1. SAP - 5
Digital Etnografi
Kelompok 6
Ratih Mustikoningsih 1606916604
Fransiska Larasati 1606916094
Ardelia K. Putri 1606886652
2. CASE 1
Researching Radio and Textured
Soundscapes in Domestic
Spaces Through Ethnographic Immersion
3. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami apakah kesamaan beberapa praktik dan makna
terkait dengan suara radio dapat bertahan di era lingkungan
domestik (dimana teknologi diintegrasikan dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat/ penyesuain masyarakat terhadap teknologi) digital
saat ini.
1. Untuk meneliti suara dalam radio memiliki tekstur sehingga dapat
dipertimbangkan bagaimana pengaruhnya dan manusia yang
terpengaruh di dalamnya.
4. Pendekatan Digital Etnografi
a. Multiplicity:
Dalam melakukan penelitian ini peneliti memaki empat metode yaitu:
● Participant observation: selama 18 bulan Tacchi (peneliti) menghadiri acara dan pertemuan di
mana para Pendengar dan produser (Radio Station) berkumpul di Inggris, peneliti juga ikut
langsung mendengarkan radio dan peneliti salah satunya menghabiskan waktu dirumah
partisipan (group single parent) untuk melakukan wawancara mendalam.
● In-depth interviews: Mengunjungi rumah orang-orang dan melakukan interview dengan mereka.
● Media diaries
● Creating visual diagrams of sounds in domestic spaces (sound mapping): menggambar diagram
ruang itu dan mendiskusikan dan mencatat suara kunci yang dibicarakan para peserta - baik
suara yang dihasilkan melalui media di rumah dan suara eksternal
5. Pendekatan Digital Etnografi
b. Non digital centric-ness
Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya menggunakan alat digital namun juga melakukan wawancara secara langsung.
c. Openness
Mengikuti rangkaian pendekatan budaya, Tacchi menggabungkan produksi radio yaitu juga mencari tahu bagaimana
perusahaan radio dan stasiun radio meneliti dan memahami audiens; dan bagaimana mereka berhubungan dengan dan
memahami pendengarnya.
d. Unorthodox
Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode yang tidak biasa dilakukan yaitu menggunakan visual diagrams of sounds atau (sound
mapping) yaitu teknik yang paling jelas yang digunakan Tacchi untuk memikirkan suara sebagai pembentuk budaya.
e. Reflektifitas
Pendekatan etnografi menyebabkan Tacchi memahami suara radio dan suara domestik sebagai penting untuk pembentukan
dan pemeliharaan keseimbangan afektif (atau keseimbangan emosional).
6. Pendekatan Sensory Experience
Phenomenological theories:
Seorang peserta penelitian di akhir tahun 2000 merasa bahwa orang-orang sekarang lebih sedikit mendengarkan 'radio'
karena mereka memiliki lebih banyak pilihan dengan Internet, menyediakan audio berdasarkan lokasi, genre-based atau
disesuaikan sesuai permintaan pendengar.
Neurological theories:
Dalam hal ini peneliti memaparkan bahwa suara radio bukan merupakan sesuatu yang dapat dirasakan secara 5 sense
dengan keseluruhan, namun sebagai sebagai manusia dapat merasakan bahwa suara yang ditimbulkan dari radio dapat
menciptakan dan membangun emosional seseorang. oleh karena itu peneliti dalam penelitian etnografi ini berpendapat
bahwa suara radio berkontribusi pada penciptaan dan pemeliharaan lingkungan domestik (dimana teknologi diintegrasikan
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat/ penyesuain masyarakat terhadap teknologi). Hasil penelitian Tacchi
menunjukkan bahwa suara radio menarik karena memungkinkan untuk momen 'keheningan sosial' (Tacchi, 1998), yaitu,
menghalangi aspek sosialitas dan dunia sosial melalui mendengarkan radio.
7. Practice
Dari penelitian ini peneliti melakukan berbagai pendekatan digital etnografi untuk melihat
perubahan sosial serta budaya yang ditimbulkan akibat dari perkembangan teknologi. praktik
tersebut mempelajari korelasi perubahan yang terjadi dengan berbagai media yaitu teknologi
yang selalu dinamis dan berkembang.
8. Konsep Things
Jadi konsep things dari case ini ada dua yaitu :
1. Meneliti suara sebagai pokok budaya, mengingat kualitasnya yang kurang 'tetap' dibandingkan dengan objek yang
menyampaikan suara.
2. Bagaimana meneliti makna dan pengalaman dari objek dan isi dari 'radio' saat mereka bergeser seiring waktu dan
ruang.
Silverstone dan Hirsch menguraikan empat fase untuk menggambarkan konsep domestikasi :
a. Appropriation : Radio digunakan sebagai alat untuk mendengarkan suara atau lagu yang dimana seseorang dapat
memilikinya.
b. Objectification: Radio dapat dimanfaatkan untuk mendengarkan suara yang dapat dinikmati oleh seseorang di
lingkungan publik.
c. Incorporation : Suara dari radio tersebut memiliki peranan keseharian seseorang, contohnya: musik atau suara dari
radio mengingatkan kondisi saat ini dengan saat mendengarkan radio di masa lalu, dan suara dari radio dapat
menciptakan emotional seseorang.
d. Conversion: Perkembangan teknologi mengubah sosial-budaya seseorang. contohnya di masa ini (2000 an) orang-
orang memiliki privat spare karena mendengarkan musik tidak hanya dari radio karena teknologi internet yang
mendukung untuk melakukan streaming lagu dan mendownload musik.
9. Pendapat Pribadi dan Kelompok
Menurut pendapat saya, Dari perspektif kajian pembentukan budaya,suara tidak memiliki nilai
atau makna intrinsik ini ditetapkan dan dibangun kembali secara terus menerus di setiap
lingkungan domestik. Dalam penelitian diatas suara radio” Things” merupakan sesuatu yang
mengalir dan tidak dapat diraba sehingga pengertian things bukan hanya benda yang dapat
sentuh. Di pertengahan hingga akhir tahun 1990-an (sudah berkembang internet) partisipan
sudah melakukan caranya sendiri untuk memutar lagu yang mereka suka dan sebagian
partisipan dari penelitian Tacchi menjadikan radio dan lagu yang didengarkan sebagai alat
“Things” untuk mengenang cerita nostalgia mereka.
10. CASE 2
Using Digital Video Re-enactments to
Understand How
People Live with Technologies
11. Tujuan Penelitian
● Mengetahui bagaimana media digital berpengaruh dalam mebentuk kegiatan sehari-hari
dalam suatu rumah, bagaimana tanpa media digital tersebut ternyata kegiatan yang
dijalani akan berubah, terutama dalam kegiatan di pagi hari.
12. Pendekatan Digital Etnografi
1. Multiplicity
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah lebih dari satu, yakni:
a. Neuroanthropology dan art therapy (untuk melakukan identifikasi aspek sensoris)
b. Video-reenactment / tur video (untuk lebih melihat visual situasi rumah subjek dan
menambahkan pemahaman sensoris))
2. Non digital-centric-ness
Walaupun yang diteliti adalah penggunaan media digital, tapi bigger picture yang ada
bukanlah hal itu, melainkan bagaimana media digital tersebut menjadi penjembatan antara
individu dengan kegiatan yang mereka jalani di pagi hari.
13. Pendekatan Digital Etnografi
3. Reflexivity
Mengingat apa yang diteliti adalah murni kegiatan sehari-hari, hal ini memperlihatkan
refleksivitas terhadap kegiatan manusia.
14. Pendekatan Sensory Experience
Neurological:
Dalam penelitian ini, peneliti mengandalkan video reenactment untuk memahami situasi
kegiatan pagi hari yang ingin diamati. Metode ini mengutamakan dua sensoris yaitu sight dan
hearing. Melalui tur video yang dilakukan, peneliti melihat kegiatan dan mendengar suara
penjelasan yang dilakukan oleh subjek penelitian mengenai kegiatan mereka. Selain itu,
sensor touch juga digunakan dan terlihat dalam bagaimana subjek menyentuh atau
menggenggam media digital yang digunakan.
15. Practice
Untuk membuat peneliti bisa lebih paham dan mendapat gambaran mengenai morning routine
yang dilakukan, subjek penelitian melakukan praktik ulang kegiatan mereka yang kemudian
direkam (menjadi metode video reenactment). Tentunya, praktik langsung lebih memudahkan
pemahaman peneliti dibanding jika mereka hanya menjabarkan secara lisan atau tulisan.
16. Things
Dalam konsep things, dijelaskan bahwa arti dari suatu objek bukan didapat dari sekedar proses
produksinya, melainkan bagaimana cara individu menggunakannya. Hal ini direfleksikan dalam penelitian,
dimana benda-benda mati seperti mesin cuci, televisi, playstation, atau telepon genggam bisa memiliki
kekuatan untuk membentuk kegiatan sehari-hari manusia dan akan membuat keseharian manusia
berubah drastis jika benda-benda tersebut diambil.
17. Pendapat mengenai studi kasus
Menurut kami, penelitian ini menarik dalam konteks bisa membuktikan suatu interdependensi manusia
dengan media digital dalam kegiatan yang sangat sederhana seperti kegiatan rumah di pagi hari. Bukan
hanya telepon genggam, melainkan juga mesin cuci atau televisi. Terlebih dengan konsep things dalam
etnografi yang dapat membantu menjelaskan fenomena interdependensi tadi.
19. Tujuan Penelitian
● Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang mobilitas di perbatasan (antara Haiti dan
Republik Dominika) dan pentingnya ponsel sebagai 'objek mobilitas' (Horst and Taylor, 2014)
● Untuk memahami cara-cara warga merancang mobilitas dalam lingkungan yang berbeda — mata
uang, status kewarganegaraan, bahasa, infrastruktur telekomunikasi, peluang ekonomi dan hubungan
kekuasaan — yang secara jelas membentuk mobilitas dan pergerakan mereka. Peneliti juga ingin
memahami bagaimana penggunaan handphone dan pengaruhnya terhadap cara-cara tersebut.
20. Pendekatan Digital Etnografi
● Reflexivity
○ Peneliti datang langsung ke Anse-a-Pitres and Pedernales (perbatasan Haiti dan Republik Dominika) untuk
interview dan melihat langsung interaksi serta kegiatan yang digunakan sebagai data untuk penelitian
● Nondigital centric-ness
○ Tidak hanya berfokus pada penggunaan teknologi digital, tetapi juga memerhatikan kehidupan, kegiatan,
keadaan lingkungan sekitar, dan hubungan antar individu yang tidak dimediasi oleh teknologi digital.
○ Mengingat sifat yang sensitif dari perangkat portabel, potensi pengungkapan status dan waktu hukum individu,
Horst dan Taylor merekrut peserta untuk studi kit portabel terutama dari wawancara awal dan kolam survei,
mengundang peserta yang mereka percaya akan menerima keintiman membuka dompet, dompet dan tas
punggung mereka.
21. Pendekatan Digital Etnografi
● Unorthodox
○ Melihat yang tidak biasa dari yang biasa; meneliti bawaan yang dibawa responden sehari-hari dan melihat lebih
dalam mengenai makna dari barang tersebut, terutama makna penggunaan ponsel
○ Menemukan bahwa:
■ barang-barang yang dianggap penting selalu dibawa kemanapun, karena responden merasa bahwa
rumah bukanlah tempat yang aman untuk barang yang penting
■ tidak jarang orang Haiti memiliki dua ponsel untuk berkomunikasi dengan tarif panggilan nasional
dengan kerabat, mitra dagang, dan layanan di kedua negara.
■ migran haitian menggunakan telepon seluler untuk memelihara jaringan kerja di seluruh konteks
nasional dan menghindari banyak pembatasan perbatasan pada mobilitas.
22. Pendekatan Practice
Penelitian ini melihat dan mempelajari mengenai penggunaan media dan bagaimana khalayak media telah
terlibat dengan, dan memasukkan media dalam kehidupan sehari-hari mereka.
23. Pendekatan Things
● Dengan mengerti bahwa ponsel adalah thing/objek mobilitas yang menemani pergerakan responden,
peneliti bisa melihat bahwa bagi responden, ponsel memiliki berbagai arti dan makna bagi kehidupan
mereka.
● Ponsel bisa menjadi objek yang menyalurkan komunikasi serta meningkatkan dan menghidupkan
hubungan melalui percakapan dan panggilan. Dalam sudut pandang lain, ponsel adalah tempat
domestik, tempat di mana keluarga bisa bersatu. Dalam konteks ini, ponsel menjadi vital untuk
menjaga hubungan; mengingat jarak yang memisahkan anggota keluarga Haiti yang bermigrasi.
○ Ponsel sebagai yang merupakan hal yang mewakili dan membuktikan perbedaan antara dua konteks nasional
serta obyek yang dapat melampaui batas antara kedua negara.
○ Ponsel juga merupakan hal yang duduk di samping berbagai benda penting lain - uang, kunci, kartu identitas dan
dompet - yang diperlukan untuk gerakan sehari-hari bagi para migran.
○ Signifikansi ponsel dalam rangkaian objek mobilitas ini adalah relasional daripada tetap, bagian dari rangkaian
praktik yang bergantung pada konteks di mana seseorang atau sesuatu bersirkulasi.
24. Pendapat Pribadi dan Kelompok
Menurut saya, penelitian ini penting karena pembaca bisa mengetahui makna lain dari ponsel, yang biasa
kita lihat dan gunakan secara sembarang sehari-hari. Bagi masyarakat lain, seperti individu yang ada di
penelitian ini, ponsel memiliki nilai yang sangat tinggi karena merupakan objek yang bisa menentukan nasib
mereka; pergi ke mana selanjutnya, apakah mereka akan bertemu dengan keluarganya, dan lain sebagainya.
25. Referensi
Sara Pink et al. 2016. Digital Ethnography: Principle
and Practice. London: SAGE