2. 1 Pengantar ilmu Gizi: Arti ilmu gizi, unsur-unsur zat gizi
2 Pengaruh makanan bagi tubuh
3 Zat gizi makro (Karbohidrat, lemak dan protein)
4 Zat gizi mikro; Vitamin
5 Zat gizi mikro; Mineral
6 Kebutuhan zat gizi
7 Proses pencernaan dan absorbsi zat gizi
8 Ujian Tengah Semester
9 Metabolisme dan ekskresi zat gizi
10 Pengukuran Status Gizi
11 Penghitungan Kebutuhan Energi
12 Penyusunan Menu
13 Pengaturan makan sebelum, saat dan setelah bertanding
14 Dampak Makanan, Minuman dan Suplemen terhadap Kinerja
Fisik
15 Gizi Untuk Memelihara Kesehatan dan Kebugaran Tubuh
16 Masalah-masalah gizi di Indonesia
3. Ilmu Gizi (Nutrience Science)
Ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan optimal/tubuh.
Zat gizi (Nutrients)
ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya,
yaitu menghasilkan
energi, membangun dan
memelihara jaringan
serta mengatur proses-proses
kehidupan
Gizi (Nutrition)
Proses organisme
menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan, untuk
mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi
normal dri organ-organ, serta
menghasilkan energi
4. adalah proses pemecahan zat-zat
makanan sehingga
dapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan.
proses digesti
absorpsi proses penyerapan suatu zat oleh zat lain
Metabolisme
reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam
sel. Reaksi kimia ini akan mengubah suatu
zat menjadi zat lain.
1. Anabolisme 2. Katabolisme
proses-proses
penyusunan energi
kimia melalui sintesis
senyawa-senyawa
organik
proses penguraian dan pembebasan energi dari
senyawa-senyawa organik melalui proses respirasi.
Semua reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim, baik
oleh reaksi yang sederhana maupun reaksi yang
rumit
5. Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
1. Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh
(menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur
proses-proses kehidupan dalam tubuh).
2. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi
seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan
belajar, produktivitas kerja.
6. PENGELOMPOKAN ZAT GIZI MENURUT KEBUTUHAN
Makronutrien
Mikronutrien
Komponen terbesar dari susunan diet, berfungsi
untuk menyuplai energi dan zat-zat esensial
(pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan
aktivitas tubuh Karbohodrat (hidrat arang),
lemak, protein makromineral dan air.
1. Karbohidrat – Glukosa; serat.
2. Lemak/ lipida – Asam linoleat (omega-6); asam linolenat
(omega-3).
3. Protein – Asam-asam amino; leusin; isoleusin; lisin;
metionin; fenilalanin; treonin; valin; histidin; nitrogen
nonesensial.
4. Mineral – Kalsium; fosfor; natrium; kalium; sulfur; klor;
magnesium; zat besi; selenium; seng; mangan;
tembaga; kobalt; iodium; krom fluor; timah; nikel; silikon,
arsen, boron; vanadium, molibden.
5. Vitamin – Vitamin A (retinol); vitamin D (kolekalsiferol);
vitamin E (tokoferol); vitamin K; tiamin; riboflavin; niaclin;
biotin; folasin/folat; vitamin B6; vitamin B12; asam
pantotenat; vitamin C.
6. Air
7. Fungsi Zat Gizi
Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan
protein, merupakan ikatan organik yang mengandung karbon
yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk melakukan
kegiatan/aktivitas.
Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun)
– Protein, mineral dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel
baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak
Mengatur proses tubuh (zat pengatur)
8. standart kecukupan gizi.
Ukuran makro, yaitu kecukupan kalori
(energi) dan kecukupan protein
Ukuran mikro, yaitu kecukupan vitamin
dan mineral.
Kecukupan kalori (energi)
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan,
tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan, dan energi dalam
makanan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi
bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah
energi kimia, energi mekanis, senergi panas dan energi listrik
Energi dalam tubuh digunakan untuk:
•Melakukan pekerjaan eksternal;
•Melakukan pekerjaan internal dan
untuk mereka yang masih tumbuh;
Keperluan pertumbuhan, yaitu untuk
senyawa-senyawa baru
9. Penentuan kebutuhan kecukupan Energi
Cara-cara menentukan kebutuhan energi (kalori)
Teori RBW (teori berat badan relatif)
RBW = BB (Kg)/ TB(cm)-100X100 %
BB = Berat badan
TB = Tinggi badan
Dimana dengan ketentuan:
1. Kurus jika RBW < 90 %
2. Normal jika RBW = 90-100 %
3. Gemuk jika RBW >110 % atau -<120 %
4. Obesitas ringan RBW 120-130 %
5. Oesitas sedang RBW > 130-140 %
6. Obesitas berat RBW > 140 %
kelemahanya bila menggunakan teori
RBW adalah jenis kelamin dan umur tidak
di akomodasikan
10. Kebutuhan kalori (energi) per hari :
Kurus : BB x 40 – 60 Kalori
Normal : BB x 30 Kal
Gemuk : BB x 20 Kal
Obesitas : BB x (10–15) Kal
Kalori di atas harus ditambahkan dengan kalori untuk
kegiatan pregnansi dan laktasi :
Pregnansi : Trimester I ditambah 100 KaloriTrimester II
ditambah 200 KaloriTrimester III ditambah 300 Kalori
Laktasi : ditambah 400 Kalori per hari
11. Kebutuhan Energi :
Basal Metabolisme Rate (BMR) – Energi yang dipakai
selama istirahat, untuk mempertahankan fungsi vital
tubuh. BMR dipengaruhi oleh; jenis kelamin, usia, ukuran
dan komposisi tubuh, faktor pertumbuhan dan lingkungan.
Rumus BMR :
Laki-laki : 660+(13.7xBB)+(1.5xTB) – (6.8xUmur)
Wanita : 660+(9.6xBB)+(1.7xTB) – (4.7xUmur)
12. a. Teori Aud dan Du Bois
Dengan menggunakan rumus untuk
menentukan luas permukaan tubuh
A = W 0,425 x H 0,725 x 71,84
Dimana :
A = luas permukaan badan (cm2)
H = tinggi badan seseorang (cm)
W = berat badan seseorang (kg)
13. b. Teori Dreyer
Untuk Laki laki
Untuk Perempuan
Dimana :
W
C =
0,1015 x A. 0,1333
W
C =
0,1227 x A. 0,1333
C = energi basal selama 24 jam (kalori)
W = Berat Badan (gram)
A = Umur (tahun
14. c. Teori Taylor dan Mc. Leod
Membuat suatu tabel kebutuhan energi sesuai umur,
jenis kelamin dan aktifitas hasil penelitian
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi patokan bagi
orang Indonesia
Referen Man, umur 20 – 39 tahun, BB 55kg, aktifitas
sedang, kebut energi 2530 kilo kalori/hari
Referen Women , umur 20 – 39 tahun, BB 47kg,
aktifitas sedang, kebut energi 1920 kilo kalori/hari
Koreksi u/ jenis kegiatan :
Untuk kegiatan ringan dikalikan 0,90
Untuk kegiatan berat dikalikan 1,17
Untuk kegiatan berat dikalikan 1,34
15. d. Teori Harris - Benedict
Menggunakan rumus :
BEE = 660 + [13,7 x W] + [1,5 x S] - [6,8 x A] u/ laki-laki
BEE = 665 + [ 9,6 x W] + [1,7 x S] - [4,7 x A] u/ wanita
Dimana :
W = berat badan (kg)
H = tinggi badan ( cm)
A = usia (tahun)
BEE = produk panas dalam 24 jam atau BMR dimana
kebutuhan energi atau kalori perhari, yaitu :
BEE (Basal energy expenditure)
Kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologis tubuh (jantung,
paru dll) diukur dengan menggunakan kalorimeter direk
16. BMR + kalori aktifitas :
Istirahat : BMR x 1,1
Aktifitas ringan : BMR x 1,2
Aktifitas sedang : BMR x 1,3
Aktifitas berat : BMR x 1,5
Aktifitas sangat berat : BMR x 1,7
17. Klasifikasi menurut aktifitas :
Pekerjaan Ringan
Laki-laki : pegawai kantor, pekerja profesional (dokter, buruh,
pengacara, akuntan, arsitek, dll), pelayan toko, penganggur,
dsb.
Perempuan : pegawai kantor, pekerjaan rumah tangga, buruh,
pekerjaan profesional, dsb
Pekerjaan sedang
Laki-laki : siswa, mahasiswa, pekerja bangunan, angkatan
bersenjata yang tidak aktif di lapangan, nelayan, dsb
Perempuan : ibu runmah tangga, mahasiswa, buruh tokko, dsb
Pekerjaan berat
Laki-laki : buruh tani, kuli, buruh kehutanan, tentara di
lapangan, pekerjaan tambang, dsb
Perempuan : buruh tani, penari, olahragawati, dsb
Pekerjaan sangat berat
Laki-laki : penarik gerobak, penarik becak, dsb
Perempuan : pekerja konstruksi bangunan
19. Determinasi Efektif Energi
Merupakan cara yang efektif untuk
menentukan kebutuhan energi perhari yang
dibutuhkan seseorang, diperoleh dari :
Pengawasan berat badan dan pengaturan
yang sesuai
Penyesuaian energi yang digunakan jika
beratnya memenuhi
Menghitung energi sebagai berikut :
20. Tahapan u/ menghitung Determinasi Efektif
Energi
Menentukan besaran energi yg diperlukan
u/ memenuhi kebutuhan metabolisme basal
(BEE) :
rumus Harris – Bennedict,
Menetukan besarnya energi u/ kegiatan
fisik :
Tidak melakukan aktifitas : 20% BEE
Aktifitas sedang : 30 % BEE
Sangat aktif : 50 – 75
% BEE
Menent FIT (Food Induced
Thermogenesis)/ SDA :
10 % x (BEE + kegiatan fisik)
TEE = BEE + KF + FIT
Menentukan jumlah total energi :
Keadaan metabolisme tubuh stabil Kebutuhan Energi
Total (total energi requirement) = Total Energy Expenditure (TEE)
21. B. KARBOHIDRAT
Asupan karbohidrat dianjurkan 55 – 70 % dari
total kebutuhan kalori.
Sebagian lansia menderita kekurangan
laktase, enzim yang menghidrolisa laktosa
yang dapat berpotensi diare, kram dan
flatulens.
Pengurangan laktosa sekitar 20 – 30%
berdampak pada penyusutan gejala intoleran
lantosa
22. C. PROTEIN
Jika diacu pada RDA, besaran protein dipatok
pada 0,8 – 1 gram/ kg BB / hari.
Penghitungan kebutuhan pada lansia sama
dengan penghitungan kebutuhan kelompok
usia lain, hanya pada usia di atas 25 tahun
BMR akan menurun 1% setiap 1 tahun.
Tanpa penyakit ginjal dan hati, protein
mengontribusi energi sebesar 12 – 15 % total
energi.
23. D. LEMAK
Asupan lemak dibatasi maksimal 20 – 25 % dari
jumlah total energi., sisanya diupayakan dari
karbohidrat.
RDA untuk asam lemak esensial minimal 2-3%.
Kelebihan dan kekurangan lemak yang
diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol
darah, dapat berdampak buruk .
Peningkatan kadar kolesterol dapat
mengakibatkan risiko terkena penyakit jantung
koroner. Dianjurkan asupan kolesterol 250 mg
per hari.
24. E. SERAT
Salah satu gangguan yang sering kali timbul
pada lansia adalah sembelit, hal ini timbul karena
pergerakan usus berkurang, yang akhirnya
memperpanjanng masa transit tinja.
Dianjurkan untuk asupan serat sebesar 30 gram
sehari untuk memperlancar sekresi pencernaan.
25. F. VITAMIN
Meskipun tampak sehat, kekurangan vitamin dan
mineral tetap berlangsung pada lansia.
Defesiensi vitamin B12, vitamin B6, vitamin D,
dan asam folat seringkali terjadi disebabkan
asupan berkurang dan gangguan dalam
penyerapan (malabsorpsi).