3. Tujuan
Untuk menentukan apakah internet membuat
perbedaan yang signifikan terhadap lokal
kebijakan dan praktik tata pemerintahan di tempat-
tempat tersebut.
4. PENDEKATAN DIGITAL ETNOGRAFI
MULTIPLICITY
Peneliti mencoba
untuk melihat dari
segala sisi. Dengan
subjek penelitian
dari berbagai
sektor.
NON-DIGITAL
CENTRIC-NESS
Peneliti tidak hanya
melihat dari sisi
digitalnya saja,
melainkan juga dari
sisi di luar digital
yang diakibatkan
oleh adanya digital
ini.
“Digital initiatives
were used in an
attempt to solve a
range of political
issues such as
these.”
OPENNESS
Peneliti terbuka
terhadap segala
kemungkinan.
Terbukti dari
waktu penelitian
dan juga
pergantian
metode
penelitian.
7. PRACTICE
Penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran
digital saat ini bisa meleburkan batasan antar
tempat dan waktu, seperti yang dulu disebut
sebagai ‘lokalitas’.
Kini, pada prakteknya telah hadir konsep baru
‘glocality’ bagaimana masyarakat berkumpul,
berimigrasi ke dunia digital ini dan pengaruhnya
kepada dunia non-digital.
8. RELATIONSHIP
Co-presence yang dirasakan oleh orang-orang sekarang dengan
bantuan digital. Ditambah dari metode yang telah dilakukan
juga ternyata mengandung unsur co-presence.
Seperti yang disampaikan oleh postill
“Ironically, Postill felt closer to the local residents when he was
10,000 km away
from the tow nship than while physically 'being there '”
9. Apa pendapat kalian sebagai individu
dan kelompok terkait studi kasus dan
aplikasi teorinya?
Ini merupakan fenomena unik dengan
penyampaian metode yang unik pula. Karena hal ini
sudah kita rasakan sekali.
Bagaimana, antara kita dengan orang-orang yang
berjauhan itu seperti dekat karena berkumpul di
dunia maya. Dan banyaknya social movement yang
berbasis sosial media membuktikan bagaimana
kekuatan suara orang-orang ini di digital.
11. TUJUAN
untuk melihat secara
persona; bagaimana
hubungan yang terbentuk
antara orang-orang yang
berada dalam lingkungan
Sillicon Valley dengan
Teknologi
12. PENDEKATAN DIGITAL ETNOGRAFI
MULTIPLICITY
Peneliti
melakukan
riset dengan
berbagai
metode;
interview,
study diaries
NON-DIGITAL
CENTRIC-NESS
Peneliti tidak
hanya melihat
dari sisi
teknologi digital
Silicon Valley,
melainkan juga
interaksi
dengan
manusianya
OPENNESS
Peneliti
terbuka pada
kemungkinan
bahwa
teknologi
dapat
memberikan
simbol-
simbol
personal
dalam
kehidupan
manusia.
REFLECTIVIT
Y
Peneliti turut
memposisika
n dirinya
seperti
sebagai
subjek yang
diteliti
UN-ORTODOX
Penelitian ini unik
karena
memposisikan
teknologi ‘lebih’
dari sekedar objek
digital
13. PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCES
Phenomenology
Penelitian melihat adanya fenomena-fenomena unik seperti bagaimana
benda digital seperti Laptop atau Handphone dapat memiliki makna dan
simbol yang dalam bagi kehidupan seseorang; seperti simbol anak-anak
beranjak dewasa.
5 Senses
Touch, See, Hear
14. PRACTICE
Penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran
digital, dan hidup di lingkungan digital dapat
membentuk simbol-simbol personal dalam hidup
seseorang, bukan hanya sebagai objek semata.
15. KONSEP THINGS
APPROPRIATION
Benda digital
(laptop,
handphone)
belum berada
dalam lingkungan
anak-anak Silycon
Valley
OBJECTIFICATIO
N
Benda digital
(laptop,
handphone) sudah
diberikan kepada
anak-anak
INCORPORATION
Anak-anak di
lingkungan
Silycon Valley
sudah memahami
definisi & fungsi
benda digital
(laptop,
handphone)
CONVERSION
Benda digital
(laptop,
handphone)
memiliki makna
simbolik yang
personal dalam
kehidupan anak-
anak Silycon
Valley
17. Social World
Benda digital sudah menjadi bagian dari “everyday life” atau
kehidupan sehari-hari dari anak-anak Silycon Valley.
18. Locality
Anak-anak yang hidup dalam lingkungan Silycon Valley tumbuh
dengan nilai-nilai, ketertarikan, dan interaksi yang dalam terhadap
teknologi.
19. Apa pendapat kalian sebagai
individu dan kelompok terkait studi
kasus dan aplikasi teorinya?
Ini merupakan sebuah topik yang menarik karena dapat melihat
bahwa benda digital dapat memiliki kehadiran dan makna
simbolik yang berarti dalam kehidupan manusia.
21. TUJUAN
Untuk melihat perkembangan Slow City dalam kaitannya dengan kualitas
material dan sensori dan penawaran lokalitas fisik
Untuk melihat produksi sosialitas sehari-hari dan aktivisnya, unsur-unsur
sensoris dan pengalamannya dan cara-cara di mana ini membantu
pengalihan framework secara global
Untuk melihat bagaimana Slow City berpartisipasi dalam menghasilkan
bentuk-bentuk baru ketahanan berbasis lokalitas
22. PENDEKATAN DIGITAL ETNOGRAFI
MULTIPLICITY
Peneliti melakukan
riset dengan
berbagai metode;
interview,
berpartisipasi
langsung di
acara,arsip dan
dokumentasi serta
wawancara
langsung.
NON-DIGITAL
CENTRIC-NESS
Peneliti tidak hanya
melihat dari sisi
digitalnya saja,
melainkan juga dari
sisi di luar digital
yang diakibatkan
oleh adanya digital
ini.
OPENNESS
Peneliti terbuka
pada
kemungkinan
bahwa dunia
digital dan fisik
tidak dapat
dipisahkan
ketika kita
berusaha untuk
memahami
makna dari
lokalitas.
24. PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCES
Phenomenology
Penelitian melihat adanya perbedaan dari gerakan yang didorong
oleh teknologi digital. Dimana meski sama-sama menggunakan
teknologi, masih banyak faktor analog yang terlibat dalam
prosesnya
Sensory
Peneliti dapat melihat video, foto, serta menyaksikan pawai
maupun kegiatan penduduk Slow Cities. Peneliti juga
mendengarkan cerita dan pengalaman para penduduk Slow
Cities dalam kegiatan mereka
25. PRACTICE
Gerakan Slow City dapat berkembang karena adanya praktik
penggunaan teknologi digital serta analog oleh penduduknya.
Penggunaan teknologi digital pada hakekatnya sudah tidak
dapat dipisahkan dengan kegiatan sehari-hari masyarakat
disana. Practice disini terjadi melalui bagaimana praktik
penggunaan teknologi digital dan analog saling memengaruhi
satu sama lain dan tak terpisahkan.
26. THINGS
Dalam penelitian ini, fotografi dan materi pameran
dipersonalisasi oleh masing-masing partisipan dengan
penduduk yang beragam.
Selain untuk dipamerkan, juga bisa untuk menjadi
penyimpan kenangan di masa depan.
27. RELATIONSHIP
Peneliti menjalin hubungan (connection) dengan masyarakat
disana. Mereka juga merasakan sensasi co-presence; sensasi
mengalami sebuah pengalaman, sampai dapat mengidentifikasi
pihak yang terlibat dalam pengalaman yang sudah lampau
tersebut.
28. SOCIAL WORLD
Terdapat banyak komunitas dalam penduduk Slow Cities yang
ditemukan di penelitian ini, seperti komunitas Dandegos Range
di Australia. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa elemen
online dan offline berperan bergantian dalam pembangunan
komunitas bagi anggotanya. Baik untuk bertukar informasi,
mempererat relasi, dsb.
29. LOCALITIES
Meski mempunyai basis di berbagai negara, gerakan Slow Cities
mengkontekstualisasikan gerakannya dengan setiap daerah
dan lingkungan tempat mereka bernaung. Mereka
menyesuaikan gerakannya dengan keadaan disana.
30. Apa pendapat kalian sebagai individu
dan kelompok terkait studi kasus dan
aplikasi teorinya?
Penelitian ini sangat menarik karena bisa melihat
bagaimana satu gerakan sebetulnya sama tetapi
bisa terkontekstualisasi berbeda di lingkungan atau
budaya lokalitasnya berbeda.