2. Keluaga berencana dalam
tinjauan islam
Disusun oleh :
Defita Andayani
Destu Ayu Hapsari
Lailatul Fajriyah Agustin
Tri Aditiya Putri
3. A. Definisi Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO)
expert committee 1997: keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga
4. Keluarga berencana menurut Undang-
Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana
adalah suatu usaha untuk menjarangkan
jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
5. Secara umum keluarga
berencana dapat diartikan
sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan
sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah serta keluarganya yang
bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai
akibat langsung dari kehamilan
tersebut..
6. B. Tujuan Keluarga berencana
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia, sejahtera yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengenalikan kelahiran, sekaligus
dalan rangka menjamin terkenalinya
pertumbuhan penduduk di Indonesia.
7. C. Dampak Keluarga Berencana
Dampak Positif
Laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan
untuk menghindari terjadinya peledakan penduduk
yang luar biasa
Dampak Negatif
- akibat tambahan hormon lewat kontrasepsi maka
kulit wajah menjadi berjerawat
- rambut rontok
- tulang menjadi keropos
- kelainan methabolisme lemak
- menstruasi yang tidak teratur
9. Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada
nas yang shoreh yang melarang atau memerintahkan
KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam. Tetapi dalam
al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang
diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena
hal-hal berikut:
• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan
ibu.
• Menghawatirkan keselamatan agama, akibat
kesempitan penghidupan.
• Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak
bila jarak kelahiran anak terlalu dekat.
10. Menurut pertimbangan (misalnya) ekonomi,
kesehatan dan pendidikan. Artinya, dibolehkan
bagi orang-orang yang tidak sanggup membiayai
kehidupan anak, kesehatan dan pendidikannya
untuk menjadi akseptor KB. Bahkan menjadi dosa
baginya, jikalau ia melahirkan anak yang tidak
terurusi masa depannya; yang akhirnya menjadi
beban yang berat bagi masyarakat, karena orang
tuanya tidak menyanggupi biaya hidupnya,
kesehatan dan pendidikannya.
11. Hal ini berdasarkan pada sebuah ayat al-Quran yang berbunyi:
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah bila
seandainya mereka meninggalkan anaka-anaknya yang dalam
keadaan lemah; yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraan mereka), oleh sebab itu hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang
benar.” (QS an-Nisâ’, 4: 9)
Ayat ini menerangkan bahwa kelamahan ekonomi, kurang
stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak
sebagai akibat dari kekurangan makanan yang bergizi, menjadi
tanggung jawab kedua orang tuanya. Maka disinilah peranan KB
untuk membantu orang-orang yang tidak dapat menyanggupi hal
tersebut, agar tidak berdosa di kemudian hari bila meninggalkan
keturunannya.
12. Alat Kontrasepsi yang di perbolehkan
• Untuk wanita, seperti:
1. IUD (ADR);
2. Pil;
3. Obat suntik;
4. Susuk;
5. Cara-cara tradisional dan metode yang sederhana; misalnya minuman jamu dan
metode kalender (Metode Ogino Knans)
• Untuk pria; seperti;
1. Kondom;
Sebagaimana keterangan sebuah hadis yang bersumber dari Jabir r.a., yang berbunyi:
“Kami pernah melakukan ‘azal (coitus interruptus) di masa Rasulullah s.a.w.,
sedangkan al-Quran (ketika itu) masih (selalu) turun. (H.R. Bukhari-Muslim dari
Jabir). Dan pada hadis lain: Kami pernah melakukan ‘azl (yang ketika itu) nabi
mengetahuinya, tetapi ia tidak pernah melarang kami. (H.R. Muslim, yang bersumber
dari ‘Jabir juga).
13. Jika program KB dimaksudkan untuk
membatasi kelahiran, maka hukumnya haram.
Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran.
Bahkan terdapat banyak hadits yang mendorong
umat Islam untuk memperbanyak anak.
Misalnya, tidak bolehnya membunuh anak
apalagi karena takut miskin atau tidak mampu
memberikan nafkah. Allah berfirman:
“Dan janganlah kalian membunuh anak-anak
kalian karena takut miskin. Kamilah yang
memberi rezeki kepaad mereka dan kepada
kalian.” (Qs. Al-Isra’: 31)
14. Alat kontrasepsi yang dilarang dalam Islam; adalah:
• Untuk wanita; seperti:
1. Menstrual Regulation (MR atau pengguguran
kandungan yang masih muda);
2. Abortus atau pengguguran kandungan yang
sudah bernyawa;
3. Ligasi Tuba (mengingat saluran kantong ovum)
dan tubektomi (mengangkat tempat ovum).
Kedua istilah ini disebut sterilisasi.
• Untuk pria; seperti vasektomi (mengikat atau
memutuskan saluran sperma dari buah zakar),
dan cara ini juga disebut sterilisasi.