Dokumen tersebut merupakan analisis penerapan etika bisnis pada PT Lion Air Indonesia oleh Ade Caswito. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana etika bisnis diterapkan oleh PT Lion Air dan apakah masih terdapat pelanggaran. Tulisan ini membahas definisi etika dan etika bisnis, prinsip-prinsip etika bisnis, sejarah dan armada PT Lion Air, serta kesimpulan dan saran.
1. ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS
(NILAI ETIKA) PT. LION AIR INDONESIA
TUGAS 2 – KELAS MAGISTER MANAGEMENT
Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
DISUSUN OLEH:
ADE CASWITO (55116120090)
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2017
2. DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................2
1. Latar Belakang....................................................................................................2
2. Tujuan.................................................................................................................3
3. Batasan Masalah.................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.......................................................................................................4
1. Definisi Etika......................................................................................................4
2. Definisi Etika Bisnis...........................................................................................4
3. Prinsip – Prinsip Etika Bisnis...........................................................................10
4. Kerangka Berpikir ...........................................................................................11
III. METODE PENULISAN..........................................................................................11
IV. ANALISA & PEMBAHASAN ........................................................................11
4.1. Sejarah Perusahaan...............................................................................................11
4.2 Perjalanan Lion Air ...............................................................................................12
4.3 Armada Kami ........................................................................................................12
4.4. Pembahasan ..........................................................................................................13
V. KESIMPULAN & SARAN ......................................................................................16
1. KESIMPULAN :..............................................................................................16
2. SARAN.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................18
3. 1
ABSTRAK
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi, diperlukan dalam suatu landasan yang kokoh. Tidak ada cara yang paling
baik untuk memulai penelaahan hubungan antara etika dan bisnis selain dengan
mengamati, bagaimanakah perusahaan rill telah banar-benar rill berusaha untuk
menerapkan etika dalam bisnis.
Dalam penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana etika bisnis
dalam PT. Lion Air. Karena, masih belum baik dalam menerapkan Etika bisnis
yang diterapkan oleh PT. Lion Air dalam melakukan kegiatan bisnis secara adil,
sesuai dengan hukum yang berlaku dan mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Sehingga dapat
dikatakan implementasi etika bisnis dalam perusahaan ini belum sempurna.
4. 2
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Etika menjadi persoalan yang penting dalam aktifitas bisnis saat ini,
bahkan etika menjadi pusat sorotan bisnis kontemporer (Caza, Barker,
dan Cameron, 2004). Menurut Crane dan Matten, etika bisnis saat ini
menjadi topik bisnis yang sangat penting untuk diperdebatan dan
menimbulkan dilema di sekitarnya. Etika bisnis cenderung untuk
menarik sejumlah besar perhatian dari berbagai pihak (dalam Indounas,
2008). Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral
yang benar dan salah, yang berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
(Velasques, 2005). Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan yang
sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya
tujuan organisasi. Menurut Kerin et al, etika adalah prinsip-prinsip
moral dan nilai-nilai yang mengatur tindakan dan keputusan dari
seorang individu atau kelompok (dalam Story & Hess, 2010). Hal
tersebut membuktikan bahwa pebisnis selaku individu yang berperan
penting dalam berbisnis tidak terlepas dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai
yang dianut. Perilaku yang tidak etis seperti penyalahgunaan penentuan
harga terhadap suatu produk atau jasa yang di tawarkan, tidak adanya
kesejahteraan dalam organisasi, perlakuan tidak adil terhadap karyawan,
tidak etis saat menajalin kerjasama dengan sesama rekan bisnis, tidak
adanya tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta berbagai
pelanggaraan etika lainnya.
Hal ini dapat menjadi sesuatu yang serius mengingat perilaku
yang tidak etis dapat menjurus kearah tindakan kriminal serta perilaku
lain yang merugikan perusahaan, baik finansial maupun nonfinansial.
Banyak sebab yang menjadikan perilaku yang tidak etis yang muncul.
Ini bukan hanya terkait pada individu saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan
proses dalam organisasi. Manajemen merupakan pendorong
organisasi agar mempunyai etika bisnis yang sesuai dengan organisasi,
sehingga tindakan kurang etis dapat di cegah.
Dengan memegang teguh etika atau moral bisnis yang ada bisnis kita akan
berjalan dengan baik, karena dengan memiliki etika kita dapat bersaing dengan
5. 3
perusahaan lain tanpa menyakiti pihak manapun. Ini berlaku untuk semua aspek
perilaku bisnis dan relevan dengan perilaku individu dan organisasi bisnis secara
keseluruhan. Etika Terapan adalah bidang etika yang berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaan etis dalam berbagai bidang seperti medis, teknik, hukum
dan etika bisnis. Etika bisnis dapat menjadi suatu disiplin ilmu baik normatif
maupun deskriptif. Sebagai praktik perusahaan dan spesialisasi karir, bidang ini
terutama normatif. Cakupan dan kuantitas etika bisnis mencerminkan derajat yang
usahanya dianggap bertentangan dengan nilai-nilai sosial non-ekonomi.
Lion Air merupakan salah satu bagian dari Lion Air Group yang juga menaungi
maskapai lainnya seperti Wings Air, Batik Air, Lion Bizjet, Malindo Air yang
berbasis di Malaysia, dan Thai Lion Air yang berbasis di Thailand. Ekspansi bisnis
yang agresif dan inovatif membuat Lion Air Group kini telah memiliki sarana dan
fasilitas yang lengkap guna menunjang bisnis penerbangannya seperti adanya
pusat pelatihan, pendidikan, perkantoran, dan tempat tinggal bagi ground crew
maupun flight crew, serta pusat perawatan dan pemeliharaan armada pesawat yaitu
Batam Aero Technic. Untuk terus memperluas jaringan usahanya, Lion Air Group
pun membuka bisnis dalam pengiriman paket maupun dokumen yaitu Lion Parcel
dan perhotelan yaitu Lion Hotel & Plaza yang berlokasi di Manado.
Secara umum, etika bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan meliputi
tingkatan makro yaitu etika terhadap pihak yang berkepentingan dan tanggung
jawab sosial perusahaan, serta tingkatan mikro yaitu tanggung jawab individu.
Dalam jangka panjang, bisnis yang melanggar dan tidak mementingkan etika
biasanya akan bermasalah dan mendapatkan sanksi baik dari sanksi hukum,
maupun sanksi moral dari masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembahasan etika bisnis ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui etika bisnis pada PT. Lion Air
2. Untuk mengetahui pelanggaran, penyebab, dan cara PT. Lion Air
dalam mengatasi masalah yang timbul apabila tidak memperhatikan etika
bisnis.
6. 4
3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan ini adalah hanya terbatas membahas
pelanggaran etika dalam bisnis yang dilakukan oleh Penerbangan Lion Air.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi Etika
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos”
yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang
dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat
laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan
masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan
mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika merupakan cabang filsafat yang
mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika,
filsafat moral atau filsafat susila.
Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut
beliau etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adapt-istiadat
atau kebiasaan yang baik. Etika dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1.Etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang
penilaian perbuatan seseorang.
2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya, seseorang
dikatakan etis apabila orang tersebut telah berbuat kebajikan.
3. Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.
Menurut Velasquez (2005) Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
2. Definisi Etika Bisnis
Menurut Bertens (2000) Etika Bisnis dalam bahasa Inggris disebut business
ethics. Dalam bahasa Belanda dipakai nama bedrijfsethick (etika perusahaan) dan
dalam bahasa Jerman Unternehmensethik (etika usaha). Cukup dekat dengan itu
dalam bahasa Inggris kadang-kadang dipakai corporate ethics (etika korporasi).
7. 5
Narasi lain adalah “etika ekonomis” atau”etika ekonomi” (jarang dalam bahasa
Inggris economic ethics; lebih banyak dalam bahasa Jerman Wirtschaftsethik).
Ditemukan juga nama management ethics atau managerial ethics (etika
manajemen) atau organization ethics (etika organisasi).
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Journal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah
laku etika bisnis, yaitu :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya
serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah
laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan
terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Menurut Carson dan Ghorpade, komunitas bisnis mengakui adanya
pengaruh dari sifat lingkungan kerja (dalam Waples, Antes, Murphy,
Connelly, & Mumford, 2009). Pendapat tersebut di dukung dengan
pendapat LeClair dan Ferrell, dimana perkembangan zaman sekarang ini
secara drastis mempengaruhi perilaku etis ditambah dengan perkembangan
teknologi telah membuat perubahan yang serba cepat dan high impact
terhadap keputusan yang menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari.
(dalam Waples, Antes, Murphy, Connelly, & Mumford, 2009). Pergeseran
ini memiliki makna yang penting untuk dibawa kedepan harinya untuk
pendidikan etika terhadap dunia pendidikan dan para pelaku professional
dalam bisnis.
Dengan adanya fenomena-fenomena yang terjadi, ini
membuktikan bahwa bisnis yang dijalankan bertentangan dengan etika
bisnis. Etika bisnis memiliki lima prinsip-prinsip yaitu prinsip otonomi,
8. 6
keadilan, kejujuran, saling menguntungkan dan integritas moral (Keraf
dalam Sutrisna, 2010). Keraf mengemukakan bahwa prinsip otonomi
merupakan kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran
dirinya sendiri tanpa adanya pengaruh dari pihak lain. Sedangkan
prinsip kejujuran adalah sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat dalam
sebuah perjanjian kontrak bisnis. Prinsip keadilan menurut Keraf,
menuntut seseorang untuk bersikap sama secara objektif, rasional, dan
dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut
Keraf di perkuat dengan pendapat menurut Gundlach dan Murphy, bahwa
dasar-dasar etika terdiri dari: kesetaraan (saling menguntungan), promise
principle (tugas untuk menjagajanji/komitmen), danm oralitas terhadap tugas
dan tanggung jawa (mengikuti aturan yang berlaku dan tidak secara sadar
melakukan tindakan yang merugikan satu sama lain) (dalam Piercy & Lane,
2007)
Hal ini membuktikan bahwa etika bisnis merupakan unsur penting
supaya siklus hidup suatu bisnis dapat bertahan lama, atau bahwa etika
merupakan prasyarat tumbuhnya sikap-sikap moral, khususnya sikap
saling percaya, jujur, adil, dan tanggung jawab. Zaman berubah menuntut
individu dan perusahaan berubah pula. Tataan nilai terhadap etika pun
ikut mengalami perubahan. Memang benar tidak emua etika yang lama
menghilang, namun banyak bermunculan tata nilai etika baru yang dianggap
lebih sesuai dengan masa kini.
Perubahan yang cepat pada era globalisasi saat ini,
menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan etika dalam
berbisnis dan mengundang pro dan kontra dengan berbagai alasan.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa manfaat etika bisnis menurut
Sutrisna (2010) adalah sebagai berikut:
Sebagai moralitas, etika bisnis membimbing tingkah laku manusia agar
dapat mengelola kehidupan dan bisnis menjadi lebih baik.
Dapat mendorong dan mengajak orang untuk bersikap kritis dan
rasional dalam mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya
sendiri, yangdapat dipertanggungjawabkannya.
Dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi
9. 7
masyarakat yang tertib, teratur, damai, dan sejahtera dengan
norma-norma yang berlaku demi mencapai ketertiban dan
kesejahteraan sosial.
Sebagai ilmu pengetahuan, etika bisnis memberikan pemenuhan
terhadap keingintahuan dan menuntut manusia untuk dapat
berperilaku moral secara kritis dan rasional.
Adapun pendapat Sinour (2009) bahwa etika bisnis
memberikan keuntungan dan membantu para pebisnis. Keuntungan yang
dimaksud Sinour adalah sebagai berikut:
Etika bisnis menyadarkan para pebisnis tentang adanya dimensi
etis yang melekat dalam perusahan yang dibangun.
Etika bisnis memampukan para pebisnis untuk membuat
pertimbangan-pertimbangan moral dan pertimbangan-pertimbangan
ekonomis secara memadai.
Etika bisnis memberi arah yang tepat bagi para pebisnis ketika
akan menerapkan pertimbangan-pertimbangan moral-etis dalam
setiap kebijakan dan keputusan bisnis demi tercapainya tujuan
yang ditargetkan.
Diperlukanpembanding antara etika bisnis dalam perusahan dengan
hukum yang berlaku di Indonesia. Perbandingan tersebut dimaksudkan agar
dapat membuktikan apakah hukum di Indonesia telah memenuhi etika yang
berlaku di masyarakat dan etika pada hakekatnya lebih tinggi daripada hukum.
Hal ini terbukti dengan pendapat dari Arman (2011) bahwa, hukum akan
mengkodifikasi harapan dari etika dalam melaksanakan kegiatan bisnis.
Meskipun disadari tidak semua harapan etika tersebut dapat dipenuhi oleh
hukum. Norma etika memang bersifat dinamis, tetapi begitu etika dituangkan
dalam ketentuan hukum sifat dinamisnya menjadi berkurang/bahkan mungkin
menjadi statis. Maka, hukum tentunya harus memperhatikan pula apabila
adanya perubahan-perubahan.
Terdapat banyak versi dari definisi etika bisnis dari berbagai pihak, dan berikut
adalah beberapa definisi etika bisnis:
Menurut Laura Nash (1990), etika bisnis sebagai studi mengenai bagaimana
norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan (dalam
10. 8
Sutrisna, 2010).
Etika bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau
tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi (Griffin &
Ebert, 2007).
Menurut Velasques (2005), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Menurut Irham Fahmi (2013), etika bisnis adalah aturan-aturan yang
menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana
aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis maupun aturan yang
tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi
akan diterima. Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung
maupun tidak langsung.
Etika teleologi menilai suatu tindakan itu baik atau buruk dari sudut tujuan,
hasil sasaran, atau keadaan optimum yang dapat dicapai (Sutrisna, 2010). Suatu
tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalau
akibat yang ditimbulkan baik dan berguna (Fahmi, 2013). Dari teori ini
berkembangnya teori lain, yaitu: egoism dan utilitiarianisme.
Hedonisme berlaku kaidah, bertindaklah sedemikian rupa sehingga mencapai
kenikmatan yang paling besar bagimu atau hindari semua ketidaknikmatan
(Sutrisna, 2010). Menurut Sutrisna (2010), etika hedonisme memiliki dorongan
untuk mencari kenikmatan, kegembiraan, atau kesenangan dan sebaliknya
menauhi serta mencegah rasa sakit atau ketidaksenagan dalam hidup manusia
adalah sesuatu yang manusiawi.
Menurut Sutrisna (2010), prinsip pokok yang harus dikedepankan dalam
berbuat adalah asas manfaat/keuntungan. Sumber kesenangan diukur menurut
intensitas dan lamanya perasaan tersebut, akibatnya, dan lain-lain. Perilaku dan
perbuatan manusia dikatakan baik jika mendatangkan keuntungan dan kegunaan
(Fahmi, 2013). Menurut Bertens (2013), utilitarianisme adalah perbuatan yang
dikatakan baik jika membawa manfaat, tapi manfaat tersebut harus menyangkut
bukan saja satu atau dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relative (Fahmi, 2013).
Menurut Faisal Badroen masalah lain yang timbul dalam praktiknya adalah self-
11. 9
centered (egois), fokus padadiri manusia individu mengabaikan interaksi dengan
pihak luar sistem dan pembuat keputusan tidak berfikir panjang, semua bergantung
kriterianya sendiri (dalam Fahmi, 2013)
Teori deontologi menurut Keraf, merupakan suatu tindakan itu baik bukan
dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan tersebut,
melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri (dalam Fahmi, 2013). Atas dasar itu,
etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat
dari pelaku (Sutrisna, 2010). Atau sebagaimana dikatakan Immanuel Kant,
kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga
(dalam Sutrisna, 2010). Menurut Sutrisna (2010) Ada tiga prinsip yang
harus dipenuhi dalam menerapkan teori deontologi, yaitu:
a) Supaya suatu tindakan punya nilai moral, maka tindakan itu harus
dijalankan berdasarkan aturan, prosedur, atau kewajiban.
b) Nilai moral dari suatu tindakan tidak ditentukan oleh tujuan atau hasil yang
dicapai, melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakn tersebut.
c) Sebagai konsekuensi dari dua prinsip tersebut, kewajiban adalah hal yang
penting dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada
hukum moral universal.
Dalam uraian teori etika bisnis maka, dalam penelitian ini menegaskan
memakai teori deontologi. Hal ini terbukti bahwa deontologi memiliki
banyak kelebihan dibandingkan teori-teori etika yang lain. Dalam suatu
perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak
boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari
hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi
menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik
tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Dalam hal ini,tidak boleh melakukan
suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik. Misalkan tidak
boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain, mencelakai orang lain
melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam teori deontologi
kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu
keharusan dan memiliki pendirian yang teguh pada prinsip yang taat.
12. 10
3. Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
Prinsip-prinsip etika bisnis sangat erat kaitannya dengan nilai yang dianut
oleh masing-masing masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip
etika bisnis tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.
Menurut Sonny Keraf menyebutkan secara umum terdapat lima prinsip etika
bisnis, yaitu :
a) Prinsip otonomi.
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan. Orang yang otonom adalah orang yang bebas mengambil keputusan
dan tindakan serta bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya tersebut.
b) Prinsip kejujuran
Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak
Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
sebanding
Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
c) Prinsip keadilan.
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggung jawabkan.
d) Prinsip saling menguntungkan.
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini
menuntut agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution.
e) Prinsip integritas moral.
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya
atau nama baik perusahaan.
13. 11
Kerangka Berpikir
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Sumber: Diolah oleh Penulis (2017)
III. METODE PENULISAN
Pada penulisan ini, informasi yang didapatkan oleh penulis bersumber dari
internet yang berkaitan dengan etika bisnis agar rumusan dan tujuan penulisan ini
dapat terjawab. Data dalam penulisan ini mengunakan data sekunder. Dimana
pengertian Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan penULIS
dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan, artikel dan
lain-lain.
IV. ANALISA & PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Perusahaan
Lion Air merupakan maskapai penerbangan swasta nasional asal Indonesia
yang secara hukum didirikan pada tanggal 15 November 1999 dan mulai
beroperasi pertama kali pada tanggal 30 Juni 2000, dengan melayani rute
penerbangan dari Jakarta menuju Pontianak menggunakan pesawat dengan tipe
Boeing 737-200 yang pada saat itu berjumlah 2 unit.
Berkantor pusat di Lion Air Tower, Jl. Gajah Mada No. 7 yang berada di
kawasan Jakarta Pusat, PT. Lion Mentari Airlines atau yang biasa dikenal dengan
Lion Air merupakan maskapai penerbangan berbiaya rendah (Low Cost Carrier)
dengan mengusung slogan “We Make People Fly”. Melalui hal ini Lion Air
ETIKA
BISNIS
ANALISA
ETIKA
BISNIS
PT. ARAMSA
INFRAYASA
14. 12
mencoba mewujudkan dan merubah stigma masyarakat bahwa siapapun bisa
terbang bersama Lion Air dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan,
keamanan, dan kualitas penerbangan.
Lima belas tahun lebih mengudara dan melayani masyarakat, hingga saat ini
Lion Air telah terbang ke 183 rute penerbangan yang terbagi dalam rute domestik
yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia dari sabang sampai merauke, dan rute
Internasional menuju sejumlah negara seperti, Singapore, Malaysia, Saudi Arabia
dan China. Jumlah rute tentunya akan terus bertambah karena melihat pasar
penerbangan di Indonesia yang terus berkembang begitu pesat. Dengan
kepemilikan pesawat sebanyak 112 armada yang terbagi dalam beberapa tipe
seperti Boeing 747-400, Boeing 737-800, Boeing 737-900 ER, dan Airbus A330-
300. Jumlah armada pun juga akan bertambah sesuai dengan pengiriman
pemesanan pesawat yang dilakukan oleh Lion Air.
4.2 Perjalanan Lion Air
Dalam perjalanannya, Lion Air telah banyak memiliki rangkaian
prestasi dan penghargaan, serta sertifikasi internasional yang tentunya diraih untuk
terus meningkatkan kualitas dalam pelayanannya kepada masyarakat dan
pelanggan setianya. Beberapa diantaranya adalah sertifikasi ISSA yaitu sebuah
standar keselamatan dan keamanan berskala internasional yang diberikan oleh
IATA dan diraih pada Januari 2016, Lalu sertifikasi ISO 9001:2015 mengenai
delay management yang tentunya standar tersebut akan terus diaudit secara
berkala.
4.3 Armada Kami
Lion Air saat ini mengoperasikan pesawat Boeing 737-900ER, Boeing 737-
800NG, Boeing 747-400, dan pesawat Airbus A330-300. Untuk mengakomodasi
tingginya permintaan transportasi udara, Lion Air memilih pesawat komersial
dengan lorong tunggal yang sangat efisien untuk penerbangan domestik dan juga
pesawat komersial dengan lorong ganda untuk penerbangan internasional yang
mampu menampung banyak penumpang.
Lion Air pertama kali menerima Boeing 737-900ER pada April 2007, pesawat tiba
dengan skema cat ganda khusus yang dikombinasikan lambang Lion Air pada
vertical stabilizer dan design warna Boeing pada badan pesawat. Pesawat dengan
penggunaan bahan bakar efisien ini mampu mengurangi emisi karbon hingga 4%
sehingga kemungkinan membawa jejak karbon lebih kecil setiap kali Anda
15. 13
bepergian dengan B737-900ER tersebut. Pesawat perkasa ini bisa terbang sekitar
500 mil diatas laut, sampai dengan 3.200 nm (5,925km) dengan tank AUX. Lion
Air merupakan pengguna pertama armada Boeing hybrid di Asia. Lion Air lalu
mengambil 15 pengiriman B737-900ER lainnya pada Desember 2008 yang
keseluruhan pesawat tersebut dikonfigurasikan pada kelas ekonomi dengan total
215 kursi masing-masing pesawatnya. Dan hingga saat ini Lion Air memiliki 71
unit pesawat Boeing 737-900ER.
3.4. Pembahasan
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis.
Untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya banyak perusahaan yang
menghalalkan segala cara. Praktek curang ini bukan saja merugikan masyarakat,
tapi perusahaan itu sendiri sebenarnya.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis
itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering
dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Praktek
bisnis yang terjadi selama ini dinilai masih cenderung mengabaikan etika, rasa
keadilan dan kerapkali diwarnai praktek-praktek tidak terpuji atau moral hazard.
PERMASALAHAN
Merdeka.com - Lion Air merupakan salah satu maskapai penerbangan
Indonesia yang banyak dikeluhkan masyarakat. Mulai dari sering delay atau
terlambat hingga sering mengalami kecelakaan ataupun kerusakan pesawat.
Bahkan, survei weirdandamazingtravel.about.com menyebut Lion Air sebagai
maskapai paling berbahaya di dunia. Maskapai penerbangan milik Rusdi Kirana
ini dinilai sering mengalami keterlambatan dan bermasalah di lambung pesawat
selama beroperasi. Meski demikian, Lion Air tetap bisa menarik hati masyarakat.
Terbukti dari pangsa pasar maskapai yang mencapai 60 persen di 2015 silam.
"60 persen market share di Indonesia untuk seluruh airlines. Sementara kalau
Garuda hanya 33 persen market share," ujar Manager Lion Air, Ruben Hudion
kepada merdeka.com, Jakarta, Rabu (10/2). Maskapai milik Rusdi Kirana ini
16. 14
memang giat mengincar pasar penerbangan domestik. Untuk regional, Lion Air
juga menyediakan penerbangan seperti Malindo Air di Malaysia dan Thai Lion Air
di Thailand. "Kebutuhan pasar kami memilih domestik, sekarang (Lion Air) paling
banyak rute di Indonesia Timur," jelas dia. Meski sering mengalami keterlambatan
dan dinilai paling berbahaya di dunia, Lion Air baru saja mendapatkan sertifikat
penghargaan terkait keamanan dan keselamatan di tingkat IASA, merupakan
pemeringkat rating penerbangan asal Eropa. "Kami selalu melaui melakukan
pembenahan secara internal, sekarang kami ada sertifikat dari IASA dan akan
menuju IOSA. Thai Lion Air sudah mendapatkan IOSA," jelas dia. Maskapai yang
beroperasi pada tahun 2000 ini optimis akan terus menguasai pangsa pasar
maskapai penerbangan nasional. "Kalau kelas LCC kami ada Thai Lion Air, Batik
Air dan Malindo kelasnya full service seperti Garuda,
Reporter : Adriana Megawati | Minggu, 10 April 2016 23:19
Merdeka.com - Ade A Ramadhan, calon penumpang Lion Air rute Yogyakarta-
Simeulue, kecewa dengan pelayanan maskapai tersebut. Sebab, Lion Air tidak
menanggapi keluhan Ade yang ditinggal pesawat karena kena cekal oleh petugas
keamanan di Bandara Adisucipto. Ade mengatakan, dia kena cekal karena remote
drone yang berada di tas punggungnya masih terpasang baterai. Karena hal
tersebut, dia pun digiring oleh pihak sekuriti untuk melepaskan alat-alatnya ke
sebuah ruangan.
"Saya menerima penawarannya dan membongkar bersama beberapa staf AVSEC
Angkasa Pura. Setelah itu saya berniat untuk check-in, lalu datanglah sekuriti Lion
air yang men-check-in kode booking saya dan jadilah boarding pass," ucap Ade
kepada merdeka.com melalui sambungan telepon, Minggu (10/4). Ade
mengatakan, dia kemudian meminta solusi kepada pihak sekuriti Lion Air
mengenai kasus tersebut, namun petugas keamanan yang ditunggunya tak kunjung
kembali. Salah satu petugas AVSEC Angkasa Pura berinisiatif untuk memproses
boarding pass milik Ade, namun sayang ia terlambat lantaran pintu boarding telah
ditutup, dan dia ditinggal lepas landas oleh pesawat tanpa ada konfirmasi.
"Ternyata gate sudah closed dan saya ditinggal take-off tanpa ada konfirmasi dari
pihak Lion Air," lanjut Ade.Kemudian Ade melakukan komplain pada pihak Lion
Air. Namun, pihak maskapai mengatakan bahwa boarding pass miliknya telah
hangus semua, tanpa ada penggantian jadwal ataupun refund. Hingga saat ini, Ade
dan petugas angkasa pura bandara Yogyakarta berupaya untuk bertemu dengan
17. 15
pihak Lion Air dan membahas masalah tersebut.
"Sampai saat ini saya dan staf Angkasa Pura sedang berupaya bertemu dan
berbicara dengan praktisi PR dari pihak Lion Air untuk membahas masalah ini,
dan sampai detik ini mereka (Lion Air) belum menghadirkan praktisi PR. Akibat
dari masalah ini, kerugian saya yakni melewatkan jadwal kerja yang sudah
dijadwal sejak awal,"
Lion Air kembali melakukan keterlambatan penerbangan atau delay. Kali ini
insiden delay terjadi di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.
Sebanyak 215 penumpang terpaksa merasakan delay hingga dua jam sebelum bisa
diberangkatkan ke daerah tujuan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),
dari data yang dimilikinya, mengungkapkan konsumen angkutan udara meragukan
kinerja Lion Air terkait ketepatan waktu penerbangan maskapai tersebut. Bahkan,
maskapai milik Waketum PKB Rusdi Kirana ini selalu mendapat keluhan
konsumen soal keterlambatan penerbangan.
"Dari 100 konsumen yang mengadu ke kita soal maskapai penerbangan, memang
paling diragukan itu Lion Air," ujar Ketua Harian YLKI Sudaryatmo kepada
merdeka.com di Jakarta. Pendiri Lion Air, Rusdi Kirana menjelaskan
keterlambatan yang kerap terjadi pada maskapainya sangatlah wajar. Sebab,
maskapai ini memiliki tingkat frekuensi penerbangan yang tinggi. Pendiri Lion
Air, Rusdi Kirana menjelaskan keterlambatan yang kerap terjadi pada
maskapainya sangatlah wajar. Sebab, maskapai ini memiliki tingkat frekuensi
penerbangan yang tinggi. "Kita punya penerbangan satu hari ada 700 kali,
memang take off terlambat tidak bisa terhindar, pasti ada delay," ujarnya di Lion
Air Tower, Jakarta. Meski begitu diakuinya setiap keterlambatan sudah
diperkirakan sebelumnya untuk alasan dan menjaga keselamatan penerbangan
yang menjadi tujuan utama perusahaan. Berbagai cara ditempuh perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan penumpangan. Bahkan dia mengklaim sudah melakukan
banyak perubahan dalam maskapainya. "Sudah banyak perbaikan, sekarang lebih
tepat waktu (on time). Sampai saat ini saja kita mempunyai kapasitas penumpang
hingga 90 persen," jelas dia. Lalu dari sejumlah delay yang dilakukan Lion Air
tercatat sejumlah kejadian 'aneh' menjadi penyebabnya. Berikut merdeka.com akan
merangkum sejumlah penyebab tersebut.
18. 16
V. KESIMPULAN & SARAN
1. KESIMPULAN :
Dari beberapa masalah pada perusahaan maskapai penerbangan lion air,
perusahaan menyalahi prinsip-prinsip yang ada pada etika bisnis seperti :
Prinsip otonomi
Dalam prinsip otonomi etika bisnis perusahaan bebas memiliki kewenangan sesuai
dengan visi misi perusahaan tersebut. Visi misi lion air adalah menjadi perusahaan
swasta nasional yang melayani penerbangan domestic dan internasional dengan
berpedoman pada prinsip keselamatan dan keamanan. Namun, permasalahan yang
selalu terjadi lion air menyalahi prinsip etika bisnis karena tidak sesaui dengan visi
misi yang mereka punya. Seharusnya lion air dapat menjalankan visi misinya
dengan baik mengingat banyaknya masyarakat yang sudah mempercayai lion air
sebagai alternative penerbangan masyarakat. Tetapi masyarakat sering kecewa
dengan pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan, semakin banyak masalah yang
terjadi tanpa adanya solusi yang diberikan untuk memperbaiki kesalahan yang ada.
Perusahaan seakan menganggap kesalahan-kesalahan yang terjadi adalah masalah
yang biasa, dan juga sering dilakukan oleh maskapai lainnya.
2. Menumbuhkan sikap untuk saling percaya baik antara golongan pengusaha
kuat atau golongan pengusaha bawah.
Salah satu masalah yang terjadi pada perusaah lion air adalah kekecewaan para kru
pesawat dari pilot sampai pramugari yang sampai mogok kerja karena upah
mereka tidak dibayar, masalah ini menunjukkan bahwa kepercayaan antara atasan
dan bawahan kurang terjaga dengan baik.
3. Menumbuhkan sikap untuk saling percaya baik antara golongan pengusaha
kuat atau golongan pengusaha bawah.
Perusahaan lion air juga banyak melanggar aturan-aturan dari pemerintah.
Kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya sekali, namun sering kali
dilakukan meskipun sudah diberi sangsi oleh pemerintah.
19. 17
2. SARAN
Dari permasalahan-permasalahan yang sering terjadi seharusnya perusahaan bisa
membenahi diri agar tidak selalu mengulangi kesalahan dan membuat pelanggan
kecewa. Masalah delay yang sering terjadi sepertinya tidak begitu dihiraukan oleh
perusahaan lion air, seharusnya mereka lebih bertanggung jawab dalam ketepatan
waktu, jangan karena perusahaan sudah banyak memiliki pelanggan perusahaan
tidak mau memperbaiki diri. Kepercayaan di dalam internal perusahaan
seharusnya juga lebih dijaga, karena tanpa karyawan perusahaan tidak akan
berjalan.
20. 18
DAFTAR PUSTAKA
https://erikatzain.files.wordpress.com/2013/04/makalah-etika-bisnis.pdf
http://www.e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/414.pdf
http://vitafainurwari.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-tika-bisnis-pada-danone-aqua.html
Lina Juliana Haurissa dan Maria Praptiningsih
Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra
http://daniss-inggar.blogspot.co.id/2016/10/permasalahan-etika-bisnis-pada.html
http://www.lionair.co.id/id/lion-experience/about
Keraf, A.S. (1998). Etika bisnis: tuntutan dan relevansinya. Yogyakarta
Kanisius.
Lennick, D., & Keil, F. (2005). Moral intelligence: enhanching business
performance and leadership success. Philadelphia: The Wharton
School and Pearson Education.
Michaelson, C. Moral. (2008). Luck and Business Ethics. Journal of
Business Ethics, 773-787. Retrieved June 3, 2014, from
http://search.proquest.com/docview/198039827/fulltextPDF/14121
BCFCD84E8D5E4D/1?accountid=45762
Moleong, L.J. (2013). Metode penelitian kualitatif, edisi revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Piercy, N. F., & Lane, N. (2007). Ethical and moral dilemmas associated
with strategic relationships between business-to-business buyers
and sellers. Journal of Business Ethics, 72(1), 87-102. Retrieved
May 14, 2014, from doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10551 -006-
9158-6
Satyanugraha, H. (2003). Etika bisnis: tuntutan & relevansinya. Jakarta:
Kanisius.
Sinour, Y.L. (2009). Etika bisnis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Story, J., & Hess, J. (2010). Ethical brand management: Customer
relationships and ethical duties. The Journal of Product and Brand
Management, 19(4), 240-249. Retrieve May14, 2014, from
doi:http://dx.doi.org/10.1108/10610421011059568