2. • Asuransi berasal dari kata assurantie dalam bahasa Belanda,
atau assurance dalam bahasa perancis, atau
assurance/insurance dalam bahasa Inggris. Assurance berarti
menanggung sesuatu yang pasti terjadi, sedang Insurance
berarti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin
terjadi.
• Menurut sebagian ahli asuransi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu assecurare yang berarti menyakinkan orang.
• Di dalam bahasa Arab asuransi dikenal dengan istilah : at
Takaful,atau at Tadhamun yang berarti : saling menanggung.
Asuransi ini disebut juga dengan istilah at-Ta’min, berasal dari
kata amina, yang berarti aman, tentram, dan tenang. Lawannya
adalah al-khouf, yang berarti takut dan khawatir. ( al Fayumi, al
Misbah al Munir, hlm : 21 ) Dinamakan at Ta’min, karena orang
yang melakukan transaksi ini ( khususnya para peserta ) telah
merasa aman dan tidak terlalu takut terhadap bahaya yang
akan menimpanya dengan adanya transaksi ini.
3.
4.
5.
6.
7. Perbandingan Asuransi
Konvensional dan Asuransi Syariah
No Prinsip Konvensional Syariah
1 Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri dengan pihak
tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan pergantian
kepada tertanggung.
Sekumpulan orang yang saling
membantu, saling menjamin,
dan bekerja sama, dengan cara
masing-masing mengeluarkan
dana tabrru’
2 Asal usul Dari masyarakat babilonia 4000-3000 SM
yang dikenal dengan perjanjian
Hammurabi. Dan tahun 1668M di Coffe
House London berdirilah Lloyd of
London sebagai cikal bakal asuransi
konvensional.
Dari al-Aqidah, kebiasaan suku
Arab jauh sebelum Islam datang.
Kemudian disakan oleh
Rosululloh menjadi hokum
Islam, bahkan telah tertuang
dalam konstitusi pertama di
dunia (Piagam Madina) yang
dibuat langsung Rosululloh.
8. 3. Sumber hukum Bersumber dari pikiran
manusia dan kebudayaan.
Berdasarkan hokum
positif, hokum alami dan
contoh sebelumnya.
Bersumber ddari wahyu Ilahi
Sumber hokum dalam syariah
Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah,
Ijma’, Fatwa Shahabat, Qiyas,
Istihsan, “urf Tradisi, dan
Mashalih Mursalah
4 Maisir Gharar, Riba Tidak selaras dengan syariah
Islam karena terdapat 3 hal
ini.
Bersih dari praktik Maisir Gharar,
dan Riba
5 DPS (Dewan
Pengawas Syariah)
Tidak ada. Sehingga ddalam
praktiknya banyak
bertentangn dengan kaidah-
kaidah syara’
Ada, yang berfungsi untuk
mengawasi pelaksanaan operasional
perusahaan agar terbebas dari
praktik-praktik muamalah yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.
6 Akad Akad jual beli (akad
mu’awadhoh, akad idz’aan, akad
gharra, dan akad mulzim)
Akad tabarru’ dan akad tijaroh
(mudhorobah, wakalah, wadiah, syirkah,
dan sebagainya)
9. 7 Jaminan/risk
(resiko)
Transfer of risk, di mana terjadi
transfer resiko ddari
tertanggung kepada penanggung
Sharing of risk, di mana terjadi proses saling
menanggung antara satu peserta dengan
peserta lain (ta’awun)
8 Pengelolaan dana Tddak ada pemisahan dana, yang
berakibat terjadinya dana hangus
(untuk produk saving life)
Pada produk-produk saving life terjadi
pemisahan dana, yaitu dana tabarru’, derma ddan
dana peserta, sehingga tidak mengenal dana
hangus. Sedangkan untuk term insurance (life)
dan general insurance semuanya bersifat
tabarru’.
9 Investasi Bebas melakukan investasi dalam
batas-batas ketentuan perundang-
undangan. Dan tidak terbatasi
pada halal-haramnya objek atau
system investasi yang digunakan.
Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan
perundang-undangan, sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
Islam. Bebas ddari riba dan tempat-tempat
investasi yang terlarang.
10 Kepemilikan dana Dana yang terkumpul dari premi
peserta seluruhnya menjadi milik
perusahaan. Perusahaan bebas
menggunakan dan
menginvestasikan ke mana saja.
Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk
iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta
(shohibul mal), asuransi syariah hanya sebagai
pemegang amanah(mudhorib) dalam mengelola
dana tersebut.
10. 11 Unsure
premi
Unsure premi terdiri dari tabel
mortalita (mortality tables), bunga
(interest), biaya-biaya asuransi (cost
of insurance)
Iuran atau kontribusi terdiri dari unsure
tabarru’ dan tabungan (yang tidak
mengandung unsure riba). Tabarru’ juga
dihitung dari mortalita, tetapi tanpa
perhitungan bunga teknik.
12 Loading Loading pada asuransi konvensional
cukup besar terutama untuk komisi
agen, bias menyerap premi tahun
pertama dan kedua. Karena itu, nilai
tunai pada tahun pertama dan kedua
biasanya belum ada (masih hangus)
Pada sebagian asuransi syariah, loading
(komisi agen), tidak dibebankan kepada
peserta tapi dari dana pemegang saham.
Namun pada sebagian yang lainnya
mengambilkan dari sekitar 20-30% saja dari
premi tahun pertama. Dengan demikian nilai
tunai tahun pertama sudah terbentuk.
13 Sumber
pembayaran
klaim
Sumber biaya klaim adalah dari
rekening perusahaan, sebagai
konsekuensi penanggung terhadap
tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada
nuansa spiritual.
Sumber pembayaran klaim diperoleh dari
rekening tabarru’, yaitu peserta saling
menanggung. Jika salah satu peserta mendapat
musibah, maka peserta lainnya ikut
menanggung bersama resiko.
11. 14 System
akuntansi
Menganut konsep akuntansi
accrual basis, yaitu proses
akuntansi yang mengakui
terjadinya peristiwa atau keadaan
nonkas. Dan, mengakui
pendapatan, peningkatan assets,
expenses, liabilities dalam jumlah
tertentu yang baru akan diterima
pada waktu yang akan dating.
Menganut konsep akuntansi cash basis,
mengakui apa yang benar-benar telah ada,
sedangkan accrual basis dianggap
bertentangan dengan syariah karena
mengakui adanya pendapatan, harta beban,
atau utang yang akan terjadi pada masa yang
akan datang. Sementara apakah itu dapat
benar-banar terjadi, hanya Alloh yang tahu.
15 Keuntungan /
profit
Keuntungan yang diperoleh dari
surplus underwriting, komisi
reasuransi dan hasil investasi
seluruhnya adalah keuntungan
perusahaan.
Profit yang diperoleh dari surplus underwriting,
komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan
seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi
dilakukan bagi hasil (mudhorobah) dengan
peserta.
16 Misi dan visi Secara garis besar misi utama dari
asuransi konvensional adalah misi
ekonomi dan misi social.
Misi yang diemban dalam asuransi syariah
adalah misi aqidah, misi ibadah (ta’awun), misi
ekonomi (iqtishodl), dan misi pemberdayaan
ummat (social)
12. No Persamaan No Perbedaan
1
Keduanya dalam
melakukan akad atas
dasar sukarela
1
Keberadaan dewan pengawas syariah pada
asuransi syariah harus ada, sedangkan pada
asuransi konvensional tidak harus ada
2
Keduanya memberikan
jaminan keamanan
kepada anggota
2
Akad pada asuransi syariah bersifat tafakuli
(tolong menolong ), sedangkan pada asuransi
konvensional bersifat tadabuli (jual beli),
sehingga harus memperoleh keuntungan
3
Keduanya berjalan
sesuai kesepakatan
3
Pada asuransi syariah , premi diinvestasikan
dengan sistem bagi hasil (mudarabah),
sedangkan pada Asuransi konvensional premi
menjadi milik perusahaan dengan sistem
bunga .
4
Keduanya memiliki
akad yang bersifat
mustamir (terus)
4
Keuntungan investasi dalam asuransi syariah
menjadi milik nasabah dan perusahaan ,
sedangkan pada asuransi konvensional
,keuntungan milik perusahaan seluruhnya
14. • Menurut Sayyid Sabiq, Abdullah Al-Qalqii (mufti Yordania),
Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil (mufti Mesir)
mengatakan bahwa segala jenis asuransi hukumnya haram,
karena;
1. Asuransi sama dengan judi
2. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti
3. Asuransi mengandung unsur riba
4. Asuransi mengandung unsur pemerasan
5. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam
praktek-praktek riba
6. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata
uang tidak tunai
7. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama
halnya dengan mendahului takdir Allah
15. • Menurut Abdul Wahab Khalaf, Musthofa Akhmad Zarqa (
guru besar hukum islam pada Fakultas Syari’ah Universitas
Syiria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar hukum islam
pada Universitas Cairo Mesir), dan Abdul Rakhman Isa (
pengarang kitab Al- MU’alamatul Hadisah Waahkamuha)
mengatakan bahwa asuransi konvensial hukumnya boleh,
karena :
1. Tidak ada nash (Al-Quran dan sunnah) yang melarang
asuransi.
2. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
3. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
4. Asuransi termasuk akad mudarabah (bagi hasil).
5. Asuransi termasuk koperasi (syirkah ta’awuniyah).
6. Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun
seperti taspen.
16. • Menurut Muhammad Abdu Zahrah (guru
besar hukum islam pada Universitas
Cairo) mengatakan bahwa asuransi sosial
yang bersifat komersial hukumnya haram.
Sedangkan asuransi yang bersifat sosial
hukumnya boleh / halal.
17. • Asuransi hukumnya syubhat, artinya
belum jelas antara haram dan halal karena
tidak ada dalil yg secara jelas
menghalalkan / mengharamkan. Di dalam
islam berlaku pedoman bahwa sesuatu yg
meragukan, sebaiknya ditinggalkan.