Best Practices Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil dan Dampak) terkait pengalaman pemberian layanan Bimbingan dan Konseling. Program PPG Dalam Jabatan Kategori 2 tahun 2022
1. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
LK 3.1 Menyusun Best Practices (Layanan Bimbingan Klasikal)
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode
Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam
Pembelajaran
Lokasi SMA Negeri 1 Mataram
Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Atas
Tujuan yang ingin dicapai Siswa kelas X mampu melakukan pemilihan jurusan
mata pelajaran yang sesuai di SMA ketika akan naik
ke kelas XI serta menentukan perencanaan karir
masa depan.
Penulis Baiq Nurul Fitriani
Tanggal 15 Oktober 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar
belakang masalah, mengapa
praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi
peran dan tanggung jawab
anda dalam praktik ini.
Di Sekolah tempat saya mengajar, kurikulum yang
digunakan khusus untuk siswa baru kelas X adalah
kurikulum merdeka. Pada kurikulum merdeka ini,
siswa baru kelas X tidak langsung diatur untuk
memilih peminatan jurusan tertentu seperti jurusan
MIPA, IPS atau Bahasa. Sehingga mereka perlu untuk
merencanakan dan memilih mata pelajaran yang
sesuai dengan minat dan bakat mereka. Pada saat
siswa baru kelas X masuk SMA, guru BK langsung
melakukan asesmen menggunakan instrumen Angket
Kebutuhan Peserta Didik atau AKPD untuk
mengetahui data yang sebenarnya terkait dengan
kebutuhan peserta didik. Berdasarkan hasil asesmen
tersebut diketahui bahwa siswa kelas X hampir
seluruhnya belum memilih dan memutuskan jurusan
mata pelajaran yang tepat yang akan dipilih ketika
nanti naik ke kelas XI yang berkaitan dengan
pemilihan karir masa depan. Selain itu, saya sebagai
guru BK juga melakukan wawancara secara acak atau
random kepada beberapa siswa di setiap kelas
tentang hasil asesmen yang telah dilakukan. Hasilnya
menunjukkan kesesuaian antara hasil asesmen dan
hasil wawancara. Sehingga saya memutuskan untuk
memberikan layanan klasikal kepada kelas X dengan
tema “Kiat Sukses Pemilihan Jurusan Pelajaran dan
Perencanaan Karir Masa Depan”.
Pemberian layanan ini penting diberikan kepada peserta
didik karena hampir semua peserta didik mengalami
permasalahan yang sama. Kemudian, pemilihan mata
pelajaran minat di kelas XI sangat penting untuk
direncanakan dengan sebaik-baiknya karena akan
menyangkut dengan karir masa depan, terutama kaitannya
dengan jurusan di Perguruan Tinggi yang sangat erat
kaitannya juga dengan karir masa depan peserta didik. Peran
2. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
dan tanggung jawab saya sebagai guru BK adalah
memberikan pengetahuan berupa layanan informasi kepada
peserta didik terkait dengan mata pelajaran minat di kelas XI
yang sesuai dengan penerapan kurikulum merdeka serta
prospek karir masa depan yang sesuai dengan minat dan
bakat peserta didik. Kedepannya secara bertahap guru BK
akan memberikan layanan bimbingan klasikal terkait tema
yang sudah dipaparkan sebelumnya disetiap kelaas kepada
semua siswa di kelas X.
Tantangan :
Apa saja yang menjadi
tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja
yang terlibat?
Dalam mencapai tujuan layanan bimbingan klasikal
tersebut melibatkan guru BK dan pihak-pihak terkait
seperti wali kelas dan tim kurikulum. Pihak-pihak
tersebut saling berkaitan dan mendukung dalam
pemberian informasi kepada siswa. Secara khusus
guru BK dalam hal ini memberikan layanan
bimbingan klasikal di kelas-kelas terkait materi
layanan yang ingin disampaikan. Sedangkan wali
kelas dan tim kurikulum dapat memberikan informasi
pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan situasi dan
kondisi mereka masing-masing. Namun yang menjadi
tantangan terbesar guru BK di sekolah saya adalah
tidak tersedianya jam khusus layanan bimbingan dan
konseling di kelas. Hal ini yang menjadi hambatan
guru BK dalam memberikan layanan secara maksimal
kepada siswa. Sehingga pada pelaksanaanya di
lapangan, guru BK perlu terus berkoordinasi dengan
pihak sekolah terkait dengan pemberian layanan
bimbingan dan konseling khususnya layanan
bimbingan klasikal.
Aksi :
Langkah-langkah apa yang
dilakukan untuk
menghadapi tantangan
tersebut/ strategi apa yang
digunakan/ bagaimana
prosesnya, siapa saja yang
terlibat / Apa saja sumber
daya atau materi yang
diperlukan untuk
melaksanakan strategi ini
Ketika pelaksanaan aksi layanan bimbingan klasikal,
banyak hal yang harus dipersiapkan sebelumnya.
Mulai dari penyusunan RPL klasikal yang memuat
perencanaan pemberian bimbingan, aspek
perkembangan yang ingin dicapai, tujuan layanan
yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan,
langkah-langkah kegiatan, pemberian materi berupa
PPT dan video, serta detail pelaksanaan layanan
bimbingan klasikal agar materi dapat tersampaikan
dengan baik, siswa dapat berpartisipasi aktif dan
tujuan layanan bimbingan dapat tercapai.
Sebelum melakukan penyusuna RPL, saya terlebih
dahulu melakukan studi literatur tentang karir serta
hal-hal yang berkaitan dengan karir. Selain itu, saya
juga melakukan wawancara kepada guru BK senior
yang lebih kompeten terkait dengan materi tersebut.
Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah
merencanakan waktu pemberian layanan dengan
berkoordinasi dengan tim kurikulum, wali kelas, dan
guru mata pelajaran. Saya harus meminta waktu
khusus kepada pihak sekolah untuk melakukan
pemberian layanan mengingat tidak tersedianya jam
3. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
BK di sekolah tempat saya mengajar. Kemudian,
tahap persiapan di kelas yaitu menyiapkan LCD atau
proyektor dan soundsystem agar ketika materi
ditampilkan dapat lebih menarik dan interaktif.
Refleksi Hasil dan dampak
Bagaimana dampak dari aksi
dari Langkah-langkah yang
dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif?
Mengapa? Bagaimana respon
orang lain terkait dengan
strategi yang dilakukan, Apa
yang menjadi faktor
keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari
strategi yang dilakukan? Apa
pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut
Setelah pelaksanaan aksi layanan bimbingan klasikal
dilakukan terdapat beberapa evaluasi yang dapat
saya paparkan. Pertama, proses pemberian layanan
klasikal dapat berjalan dengan lancar, baik dari segi
waktu dan materi layanan dapat tersampaikan
dengan baik kepada siswa. Pemberian materi karir
dalam bentuk layanan klasikal menurut saya efektif
untuk memberikan informasi dan pengetahuan
kepada peserta didik tentang pilihan jurusan dan
karir masa depan. Di kelas siswa sangat antusias dan
terciptanya interaktif dua arah antara guru dan
peserta didik. Terlebih dewasa ini sangat banyak
pilihan karir dan profesi yang sebelumnya tidak
familiar, namun sekarang menjadi pilihan karir yang
sangat menjanjikan, seperti blogger, vlogger, konten
kreator, graphic designer, user interference dan lain
sebagainya. Dengan banyaknya konten materi
tentang berbagai pilihan karir tersebut, semakin
banyak juga yang menjadi bahan diskusi di kelas
bersama siswa. Selain itu, terdapat beberapa peserta
didik yang memiliki wawasan pengetahuan karir yang
lebih banyak dibandingkan teman-temannya yang
lain, sehingga dapat menghidupkan suasana diskusi
yang hangat antar siswa. Peserta didik terlihat
antusias mengikuti layanan bimbingan klasikal, hal
ini terlihat dari aktifnya peserta didik dalam bertanya
maupun memberikan pendapat. Saya sebagai guru
lebih berperan sebagai fasilitator dalam pemberian
layanan tersebut. Pada akhirnya layanan bimbingan
klasikal dapat terlaksana dengan baik dan maksimal
serta tujuan layanan dapat tercapai, hal ini dapat
terlihat pada akhir sesi yaitu peserta didik sudah
mampu merencanakan bahkan memutuskan pilihan
jurusan mata pelajaran yang akan dipilih ketika akan
naik ke kelas XI. Pada beberapa peserta didik juga
sudah mampu lebih advanced dalam menentukan
perencanaan karir profesi yang akan ditekuni di masa
depan.
4. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
LK 3.1 Menyusun Best Practices (Bimbingan Kelompok)
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode
Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam
Pembelajaran
Lokasi SMA Negeri 1 Mataram
Lingkup Pendidikan SMA
Tujuan yang ingin dicapai Siswa mampu meningkatkan motivasi belajarnya di
Sekolah, terutama pada pelajaran matematika.
Penulis Baiq Nurul Fitriani
Tanggal 25 Oktober 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar
belakang masalah, mengapa
praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi
peran dan tanggung jawab
anda dalam praktik ini.
Pada layanan bimbingan kelompok ini, pemberian
layanan bertemakan “meningkatkan motivasi
belajar”. Pemberian materi ini didasarkan pada
laporan dari guru mata pelajaran matematika yang
menyatakan bahwa terdapat beberapa siswa di salah
satu kelas yang terlihat kurang termotivasi dalam
belajar. Perilaku yang ditampakkan oleh peserta didik
tersebut diantaranya adalah, sering meminta izin
keluar kelas pada saat pembelajaran berlangsung,
tidak fokus ketika guru menjelaskan materi di dalam
kelas, terlambat mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan, serta tidak menunjukkan minat dan
antusiasme ketika pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan penuturan guru tersebut, siswa-siswa
yang kurang motivasi tersebut sudah ditangani dan
dibina agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik,
namun belum menunjukkan hasil yang maksimal.
Para peserta didik tersebut masih belum
menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Disamping itu, wali kelas juga telah mengambil peran
dalam menangani para peserta didik tersebut, akan
tetapi tidak menunjukkan banyak perubahan. Mereka
kembali menunjukkan perilaku yang sama seperti
sebelumnya yaitu kurangnya minat dan motivasi
dalam pelajaran khususnya matematika. Berangkat
dari masalah tersebut, akhirnya penting bagi guru BK
untuk melakukan bimbingan dalam bentuk
bimbingan kelompok untuk memberikan bantuan
kepada peserta didik agar dapat meningkatkan
motivasi belajarnya.
Tantangan :
Apa saja yang menjadi
tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja
yang terlibat?
Dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
haruslah digali terlebih dahulu akar penyebab
masalah peserta didik mengalami kondisi tidak
termotivasi dalam belajar. Ada banyak faktor yang
mungkin saja menjadi penyebab munculnya perilaku
tidak termotivasi dalam belajar. Menjadi tantangan
tersendiri bagi guru BK agar dapat mengungkap
5. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
alasan sebenarnya para peserta didik tersebut tidak
termotivasi. Berdasarkan dari sudut pandang guru
mata pelajaran, alasan para peserta didik tersebut
tidak memiliki motivasi dalam belajar adalah karena
rasa malas. Akan tetapi setelah di lakukan analisis
dan penggalian informasi melalui wawancara
mendalam kepada para siswa tersebut, ditemukan
bahwa mereka tidak terlalu berminat dengan
pelajaran matematika salah satunya karena metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru mata
pelajaran tersebut sangat monoton dan tidak
menarik, sehingga mereka sulit untuk memahami
materi pelajaran. Selain itu, mereka harus mengambil
pelajaran tambahan di luar sekolah agar dapat
memahami materi pelajaran di Sekolah. Hal inilah
yang sebenarnya menjadi akar permasalahan para
siswa tersebut. Sehingga saya sebagai guru BK harus
bisa menjembatani antara keinginan guru dengan
keinginan peserta didik. Lebih jauh lagi tugas saya
sebagai guru BK adalah untuk menumbuhkan
kemandirian dan kematangan intelektual kepada
peserta didik meski apapun yang melatarbelakangi
munculnya masalah tersebut.
Aksi :
Langkah-langkah apa yang
dilakukan untuk
menghadapi tantangan
tersebut/ strategi apa yang
digunakan/ bagaimana
prosesnya, siapa saja yang
terlibat / Apa saja sumber
daya atau materi yang
diperlukan untuk
melaksanakan strategi ini
Langkah-langkah yang saya lakukan dalam
pemberian layanan bimbingan kelompok adalah,
melakukan wawancara mendalam kepada peserta
didik, guru mata pelajaran, serta wali kelas agar
mendapatkan pengetahuan yang komprehensif
tentang permasalahan peserta didik yang diadukan.
Kemudian saya melakukan kajian literatur tentang
hal-hal yang berkaitan dengan motivasi belajar
seperti, faktor-faktor penyebab kurangnya motivasi
belajar dan solusi atau tindakan yang dapat
meningkatkan motivasi belajar. Saya juga melakukan
analisis tentang layanan yang paling tepat diberikan
kepada peserta didik untuk menangani masalah
tersebut, dan layanan yang paling tepat adalah
bimbingan kelompok. Setelah itu saya membuat
perencanaan layanan dengan menyusun RPL
bimbingan kelompok sesuai dengan permasalahan
peserta didik, dalam hal ini adalah kurangnya
motivasi belajar. Metode yang saya gunakan dalam
layanan bimbingan kelompok tersebut adalah focus
group discussion atau FGD. Selanjutnya
pelaksaanaan aksi yang melibatkan para peserta
didik yang berjumlah 5 orang. Jadwal bimbingan yang
kami lakukan adalah pada saat jam sekolah dengan
meminta izin kepada wali kelas untuk meninggalkan
kelas sementara. Hal ini disebaabkan karena, tidak
memungkinkan untuk melakukan layanan BK diluar
jam sekolah. Di awal pelaksanaan layanan, saya
menggunakan 2 studi kasus sebagai bahan diskusi
6. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
diawal untuk memancing minat siswa dalam
berdiskusi dan menjalankan layanan bimbingan.
Studi kasus tersebut berisi tentang cerita siswa yang
tidak dapat masuk ke sekolah lanjutan menengah
atas, karena ketika masih duduk di bangku SMP
memiliki motivasi yang rendah dalam pelajaran.
Sehingga ketika akan melanjutkan ke jenjang SMA
melalui jalur prestasi raport, mengalami kendala nilai
yang kurang memadai. Dalam proses bimbingan
kelompok ini setiap siswa diharuskan untuk aktif dan
memberikan pendapat terkait kasus yang dibahas.
Setelah melakukan diskusi studi kasus, lalu masuk
ke pembahasan materi dengan menampilkan PPT
yaang telah saya persiapkan sebelumnya. Pada
akhirnya sasaran utama dari layanan bimbingan ini
adalah agar para peserta didik mampu
menumbuhkan dan dan meningkatkan motivasi
belajar secara intrinsik atau motivasi secara internal.
Berdasarkan kekuatan pengaruhnya, motivasi
internal memiliki pengaruh yang lebih kuat dan stabil
dalam membangun motivasi seseorang dibandingkan
motivasi eksternal. Dengan menguatkan motivasi
internal, individu akan lebih mudah bertahan dalam
berbagai situasi, karena apabila suatu aktivitas
dilakukan dengan semangat yang berasal dari dalam
diri, maka apapun kondisi yang terjadi di luar diri,
tidak akan banyak berpengaruh pada individu
tersebut. Namun, sebaliknya apabila suatu aktivitas
(termasuk aktivitas pembelajaran) dilandaskan
karena motivasi eksternal, maka apabila terjadi hal-
hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan kondisi
pribadi seorang individu, dalam hal ini guru yang
tidak kreatif dalam mengajar, maka hal tersebut akan
sangat berpotensi menurunkan motivasi belajar.
Sehingga, sangat diperlukan motivasi internal pada
diri siswa, agar dapat mempertahankan motivasinya
meskipun terdapat banyak faktor penghambat dari
luar dirinya.
Refleksi Hasil dan dampak
Bagaimana dampak dari aksi
dari Langkah-langkah yang
dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif?
Mengapa? Bagaimana respon
orang lain terkait dengan
strategi yang dilakukan, Apa
yang menjadi faktor
keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari
strategi yang dilakukan? Apa
pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut
Pelaksanaan aksi bimbingan kelompok yang telah
dilakukan sebanyak dua kali pertemuan
menunjukkan dampak yang signifikan dalam
menciptakan perubahan tingkah laku para peserta
didik dalam hal meningkatkan motivasi belajar.
Menurut saya agar suatu layanan bimbingan dan
konseling efektif, maka hal mendasar yang pertama
dan utama dilakukan adalah dengan mengetahui dan
menggali akar penyebab suatu masalah atau perilaku
bermasalah tersebut muncul. Apabila guru BK telah
mengetahi penyebab akar masalah yang terjadi, maka
guru BK dapat memilih dan menentukan jenis
layanan yang akan diberikan, materi yang akan
disampaikan, media yang akan digunakan hingga
7. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
pada tindak lanjut dari pemberian layanan tersebut.
Dengan melakukan perencanaan yang baik dan
matang, maka guru BK juga dapat menentukan dan
memprediksi arah perubahan tingkah laku peserta
didik. Apabila layanan bimbingan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tepat
sasaran, maka perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik dan sesuai akan mudah untuk dicapai.
8. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
LK 3.1 Menyusun Best Practices (Konseling Kelompok)
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode
Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam
Pembelajaran
Lokasi SMA Negeri 1 Mataram
Lingkup Pendidikan SMA
Tujuan yang ingin dicapai Siswa dapat beretika dengan baik ketika berinteraksi
dengan guru.
Penulis Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
Tanggal 8 November 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar
belakang masalah, mengapa
praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi
peran dan tanggung jawab
anda dalam praktik ini.
Kondisi yang melatarbelakangi pemberian layanan
konseling kelompok ini adalah terdapat 5 orang
peserta didik dalam satu kelas yang menunjukkan
perilaku tidak beretika baik terhadap guru ketika
mengajar di kelas. Contoh dari perilaku tersebut
adalah, peserta didik tidak menghormati guru, sering
meninggalkan kelas tanpa izin guru, menunjukkan
perilaku tidak sopan kepada guru, dan bersikap acuh
tak acuh kepada guru. Saya sebagai guru BK
melakukan penggalian informasi lebih mendalam
kepada guru-guru, wali kelas, wakil kepala sekolah
dan teman-teman sekelas, dan juga kepada kelima
peserta didik tersebut. Hasil dari penggalian informasi
tersebut, ditemukan bahwa semua narasumber
memberikan pendapat dan keterangan yang mirip
dan hampir sama. Kemudian, selain itu saya sebagai
guru BK juga melakukan studi literatur dan
wawancara kepada guru BK senior terkait penyebab
seseorang atau peserta didik tidak terbiasa beretika
baik kepada orang lain, terutama kepada guru di
kelas maupun di sekolah. Setelah melakukan analisis
mendalam terkait permasalahan yang telah
dipaparkan diatas, ditemukan bahwa perilaku tidak
beretika dengan baik yang mereka tunjukkan di
sekolah berasal dari kebiasaan mereka di luar
sekolah, terutama dari lingkungan rumah dan
lingkungan pertemanan di luar sekolah dan di luar
rumah. Mereka selama ini ketika berada di rumah
dan di lingkungan pertemanan tidak terbiasa beretika
baik dan menjalankan norma-norma kesopanan.
Bahkan 3 diantara kelima siswa tersebut berasal dari
keluarga dengan ekonomi keatas sehingga terbiasa
hidup dimanja dan mendapatkan segala
keinginannya dengan mudah. Sehingga dampak
negatifnya adalah munculnya perilaku tidak beretika
baik dan tidak takut melanggar norma-norma
kesopanan. Menerapkan etika baik kepada peserta
9. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
didik pada dasarnya adalah tanggung jawab banyak
pihak mulai dari orang tua hingga sekolah. Sehingga
menjadi salah satu tanggung jawab bersama agar
nilai-nilai etika dapat tertanam pada diri peserta
didik. Hal ini tentunya akan menjadi bekal peserta
didik dalam kehidupan dan masa depannya.
Tantangan :
Apa saja yang menjadi
tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja
yang terlibat,
Dalam menangani masalah siswa, guru Bk tentunya
memiliki tantangan tersendiri dalam memberikan
layanan dalam rangka pengentasan masalah
tersebut. Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan agar
peserta didik mampu beretika baik tentunya tidak
mudah. Pada kenyataannya selama ini peserta didik
tersebut memang tidak terbiasa beretika baik dalam
kehidupan, dan bisa saja selama ini mereka tidak
merasa bahwa perilaku mereka adalah suatu
masalah. Sehingga menjadi tanggung jawab sekaligus
tantangan yang tidak mudah untuk menyadarkan
peserta didik akan masalahnya. Guru BK juga harus
mampu membuat peserta didik mengalami disonansi
kognitif (cognitive disonance) sehingga perubahan
perilaku yang ingin dicapai dapat menyentuh 3 aspek
yaitu mulai dari aspek kognitif, afektif dan juga
psikomotor. Dalam upaya perubahan perilaku peserta
didik tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak
saja, melainkan tanggung jawab bersama setiap
individu disekitar peserta didik. Pada konteks
lingkungan sekolah, yang bertanggung jawab atas
perubahan perilaku peserta didik tersebut yakni
mulai dari kepala sekolah, guru-guru, hingga pegawai
hendaknya turut berpartisipasi minimal dengan cara
memberikan dan menunjukkan contoh perilaku
beretika baik kepada seluruh peserta didik.
Aksi :
Langkah-langkah apa yang
dilakukan untuk
menghadapi tantangan
tersebut/ strategi apa yang
digunakan/ bagaimana
prosesnya, siapa saja yang
terlibat / Apa saja sumber
daya atau materi yang
diperlukan untuk
melaksanakan strategi ini
Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yang
baik tentunya harus dilakukan dengan perencanaan
yang baik pula. Tahapan pertama yang dilakukan
adalah asesmen dan analisis masalah. Seorang guru
BK hendaknya mencari dan mengumpulkan informasi
tidak hanya dari satu sumber saja. Namun, guru BK
haruslah memiliki kemampuan untuk melihat suatu
masalah dari berbagai sudut pandang. Saya sebagai
guru BK, ketika memberikan layanan konseling
kelompok pada aksi 3 ini, tidak langsung
menyalahkan peserta didik akan perilaku tidak
beretika yang mereka tampilkan. Saya mengajak
mereka berdiskusi ringan terlebih dahulu dan
melakukan ice breaking sebagai salah satu cara
membangun raport yang baik dengan para peserta
didik. Selama ini di beberapa sekolah termasuk di
sekolah saya, guru BK masih dianggap
menyeramkan, sehingga kesan yang muncul apabila
dipanggil guru BK adalah selalu negatif. Meski pada
layanan ini memang tujuan layanan adalah untuk
10. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
menyelesaikan masalah yaitu mengubah perilaku
negatif menjadi perilaku positif, namun pelaksaannya
harus tetap dilakukan dengan santai dan penuh
penerimaan positif (unconditional positive regards),
agar peserta didik dapat terbuka dan tidak merasa
terintimidasi. Agar tujuan layanan dapat tercapai
dengan baik dan maksimal, guru BK harus mampu
menggiring peserta didik untuk menyadari
kesalahannya. Penyadaran ini harus berasal dari
dalam diri peserta didik tersebut dan tanpa ada
paksaan dari luar dirinya. Kesadaran akan kesalahan
yang mereka lakukan ini penting untuk
memunculkan pikiran bahwa sesuatu yang salah
harus dihilangkan dan digantikan dengan perilaku
yang berkebalikan dari perilaku yang sebelumnya.
Refleksi Hasil dan dampak
Bagaimana dampak dari aksi
dari Langkah-langkah yang
dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif?
Mengapa? Bagaimana respon
orang lain terkait dengan
strategi yang dilakukan, Apa
yang menjadi faktor
keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari
strategi yang dilakukan? Apa
pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut
Dampak dari aksi layanan konseling yang telah
diberikan adalah, peserta didik mampu
memunculkan kesadaran dan pemikiran bahwa
perilaku tidak beretika baik yang selama ini
dilakukan adalah perbuatan yang tidak tepat dan
mesti dihilangkan. Dengan adanya kesadaran peserta
didik ini efektif untuk menghasilkan suatu perilaku
baru yang lebih baik sebagaimana mestinya. Apabila
ingin melakukan suatu perubahan perilaku dari yang
tidak baik kepada perilaku yang baik, maka
diperlukan suatu kesadaran dari dalam individu,
sehingga dapat mengubah pola pikir bahwa
perubahan perilaku itu mesti dilakukan. Sehingga
pada akhirnya secara perlahan perubahan perilaku
tersebut dapat tercapai. Berdasarkan hasil observasi
selama beberapa waktu, saya menemukan bahwa
para peserta didik yang telah mendapatkan konseling
mengalami perubahan perilaku ke arah yang lebih
proper dan baik. Begitu pula dengan kesaksian
beberapa guru dan wali kelas yang merasakan
perubahan para peserta didik tersebut menjadi lebih
baik dan mampu menunjukkan perilaku sesuai
norma yang berlaku. Dari keseluruhan proses
konseling kelompok yang telah saya lakukan ini, saya
mengambil pelajaran bahwa pada dasarnya setiap
manusia itu pada dasarnya adalah baik, namun
faktor lingkungan dapat mempengaruhi dan
memunculkan perilaku yang tidak semestinya.
Terlebih lagi faktor pengalaman dan pengajaran juga
memegang peranan penting. Ketika dalam lingkungan
keluarga yang notabene adalah lingkungan pertama
bagi peserta didik tidak terbiasa mengajarkan
beretika baik sejak dini, maka hal tersebut akan
terbawa hingga peserta didik berusia besar dan dapat
terbawa juga hingga keluar rumah. Begitu pula
dengan faktor lingkungan pertemanan juga sangat
berpengaruh pada perilaku etika seseorang. Oleh
11. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
sebab itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak
agar dapat menanamkan dan menumbuhkan etika
yang sejak dini pada peserta didik.
12. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
LK 3.1 Menyusun Best Practices (Konseling Individu)
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode
Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam
Pembelajaran
Lokasi SMA Negeri 1 Mataram
Lingkup Pendidikan SMA
Tujuan yang ingin dicapai Peserta didik disiplin waktu ketika datang ke sekolah
dan mengerjakan tugas.
Penulis Baiq Nurul Fitriani
Tanggal 22 November
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar
belakang masalah, mengapa
praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi
peran dan tanggung jawab
anda dalam praktik ini.
Layanan konseling individu ini diberikan kepada
salah satu peserta didik yang menunjukkan perilaku
tidak disiplin waktu datang ke sekolah dan tidak
disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Ketidakdisiplinan peserta didik tersebut terlihat dari
seringnya peserta didik terlambat datang ke sekolah
dan juga sering terlambat mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru-guru. Layanan konseling
individual ini penting untuk diberikan kepada peserta
didik tersebut dalam rangka memberikan bantuan
agar mampu menghilangkan kebiasaan terlambat dan
mampu mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan
disiplin dan baik.
Tantangan :
Apa saja yang menjadi
tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja
yang terlibat,
Setelah melakukan wawancara dalam proses
konseling tahap awal untuk menggali informasi lebih
dalam kepada konseli diketahui bahwa terdapat
beberapa hal yang menyebabkan konseli sering
terlambat ke sekolah dan tidak disiplin mengerjakan
tugas-tugasnya. Pertama, peserta didik merupakan
anak broken home yang orang tuanya telah bercerai
dan memilih ikut tinggal bersama dengan ibunya.
Kedua, konseli memiliki 2 adik yang masih bersekolah
di sekolah dasar dan harus diantar juga ke sekolah
oleh ibunya setiap pagi. Ketiga, usaha catering ibunya
yang telah dirintis beberapa tahun terakhir sedang
dalam kondisi tidak stabil akibat pandemi covid-19.
Terkahir, konseli terkadang harus ikut begadang
membantu ibunya bekerja ketika ada pesanan
catering yang harus diselesaikan. Keempat kondisi
itulah yang kemudian menjadi akar penyebab
masalah konseli sering terlambat datang ke sekolah
dan tidak disiplin mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Konseli juga terkadang merasa tidak terlalu bersalah
ketika terlambat datang ke sekolah karena dirinya
telah disibukkan oleh tanggung jawab di rumah
untuk membantu keluarganya. Kondisi ini
menjadikan konseli memiliki pemikiran yang irasional
13. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
bahwa terlambat dan tidak disiplin adalah bukan
suatu maslah yang besar. Suatu tantangan tersendiri
bagi saya sebagai guru BK untuk dapat membantu
mengentaskan permasalahan konseli tersebut, agar
konseli dapat selesai dengan masalahnya serta
mengubah pikiran irasional konseli menjadi
pemikiran yang lebih rasional.
Aksi :
Langkah-langkah apa yang
dilakukan untuk
menghadapi tantangan
tersebut/ strategi apa yang
digunakan/ bagaimana
prosesnya, siapa saja yang
terlibat / Apa saja sumber
daya atau materi yang
diperlukan untuk
melaksanakan strategi ini
Untuk dapat menghadapi tantangan permasalahan
peserta didik tersebut, saya menggunakan teknik
konseling REBT, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Membantu konseli untuk mengidentifikasi,
menerangkan dan menunjukkan masalah yang
dialami siswa mengenai keyakinan yang irasional.
2. Menggali lebih mendalam keyakinan irrasional
yang ada pada diri siswa, sehingga menemukan
activating event yang benar-benar menjadi masalah
siswa.
3. Memberikan informasi mengenai masalah yang
dialami siswa
4. Mendiskusikan dan menerapkan tujuan konseling
bersama siswa.
Penerapan tekhnik kognitif yaitu
mempertanyakan keyakinan irasional.
Teknik REBT (ABCDE):
1. A (activating event)
• Siswa memiliki kebiasaan datang
tidak tepat waktu ke Sekolah.
• Siswa sering tidak mengerjakan
tugas
2. B (belief)
• Siswa merasa tidak terlalu bersalah
jika tidak disiplin dan tidak
mengikuti aturan sekolah.
3. C (Consequence)
• Siswa mendapat teguran dan
penilaian buruk dari beberapa guru.
• Siswa mengalami ketertinggalan
pada beberapa mata pelajaran.
4. D (disputing)
• Guru BK menanyakan atau
mengkonfirmasi kepada siswa terkait
dengan perilaku yang ditampilkan,
yaitu tidak disiplin dan tidak
mengikuti aturan sekolah.
• Guru BK menggali pikiran siswa
lebih mendalam terkait dengan
14. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
perilakunya. (Menggali pikiran
irrasional/logical errors).
• Guru BK melakukan memberikan
penyadaran (bila diperlukan
dilakukan konfrontasi) kepada siswa
bahwa perilakunya tersebut tidak
perlu bahkan tidak boleh
dipertahankan.
• Guru BK mencoba melakukan
perubahan pada pikiran siswa dari
pemikiran yang irrasional kepada
pemikiran yang rasional.
5. E (effect)
• Siswa memiliki pemikiran yang
rasional yaitu menyadari bahwa
perilaku tidak disiplin datang ke
sekolah dan tidak mengerjalan tugas
adalah perilaku yang harus
dihapuskan atau tidak perlu untuk
dipertahankan.
B. Tahap pengelolaan emosi atau afeksi
1. Guru BK melakukan kesepakatan dengan
siswa terkait arah perubahan pikirannya
dari pemikiran yang irrasional menuju
pikiran yang rasional.
2. Guru BK tetap menjaga suasana konseling
agar tetap kondusif agar perubahan emosi
dapat mendukung terjadinya perubahan
pikiran pada siswa.
3. Pada tahap ini juga guru BK harus lebih
tenang dan rileks dalam melakukan
konseling agar siswa juga dapat merasakan
energi positif dari guru BK (Guru BK
sebagai cerminan siswa).
C. Tahap pengelolaan tingkah laku
1. Guru BK mendorong siswa menjelaskan
atau memberikan feedback rencana
perubahan perilaku yang akan dilakukan.
2. Guru BK mendorong dan membantu
siswa agar dapat menemukan dan
mengemukakan insight dari proses
konseling yang telah dijalani dalam
rangka melakukan perubahan perilaku.
Penumbuhan insight ini harus berasal
dari dalam diri siswa yang bersangkutan
agar perubahan perilaku tersebut
memang benar-benar diinginkan dari
dalam diri siswa. Pada praktiknya guru
BK dapat membantu siswa merumuskan
15. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling
kalimat-kalimat yang rasional yang
digunakan untuk mengafirmasi kepada
dirinya sendiri, misalnya “saya menerima
masa lalu saya dengan baik dan ikhlas”
atau “saya memaafkan masa lalu saya
dan berusaha menjadi lebih baik di masa
depan”
3. pada tahap pengelolaan tingkah laku ini
juga diharapkan siswa mampu
memunculkan beberapa insight yaitu:
▪ Siswa memahami bahwa
perilakunya selama ini berkaitan
dengan keyakinannya tentang
peristiwa yang terjadi di masa lalu
(perceraian orang tua dan kondisi-
kondisi yang menyertainya).
▪ Siswa memahami bahwa hal yang
mengganggu dirinya (sehingga
menampilkan perilaku yang tidak
sesuai) adalah sebuah pikiran
irasional.
▪ Siswa menyadari bahwa tidak ada
jalan lain untuk keluar dari
masalah tersebut kecuali dengan
melawan atau mengganti pikiran
yang irasional menjadi pikiran yang
rasional.
▪ Siswa mampu berdamai dengan
segala sesuatu yang berada di luar
dirinya.
▪ Siswa mampu menerima dirinya
apa adanya dengan segala masa
lalunya dan mampu menerima
kenyataan.
Refleksi Hasil dan dampak
Bagaimana dampak dari aksi
dari Langkah-langkah yang
dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif?
Mengapa? Bagaimana respon
orang lain terkait dengan
strategi yang dilakukan, Apa
yang menjadi faktor
keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari
strategi yang dilakukan? Apa
pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut
Setelah melakukan layanan konseling individu
kepada konseli dan menetapkan langkah-langkah
kesepakatan untuk perubahan perilaku, maka saya
melakukan monitoring kepada konseli setelah proses
konseling. Berdasarkan hasil pengamatan saya
pribadi dan juga meminta pendapat dari guru-guru
bidang studi yang mengajar konseli, diketahui bahwa
konseli telah menunjukkan perubahan ke arah yang
lebih baik. Sehingga, dapat saya menyimpulkan
bahwa konseling individu yang telah dilaksanakan
efektif untuk mengentaskan masalah kedisiplinan
pada konseli. Keberhasilan proses konseling ini tidak
terlepas dari kemauan konseli itu sendiri untuk
berubah. Tugas saya sebagai guru BK atau konselor
adalah memancing konseli agar menyadari
kesalahannya, kemudian menumbuhkan keinginan
dari dalam dirinya untuk berubah.
16. Baiq Nurul Fitriani, S.Psi.
PPG Dalam Jabatan Kategori 2 – Universitas Nusa Cendana
Bidang Studi Bimbingan dan Konseling