2. “PERTANYAAN
1. Apa tujuan dari riset tersebut?
2. Apa pendekatan yg dilakukan sesuai dengan bab
yang dibahas dan bab sebelumnya?
3. Apa pendapat kalian dan pendapat secara
kelompok?
2
4. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
apakah internet membuat perbedaan yang
signifikan terhadap kebijakan di Subang Jaya,
Malaysia.
Multiplicity : Menggunakan beberapa metode untuk pengumpulan
data
Non-digital centricness : Penelitian tidak hanya berfokus kepada
teknologi tetapi juga melihat kehidupan sehari-hari masyarakat
Reflexivity : Penelitian ini merefleksikan kehidupan sehari-hari
dari masyarakat Subang Jaya
Openess : Peneliti memanfaatkan teknologi sesuai dengan
TUJUAN PENELITIAN
4
PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI
DIGITAL
5. PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCE
Sight : Peneliti dapat melihat responden dengan
berinteraksi secara tatap muka dan melalui videocall
Skype
Touch : Responden menyentuh gawai untuk
berinteraksi jarak jauh dengan peneliti
Hear : Peneliti dapat mendengar suara responden
melalui obrolan di telepon
5
6. PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknologi
yang ada untuk berinteraksi dengan subjek. Yang
unik dari penelitian ini adalah bahwa peneliti merasa
lebih dekat dengan subjek ketika peneliti berada jauh
dari subjek secara geografis dan mengandalkan
teknologi untuk berinteraksi dibandingkan dengan
peneliti berinteraksi langsung dengan subjek.
6
7. PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’
Dalam kasus ini peneliti dan subjek menggunakan
mobile device mereka untuk berinteraksi. Dapat
dilihat bahwa dalam penelitian ini mobile device
merupakan ‘things’ yang digunakan baik oleh
peneliti maupun oleh subjek
7
8. PENDEKATAN ‘RELATIONSHIP’
Penelitian ini membantah cara pandang bahwa
sebuah hubungan dapat terjalin dengan baik karena
adanya kehadiran fisik. Peneliti membuktikan bahwa
hubungannya dengan responden lebih dekat ketika
mereka berinteraksi melalui media/teknologi
dibandingkan mereka bertatap muka. Hal ini
mengindikasikan bahwa kehadiran fisik tidak lagi
menjadi persoalan dalam berinteraksi.
8
9. PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’
Melihat bagaimana interaksi peneliti dengan
subjek melalui teknologi berjalan dengan baik
walaupun mereka berjarak sejauh 10.000km,
maka dalam pendekatan ‘social world’ fenomena
ini disebut sebagai sosialitas.
9
10. PENDEKATAN TEORI “LOCALITY”
Seiring dengan masuknya teknologi di masyarakat
Subang Jaya, maka dalam mengaspirasikan suaranya
kepada pemerintah masyarakat Subang Jaya
menggunakan platform teknologi digital yang
kemudian digunakan sebagai lokalitas untuk
membangun kota Subang Jaya
10
11. Menurut Pendapat Saya...
Dalam penelitian ini peneliti melihat fokus
yang sedikit berbeda dari penelitian
sebelumnya yaitu mengenai lokalitas yang
terjadi setelah munculnya teknologi di
masyarakat Subang Jaya, Malaysia.
Penelliti juga meneliti bagaimana
hubungan antara pemerintah kota dengan
masyarakat setempat menjadi lebih
mudah dengan adanya teknologi.
11
13. TUJUAN PENELITIAN
13
PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI
DIGITAL
a. Multiplicity: menggunakan banyak metode (interview, diary
studies)
b. Non-digital-centricness: berfokus bukan hanya pada teknologi di
Silicon Valley,namun perilaku orang-orang yang hidup di
lingkungan industri teknologi tersebut.
c. Reflexivity: cerminan kehidupan sehari-hari manusia → pola
aktivitas keseharian penduduk Silicon Valley
d. Unorthodox: penelitian ini melihat teknologi sebagai sesuatu yang
normal & normatif.
Untuk meneliti bagaimana ekonomi moral dari inovasi
teknologi dan kapitalisme korporat yang menopang
produksinya mendominasi keseharian hidup di Silicon Valley.
14. PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCE
a. Phenomenological
Bagaimana Yahoo!, Google, dan perusahaan teknologi lainnya di SV
membentuk landasan politik dan ekonomi warganya, juga
bagaimana akhirnya mereka bisa benar-benar sadar akan
pemanfaatan teknologi untuk perkembangan diri dan kemajuan
hidupnya.
a. Five Senses
- Sight: Penglihatan digunakan peneliti dan subjek penelitian.
- Hear: Peneliti menggunakan indra pendengarannya untuk
menghimpun data melalui interview.
- Touch: Subjek penelitian berinteraksi dengan teknologi dengan
“menyentuhnya”.
14
15. PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’
Oleh karena teknologi yang ada dalam kehidupan warga Silicon
Valley sudah menjadi komoditas, maka perilaku seperti “tradisi”
memberi hadiah berupa komputer pada anggota keluarga yang
berulangtahun ke-12 menjadi salah satu contoh praktik yang
ditimbulkan oleh subjek penelitian akibat teknologi yang ada.
Etos kerja yang dimiliki warga yang bekerja di salah satu
perusahaan di SV juga membentuk praktik yang mereka
terapkan akibat dampak perkembangan teknologi yang ada di
wilayah tersebut, yang juga terpengaruh oleh dominasi pola
hidup berteknologi.
15
16. PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’
16
Melissa yang menggunakan teknologi dengan
mempersonalisasi komputer keluarganya untuk keperluan
pribadinya sebagai bagian dari cara dia mengembangkan diri
sejak kecil (menggambar di microsoft paint, membuat e-
mail pribadi)
Atau dalam kasus Iraina yang menganggap teknologi adalah
suatu benda yang merupakan “simbol tradisi” di keluarganya.
a. Appropriation: Komputer baru dibeli oleh orangtua Melissa.
b. Objectification: Dibawa ke rumah, dan diperkenalkan ke Melissa.
c. Incorporation: Melissa menggunakannya sebagai media
berkreasi (Microsoft Paint), juga mengirim surel
d. Conversion: Melissa membuat e-mail sendiri, yang membuat ia
dapat berkomunikasi dengan orang diluar keluarganya
17. PENDEKATAN TEORI
‘RELATIONSHIP
#1: management of communication and connection
through different platforms.
Pola hubungan yang baru timbul dari kebiasaan yang
dikaitkan dengan teknologi. Dalam keluarga Iraina, tradisi
memberikan hadiah berupa komputer di ulang tahun ke 12
menjadi sebuah pola komunikasi yang terspesialisasi dalam
rangka membina hubungan keluarganya.
17
18. PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’
18
Warga Silicon Valley terikatkan oleh teknologi, sehingga
mengakibatkan terbentuknya “komunitas” yaitu
sekelompok orang yang berbagi interaksi dan ikatan
sosial, serta bentuk interaksi umum dan lokasi. Sosialitas
yang merupakan kualitas dari hubungan sosial yang
terjadi dalam suatu komunitas di studi kasus ini juga
terlihat dari bagaimana warga Silicon Valley membentuk
hubungan satu sama lain dengan berkaitan erat pada
teknologi.
19. PENDEKATAN TEORI “LOCALITY”
19
#2: Networked Individualism
Dikatakan bahwa Lokalitas dapat dibentuk
melalui teknologi itu sendiri dan online-
offline adalah bagian dari proses yang
sama di mana lokalitas dihasilkan, dialami,
dan didefinisikan. Warga SV beserta
industri teknologi yang ada di sana sudah
membentuk komunitas, online (teknologi)
maupun offline (lingkungan hidup SV).
bukan lagi streets & alleys namun juga
bits & bytes. Warga-warga SV sebagai
satu individu membentuk jaringan menjadi
suatu komunitas, offline maupun online.
Penelitian ini melihat lokalitas dari sisi proximity, dimana “komunitas lokal”
yang ditunjukkan dari pola hidup serba teknologi terbentuk dari budaya yang
juga terbentuk dari lingkungan fisik serba teknologi seperti Silicon Valley.
Lokalitas yang ada juga membuat timbulnya glokalitas dengan ekspansi
“Silicon Places” ke negara-negara lain.
#1: Local Community
Komunitas Lokal yang terbentuk di SV
karena kesamaan pola hidupnya menjadi
landasan bagi pengembangan warga
yang hidup disana.
Landasan ekonomi & politik yang dibawa
sebagai “political agenda” oleh
perusahaan di sekitar SV dapat menyetir
pola pikir warganya sehingga diperlukan
kontrol dari warga agar tidak
“dipermainkan” oleh agen kapitalisme di
SV.
21. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari mengenai
gerakan slow city yang terjadi di UK, Spanyol, Australia sebagai salah
satu bentuk lokalitas dan praktiknya
TUJUAN PENELITIAN
21
PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI DIGITAL
a. Multiplicity: menggunakan banyak metode (interview dengan pemimpin
kota, partisipasi langsung dalam event, dan video recording)
b. Non-digital-centricness: Penelitian ini tidak hanya meneliti aspek digital
dalam gerakan Slow city, tapi juga perilaku orang-orang didalamnya
c. Reflexivity: meneliti pola kegiatan sehari-hari manusia
d. Openness: Penelitian telah berlangsung sejak tahun 2005 dan meneliti
pertumbuhan gerakan Slow City sehingga terbuka pada hasil penelitian
yang baru
e. Unorthodox: Penelitian ini membuat Peneliti melakukan hal tidak biasa,
yaitu menggunakan fotografi, digital media, dan kertas dalam karnaval
Slow City, terlibat di Museum Digital Martime Heritage, dan kampanye
lokalitas di daerah yang mempraktikkan gerakan Slow City.
22. PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCE
a. Sight: Peneliti turun langsung dan mengamati
jalannya Alysham Carnival dan perilaku orang-
orang didalamnya serta melakukan video-
recording
b. Hear: Peneliti melakukan interviews untuk
mendapatkan gambaran mengenai gerakan Slow
City dari pemimpin kota dan partisipan di
Karnaval Aylsham dan event lainnya
22
23. PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’
Sisi praktis dari penelitian ini dapat dilihat dari
bagaimana peneliti turun langsung ke lapangan
untuk mendapatkan cerita mengenai fotografi dan
maknanya bagi para partisipan. Selain itu, dapat
juga dilihat dari bagaimana adanya event dan
carnival gerakan Slow City ini membuat orang-
orang kembali terkoneksi dengan lokalitas melalui
fotografi.
23
24. PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’
Dalam penelitian ini, adanya gerakan Slow City menjadi
salah satu sarana untuk penduduk dalam merefleksikan
lokalitas di kotanya melalui acara karnival yang diadakan.
a. Appropriation: Gerakan Slow City belum terekspansi ke
negara lain
b. Objectification: Gerakan Slow City menyebar dan menjadi
bagian dari negara tersebut
c. Incorporation: Adanya gerakan Slow City dan acara yang
diadakannya menjadi sarana lokalitas
d. Conversion: Gerakan Slow City mempererat hubungan
dengan pihak luar
24
25. PENDEKATAN ‘RELATIONSHIP’
Dalam penelitian ini, adanya gerakan Slow City di
Dandenong Ranges membuat sekelompok orang
tergabung dalam kelompok untuk berkampanye
menentang Mcdonalds, namun tidak dijelaskan
bagaimana mereka membina hubungan lebih lanjut
atau efek dari hubungan tersebut.
25
26. PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’
Gerakan Slow City menyebabkan terbentuknya
komunitas yaitu sekelompok orang yang memiliki tujuan
sama yaitu untuk menentang Mcdonald sebagai bentuk
glokalisasi yang dianggap tidak baik untuk lingkungan,
selain itu juga menjadi satu sarana untuk orang lokal
berkumpul secara langsung dan merefleksikan lokalitas
melalui digital archive berupa fotografi.
26
27. PENDEKATAN TEORI “LOCALITY”
Adanya gerakan Slow City ini bermula di Itali dan pada akhrinya menyebar
ke 187 kota di 28 negara di seluruh dunia.
Penelitian ini melihat bagaimana fotografi digital dan elemen material dari
produksi dan penyebarannya dilibatkan menjadi komponen dalam
membuat suatu kota menjadi sebuah lokalitas. Selain itu, penelitian ini juga
melihat bagaimana aspek digital dan material-fisik tidak dapat dipisahkan
dalam sebuah lokalitas, dan adanya aspek material berupa foto, print outs,
gambar dan naratif bersejarah membuat konsep lokal menjadi sesuatu
yang ‘dibuat.
Dalam penelitian ini, gerakan Slow City salah satunya menjadi bentuk
resistensi terhadap adanya glokalitas, yaitu Mcdonald yang dinilai tidak
berdampak baik bagi lingkungan.
27