrāj
berarti naik dengan berangsur sedikit demi sedikit.
2
Laksana naik tangga, tangga demi tangga, sehingga sampai ke puncak atau mencapai
klimaks. Naik berangsurangsur sampai di puncak, atau turun berangsur-angsur sampai ke
alas. Semuanya ini dengan tidak disadari oleh yang bersangkutan, sebab mereka telah
melupakan Allah Swt, maka Ia pun menjadikan mereka lupa diri. Hamka menjelaskan
lagi, bahwa istidrāj artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari.
Diperlakukan apa yang mereka kehendaki dan dibukakan segala pintu kenikmatan, sampai
mereka lupa diri. Mereka umpama lupa bahwa setelah panas pasti adanya hujan, sesudah
lautan yang tenang pasti tibanya gelombang. Mereka berbuat berbagai maksiat dari
keinginan hawa nafsunya yang tidak terkekang. Akhirnya diri mereka sesat dan siksaan
Allah Swt datang kepada mereka. Dari penjelasan di atas, ulama tafsir sepakat bahwa
istidrāj merupakan suatu penangguhan siksaan atau azab dari Allah Swt terhadap mereka
yang melakukan kezaliman dan kemaksiatan. Kapan terlaksana siksaan dan azab yang
ditangguh tersebut, para mufasir berbeda pendapat. Ada yang menafsirkan bahwa azab
atau siksaan akan terjadi di dunia dan akhirat. Siksaan azab diakhirat akan lebih buruk
berbanding siksaan azab di dunia karena seburuk-buruk tempat kembalian adalah di
neraka. Ada yang berpendapat bahwa tangguhan azab dan siksaan Allah Swt akan
ditimpakan ketika di akhirat. Ini adalah rencana Allah Swt agar mereka menanggung dosa-
dosa secara total dan datang di padang mahsyar dengan berlumuran dosa .
B.Konsep Istidraj
Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan,
perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan
kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat
maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya pintu
kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan kemaksiatannya
disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali perbuatannya. Ibnu
Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah
dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan (kedudukan, jabatan,
kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri mereka di atas segala-galanya.
Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak mengindahkan ajaran
Islam sebagai sebuah istidraj.
3
Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan
peringatanperingatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan
perintah agama adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya.
AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh
hati yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan
berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan,
mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat
modern atau alasan-alasan sejenisnya.
Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua pintu
kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang
hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba
tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang diinginkannya.
Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat maksiat, tidak memiliki
keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa
yang diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenangan
duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan manusia,
namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain, jauh dari
masjid dan jauh dari majelis ilmu.
Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan
sekonyongkonyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah
berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan
Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak
menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan.
Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah
terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang
diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya, maka
dia terperdaya.
4
Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya
sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya.
Ketika Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan
puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat membuka aurat, berat
untuk bersedekah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki dan mengabaikan semua atau
mungkin sebagian perintah Allah, benci terhadap aturan Allah, merasa umurnya panjang
dan menunda-nunda taubat, enggan menuntut dan menambah pengetahuan (khususnya
agama) serta lupa akan kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba tersebut rezeki
melimpah, kesenangan terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak
pernah diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah
sukses, hidupnya aman-aman saja, maka hamba tersebut harus berhati-hati karena
semuanya itu adalah istidraj. Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran
oleh Allah pada hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda
segala bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan diperbudak
dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan digolongkan oleh Allah
sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan duniawi dalam ketaatan.
C.Dalil-dalil tentang Istidraj
Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah Surah Al-An'am ayat
44:
‫ا‬ ۤۡ
‫و‬ُ‫ت‬ ۡ
‫و‬ُ‫ا‬ ۤ‫ا‬َ‫م‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬ ۡ
‫ُو‬‫ح‬ ِّ
‫َر‬‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ا‬ ‫ى‬ّٰٓ‫ت‬َ‫ح‬ ٍؕ‫ء‬ ۡ‫َى‬‫ش‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫اب‬َ‫و‬ۡ‫ب‬َ‫ا‬ ۡ‫م‬ِّ‫ه‬ۡ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ ۡ‫َح‬‫ت‬َ‫ف‬ ٖ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬ ۡ
‫و‬ُ‫ِّر‬‫ك‬ُ‫ذ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ۡ
‫ُو‬‫س‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬
َ‫ن‬ ۡ
‫ُو‬‫س‬ِّ‫ل‬ۡ‫ب‬ُّ‫م‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ا‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ت‬ۡ‫غ‬َ‫ب‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ۡ‫َذ‬‫خ‬َ‫ا‬
Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa ‘alaihim abwaaba kulli syaii’, hattaaa izaa
farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
5
1.Peringatan untuk Orang Kafir
َ‫ل‬ ْ‫ِي‬‫ل‬ ُْْ‫م‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ن‬ِ ‫ا‬ ۗ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ُْ ِ
‫فس‬ ْ
َْ‫ّن‬ ِ
‫ال‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ي‬ ِ‫ل‬ ُْْ‫م‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ْْٓ‫و‬ُ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ال‬ َ‫ن‬ ‫ب‬َ‫س‬ ْ
َْ‫ح‬‫ي‬ َ‫ال‬َ‫و‬
ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ۚ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ث‬ ِِْ‫ا‬ ‫ا‬ْْٓ‫ُو‬‫د‬‫َا‬‫د‬ َْ ْ
َْ‫يز‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
ٌ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫م‬ ٌ‫ب‬َ‫ا‬‫َذ‬‫ع‬َ ْ‫م‬
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi
tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi
mereka azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178)
2.Siksaan Setelah Kesenangan
ََْ‫ل‬‫ف‬
‫ا‬ ْٓ‫ا‬‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ ُِْ‫ح‬َ‫فر‬ َ‫ا‬‫ذ‬ ِِْ‫ا‬ ْٓ‫ى‬ ّٰ‫َت‬‫ح‬ ۗ‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬َ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ُ َ‫اب‬َ‫و‬ َْ ْ‫اب‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ َ‫ا‬‫ن‬ َْْ‫ح‬َ‫ت‬‫ف‬ ٖ‫ه‬ ِ‫ب‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ ُِّْ‫ذك‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ن‬ ‫ما‬
‫ا‬ ُْ ْْٓ‫و‬ ُْ ْ‫وت‬
ْ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ْ‫ذ‬ ََْ‫خ‬‫ا‬
ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ا‬‫ِذ‬‫ا‬ ِْ َ‫ف‬ ًَْ‫تة‬ْ‫غ‬َ‫ب‬
َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫س‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬‫م‬
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS.Al An’am: 44).
3.Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan
ۙ
َ‫ن‬ ْ
ِْ‫ي‬َ‫ن‬‫وب‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫من‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫نمدهم‬ ‫نما‬ ‫ا‬ ‫ايحسبون‬
َ‫ن‬ ْ‫و‬ ُُْ‫عر‬ ْ
‫ش‬ ْ
َْ‫ي‬ ‫ال‬ ْ
َْ‫ل‬‫ب‬ ِۗ‫ت‬ ٰ
‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫فى‬ ْ‫م‬ َُْ‫ه‬‫ل‬ ُ‫ع‬ ِ‫ار‬ ُْ َ‫نس‬
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikankebaikan kepada
mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
6
4.Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar
َ‫َان‬‫ك‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬ َْ‫بد‬ ُ‫م‬ ‫ث‬
َ‫ا‬‫ن‬َ‫ء‬ََۤ‫ا‬‫ب‬ٰ‫ا‬ ‫س‬ َ‫م‬ ْ‫د‬َ‫ق‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫الو‬َ‫ق‬‫و‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫ف‬َ‫ع‬َ ‫ى‬ ّٰ‫ت‬ ََْ‫ح‬ ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َِْ‫ة‬ِّ‫ئ‬‫السي‬ َْ ّْ
َ‫و‬ ُ‫ء‬َۤ‫را‬ ‫الض‬ َْ ّْ
َْ ّْ
َ‫ن‬ ْ‫و‬ ُُْ‫ْعر‬‫ش‬ ْ
َْ‫ي‬ َ‫ال‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫و‬ ًَْ‫تة‬ْ‫غ‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ْ‫ذ‬ ََْ‫خ‬َ‫ا‬‫ف‬ ُ‫ء‬َۤ‫را‬ ‫الس‬
َ‫ع‬َ ‫ا‬َ‫ن‬ َْْ‫ح‬َ‫ت‬‫ف‬َ‫ل‬ ‫ا‬ َْ ْ‫قو‬ ‫ا‬َ‫و‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫نو‬َ‫م‬ٰ‫ا‬ ‫ى‬ُْٰٓ
‫قر‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬ َْْ‫ه‬‫ا‬ َ‫ن‬ ‫ا‬ َْ ْ‫لو‬َ‫و‬
َْْ‫لي‬
َ‫ن‬ ِّ‫م‬ ‫ت‬ٰ‫ك‬ ََْ‫بر‬ ْ‫م‬ ِ‫ه‬
َْ ّْ
‫ا‬
ِ‫ء‬َۤ‫ا‬َ‫م‬‫لس‬
َ‫ن‬ ُْ ْ‫ِبو‬‫س‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫َانو‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ْ‫ذ‬ ََْ‫خ‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫بو‬ ‫َذ‬‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫ك‬ٰ‫ل‬َ‫و‬ ِ
‫ض‬ َْْ‫ر‬ ْ
‫اال‬َ‫و‬
“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan
harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang
kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan atas
mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.”“Dan sekiranya
penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka
Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.Al A’raf: 95-96).
5. Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaan
َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ ُ‫ْث‬‫ي‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ ِّ‫م‬ ْ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ َْْ‫د‬‫ْت‬‫س‬َ‫ن‬َ‫س‬ ‫ا‬ َِْ‫تن‬ٰ‫ي‬ٰ‫ا‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫بو‬ ‫َذ‬‫ك‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ال‬ َ‫و‬
ٌ‫ن‬ ْ
ِْ‫ي‬‫ت‬َ‫م‬ ْ‫ِي‬‫د‬ْ‫ي‬َ‫ك‬ ‫ِن‬ ِ‫ا‬ۗ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ِي‬‫ل‬ ُْْ‫م‬‫ا‬َ‫و‬
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka
ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat
teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183).
6.Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan
ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ين‬ َ‫ز‬ ْ
ِْ‫ذ‬ِ ‫ا‬َ‫و‬
َ‫ج‬ ْ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِِْ‫ا‬َ‫و‬ ِ
‫الناس‬ َ‫ن‬ ِ‫م‬ َ‫م‬ ْ‫َو‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ َُْ‫ل‬ َ‫ِب‬‫ل‬‫ا‬َ‫غ‬ َ‫ال‬ َ‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ا‬ ََْ‫ع‬ ْ
َْ ‫ا‬ ُ‫ن‬ ٰ‫ْط‬‫ي‬ ‫الش‬
ِ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ٌ‫ء‬ َْۤ‫ي‬ َْ ِ‫بر‬ ْ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِِْ‫ا‬ َ‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ ْ
َْ‫ِبي‬‫ق‬َ‫ع‬َ ‫ى‬ٰ‫َل‬‫ع‬َ َ‫َص‬‫ك‬َ‫ن‬ ࣖ ِ‫ن‬َٰ‫ت‬‫ِئ‬‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ت‬َ‫ء‬َۤ‫ا‬ ََْ‫تر‬ ‫ما‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ْۚ‫م‬ُ‫ك‬ُ ‫ل‬ ٌَّْ‫ار‬
‫ى‬َٰ
‫ار‬ ْْٓ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِْ
َ‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬
ُ‫اف‬ ََْ‫خ‬‫ا‬ ْْٓ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِِْ‫ا‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ ََْ‫تر‬
ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ش‬َ ُ ّٰ َۗ‫و‬ َ ّْ ٰ
ْ
7
“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan
mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu
pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka tatkala kedua
pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya
berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat
melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada
Allah“. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48).
7.Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman
ۗ
َ‫ن‬ ْ‫ُو‬‫ه‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫فهم‬ ‫الهم‬ ََْ‫ع‬ ْ
َْ‫ا‬ ‫هم‬َ‫ل‬ ‫نا‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬ ِ‫باالخ‬ ‫ن‬ ْ‫نو‬ِ‫ُم‬‫ؤ‬‫ي‬ ‫ال‬ ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ال‬ ‫ِن‬ ِ‫ا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami
jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka
bergelimang (dalam kesesatan).” (QS.An Naml: 4)
8.Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk Kemudian
Membinasakan Mereka
َۙ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ ُ‫ْث‬‫ي‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ َْْ‫د‬‫ْت‬‫س‬َ‫ن‬َ‫س‬ ِۗ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ا‬‫ذ‬ٰ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ْ‫ِي‬‫ن‬ َْْ‫ر‬َ‫ذ‬‫ف‬
“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang
mendustakan Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (QS.Al
Qalam: 44).
9.Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami
berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata.
“Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu
adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49).
8
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA
A. Dalil-dalil yang Mendasarinya
Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia
Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia.
‫نع‬ ‫يبأ‬ ‫ةركب‬ ‫يضر‬ َ‫ل‬‫ال‬ ‫هنع‬، ‫نع‬ ‫يبنال‬ ‫ىلص‬ ‫هللا‬ ‫هيلع‬ ‫ملسو‬ ‫الق‬ ‫ك‬ : ‫ل‬ ‫بونذ‬ ‫رخؤي‬ ‫هللا‬ ‫اهنم‬ ‫ام‬ ‫ءاش‬ ‫ىإل‬ ‫موي‬
‫ةمايقال‬ ‫الإ‬ ‫يغبال‬، ‫َقوقعو‬ ‫نيدالوال‬، ‫وأ‬ ‫ةعيطق‬ ‫محرال‬، ‫لجعي‬ ‫اهبحاصل‬ ‫يف‬ ‫ايندال‬ ‫لبق‬ ‫تومال‬
Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap dosa
akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-
baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan
menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No
7345).
Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. Zalim adalah
perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat
mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya.
Karena itu zalim termasuk dari dosa besar.
Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:
‫حال‬ ۚ
‫ق‬ ‫كئلوأ‬ ‫مهل‬ ‫باذع‬ ‫ميأل‬
‫امنإ‬ ‫ليبسال‬ ‫ىلع‬ ‫نيذال‬ ‫نوملظي‬ ‫سانال‬ ‫نوغبيو‬ ‫يف‬ ‫ا‬
‫ضرال‬ ‫ريغب‬ “Sesungguhnya dosa
itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka
bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)
Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta
tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah
penyebab keberadaan kita di dunia ini.
Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini,
antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka.
Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu kewajiban
agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah
SWT:
9
‫ىضقو‬ ‫كبر‬ ‫الأ‬ ‫اودبعت‬ ‫الإ‬ ‫هايإ‬ ‫نيدالوالبو‬ ‫ناسحإ‬ ۚ‫ا‬ ‫امإ‬ ‫نغلبي‬ ‫كدنع‬ ‫ربكال‬ ‫امهدحأ‬ ‫وأ‬ ‫ك‬َ‫ل‬‫امه‬ ‫ف‬َ‫ل‬ ‫لقت‬ ‫امهل‬ ‫فأ‬ ‫الو‬
‫امهرهنت‬ ‫لقو‬ ‫امهل‬ ‫الوق‬ ‫رك‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka
ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).
Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orangorang yang
memutuskan tali persaudaraan.
Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar bin
Muth’im RA:
‫نع‬ ‫يبأ‬ ‫دمحم‬ ‫ريبج‬ ‫نب‬ ‫معطم‬ ‫يضر‬ ‫هللا‬ ‫هنع‬ ‫نأ‬ ‫لوسر‬ َ‫ل‬‫ال‬ ‫ﷺ‬ ‫الق‬ ‫ال‬ : ‫لخدي‬ ‫ةنجال‬ ‫عطاق‬ “Tidak akan masuk
surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).
Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang
tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman
yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan.
B. Penjelasannya
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫اذإ‬ ‫دارأ‬ َّ‫ل‬‫ال‬ ‫هدبعب‬ ‫ريخال‬ ‫لجع‬ ‫هل‬ ‫ةبوقعال‬ ‫ىف‬ ‫ايندال‬ ‫اذإو‬ ‫دارأ‬ َّ‫ل‬‫ال‬ ‫هدبعب‬ ‫رشال‬ ‫كسمأ‬ ‫هنع‬ ‫هبنذب‬ ‫ىتح‬ ‫ىفوي‬ ‫هب‬ ‫موي‬
‫ةمايقال‬
Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia.
Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa
yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR
Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani
Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫نإ‬ ‫مظع‬ ‫ءازجال‬ ‫عم‬ ‫مظع‬ ‫ءالبال‬ ‫نإو‬ َّ‫ل‬‫ال‬ ‫اذإ‬ ‫بحأ‬ ‫اموق‬ ‫مهالتبا‬ ‫نمف‬ ‫ىضر‬ ‫هلف‬ ‫اضرال‬ ‫نمو‬ ‫طخس‬ ‫هلف‬ ‫طخسال‬
10
Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka Barangsiapa yang
ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka
Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata(Syaikh Al Albani
Penjelasan dari dua hadits di atas:
1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.
2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih mengetahui
keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,
‫ر‬ ‫ءالبالب‬
‫اي‬ ‫ينب‬ ‫بهذال‬ ‫ةضفالو‬ ‫ناربتخي‬ ‫رانالب‬ ‫نمؤمالو‬ ‫بتخي‬
Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api
sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah
3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan mendapat
pahala yang besar.
4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.
5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.
6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam
keadaan bersih dari dosa.
7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa
yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata,
“Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang
di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” (Lihat Faidhul Qodir, 2:
583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)
8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap
sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta
musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”
C. Contoh kasus
Saya mengambil contoh dari seseorang yang pernah mengalami masalah hidup yang
sangat berat,terlilit hutang, sakit yang sangat langka dengan kwmungkinan hidup yang
sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya. Entah dia pernah berbuat dosa atau apa pun
sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun setelah semua kejadian yang sulit itu dia
menjadi sangat dekat dengan Allah SWT.
11
Begitu hebatnya kepiawaian Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital hingga
ia mendapat julukan 'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa Kang Dewa ini
mengalami serentetan ujian yang mungkin membuat banyak orang menyerah.
Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat usia muda, tepatnya ketika ia masih menjalani
semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang harus ditanggung pun tidak sepele, yakni
mencapai Rp7,7 miliar.
Ya, nilai uang yang besar memang sudah didapatkannya sejak kuliah karena saat itu sudah
bisa membentuk personal branding yang cukup terkenal. "Waktu itu saya bawa uang
banyak karena saya sudah punya personal branding lantaran sering diundang seminar di
luar kampus. Sampai sampai ada teman yang nawarin saya proyek pengadaan laptop dan
lain-lain untuk keperluan kantor," papar Dewa yang kala itu berhasil mengumpulkan
puluhan investor.
Nahas, teman yang dipercaya nyatanya hanya penipu yang menjual proyek bodong. Saat
mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat itu merupakan mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski dengan kasus itu pada awalnya
masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya tersisa dua orang.
Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun mencoba
berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga seblak. Ia
beruntung karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang bersama meski masih
menjadi pengantin baru.
Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang teman.
Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam tujuh hari ke dalam
buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris hingga Dewa
bisa berpendapatan Rp120 juta per bulan.
Namun, di tengah masa perbaikan dalam melunasi utangnya, ujian baru datang lagi. Dewa
terdiagnosis menderita GBS (guillain barre syndrome), yaitu sebuah gangguan saraf yang
mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun terpaksa harus dirawat secara intensif
selama dua bulan akibat penyakit tersebut hingga menelan biaya perawatan sebesar Rp700
juta.
Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh dalam waktu empat bulan.
Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia alami telah
menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik.
Kini, pada usia 30 tahun, Dewa tidak hanya tetap gencar berbisnis dan menjadi motivator,
tetapi juga berbagi kepada sesama dengan mendirikan pesantren bagi kalangan tidak
mampu. "Saat ini saya sedang membangun sebuah pondok Qur'an Digitalpreneur di
Cirebon. Semoga tahun depan selesai dan sedang berkampanye mengajak teman-teman di
Indonesia berwakaf dan bersedekah secara gila-gilaan, sesering mungkin, sesempat
mungkin, dengan hashtag #SedekahBrutal," pungkas Dewa.
12
DOSA DAN KRITERIA RIBA BSERTA DALIL-DALILNYA
A.Dosa Riba Menurut Islam
Perlu diketahui, pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia
maupun di akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia.
Ada banyak dalil di dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya
dosa riba.Berikut ini adalah beberapa dosa riba menurut Islam:
1. Doa Tidak Akan Dikabulkan
Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi pemakan harta
riba. Salah satunya adalah doa pelaku riba tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT. Betapa
merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya justru doa tidak akan diterima
dan dikabulkan Allah SWT.
2. Disiksa di Dalam Api Neraka
Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa oleh para
Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali ketika telah
bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya Dia adalah Dzat
Yang Maha Pengampun.
Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130)
3. Hilangnya Keberkahan dalam Harta
Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul mengingatkan
kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik.
13
Bayangkan ketika harta hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan
lainnya dan semua itu tiada keberkahan.
Allah SWT Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al
Baqarah: 276). Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan riba dan harus
memperbanyak sedekah.
4. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima
Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang didapatkan dari hasil
riba.Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu
Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim II/703
nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita
dapat dari jalan yang baik dan diridhoi Allah SWT.
B.Keriteria Riba
Ada lima macam-macam Riba, Riba Nasi'ah, Riba Fadhl, Riba Al Yad, Riba Qard, dan
Riba Jahiliyah Berikut penjelasan lima macam riba menurut Islam:
1. Riba Nasi'ah
Riba yang pertama ini ialah seseorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada
seseorang dengan batas tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan batas waktu
yang diberikan tersebut.
Misalnya, seseorang yang berhutang Rp1.000 yang mesti dibayar dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu. Maka, bertambah
besarlah jumlah hutangnya.
2. Riba Fadhl
Macam Riba selanjutnya yakni Riba Fadhl, merupakan tambahan yang disyaratkan
dalam tukar menukar barang yang sejenis. Jual beli ini juga disebut sebagai barter tanpa
adanya imbalan untuk tambahan tersebut.
3. Riba Al Yad
Ribah Al Yad adalah riba dalam jual beli atau yang terjadi dalam penukaran. Penukaran
tersebut terjadi tanpa adanya kelebihan, namun salah satu pihak yang terlibat
meninggalkan akad, sebelum terjadi penyerahan barang atau harga.
14
Ilustrasi: Salah satu dari macam-macam riba adalah pengadaan selisih dalam jual beli
sebelum penyerahan barang (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi)
4. Riba Qard
Ribah ini adalah Riba dalam utang piutang yaitu dengan mengambil manfaat atau tingkat
kelebihan tertentu yang diisyaratkan kepada penerima utang atau muqtaridh.
5. Riba Jahiliyah
Macam-macam Riba menurut Islam yang terakhir adalah Riba Jahiliyah yaitu
penambahan utang lebih dari nilai pokok dalam utang piutang karena penerima utang
tidak mampu membayar utangnya secara tepat waktu.
C.DALIL-DALIL RIBA
Dalil Hukum tentang Riba
Anjuran menghindari riba merupakan salah satu perintah Allah, maka dari itu hukum
tentang Riba terdapat dalam A-Quran. Berikut dalil-dalil hukum riba:
1. Surat Al-Baqarah Ayat 276
ٍ‫ام‬‫ي‬ِّ‫ث‬َ‫ا‬ ٍ
‫ار‬َّ‫ف‬َ‫ك‬ َّ‫ل‬ُ‫ك‬ ُّ‫ب‬ ِّ‫ُح‬‫ي‬ َ
‫ال‬ ُ‫ّٰللا‬َ‫و‬ ۗ ِّ‫ت‬ٰ‫َق‬‫د‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫ى‬ِّ‫ب‬ ‫ُرا‬‫ي‬ َ‫و‬ ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ
‫الر‬ ُ‫ّٰللا‬ ُ‫ق‬َ‫ح‬‫ا‬‫م‬َ‫ي‬
Yam-haqullaahur-ribaa wa yurbis-sadaqaat, wallaahu laa yuhibbu kulla kaffaarin asiim
Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."
2. Surat Al-Baqarah Ayat 278
َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ّٰللا‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬ ‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬ٰ‫ا‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫ا‬ّٰٰٓ‫ي‬
َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُّ‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫ا‬ ‫ا‬ ّٰٓ‫ٰو‬‫ب‬ ِّ
‫الر‬ َ‫مِّن‬ َ‫ِّي‬‫ق‬
Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wa zaru maa baqiya minar ribaa ing kuntum
mu'miniin
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."
3. Surat An-Nisa ayat 161
‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ َ‫ان‬‫ي‬ ِّ
‫ِّر‬‫ف‬ٰ‫ك‬‫ا‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫د‬َ‫ت‬‫ا‬‫ع‬َ‫ا‬َ‫ۗو‬ ِّ‫ل‬ِّ‫َاط‬‫ب‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫ا‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ك‬َ‫ا‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬ ‫ا‬‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ
‫الر‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ذ‬‫ا‬‫خ‬َ‫ا‬َّ‫و‬
‫ا‬ً‫م‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬
Wa akhzihimur-ribaa wa qad nuhu 'an-hu wa aklihim amwaalan-naasi bil-baatil, wa
a'tadnaa lil-kaafiriina min-hum 'azaaban aliimaa
Artinya: "Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang
batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa
yang pedih."
15
Pengertian Riba Menurut Surat Al-Baqarah Ayat 275
Riba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Ada banyak dampak buruk jika
riba terus dilakukan, misalnya saja membuat orang menjadi tamak dan serakah terhadap
harta. Riba juga akan menyulitkan seseorang dan melahirkan permusuhan.
ٰ‫ذ‬ ِّۗ
‫س‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ َ‫مِّن‬ ُ‫ن‬ٰ‫اط‬‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُ‫ط‬َّ‫ب‬َ‫خ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ِّي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ َّ
‫ِّال‬‫ا‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫م‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ
‫ال‬ ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ
‫الر‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬َّ‫ل‬َ‫ا‬
ِّ‫ل‬
‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ
‫الر‬ ُ‫ل‬‫ا‬‫ث‬ِّ‫م‬ ُ‫ع‬‫ا‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِّ‫ا‬ ‫ا‬ ّٰٓ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ا‬ِّ‫ب‬ َ‫ك‬
َ‫ا‬َ‫و‬ َۗ‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬ٰ‫َه‬‫ت‬‫ا‬‫ن‬‫َا‬‫ف‬ ٖ‫ه‬ِّ‫ب‬ َّ‫ر‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ظ‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬ ٗ‫ه‬َ‫ء‬ۤ‫ا‬َ‫ج‬ ‫ا‬‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ۗ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ
‫الر‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬َ‫و‬ َ‫ع‬‫ا‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫ّٰللا‬ َّ‫ل‬َ‫ح‬َ‫ا‬َ‫و‬
َ‫ِٕك‬‫ى‬
ٰۤ‫ول‬ُ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ۗ ِّ‫ّٰللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫ا‬ ّٰٓٗ‫ه‬ُ‫ر‬‫ا‬‫م‬
ِّ
‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ ٰ‫ح‬‫ا‬‫ص‬َ‫ا‬
ۚ
َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬ِّ‫ل‬ ٰ‫خ‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬
Allaziina ya'kulunar-ribaa laa yaqumuna illaa kamaa yaqumullazii yatakhabbatuhusy-
syaitaanu minal-mass, zaalika bi'annahum qaaluu innamal-bai'u mislur-ribaa, wa
ahallallaahul-bai'a wa harramar-ribaa, fa man jaa`ahu mau'izatum mir rabbihii fantahaa
fa lahu maa salaf, wa amruhuu ilallaah, wa man 'aada fa ulaa'ika as-haabun-naar, hum
fiihaa khaalidun.
Artinya:
"Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya."
4. Allah SWT mengancam akan memerangi orang-orang yang tidak menuruti perintah-
Nya untuk meninggalkan riba. Allah berfirman:
ٖ‫ِّه‬‫ل‬ ۡ
‫ُو‬‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ ِّ‫ّٰللا‬ َ‫ِّن‬‫م‬ ٍ‫ب‬ ۡ
‫ر‬َ‫ح‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬ ۡ
‫ُو‬‫ن‬َ‫ذ‬ۡ‫َا‬‫ف‬ ‫ا‬ ۡ
‫و‬ُ‫ل‬َ‫ع‬ۡ‫َف‬‫ت‬ ۡ‫م‬َّ‫ل‬ ۡ
‫ِّن‬‫ا‬َ‫ف‬
ۚ "Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu." (QS Al
Baqarah 279).
Atas ayat ini, Imam Al Qurthubi menjelaskan, ketika Imam Malik ditanya seseorang
yang mengatakan, "Istri saya tertalak jika ada yang masuk ke dalam rongga anak Adam
lebih buruk daripada khamr." Dia berkata," Pulanglah, aku cari dulu jawaban
pertanyaanmu! Keesokan harinya orang tersebut datang dan Imam Malik mengatakan hal
serupa. Setelah beberapa hari orang itu datang kembali dan imam Malik berkata, "Istrimu
tertalak. Aku telah mencari dalam seluruh ayat Alquran dan hadits Nabi tidak aku
temukan yang paling buruk yang masuk ke rongga anak Adam selain riba, karena Allah
memberikan sanksi pelakunya dengan berperang melawanNya." (Lihat Tafsir Al
Qurthubi).
16
5.QS Ar-Rum: 39:
Allah berfirman:
‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ۖ ِّ َّ
‫ّٰللا‬ َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ُو‬‫ب‬ ‫َرا‬‫ي‬ َ
‫َال‬‫ف‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِّ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ِّي‬‫ف‬ َ‫ُو‬‫ب‬ ‫َرا‬‫ي‬ِّ‫ل‬ ‫ًا‬‫ب‬ ِّ
‫ر‬ ‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ي‬َ‫ت‬‫آ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬
َ‫ون‬ُ‫ف‬ِّ‫ع‬‫ا‬‫ض‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َٰ‫ل‬‫و‬ُ‫َأ‬‫ف‬ ِّ َّ
‫ّٰللا‬ َ‫ه‬‫جا‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫د‬‫ي‬ ِّ
‫ر‬ُ‫ت‬ ٍ‫ة‬‫َا‬‫ك‬َ‫ز‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ي‬َ‫ت‬‫آ‬
Artinya: "Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)". (QS Al-Rum:
39).
6. QS An-Nisa Ayat 160-161:
ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬ ‫ا‬‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ب‬ ِّ
‫الر‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ذ‬‫ا‬‫خ‬َ‫أ‬َ‫او‬ً‫ِّير‬‫ث‬َ‫ك‬ ِّ َّ
‫ّٰللا‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫د‬َ‫ص‬ِّ‫ب‬ َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫تا‬َّ‫ل‬ ِّ‫ح‬ُ‫أ‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬َ‫ط‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ُوا‬‫د‬‫َا‬‫ه‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ِّن‬‫م‬ ٍ‫م‬‫ا‬‫ل‬ُ‫ظ‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬
‫ا‬ً‫م‬‫ِّي‬‫ل‬َ‫أ‬ ‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ َ‫ين‬ ِّ
‫ِّر‬‫ف‬‫َا‬‫ك‬‫ا‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫د‬َ‫ت‬‫ا‬‫ع‬َ‫أ‬َ‫و‬ ۚ ِّ‫ل‬ِّ‫َاط‬‫ب‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ك‬َ‫أ‬َ‫و‬
Artinya: "Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas mereka
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka. Dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka
memakan harta orang dengan jalan yang batil. Dan Kami telah menjadikan untuk orang-
orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih." (QS an-Nisa: 160-161)
7.QS Ali Imron Ayat 130:
Allah berfirman,
َ‫ين‬ ِّ
‫ِّر‬‫ف‬‫َا‬‫ك‬‫ا‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫َّتا‬‫د‬ِّ‫ع‬ُ‫أ‬ ‫ِّي‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ . َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫ت‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ّٰللا‬ ‫ا‬‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫ف‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ض‬ُّ‫م‬ ً‫ا‬‫اف‬َ‫ع‬‫ا‬‫ض‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ب‬ ِّ
‫الر‬ ‫ا‬‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ َ‫ال‬ ‫ا‬‫ا‬‫ُو‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang
yang kafir." (Qs. Ali Imron [3]: 130).
17
KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
A.Keutamaan sedekah.
1. Bersedekah tidak akan mengurangi rezeki.
Jika kita melakukan sedekah, hal tersebut tidak akan mengurangi harta atau rezeki kita.
Justru Allah akan menggantinya dengan rezeki yang sebaik-baiknya.
Seperti dalam firman Allah pada Alquran surat Saba ayat 39 yang berbunyi:
Qul inna rabbii yabsutur-rizqa limay yasyaa'u min 'ibaadihii wa yaqdiru lah, wa maa
anfaqtum min syai'in fa huwa yukhlifuh, wa huwa khairur raaziqiin
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)".
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah
Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya."
2. Membuka pintu rezeki.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanny Rosulullah Shallallahu’ alaihi wasallam
bersabda:
"Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun dua
malaikat. Lalu salah satunya berkata, "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang
menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata, "Ya Allah berikanlah
kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)." (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa bersedekah justru akan membuka pintu rezeki yang
baru.
3. Dapat menghapus dosa-dosa.
Rasulullah bersabda, "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api."
(HR. Tirmidzi)
Allah hanya akan mengampuni dosa-dosa seseorang yang telah bersedekah dengan syarat
orang tersebut mengikutinya dengan taubat. Dan jika seseorang melakukan sedekah
dengan niat agar dosa-dosanya dianggap impas, maka sesungguhnya hal ini tidaklah
dibenarkan.
18
4. Dijauhkan dari api neraka.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, "Jauhilah neraka walupun hanya dengan
(sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan omongan
yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
5. Merupakan amal jariyah.
Sedekah merupakan salah satu amal jariyah yang pahalanya tidak akan pernah putus,
bahkan saat kita sudah meninggal. Rasulullah bersabda, "Jauhilah neraka walupun hanya
dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan
omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.)
B.DALIL DALIL SHODAQOH
1. Surat Al Baqarah ayat 177.
Laisal-birra an tuwallu wujuhakum qibalal-masyriqi wal magribi wa laakinnal birra man
aamana billaahi wal yaumil aakhiri wal malaa'ikati wal kitaabi wan nabiyyiin, wa aatal
maala 'alaa hubbihii zawil qurbaa wal yataamaa wal masaakiina wabnas sabiili was
saa'iliina wa fir riqaab, wa aqaamas-salaata wa aatazczakaah, wal-mufuna bi'ahdihim izaa
'aahadu, was-saabiriina fil ba'saa'i wad-darraa'i wa hiinal-ba's, ulaa'ikallaziina sadaqu, wa
ulaa'ika humul muttaqun
Artinya:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa."
19
2. Surat Al Baqarah ayat 254.
Yaa ayyuhallaziina aamanuu anfiqu mimmaa razaqnaakum ming qabli ay ya'tiya yaumul
laa bai'un fiihi wa laa khullatuw wa laa syafaa'ah, wal-kaafiruna humuz-zaalimun
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual
beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."
3. Surat Al Baqarah ayat 274.
Allaziina yunfiquna amwaalahum bil-laili wan-nahaari sirraw wa 'alaaniyatan fa lahum
ajruhum 'inda rabbihim, wa laa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanun
Artinya:
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi
dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
20
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
A.SIFAT TAKDIR KEMATIAN
Kematian merupakan kepastian. Setiap makhluk yang bernyawa akan merasakan
ajalnya. Saat kehilangan anggota keluarga, kesedihan mendalam dan rasa kehilangan pasti
terhunjam dalam jiwa. Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman: Bagi hamba-Ku
yang beriman, apabila diambil keluarganya dari dunia kemudian ia bersabar, tidak ada
balasan untuknya selain surga." (HR Bukhari).
Misteri kehidupan yang membutuhkan keimanan dan persiapan lebih dari cukup untuk
sebuah perjalanan panjang. Bekalnya berupa iman yang kokoh dan amal kebaikan. Bagi
yang masih hidup, cita-cita perjuangan menebar kebaikan harus dilanjutkan.
ah Allah, Belajar dari wafatnya yang terkasih, baginda Rasulullah SAW, isyarat dekatnya
ajal beliau dimulai ketika beliau iktikaf selama 20 hari pada bulan Ramadhan tahun 10 H.
Malaikat Jibril mengulang Alquran hingga dua kali dalam tahun itu bersama beliau.
Kemudian di Padang Arafah, saat haji wada Rasulullah bersabda, "Aku tidak tahu pasti.
Barangkali setelah tahunku ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat wukuf
ini untuk selamanya."
Pada akhir Shafar 11 Hijriyah, beliau sakit. Sepanjang hari-hari sakitnya beliau banyak
berwasiat, di antaranya beliau berpesan kepada umatnya tentang dunia.
Janganlah berlomba-lomba mengejar dunia. Agar dunia tidak membuat umatnya binasa
sebagai mana umat-umat sebelumnya binasa karena dunia. Sehari sebelum wafat, beliau
bersedekah beberapa dinar. Lalu bersabda, "Kami (para nabi) tidak mewariskan. Apa yang
kami tinggalkan menjadi sedekah." (HR Bukhari).
Pada Senin, Rabiul Awal 11 Hijriyah, Rasulullah wafat. Bumi kehilangan orang yang
paling mulia yang pernah menginjakkan kaki di atasnya. Wafat setelah menyempurnakan
risalah dan menyampaikan amanah. Wafatnya manusia paling mulia tersebut menyisakan
duka yang sangat mendalam bagi para sahabat dan keluarga. Dunia terasa gelap bagi
mereka.
21
Hati mereka bergoncang. Tak percaya bahwa kekasih mereka telah tiada. Di tengah
ketidakpercayaan mereka, lalu Abu Bakar hadir dan berkata, "Siapa di antara kalian yang
menyembah Muhammad SAW maka Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembmaka
Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat." Kemudian Abu Bakar membacakan Alquran
surah Ali Imran ayat 144. Wallaahu a'lam.
1. Takdir Mubram
Dikutip dari laman Kemendikbud, takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari
Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.
Contoh takdir mubram adalah kelahiran, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat.
Sebab, tidak ada manusia yang mengetahui kapan seseorang akan lahir maupun mati.
Sehingga itu hanya menjadi rahasia milik Allah SWT.
Hadits tentang takdir mubram tertulis dalam Quran surat An Nisa ayat 78
Arab: ‫ا‬‫ِّن‬‫ا‬َ‫و‬ ۚ ِّ‫ّٰللا‬ ِّ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٖ‫ِّه‬‫ذ‬ٰ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ي‬ ٌ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ب‬ ِّ
‫ص‬ُ‫ت‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫ا‬َ‫و‬ ۗ ٍ‫ة‬َ‫د‬َّ‫ي‬َ‫ش‬ُّ‫م‬ ٍ‫ج‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ُر‬‫ب‬ ‫ا‬‫ي‬ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ل‬َ‫و‬ ُ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُّ‫ك‬‫ا‬‫ك‬ ِّ
‫ار‬‫د‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ُو‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ا‬
‫ا‬ً‫ث‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫د‬َ‫ح‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ه‬َ‫ق‬‫ا‬‫ف‬َ‫ي‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬‫َا‬‫ك‬َ‫ي‬ َ
‫ال‬ ِّ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ء‬ۤ َ
‫ُال‬‫ؤ‬ّٰٰٓ‫ه‬ ِّ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ ۗ ِّ‫ّٰللا‬ ِّ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ٌّ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫لا‬ُ‫ق‬ ۗ َ‫ِّك‬‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٖ‫ِّه‬‫ذ‬ٰ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ي‬ ٌ‫ة‬َ‫ئ‬ِّ‫ي‬َ‫س‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ب‬ ِّ
‫ص‬ُ‫ت‬
Latin: aina mā takụnụ yudrikkumul-mautu walau kuntum fī burụjim musyayyadah, wa in
tuṣib-hum ḥasanatuy yaqụlụ hāżihī min 'indillāh, wa in tuṣib-hum sayyi`atuy yaqụlụ
hāżihī min 'indik, qul kullum min 'indillāh, fa māli hā`ulā`il-qaumi lā yakādụna
yafqahụna ḥadīṡā
Artinya: Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu keburukan,
mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muham-mad)." Katakanlah, "Semuanya (datang)
dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?"
22
Selain itu, hadits takdir muallaq juga tertulis dalm quran surat Al A'raf ayat 187 mengenai
datangnya hari kiamat:
Arab: ِّ‫ت‬ ٰ
‫و‬ ٰ‫َّم‬‫س‬‫ال‬ ‫ِّى‬‫ف‬ ‫تا‬َ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ث‬ َ‫ُو‬‫ه‬ َّ
‫ِّال‬‫ا‬ ّٰٓ‫ا‬َ‫ه‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫ق‬َ‫ِّو‬‫ل‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ل‬َ‫ج‬ُ‫ي‬ َ
‫ال‬ ۚ‫ا‬‫ي‬ِّ‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫م‬‫ا‬‫ِّل‬‫ع‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِّ‫ا‬ ‫لا‬ُ‫ق‬ ۗ‫ا‬َ‫ه‬‫ى‬ٰ‫س‬ ‫را‬ُ‫م‬ َ‫َّان‬‫ي‬َ‫ا‬ ِّ‫ة‬َ‫ع‬‫َّا‬‫س‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫َك‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫اـ‬‫س‬َ‫ي‬
َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬‫ع‬َ‫ي‬ َ
‫ال‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ر‬َ‫ث‬‫ا‬‫ك‬َ‫ا‬ َّ‫ن‬ِّ‫ك‬ٰ‫ل‬َ‫و‬ ِّ‫ّٰللا‬ َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫م‬‫ا‬‫ِّل‬‫ع‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِّ‫ا‬ ‫لا‬ُ‫ق‬ ۗ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ٌّ‫ي‬ِّ‫ف‬َ‫ح‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ا‬َ‫ك‬ َ‫َك‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫اـ‬‫س‬َ‫ي‬ۗ ً‫ة‬َ‫ت‬‫ا‬‫غ‬َ‫ب‬ َّ
‫ِّال‬‫ا‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ َ
‫ال‬ ِّۗ
‫ض‬ ‫را‬َ ‫ا‬
‫اال‬َ‫و‬
Latin: yas`alụnaka 'anis-sā'ati ayyāna mursāhā, qul innamā 'ilmuhā 'inda rabbī, lā
yujallīhā liwaqtihā illā huw, ṡaqulat fis-samāwāti wal-arḍ, lā ta`tīkum illā bagtah,
yas`alụnaka ka`annaka ḥafiyyun 'an-hā, qul innamā 'ilmuhā 'indallāhi wa lākinna akṡaran-
nāsi lā ya'lamụn
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, "Kapan terjadi?"
Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada
(seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat
berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang
kepadamu kecuali secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau
mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari
Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
2. Takdir Muallaq
Takdir Muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang mengikuti sertakan peran manusia
melalui usaha atau ikhitiar. Contoh takdir muallaq adalah keberhasilan anak sekolah
meraih prestasi dengan giat belajar.
Dalil takdir muallaq tertulis dalam Quran surat Ar Rad ayat 11, Allah SWT berfirman
mengenai sesuatu yang tidak dapat diubah sampai suatu kaum tersebut mau
mengubahnya.
Arab: ۗ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫س‬ُ‫ف‬‫ا‬‫ن‬َ‫ا‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬ِّ‫َي‬‫غ‬ُ‫ي‬ ‫ى‬‫ت‬َ‫ح‬ ٍ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ر‬ِّ‫َي‬‫غ‬ُ‫ي‬ َ
‫ال‬ َ‫ّٰللا‬ َّ‫ِّن‬‫ا‬ۗ ِّ‫ّٰللا‬ ِّ
‫ر‬‫ا‬‫م‬َ‫ا‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٗ‫َه‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ظ‬َ‫ف‬‫حا‬َ‫ي‬ ٖ‫ِّه‬‫ف‬‫ا‬‫َل‬‫خ‬ ‫ا‬‫مِّن‬َ‫و‬ ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ ِّ‫ان‬‫ي‬َ‫ب‬ ْۢ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ٌ‫ٰت‬‫ب‬ِّ‫ق‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬
ٍ‫ل‬‫ا‬َّ‫و‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٖ‫ِّه‬‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ۚو‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬ َّ‫د‬َ‫ر‬َ‫م‬ َ
‫َال‬‫ف‬ ‫ا‬ً‫ء‬ ۤ‫ا‬‫ُو‬‫س‬ ٍ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬ ُ‫ّٰللا‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫ا‬ ّٰٓ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ا‬َ‫و‬
23
Latin: lahụ mu'aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓụnahụ min amrillāh,
innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu
biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl
Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,
dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
B.DALIL DALIL TAKDIR KEMATIAN
Ada banyak sekali ayat Alquran tentang kematian. Ini bisa digunakan sebagai
pengingat untuk memperbanyak amalan shaleh. Beberapa di antaranya yakni:
1. Ayat Alquran tentang Kematian yang Pasti
َ‫ن‬‫ُو‬‫د‬ِّ‫ل‬ َٰ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ َّ‫ت‬ِّ‫م‬ ‫ن‬۟‫ي‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬َ‫أ‬ ۖ َ‫د‬‫ا‬‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫ك‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ب‬َ‫ق‬ ‫ن‬ِّ‫م‬ ٍ‫َر‬‫ش‬َ‫ب‬ِّ‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬
Artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum
kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS Al-
Anbiya: 34).
2. Ayat Alquran tentang Kematian Sebagai Takdir Manusia
‫م‬ُ‫ك‬‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬‫ب‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ۗ ِّ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬ِّ‫ئ‬ّٰٓ‫ا‬َ‫ذ‬ ٍ
‫س‬‫ا‬‫ف‬َ‫ن‬ ُّ‫ل‬ُ‫ك‬
َ‫ن‬‫و‬ُ‫ع‬َ‫ج‬ ‫را‬ُ‫ت‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫و‬ ۖ ً‫ة‬َ‫ن‬‫ا‬‫ت‬ِّ‫ف‬ ِّ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫و‬ ِّ‫ر‬َّ‫ش‬‫ٱل‬ِّ‫ب‬
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiya: 35)
3. Ayat Alquran tentang Kematian dan Amal
ُ‫ور‬ُ‫ف‬َ‫غ‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫يز‬ ِّ‫ز‬َ‫ع‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫ُو‬‫ه‬ َ‫و‬ ۚ ً
‫ال‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ ‫ا‬‫ح‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬‫ب‬َ‫ي‬ِّ‫ل‬ َ‫ة‬ ٰ
‫و‬َ‫ي‬َ‫ح‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫و‬ َ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ِّى‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun,” (QS Al-Mulk: 2)
4. Ayat Alquran tentang Kematian yang Tidak Bisa Ditunda
َ‫ن‬‫و‬ُ‫م‬ِّ‫د‬‫ا‬‫ق‬َ‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ َ
‫ال‬ َ‫و‬ ۖ ً‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫س‬ َ‫ن‬‫و‬ ُ‫ر‬ ِّ‫خ‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ َ
‫ال‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ َ‫ء‬ّٰٓ‫ا‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ۖ ٌ‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ِّ‫ل‬ َ‫و‬
24
Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkan-nya barang sesaat-pun dan tidak
dapat (pula) memajukan-nya,” (QS Al A’raf: 34)
25
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA
A.Kewajiban Amar Makruf-Nahi Munkar
Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah. Perintah yang
ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan perilaku kebaikan
dan mencegah perilaku buruk.
Bagi umat Islam, amar makruf nahi mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam memang
menempatkannya pada hukum dengan level wajib. Dan siapa pun dari kita yang
meninggalkannya, maka kita akan berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang
sangat pedih dan menyakitkan.
Kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar adalah kewajiban untuk memeritahkan mengerjakan
kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran. Seorang yang kuat imannya akan
mencegah kemungkaran dengan tangannya, kemudian dengan lisannya dan yang terakhir
adalah dengan hatinya.
Orang yang memiliki kewajiban berbuat amar makruf nahi mungkar adalah seorang yang
sudah termasuk katagori mukallaf. Orang yang termasuk mukallaf harus memenuhi 3
kriteri yaitu
• Beragama islam
• Berakal sehat
• Usianya sudah baligh
❖ Tiga Golongan Penegak Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh dilakukan dengan cara yang salah apalagi munkar.
Jika mengajak untuk melaksanakan perbuatan baik yang hukumnya sunnah/mustahab
maupun wajib, muslim perlu menimbang efek yang akan muncul, lebih baikkah, atau lebih
buruk karenanya. Karena amar ma’ruf nahi munkar, tidak seyogyanya timbul mafsadah
(kerusakan) yang lebih besar daripada maslahat (perbaikan)nya, karena Allah ta’ala tidak
menyukai kerusakan, dan semua perintahNya ialah bertujuan demi perbaikan. Tiga
golongan penegak Amar Ma’ruf Nahi Munkar diantaranya:
Pertama, ialah golongan yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, memerintahkan
kebaikan dan mencegah kejahatan untuk menghilangkan fitnah (kesesatan) yang mereka
anggap ada, namun tindakan mereka justru mengundang fitnah yang lebih besar, seperti
yang mengaku diri mereka para pejuang perang, namun dilakukan kepada sesama umat
Islam.
26
Kedua, ialah golongan yang berpangku tangan, mereka tidak menegakkan amar ma’ruf
nahi munkar meskipun situasi mengharuskan, dengannya mereka telah terjerumus dalam
fitnah (kesesatan), sebagaimana yang digambarkan dalam sebab turun surat At Taubah.
Golongan kedua ini kebanyakan dari para ahli agama dan ibadah yang keliru memahami
agama atau terseret syubhat dan hawa nafsu syahwat, padahal sebenarnya mereka hanya
kabur dari peperangan. Demikian pula mereka yang ambisi mendapatkan harta dan
jabatan, karena dorongan syahwat justru melakukan perkara yang mungkar dan tidak
mengingkarinya demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Ketiga, golongan benar ialah yang melaksanakan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar
dengan menimbang kemaslahatan yang lebih besar dan baik. Jika memerintahkan yang
ma’ruf, maka lebih besar perbaikan dan pahalanya, dan ia laksanakan. Jika mencegah yang
keji, maka lebih besar perbaikan dan pahalanya, dan ia lakukan.
B.Dalil-Dalil Tentang Amar Makruf-Nahi Munkar
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits berikut:
"Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar
(melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-
orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara
kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka)." (HR. Abu Dzar).
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur'an:
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)
َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِّ‫ئ‬
َّٰٰٓ‫ل‬ ۟
‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ۚ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ
‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ٌ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬
Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar, karena
perilaku ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya.
Allah SWT berfirman:
27
‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ى‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ِّ‫ب‬ ‫ُم‬‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ ِّ‫نج‬ِّ ‫ا‬
‫ٱْل‬َ‫و‬ ِّ‫ة‬ٰ‫ى‬ َ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬َّ‫ت‬‫ٱل‬ ‫ِّى‬‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫د‬‫ِّن‬‫ع‬ ‫ًا‬‫ب‬‫و‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ك‬َ‫م‬ ‫ۥ‬
ُ‫ه‬َ‫ن‬‫ُو‬‫د‬ ِّ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ِّى‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َّ‫ى‬ِّ‫م‬ُ ‫ا‬
‫ٱْل‬ َّ‫ى‬ِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ٱل‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬ َّ‫ٱلر‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬ِّ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬
۟‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫َٱ‬‫ف‬ ۚ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َتا‬‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ِّى‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ل‬َٰ‫ل‬‫ا‬‫غ‬َ ‫ا‬
‫ٱْل‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ار‬‫ص‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬َ‫ض‬َ‫ي‬ َ‫و‬ َ‫ث‬ِّ‫ئ‬َّٰٰٓ‫ب‬َ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ ِّ
‫ر‬َ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫ت‬َٰ‫ب‬ِّ‫ي‬َّ‫ط‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُّ‫ل‬ ِّ‫ُح‬‫ي‬ َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬
َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬
َّٰٰٓ‫ل‬ ۟
‫و‬ُ‫أ‬ ۙ ّٰٓ‫ۥ‬
ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ‫ل‬ ِّ
‫نز‬ُ‫أ‬ ّٰٓ‫ِّى‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ور‬ُّ‫ن‬‫ٱل‬ ۟‫وا‬ُ‫ع‬َ‫ب‬َّ‫ت‬‫ٱ‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ص‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ َّ‫ز‬َ‫ع‬َ‫و‬ ‫ۦ‬
ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬
Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah
orang-orang yang beruntung." (QS al-A'raaf: 157).
Perintah amar makruf nahi mungkar juga banyak dijelaskan dalam hadits. Salah satunya
adalah hadits dari Abi Said al-Khudri:
"Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal
tersebut adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).
AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR MENURUT HUKUM ISLAM Oleh Ustadz Kholid
Syamhudi Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat
Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan
penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,
‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬ َ‫َان‬‫ك‬َ‫ل‬ ِّ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِّ‫ك‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫ل‬‫ا‬‫ه‬َ‫أ‬ َ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ل‬َ‫و‬ ِّ‫هلل‬‫ا‬ِّ‫ب‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫تا‬َ‫ج‬ ِّ
‫ر‬‫ا‬‫خ‬ُ‫أ‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ َ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬
َ‫ون‬ُ‫ق‬ِّ‫اس‬َ‫ف‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ر‬َ‫ث‬‫ا‬‫ك‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬
28
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]
Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
َ‫ة‬‫َا‬‫ك‬َّ‫الز‬ َ‫ون‬ُ‫ت‬‫ُؤا‬‫ي‬ َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫م‬‫ِّي‬‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ ٍ
‫ض‬‫ا‬‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ء‬‫آ‬َ‫ي‬ِّ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬‫ا‬‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫َات‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬َ‫و‬
ُُُ‫م‬‫ِّي‬‫ك‬َ‫ح‬ ٌ‫يز‬ ِّ
‫ز‬َ‫ع‬ َ‫هللا‬ َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ُ‫هللا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫م‬َ‫ح‬ ‫َرا‬‫ي‬َ‫س‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ َ‫هللا‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬‫ي‬ِّ‫ُط‬‫ي‬ َ‫و‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah
dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-Taubah:71]
Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam
ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi
segenap umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia.
Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan dengan
amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah dengan
jiwa dan harta mereka.
Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia. Umat lain tidak memerintahkan setiap orang
kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua kemungkaran.
Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian mereka sama sekali tidak berjihad.
Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil- kebanyakan jihad mereka untuk mengusir
musuh dari negerinya. Sebagaimana orang yang jahat dan dzalim berperang bukan karena
menyeru kepada petunjuk dan kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Hal
ini digambarkan dalam ucapan Nabi Musa Alaihissallam.
29
‫ا‬َ‫ه‬‫ِّي‬‫ف‬ َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬ُ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ين‬ ِّ
‫َاسِّر‬‫خ‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِّ‫ل‬َ‫ق‬‫َن‬‫ت‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬ ِّ
‫ار‬َ‫ب‬‫ا‬‫د‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ُّوا‬‫د‬َ‫ت‬ ‫را‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ُ‫هللا‬ َ‫َب‬‫ت‬َ‫ك‬ ‫ِّي‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ة‬َ‫س‬َّ‫د‬َ‫ق‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ َ‫ض‬ ‫را‬َ‫ْل‬‫ا‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬‫ا‬ ِّ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬
َ‫م‬َ‫ع‬‫ا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫ف‬‫َا‬‫خ‬َ‫ي‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬ ِّ‫ن‬َ‫ال‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬ ِّ‫َاخ‬‫د‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ُوا‬‫ج‬ُ‫ر‬‫ا‬‫خ‬َ‫ي‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ُوا‬‫ج‬ُ‫ر‬‫ا‬‫خ‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬َّ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫و‬ َ‫ين‬ ِّ
‫َّار‬‫ب‬َ‫ج‬ ‫ا‬ً‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬
‫آ‬َ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬َّ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬ُ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ِّين‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َّ‫ك‬ َ‫َو‬‫ت‬َ‫ف‬ ِّ‫هللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫ب‬ِّ‫ل‬‫َا‬‫غ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫َل‬‫خ‬َ‫د‬ َ‫ا‬‫ذ‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫اب‬َ‫ب‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬
َ‫ُون‬‫د‬ِّ‫ع‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ن‬ُ‫ه‬‫َا‬‫ه‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ َ‫آل‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ َ‫ُّك‬‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ َ‫نت‬َ‫أ‬ ‫َبا‬‫ه‬‫ا‬‫ذ‬‫َا‬‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ِّي‬‫ف‬ ‫وا‬ُ‫م‬‫َا‬‫د‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ب‬َ‫أ‬
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan
janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi
orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada
orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya
sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan
memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu
gerbang (kota) itu. Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.
Mereka berkata,”Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya,
selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al-
Maidah : 21-24]
Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ي‬َ‫س‬َ‫ع‬ ‫لا‬َ‫ه‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِّ‫هللا‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ ‫ِّي‬‫ف‬ ‫لا‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُّ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ك‬ِّ‫ل‬َ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ث‬َ‫ع‬‫ا‬‫ب‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬ ٍ‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫ن‬ِّ‫ل‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫ذ‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬ُ‫م‬ ِّ‫د‬‫ا‬‫ع‬َ‫ب‬ ‫مِّن‬ َ‫ل‬‫ي‬ِّ‫اء‬َ‫ار‬‫س‬ِّ‫إ‬ ‫ِّى‬‫ن‬َ‫ب‬ ‫مِّن‬ ِّ‫إل‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫َر‬‫ت‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬َ‫أ‬
ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ِّب‬‫ت‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ِّ‫ئ‬‫َآ‬‫ن‬‫ا‬‫ب‬َ‫أ‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ ِّ
‫ار‬َ‫ي‬ِّ‫د‬ ‫مِّن‬ ‫َا‬‫ن‬‫جا‬ ِّ
‫ر‬‫ا‬‫خ‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ ِّ‫هللا‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ ‫ِّي‬‫ف‬ َ‫ل‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ن‬ َّ‫ال‬َ‫أ‬ ‫َآ‬‫ن‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ت‬ َّ‫ال‬َ‫أ‬ ُ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِّ‫ق‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ِّب‬‫ت‬ُ‫ك‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬
َ‫ِّمِّين‬‫ل‬‫ا‬َّ‫ظ‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ُُُ‫م‬‫ِّي‬‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ً‫ال‬‫ِّي‬‫ل‬َ‫ق‬ َّ‫ال‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬َّ‫ل‬َ‫َو‬‫ت‬ ُ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِّ‫ق‬‫ا‬‫ال‬
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi Musa
wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang
raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka
menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah,
padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak
kami”.
30
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa
orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim“. [Al-
Baqarah:246]
Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta anak-anak mereka. Sudah demikian
ini, mereka pun masih melanggar perintah. Sehingga tidak dihalalkan begi mereka harta
rampasan perang. Demikan juga tidak boleh mengambil budak-budak tawanan perang. [1]
Demikianlah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam. Dia menjadikan
amar ma’ruf nahi mungkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
ِّ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬َ‫و‬ ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ ِّ‫ل‬‫ا‬‫ي‬ ِّ‫ج‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ْل‬‫ا‬‫ا‬َ‫و‬ ِّ‫ة‬‫ا‬َ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ ‫ا‬‫ي‬ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ًا‬‫ب‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ك‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬ ِّ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ِّي‬‫ذ‬‫ال‬ ‫ِّي‬‫م‬ُ‫اْل‬ َّ‫ي‬ِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬ ‫ا‬‫ُو‬‫س‬ َّ‫الر‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬ِّ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬‫ال‬
‫ا‬ ‫ا‬‫ُو‬‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬َّ‫ل‬‫َا‬‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َتا‬‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ِّي‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬َ‫ال‬‫ا‬‫غ‬َ‫ْل‬‫ا‬‫ا‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ار‬‫ص‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬َ‫ض‬َ‫ي‬ َ‫و‬ َ‫ث‬ِّ‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ ِّ
‫ر‬َ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬َّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُّ‫ل‬ ِّ‫ُح‬‫ي‬ َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ا‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬
َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ز‬‫ا‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫ِّي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬ُّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬َ‫ب‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ص‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬ َ‫ز‬َ‫ع‬َ‫و‬
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah
orang-orang yang beruntung“. [Al- A’raaf : 157).
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi
tugas utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat ini
untuk menegakkannya, dalam firman-Nya.
َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ
‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ُُُ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Al-Imron:104]
31
Baca Juga Cara Menasehati Orang Yang Terang-Terangan Melakukan Kemaksiatan Tugas
penting ini sangat luas jangkauannya, baik zaman atau tempat. Meliputi seluruh umat dan
bangsa dan terus bergerak dengan jihad dan penyampaian ke seluruh belahan dunia. Tugas
ini telah diemban umat Islam sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai
sekarang hingga hari kiamat nanti. HUKUM AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR [2]
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur’an dan As-
Sunnah serta Ijma’ para Ulama.
Dalil Al Qur’an Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ
‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ُُُ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“.[Al-Imran:104].
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada
sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini”.[3] Dan firman-Nya.
ِّ‫هلل‬‫ا‬ِّ‫ب‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ ِّ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫تا‬َ‫ج‬ ِّ
‫ر‬‫ا‬‫خ‬ُ‫أ‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ َ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“. [Al-Imran :110].
Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia, barang
siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya”.[4]
Dalil Sunnah Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ِّ‫ان‬َ‫م‬‫ي‬ِّ‫اْل‬ ُ‫ف‬َ‫ع‬‫ا‬‫ض‬َ‫أ‬ َ‫ِّك‬‫ل‬َ‫ذ‬َ‫و‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬‫ا‬‫ل‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫ع‬ِّ‫ط‬َ‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ِّ‫ل‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫ع‬ِّ‫ط‬َ‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ِّ‫ه‬ِّ‫د‬َ‫ي‬ِّ‫ب‬ ُ‫ه‬ ‫را‬ِّ‫َي‬‫غ‬ُ‫ي‬‫ا‬‫َل‬‫ف‬ ‫ا‬ً‫َر‬‫ك‬‫ا‬‫ن‬ُ‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬‫ن‬َ‫م‬
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika
tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu
selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].
32
Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya: Ibnu
Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban
amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”.[5] Abu
Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu
dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih Islam
telah berkonsensus atas kewajibannya”.[6] An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil
Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi
mungkar” [7] Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban,
pokok serta rukun syari’at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan
tegak kejayaannya”
.[8] Jelaslah kewajiban umat ini untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. DERAJAT
KEWAJIBAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR [9] Amar ma’ruf nahi mungkar
sebagai satu kewajiban atas umat Islam, bagaimanakah derajat kewajibannya? Apakah
fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah? Para ulama berselisih tentang hal ini. Pendapat pertama
memandang kewajiban tersebut adalah fardhu ‘Ain. Ini merupakan pendapat sejumlah
ulama, diantaranya Ibnu Katsir, Az Zujaaj, Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil-
dalil syar’i, diantaranya: 1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ِّ
‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ
‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ُُُ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Ali Imran:104] Mereka mengatakan bahwa kata ‫ا‬‫مِّن‬ dalam ayat ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬
untuk penjelas dan bukan untuk menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah
kalian semua umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar. Demikian juga akhir ayat yaitu:
َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬
Menegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka yang melakukan amalan tersebut.
Sedangkan mencapai keberuntungan tersebut hukumnya fardhu ‘ain.
33
Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

More Related Content

What's hot

Bab iii ( asmaul khusna )
Bab iii ( asmaul khusna )Bab iii ( asmaul khusna )
Bab iii ( asmaul khusna )Maghfiroh Firoh
 
Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....
Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....
Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....afrianiicha
 
Bab III ( asmaul khusna )
Bab III ( asmaul khusna )Bab III ( asmaul khusna )
Bab III ( asmaul khusna )Maghfiroh Firoh
 
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....NoversaWila1
 
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraAgama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraLaluSirdiZunistira
 
Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9
Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9
Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9Naila N. K
 
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamKumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamShoofiAssaudah
 
Bantahan terhadap pluralisme agama
Bantahan terhadap pluralisme agamaBantahan terhadap pluralisme agama
Bantahan terhadap pluralisme agamaRachardy Andriyanto
 
Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021Auliaputri298047
 

What's hot (18)

Tazkirah
TazkirahTazkirah
Tazkirah
 
Bab iii ( asmaul khusna )
Bab iii ( asmaul khusna )Bab iii ( asmaul khusna )
Bab iii ( asmaul khusna )
 
Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....
Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....
Risca Nur Afriani, Agama Islam, Ilmu Kommunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I....
 
Bab III ( asmaul khusna )
Bab III ( asmaul khusna )Bab III ( asmaul khusna )
Bab III ( asmaul khusna )
 
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
 
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraAgama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
 
Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9
Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9
Fakta dan fenomena kebenaran sifat sifat asmaul husna 9
 
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamKumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
 
Surah al
Surah alSurah al
Surah al
 
Bidayatul hidayah - al ghazali
Bidayatul hidayah - al ghazaliBidayatul hidayah - al ghazali
Bidayatul hidayah - al ghazali
 
Qada' dan qadar
Qada' dan qadarQada' dan qadar
Qada' dan qadar
 
Ujian allah
Ujian allahUjian allah
Ujian allah
 
M Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikelM Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikel
 
Malapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jamanMalapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jaman
 
Asmaul Husna
Asmaul HusnaAsmaul Husna
Asmaul Husna
 
Bantahan terhadap pluralisme agama
Bantahan terhadap pluralisme agamaBantahan terhadap pluralisme agama
Bantahan terhadap pluralisme agama
 
Tadharru' 02
Tadharru' 02Tadharru' 02
Tadharru' 02
 
Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021
 

Similar to Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021WidiaAprilia3
 
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....Habib171
 
Tugas agama dian hartono
Tugas agama dian hartonoTugas agama dian hartono
Tugas agama dian hartonoDianHartono3
 
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Putrybq
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILaluGilangRahmadiHam1
 
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...AMILIADAMAYANTIPURBA
 
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAIMahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAIMahendraAnandaPutra
 
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....NoversaWila
 
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllifNasri
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_paiLalesekarIdamanperti
 
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...LaluTeguh2
 
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068MYamin4
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_paiLalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_paiLaluGilangRahmadiHam
 

Similar to Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos (15)

Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021
 
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
 
KUMPULAN ARTIKEL
KUMPULAN ARTIKEL KUMPULAN ARTIKEL
KUMPULAN ARTIKEL
 
Tugas agama dian hartono
Tugas agama dian hartonoTugas agama dian hartono
Tugas agama dian hartono
 
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
 
Tugas uas agama islam 2021
Tugas uas agama islam 2021Tugas uas agama islam 2021
Tugas uas agama islam 2021
 
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
Amilia Damayanti Purba, Agama Ialam, Ilmu Komunikasi, Dr, Taufiq Ramdani, S. ...
 
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAIMahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
 
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
 
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
 
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
 
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_paiLalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
 

Recently uploaded

perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxMas PauLs
 
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxAKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxFipkiAdrianSarandi
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfAndiCoc
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxiwidyastama85
 
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan AnakPWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan AnakOcieocietralalatrilili Tharigan
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxrandikaakbar11
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxtressa8
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramTitaniaUtami
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bSisiliaFil
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptretno12886
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxMateriSMPTDarulFalah
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASsusilowati82
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Fathan Emran
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptxAvivThea
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfAndiCoc
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxEkoPoerwantoe2
 

Recently uploaded (20)

perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxAKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan AnakPWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat) Kesehatan Ibu dan Anak
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 

Muh.Taufiq Hidayat(D1A021045) Ujian Akhir Semester Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

  • 1. KUMPULAN ARTIKEL 1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ 2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS). 3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BSERTA DALIL-DALILNYA 4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA 5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA 6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu: Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos Disusun Oleh: Nama : Muh.Taufiq Hidayat NIM: D1A021045 Prodi/Kelas : Hukum/A1 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2021
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga jurnal artikel ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Penulis sangat berharap semoga jurnal artikel ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar jurnal artikel ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan jurnal artikel ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan jurnal artikel ini. Mataram, 01 Desember 2021 Muh. Taufiq Hidayat I
  • 3. DAPTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................I DAPTAR ISI.........................................................................................................II-III PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ.........................................................................................1 A.Pengertian Istidraj.............................................................................................1-3 B.Konsep Istidraj..................................................................................................7-5 C.Dalil-dalil tentang Istidraj.................................................................................9-8 DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA...................................................................................................... 9 A.Dalil,Terjemahan dan Penjelasan.......................................................................9-11 B.Contoh Kasus...................................................................................................11-12 DOSA DAN KRITERIA RIBA BSERTA DALIL-DALILNYA.....................13 A.Dosa Riba Menurut Islam..............................................................................13-14 B.Kriteria Riba...................................................................................................14-15 C.Dalil-Dalil Tentang Riba................................................................................15-17 KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA.................18 A.Keutamaan Shodaqoh....................................................................................18-19 B.Dlil-Dalil Shodaqoh........................................................................................19-20 II
  • 4. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA......................21 A.Sifat Takdir Kematian.......................................................................................21-24 B.Dalil-Dalil Tentang Kematian...........................................................................24-25 KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA...........................................................................................26 A.Kewajiban Amar Makruf-Nahi Munkar...........................................................26-27 B.Dalil-Dalil..........................................................................................................27-37 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................38-39 III
  • 5. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ A.Pengertian Istidraj Istidraj adalah berasal dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa Arab berarti naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun secara istilah, istidraj memiliki makna azab berwujud kenikmatan. Ketika seorang muslim banyak melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, ini adalah tanda istidraj dari Allah SWT. Ia terjebak dalam kenikmatan hidup, padahal dia semakin lalai menunaikan ibadah serta kewajiban lainnya. Hasbi ash-Shiddieqy menjelaskan istidrāj adalah pemanjaan agar terjerumus kepada kehinaan, secara berangsur-angsur, setapak demi setapak dan didekatkan dengan azab dalam keadaan mereka tidak menyadarinya. Sama halnya dengan penjelasan Quraish Shihab, bahwa istidrāj adalah memindahkan dari satu tahap ke tahap berikutnya hingga mencapai puncak dengan jatuhnya siksa. Kata tersebut popular, dalam arti perlakuan yang secara lahiriah baik. Istidrāj bisa terjadi dalam bentuk limpahan nikmat yang diduga kebaikan, atau merasa terhindar dari hukuman padahal merupakan pancingan untuk melakukan pelanggaran yang lebih besar sehingga sanksi hukuman yang diterima juga lebih besar. Allah Swt membiarkan dan tidak disegerakan azabnya. Al-Thabari berpendapat bahwa istidrāj adalah tipuan halus kepada orang yang diberi tenggang waktu. Ia merasa bahwa yang memberikan tenggang waktu telah berbuat baik kepadanya, sehingga pada akhirnya ia terjerumus dalam hal yang tidak disenangi. Menurut Abu Bakar Jabir, istidrāj berarti menghukum dengan bertahap, setingkat demi setingkat. Ketika mereka melakukan maksiat yang baru, Allah Swt akan memberikan nikmat yang baru sehingga saat dihukum mereka tidak menyadarinya. Begitu juga Sayyid Quthb, ia berpendapat bahwa istidrāj adalah suatu kekuatan yang tidak diperhitungkan dengan semestinya dan dilupakan oleh orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah Swt. Begitu juga penangguhan tersebut ditimpakan kepada mereka tanpa diketahui. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan istidrāj adalah penahapan, artinya membawa turun seseorang dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya karena ingin 1
  • 6. menjerumus-kannya. Maksud di sini adalah Allah Swt akan mendekatkan azab kepada mereka secara bertahap dengan bentuk pengabaian, selalu diberi kesehatan, ditambah kenikmatan, di mana mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah istidrāj. Al-Syaukani menjelaskan bahwa istidrāj adalah Allah Swt membuat mereka lupa untuk mensyukurinya sehingga mereka tenggelam dalam kesesatan dan tidak akan bisa keluar dari kesesatan tersebut kecuali setelah mereka mendapatkan kedudukan di sisi Allah Swt. Abdurrauf mengatakan istidrāj adalah terpedaya dengan suatu nikmat yang diberikan oleh Allah Swt, sehingga lupa terhadap pemberi nikmat. Seseorang yang memandang bahwa nikmat yang diterimanya adalah suatu kelebihan, tetapi ia terkecoh dengannya, sehingga tanpa mereka menyadari mereka sedang diuji. Akibat dengan rahmat yang mereka peroleh itu menjadi sebab terperosok mereka ke jalan kebatilan. Ia menambahkan bahwa mereka diberikan peluang sehingga tidak mengetahui saat tibanya istidrāj. Menurutnya, Allah Swt menurunkan mereka satu derajat lebih rendah, lalu menambahkan siksaan dan bencana dan mereka bertambah-tambah dalam Kedurhakaan yaitu dengan berbuat dosa dan maksiat. Allah Swt mengambil dari mereka sedikit-sedikit dan tidak memberi balasan yang spontan. Kemudian menambahkan azab sedikit demi sedikit atau dipertangguhkan azab, lalu mereka bertambah berbuat Kejahatan. Menurut Jalalain, istidrāj adalah ketika manusia mengabaikan peringatan yanG telah diberikan dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan. Namun, mereka tetap tidak mau mengambil pelajaran dan nasihat darinya. Lalu dibukakan kepada mereka pintupintu kesenangan. Apabila mereka bergembira dengan apa yang diberikan dengan perasaan sombong, maka akan Allah Swt siksa mereka dengan azab yang pedih. Seperti yang dinyatakan Ali al-Shabuni, Allah Swt memberikan limpahan nikmat Kepada mereka, lalu mengira bahwa nikmat itu menunjukkan bahwa Allah Swt menyayangi mereka, sehingga mereka menjadi fasik dan tenggelam dalam kesesatan sehingga keputusan siksa menimpa mereka. Al-Ghazali menjelaskan bahwa Allah Swt memiliki makar bagi pendosa. Mereka lupa karena dengan kelezatan sesaat atau kemenangan yang menipu dan kegoncangan negara yang disertai dengan kecongkakan dan kesombongan. Keadaan seperti ini merupakan dikte Allah Swt kepada orang-orang yang melakukan kebatilan, kemudian menarik mereka ke jurang kehancuran tanpa mereka sedari. Menurut Hamka, istidrāj berarti naik dengan berangsur sedikit demi sedikit. 2
  • 7. Laksana naik tangga, tangga demi tangga, sehingga sampai ke puncak atau mencapai klimaks. Naik berangsurangsur sampai di puncak, atau turun berangsur-angsur sampai ke alas. Semuanya ini dengan tidak disadari oleh yang bersangkutan, sebab mereka telah melupakan Allah Swt, maka Ia pun menjadikan mereka lupa diri. Hamka menjelaskan lagi, bahwa istidrāj artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Diperlakukan apa yang mereka kehendaki dan dibukakan segala pintu kenikmatan, sampai mereka lupa diri. Mereka umpama lupa bahwa setelah panas pasti adanya hujan, sesudah lautan yang tenang pasti tibanya gelombang. Mereka berbuat berbagai maksiat dari keinginan hawa nafsunya yang tidak terkekang. Akhirnya diri mereka sesat dan siksaan Allah Swt datang kepada mereka. Dari penjelasan di atas, ulama tafsir sepakat bahwa istidrāj merupakan suatu penangguhan siksaan atau azab dari Allah Swt terhadap mereka yang melakukan kezaliman dan kemaksiatan. Kapan terlaksana siksaan dan azab yang ditangguh tersebut, para mufasir berbeda pendapat. Ada yang menafsirkan bahwa azab atau siksaan akan terjadi di dunia dan akhirat. Siksaan azab diakhirat akan lebih buruk berbanding siksaan azab di dunia karena seburuk-buruk tempat kembalian adalah di neraka. Ada yang berpendapat bahwa tangguhan azab dan siksaan Allah Swt akan ditimpakan ketika di akhirat. Ini adalah rencana Allah Swt agar mereka menanggung dosa- dosa secara total dan datang di padang mahsyar dengan berlumuran dosa . B.Konsep Istidraj Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan, perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri mereka di atas segala-galanya. Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj. 3
  • 8. Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan peringatanperingatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan perintah agama adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh hati yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan, mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat modern atau alasan-alasan sejenisnya. Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua pintu kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat maksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yang diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenangan duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu. Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyongkonyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan. Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa). Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya. 4
  • 9. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya. Ketika Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat membuka aurat, berat untuk bersedekah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki dan mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, benci terhadap aturan Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat, enggan menuntut dan menambah pengetahuan (khususnya agama) serta lupa akan kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba tersebut rezeki melimpah, kesenangan terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak pernah diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah sukses, hidupnya aman-aman saja, maka hamba tersebut harus berhati-hati karena semuanya itu adalah istidraj. Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan diperbudak dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan duniawi dalam ketaatan. C.Dalil-dalil tentang Istidraj Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah Surah Al-An'am ayat 44: ‫ا‬ ۤۡ ‫و‬ُ‫ت‬ ۡ ‫و‬ُ‫ا‬ ۤ‫ا‬َ‫م‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬ ۡ ‫ُو‬‫ح‬ ِّ ‫َر‬‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ا‬ ‫ى‬ّٰٓ‫ت‬َ‫ح‬ ٍؕ‫ء‬ ۡ‫َى‬‫ش‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫اب‬َ‫و‬ۡ‫ب‬َ‫ا‬ ۡ‫م‬ِّ‫ه‬ۡ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ ۡ‫َح‬‫ت‬َ‫ف‬ ٖ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬ ۡ ‫و‬ُ‫ِّر‬‫ك‬ُ‫ذ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ۡ ‫ُو‬‫س‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ن‬ ۡ ‫ُو‬‫س‬ِّ‫ل‬ۡ‫ب‬ُّ‫م‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ا‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ت‬ۡ‫غ‬َ‫ب‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ۡ‫َذ‬‫خ‬َ‫ا‬ Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa ‘alaihim abwaaba kulli syaii’, hattaaa izaa farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” 5
  • 10. 1.Peringatan untuk Orang Kafir َ‫ل‬ ْ‫ِي‬‫ل‬ ُْْ‫م‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ن‬ِ ‫ا‬ ۗ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ُْ ِ ‫فس‬ ْ َْ‫ّن‬ ِ ‫ال‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ي‬ ِ‫ل‬ ُْْ‫م‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ْْٓ‫و‬ُ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ال‬ َ‫ن‬ ‫ب‬َ‫س‬ ْ َْ‫ح‬‫ي‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ۚ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ث‬ ِِْ‫ا‬ ‫ا‬ْْٓ‫ُو‬‫د‬‫َا‬‫د‬ َْ ْ َْ‫يز‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ٌ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫م‬ ٌ‫ب‬َ‫ا‬‫َذ‬‫ع‬َ ْ‫م‬ “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178) 2.Siksaan Setelah Kesenangan ََْ‫ل‬‫ف‬ ‫ا‬ ْٓ‫ا‬‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ ُِْ‫ح‬َ‫فر‬ َ‫ا‬‫ذ‬ ِِْ‫ا‬ ْٓ‫ى‬ ّٰ‫َت‬‫ح‬ ۗ‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬َ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ُ َ‫اب‬َ‫و‬ َْ ْ‫اب‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ َ‫ا‬‫ن‬ َْْ‫ح‬َ‫ت‬‫ف‬ ٖ‫ه‬ ِ‫ب‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ ُِّْ‫ذك‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ن‬ ‫ما‬ ‫ا‬ ُْ ْْٓ‫و‬ ُْ ْ‫وت‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ْ‫ذ‬ ََْ‫خ‬‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ا‬‫ِذ‬‫ا‬ ِْ َ‫ف‬ ًَْ‫تة‬ْ‫غ‬َ‫ب‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫س‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬‫م‬ “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.Al An’am: 44). 3.Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan ۙ َ‫ن‬ ْ ِْ‫ي‬َ‫ن‬‫وب‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫من‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫نمدهم‬ ‫نما‬ ‫ا‬ ‫ايحسبون‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ ُُْ‫عر‬ ْ ‫ش‬ ْ َْ‫ي‬ ‫ال‬ ْ َْ‫ل‬‫ب‬ ِۗ‫ت‬ ٰ ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫فى‬ ْ‫م‬ َُْ‫ه‬‫ل‬ ُ‫ع‬ ِ‫ار‬ ُْ َ‫نس‬ “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikankebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56) 6
  • 11. 4.Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar َ‫َان‬‫ك‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬ َْ‫بد‬ ُ‫م‬ ‫ث‬ َ‫ا‬‫ن‬َ‫ء‬ََۤ‫ا‬‫ب‬ٰ‫ا‬ ‫س‬ َ‫م‬ ْ‫د‬َ‫ق‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫الو‬َ‫ق‬‫و‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫ف‬َ‫ع‬َ ‫ى‬ ّٰ‫ت‬ ََْ‫ح‬ ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َِْ‫ة‬ِّ‫ئ‬‫السي‬ َْ ّْ َ‫و‬ ُ‫ء‬َۤ‫را‬ ‫الض‬ َْ ّْ َْ ّْ َ‫ن‬ ْ‫و‬ ُُْ‫ْعر‬‫ش‬ ْ َْ‫ي‬ َ‫ال‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫و‬ ًَْ‫تة‬ْ‫غ‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ْ‫ذ‬ ََْ‫خ‬َ‫ا‬‫ف‬ ُ‫ء‬َۤ‫را‬ ‫الس‬ َ‫ع‬َ ‫ا‬َ‫ن‬ َْْ‫ح‬َ‫ت‬‫ف‬َ‫ل‬ ‫ا‬ َْ ْ‫قو‬ ‫ا‬َ‫و‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫نو‬َ‫م‬ٰ‫ا‬ ‫ى‬ُْٰٓ ‫قر‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬ َْْ‫ه‬‫ا‬ َ‫ن‬ ‫ا‬ َْ ْ‫لو‬َ‫و‬ َْْ‫لي‬ َ‫ن‬ ِّ‫م‬ ‫ت‬ٰ‫ك‬ ََْ‫بر‬ ْ‫م‬ ِ‫ه‬ َْ ّْ ‫ا‬ ِ‫ء‬َۤ‫ا‬َ‫م‬‫لس‬ َ‫ن‬ ُْ ْ‫ِبو‬‫س‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫َانو‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ن‬ْ‫ذ‬ ََْ‫خ‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫بو‬ ‫َذ‬‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫ك‬ٰ‫ل‬َ‫و‬ ِ ‫ض‬ َْْ‫ر‬ ْ ‫اال‬َ‫و‬ “Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.”“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.Al A’raf: 95-96). 5. Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaan َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ ُ‫ْث‬‫ي‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ ِّ‫م‬ ْ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ َْْ‫د‬‫ْت‬‫س‬َ‫ن‬َ‫س‬ ‫ا‬ َِْ‫تن‬ٰ‫ي‬ٰ‫ا‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ُْ ْ‫بو‬ ‫َذ‬‫ك‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ال‬ َ‫و‬ ٌ‫ن‬ ْ ِْ‫ي‬‫ت‬َ‫م‬ ْ‫ِي‬‫د‬ْ‫ي‬َ‫ك‬ ‫ِن‬ ِ‫ا‬ۗ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ِي‬‫ل‬ ُْْ‫م‬‫ا‬َ‫و‬ “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183). 6.Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ين‬ َ‫ز‬ ْ ِْ‫ذ‬ِ ‫ا‬َ‫و‬ َ‫ج‬ ْ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِِْ‫ا‬َ‫و‬ ِ ‫الناس‬ َ‫ن‬ ِ‫م‬ َ‫م‬ ْ‫َو‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ َُْ‫ل‬ َ‫ِب‬‫ل‬‫ا‬َ‫غ‬ َ‫ال‬ َ‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ا‬ ََْ‫ع‬ ْ َْ ‫ا‬ ُ‫ن‬ ٰ‫ْط‬‫ي‬ ‫الش‬ ِ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ٌ‫ء‬ َْۤ‫ي‬ َْ ِ‫بر‬ ْ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِِْ‫ا‬ َ‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ ْ َْ‫ِبي‬‫ق‬َ‫ع‬َ ‫ى‬ٰ‫َل‬‫ع‬َ َ‫َص‬‫ك‬َ‫ن‬ ࣖ ِ‫ن‬َٰ‫ت‬‫ِئ‬‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ت‬َ‫ء‬َۤ‫ا‬ ََْ‫تر‬ ‫ما‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ْۚ‫م‬ُ‫ك‬ُ ‫ل‬ ٌَّْ‫ار‬ ‫ى‬َٰ ‫ار‬ ْْٓ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِْ َ‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫اف‬ ََْ‫خ‬‫ا‬ ْْٓ‫ي‬ِّ‫ن‬ ِِْ‫ا‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ ََْ‫تر‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ش‬َ ُ ّٰ َۗ‫و‬ َ ّْ ٰ ْ 7
  • 12. “Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah“. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48). 7.Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman ۗ َ‫ن‬ ْ‫ُو‬‫ه‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫فهم‬ ‫الهم‬ ََْ‫ع‬ ْ َْ‫ا‬ ‫هم‬َ‫ل‬ ‫نا‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬ ِ‫باالخ‬ ‫ن‬ ْ‫نو‬ِ‫ُم‬‫ؤ‬‫ي‬ ‫ال‬ ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ال‬ ‫ِن‬ ِ‫ا‬ “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).” (QS.An Naml: 4) 8.Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk Kemudian Membinasakan Mereka َۙ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ ُ‫ْث‬‫ي‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬ ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ج‬ ِ‫ر‬ َْْ‫د‬‫ْت‬‫س‬َ‫ن‬َ‫س‬ ِۗ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ا‬‫ذ‬ٰ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ْ‫ِي‬‫ن‬ َْْ‫ر‬َ‫ذ‬‫ف‬ “Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (QS.Al Qalam: 44). 9.Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata. “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49). 8
  • 13. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA A. Dalil-dalil yang Mendasarinya Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia. ‫نع‬ ‫يبأ‬ ‫ةركب‬ ‫يضر‬ َ‫ل‬‫ال‬ ‫هنع‬، ‫نع‬ ‫يبنال‬ ‫ىلص‬ ‫هللا‬ ‫هيلع‬ ‫ملسو‬ ‫الق‬ ‫ك‬ : ‫ل‬ ‫بونذ‬ ‫رخؤي‬ ‫هللا‬ ‫اهنم‬ ‫ام‬ ‫ءاش‬ ‫ىإل‬ ‫موي‬ ‫ةمايقال‬ ‫الإ‬ ‫يغبال‬، ‫َقوقعو‬ ‫نيدالوال‬، ‫وأ‬ ‫ةعيطق‬ ‫محرال‬، ‫لجعي‬ ‫اهبحاصل‬ ‫يف‬ ‫ايندال‬ ‫لبق‬ ‫تومال‬ Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al- baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345). Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. Zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran: ‫حال‬ ۚ ‫ق‬ ‫كئلوأ‬ ‫مهل‬ ‫باذع‬ ‫ميأل‬ ‫امنإ‬ ‫ليبسال‬ ‫ىلع‬ ‫نيذال‬ ‫نوملظي‬ ‫سانال‬ ‫نوغبيو‬ ‫يف‬ ‫ا‬ ‫ضرال‬ ‫ريغب‬ “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42) Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka. Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT: 9
  • 14. ‫ىضقو‬ ‫كبر‬ ‫الأ‬ ‫اودبعت‬ ‫الإ‬ ‫هايإ‬ ‫نيدالوالبو‬ ‫ناسحإ‬ ۚ‫ا‬ ‫امإ‬ ‫نغلبي‬ ‫كدنع‬ ‫ربكال‬ ‫امهدحأ‬ ‫وأ‬ ‫ك‬َ‫ل‬‫امه‬ ‫ف‬َ‫ل‬ ‫لقت‬ ‫امهل‬ ‫فأ‬ ‫الو‬ ‫امهرهنت‬ ‫لقو‬ ‫امهل‬ ‫الوق‬ ‫رك‬ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23). Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orangorang yang memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar bin Muth’im RA: ‫نع‬ ‫يبأ‬ ‫دمحم‬ ‫ريبج‬ ‫نب‬ ‫معطم‬ ‫يضر‬ ‫هللا‬ ‫هنع‬ ‫نأ‬ ‫لوسر‬ َ‫ل‬‫ال‬ ‫ﷺ‬ ‫الق‬ ‫ال‬ : ‫لخدي‬ ‫ةنجال‬ ‫عطاق‬ “Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim). Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan. B. Penjelasannya Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫اذإ‬ ‫دارأ‬ َّ‫ل‬‫ال‬ ‫هدبعب‬ ‫ريخال‬ ‫لجع‬ ‫هل‬ ‫ةبوقعال‬ ‫ىف‬ ‫ايندال‬ ‫اذإو‬ ‫دارأ‬ َّ‫ل‬‫ال‬ ‫هدبعب‬ ‫رشال‬ ‫كسمأ‬ ‫هنع‬ ‫هبنذب‬ ‫ىتح‬ ‫ىفوي‬ ‫هب‬ ‫موي‬ ‫ةمايقال‬ Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫نإ‬ ‫مظع‬ ‫ءازجال‬ ‫عم‬ ‫مظع‬ ‫ءالبال‬ ‫نإو‬ َّ‫ل‬‫ال‬ ‫اذإ‬ ‫بحأ‬ ‫اموق‬ ‫مهالتبا‬ ‫نمف‬ ‫ىضر‬ ‫هلف‬ ‫اضرال‬ ‫نمو‬ ‫طخس‬ ‫هلف‬ ‫طخسال‬ 10
  • 15. Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata(Syaikh Al Albani Penjelasan dari dua hadits di atas: 1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala yang besar. 2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya, ‫ر‬ ‫ءالبالب‬ ‫اي‬ ‫ينب‬ ‫بهذال‬ ‫ةضفالو‬ ‫ناربتخي‬ ‫رانالب‬ ‫نمؤمالو‬ ‫بتخي‬ Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah 3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan mendapat pahala yang besar. 4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih. 5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman. 6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa. 7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” (Lihat Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65) 8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.” C. Contoh kasus Saya mengambil contoh dari seseorang yang pernah mengalami masalah hidup yang sangat berat,terlilit hutang, sakit yang sangat langka dengan kwmungkinan hidup yang sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya. Entah dia pernah berbuat dosa atau apa pun sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun setelah semua kejadian yang sulit itu dia menjadi sangat dekat dengan Allah SWT. 11
  • 16. Begitu hebatnya kepiawaian Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital hingga ia mendapat julukan 'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa Kang Dewa ini mengalami serentetan ujian yang mungkin membuat banyak orang menyerah. Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat usia muda, tepatnya ketika ia masih menjalani semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang harus ditanggung pun tidak sepele, yakni mencapai Rp7,7 miliar. Ya, nilai uang yang besar memang sudah didapatkannya sejak kuliah karena saat itu sudah bisa membentuk personal branding yang cukup terkenal. "Waktu itu saya bawa uang banyak karena saya sudah punya personal branding lantaran sering diundang seminar di luar kampus. Sampai sampai ada teman yang nawarin saya proyek pengadaan laptop dan lain-lain untuk keperluan kantor," papar Dewa yang kala itu berhasil mengumpulkan puluhan investor. Nahas, teman yang dipercaya nyatanya hanya penipu yang menjual proyek bodong. Saat mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat itu merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski dengan kasus itu pada awalnya masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya tersisa dua orang. Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun mencoba berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga seblak. Ia beruntung karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang bersama meski masih menjadi pengantin baru. Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang teman. Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam tujuh hari ke dalam buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris hingga Dewa bisa berpendapatan Rp120 juta per bulan. Namun, di tengah masa perbaikan dalam melunasi utangnya, ujian baru datang lagi. Dewa terdiagnosis menderita GBS (guillain barre syndrome), yaitu sebuah gangguan saraf yang mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun terpaksa harus dirawat secara intensif selama dua bulan akibat penyakit tersebut hingga menelan biaya perawatan sebesar Rp700 juta. Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh dalam waktu empat bulan. Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia alami telah menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik. Kini, pada usia 30 tahun, Dewa tidak hanya tetap gencar berbisnis dan menjadi motivator, tetapi juga berbagi kepada sesama dengan mendirikan pesantren bagi kalangan tidak mampu. "Saat ini saya sedang membangun sebuah pondok Qur'an Digitalpreneur di Cirebon. Semoga tahun depan selesai dan sedang berkampanye mengajak teman-teman di Indonesia berwakaf dan bersedekah secara gila-gilaan, sesering mungkin, sesempat mungkin, dengan hashtag #SedekahBrutal," pungkas Dewa. 12
  • 17. DOSA DAN KRITERIA RIBA BSERTA DALIL-DALILNYA A.Dosa Riba Menurut Islam Perlu diketahui, pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia maupun di akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia. Ada banyak dalil di dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya dosa riba.Berikut ini adalah beberapa dosa riba menurut Islam: 1. Doa Tidak Akan Dikabulkan Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi pemakan harta riba. Salah satunya adalah doa pelaku riba tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya justru doa tidak akan diterima dan dikabulkan Allah SWT. 2. Disiksa di Dalam Api Neraka Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa oleh para Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali ketika telah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130) 3. Hilangnya Keberkahan dalam Harta Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. 13
  • 18. Bayangkan ketika harta hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan lainnya dan semua itu tiada keberkahan. Allah SWT Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al Baqarah: 276). Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan riba dan harus memperbanyak sedekah. 4. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang didapatkan dari hasil riba.Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari jalan yang baik dan diridhoi Allah SWT. B.Keriteria Riba Ada lima macam-macam Riba, Riba Nasi'ah, Riba Fadhl, Riba Al Yad, Riba Qard, dan Riba Jahiliyah Berikut penjelasan lima macam riba menurut Islam: 1. Riba Nasi'ah Riba yang pertama ini ialah seseorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada seseorang dengan batas tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan batas waktu yang diberikan tersebut. Misalnya, seseorang yang berhutang Rp1.000 yang mesti dibayar dalam jangka waktu yang telah ditetapkan tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu. Maka, bertambah besarlah jumlah hutangnya. 2. Riba Fadhl Macam Riba selanjutnya yakni Riba Fadhl, merupakan tambahan yang disyaratkan dalam tukar menukar barang yang sejenis. Jual beli ini juga disebut sebagai barter tanpa adanya imbalan untuk tambahan tersebut. 3. Riba Al Yad Ribah Al Yad adalah riba dalam jual beli atau yang terjadi dalam penukaran. Penukaran tersebut terjadi tanpa adanya kelebihan, namun salah satu pihak yang terlibat meninggalkan akad, sebelum terjadi penyerahan barang atau harga. 14
  • 19. Ilustrasi: Salah satu dari macam-macam riba adalah pengadaan selisih dalam jual beli sebelum penyerahan barang (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi) 4. Riba Qard Ribah ini adalah Riba dalam utang piutang yaitu dengan mengambil manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan kepada penerima utang atau muqtaridh. 5. Riba Jahiliyah Macam-macam Riba menurut Islam yang terakhir adalah Riba Jahiliyah yaitu penambahan utang lebih dari nilai pokok dalam utang piutang karena penerima utang tidak mampu membayar utangnya secara tepat waktu. C.DALIL-DALIL RIBA Dalil Hukum tentang Riba Anjuran menghindari riba merupakan salah satu perintah Allah, maka dari itu hukum tentang Riba terdapat dalam A-Quran. Berikut dalil-dalil hukum riba: 1. Surat Al-Baqarah Ayat 276 ٍ‫ام‬‫ي‬ِّ‫ث‬َ‫ا‬ ٍ ‫ار‬َّ‫ف‬َ‫ك‬ َّ‫ل‬ُ‫ك‬ ُّ‫ب‬ ِّ‫ُح‬‫ي‬ َ ‫ال‬ ُ‫ّٰللا‬َ‫و‬ ۗ ِّ‫ت‬ٰ‫َق‬‫د‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫ى‬ِّ‫ب‬ ‫ُرا‬‫ي‬ َ‫و‬ ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ ‫الر‬ ُ‫ّٰللا‬ ُ‫ق‬َ‫ح‬‫ا‬‫م‬َ‫ي‬ Yam-haqullaahur-ribaa wa yurbis-sadaqaat, wallaahu laa yuhibbu kulla kaffaarin asiim Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." 2. Surat Al-Baqarah Ayat 278 َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ّٰللا‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬ ‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬ٰ‫ا‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫ا‬ّٰٰٓ‫ي‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُّ‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫ا‬ ‫ا‬ ّٰٓ‫ٰو‬‫ب‬ ِّ ‫الر‬ َ‫مِّن‬ َ‫ِّي‬‫ق‬ Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wa zaru maa baqiya minar ribaa ing kuntum mu'miniin Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman." 3. Surat An-Nisa ayat 161 ‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ َ‫ان‬‫ي‬ ِّ ‫ِّر‬‫ف‬ٰ‫ك‬‫ا‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫د‬َ‫ت‬‫ا‬‫ع‬َ‫ا‬َ‫ۗو‬ ِّ‫ل‬ِّ‫َاط‬‫ب‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫ا‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ك‬َ‫ا‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬ ‫ا‬‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ ‫الر‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ذ‬‫ا‬‫خ‬َ‫ا‬َّ‫و‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ Wa akhzihimur-ribaa wa qad nuhu 'an-hu wa aklihim amwaalan-naasi bil-baatil, wa a'tadnaa lil-kaafiriina min-hum 'azaaban aliimaa Artinya: "Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih." 15
  • 20. Pengertian Riba Menurut Surat Al-Baqarah Ayat 275 Riba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Ada banyak dampak buruk jika riba terus dilakukan, misalnya saja membuat orang menjadi tamak dan serakah terhadap harta. Riba juga akan menyulitkan seseorang dan melahirkan permusuhan. ٰ‫ذ‬ ِّۗ ‫س‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ َ‫مِّن‬ ُ‫ن‬ٰ‫اط‬‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُ‫ط‬َّ‫ب‬َ‫خ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ِّي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ َّ ‫ِّال‬‫ا‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫م‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ ‫الر‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬َّ‫ل‬َ‫ا‬ ِّ‫ل‬ ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ ‫الر‬ ُ‫ل‬‫ا‬‫ث‬ِّ‫م‬ ُ‫ع‬‫ا‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِّ‫ا‬ ‫ا‬ ّٰٓ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ا‬ِّ‫ب‬ َ‫ك‬ َ‫ا‬َ‫و‬ َۗ‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬ٰ‫َه‬‫ت‬‫ا‬‫ن‬‫َا‬‫ف‬ ٖ‫ه‬ِّ‫ب‬ َّ‫ر‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ظ‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬ ٗ‫ه‬َ‫ء‬ۤ‫ا‬َ‫ج‬ ‫ا‬‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ۗ‫ٰوا‬‫ب‬ ِّ ‫الر‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬َ‫و‬ َ‫ع‬‫ا‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫ّٰللا‬ َّ‫ل‬َ‫ح‬َ‫ا‬َ‫و‬ َ‫ِٕك‬‫ى‬ ٰۤ‫ول‬ُ‫ا‬َ‫ف‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ۗ ِّ‫ّٰللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫ا‬ ّٰٓٗ‫ه‬ُ‫ر‬‫ا‬‫م‬ ِّ ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ ٰ‫ح‬‫ا‬‫ص‬َ‫ا‬ ۚ َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬ِّ‫ل‬ ٰ‫خ‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ Allaziina ya'kulunar-ribaa laa yaqumuna illaa kamaa yaqumullazii yatakhabbatuhusy- syaitaanu minal-mass, zaalika bi'annahum qaaluu innamal-bai'u mislur-ribaa, wa ahallallaahul-bai'a wa harramar-ribaa, fa man jaa`ahu mau'izatum mir rabbihii fantahaa fa lahu maa salaf, wa amruhuu ilallaah, wa man 'aada fa ulaa'ika as-haabun-naar, hum fiihaa khaalidun. Artinya: "Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya." 4. Allah SWT mengancam akan memerangi orang-orang yang tidak menuruti perintah- Nya untuk meninggalkan riba. Allah berfirman: ٖ‫ِّه‬‫ل‬ ۡ ‫ُو‬‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ ِّ‫ّٰللا‬ َ‫ِّن‬‫م‬ ٍ‫ب‬ ۡ ‫ر‬َ‫ح‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬ ۡ ‫ُو‬‫ن‬َ‫ذ‬ۡ‫َا‬‫ف‬ ‫ا‬ ۡ ‫و‬ُ‫ل‬َ‫ع‬ۡ‫َف‬‫ت‬ ۡ‫م‬َّ‫ل‬ ۡ ‫ِّن‬‫ا‬َ‫ف‬ ۚ "Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu." (QS Al Baqarah 279). Atas ayat ini, Imam Al Qurthubi menjelaskan, ketika Imam Malik ditanya seseorang yang mengatakan, "Istri saya tertalak jika ada yang masuk ke dalam rongga anak Adam lebih buruk daripada khamr." Dia berkata," Pulanglah, aku cari dulu jawaban pertanyaanmu! Keesokan harinya orang tersebut datang dan Imam Malik mengatakan hal serupa. Setelah beberapa hari orang itu datang kembali dan imam Malik berkata, "Istrimu tertalak. Aku telah mencari dalam seluruh ayat Alquran dan hadits Nabi tidak aku temukan yang paling buruk yang masuk ke rongga anak Adam selain riba, karena Allah memberikan sanksi pelakunya dengan berperang melawanNya." (Lihat Tafsir Al Qurthubi). 16
  • 21. 5.QS Ar-Rum: 39: Allah berfirman: ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ۖ ِّ َّ ‫ّٰللا‬ َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ُو‬‫ب‬ ‫َرا‬‫ي‬ َ ‫َال‬‫ف‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِّ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ِّي‬‫ف‬ َ‫ُو‬‫ب‬ ‫َرا‬‫ي‬ِّ‫ل‬ ‫ًا‬‫ب‬ ِّ ‫ر‬ ‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ي‬َ‫ت‬‫آ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ َ‫ون‬ُ‫ف‬ِّ‫ع‬‫ا‬‫ض‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َٰ‫ل‬‫و‬ُ‫َأ‬‫ف‬ ِّ َّ ‫ّٰللا‬ َ‫ه‬‫جا‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫د‬‫ي‬ ِّ ‫ر‬ُ‫ت‬ ٍ‫ة‬‫َا‬‫ك‬َ‫ز‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ي‬َ‫ت‬‫آ‬ Artinya: "Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)". (QS Al-Rum: 39). 6. QS An-Nisa Ayat 160-161: ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬ ‫ا‬‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ب‬ ِّ ‫الر‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ذ‬‫ا‬‫خ‬َ‫أ‬َ‫او‬ً‫ِّير‬‫ث‬َ‫ك‬ ِّ َّ ‫ّٰللا‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫د‬َ‫ص‬ِّ‫ب‬ َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫تا‬َّ‫ل‬ ِّ‫ح‬ُ‫أ‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬َ‫ط‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ُوا‬‫د‬‫َا‬‫ه‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ِّن‬‫م‬ ٍ‫م‬‫ا‬‫ل‬ُ‫ظ‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ِّي‬‫ل‬َ‫أ‬ ‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ َ‫ين‬ ِّ ‫ِّر‬‫ف‬‫َا‬‫ك‬‫ا‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫د‬َ‫ت‬‫ا‬‫ع‬َ‫أ‬َ‫و‬ ۚ ِّ‫ل‬ِّ‫َاط‬‫ب‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ك‬َ‫أ‬َ‫و‬ Artinya: "Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka. Dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Dan Kami telah menjadikan untuk orang- orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih." (QS an-Nisa: 160-161) 7.QS Ali Imron Ayat 130: Allah berfirman, َ‫ين‬ ِّ ‫ِّر‬‫ف‬‫َا‬‫ك‬‫ا‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫َّتا‬‫د‬ِّ‫ع‬ُ‫أ‬ ‫ِّي‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ . َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫ت‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ّٰللا‬ ‫ا‬‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫ف‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ض‬ُّ‫م‬ ً‫ا‬‫اف‬َ‫ع‬‫ا‬‫ض‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ب‬ ِّ ‫الر‬ ‫ا‬‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ َ‫ال‬ ‫ا‬‫ا‬‫ُو‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." (Qs. Ali Imron [3]: 130). 17
  • 22. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA A.Keutamaan sedekah. 1. Bersedekah tidak akan mengurangi rezeki. Jika kita melakukan sedekah, hal tersebut tidak akan mengurangi harta atau rezeki kita. Justru Allah akan menggantinya dengan rezeki yang sebaik-baiknya. Seperti dalam firman Allah pada Alquran surat Saba ayat 39 yang berbunyi: Qul inna rabbii yabsutur-rizqa limay yasyaa'u min 'ibaadihii wa yaqdiru lah, wa maa anfaqtum min syai'in fa huwa yukhlifuh, wa huwa khairur raaziqiin Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki- Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." 2. Membuka pintu rezeki. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanny Rosulullah Shallallahu’ alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun dua malaikat. Lalu salah satunya berkata, "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata, "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)." (HR. Al- Bukhari dan Muslim) Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa bersedekah justru akan membuka pintu rezeki yang baru. 3. Dapat menghapus dosa-dosa. Rasulullah bersabda, "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi) Allah hanya akan mengampuni dosa-dosa seseorang yang telah bersedekah dengan syarat orang tersebut mengikutinya dengan taubat. Dan jika seseorang melakukan sedekah dengan niat agar dosa-dosanya dianggap impas, maka sesungguhnya hal ini tidaklah dibenarkan. 18
  • 23. 4. Dijauhkan dari api neraka. Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, "Jauhilah neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim) 5. Merupakan amal jariyah. Sedekah merupakan salah satu amal jariyah yang pahalanya tidak akan pernah putus, bahkan saat kita sudah meninggal. Rasulullah bersabda, "Jauhilah neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.) B.DALIL DALIL SHODAQOH 1. Surat Al Baqarah ayat 177. Laisal-birra an tuwallu wujuhakum qibalal-masyriqi wal magribi wa laakinnal birra man aamana billaahi wal yaumil aakhiri wal malaa'ikati wal kitaabi wan nabiyyiin, wa aatal maala 'alaa hubbihii zawil qurbaa wal yataamaa wal masaakiina wabnas sabiili was saa'iliina wa fir riqaab, wa aqaamas-salaata wa aatazczakaah, wal-mufuna bi'ahdihim izaa 'aahadu, was-saabiriina fil ba'saa'i wad-darraa'i wa hiinal-ba's, ulaa'ikallaziina sadaqu, wa ulaa'ika humul muttaqun Artinya: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat- malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang- orang yang bertakwa." 19
  • 24. 2. Surat Al Baqarah ayat 254. Yaa ayyuhallaziina aamanuu anfiqu mimmaa razaqnaakum ming qabli ay ya'tiya yaumul laa bai'un fiihi wa laa khullatuw wa laa syafaa'ah, wal-kaafiruna humuz-zaalimun Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim." 3. Surat Al Baqarah ayat 274. Allaziina yunfiquna amwaalahum bil-laili wan-nahaari sirraw wa 'alaaniyatan fa lahum ajruhum 'inda rabbihim, wa laa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanun Artinya: "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." 20
  • 25. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA A.SIFAT TAKDIR KEMATIAN Kematian merupakan kepastian. Setiap makhluk yang bernyawa akan merasakan ajalnya. Saat kehilangan anggota keluarga, kesedihan mendalam dan rasa kehilangan pasti terhunjam dalam jiwa. Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman: Bagi hamba-Ku yang beriman, apabila diambil keluarganya dari dunia kemudian ia bersabar, tidak ada balasan untuknya selain surga." (HR Bukhari). Misteri kehidupan yang membutuhkan keimanan dan persiapan lebih dari cukup untuk sebuah perjalanan panjang. Bekalnya berupa iman yang kokoh dan amal kebaikan. Bagi yang masih hidup, cita-cita perjuangan menebar kebaikan harus dilanjutkan. ah Allah, Belajar dari wafatnya yang terkasih, baginda Rasulullah SAW, isyarat dekatnya ajal beliau dimulai ketika beliau iktikaf selama 20 hari pada bulan Ramadhan tahun 10 H. Malaikat Jibril mengulang Alquran hingga dua kali dalam tahun itu bersama beliau. Kemudian di Padang Arafah, saat haji wada Rasulullah bersabda, "Aku tidak tahu pasti. Barangkali setelah tahunku ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat wukuf ini untuk selamanya." Pada akhir Shafar 11 Hijriyah, beliau sakit. Sepanjang hari-hari sakitnya beliau banyak berwasiat, di antaranya beliau berpesan kepada umatnya tentang dunia. Janganlah berlomba-lomba mengejar dunia. Agar dunia tidak membuat umatnya binasa sebagai mana umat-umat sebelumnya binasa karena dunia. Sehari sebelum wafat, beliau bersedekah beberapa dinar. Lalu bersabda, "Kami (para nabi) tidak mewariskan. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah." (HR Bukhari). Pada Senin, Rabiul Awal 11 Hijriyah, Rasulullah wafat. Bumi kehilangan orang yang paling mulia yang pernah menginjakkan kaki di atasnya. Wafat setelah menyempurnakan risalah dan menyampaikan amanah. Wafatnya manusia paling mulia tersebut menyisakan duka yang sangat mendalam bagi para sahabat dan keluarga. Dunia terasa gelap bagi mereka. 21
  • 26. Hati mereka bergoncang. Tak percaya bahwa kekasih mereka telah tiada. Di tengah ketidakpercayaan mereka, lalu Abu Bakar hadir dan berkata, "Siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad SAW maka Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembmaka Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat." Kemudian Abu Bakar membacakan Alquran surah Ali Imran ayat 144. Wallaahu a'lam. 1. Takdir Mubram Dikutip dari laman Kemendikbud, takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya. Contoh takdir mubram adalah kelahiran, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat. Sebab, tidak ada manusia yang mengetahui kapan seseorang akan lahir maupun mati. Sehingga itu hanya menjadi rahasia milik Allah SWT. Hadits tentang takdir mubram tertulis dalam Quran surat An Nisa ayat 78 Arab: ‫ا‬‫ِّن‬‫ا‬َ‫و‬ ۚ ِّ‫ّٰللا‬ ِّ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٖ‫ِّه‬‫ذ‬ٰ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ي‬ ٌ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ب‬ ِّ ‫ص‬ُ‫ت‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫ا‬َ‫و‬ ۗ ٍ‫ة‬َ‫د‬َّ‫ي‬َ‫ش‬ُّ‫م‬ ٍ‫ج‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ُر‬‫ب‬ ‫ا‬‫ي‬ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ل‬َ‫و‬ ُ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُّ‫ك‬‫ا‬‫ك‬ ِّ ‫ار‬‫د‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ُو‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ا‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫د‬َ‫ح‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ه‬َ‫ق‬‫ا‬‫ف‬َ‫ي‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬‫َا‬‫ك‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ِّ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ء‬ۤ َ ‫ُال‬‫ؤ‬ّٰٰٓ‫ه‬ ِّ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ ۗ ِّ‫ّٰللا‬ ِّ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ٌّ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫لا‬ُ‫ق‬ ۗ َ‫ِّك‬‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٖ‫ِّه‬‫ذ‬ٰ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ي‬ ٌ‫ة‬َ‫ئ‬ِّ‫ي‬َ‫س‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ب‬ ِّ ‫ص‬ُ‫ت‬ Latin: aina mā takụnụ yudrikkumul-mautu walau kuntum fī burụjim musyayyadah, wa in tuṣib-hum ḥasanatuy yaqụlụ hāżihī min 'indillāh, wa in tuṣib-hum sayyi`atuy yaqụlụ hāżihī min 'indik, qul kullum min 'indillāh, fa māli hā`ulā`il-qaumi lā yakādụna yafqahụna ḥadīṡā Artinya: Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muham-mad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?" 22
  • 27. Selain itu, hadits takdir muallaq juga tertulis dalm quran surat Al A'raf ayat 187 mengenai datangnya hari kiamat: Arab: ِّ‫ت‬ ٰ ‫و‬ ٰ‫َّم‬‫س‬‫ال‬ ‫ِّى‬‫ف‬ ‫تا‬َ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ث‬ َ‫ُو‬‫ه‬ َّ ‫ِّال‬‫ا‬ ّٰٓ‫ا‬َ‫ه‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫ق‬َ‫ِّو‬‫ل‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ل‬َ‫ج‬ُ‫ي‬ َ ‫ال‬ ۚ‫ا‬‫ي‬ِّ‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫م‬‫ا‬‫ِّل‬‫ع‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِّ‫ا‬ ‫لا‬ُ‫ق‬ ۗ‫ا‬َ‫ه‬‫ى‬ٰ‫س‬ ‫را‬ُ‫م‬ َ‫َّان‬‫ي‬َ‫ا‬ ِّ‫ة‬َ‫ع‬‫َّا‬‫س‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫َك‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫اـ‬‫س‬َ‫ي‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ر‬َ‫ث‬‫ا‬‫ك‬َ‫ا‬ َّ‫ن‬ِّ‫ك‬ٰ‫ل‬َ‫و‬ ِّ‫ّٰللا‬ َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫م‬‫ا‬‫ِّل‬‫ع‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِّ‫ا‬ ‫لا‬ُ‫ق‬ ۗ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ٌّ‫ي‬ِّ‫ف‬َ‫ح‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ا‬َ‫ك‬ َ‫َك‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫اـ‬‫س‬َ‫ي‬ۗ ً‫ة‬َ‫ت‬‫ا‬‫غ‬َ‫ب‬ َّ ‫ِّال‬‫ا‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ َ ‫ال‬ ِّۗ ‫ض‬ ‫را‬َ ‫ا‬ ‫اال‬َ‫و‬ Latin: yas`alụnaka 'anis-sā'ati ayyāna mursāhā, qul innamā 'ilmuhā 'inda rabbī, lā yujallīhā liwaqtihā illā huw, ṡaqulat fis-samāwāti wal-arḍ, lā ta`tīkum illā bagtah, yas`alụnaka ka`annaka ḥafiyyun 'an-hā, qul innamā 'ilmuhā 'indallāhi wa lākinna akṡaran- nāsi lā ya'lamụn Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, "Kapan terjadi?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." 2. Takdir Muallaq Takdir Muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang mengikuti sertakan peran manusia melalui usaha atau ikhitiar. Contoh takdir muallaq adalah keberhasilan anak sekolah meraih prestasi dengan giat belajar. Dalil takdir muallaq tertulis dalam Quran surat Ar Rad ayat 11, Allah SWT berfirman mengenai sesuatu yang tidak dapat diubah sampai suatu kaum tersebut mau mengubahnya. Arab: ۗ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬ِّ‫س‬ُ‫ف‬‫ا‬‫ن‬َ‫ا‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬ِّ‫َي‬‫غ‬ُ‫ي‬ ‫ى‬‫ت‬َ‫ح‬ ٍ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ر‬ِّ‫َي‬‫غ‬ُ‫ي‬ َ ‫ال‬ َ‫ّٰللا‬ َّ‫ِّن‬‫ا‬ۗ ِّ‫ّٰللا‬ ِّ ‫ر‬‫ا‬‫م‬َ‫ا‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٗ‫َه‬‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ظ‬َ‫ف‬‫حا‬َ‫ي‬ ٖ‫ِّه‬‫ف‬‫ا‬‫َل‬‫خ‬ ‫ا‬‫مِّن‬َ‫و‬ ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ ِّ‫ان‬‫ي‬َ‫ب‬ ْۢ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ٌ‫ٰت‬‫ب‬ِّ‫ق‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬ ٍ‫ل‬‫ا‬َّ‫و‬ ‫ا‬‫مِّن‬ ٖ‫ِّه‬‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬ ‫ا‬‫ِّن‬‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ۚو‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬ َّ‫د‬َ‫ر‬َ‫م‬ َ ‫َال‬‫ف‬ ‫ا‬ً‫ء‬ ۤ‫ا‬‫ُو‬‫س‬ ٍ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬ ُ‫ّٰللا‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫ا‬ ّٰٓ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ا‬َ‫و‬ 23
  • 28. Latin: lahụ mu'aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓụnahụ min amrillāh, innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. B.DALIL DALIL TAKDIR KEMATIAN Ada banyak sekali ayat Alquran tentang kematian. Ini bisa digunakan sebagai pengingat untuk memperbanyak amalan shaleh. Beberapa di antaranya yakni: 1. Ayat Alquran tentang Kematian yang Pasti َ‫ن‬‫ُو‬‫د‬ِّ‫ل‬ َٰ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ َّ‫ت‬ِّ‫م‬ ‫ن‬۟‫ي‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬َ‫أ‬ ۖ َ‫د‬‫ا‬‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫ك‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ب‬َ‫ق‬ ‫ن‬ِّ‫م‬ ٍ‫َر‬‫ش‬َ‫ب‬ِّ‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ Artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS Al- Anbiya: 34). 2. Ayat Alquran tentang Kematian Sebagai Takdir Manusia ‫م‬ُ‫ك‬‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬‫ب‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ۗ ِّ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬ِّ‫ئ‬ّٰٓ‫ا‬َ‫ذ‬ ٍ ‫س‬‫ا‬‫ف‬َ‫ن‬ ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ع‬َ‫ج‬ ‫را‬ُ‫ت‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫و‬ ۖ ً‫ة‬َ‫ن‬‫ا‬‫ت‬ِّ‫ف‬ ِّ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫و‬ ِّ‫ر‬َّ‫ش‬‫ٱل‬ِّ‫ب‬ Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiya: 35) 3. Ayat Alquran tentang Kematian dan Amal ُ‫ور‬ُ‫ف‬َ‫غ‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫يز‬ ِّ‫ز‬َ‫ع‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫ُو‬‫ه‬ َ‫و‬ ۚ ً ‫ال‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ ‫ا‬‫ح‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬‫ب‬َ‫ي‬ِّ‫ل‬ َ‫ة‬ ٰ ‫و‬َ‫ي‬َ‫ح‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫و‬ َ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ِّى‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS Al-Mulk: 2) 4. Ayat Alquran tentang Kematian yang Tidak Bisa Ditunda َ‫ن‬‫و‬ُ‫م‬ِّ‫د‬‫ا‬‫ق‬َ‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ َ‫و‬ ۖ ً‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫س‬ َ‫ن‬‫و‬ ُ‫ر‬ ِّ‫خ‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ َ‫ء‬ّٰٓ‫ا‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ۖ ٌ‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ِّ‫ل‬ َ‫و‬ 24
  • 29. Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkan-nya barang sesaat-pun dan tidak dapat (pula) memajukan-nya,” (QS Al A’raf: 34) 25
  • 30. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA A.Kewajiban Amar Makruf-Nahi Munkar Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah. Perintah yang ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan perilaku kebaikan dan mencegah perilaku buruk. Bagi umat Islam, amar makruf nahi mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam memang menempatkannya pada hukum dengan level wajib. Dan siapa pun dari kita yang meninggalkannya, maka kita akan berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang sangat pedih dan menyakitkan. Kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar adalah kewajiban untuk memeritahkan mengerjakan kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran. Seorang yang kuat imannya akan mencegah kemungkaran dengan tangannya, kemudian dengan lisannya dan yang terakhir adalah dengan hatinya. Orang yang memiliki kewajiban berbuat amar makruf nahi mungkar adalah seorang yang sudah termasuk katagori mukallaf. Orang yang termasuk mukallaf harus memenuhi 3 kriteri yaitu • Beragama islam • Berakal sehat • Usianya sudah baligh ❖ Tiga Golongan Penegak Amar Ma’ruf Nahi Munkar Amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh dilakukan dengan cara yang salah apalagi munkar. Jika mengajak untuk melaksanakan perbuatan baik yang hukumnya sunnah/mustahab maupun wajib, muslim perlu menimbang efek yang akan muncul, lebih baikkah, atau lebih buruk karenanya. Karena amar ma’ruf nahi munkar, tidak seyogyanya timbul mafsadah (kerusakan) yang lebih besar daripada maslahat (perbaikan)nya, karena Allah ta’ala tidak menyukai kerusakan, dan semua perintahNya ialah bertujuan demi perbaikan. Tiga golongan penegak Amar Ma’ruf Nahi Munkar diantaranya: Pertama, ialah golongan yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, memerintahkan kebaikan dan mencegah kejahatan untuk menghilangkan fitnah (kesesatan) yang mereka anggap ada, namun tindakan mereka justru mengundang fitnah yang lebih besar, seperti yang mengaku diri mereka para pejuang perang, namun dilakukan kepada sesama umat Islam. 26
  • 31. Kedua, ialah golongan yang berpangku tangan, mereka tidak menegakkan amar ma’ruf nahi munkar meskipun situasi mengharuskan, dengannya mereka telah terjerumus dalam fitnah (kesesatan), sebagaimana yang digambarkan dalam sebab turun surat At Taubah. Golongan kedua ini kebanyakan dari para ahli agama dan ibadah yang keliru memahami agama atau terseret syubhat dan hawa nafsu syahwat, padahal sebenarnya mereka hanya kabur dari peperangan. Demikian pula mereka yang ambisi mendapatkan harta dan jabatan, karena dorongan syahwat justru melakukan perkara yang mungkar dan tidak mengingkarinya demi mencapai tujuan yang diinginkan. Ketiga, golongan benar ialah yang melaksanakan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar dengan menimbang kemaslahatan yang lebih besar dan baik. Jika memerintahkan yang ma’ruf, maka lebih besar perbaikan dan pahalanya, dan ia laksanakan. Jika mencegah yang keji, maka lebih besar perbaikan dan pahalanya, dan ia lakukan. B.Dalil-Dalil Tentang Amar Makruf-Nahi Munkar Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits berikut: "Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang- orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka)." (HR. Abu Dzar). Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur'an: Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104) َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِّ‫ئ‬ َّٰٰٓ‫ل‬ ۟ ‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ۚ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ٌ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬ Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar, karena perilaku ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya. Allah SWT berfirman: 27
  • 32. ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ٰ‫ى‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ِّ‫ب‬ ‫ُم‬‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ ِّ‫نج‬ِّ ‫ا‬ ‫ٱْل‬َ‫و‬ ِّ‫ة‬ٰ‫ى‬ َ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬َّ‫ت‬‫ٱل‬ ‫ِّى‬‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫د‬‫ِّن‬‫ع‬ ‫ًا‬‫ب‬‫و‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ك‬َ‫م‬ ‫ۥ‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬‫ُو‬‫د‬ ِّ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ِّى‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َّ‫ى‬ِّ‫م‬ُ ‫ا‬ ‫ٱْل‬ َّ‫ى‬ِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ٱل‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬ َّ‫ٱلر‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬ِّ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ ۟‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫َٱ‬‫ف‬ ۚ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َتا‬‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ِّى‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ل‬َٰ‫ل‬‫ا‬‫غ‬َ ‫ا‬ ‫ٱْل‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ار‬‫ص‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬َ‫ض‬َ‫ي‬ َ‫و‬ َ‫ث‬ِّ‫ئ‬َّٰٰٓ‫ب‬َ‫خ‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ ِّ ‫ر‬َ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫ت‬َٰ‫ب‬ِّ‫ي‬َّ‫ط‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُّ‫ل‬ ِّ‫ُح‬‫ي‬ َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ٱل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬ َّٰٰٓ‫ل‬ ۟ ‫و‬ُ‫أ‬ ۙ ّٰٓ‫ۥ‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ‫ل‬ ِّ ‫نز‬ُ‫أ‬ ّٰٓ‫ِّى‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ور‬ُّ‫ن‬‫ٱل‬ ۟‫وا‬ُ‫ع‬َ‫ب‬َّ‫ت‬‫ٱ‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ص‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ َّ‫ز‬َ‫ع‬َ‫و‬ ‫ۦ‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS al-A'raaf: 157). Perintah amar makruf nahi mungkar juga banyak dijelaskan dalam hadits. Salah satunya adalah hadits dari Abi Said al-Khudri: "Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim). AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR MENURUT HUKUM ISLAM Oleh Ustadz Kholid Syamhudi Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya, ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬ َ‫َان‬‫ك‬َ‫ل‬ ِّ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِّ‫ك‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫ل‬‫ا‬‫ه‬َ‫أ‬ َ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ل‬َ‫و‬ ِّ‫هلل‬‫ا‬ِّ‫ب‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫تا‬َ‫ج‬ ِّ ‫ر‬‫ا‬‫خ‬ُ‫أ‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ َ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ َ‫ون‬ُ‫ق‬ِّ‫اس‬َ‫ف‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ر‬َ‫ث‬‫ا‬‫ك‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ 28
  • 33. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110] Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, َ‫ة‬‫َا‬‫ك‬َّ‫الز‬ َ‫ون‬ُ‫ت‬‫ُؤا‬‫ي‬ َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫م‬‫ِّي‬‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ ٍ ‫ض‬‫ا‬‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ء‬‫آ‬َ‫ي‬ِّ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬‫ا‬‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫َات‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬َ‫و‬ ُُُ‫م‬‫ِّي‬‫ك‬َ‫ح‬ ٌ‫يز‬ ِّ ‫ز‬َ‫ع‬ َ‫هللا‬ َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ُ‫هللا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫م‬َ‫ح‬ ‫َرا‬‫ي‬َ‫س‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ َ‫هللا‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬‫ي‬ِّ‫ُط‬‫ي‬ َ‫و‬ “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-Taubah:71] Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi segenap umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia. Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka. Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia. Umat lain tidak memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua kemungkaran. Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian mereka sama sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil- kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari negerinya. Sebagaimana orang yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru kepada petunjuk dan kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini digambarkan dalam ucapan Nabi Musa Alaihissallam. 29
  • 34. ‫ا‬َ‫ه‬‫ِّي‬‫ف‬ َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬ُ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ين‬ ِّ ‫َاسِّر‬‫خ‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِّ‫ل‬َ‫ق‬‫َن‬‫ت‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬ ِّ ‫ار‬َ‫ب‬‫ا‬‫د‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ُّوا‬‫د‬َ‫ت‬ ‫را‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ُ‫هللا‬ َ‫َب‬‫ت‬َ‫ك‬ ‫ِّي‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ة‬َ‫س‬َّ‫د‬َ‫ق‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ َ‫ض‬ ‫را‬َ‫ْل‬‫ا‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬‫ا‬ ِّ‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫م‬َ‫ع‬‫ا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫ف‬‫َا‬‫خ‬َ‫ي‬ َ‫ِّين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِّ‫م‬ ِّ‫ن‬َ‫ال‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬ ِّ‫َاخ‬‫د‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ُوا‬‫ج‬ُ‫ر‬‫ا‬‫خ‬َ‫ي‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ُوا‬‫ج‬ُ‫ر‬‫ا‬‫خ‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬َّ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫و‬ َ‫ين‬ ِّ ‫َّار‬‫ب‬َ‫ج‬ ‫ا‬ً‫م‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ق‬ ‫آ‬َ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬َّ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬ُ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ِّين‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َّ‫ك‬ َ‫َو‬‫ت‬َ‫ف‬ ِّ‫هللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ َ‫ُون‬‫ب‬ِّ‫ل‬‫َا‬‫غ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫َل‬‫خ‬َ‫د‬ َ‫ا‬‫ذ‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫اب‬َ‫ب‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬‫ا‬‫د‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ُون‬‫د‬ِّ‫ع‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ن‬ُ‫ه‬‫َا‬‫ه‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ َ‫آل‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ َ‫ُّك‬‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ َ‫نت‬َ‫أ‬ ‫َبا‬‫ه‬‫ا‬‫ذ‬‫َا‬‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫ِّي‬‫ف‬ ‫وا‬ُ‫م‬‫َا‬‫د‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ب‬َ‫أ‬ Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al- Maidah : 21-24] Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ي‬َ‫س‬َ‫ع‬ ‫لا‬َ‫ه‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِّ‫هللا‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ ‫ِّي‬‫ف‬ ‫لا‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُّ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ك‬ِّ‫ل‬َ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ث‬َ‫ع‬‫ا‬‫ب‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬ ٍ‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫ن‬ِّ‫ل‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫ذ‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬ُ‫م‬ ِّ‫د‬‫ا‬‫ع‬َ‫ب‬ ‫مِّن‬ َ‫ل‬‫ي‬ِّ‫اء‬َ‫ار‬‫س‬ِّ‫إ‬ ‫ِّى‬‫ن‬َ‫ب‬ ‫مِّن‬ ِّ‫إل‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫َر‬‫ت‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬َ‫أ‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ِّب‬‫ت‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ِّ‫ئ‬‫َآ‬‫ن‬‫ا‬‫ب‬َ‫أ‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ ِّ ‫ار‬َ‫ي‬ِّ‫د‬ ‫مِّن‬ ‫َا‬‫ن‬‫جا‬ ِّ ‫ر‬‫ا‬‫خ‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ ِّ‫هللا‬ ِّ‫ل‬‫ي‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ ‫ِّي‬‫ف‬ َ‫ل‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ن‬ َّ‫ال‬َ‫أ‬ ‫َآ‬‫ن‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ت‬ َّ‫ال‬َ‫أ‬ ُ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِّ‫ق‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ِّب‬‫ت‬ُ‫ك‬ ‫ن‬ِّ‫إ‬ َ‫ِّمِّين‬‫ل‬‫ا‬َّ‫ظ‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ُُُ‫م‬‫ِّي‬‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ً‫ال‬‫ِّي‬‫ل‬َ‫ق‬ َّ‫ال‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬َّ‫ل‬َ‫َو‬‫ت‬ ُ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِّ‫ق‬‫ا‬‫ال‬ “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi Musa wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami”. 30
  • 35. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim“. [Al- Baqarah:246] Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta anak-anak mereka. Sudah demikian ini, mereka pun masih melanggar perintah. Sehingga tidak dihalalkan begi mereka harta rampasan perang. Demikan juga tidak boleh mengambil budak-budak tawanan perang. [1] Demikianlah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam. Dia menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ِّ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬َ‫و‬ ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ ِّ‫ل‬‫ا‬‫ي‬ ِّ‫ج‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ْل‬‫ا‬‫ا‬َ‫و‬ ِّ‫ة‬‫ا‬َ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ ‫ا‬‫ي‬ِّ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫د‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫ع‬ ‫ًا‬‫ب‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬‫ا‬‫ك‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫د‬ ِّ‫ج‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ِّي‬‫ذ‬‫ال‬ ‫ِّي‬‫م‬ُ‫اْل‬ َّ‫ي‬ِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬ ‫ا‬‫ُو‬‫س‬ َّ‫الر‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬ِّ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬‫ال‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ُو‬‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ان‬‫ي‬ِّ‫ذ‬َّ‫ل‬‫َا‬‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َتا‬‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ِّي‬‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬َ‫ال‬‫ا‬‫غ‬َ‫ْل‬‫ا‬‫ا‬َ‫و‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ار‬‫ص‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬َ‫ض‬َ‫ي‬ َ‫و‬ َ‫ث‬ِّ‫ئ‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ِّ‫ه‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ ِّ ‫ر‬َ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬َّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُّ‫ل‬ ِّ‫ُح‬‫ي‬ َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ا‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫ُو‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ز‬‫ا‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫ِّي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬ُّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬َ‫ب‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ص‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬ َ‫ز‬َ‫ع‬َ‫و‬ “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung“. [Al- A’raaf : 157). Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi tugas utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya. َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ُُُ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang- orang yang beruntung“. [Al-Imron:104] 31
  • 36. Baca Juga Cara Menasehati Orang Yang Terang-Terangan Melakukan Kemaksiatan Tugas penting ini sangat luas jangkauannya, baik zaman atau tempat. Meliputi seluruh umat dan bangsa dan terus bergerak dengan jihad dan penyampaian ke seluruh belahan dunia. Tugas ini telah diemban umat Islam sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai sekarang hingga hari kiamat nanti. HUKUM AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR [2] Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur’an dan As- Sunnah serta Ijma’ para Ulama. Dalil Al Qur’an Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ُُُ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang- orang yang beruntung“.[Al-Imran:104]. Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini”.[3] Dan firman-Nya. ِّ‫هلل‬‫ا‬ِّ‫ب‬ َ‫ُون‬‫ن‬ِّ‫م‬‫ؤا‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫َأ‬‫ت‬ ِّ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ِّل‬‫ل‬ ‫تا‬َ‫ج‬ ِّ ‫ر‬‫ا‬‫خ‬ُ‫أ‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ َ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“. [Al-Imran :110]. Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya”.[4] Dalil Sunnah Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ِّ‫ان‬َ‫م‬‫ي‬ِّ‫اْل‬ ُ‫ف‬َ‫ع‬‫ا‬‫ض‬َ‫أ‬ َ‫ِّك‬‫ل‬َ‫ذ‬َ‫و‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬‫ا‬‫ل‬َ‫ق‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫ع‬ِّ‫ط‬َ‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ِّ‫ل‬ِّ‫ب‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫ع‬ِّ‫ط‬َ‫ت‬‫ا‬‫س‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ن‬ِّ‫إ‬َ‫ف‬ ِّ‫ه‬ِّ‫د‬َ‫ي‬ِّ‫ب‬ ُ‫ه‬ ‫را‬ِّ‫َي‬‫غ‬ُ‫ي‬‫ا‬‫َل‬‫ف‬ ‫ا‬ً‫َر‬‫ك‬‫ا‬‫ن‬ُ‫م‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬‫ن‬َ‫م‬ “Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim]. 32
  • 37. Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya: Ibnu Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”.[5] Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih Islam telah berkonsensus atas kewajibannya”.[6] An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar” [7] Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok serta rukun syari’at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak kejayaannya” .[8] Jelaslah kewajiban umat ini untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. DERAJAT KEWAJIBAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR [9] Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai satu kewajiban atas umat Islam, bagaimanakah derajat kewajibannya? Apakah fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah? Para ulama berselisih tentang hal ini. Pendapat pertama memandang kewajiban tersebut adalah fardhu ‘Ain. Ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Katsir, Az Zujaaj, Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil- dalil syar’i, diantaranya: 1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ ِّ ‫َر‬‫ك‬‫ن‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ِّ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ه‬‫ا‬‫ن‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ‫وف‬ُ‫ر‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬‫ا‬‫ال‬ِّ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِّ ‫ار‬‫ي‬َ‫خ‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ َ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬‫د‬َ‫ي‬ ُُُ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ت‬‫ا‬‫ل‬َ‫و‬ “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang- orang yang beruntung“. [Ali Imran:104] Mereka mengatakan bahwa kata ‫ا‬‫مِّن‬ dalam ayat ‫ا‬‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬‫ن‬ِّ‫م‬ untuk penjelas dan bukan untuk menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah kalian semua umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Demikian juga akhir ayat yaitu: َ‫ُون‬‫ح‬ِّ‫ل‬‫ا‬‫ف‬ُ‫م‬‫ا‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ِّك‬‫ئ‬َ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ Menegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka yang melakukan amalan tersebut. Sedangkan mencapai keberuntungan tersebut hukumnya fardhu ‘ain. 33