SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 11-16 ISSN 0216-1877
ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI MINYAK IKAN
Oleh
AbdullahRasyid 1)
ABSTRACT
OMEGA-3 FATTY ACID FROM FISH OIL. Fish oil has been used for food supple-
ments, human consumption, cosmetics, food fat, pharmaceutical products, and
various products for technical applications. This paper will describe utilization of
fish oil as source of omega-3 fatty acid, isolation method of omega-3 fatty acid form
fish oil, and benefit of omega-3 fatty acid for health human.
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini kita sering mendengar
istilah asam lemak omega-3. Hal ini berkaitan
dengan pemanfaatannya dalam berbagai
produk makanan dan tambahan makanan yang
ditawarkan kepada konsumen. Kita akan dengan
mudah mendapatkannya di apotik ataupun su-
permarket, mulai dari produk makanan bayi
sampai produk untuk orang dewasa. Begitu
pentingnya peranan asam lemak omega-3 bagi
kesehatan manusia, sehingga produsen
(terutama makanan dan tambahan makanan)
berlomba-lomba membuat produk yang
mengandung asam lemak omega-3. Sebaliknya,
kita sebagai konsumen seolah-olah terbius
dengan iklan-iklan di media cetak dan elektronik
(televisi, radio, koran). Tidaklah mengherankan
jika kita ingin membeli suatu produk makanan
atau tambahan makanan selalu memilih produk
yang mengandung asam lemak omega-3.
Asam lemak omega-3 termasuk dalam
kelompok asam lemak esensial. Asam lemak ini
disebut esensial karena tidak dapat dihasilkan
oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Asam
lemak esensial lainnya yang termasuk dalam
kelompok "omega" adalah asam lemak omega-6.
Menurut BIMBO (dalam SUSILAWATI,
1994), jenis asam lemak tak jenuh pada minyak
ikan hampir sama dengan minyak pada
tumbuhan. Perbedaannya hanya pada kadar
asam lemak tertentu. Misalnya, asam lemak
utama pada minyak ikan berkonfigurasi omega-
3, sedangkan pada minyak tumbuhan dan
hewan lainnya lebih banyak mengandung asam
lemak berkonfigurasi omega-6.
STANSBY (dalam SUSILAWATI,
1994) mengemukakan bahwa asam lemak
dengan konfigurasi omega-3 adalah asam
lemak yang memiliki posisi ikatan rangkap
pertama pada atom karbon nomor 3 dari ujung
gugus metilnya. Asam-asam lemak alami yang
termasuk dalam kelompok asam lemak
omega-3 adalah asam linolenat, asam
eikosapentaenoat, dan asam dokosa
heksaenoat.
11
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
Rumus molekul ketiga asam lemak
omega-3 tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Asam linolenat
CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-
CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)3-COOH
Asam eicosapentaenoat
CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-
CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-
(CH2)2-COOH
Asam docosahexaenoat
Tujuan penulisan ini ialah untuk
memberikan gambaran mengenai penggunaan
minyak ikan sebagai sumber asam lemak omega-
3, metoda isolasinya, dan kegunaanya untuk
menjaga kesehatan manusia.
PRODUKSI MINYAK IKAN
Saat ini jenis ikan pelagis merupakan
sumber minyak ikan terbesar di dunia
(SOBSTAD, 1990). Sebanyak 90% produksi
minyak ikan dunia terdapat di 10 negara dan
terkonsentrasi di Eropa Utara, Asia Tenggara,
Amerika Selatan, Amerika Serikat, dan Rusia
(OPSTVEDT et al, 1990).
Menurut OPSTVEDT et al. (1990),
penangkapan ikan pelagis terkonsentrasi pada
wilayah tertentu di dunia. Misalnya,
penangkapan jenis "herring" di Laut Utara dan
Laut Bering yang terdiri dari "herring" (Clupea
harengus), "mackerel" (Scomber scombus),
"sanded" (Ammodytes tobianus), dan "cape-
lin" (Mollotus villosus). Sedangkan
penangkapan ikan jenis "menhaden"
(Brevoortia spp.) di Teluk Mexico dan pantai
Atlantik (Amerika Serikat). Jenis "anchovy"
yang terdiri dari "anchovy" (Engraulis
encrasicolus), "sardine" (Sardina pilchardus),
dan "horse mackerel" (Trachurus trachurus)
ditemukan di pantai Atlantik Selatan (Afrika
Selatan) dan perairan Pantai Pasifik (Jepang dan
Rusia). Selain itu, minyak ikan yang banyak
ditemukan di pasaran juga berasal dari
beberapa jenis ikan lainnya, yaitu "cod" (Ga-
dus morhua), "coalfish" (Pollachius virens),
dan "haddock" (Melanogrammus aeglefinus).
Minyak ikan yang diperdagangkan
biasanya terdiri dari 95% atau lebih trigliserida.
Sekitar 1 % dari minyak ikan tersebut merupakan
fosfolipid dan 2 - 5% berupa bagian yang
tersabunkan, misalnya kolesterol, hidrokarbon,
vitamin-vitamin yang terlarut dalam lemak.
Kadar kolesterol sekitar 0,7% (OPSTVEDT et
al., 1990).
Begitu banyak publikasi yang
menyebutkan bahwa komposisi asam lemak dari
minyak ikan erat kaitannya dengan jenis ikan,
wilayah geografis, dan musim penangkapan.
Misalnya, minyak ikan yang ada di pasaran
yang berasal dari jenis "menhaden" telah
berhasil diidentifikasi sekitar 36 asam lemak
yang berbeda (OPSTVEDT et al., 1990).
METODE PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
MINYAK IKAN
Menurut SOBSTAD (1990), ada 3
macam cara yang dapat digunakan dalam
pemisahan minyak ikan, yaitu cara tradisional,
cara "Centrifish", dan cara "Condec". Cara
tradisional dan "Condec" menggunakan panas
uap, sedangkan cara "Centrifish" menggunakan
panas gas. Pada dasarnya ketiga macam cara
pemisahan minyak ikan tersebut di atas terdiri
dari 2 tahap, yaitu :
l. Pengukusan
Perlakuan awal terhadap ikan yang akan
diambil minyaknya adalah dengan mengukusnya
pada temperatur 95°C. Perlakuan ini terutama
dimaksudkan untuk mengendapkan protein,
12
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
mengurangi tingkat kelarutan protein, dan
tingkat kekentalan protein. Hal tersebut perlu
dilakukan untuk mempermudah proses
pemisahan minyak ikan. Minyak ikan yang
diperoleh tersebut memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda dan memerlukan penanganan
khusus.
2. Pemisahan fase cair dan fase padat
Setelah pengukusan dilakukan, tahap
selanjutnya adalah pemisahan minyak ikan
(fase cair) dengan residu (fase padat).
Pemisahan cara tradisional dilakukan dengan
menggunakan tekanan, sedangkan pemisahan
cara "Condec" dan "Centrifish" dilakukan
dengan menggunakan "decanter sentrifuge".
Walaupun cara pemisahan minyak ikan
menggunakan tekanan bukan cara yang mod-
ern, tetapi kenyataannya cara tersebut masih
lebih dominan digunakan.
Cara pemisahan minyak ikan
menggunakan tekanan akan memberikan suatu
hasil yang cukup efisien terhadap komponen
yang terkoagulasi dengan cairan, yaitu sekitar
88% dari total minyak ikan dan 75% dari total
air ditransfer ke dalam fase cair. Namun
demikian, sekitar 24 - 25% komponen padat
bukan lemak akan menyatu dengan fase cair.
Hal tersebut akan berpengaruh terhadap nilai
viskositas dan proses pemisahan. Sedangkan
penggunaan "decanter sentrifuge" dilakukan
dengan cara menuang langsung hasil
pengukusan ke dalam mesin pemisah untuk
dipisahkan. Cara seperti ini akan sangat
menguntungkan karena sekitar 90% dari total
minyak ikan dapat diperoleh.
Setelah tahap pemisahan minyak ikan
selesai, tahap berikutnya adalah pemurnian
minyak ikan. Menurut SOBSTAD (1990) proses
pemurnian minyak ikan terdiri dari 5 tahap,
yaitu:
1. Saponifikasi (penyabunan)
Proses pemurnian minyak ikan pada
umumnya diawali dengan penambahan larutan
alkali encer (misalnya, larutan NaOH). Proses
ini disebut juga proses penyabunan. Tujuan
dari penambahan larutan alkali encer adalah
untuk menetralisir dan menghilangkan asam-
asam bebas lemak. Proses penyabunan tersebut
akan menyebabkan komponen asam menyatu
dengan fase air.
2. Pemucatan (bleaching)
Setelah tahap penyabunan selesai,
tahap berikutnya adalah pemucatan (bleach-
ing) yang pada umumnya dilakukan dengan
menambahkan bentonit pada minyak dalam
kondisi panas atau dingin. Penambahan
bentonit dapat mengurangi warna dan bau
minyak ikan, mereduksi bilangan peroksida dan
bilangan asam serta meningkatkan bilangan
penyabunan.
3. Penyaringan
Penyaringan dilakukan dengan
menggunakan tekanan untuk memisahkan
bentonit yang mengandung pengotor reaktif,
seperti komponen warna.
4. Deodorisasi (penghilangan bau)
Tahap akhir dari proses pemurnian
minyak ikan adalah proses deodorisasi yang
merupakan tahapan penting dalam proses
pemurnian minyak ikan. Sejumlah kecil
komponen yang mudah menguap (volatil) yang
terdapat dalam minyak ikan dihilangkan melalui
proses penyulingan uap. Komponen-
komponen tersebut erat kaitannya dengan
masalah bau dan rasa dari minyak ikan.
5. Penyimpanan
Minyak ikan yang telah dimurnikan
hendaknya disimpan dalam wadah yang bersih
13
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
dan tertutup, sebab minyak ikan dapat
mengalami kerusakan sebagai akibat dari
perubahan oksidatif. Pertumbuhan
mikroorganisme selama masa penyimpanan
dapat merusak mutu minyak ikan. Oleh karena
itu tingkat kebersihan selama proses
penyimpanan berlangsung merupakan hal
yang sangat penting. Tidak hanya karena
perkembangan teknologi yang semakin
kompleks, tetapi juga karena kapasitas wadah
penampungan yang digunakan lebih besar.
Untuk dapat mengetahui kualitas
minyak ikan hasil pemurnian, maka perlu
dilakukan perbandingan antara karakteristik
minyak ikan sebelum dan sesudah pemurnian.
Beberapa karakteristik yang sering dijadikan
dasar dalam penentuan kualitas minyak ikan
adalah bilangan penyabunan, bilangan
peroksida, bilangan asam, dan bilangan
yodium. Penentuan karakteristik tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan Penyabunan
Menurut WOODMAN dan SNELL et
al. (dalam SUDARMADJI, 1984), bilangan
penyabunan didefinisikan sebagai jumlah mg
kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk
mengikat asam bebas dan untuk menyabunkan
ester dari 1 gram senyawa. Prosedur penentuan
bilangan penyabunan adalah sebagai berikut:
Timbang sebanyak 5 gram contoh ke dalam
erlenmeyer 200 ml, lalu tambahkan 50 ml KOH
yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1 liter
alkohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin
balik. Didihkan dengan hati-hati selama 30
menit. Selanjutnya dinginkan dan tambah
beberapa tetes indikator phenopthalein. Titrasi
kelebihan larutan KOH dengan larutan standar
0,5 N HC1. Dilakukan pengerjaan blanko.
Bilangan = 28,05 x (titran blanko-titran contoh
penyabunan berat contoh
b. Bilangan Peroksida
Menurut AOAC (dalam SUDARMADJI,
1984), bilangan peroksida didefinisikan sebagai
jumlah peroksida dalam miliekuivalen oksigen
aktif yang dikandung dalam 1000 gram
senyawa. Prosedur penentuan bilangan
peroksida adalah sebagai berikut: Sebanyak 5
gram contoh konsentrat dalam erlenmeyer 250
ml ditambah dengan 30 ml pelarut yang terdiri
dari 60 % asam asetat glasial dan 40 %
kloroform dan dikocok sampai semua minyak
larut. Tambahkan 0,5 ml KI jenuh (sebagai
katalisator reaksi) dan didiamkan selama 2 menit
pada ruang gelap dengan sesekali dikocok.
Larutan ditambah 30 ml aquades. Kelebihan iod
dititrasi dengan sodium tiosulfat 0,01 N.
Dilakukan pengerjaan blanko.
c. Bilangan Asam
Menurut WOODMAN dan SNELL et
al (dalam SUDARMADJI, 1984), bilangan
asam didefinisikan sebagai jumlah kalium
hidroksida yang dibutuhkan untuk netralisasi
asam bebas yang terdapat dalam 1 gram
senyawa. Prosedur penentuan bilangan
penyabunan adalah sebagai berikut: Timbang
20 gram contoh, lalu tambah dengan 50 ml
etanol 95% (untuk melarutkan lemak). Panaskan
sampai mendidih sambil diaduk. Larutan ini
dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan indikator
phenolpthalein sampai terbentuk warna merah
muda.
Bilangan asam = ml KOH x NKOH x 56,1
gram contoh
d. Bilangan Yodium
Menurut WOODMAN dan SNELL et al.
(dalam SUDARMADJI, 1984), bilangan
14
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
yodium didefinisikan sebagai bilangan yang
menunjukkan tingkat ketidakjenuhan dari
minyak ikan tersebut. Prosedur penentuan
bilangan yodium adalah sebagai berikut :
Timbang minyak ikan sebanyak 0,5 gram dalam
erlenmeyer bertutup. Tambah 10 ml
kloroform atau karbon tetra klorida dan 25
ml reagen yodium - bromida. Biarkan di
ruang gelap selama 30 menit sambil
sesekali dikocok. Kemudian tambahkan 10 ml
larutan KI 15% dan aquades 100 ml yang telah
didihkan, dan segera dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,l N sampai larutan berwarna
kuning pucat. Tambahkan 2 ml larutan pati.
Titrasi sampai warna biru hilang. Dilakukan
pengerjaan blanko.
Bilangan = ml titran (blanko - contoh) x 12,691
yodium gram contoh
e. Bau dan Warna
Masalah bau dan warna merupakan
bagian yang cukup penting karena menyangkut
penampakan minyak ikan. Perubahan bau dan
warna minyak ikan dapat diamati setelah
penambahan bentonit dalam proses pemucatan
(bleaching).
METODE ISOLASI ASAM LEMAK
OMEGA-3
Minyak ikan yang akan diisolasi untuk
mendapatkan asam lemak omega-3 adalah
minyak ikan yang telah melalui proses
pemisahan dan pemurnian seperti di atas.
Berikut ini akan diuraikan salah satu metode
isolasi asam lemak omega-3 yang biasa
digunakan, yaitu metode MEDINA et al.
(1995). Prosedur isolasinya dibagi atas 2 tahap,
yaitu:
1. Saponifikasi minyak ikan
Sebanyak 350 gram minyak ikan hasil
pemurnian disaponifikasi dengan 700 gram
larutan NaOH dalam alkohol encer (120 gram
NaOH dan 1,25 gram Ethylene Diamine
Tetraacetic Acid (EDTA) dilarutkan dalam 400
ml aquades dan 400 ml etanol 96%). Saponifikasi
dilakukan pada temperatur kamar selama 8 jam
dengan pengadukan secara konstan sambil
dialiri gas nirogen. Hasil saponifikasi tersebut
ditambahkan dengan larutan HC1 6N sampai
pH larutan mencapai 1. Setelah pH 1 tercapai,
lalu ditambahkan n-heksan sebanyak 200 ml
(beberapa kali). Campuran diuapkan dengan
rotavapor pada temperatur 30°C.
2. Fraksinasi dengan urea
Sebanyak 25 gram asam lemak hasil
saponifikasi di atas ditambahkan ke dalam 100
ml larutan urea panas (65 -70°C) (rasio urea/
asam lemak sebesar 4:1) dan 267 ml metanol.
Campuran diaduk sampai jernih. Urea dan
senyawa kompleks urea dibiarkan semalam
sampai mengkristal pada temperatur antara -
36°C sampai 36°C. Setelah dilakukan
penyaringan, fase cair dievaporasi vakum pada
temperatur kamar. Konsentrat kemudian
ditambahkan dengan HC1 0,1 N sebanyak 125
ml dan n-heksan sebanyak 125 ml. Kemudian
lapisan heksan dipisahkan. Lapisan bagian
bawah diekstraksi kembali dengan 50 ml n-
heksan. Campuran fase heksan dievaporasi
vakum pada temperatur kamar. Konsentrat yang
diperoleh ditambahkan dengan octyl gallate
sebagai penstabil. Konsentrat yang diperoleh
merupakan konsentrat asam lemak omega-3
yang kaya akan EPA dan DHA. Konsentrat
disimpan dalam wadah tertutup pada
temperatur-20°C.
15
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
MANFAATASAMLEMAKOMEGA-3
Sejak tiga dekade yang lalu, secara ilmiah
telah diakui pentingnya minyak ikan dalam
nutrisi dan pencegahan berbagai macam
penyakit. Studi epidemiologi pada awal tahun
1970 "dipostulatkan" bahwa kurangnya
penderita penyakit jantung koroner di kalangan
orang Eskimo, kemungkinan berkaitan dengan
kebiasaan mengkonsumsi makanan khusus
berupa ikan yang kaya akan asam lemak tak
jenuh majemuk (Polyunsaturated fatty acids),
khususnya eicosapentaenoic acid (EPA ;
C20:5n-3) dan docosahexaenoic acid (DHA;
C22:6n-3). Beberapa informasi menyebutkan
bahwa makanan yang dikonsumsi sebaiknya
mengandung n-6 dan n-3 dengan rasio 1 :1 ,
sedangkan diet orang-orang Eropa dan
Amerika saat ini perbandingannya mencapai
10:1 sampai 20 -25 : 1. Karena itu pada diet
orang-orang Eropa dan Amerika defisiensi akan
asam lemak n-3, dibandingkan dengan diet pada
orang-orang yang mengkonsumsi makanan
yang telah disempurnakan (bergizi lengkap dan
seimbang) (WANASUNDARA, 1993).
Sejak tahun 1972 asam lemak omega-3
telah diakui memiliki peranan penting bagi
kesehatan. EPA dapat memperbaiki sistem
sirkulasi dan dapat membantu pencegahan
penyempitan dan pengerasan pembuluh darah
(atherosclerosis) dan penggumpalan keping
darah (thrombosis). Akhir-akhir ini penelitian
terhadap sistem syaraf pusat menunjukkan
bahwa DHA penting bagi perkembangan
manusia sejak awal. Pada masa bayi, DHA
memiliki konsentrasi yang sangat tinggi dalam
otak dan jaringan retina. DHA terakumulasi
sejak janin sampai kehidupan bayi. Defisiensi
DHA dalam diet dapat meningkatkan
ketidaknormalan yang kemungkinan tidak
dapat dipulihkan (MEDINA et al, 1995).
Menurut PIGGOT et al. (dalam
SUSILAWATI, 1994), air susu ibu (ASI)
mengandung DHA dengan jumlah yang
tergantung pada pola makanan sang ibu. Oleh
karena itu, konsumsi asam lemak omega 3 dalam
bentuk minyak ikan alamiah atau konsentrat
asam lemak omega-3 sangat dianjurkan. Sebuah
konferenssi internasional di Amerika Serikat
merekomendasikan untuk mengkonsumsi satu
atau dua asam lemak omega-3 per hari atau
sekitar 10 - 20 gram minyak ikan per hari.
DAFTAR PUSTAKA
MEDINA, A. R., A. G. GIMENEZ, F. G.
CAMACHO, J.A. S. PEREZ, E. M.
GRIMA, and A.C. Gomez. 1995. Con-
centration and Purification of
Stearidonic, Eicosapentaenoic, and
Docosahexaenoic Acids from Cod Liver
Oil and the Marine Microalga Isochrysis
galbana. J. of the American Oil Chem.
Soc. 72 (5): 575 -583
OPSTVEDT, j., N. URDAHL, and J.
PETTERSEN. 1990. Fish Oils - An Old
Fat Source with New Possibilities In
Edible Fats and Oils Processing (D.P.
Erickson, ed.). American Oil Chemists'
society Champaign. Illionis, 250 - 259
SOBSTAD, G. 1990. Marine oils: The Technol-
ogy of Separation and Purification of
Marine Oils In : Edible Fats and Oils
Processing (D.P. Erickson, ed.). Ameri-
can Oil Chemists's Society Champaign.
Illionis, 37-42
SUDARMADJI, S., B. HARYONO, dan
SUHARDI. 1984. Prosedur Analisa
Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Edisi Ketiga. Liberty.
Yogyakarta, 138 hal.
SUSILAWATI. 1994. Isolasi Asam Lemak
Omega-3 dan Bantalan Mata Ikan Tuna.
Laporan Penelitian Pusat Antar Univer-
sitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian
Bogor, 106 hal.
WANASUNDARA, U.N. and F. SHAHIDI.
1998. Lipase-Assisted Concentration of
n-3 Polyunsaturated Fatty Acids in
Acylglycerols from Marine Oils. J. of
the American Oil Chem. Soc, 75 (8): 943
-951
16
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003

More Related Content

What's hot

margarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawitmargarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawitFAJRUL MUBAROK
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitMuhammad Yuswani
 
Proses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaProses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaVitha d'Ggr
 
Product knowledge kapsul gamat hpai timun emas
Product knowledge kapsul gamat hpai timun emasProduct knowledge kapsul gamat hpai timun emas
Product knowledge kapsul gamat hpai timun emasradhiani
 
Ester – pembuatan margarin
Ester – pembuatan margarinEster – pembuatan margarin
Ester – pembuatan margarinIndafitria17
 
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuPemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuAkhi Setiawan
 
Tipus produksi cpo 3
Tipus produksi cpo 3Tipus produksi cpo 3
Tipus produksi cpo 3Ebermusic
 
Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?
Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?
Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?Khairul kaz
 
Ikan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanIkan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanAgnescia Sera
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...
Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...
Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...Annisaa Siti Zulaicha
 
Laporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vcoLaporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vcoPoetra Chebhungsu
 
Lemak dan-minyak
Lemak dan-minyakLemak dan-minyak
Lemak dan-minyakridhar
 

What's hot (19)

margarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawitmargarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawit
 
minyak nabati
minyak nabatiminyak nabati
minyak nabati
 
Biokimidasar
Biokimidasar Biokimidasar
Biokimidasar
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawit
 
Saponifikasi
SaponifikasiSaponifikasi
Saponifikasi
 
Proses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaProses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapa
 
Product knowledge kapsul gamat hpai timun emas
Product knowledge kapsul gamat hpai timun emasProduct knowledge kapsul gamat hpai timun emas
Product knowledge kapsul gamat hpai timun emas
 
Ester – pembuatan margarin
Ester – pembuatan margarinEster – pembuatan margarin
Ester – pembuatan margarin
 
Polisakarida Fungsional
Polisakarida FungsionalPolisakarida Fungsional
Polisakarida Fungsional
 
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuPemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
 
Tipus produksi cpo 3
Tipus produksi cpo 3Tipus produksi cpo 3
Tipus produksi cpo 3
 
Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?
Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?
Apa itu K-sauda VCO dari K-Link?
 
Ikan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanIkan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil Perairan
 
biogas
biogasbiogas
biogas
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...
Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...
Study Of The Fatty Acid Profile And The Aroma Composition Of Oil obtained Fro...
 
Laporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vcoLaporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vco
 
Lemak dan-minyak
Lemak dan-minyakLemak dan-minyak
Lemak dan-minyak
 

Similar to Oseana xxviii(3)11 16

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Raudatul jannah
 
F98 lmu abstract
F98 lmu abstractF98 lmu abstract
F98 lmu abstractNo Free
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalErnalia Rosita
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Ibenk Hallen
 
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptxputinur1
 
Terapi minyak kelapa / extra virgin coconut oil
Terapi minyak kelapa / extra virgin coconut oilTerapi minyak kelapa / extra virgin coconut oil
Terapi minyak kelapa / extra virgin coconut oilannas ahmad setiawan
 
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakLaporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakMelina Eka
 
409872860-Lipid-1-print-out-ppt.ppt
409872860-Lipid-1-print-out-ppt.ppt409872860-Lipid-1-print-out-ppt.ppt
409872860-Lipid-1-print-out-ppt.pptsinaga25
 
[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...
[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...
[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...Muhamad Imam Khairy
 
Entrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalEntrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalMasyithahFauzi
 
Pengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurPengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurNery Azni Ch
 
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfar
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfarPpt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfar
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfarAnna Lisstya
 

Similar to Oseana xxviii(3)11 16 (20)

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
 
ilmu bahan pangan
ilmu bahan panganilmu bahan pangan
ilmu bahan pangan
 
F98 lmu abstract
F98 lmu abstractF98 lmu abstract
F98 lmu abstract
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
20230614-IV-ANALISIS LEMAK.pptx
 
Terapi minyak kelapa / extra virgin coconut oil
Terapi minyak kelapa / extra virgin coconut oilTerapi minyak kelapa / extra virgin coconut oil
Terapi minyak kelapa / extra virgin coconut oil
 
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakLaporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
 
Bahan Ajar "Lemak"
Bahan Ajar "Lemak"Bahan Ajar "Lemak"
Bahan Ajar "Lemak"
 
409872860-Lipid-1-print-out-ppt.ppt
409872860-Lipid-1-print-out-ppt.ppt409872860-Lipid-1-print-out-ppt.ppt
409872860-Lipid-1-print-out-ppt.ppt
 
[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...
[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...
[Jurnal] Penetapan Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit (Elaeis gui...
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Entrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalEntrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemical
 
Pengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurPengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undur
 
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfar
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfarPpt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfar
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfar
 

More from brawijaya university

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...brawijaya university
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSbrawijaya university
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storagebrawijaya university
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatbrawijaya university
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperbrawijaya university
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...brawijaya university
 
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...brawijaya university
 

More from brawijaya university (20)

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
biokimia ikan
biokimia ikanbiokimia ikan
biokimia ikan
 
Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)
 
Ratnawati k
Ratnawati kRatnawati k
Ratnawati k
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
 
Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2
 
Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
 
Its undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paperIts undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paper
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
 
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alinaBuletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
 
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
 
379 465-1-pb
379 465-1-pb379 465-1-pb
379 465-1-pb
 

Oseana xxviii(3)11 16

  • 1. Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 11-16 ISSN 0216-1877 ASAM LEMAK OMEGA-3 DARI MINYAK IKAN Oleh AbdullahRasyid 1) ABSTRACT OMEGA-3 FATTY ACID FROM FISH OIL. Fish oil has been used for food supple- ments, human consumption, cosmetics, food fat, pharmaceutical products, and various products for technical applications. This paper will describe utilization of fish oil as source of omega-3 fatty acid, isolation method of omega-3 fatty acid form fish oil, and benefit of omega-3 fatty acid for health human. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah asam lemak omega-3. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatannya dalam berbagai produk makanan dan tambahan makanan yang ditawarkan kepada konsumen. Kita akan dengan mudah mendapatkannya di apotik ataupun su- permarket, mulai dari produk makanan bayi sampai produk untuk orang dewasa. Begitu pentingnya peranan asam lemak omega-3 bagi kesehatan manusia, sehingga produsen (terutama makanan dan tambahan makanan) berlomba-lomba membuat produk yang mengandung asam lemak omega-3. Sebaliknya, kita sebagai konsumen seolah-olah terbius dengan iklan-iklan di media cetak dan elektronik (televisi, radio, koran). Tidaklah mengherankan jika kita ingin membeli suatu produk makanan atau tambahan makanan selalu memilih produk yang mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 termasuk dalam kelompok asam lemak esensial. Asam lemak ini disebut esensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Asam lemak esensial lainnya yang termasuk dalam kelompok "omega" adalah asam lemak omega-6. Menurut BIMBO (dalam SUSILAWATI, 1994), jenis asam lemak tak jenuh pada minyak ikan hampir sama dengan minyak pada tumbuhan. Perbedaannya hanya pada kadar asam lemak tertentu. Misalnya, asam lemak utama pada minyak ikan berkonfigurasi omega- 3, sedangkan pada minyak tumbuhan dan hewan lainnya lebih banyak mengandung asam lemak berkonfigurasi omega-6. STANSBY (dalam SUSILAWATI, 1994) mengemukakan bahwa asam lemak dengan konfigurasi omega-3 adalah asam lemak yang memiliki posisi ikatan rangkap pertama pada atom karbon nomor 3 dari ujung gugus metilnya. Asam-asam lemak alami yang termasuk dalam kelompok asam lemak omega-3 adalah asam linolenat, asam eikosapentaenoat, dan asam dokosa heksaenoat. 11 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
  • 2. Rumus molekul ketiga asam lemak omega-3 tersebut di atas adalah sebagai berikut: CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH Asam linolenat CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH- CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)3-COOH Asam eicosapentaenoat CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH- CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH- (CH2)2-COOH Asam docosahexaenoat Tujuan penulisan ini ialah untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan minyak ikan sebagai sumber asam lemak omega- 3, metoda isolasinya, dan kegunaanya untuk menjaga kesehatan manusia. PRODUKSI MINYAK IKAN Saat ini jenis ikan pelagis merupakan sumber minyak ikan terbesar di dunia (SOBSTAD, 1990). Sebanyak 90% produksi minyak ikan dunia terdapat di 10 negara dan terkonsentrasi di Eropa Utara, Asia Tenggara, Amerika Selatan, Amerika Serikat, dan Rusia (OPSTVEDT et al, 1990). Menurut OPSTVEDT et al. (1990), penangkapan ikan pelagis terkonsentrasi pada wilayah tertentu di dunia. Misalnya, penangkapan jenis "herring" di Laut Utara dan Laut Bering yang terdiri dari "herring" (Clupea harengus), "mackerel" (Scomber scombus), "sanded" (Ammodytes tobianus), dan "cape- lin" (Mollotus villosus). Sedangkan penangkapan ikan jenis "menhaden" (Brevoortia spp.) di Teluk Mexico dan pantai Atlantik (Amerika Serikat). Jenis "anchovy" yang terdiri dari "anchovy" (Engraulis encrasicolus), "sardine" (Sardina pilchardus), dan "horse mackerel" (Trachurus trachurus) ditemukan di pantai Atlantik Selatan (Afrika Selatan) dan perairan Pantai Pasifik (Jepang dan Rusia). Selain itu, minyak ikan yang banyak ditemukan di pasaran juga berasal dari beberapa jenis ikan lainnya, yaitu "cod" (Ga- dus morhua), "coalfish" (Pollachius virens), dan "haddock" (Melanogrammus aeglefinus). Minyak ikan yang diperdagangkan biasanya terdiri dari 95% atau lebih trigliserida. Sekitar 1 % dari minyak ikan tersebut merupakan fosfolipid dan 2 - 5% berupa bagian yang tersabunkan, misalnya kolesterol, hidrokarbon, vitamin-vitamin yang terlarut dalam lemak. Kadar kolesterol sekitar 0,7% (OPSTVEDT et al., 1990). Begitu banyak publikasi yang menyebutkan bahwa komposisi asam lemak dari minyak ikan erat kaitannya dengan jenis ikan, wilayah geografis, dan musim penangkapan. Misalnya, minyak ikan yang ada di pasaran yang berasal dari jenis "menhaden" telah berhasil diidentifikasi sekitar 36 asam lemak yang berbeda (OPSTVEDT et al., 1990). METODE PEMISAHAN DAN PEMURNIAN MINYAK IKAN Menurut SOBSTAD (1990), ada 3 macam cara yang dapat digunakan dalam pemisahan minyak ikan, yaitu cara tradisional, cara "Centrifish", dan cara "Condec". Cara tradisional dan "Condec" menggunakan panas uap, sedangkan cara "Centrifish" menggunakan panas gas. Pada dasarnya ketiga macam cara pemisahan minyak ikan tersebut di atas terdiri dari 2 tahap, yaitu : l. Pengukusan Perlakuan awal terhadap ikan yang akan diambil minyaknya adalah dengan mengukusnya pada temperatur 95°C. Perlakuan ini terutama dimaksudkan untuk mengendapkan protein, 12 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
  • 3. mengurangi tingkat kelarutan protein, dan tingkat kekentalan protein. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mempermudah proses pemisahan minyak ikan. Minyak ikan yang diperoleh tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda dan memerlukan penanganan khusus. 2. Pemisahan fase cair dan fase padat Setelah pengukusan dilakukan, tahap selanjutnya adalah pemisahan minyak ikan (fase cair) dengan residu (fase padat). Pemisahan cara tradisional dilakukan dengan menggunakan tekanan, sedangkan pemisahan cara "Condec" dan "Centrifish" dilakukan dengan menggunakan "decanter sentrifuge". Walaupun cara pemisahan minyak ikan menggunakan tekanan bukan cara yang mod- ern, tetapi kenyataannya cara tersebut masih lebih dominan digunakan. Cara pemisahan minyak ikan menggunakan tekanan akan memberikan suatu hasil yang cukup efisien terhadap komponen yang terkoagulasi dengan cairan, yaitu sekitar 88% dari total minyak ikan dan 75% dari total air ditransfer ke dalam fase cair. Namun demikian, sekitar 24 - 25% komponen padat bukan lemak akan menyatu dengan fase cair. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap nilai viskositas dan proses pemisahan. Sedangkan penggunaan "decanter sentrifuge" dilakukan dengan cara menuang langsung hasil pengukusan ke dalam mesin pemisah untuk dipisahkan. Cara seperti ini akan sangat menguntungkan karena sekitar 90% dari total minyak ikan dapat diperoleh. Setelah tahap pemisahan minyak ikan selesai, tahap berikutnya adalah pemurnian minyak ikan. Menurut SOBSTAD (1990) proses pemurnian minyak ikan terdiri dari 5 tahap, yaitu: 1. Saponifikasi (penyabunan) Proses pemurnian minyak ikan pada umumnya diawali dengan penambahan larutan alkali encer (misalnya, larutan NaOH). Proses ini disebut juga proses penyabunan. Tujuan dari penambahan larutan alkali encer adalah untuk menetralisir dan menghilangkan asam- asam bebas lemak. Proses penyabunan tersebut akan menyebabkan komponen asam menyatu dengan fase air. 2. Pemucatan (bleaching) Setelah tahap penyabunan selesai, tahap berikutnya adalah pemucatan (bleach- ing) yang pada umumnya dilakukan dengan menambahkan bentonit pada minyak dalam kondisi panas atau dingin. Penambahan bentonit dapat mengurangi warna dan bau minyak ikan, mereduksi bilangan peroksida dan bilangan asam serta meningkatkan bilangan penyabunan. 3. Penyaringan Penyaringan dilakukan dengan menggunakan tekanan untuk memisahkan bentonit yang mengandung pengotor reaktif, seperti komponen warna. 4. Deodorisasi (penghilangan bau) Tahap akhir dari proses pemurnian minyak ikan adalah proses deodorisasi yang merupakan tahapan penting dalam proses pemurnian minyak ikan. Sejumlah kecil komponen yang mudah menguap (volatil) yang terdapat dalam minyak ikan dihilangkan melalui proses penyulingan uap. Komponen- komponen tersebut erat kaitannya dengan masalah bau dan rasa dari minyak ikan. 5. Penyimpanan Minyak ikan yang telah dimurnikan hendaknya disimpan dalam wadah yang bersih 13 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
  • 4. dan tertutup, sebab minyak ikan dapat mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan oksidatif. Pertumbuhan mikroorganisme selama masa penyimpanan dapat merusak mutu minyak ikan. Oleh karena itu tingkat kebersihan selama proses penyimpanan berlangsung merupakan hal yang sangat penting. Tidak hanya karena perkembangan teknologi yang semakin kompleks, tetapi juga karena kapasitas wadah penampungan yang digunakan lebih besar. Untuk dapat mengetahui kualitas minyak ikan hasil pemurnian, maka perlu dilakukan perbandingan antara karakteristik minyak ikan sebelum dan sesudah pemurnian. Beberapa karakteristik yang sering dijadikan dasar dalam penentuan kualitas minyak ikan adalah bilangan penyabunan, bilangan peroksida, bilangan asam, dan bilangan yodium. Penentuan karakteristik tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: a. Bilangan Penyabunan Menurut WOODMAN dan SNELL et al. (dalam SUDARMADJI, 1984), bilangan penyabunan didefinisikan sebagai jumlah mg kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk mengikat asam bebas dan untuk menyabunkan ester dari 1 gram senyawa. Prosedur penentuan bilangan penyabunan adalah sebagai berikut: Timbang sebanyak 5 gram contoh ke dalam erlenmeyer 200 ml, lalu tambahkan 50 ml KOH yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1 liter alkohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin balik. Didihkan dengan hati-hati selama 30 menit. Selanjutnya dinginkan dan tambah beberapa tetes indikator phenopthalein. Titrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan standar 0,5 N HC1. Dilakukan pengerjaan blanko. Bilangan = 28,05 x (titran blanko-titran contoh penyabunan berat contoh b. Bilangan Peroksida Menurut AOAC (dalam SUDARMADJI, 1984), bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah peroksida dalam miliekuivalen oksigen aktif yang dikandung dalam 1000 gram senyawa. Prosedur penentuan bilangan peroksida adalah sebagai berikut: Sebanyak 5 gram contoh konsentrat dalam erlenmeyer 250 ml ditambah dengan 30 ml pelarut yang terdiri dari 60 % asam asetat glasial dan 40 % kloroform dan dikocok sampai semua minyak larut. Tambahkan 0,5 ml KI jenuh (sebagai katalisator reaksi) dan didiamkan selama 2 menit pada ruang gelap dengan sesekali dikocok. Larutan ditambah 30 ml aquades. Kelebihan iod dititrasi dengan sodium tiosulfat 0,01 N. Dilakukan pengerjaan blanko. c. Bilangan Asam Menurut WOODMAN dan SNELL et al (dalam SUDARMADJI, 1984), bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk netralisasi asam bebas yang terdapat dalam 1 gram senyawa. Prosedur penentuan bilangan penyabunan adalah sebagai berikut: Timbang 20 gram contoh, lalu tambah dengan 50 ml etanol 95% (untuk melarutkan lemak). Panaskan sampai mendidih sambil diaduk. Larutan ini dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan indikator phenolpthalein sampai terbentuk warna merah muda. Bilangan asam = ml KOH x NKOH x 56,1 gram contoh d. Bilangan Yodium Menurut WOODMAN dan SNELL et al. (dalam SUDARMADJI, 1984), bilangan 14 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
  • 5. yodium didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukkan tingkat ketidakjenuhan dari minyak ikan tersebut. Prosedur penentuan bilangan yodium adalah sebagai berikut : Timbang minyak ikan sebanyak 0,5 gram dalam erlenmeyer bertutup. Tambah 10 ml kloroform atau karbon tetra klorida dan 25 ml reagen yodium - bromida. Biarkan di ruang gelap selama 30 menit sambil sesekali dikocok. Kemudian tambahkan 10 ml larutan KI 15% dan aquades 100 ml yang telah didihkan, dan segera dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,l N sampai larutan berwarna kuning pucat. Tambahkan 2 ml larutan pati. Titrasi sampai warna biru hilang. Dilakukan pengerjaan blanko. Bilangan = ml titran (blanko - contoh) x 12,691 yodium gram contoh e. Bau dan Warna Masalah bau dan warna merupakan bagian yang cukup penting karena menyangkut penampakan minyak ikan. Perubahan bau dan warna minyak ikan dapat diamati setelah penambahan bentonit dalam proses pemucatan (bleaching). METODE ISOLASI ASAM LEMAK OMEGA-3 Minyak ikan yang akan diisolasi untuk mendapatkan asam lemak omega-3 adalah minyak ikan yang telah melalui proses pemisahan dan pemurnian seperti di atas. Berikut ini akan diuraikan salah satu metode isolasi asam lemak omega-3 yang biasa digunakan, yaitu metode MEDINA et al. (1995). Prosedur isolasinya dibagi atas 2 tahap, yaitu: 1. Saponifikasi minyak ikan Sebanyak 350 gram minyak ikan hasil pemurnian disaponifikasi dengan 700 gram larutan NaOH dalam alkohol encer (120 gram NaOH dan 1,25 gram Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) dilarutkan dalam 400 ml aquades dan 400 ml etanol 96%). Saponifikasi dilakukan pada temperatur kamar selama 8 jam dengan pengadukan secara konstan sambil dialiri gas nirogen. Hasil saponifikasi tersebut ditambahkan dengan larutan HC1 6N sampai pH larutan mencapai 1. Setelah pH 1 tercapai, lalu ditambahkan n-heksan sebanyak 200 ml (beberapa kali). Campuran diuapkan dengan rotavapor pada temperatur 30°C. 2. Fraksinasi dengan urea Sebanyak 25 gram asam lemak hasil saponifikasi di atas ditambahkan ke dalam 100 ml larutan urea panas (65 -70°C) (rasio urea/ asam lemak sebesar 4:1) dan 267 ml metanol. Campuran diaduk sampai jernih. Urea dan senyawa kompleks urea dibiarkan semalam sampai mengkristal pada temperatur antara - 36°C sampai 36°C. Setelah dilakukan penyaringan, fase cair dievaporasi vakum pada temperatur kamar. Konsentrat kemudian ditambahkan dengan HC1 0,1 N sebanyak 125 ml dan n-heksan sebanyak 125 ml. Kemudian lapisan heksan dipisahkan. Lapisan bagian bawah diekstraksi kembali dengan 50 ml n- heksan. Campuran fase heksan dievaporasi vakum pada temperatur kamar. Konsentrat yang diperoleh ditambahkan dengan octyl gallate sebagai penstabil. Konsentrat yang diperoleh merupakan konsentrat asam lemak omega-3 yang kaya akan EPA dan DHA. Konsentrat disimpan dalam wadah tertutup pada temperatur-20°C. 15 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003
  • 6. MANFAATASAMLEMAKOMEGA-3 Sejak tiga dekade yang lalu, secara ilmiah telah diakui pentingnya minyak ikan dalam nutrisi dan pencegahan berbagai macam penyakit. Studi epidemiologi pada awal tahun 1970 "dipostulatkan" bahwa kurangnya penderita penyakit jantung koroner di kalangan orang Eskimo, kemungkinan berkaitan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan khusus berupa ikan yang kaya akan asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated fatty acids), khususnya eicosapentaenoic acid (EPA ; C20:5n-3) dan docosahexaenoic acid (DHA; C22:6n-3). Beberapa informasi menyebutkan bahwa makanan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung n-6 dan n-3 dengan rasio 1 :1 , sedangkan diet orang-orang Eropa dan Amerika saat ini perbandingannya mencapai 10:1 sampai 20 -25 : 1. Karena itu pada diet orang-orang Eropa dan Amerika defisiensi akan asam lemak n-3, dibandingkan dengan diet pada orang-orang yang mengkonsumsi makanan yang telah disempurnakan (bergizi lengkap dan seimbang) (WANASUNDARA, 1993). Sejak tahun 1972 asam lemak omega-3 telah diakui memiliki peranan penting bagi kesehatan. EPA dapat memperbaiki sistem sirkulasi dan dapat membantu pencegahan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (atherosclerosis) dan penggumpalan keping darah (thrombosis). Akhir-akhir ini penelitian terhadap sistem syaraf pusat menunjukkan bahwa DHA penting bagi perkembangan manusia sejak awal. Pada masa bayi, DHA memiliki konsentrasi yang sangat tinggi dalam otak dan jaringan retina. DHA terakumulasi sejak janin sampai kehidupan bayi. Defisiensi DHA dalam diet dapat meningkatkan ketidaknormalan yang kemungkinan tidak dapat dipulihkan (MEDINA et al, 1995). Menurut PIGGOT et al. (dalam SUSILAWATI, 1994), air susu ibu (ASI) mengandung DHA dengan jumlah yang tergantung pada pola makanan sang ibu. Oleh karena itu, konsumsi asam lemak omega 3 dalam bentuk minyak ikan alamiah atau konsentrat asam lemak omega-3 sangat dianjurkan. Sebuah konferenssi internasional di Amerika Serikat merekomendasikan untuk mengkonsumsi satu atau dua asam lemak omega-3 per hari atau sekitar 10 - 20 gram minyak ikan per hari. DAFTAR PUSTAKA MEDINA, A. R., A. G. GIMENEZ, F. G. CAMACHO, J.A. S. PEREZ, E. M. GRIMA, and A.C. Gomez. 1995. Con- centration and Purification of Stearidonic, Eicosapentaenoic, and Docosahexaenoic Acids from Cod Liver Oil and the Marine Microalga Isochrysis galbana. J. of the American Oil Chem. Soc. 72 (5): 575 -583 OPSTVEDT, j., N. URDAHL, and J. PETTERSEN. 1990. Fish Oils - An Old Fat Source with New Possibilities In Edible Fats and Oils Processing (D.P. Erickson, ed.). American Oil Chemists' society Champaign. Illionis, 250 - 259 SOBSTAD, G. 1990. Marine oils: The Technol- ogy of Separation and Purification of Marine Oils In : Edible Fats and Oils Processing (D.P. Erickson, ed.). Ameri- can Oil Chemists's Society Champaign. Illionis, 37-42 SUDARMADJI, S., B. HARYONO, dan SUHARDI. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta, 138 hal. SUSILAWATI. 1994. Isolasi Asam Lemak Omega-3 dan Bantalan Mata Ikan Tuna. Laporan Penelitian Pusat Antar Univer- sitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, 106 hal. WANASUNDARA, U.N. and F. SHAHIDI. 1998. Lipase-Assisted Concentration of n-3 Polyunsaturated Fatty Acids in Acylglycerols from Marine Oils. J. of the American Oil Chem. Soc, 75 (8): 943 -951 16 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXVIII no. 3, 2003