SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
DIGITAL
ETNOGRAFI BAB 7
Disianika Intan Kinanti - 1606824130
Maulia Ditriya Yulistiana - 1606873473
Ruth Audrey - 1606916554
“PERTANYAAN
1. Apa tujuan dari riset tersebut?
2. Apa pendekatan yg dilakukan sesuai dengan bab
yang dibahas dan bab sebelumnya?
3. Apa pendapat kalian dan pendapat secara kelompok?
2
1.
Researching localities in
Malaysia through
diachronic ethnography
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
apakah internet membuat perbedaan yang signifikan
terhadap kebijakan di Subang Jaya, Malaysia.
Multiplicity : Menggunakan beberapa metode untuk pengumpulan
data
Non-digital centricness : Penelitian tidak hanya berfokus kepada
teknologi tetapi juga melihat kehidupan sehari-hari masyarakat
Reflexivity : Penelitian ini merefleksikan kehidupan sehari-hari dari
masyarakat Subang Jaya
Openess : Peneliti memanfaatkan teknologi sesuai dengan konteks
TUJUAN PENELITIAN
4
PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI
DIGITAL
PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCE
Sight : Peneliti dapat melihat responden dengan
berinteraksi secara tatap muka dan melalui videocall
Skype
Touch : Responden menyentuh gawai untuk
berinteraksi jarak jauh dengan peneliti
Hear : Peneliti dapat mendengar suara responden
melalui obrolan di telepon
5
PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknologi
yang ada untuk berinteraksi dengan subjek. Yang unik
dari penelitian ini adalah bahwa peneliti merasa lebih
dekat dengan subjek ketika peneliti berada jauh dari
subjek secara geografis dan mengandalkan teknologi
untuk berinteraksi dibandingkan dengan peneliti
berinteraksi langsung dengan subjek.
6
PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’
Dalam kasus ini peneliti dan subjek menggunakan
mobile device mereka untuk berinteraksi. Dapat
dilihat bahwa dalam penelitian ini mobile device
merupakan ‘things’ yang digunakan baik oleh peneliti
maupun oleh subjek
7
PENDEKATAN ‘RELATIONSHIP’
Penelitian ini membantah cara pandang bahwa sebuah
hubungan dapat terjalin dengan baik karena adanya
kehadiran fisik. Peneliti membuktikan bahwa
hubungannya dengan responden lebih dekat ketika
mereka berinteraksi melalui media/teknologi
dibandingkan mereka bertatap muka. Hal ini
mengindikasikan bahwa kehadiran fisik tidak lagi
menjadi persoalan dalam berinteraksi.
8
PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’
Melihat bagaimana interaksi peneliti dengan
subjek melalui teknologi berjalan dengan baik
walaupun mereka berjarak sejauh 10.000km,
maka dalam pendekatan ‘social world’ fenomena
ini disebut sebagai sosialitas.
9
PENDEKATAN TEORI “LOCALITY”
Seiring dengan masuknya teknologi di masyarakat
Subang Jaya, maka dalam mengaspirasikan suaranya
kepada pemerintah masyarakat Subang Jaya
menggunakan platform teknologi digital yang kemudian
digunakan sebagai lokalitas untuk membangun kota
Subang Jaya
10
Pendapat
Dalam penelitian ini peneliti melihat fokus
yang sedikit berbeda dari penelitian
sebelumnya yaitu mengenai lokalitas yang
terjadi setelah munculnya teknologi di
masyarakat Subang Jaya, Malaysia.
Penelliti juga meneliti bagaimana hubungan
antara pemerintah kota dengan masyarakat
setempat menjadi lebih mudah dengan
adanya teknologi.
11
2.
Researching the
production of Silicon
Valley through gift
exchange
TUJUAN PENELITIAN
13
PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI
DIGITAL
a. Multiplicity: menggunakan banyak metode (interview, diary studies)
b. Non-digital-centricness: berfokus bukan hanya pada teknologi di
Silicon Valley,namun perilaku orang-orang yang hidup di
lingkungan industri teknologi tersebut.
c. Reflexivity: cerminan kehidupan sehari-hari manusia → pola aktivitas
keseharian penduduk Silicon Valley
d. Unorthodox: penelitian ini melihat teknologi sebagai sesuatu yang
normal & normatif.
Untuk meneliti bagaimana ekonomi moral dari inovasi teknologi
dan kapitalisme korporat yang menopang produksinya
mendominasi keseharian hidup di Silicon Valley.
PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCE
a. Phenomenological
Bagaimana Yahoo!, Google, dan perusahaan teknologi lainnya di SV
membentuk landasan politik dan ekonomi warganya, juga
bagaimana akhirnya mereka bisa benar-benar sadar akan
pemanfaatan teknologi untuk perkembangan diri dan kemajuan
hidupnya.
a. Five Senses
- Sight: Penglihatan digunakan peneliti dan subjek penelitian.
- Hear: Peneliti menggunakan indra pendengarannya untuk
menghimpun data melalui interview.
- Touch: Subjek penelitian berinteraksi dengan teknologi dengan
“menyentuhnya”.
14
PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’
Oleh karena teknologi yang ada dalam kehidupan warga Silicon
Valley sudah menjadi komoditas, maka perilaku seperti “tradisi”
memberi hadiah berupa komputer pada anggota keluarga yang
berulangtahun ke-12 menjadi salah satu contoh praktik yang
ditimbulkan oleh subjek penelitian akibat teknologi yang ada.
Etos kerja yang dimiliki warga yang bekerja di salah satu
perusahaan di SV juga membentuk praktik yang mereka terapkan
akibat dampak perkembangan teknologi yang ada di wilayah
tersebut, yang juga terpengaruh oleh dominasi pola hidup
berteknologi.
15
PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’
16
Melissa yang menggunakan teknologi dengan mempersonalisasi
komputer keluarganya untuk keperluan pribadinya sebagai bagian
dari cara dia mengembangkan diri sejak kecil (menggambar di
microsoft paint, membuat e-mail pribadi)
Atau dalam kasus Iraina yang menganggap teknologi adalah
suatu benda yang merupakan “simbol tradisi” di keluarganya.
a. Appropriation: Komputer baru dibeli oleh orangtua Melissa.
b. Objectification: Dibawa ke rumah, dan diperkenalkan ke Melissa.
c. Incorporation: Melissa menggunakannya sebagai media berkreasi
(Microsoft Paint), juga mengirim surel
d. Conversion: Melissa membuat e-mail sendiri, yang membuat ia
dapat berkomunikasi dengan orang diluar keluarganya
PENDEKATAN TEORI
‘RELATIONSHIP
#1: management of communication and connection
through different platforms.
Pola hubungan yang baru timbul dari kebiasaan yang dikaitkan
dengan teknologi. Dalam keluarga Iraina, tradisi memberikan
hadiah berupa komputer di ulang tahun ke 12 menjadi sebuah
pola komunikasi yang terspesialisasi dalam rangka membina
hubungan keluarganya.
17
PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’
18
Warga Silicon Valley terikatkan oleh teknologi, sehingga
mengakibatkan terbentuknya “komunitas” yaitu sekelompok
orang yang berbagi interaksi dan ikatan sosial, serta bentuk
interaksi umum dan lokasi. Sosialitas yang merupakan
kualitas dari hubungan sosial yang terjadi dalam suatu
komunitas di studi kasus ini juga terlihat dari bagaimana
warga Silicon Valley membentuk hubungan satu sama lain
dengan berkaitan erat pada teknologi.
PENDEKATAN TEORI “LOCALITY”
19
#2: Networked Individualism
Dikatakan bahwa Lokalitas dapat dibentuk
melalui teknologi itu sendiri dan online-offline
adalah bagian dari proses yang sama di
mana lokalitas dihasilkan, dialami, dan
didefinisikan. Warga SV beserta industri
teknologi yang ada di sana sudah
membentuk komunitas, online (teknologi)
maupun offline (lingkungan hidup SV).
bukan lagi streets & alleys namun juga
bits & bytes. Warga-warga SV sebagai satu
individu membentuk jaringan menjadi suatu
komunitas, offline maupun online.
Penelitian ini melihat lokalitas dari sisi proximity, dimana “komunitas lokal” yang
ditunjukkan dari pola hidup serba teknologi terbentuk dari budaya yang juga
terbentuk dari lingkungan fisik serba teknologi seperti Silicon Valley. Lokalitas
yang ada juga membuat timbulnya glokalitas dengan ekspansi “Silicon
Places” ke negara-negara lain.
#1: Local Community
Komunitas Lokal yang terbentuk di SV
karena kesamaan pola hidupnya menjadi
landasan bagi pengembangan warga yang
hidup disana.
Landasan ekonomi & politik yang dibawa
sebagai “political agenda” oleh
perusahaan di sekitar SV dapat menyetir
pola pikir warganya sehingga diperlukan
kontrol dari warga agar tidak
“dipermainkan” oleh agen kapitalisme di
SV.
Pendapat
Dengan berkembangnya teknologi, “pemukiman modern”
seperti Silicon Valley sangat dapat memajukan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Namun kita sebagai masyarakat
yang dikontrol oleh pemerintahan, kaum kapitalis, dan
penguasa harus bisa pintar mengolah pola pikir agar tidak
dengan mudah “disetir” ataupun “dibodohi” mereka.
20
3.
Researching Slow Cities
as digital-material
localities
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari mengenai gerakan
slow city yang terjadi di UK, Spanyol, Australia sebagai salah satu bentuk
lokalitas dan praktiknya
TUJUAN PENELITIAN
22
PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI DIGITAL
a. Multiplicity: menggunakan banyak metode (interview dengan pemimpin
kota, partisipasi langsung dalam event, dan video recording)
b. Non-digital-centricness: Penelitian ini tidak hanya meneliti aspek digital dalam
gerakan Slow city, tapi juga perilaku orang-orang didalamnya
c. Reflexivity: meneliti pola kegiatan sehari-hari manusia
d. Openness: Penelitian telah berlangsung sejak tahun 2005 dan meneliti
pertumbuhan gerakan Slow City sehingga terbuka pada hasil penelitian yang
baru
e. Unorthodox: Penelitian ini membuat Peneliti melakukan hal tidak biasa, yaitu
menggunakan fotografi, digital media, dan kertas dalam karnaval Slow City,
terlibat di Museum Digital Martime Heritage, dan kampanye lokalitas di
daerah yang mempraktikkan gerakan Slow City.
PENDEKATAN SENSORY
EXPERIENCE
a. Sight: Peneliti turun langsung dan mengamati
jalannya Alysham Carnival dan perilaku orang-
orang didalamnya serta melakukan video-
recording
b. Hear: Peneliti melakukan interviews untuk
mendapatkan gambaran mengenai gerakan Slow
City dari pemimpin kota dan partisipan di Karnaval
Aylsham dan event lainnya
23
PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’
Sisi praktis dari penelitian ini dapat dilihat dari
bagaimana peneliti turun langsung ke lapangan
untuk mendapatkan cerita mengenai fotografi dan
maknanya bagi para partisipan. Selain itu, dapat
juga dilihat dari bagaimana adanya event dan
carnival gerakan Slow City ini membuat orang-orang
kembali terkoneksi dengan lokalitas melalui fotografi.
24
PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’
Dalam penelitian ini, adanya gerakan Slow City menjadi
salah satu sarana untuk penduduk dalam merefleksikan
lokalitas di kotanya melalui acara karnival yang diadakan.
a. Appropriation: Gerakan Slow City belum terekspansi ke
negara lain
b. Objectification: Gerakan Slow City menyebar dan menjadi
bagian dari negara tersebut
c. Incorporation: Adanya gerakan Slow City dan acara yang
diadakannya menjadi sarana lokalitas
d. Conversion: Gerakan Slow City mempererat hubungan
dengan pihak luar
25
PENDEKATAN ‘RELATIONSHIP’
Dalam penelitian ini, adanya gerakan Slow City di
Dandenong Ranges membuat sekelompok orang
tergabung dalam kelompok untuk berkampanye
menentang Mcdonalds, namun tidak dijelaskan
bagaimana mereka membina hubungan lebih lanjut
atau efek dari hubungan tersebut.
26
PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’
Gerakan Slow City menyebabkan terbentuknya
komunitas yaitu sekelompok orang yang memiliki tujuan
sama yaitu untuk menentang Mcdonald sebagai bentuk
glokalisasi yang dianggap tidak baik untuk lingkungan,
selain itu juga menjadi satu sarana untuk orang lokal
berkumpul secara langsung dan merefleksikan lokalitas
melalui digital archive berupa fotografi.
27
PENDEKATAN TEORI “LOCALITY”
Adanya gerakan Slow City ini bermula di Itali dan pada akhrinya menyebar ke
187 kota di 28 negara di seluruh dunia.
Penelitian ini melihat bagaimana fotografi digital dan elemen material dari
produksi dan penyebarannya dilibatkan menjadi komponen dalam membuat
suatu kota menjadi sebuah lokalitas. Selain itu, penelitian ini juga melihat
bagaimana aspek digital dan material-fisik tidak dapat dipisahkan dalam
sebuah lokalitas, dan adanya aspek material berupa foto, print outs, gambar
dan naratif bersejarah membuat konsep lokal menjadi sesuatu yang ‘dibuat.
Dalam penelitian ini, gerakan Slow City salah satunya menjadi bentuk
resistensi terhadap adanya glokalitas, yaitu Mcdonald yang dinilai tidak
berdampak baik bagi lingkungan.
28
Pendapat
Dalam penelitian ini, pola pikir masyarakat untuk tidak
mudah di “giring” oleh kapitalisme sangat diperlihatkan dari
gerakan Slow City yang sangat menentang McDonalds. Hal
ini sangat meng-highlight aspek penting dari konsep
lokalitas yang mengatakan bahwa masyarakat harus
dengan pintar memilah terpaan politik/ekonomi dari
penguasa agar tetap dapat “stand up for ourselves”
29
30
Thanks!

More Related Content

What's hot

What's hot (19)

Etnografi digital bab 5
Etnografi digital bab 5Etnografi digital bab 5
Etnografi digital bab 5
 
Etnografi digital bab 5
Etnografi digital bab 5Etnografi digital bab 5
Etnografi digital bab 5
 
Digital Ethnography Pink Bab 5
Digital Ethnography Pink Bab 5Digital Ethnography Pink Bab 5
Digital Ethnography Pink Bab 5
 
Sap 8 Digital Ethnography Kelompok 6
Sap 8 Digital Ethnography Kelompok 6Sap 8 Digital Ethnography Kelompok 6
Sap 8 Digital Ethnography Kelompok 6
 
SAP 7 Digital Etnografi - Social World
SAP 7 Digital Etnografi - Social WorldSAP 7 Digital Etnografi - Social World
SAP 7 Digital Etnografi - Social World
 
Etnografi digital diskusi 6
Etnografi digital diskusi 6 Etnografi digital diskusi 6
Etnografi digital diskusi 6
 
Etnografi digital diskusi 6
Etnografi digital diskusi 6 Etnografi digital diskusi 6
Etnografi digital diskusi 6
 
Studi kasus pertemuan ke 5(benda)
Studi kasus pertemuan ke 5(benda)Studi kasus pertemuan ke 5(benda)
Studi kasus pertemuan ke 5(benda)
 
Sap 5 digital etnografi kelompok 6
Sap   5 digital etnografi kelompok 6Sap   5 digital etnografi kelompok 6
Sap 5 digital etnografi kelompok 6
 
Studi kasus pertemuan ke 5 (Things)
Studi kasus pertemuan ke 5 (Things)Studi kasus pertemuan ke 5 (Things)
Studi kasus pertemuan ke 5 (Things)
 
Things chapter 4
Things chapter 4Things chapter 4
Things chapter 4
 
Materi 1 konsep dasar
Materi 1 konsep dasarMateri 1 konsep dasar
Materi 1 konsep dasar
 
Tugas Digital Etnografi 4
Tugas Digital Etnografi 4Tugas Digital Etnografi 4
Tugas Digital Etnografi 4
 
Tugas Digital Etnografi 4
Tugas Digital Etnografi 4Tugas Digital Etnografi 4
Tugas Digital Etnografi 4
 
Analisis Studi Kasus dalam Digital Etnografi
Analisis Studi Kasus dalam Digital EtnografiAnalisis Studi Kasus dalam Digital Etnografi
Analisis Studi Kasus dalam Digital Etnografi
 
Researching things
Researching things Researching things
Researching things
 
Researching things
Researching things Researching things
Researching things
 
Digietno studycase
Digietno studycaseDigietno studycase
Digietno studycase
 
Diskusi Digital Ethnography SAP 3
Diskusi Digital Ethnography SAP 3Diskusi Digital Ethnography SAP 3
Diskusi Digital Ethnography SAP 3
 

Similar to Digital Etnografi Diskusi 7 "Localities"

Similar to Digital Etnografi Diskusi 7 "Localities" (18)

Digital Ethnography - Localities
Digital Ethnography - LocalitiesDigital Ethnography - Localities
Digital Ethnography - Localities
 
Digi etno chapter 7
Digi etno chapter 7Digi etno chapter 7
Digi etno chapter 7
 
Studi kasus Bab 7 (Locality)
Studi kasus Bab 7 (Locality)Studi kasus Bab 7 (Locality)
Studi kasus Bab 7 (Locality)
 
Etnografi digital diskusi 6
Etnografi digital diskusi 6 Etnografi digital diskusi 6
Etnografi digital diskusi 6
 
Tugas digital etnografi 4
Tugas digital  etnografi 4Tugas digital  etnografi 4
Tugas digital etnografi 4
 
Digital etno diskusi 4
Digital etno diskusi 4Digital etno diskusi 4
Digital etno diskusi 4
 
Digital etno diskusi 4
Digital etno diskusi 4Digital etno diskusi 4
Digital etno diskusi 4
 
Digital Etnografi diskusi 4
Digital Etnografi diskusi 4 Digital Etnografi diskusi 4
Digital Etnografi diskusi 4
 
Researching Practices through Digital Ethnography (Kelompok 2)
Researching Practices through Digital Ethnography (Kelompok 2)Researching Practices through Digital Ethnography (Kelompok 2)
Researching Practices through Digital Ethnography (Kelompok 2)
 
Researching practices through digital ethnography
Researching practices through digital ethnographyResearching practices through digital ethnography
Researching practices through digital ethnography
 
Digital Etnografi SAP 4
Digital Etnografi SAP 4Digital Etnografi SAP 4
Digital Etnografi SAP 4
 
Digital Etnografi SAP 4 Kelompok 6
Digital Etnografi SAP 4 Kelompok 6Digital Etnografi SAP 4 Kelompok 6
Digital Etnografi SAP 4 Kelompok 6
 
Sap 6 Digital Etnografi Researching Relationships Kelompok 6
Sap 6 Digital Etnografi Researching Relationships Kelompok 6Sap 6 Digital Etnografi Researching Relationships Kelompok 6
Sap 6 Digital Etnografi Researching Relationships Kelompok 6
 
Sap 6 digital etnografi researching relationships kelompok 6
Sap   6 digital etnografi researching relationships kelompok 6Sap   6 digital etnografi researching relationships kelompok 6
Sap 6 digital etnografi researching relationships kelompok 6
 
Digital Etno diskusi 3
Digital Etno diskusi 3Digital Etno diskusi 3
Digital Etno diskusi 3
 
Digital Ethnografi Kelompok 1
Digital Ethnografi Kelompok 1Digital Ethnografi Kelompok 1
Digital Ethnografi Kelompok 1
 
Digital Etnografi SAP 3 - Kelompok 6
Digital Etnografi SAP 3 - Kelompok 6Digital Etnografi SAP 3 - Kelompok 6
Digital Etnografi SAP 3 - Kelompok 6
 
Sap 3 Digital Etnografi Analisis Studi Kasus (Kelompok 6)
Sap 3 Digital Etnografi Analisis Studi Kasus (Kelompok 6)Sap 3 Digital Etnografi Analisis Studi Kasus (Kelompok 6)
Sap 3 Digital Etnografi Analisis Studi Kasus (Kelompok 6)
 

Recently uploaded

perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
aji guru
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
iwidyastama85
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 

Recently uploaded (20)

perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 

Digital Etnografi Diskusi 7 "Localities"

  • 1. DIGITAL ETNOGRAFI BAB 7 Disianika Intan Kinanti - 1606824130 Maulia Ditriya Yulistiana - 1606873473 Ruth Audrey - 1606916554
  • 2. “PERTANYAAN 1. Apa tujuan dari riset tersebut? 2. Apa pendekatan yg dilakukan sesuai dengan bab yang dibahas dan bab sebelumnya? 3. Apa pendapat kalian dan pendapat secara kelompok? 2
  • 3. 1. Researching localities in Malaysia through diachronic ethnography
  • 4. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah internet membuat perbedaan yang signifikan terhadap kebijakan di Subang Jaya, Malaysia. Multiplicity : Menggunakan beberapa metode untuk pengumpulan data Non-digital centricness : Penelitian tidak hanya berfokus kepada teknologi tetapi juga melihat kehidupan sehari-hari masyarakat Reflexivity : Penelitian ini merefleksikan kehidupan sehari-hari dari masyarakat Subang Jaya Openess : Peneliti memanfaatkan teknologi sesuai dengan konteks TUJUAN PENELITIAN 4 PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI DIGITAL
  • 5. PENDEKATAN SENSORY EXPERIENCE Sight : Peneliti dapat melihat responden dengan berinteraksi secara tatap muka dan melalui videocall Skype Touch : Responden menyentuh gawai untuk berinteraksi jarak jauh dengan peneliti Hear : Peneliti dapat mendengar suara responden melalui obrolan di telepon 5
  • 6. PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’ Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknologi yang ada untuk berinteraksi dengan subjek. Yang unik dari penelitian ini adalah bahwa peneliti merasa lebih dekat dengan subjek ketika peneliti berada jauh dari subjek secara geografis dan mengandalkan teknologi untuk berinteraksi dibandingkan dengan peneliti berinteraksi langsung dengan subjek. 6
  • 7. PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’ Dalam kasus ini peneliti dan subjek menggunakan mobile device mereka untuk berinteraksi. Dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini mobile device merupakan ‘things’ yang digunakan baik oleh peneliti maupun oleh subjek 7
  • 8. PENDEKATAN ‘RELATIONSHIP’ Penelitian ini membantah cara pandang bahwa sebuah hubungan dapat terjalin dengan baik karena adanya kehadiran fisik. Peneliti membuktikan bahwa hubungannya dengan responden lebih dekat ketika mereka berinteraksi melalui media/teknologi dibandingkan mereka bertatap muka. Hal ini mengindikasikan bahwa kehadiran fisik tidak lagi menjadi persoalan dalam berinteraksi. 8
  • 9. PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’ Melihat bagaimana interaksi peneliti dengan subjek melalui teknologi berjalan dengan baik walaupun mereka berjarak sejauh 10.000km, maka dalam pendekatan ‘social world’ fenomena ini disebut sebagai sosialitas. 9
  • 10. PENDEKATAN TEORI “LOCALITY” Seiring dengan masuknya teknologi di masyarakat Subang Jaya, maka dalam mengaspirasikan suaranya kepada pemerintah masyarakat Subang Jaya menggunakan platform teknologi digital yang kemudian digunakan sebagai lokalitas untuk membangun kota Subang Jaya 10
  • 11. Pendapat Dalam penelitian ini peneliti melihat fokus yang sedikit berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu mengenai lokalitas yang terjadi setelah munculnya teknologi di masyarakat Subang Jaya, Malaysia. Penelliti juga meneliti bagaimana hubungan antara pemerintah kota dengan masyarakat setempat menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi. 11
  • 12. 2. Researching the production of Silicon Valley through gift exchange
  • 13. TUJUAN PENELITIAN 13 PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI DIGITAL a. Multiplicity: menggunakan banyak metode (interview, diary studies) b. Non-digital-centricness: berfokus bukan hanya pada teknologi di Silicon Valley,namun perilaku orang-orang yang hidup di lingkungan industri teknologi tersebut. c. Reflexivity: cerminan kehidupan sehari-hari manusia → pola aktivitas keseharian penduduk Silicon Valley d. Unorthodox: penelitian ini melihat teknologi sebagai sesuatu yang normal & normatif. Untuk meneliti bagaimana ekonomi moral dari inovasi teknologi dan kapitalisme korporat yang menopang produksinya mendominasi keseharian hidup di Silicon Valley.
  • 14. PENDEKATAN SENSORY EXPERIENCE a. Phenomenological Bagaimana Yahoo!, Google, dan perusahaan teknologi lainnya di SV membentuk landasan politik dan ekonomi warganya, juga bagaimana akhirnya mereka bisa benar-benar sadar akan pemanfaatan teknologi untuk perkembangan diri dan kemajuan hidupnya. a. Five Senses - Sight: Penglihatan digunakan peneliti dan subjek penelitian. - Hear: Peneliti menggunakan indra pendengarannya untuk menghimpun data melalui interview. - Touch: Subjek penelitian berinteraksi dengan teknologi dengan “menyentuhnya”. 14
  • 15. PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’ Oleh karena teknologi yang ada dalam kehidupan warga Silicon Valley sudah menjadi komoditas, maka perilaku seperti “tradisi” memberi hadiah berupa komputer pada anggota keluarga yang berulangtahun ke-12 menjadi salah satu contoh praktik yang ditimbulkan oleh subjek penelitian akibat teknologi yang ada. Etos kerja yang dimiliki warga yang bekerja di salah satu perusahaan di SV juga membentuk praktik yang mereka terapkan akibat dampak perkembangan teknologi yang ada di wilayah tersebut, yang juga terpengaruh oleh dominasi pola hidup berteknologi. 15
  • 16. PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’ 16 Melissa yang menggunakan teknologi dengan mempersonalisasi komputer keluarganya untuk keperluan pribadinya sebagai bagian dari cara dia mengembangkan diri sejak kecil (menggambar di microsoft paint, membuat e-mail pribadi) Atau dalam kasus Iraina yang menganggap teknologi adalah suatu benda yang merupakan “simbol tradisi” di keluarganya. a. Appropriation: Komputer baru dibeli oleh orangtua Melissa. b. Objectification: Dibawa ke rumah, dan diperkenalkan ke Melissa. c. Incorporation: Melissa menggunakannya sebagai media berkreasi (Microsoft Paint), juga mengirim surel d. Conversion: Melissa membuat e-mail sendiri, yang membuat ia dapat berkomunikasi dengan orang diluar keluarganya
  • 17. PENDEKATAN TEORI ‘RELATIONSHIP #1: management of communication and connection through different platforms. Pola hubungan yang baru timbul dari kebiasaan yang dikaitkan dengan teknologi. Dalam keluarga Iraina, tradisi memberikan hadiah berupa komputer di ulang tahun ke 12 menjadi sebuah pola komunikasi yang terspesialisasi dalam rangka membina hubungan keluarganya. 17
  • 18. PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’ 18 Warga Silicon Valley terikatkan oleh teknologi, sehingga mengakibatkan terbentuknya “komunitas” yaitu sekelompok orang yang berbagi interaksi dan ikatan sosial, serta bentuk interaksi umum dan lokasi. Sosialitas yang merupakan kualitas dari hubungan sosial yang terjadi dalam suatu komunitas di studi kasus ini juga terlihat dari bagaimana warga Silicon Valley membentuk hubungan satu sama lain dengan berkaitan erat pada teknologi.
  • 19. PENDEKATAN TEORI “LOCALITY” 19 #2: Networked Individualism Dikatakan bahwa Lokalitas dapat dibentuk melalui teknologi itu sendiri dan online-offline adalah bagian dari proses yang sama di mana lokalitas dihasilkan, dialami, dan didefinisikan. Warga SV beserta industri teknologi yang ada di sana sudah membentuk komunitas, online (teknologi) maupun offline (lingkungan hidup SV). bukan lagi streets & alleys namun juga bits & bytes. Warga-warga SV sebagai satu individu membentuk jaringan menjadi suatu komunitas, offline maupun online. Penelitian ini melihat lokalitas dari sisi proximity, dimana “komunitas lokal” yang ditunjukkan dari pola hidup serba teknologi terbentuk dari budaya yang juga terbentuk dari lingkungan fisik serba teknologi seperti Silicon Valley. Lokalitas yang ada juga membuat timbulnya glokalitas dengan ekspansi “Silicon Places” ke negara-negara lain. #1: Local Community Komunitas Lokal yang terbentuk di SV karena kesamaan pola hidupnya menjadi landasan bagi pengembangan warga yang hidup disana. Landasan ekonomi & politik yang dibawa sebagai “political agenda” oleh perusahaan di sekitar SV dapat menyetir pola pikir warganya sehingga diperlukan kontrol dari warga agar tidak “dipermainkan” oleh agen kapitalisme di SV.
  • 20. Pendapat Dengan berkembangnya teknologi, “pemukiman modern” seperti Silicon Valley sangat dapat memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun kita sebagai masyarakat yang dikontrol oleh pemerintahan, kaum kapitalis, dan penguasa harus bisa pintar mengolah pola pikir agar tidak dengan mudah “disetir” ataupun “dibodohi” mereka. 20
  • 21. 3. Researching Slow Cities as digital-material localities
  • 22. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari mengenai gerakan slow city yang terjadi di UK, Spanyol, Australia sebagai salah satu bentuk lokalitas dan praktiknya TUJUAN PENELITIAN 22 PENDEKATAN PRINSIP ETNOGRAFI DIGITAL a. Multiplicity: menggunakan banyak metode (interview dengan pemimpin kota, partisipasi langsung dalam event, dan video recording) b. Non-digital-centricness: Penelitian ini tidak hanya meneliti aspek digital dalam gerakan Slow city, tapi juga perilaku orang-orang didalamnya c. Reflexivity: meneliti pola kegiatan sehari-hari manusia d. Openness: Penelitian telah berlangsung sejak tahun 2005 dan meneliti pertumbuhan gerakan Slow City sehingga terbuka pada hasil penelitian yang baru e. Unorthodox: Penelitian ini membuat Peneliti melakukan hal tidak biasa, yaitu menggunakan fotografi, digital media, dan kertas dalam karnaval Slow City, terlibat di Museum Digital Martime Heritage, dan kampanye lokalitas di daerah yang mempraktikkan gerakan Slow City.
  • 23. PENDEKATAN SENSORY EXPERIENCE a. Sight: Peneliti turun langsung dan mengamati jalannya Alysham Carnival dan perilaku orang- orang didalamnya serta melakukan video- recording b. Hear: Peneliti melakukan interviews untuk mendapatkan gambaran mengenai gerakan Slow City dari pemimpin kota dan partisipan di Karnaval Aylsham dan event lainnya 23
  • 24. PENDEKATAN TEORI ‘PRACTICE’ Sisi praktis dari penelitian ini dapat dilihat dari bagaimana peneliti turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan cerita mengenai fotografi dan maknanya bagi para partisipan. Selain itu, dapat juga dilihat dari bagaimana adanya event dan carnival gerakan Slow City ini membuat orang-orang kembali terkoneksi dengan lokalitas melalui fotografi. 24
  • 25. PENDEKATAN TEORI ‘THINGS’ Dalam penelitian ini, adanya gerakan Slow City menjadi salah satu sarana untuk penduduk dalam merefleksikan lokalitas di kotanya melalui acara karnival yang diadakan. a. Appropriation: Gerakan Slow City belum terekspansi ke negara lain b. Objectification: Gerakan Slow City menyebar dan menjadi bagian dari negara tersebut c. Incorporation: Adanya gerakan Slow City dan acara yang diadakannya menjadi sarana lokalitas d. Conversion: Gerakan Slow City mempererat hubungan dengan pihak luar 25
  • 26. PENDEKATAN ‘RELATIONSHIP’ Dalam penelitian ini, adanya gerakan Slow City di Dandenong Ranges membuat sekelompok orang tergabung dalam kelompok untuk berkampanye menentang Mcdonalds, namun tidak dijelaskan bagaimana mereka membina hubungan lebih lanjut atau efek dari hubungan tersebut. 26
  • 27. PENDEKATAN ‘SOCIAL WORLD’ Gerakan Slow City menyebabkan terbentuknya komunitas yaitu sekelompok orang yang memiliki tujuan sama yaitu untuk menentang Mcdonald sebagai bentuk glokalisasi yang dianggap tidak baik untuk lingkungan, selain itu juga menjadi satu sarana untuk orang lokal berkumpul secara langsung dan merefleksikan lokalitas melalui digital archive berupa fotografi. 27
  • 28. PENDEKATAN TEORI “LOCALITY” Adanya gerakan Slow City ini bermula di Itali dan pada akhrinya menyebar ke 187 kota di 28 negara di seluruh dunia. Penelitian ini melihat bagaimana fotografi digital dan elemen material dari produksi dan penyebarannya dilibatkan menjadi komponen dalam membuat suatu kota menjadi sebuah lokalitas. Selain itu, penelitian ini juga melihat bagaimana aspek digital dan material-fisik tidak dapat dipisahkan dalam sebuah lokalitas, dan adanya aspek material berupa foto, print outs, gambar dan naratif bersejarah membuat konsep lokal menjadi sesuatu yang ‘dibuat. Dalam penelitian ini, gerakan Slow City salah satunya menjadi bentuk resistensi terhadap adanya glokalitas, yaitu Mcdonald yang dinilai tidak berdampak baik bagi lingkungan. 28
  • 29. Pendapat Dalam penelitian ini, pola pikir masyarakat untuk tidak mudah di “giring” oleh kapitalisme sangat diperlihatkan dari gerakan Slow City yang sangat menentang McDonalds. Hal ini sangat meng-highlight aspek penting dari konsep lokalitas yang mengatakan bahwa masyarakat harus dengan pintar memilah terpaan politik/ekonomi dari penguasa agar tetap dapat “stand up for ourselves” 29

Editor's Notes

  1. Etos kerjanya: makan malem sambil telfonan ngurusin kerjaan, buka laptop lagi abis nidurin anak, kerja remote dr rumah pas hari libur.