1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan sumber daya
alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa Indonesia terbanyak
penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya kemajuan bangsa salah satunya
ditentukan oleh kualitas manusia atau lebih spesifik keluarga. Tidak dapat kita pungkiri,
sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi
keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena
itu, sudah sewajarnya bila pemerintah bersama-sama dengan segenap komponen masyarakat
berkepentingan untuk membangun keluarga-keluarga di negara kita tercinta ini agar menjadi
keluarga yang sejahtera yang dalam konteks ini kita maknai sebagai keluarga yang sehat,
maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga yang tinggi. Terlebih Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia,
sekarang ini sangat berpihak pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan
misinya yang telah derbaharuhi, yakni ‖Seluruh Keluarga Ikut KB‖ dan ‖Mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera‖.
Dalam agama Islam, keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk keluarga
sakinah. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al Qur‘an, yang dipahami dari
ayat-ayat Surat Ar Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan keluarga adalah untuk mencapai
ketenteraman dan kebahagiaan dengan dasar kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling cinta
mencintai dan penuh kasih sayang, sehingga setiap anggota keluarga merasa dalam suasana
aman, tenteram, tenang dan damai, bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan
yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.
Mencermati penjelasan di atas antara keluarga sejahtera secara umum dengan kosnep
keluarga sakinah mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk itu dalam makalah ini penulis
akan mencoba mendeskripsikan KB dalam pandangan Agama.
2. Tujuan Penulisan
a.
Untuk mendeskripsikan konsep keluarga berencana secara umum.
b. Untuk mendeskripsikan keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur‘an dan Hadits.
2. c.
Untuk mendeskripsikan Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam.
d. Agar dapat mengetahui dampak yang di timbulkan kb dalam pandangan islam.
3. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana konsep keluarga berencana secara umum?
b. Bagaimana keluarga berencana dalam pandangan islam, Al-Qur‘an dan Hadits?
c.
Bagaimana Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam?
d. apa dampak yang di timbulkan kb dalam pandangan islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk
menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung
dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang
kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
2. Tujuan Keluarga Berencana
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
3. menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per
wanita. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan
dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan
kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk.
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan
menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila
dirasakan anak telah cukup.
c.
Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya
keluarga bahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang
harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi
ekonomi.
3. Macam-macam Alat Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya
ialah:
Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk
mencegah
terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu menghalangi
ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan
lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.
Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan
bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan suntik.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load terbuat
dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya
sperma untuk membuahi sel telur wanita.
Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluran
pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang
4. sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada
wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini
akan menjadi mandul selamanya.
Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu yang
dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional
seperti jamuan, urut dsb.
Dalam pembahasan ini, penulis hanya meninjau status hukumnya menurut Islam,
dengan mendasarkan kepada nash al-Quran dan hadis serta logika (dalil aqli).
Pelaksanaan KB dengan pertimbangan kemashlahatan, dibolehkan dalam Islam karena
pertimbangan (misalnya) ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Artinya, dibolehkan bagi
orang-orang yang tidak sanggup membiayai kehidupan anak, kesehatan dan pendidikannya
untuk menjadi akseptor KB. Bahkan menjadi dosa baginya, jikalau ia melahirkan anak yang
tidak terurusi masa depannya; yang akhirnya menjadi beban yang berat bagi masyarakat,
karena orang tuanya tidak menyanggupi biaya hidupnya, kesehatan dan pendidikannya. Hal
ini berdasarkan pada sebuah ayat al-Quran yang berbunyi:
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah bila seandainya mereka meninggalkan
anaka-anaknya yang dalam keadaan lemah; yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraan mereka), oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
mengucapkan perkataan yang benar.‖ (QS an-Nisâ‘, 4: 9)
Ayat ini menerangkan bahwa kelamahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik
dan kelemahan intelegensi anak sebagai akibat dari kekurangan makanan yang bergizi,
menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Maka disinilah peranan KB untuk membantu
orang-orang yang tidak dapat menyanggupi hal tersebut, agar tidak berdosa di kemudian hari
bila meninggalkan keturunannya. Dalam ayat lain disebutkan juga:
“Para ibu, hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh; yaitu bagi yang
berkeinginan untuk menyempurnakan penyusuannya…‖ (QS al-Baqarah, 2: 233)
5. Ayat ini menerangkan bahwa anak sebaiknya disusukan selama dua tahun penuh. Karena itu,
kepada ibunya disarankan untuk tidak hamil lagi sebelum bayinya ‗cukup umur‘, yang dalam
ayat di atas disebut dengan bilangan dua tahun. Atau dengan kata lain, penjarangan kelahiran
anak kurang lebih berjarak tiga tahun, supaya anak berpeluang lebih ‗sehat dan terhindar dari
penyakit, karena diasumsikan bahwa susu ibulah (ASI) yang paling baik untuk dionsumsi
oleh bayi, demi pertumbuhannya (bayinya), dibandingkan dengan mengonsumsi susu buatan.
Mengenai alat kontrasepsi ( )و سائ لم ن عال حملyang sering digunakan ber-KB, ada yang
dibolehkan dan ada pula yang diharamkan dalam Islam.
Selanjutnya, menurut pendapat para ulama, alat-alat kontrasepsi yang dibolehkan untuk
digunakan adalah :
1. Untuk wanita, seperti: a. IUD (ADR); b. Pil; c. Obat suntik; d. Susuk; e. Cara-cara
tradisional dan metode yang sederhana; misalnya minuman jamu dan metode kalender
(Metode Ogino Knans)
2. Untuk pria; seperti; a. Kondom; b. Coituis Interruptus (al-‟Azl)
Cara ini disepakati oleh ulama (Islam) bahwa boleh digunakan, berdasarkan dengan cara
yang telah diperaktikkan oleh para sahabat nabi s.a.w. semenjak beliau masih hidup,
sebagaimana keterangan sebuah hadis yang bersumber dari Jabir r.a., yang berbunyi:
---–
“Kami pernah melakukan „azal (coitus interruptus) di masa Rasulullah s.a.w., sedangkan alQuran (ketika itu) masih (selalu) turun. (H.R. Bukhari-Muslim dari Jabir). Dan pada hadis
lain: Kami pernah melakukan „azl (yang ketika itu) nabi mengetahuinya, tetapi ia tidak
pernah melarang kami. (H.R. Muslim, yang bersumber dari ‗Jabir juga)..
Sedangkan alat kontrasepsi yang dilarang dalam Islam; adalah:
1. Untuk wanita; seperti: a. Menstrual Regulation (MR atau pengguguran kandungan
yang masih muda); b. Abortus atau pengguguran kandungan yang sudah bernyawa; c.
Ligasi Tuba (mengingat saluran kantong ovum) dan tubektomi (mengangkat tempat
ovum). Kedua istilah ini disebut sterilisasi.
6. 2. Untuk pria; seperti vasektomi (mengikat atau memutuskan saluran sperma dari buah
zakar), dan cara ini juga disebut sterilisasi.
Adapun dasar diperkenankannya KB dalam Islam, menurut dalil aqli (pertimbangan rasional),
adalah karena pertimbangan kesejahteraan penduduk yang diidam-idamkan oleh bangsa dan
negara. Sebab kalau pemerintah tidak melaksanakannya maka keadaan rakyat di masa datang,
diprediksi akan menderita. Inilah yang dalam nalar fiqih Islam disebut dengan ‗Sadd alDzarî‟ah‘.
Oleh karena itu, pemerintah menempuh suatu cara untuk mengatasi ledakan penduduk yang
tidak seimbang dengan pertumbuhan perekonomian nasional dengan menyelenggarakan
program KB, untuk mencapai kemaslahatan seluruh rakyat. Upaya pemerintah tersebut,
sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang berbunyi:
“Kebijaksanaan imam (pemerintahan) terhadap rakyatnya bisa dihubungkan dengan
(tindakan) kemaslahatan.‖
Pertimbangan kemaslahatan umat (rakyat) dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk
menetapkan hukum Islam menurut mazdhab Maliki; di negara Indonesia yang tercinta ini,
pemerintah sebagai pelaksana amanat rakyat, berkewajiban untuk melaksanakan program
KB, sesuai dengan petunjuk GBHN. Maka program tersebut, menurut pertimbangan ulama,
hukumnya boleh dalam Islam, karena demi pertimbangan kemaslahatan umat (rakyat).
B.
Keluarga Berencana Dalam Pandangan Islam
Islam
Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunan yang sangat
banyak. Namun tentunya bukan asal banyak, tetapi berkualitas sehingga perlu dididik dengan
baik supaya dapat mengisi alam semesta ini dengan manusia yang shalih dan beriman.
Contoh metode pencegah kehamilan yang pernah dilakukan di zaman Rasulullah SAW
adalah azl yakni mengeluarkan air mani di luar vagina istri atau yang lazim disebut senggama
terputus, namun tidak dilarang oleh Rasul. Dari Jabir berkata: 'Kami melakukan azl di masa
Rasulullah SAW, dan Rasul mendengarnya tetapi tidak melarangnya (HR Muslim).
Sedangkan metode di zaman ini yang tentunya belum pernah dilakukan di zaman Rasulullah
SAW membutuhkan kajian yang mendalam dan melibatkan ahli medis dalam menentukan
kebolehan atau keharamannya.
7. Kita mengenal KB sebagai metode yang dipakai untuk mencegah kehamilan. Hal
tersebut yang paling sering diperdebatkan dalam Islam.
Hukum KB dalam Islam dilihat dari 2 pengertian
1. Tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran)
Jika program KB dimaksudkan untuk membatasi kelahiran, maka hukumnya haram.
Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran. Bahkan terdapat banyak hadits yang mendorong
umat Islam untuk memperbanyak anak. Misalnya, tidak bolehnya membunuh anak apalagi
karena takut miskin atau tidak mampu memberikan nafkah. Allah berfirman:
“Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kamilah yang
memberi rezeki kepaad mereka dan kepada kalian.” (Qs. Al-Isra‘: 31)
2. Tanzhim an-nasl (pengaturan kelahiran)
Jika program KB dimaksudkan untuk mencegah kelahiran dengan berbagai cara dan
sarana, maka hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya.
Berdasarkan keputusan yang telah ada sebagian ulama menyimpulkan bahwa pil-pil
untuk mencegah kehamilan tidak boleh dikonsumsi.
Karena Allah Subhanahu wa Ta‘ala mensyariatkan untuk hamba-Nya sebab-sebab untuk
mendapatkan keuturunan dan memperbanyak jumlah umat. Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa
sallam bersabda.
Artinya : ―Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku
berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat (dalam riwayat
yang lain: dengan para nabi di hari kiamat)‖
Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka beribadah kepada
Allah, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin -dengan ijin Allah-, dan Allah akan
menjaga mereka dan tipu daya musuh-musuh mereka.
Maka wajib untuk meninggalkan perkara ini (membatasi kelahiran), tidak membolehkannya
dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam keadaan darurat maka tidak mengapa,
seperti :
Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang lain, sehingga
berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa (menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan
ini.
Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri keberatan jika hamil lagi,
maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil tersebut dalam waktu tertentu, seperti setahun
8. atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia merasa ringan untuk kembali hamil,
sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau supaya
hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan
kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh‖.
Dari Ma‘qil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu „anhu dia berkata: Seorang lelaki pernah
datang (menemui) Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dan berkata: ―Sesungguhnya aku
mendapatkan seorang perempuan yang memiliki kecantikan dan (berasal dari) keturunan
yang terhormat, akan tetapi dia tidak bisa punya anak (mandul), apakah aku (boleh)
menikahinya? Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menjawab: “Tidak (boleh)”,
kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi) untuk kedua kalinya, maka Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam kembali melarangnya, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya
lagi) untuk ketiga kalinya, maka Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur (banyak anak), karena sesungguhnya aku
akan membanggakan (banyaknya jumlah kalian) dihadapan umat-umat lain (pada hari
kiamat nanti).” Bagi seorang perempuan yang masih gadis. kesuburan ini diketahui dengan
melihat keadaan keluarga (ibu dan saudara perempuan) atau kerabatnya.
Hadits ini menunjukkan dianjurkannya memperbanyak keturunan, yang ini termasuk
tujuan utama pernikahan, dan dianjurkannya menikahi perempuan yang subur untuk tujuan
tersebut.
C. Keluarga Berencana Dalam Pandangan Al-Qur‘an Hadits
1. Pandangan Al-Qur‘an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur‘an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan
dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 9
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah
9. surah / surat : Al-Qashash Ayat : 77
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.,
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu
dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan
anak, memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.
2. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi
orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.
D.
Hukum Keluarga Berencana Dalam Islam
1. Menurut al-Qur‘an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur‘an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau
memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada
kaidah hukum Islam
Tetapi dalam al-Qur‘an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti
program KB, yakni karena hal-hal berikut:
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.
b. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan
c.
Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak
dekat
2. Menurut Pandangan Ulama‘
a. Ulama‘ yang memperbolehkan
terlalu
10. Diantara ulama‘ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh
Syalthut, Ulama‘ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti
progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari
kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan
keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin
mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat alMu‘minun ayat: 12, 13, 14.
–––
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan nuftah dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. [Al Mu‘minun : 12 – 14]
b. Ulama‘ yang melarang
Selain ulama‘ yang memperbolehkan ada para ulama‘ yang melarang diantaranya ialah Prof.
Dr. Madkour, Abu A‘la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu
termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan
memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.
E. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam
1
Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara‘ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan
kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya.
Dari salah satu kasus yang telah dipaparkan diatas Banyak hal yang seyogyanya
membuat kita ragu tentang masalah KB ini. Untuk lebih mendalami Masalah ini berikut
uraian – uraian yang dapat disampaikan:
11. Alasan tidak diperbolehkannya KB
Hukum KB bisa haram jika menggunakan alat atau dengan cara yang tidak dibenarkan dalam
syariat islam.
Ada beberapa ulama yang menolak KB dengan alasan antara lain, yaitu:
a.
KB sama dengan pembunuhan bayi.
b. KB merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah) dan bertentangan dengan fitrah.
c.
KB mengindikasikan pada ketidakyakinan akan perintah dan ketentuan Tuhan.
d. KB berarti mengabaikan doa Nabi agar umat islam memperbanyak jumlahnya.
e.
KB akan membawa petaka konsekuensi-konsekuensi sosial.
f.
KB adalah suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-negara yang berkembang.
g. KB dilakukan karena niat yang tidak baik misalnya takut mengalami kesulitan ekonomi dan
susah mendidik anak.
Para ulama sepakat bahwa menggunakan metode KB yang bersifat permanen hukumnya
haram. Metode permanen adalah metode yang bersifat mantap, yang meliputi tindakan :
a. Vasektomi atau vas Ligation
b. Tubektomi atau Tubal Ligation (operasi ikat saluran telur)
c. Histerektomi (operasi pengangkatan rahim)
Ulama mengharamkan metode kontrasepsi permanent ini karena menilainya sebagai
bentuk pengebirian yang dilarang oleh Rasulullah saw. Sesuai dengan sabda Rasulullah :
Tidaklah termasuk golongan kami (umat islam) orang yang mengebiri orang lain atau
mengebiri dirinya sendiri. Disamping itu, tindakan sterilisasi juga dianggap sebagai
mengubah firth kejadian manusia yang dilarang dalam islam.
2)
Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara‘, yaitu dengan cara merubah
atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara
lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang
tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan.
Alasan diperbolehkannya KB
Menurut kelompok ulama yang membolehkan, dari segi nash, tidak ada nash yang
sharih secara eksplisit melarang ataupun memerintahkan ber-KB.
12. Mereka juga beralasan dari sudut pandang ekonomi dan kesehatan, antara lain, sebagai
berikut:
a.
Untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat antara dua kehamilan.
b. Jika salah satu atau kedua orang pasangan suami istri memiliki penyakit yang dapat menular.
c.
Untuk melindungi kesehatan ibu.
d. Jika keuangan suami istri tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak anak.
e.
Imam al-ghazali menambahkan satu lagi, yaitu menjaga kecantikan ibu.
Secara umum lembaga-lembaga fatwa di Indonesia menerima dan membolehkan KB.
Majelis Ulama Indonesia menjelaskan, bahwa ajaran islam membenarkan Keluarga
Berencana. Argumen yang membolehkannya adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan anak,
pendidikan anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas, dan sholeh. Majelis Tarjih
Muhamadiyah memandang KB sebagai jalan keluar dari keadaan mendesak, dibolehkan
sebagai hukum pengecualian, yakni:
a.
Untuk menjaga keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.
b.
Untuk menjaga keselamatan agama, orang tua yang dibebani kewajiban mencukupi
keperluan hidup keluarga dan anak-anaknya.
c.
Untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak.
Ulama-ulama NU termasuk memperbolehkan KB didasarkan pada prinsip kemaslahatan
keluarga (Mashalihul Usrah) bagi pengembangan kemaslahatan umum (al-mashalihul
‗Ammah). Sedangkan menurut ulama PERSIS, KB dalam pengertian pengaturan jarak
kelahiran hukumnya ibadah, dan tidak terlarang.
Bagi Negara, program KB dapat mengurangi beban negara. Contohnya sebelum tahun
1990 diprediksikan, tanpa program KB jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 akan
mencapai 285 juta jiwa. Namun dengan program KB, sensus pada tahun itu menunjukkan
jumlah penduduk hanya 205 juta jiwa. Artinya, ada penghematan energi, pangan, dan sumber
daya lain yang semestinya digunakan oleh 80 juta jiwa. Oleh karena itu program KB terus
digalakkan oleh pemerintah.
F. Dampak Yang Di Timbulkan Menggunakan Kb Dalam Islam
DAMPAK NEGATIF PROGRAM KB
1. Melemahkan semangat jihad
Para orang tua akan merasa berat melepas anaknya ke medan perang, karena jika anaknya
mati maka penerus keluarganya akan pupus (apalagi jika anaknya hanya 1). Para orang tua
juga membutuhkan anak untuk merawatnya di hari tua, jika anaknya pergi ke medan perang
13. siapa yang akan merawatnya. Para anak juga merasa berat pergi berjihad karena nanti tidak
ada yang merawat orang tuanya. Jika orang tuanya memiliki 10 anak maka tidak masalah jika
sebagian anaknya pergi berjihad.
2. Melemahkan militer umat islam
Sumber daya manusia yang penting bagi militer adalah para pemuda dalam jumlah banyak
sehingga mati satu tumbuh seribu. Jika jumlah pemuda sedikit maka segi militer juga lemah.
Jika jumlah pemuda islam banyak walaupun gugur sejuta di medan perang kita masih punya
puluhan juta pemuda yang siap mengganti posisi mereka di medan tempur.
3. Dan lain-lain
———————————Dari
Ibnu
Umar
diperintahkan
bahwa
zakat.
untuk
tiada
sebagian
Ilah
utusan
jika
terlindungi
ra,
mereka
kecuali
ia
berkata:
memerangi
yang
Allah,
berhak
karena
manusia
disembah
kemudian
melakukan
suatu
Rasulullah
hak
bersabda:
hingga
selain
menegakkan
semuanya
saw
maka
dalam
mereka
―Aku
bersaksi
Allah
dan
Muhammad
sholat,
dan
membayar
darah
Islam,
dan
harta
mereka
serta
hisab
mereka
disisi Allah‖. (Lihat: ash-Shahihah No. 409)
Jihad merupakan tulang punggung dan kubah Islam. Kedudukan orang-orang yang berjihad
amatlah tinggi di surga, begitu juga di dunia. Mereka mulia di dunia dan di akhirat.
Rasulullah adalah orang yang paling tinggi derajatnya dalam jihad. Beliau telah berjihad
dalam segala bentuk dan macamnya. Beliau berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya
jihad, baik dengan hati, dakwah, keterangan (ilmu), pedang dan senjata. Waktu beliau
banyak digunakan untuk berjihad dengan hati, lisan dan tangan beliau. Oleh karena itulah,
beliau amat harum namanya (di sisi manusia) dan paling mulia di sisi Allah.
Islam berkembang pesat melalui peperangan (jihad). Negara-negara yang dikuasai islam
lewat perang yaitu Iraq, Syiria, Iran, Afghan, Mesir, Afrika Utara, Spanyol, Konstantinopel,
Yunani, dan lain-lain. Ketika umat islam berhenti berjihad nampaknya hanya sedikit wilayah
baru yang dikuasai umat islam.
Wilayah-wilayah yang dahulu dikuasai negara islam tetapi sekarang dikuasai orang kafir
yaitu: Spanyol, Portugis, Yunani, Yugoslavia, Bulgaria, Rumania, Hongaria, sebagian India
(dulu New Delhi adalah wilayah islam), Filipina, Vietnam, Thailand selatan, sebagian Rusia
(rusia selatan), sebagian China (china barat), sebagian Italia (sicilia), dll.
―Apabila kalian telah berjual beli dengan cara inah, dan kalian telah mengambil ekor-ekor
sapi, ridha dengan persawahan, serta kalian meninggalkan jihad, Alloh akan menimpakan
14. kehinaan kepada kalian, tidak akan dicabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada agama
kalian‖ (Riwayat Abu Dawud dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat
Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, jilid I hal.42 No.11)
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat
dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi [Al–Qashash : 77]
―Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh‖ (QS. ashShaff (LXI) : 4)
surah / surat : Al-Qashash Ayat : 77
―Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.‖
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan
yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut
dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang
disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah
kehamilan (man‘u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri
olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh
orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat
ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang
halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat)
keluarga.
15. 2. SARAN
Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan syariat Islam maka
penulis berharap pemerintah tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan dan bimbingan
kepada masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena dengan menggunakan alat
kontrasepsi bukan berarti menolak takdir dari Allah SWT tetapi dalam rangka meningkatkan
ke Imanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.H. Aminudin Yakub,MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat Tu‘nas Fuaidah.
(2009). Mardiya
M. Ali Hasan, (1997), Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Abdurrahman Umran, Prof. (1997), Islam dan KB, Jakarta: PT Lentera Basritama.
Musthafa Kamal, Drs. (2002), Fiqih Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Masjfuk Zuhdi, Prof. Drs. H, (1997) Masail Fiqhiyah, Jakarta:PT Toko Gunung Agung.
Chuzamah, T. Yangro, Dr. H. dkk. (2002), Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta:
Pustaka Firdaus.