Dokumen tersebut membahas tentang degradasi sungai yang disebabkan oleh degradasi lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Jawa Timur. Degradasi lahan menyebabkan erosi tanah dan sedimentasi di sungai yang mengurangi kualitas ekosistem sungai. Studi kasus di DAS Brantas menunjukkan tingkat erosi yang tinggi akibat perubahan penggunaan lahan, sehingga menimbulkan ancaman degradasi lahan dan sungai.
1. “SUNGAI TERDEGRADASI”
K E L O M P O K 3 :
M I N G G A Z A S U H I N D R A 3 2 5 0 9 0 0 8 3
A N G G R I S U M M A N 3 2 5 1 0 0 0 3 0
H E N D R A 3 2 5 1 0 0 0 4 0
R I Z K A C H A I R U N N I S A 3 2 5 1 0 0 1 0 5
D I O S A H P U T R A B 3 2 5 1 0 0 1 2 3
D E V Y S O N I A D 3 2 5 1 1 0 0 6 3
2. APA DEGRADASI ITU?
“Degradasi lahan menurut Barrow (1991) yaitu
hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau
potensi kegunaan lahan untuk mendukung
kehidupan. Kehilangan atau perubahan
kenampakkan tersebut menyebabkan fungsinya
tidak dapat diganti oleh yang lain.”
3. Ciri Terjadinya degradasi beberapa ciri menonjol dari degradasi lahan ditandai antara lain
oleh (Bossio et al, 2008; Mawardi, 2012)
• Semakin luasnya lahan yang dianggap miskin zat hara;
• Penurunan tingkat kesuburan lahan;
• Menurunnya tingkat produktifitas dan daya dukung lahan;
• Penurunan kapasitas/kemampuan lahan dalam menyimpan dan melepas air
(penurunan kapasitas infiltrasi air hujan);
• Terjadi angkutan sedimen yang menyebabkan pendangkalan sungai dan waduk;
• Perubahan temporal pada limpasan permukaan (banjir dan kekeringan);
• Tercemarnya tanah oleh zat-zat kimiawi. Ciri-ciri di atas dapat terjadi secara
bersama-sama, atau tersendiri, namun bila terjadi dalam suatu pengelompokan
(polipedon) maka dapat dianggap fenomena itu mewakili proses degradasi lahan.
Ciri-ciri degradasi tanah
4. KAITAN DEGRADASI DENGAN EKOSISTEM SUNGAI
“Aliran air di permukaan dan di dalam tanah, sama-sama
bergantung kepada tanah sebagai media penentu
(determinant media). Gangguan terhadap tanah dalam
bentuk degradasi lahan sangat mempengaruhi tata air
secara keseluruhan (Li et al, 2009; Ravi et al, 2010),
menurunkan produktifitas air dan tanah (Bossio et al,
2008; Bossio et al, 2010); menurunkan daya tangkap
karbon (Trabucco et al, 2008).”
7. Studi Kasus
Lokasi: DAS Brantas, Sungai Brantas. Provinsi Jawa Timur
Luas: sekitar 12.000 km2 atau 1/4 luas Provinsi Jawa Timur.
8. • Beberapa analisis terhadap DAS Brantas Hulu telah menunjukkan timbulnya
perubahan tata guna lahan yang mendorong ke arah degradasi lahan (BPDAS, 2003a;
2003b; 2003c; dan Valiant, 2007).
• Berbagai sumber telah meneliti kekritisan dan degradasi lahan di DAS Brantas Hulu.
BPDAS (2003a, 2003b dan 2003c) menghitung tingkat erosi teoritik di DAS Brantas
Hulu telah mencapai 2,9 mm tahun. PU (2005) laju erosi teoritik dihitung sebesar 2,8
mm tahun atau setara 4,49 juta m3 tahun. Sedangkan Valiant (2007) menggunakan
data satelit ASTER (2005) menghitung tingkat erosi teoritik di Brantas mencapai 2,8
mm tahun.
• Laju erosi ini mengindikasikan adanya degradasi lahan secara sistematis, di mana
hutan dan lahan yang semula tertutup vegetasi dibuka untuk berbagai keperluan.
Sebagai contoh dapat dilihat hasil kajian PU (2005) pada Sub-DAS Sumber-Brantas
(luas 182 km2) yakni bagian paling hulu DAS Brantas: luas hutan tersisa 42,41 km2
(23%), semak 29,67 km2 (16%), lahan rumput 1,66 km2 (1%), sawah 24,72 km2 (14%),
pemukiman 20,95 km2 (12%) dan lain-lain seperti kebun/ladang 62,59 km2 (34%).
9.
10. Kesimpulan
• Degradasi berkaitan erat dengan penggunaan tata guna
lahan.
• Semakin banyak tanah yang tererosi semakin besar
kemungkinan terjadinya degradasi lahan.
• Perbedaan elevasi dari bagian sungai satu dengan yang
lain menyebabkan degradasi.
• Proses Agradasi dan Proses Degradasi pada sungai
terjadi