SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Prosiding Kimia FMIPA
SK SK-091304
AMOBILISASI BROMELIN DENGAN MENGGUNAKAN KITOSAN SEBAGAI
MATRIKS PENDUKUNG
Ade Amalia*, Refdinal Nawfa1
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Abstrak
Industri pengolahan udang menghasilkan limbah berupa cangkang udang yang sangat berpotensial sebagai
pencemar lingkungan berupa bau yang tidak sedap. Salah satu cara pemanfaatan limbah udang adalah sebagai bahan baku
kitin dan kitosan yang dapat digunakan sebagai matriks pendukung pada proses imobilisasi enzim. Pada penelitian ini,
dilakukan isolasi enzim bromelin dari buah nanas dengan metode pengendapan menggunakan larutan jenuh ammonium
sulfat. Hasil uji aktivitas terhadap enzim yang diperoleh, menunjukkan fraksi dengan penambahan 30% larutan ammonium
sulfat jenuh yang mempunyai aktivitas paling besar. Enzim bromelin pada fraksi tersebut kemudian diamobilisasi dengan
metode cross-linking dengan menggunakan kitosan. Pada penelitian ini juga dilakukan optimasi waktu, pH, konsentrasi
substrat dan uji perulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim bromelin amobil memiliki aktivitas optimum pada
pH 6,0 dan konsentrasi substrat sebesar 4000 ppm dengan waktu inkubasi selama 6 jam sebesar 5,65 unit. Hasil uji
perulangan menunjukkan bahwa enzim bromelin amobil yang digunakan hingga lima kali perulangan masih menunjukkan
aktivitas yang baik.
Kata Kunci : Kitosan, Bromelin, Biuret
Abstract
The industrial of shrimp manufacture produces dumbs such as shrimp skin that is very potentially to soil the area
like smells badly. One way to get the advantage from shrimp dumps is used for chitin and chitosan that can be used for
support matrix in enzyme immobilization process. In this research, bromelain enzyme was isolated from pineapple fruit by
precipitation method with ammonium sulfate. A test of catalytic activity enzyme shows that, the biggest result was showed
by bromelain enzyme with fraction precipitation with ammonium sulfate 30%. Then, the bromelain enzyme in that fraction
is immobilized with cross-linking metode by using chitosan. In this research, optimation time, optimation pH, optimation
substrate concentration, and repetition test was worked. Based on the research, the result shows that bromelain immobilized
have an optimum activity with pH 6,0 and substrate concentration 4000 ppm for 6 hours is 5,65 unit. The result from
repetition test shows that bromelain immobilized enzyme which is used until fifth process still have a good activity.
Keyword: Chitosan, Bromelain, Biuret
1. Pendahuluan
Enzim adalah biokatalisator yang banyak
digunakan pada berbagai bidang industri produk
pertanian, kimia, dan medis. Enzim memiliki sifat-
sifat spesifik yang menguntungkan yaitu efisien,
selektif, predictable, proses reaksi tanpa produk
samping, dan ramah lingkungan. Sifat-sifat tersebut
menyebabkan penggunaan enzim semakin meningkat
dari tahun ke tahun, diperkirakan peningkatan
mencapai 10–15% per tahun.
Pada proses dan analisa yang melibatkan enzim,
umumnya menggunakan cara bath yaitu mereaksikan
substrat dengan enzim yang sudah dilarutkan dalam
air, sehingga enzim bercampur dengan substrat
(Sarah, 2001; Agustini, 2003). Cara ini memiliki
kelemahan karena enzim hanya digunakan sekali
pakai. Secara teknis sangat sulit untuk memisahkan
enzim dan produk dan mendapatkan kembali enzim
yang aktif diakhir reaksi. Umumnya setelah reaksi
selesai, enzim diinaktifkan dengan pemanasan,
pengubahan pH, atau cara lain yang dapat
menyebabkan enzim terdenaturasi (Chibata,1978).
Salah satu cara mengatasi kelemahan dalam
penggunaan enzim tersebut adalah melalui
amobilisasi enzim yaitu mengikatkan enzim pada
bahan pendukung yang tidak larut dalam air. Enzim
dapat membentuk ikatan ionik, kovalen, ikatan silang
atau terjebak pada bahan pendukung. Pada saat
digunakan, enzim imobil dapat berfungsi sebagai
katalis tanpa ikut terlarut dalam substrat. Setelah
proses selesai, enzim amobil dapat dipisahkan dari
produk dan diperoleh kembali, sehingga enzim
amobil dapat dipakai berulangkali (Darwis dan
Sukara, 1990). Beberapa matriks pendukung yang
dapat digunakan pada proses amobilisasi enzim
antara lain bentonit, sheparose, gelatin dan kitosan.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari
Edi Cahyaningrum (2007) telah dilakukan
imobilisasi papain pada kitosan dari limbah udang
dengan metode adsorpsi dan metode carrier
crossling menggunakan kation magnesium sebagai
agen bifungsional. Pada penelitian ini digunakan
Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010
* Corresponding author Phone : +6285645686888
e-mail: sagita88@chem.its.ac.id
1
Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
e-mail: refnawfa@chem.its.ac.id
Prosiding Kimia FMIPA
kitosan sebagai matriks pendukung pada amobilisasi
bromelin.
Kitosan adalah produk deasetilasi kitin yang
merupakan polimer rantai panjang glukosamin
(2-amino-2-deoksi-D-Glukosa), memiliki rumus
molekul [C6H11NO4]n dengan bobot molekul
2,5x10-5
Dalton. Kitosan berbentuk serpihan putih
kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa. Kitosan
tidak larut dalam air, dalam larutan basa kuat, dalam
asam sulfat, dalam pelarut-pelarut organik seperti
dalam alkohol, dalam aseton, dalam
dimetilformamida, dan dalam dimetilsulfoksida.
Sedikit larut dalam asam klorida dan dalam asam
nitrat, larut dalam asam asetat 1%-2%, dan mudah
larut dalam asam format 0,2%-1,0%.
2. Metode Penelitian
2. 1 Alat dan Bahan
2. 1. 1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah freeze dryer, sentrifuge, spektrofotometer
Spectronic Genesis, neraca analitik, pH meter,
shaker, magnetik stirer, hot plate, oven, erlenmeyer,
gelas ukur, labu ukur, spatula, termometer, pipet
tetes, beaker gelas, kaca arloji, cawan petri, botol
timbang, dan peralatan gelas lainnya.
2. 1. 2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cangkang udang, buah nanas, NaOH, HCl,
(NH4)2SO4, NaH2PO4, Na2HPO4, kasein, aquades,
biuret, dan glutaraldehid.
2. 2 Prosedur Kerja
2. 2. 1 Isolasi Kitin
2.2.1.1 Persiapan Cuplikan
Kepala dan kulit udang dibersihkan, kemudian
dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah kering
digiling dan diayak menjadi serbuk / tepung.
2.2.1.2 Tahap Deproteinasi
Cuplikan ditempatkan dalam suatu bejana tahan
asam basa yang dilengkapi dengan pengaduk,
thermometer, dan penangas air. Cuplikan
ditambahkan NaOH 3.5% dengan perbandingan 1 :
10 (w/v). Proses ini dilakukan selama 2 jam pada
suhu 650
C. Residu dicuci dengan air hingga
mencapai pH netral, kemudian dikeringkan dalam
oven 1000
C selama 4 jam.
2.2.1.3 Tahap Demineralisasi
Ekstrak pekat kitin hasil deproteinasi
ditempatkan dalam suatu bejana tahan asam basa
yang dilengkapi dengan pengaduk, kemudian
ditambahkan HCl 1 N dengan perbandingan 1 : 15
(w/v) proses ini dilakukan selama 30 menit pada
suhu kamar. Residu dicuci dengan air hingga
mencapai pH netral, kemudian dikeringkan dalam
oven 1000
C selama 4 jam.
2. 2. 2 Deasetilasi Kitin Menjadi Kitosan
Serbuk kitin direaksikan dengan NaOH 50%
dengan perbandingan 1 : 10 (w/v) dalam suatu bejana
tahan asam basa yang dilengkapi dengan pengaduk,
thermometer, dan penangas air. Proses ini dilakukan
pada suhu 1000
C selama 4 jam. Residu dicuci dengan
air hingga mencapai pH netral, kemudian
dikeringkan dalam oven 1000
C selama 4 jam.
2. 2. 3 Penentuan Protein secara Kolorimetri
(Biuret)
2.2.3.1 Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum (λmaks)
dilakukan dengan menggunakan larutan stok kasein
dengan konsentrasi 5333ppm (533.3 mg kasein
dilarutkan dalam aquades yang telah dibasakan
sebanyak 5 ml (100 ml aquades + 10 ml NaOH 0.4
N) lalu diencerkan dengan aquades sampai 100 ml)
kemudian diambil 6 ml dan ditambahkan 4 ml reagen
biuret. Larutan kemudian diaduk dan diinkubasi
selama 20 menit pada temperatur 370
C. Larutan
standar kasein diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 500-590
nm dengan interval 5 nm, sehingga diperoleh λmaks
yang digunakan untuk pengukuran selanjutnya.
Kurva dibuat antara panjang gelombang (λ) terhadap
absorbansi (A). Blanko yang digunakan adalah 6 ml
aquades yang ditambah dengan 4 ml reagen biuret.
2.2.3.2 Pembuatan Kurva Standar Kasein
Pembuatan kurva standart dilakukan dengan
menggunakan larutan stok kasein 5333 ppm yang
telah dibuat sebelumnya, diambil sebanyak 1.8, 2.2,
2.6, 3.0, 3.3, 3.7, 4.1, 4.5, 4.8, 5.2, 5.6, dan 6 ml lalu
ditambah 4 ml reagen biuret serta diencerkan dengan
aquades hingga 10ml, sehingga konsentrasi larutan
menjadi 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200,
2400 2600, 2800, 3000, dan 3200 ppm. Larutan
kemudian diaduk dan diinkubasi selama 20 menit
pada temperatur 370
C. Pengukuran absorbansi
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang maksimum yang telah
ditentukan sebelumnya. Selanjutnya dibuat kurva
kalibrasi antara konsentrasi larutan kasein terhadap
absorbansi, sehingga diperoleh persamaan garis
regresi liniernya.
2. 2. 4 Isolasi Enzim Bromelin dari Buah Nanas
Enzim bromelin dari buah nanas diperoleh
dengan cara memarut buah nanas sebanyak ± 350
gram sampai halus, hasil parutan buah nanas ini
selanjutnya diperas sehingga diperoleh sarinya,
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm
selama 20 menit. Supernatan yang diperoleh diambil
sebanyak 80 ml lalu diendapkan dengan
menggunakan larutan ammonium sulfat jenuh
sebanyak 20 ml (untuk memperoleh fraksi dengan
pengendapan larutan ammonium sulfat jenuh sebesar
20%) dan didinginkan dalam lemari es semalaman.
Endapan yang terbentuk selanjutnya disentrifugasi
dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit.
Endapan diambil dan ditaruh di cawan petri, ditutupi
dengan aluminium foil yang dilubangi kecil-kecil,
dan disimpan dalam freezer sampai kering. Crude
ekstrak ditentukan aktivitas katalitiknya dengan
diambil sebanyak 2.5 mg dilarutkan dalam 9 ml
larutan kasein (3000 ppm) dan ditambahkan aquades
sampai 10 ml, lalu dikocok pada kecepatan 110 rpm
selama 1 jam, kemudian diambil sebanyak 6 ml dan
ditambahkan 4 ml reagen Biuret untuk menentukan
protein sisanya. Setelah diinkubasi selama 20 menit
pada temperature 370
C, diukur absorbansinya dengan
Prosiding Kimia FMIPA
menggunakan spektrofotometer pada λmaks = 540nm.
Fraksi enzim bromelin yang banyak mendegradasi
protein, kemudian diperbanyak.
2. 2. 5 Amobilisasi Enzim
Amobilisasi enzim dilakukan dengan cara cross-
linking seperti yang pernah diterapkan oleh Petre
dkk. untuk amobilisasi sel Escherichia coli dengan
sedikit modifikasi. Prosedur yang digunakan adalah
sebagai berikut : 5 ml laruan buffer dengan pH 7
yang mengandung 5% (b/v) glutaraldehid, 50 mg
kitosan, dan 50 mg/ml enzim dicampur dalam gelas
piala ukuran 100 ml. Campuran diusahakan merata
ke dasar gelas dengan cara menggoyangkan dan
memutar pelan-pelan gelas piala, kemudian disimpan
dalam freezer. Setelah satu hari, enzim amobil yang
terbentuk dicuci dengan air suling. Air bilasan
selanjutnya ditentukan kandungan proteinnya untuk
mengetahui enzim yang tidak teramobil.
2. 2. 6 Uji Aktivitas Enzim Amobil
2.2.6.1 Pengaruh Waktu terhadap Aktivitas
Enzim Amobil
Larutan stok kasein 4000 ppm diambil sebanyak
20 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan enzim bromelin amobil yang telah
dibuat sebelumnya. Larutan dishaker dengan
kecepatan 110 rpm selama 0, 2, 4, 6, dan 8 jam.
Penentuan kandungan protein dilakukan seperti
prosedur di atas, selanjutnya dihitung aktivitas
enzim. Enzim bromelin dengan waktu inkubasi
optimal yang didapat, akan digunakan untuk
percobaan selanjutnya.
2.2.6.2 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Amobil
Substrat dikondisikan pada berbagai pH yaitu
6,0; 6,5; 7,0; 7,5, dan 8,0 dengan menambahkan
NaOH atau HCl, kemudian diambil sebanyak 17.5 ml
lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer serta
ditambahkan 2.5 ml buffer fosfat (campuran dari
garam NaH2PO4 dan Na2HPO4) sesuai dengan pH
yang divariasikan. Selanjutnya enzim bromelin
amobil dimasukkan ke dalam larutan cuplikan,
kemudian dishaker dengan kecepatan 110 rpm
selama waktu inkubasi optimum yang telah diperoleh
dari percobaan sebelumnya. Penentuan kandungan
proteinnya seperti yang dilakukan pada prosedur di
atas, selanjutnya dihitung aktivitas enzim. Hal yang
sama dilakukan pada kontrol (17.5 ml kasein dengan
pH 6,0; 6,5; 7,0; 7,5, dan 8,0 ditambah 2.5 ml buffer
fosfat dengan pH yang sesuai). Pembuatan enzim
bromelin amobil dilakukan dengan prosedur yang
sama, hanya saja 50 mg kitosan larutan buffer fosfat
yang ditambahkan sesuai dengan pH yang
divariasikan sebanyak 5ml yang mengandung 5%
(b/v) glutaraldehid. Sebelum dimasukkan ke dalam
larutan cuplikan, enzim bromelin amobil dibilas
dengan 10 ml aquades sebanyak tiga kali.
2.2.6.3 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap
Aktivitas Enzim Amobil
Optimasi konsentrasi substrat dilakukan dengan
membuat variasi konsentrasi kasein yaitu dan 2000,
2500, 3000, 3500, dan 4000 ppm. Enzim bromelin
amobil ditambahkan ke dalam 17.5 ml substrat
yang telah dikondisikan pHnya, kemudian
ditambahkan masing-masing larutan dengan 2.5 ml
buffer fosfat dengan pH optimum yang telah didapat
dari percobaan sebelumnya. Selanjunya, cuplikan
dishaker dengan kecepatan 110 rpm selama waktu
inkubasi optimum yang telah diperoleh dari
percobaan sebelumnya. Penentuan kandungan
proteinnya seperti yang dilakukan pada prosedur di
atas, selanjutnya dihitung aktivitas enzim. Hal yang
sama dilakukan pada kontrol.
2. 2. 7 Uji Perulangan Aktivitas Enzim Amobil
Untuk mengetahui pengaruh perulangan
penggunaan enzim bromelin amobil terhadap
pengurangan kadar protein dalam kasein, enzim
bromelin amobil digunakan berulang kali dengan
kondisi kecepatan pengocokan yang sama, waktu
optimum, pH optimum, dan konsentrasi substrat
optimum. Setelah proses degradasi protein pertama
selesai, enzim bromelin amobil dipisahkan dengan
cara disaring, dibilas dengan aquades sekali dan
langsung dimasukkan ke dalam cuplikan yang baru
untuk diproses berikutnya dengan kondisi yang sama.
Perlakuan ini diulangi sebanyak lima kali dan
dianalisis kadar protein yang terdegradasi serta
dihitung aktivitas enzim pada setiap perulangan.
3. Hasil dan Pembahasan
3. 1 Isolasi Kitin
3. 1. 1 Tahap Deproteinasi
Deproteinasi bertujuan untuk menghilangkan
protein dari kitin dengan menggunakan larutan
NaOH 3,5 % selama dua jam pada suhu 650
C.
Apabila digunakan larutan NaOH dengan konsentrasi
dan suhu lebih tinggi akan menyebabkan kitin
terdeasetilasi. Protein dari kitin akan terekstrak
dalam bentuk Na-proteinat. Ion Na+
dari NaOH akan
mengikat ujung rantai protein yang bermuatan
negatif.
Demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan
mineral atau senyawa anorganik yang terdapat pada
kulit udang windu (Penaeus monodon). Kandungan
mineral utamanya adalah CaCO3 dan Ca3(PO4) dalam
jumlah kecil dan lebih mudah dipisahkan
dibandingkan dengan protein karena hanya terikat
secara fisik. Proses demineralisasi dilakukan dengan
menggunakan larutan HCl 1 N pada temperature
ruang selama 30 menit dengan perbandingan berat
sampel dan volume HCl 1:15 (w/v). Apabila
digunakan konsentrasi asam lebih tinggi dan waktu
perendaman yang lebih lama, akan menyebabkan
kitin terdegradasi. Pada proses ini senyawa kalsium
akan bereaksi dengan asam klorida menghasilkan
kalsium klorida yang larut dalam air, gas CO2 dan air,
dan asam pospat yang larut dalam air.
3. 2 Deasetilasi Kitin menjadi Kitosan
Deasetilasi merupakan proses penghilangan
gugus asetil (COCH3) dari kitin menggunakan larutan
alkali. Kitin mempunyai struktur kristalin yang
panjang dengan ikatan hidrogen yang kuat antara
atom nitrogen dan gugus karboksilat pada rantai
bersebelahan. Untuk memutuskan ikatan antara
gugus asetilnya dengan gugus nitrogen sehingga
berubah menjadi gugus amino (NH2) perlu digunakan
natrium hidroksida dengan konsentrasi tinggi dan
waktu deasetilasi yang lama.
Prosiding Kimia FMIPA
Pemutusan gugus asetil pada kitin mengakibatkan
kitosan bermuatan positif dan dapat larut dalam asam
organik. Proses ini menggunakan larutan NaOH 50 %
dan dipanaskan pada suhu 1000
C selama 4 jam.
Setelah dicuci hingga pH netral dan dikeringkan
diperoleh kitosan.
Hasil isolasi kitin dari cangkang udang
dikarakterisasi gugus fungsinya dengan FTIR
(Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Spektra Kitosan
Pada Gambar 3.1, tampak pita serapan pada
bilangan gelombang 3626,29 cm-1
yang berasal dari
vibrasi ulur –OH dan pita serapan 2805,6 cm-1
yang
berasal dari vibrasi ulur C-O.muncul serapan pada
1678,13 cm-1
yang berasal dari vibrasi tekuk N-H
yang diperkuat oleh pita serapan 3603,15 cm-1
menunjukkan keberadaan amina (-NH2) pada kitosan.
3. 3 Penentuan Protein secara Kolorimetri
(Biuret)
3.3.1Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum
menggunakan larutan kasein stok 5333 ppm
sebanyak 5 ml ditambah 4 ml reagen Biuret dan
diencerkan hingga 10 ml sehingga dihasilkan larutan
kasein 2666 ppm. Larutan kasein stok dibuat dari
533.3 mg kasein yang dilarutkan dalam air yang
dikondisikan dengan 5 ml NaOH 0,4 N, karena
kasein sukar larut dalam suasana netral namun mudah
larut dalam basa, kemudian diencerkan menjadi 100
ml aquades. Larutan kasein 2666 ppm diinkubasi
selama 20 menit pada suhu 370
C (Cooper,1979).
Inkubasi ini berfungsi agar reaksi antara larutan
kasein dengan reagen biuret berlangsung sempurna
dimana reagen biuret bereaksi spesifik dengan
protein bukan dengan asam amino. Pemakaian suhu
370
C dimaksudkan agar tidak terjadi denaturasi pada
kasein yang disebabkan oleh panas berlebih. Warna
larutan berubah dari bening menjadi ungu. Hal ini
disebabkan adanya reaksi antara larutan tembaga (II)
sulfat (dari reagen biuret) dengan larutan kasein.
Ikatan antara dua peptida atau lebih ditunjukkan
sebagai perubahan warna hanya jika ikatan peptida
dapat mengelilingi ion Cu2+
(Rising, Mary, M., dkk,
1930).
Panjang gelombang yang didapatkan sama
dengan yang dilakukan oleh A. G. Gornall, yaitu
sebesar 540 nm. Absorbansi ini dihasilkan karena
terjadi pengabsorbsian sinar tampak oleh kompleks
Tembaga-Kasein. Pada panjang gelombang
maksimum diperoleh kepekaan analitis yang tinggi
dan pengukuran sebanyak tiga kali akan memberikan
kesalahan yang kecil.
3.3.2 Pembuatan Kurva Standar Kasein
Larutan standart yang digunakan adalah larutan
kasein dengan bermacam-macam konsentrasi yang
diperoleh dari larutan stok kasein yang
berkonsentrasi 5333 ppm. Kasein dilarutkan dalam
air ber-pH basa secukupnya hingga kasein larut lalu
pengenceran dilanjutkan dengan aquades. Larutan
stok kasein tersebut diambil sebanyak 6 ml, 5.6 ml,
5.3 ml, 4.8 ml, 4.5 ml, 4.1 ml, 3.7 ml, 3.4 ml, 3 ml,
2.6 ml, 2.2 ml, dan 1.8 ml untuk membuat larutan
kasein dengan konsentrasi 3200 ppm, 300 ppm, 2800
ppm, 2600 ppm, 2400 ppm, 2200 ppm, 2000 ppm,
1800 ppm, 1600 ppm, 1400 ppm, 1200 ppm,dan 1000
ppm. Masing-masing larutan ditambah dengan reagen
biuret sebanyak 4 ml sehingga pengenceran dengan
reagen biuret juga diperhitungkan dan selanjutnya
ditambah air destilasi sampai tanda batas labu ukur
10 ml. Larutan tersebut diinkubasi elama 20 menit
pada suhu 370
C kemudian diukur absorbansinya
dengan blanko (6 ml air + 4 ml biuret) pada λmaks
540 nm.
Kurva standart dibuat dengan mengalurkan
absorbansi sebagai ordinat (sumbu Y) dan
konsentrasi kasein sebagai absis (sumbu X). Nilai
absorbansi mengalami kenaikan seiring
bertambahnya konsentrasi kasein sehingga diperoleh
persamaan garis antara konsentrasi kasein dan
absorbansi yaitu:
Y = 0,000047x – 0,010199
Gambar 3.2 Kurva standart Larutan Kasein
Analisa dengan spektrofotometri, hubungan linier
antara konsentrasi dengan absorbansi harus
memenuhi hokum Lambert-Beer yang dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut A = ε.b.c, dimana
A adalah absorbansi dan c adalah konsentrasi, jadi
dapat disimpulkan bahwa absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi, namun kenyataannya data-
data yang tepat memenuhi persamaan sulit diperoleh
sehingga perlu diekstrapolasikan melalui titik nol.
Dari persamaan Y = 0,000047x – 0,010199 setelah
diektrapolasikan melalui titik nol maka diperoleh
persamaan : y = 0,000043x.
3.4 Isolasi Enzim Bromelin dari Buah Nanas
Buah nanas yang telah dihilangkan kulit buahnya,
diparut dan diperas untuk memperoleh sari buahnya.
Sari buah nanas kemudian disentrifuse pada
kecepatan 3000 rpm selama 20 menit untuk
memisahkan supernatan dari ampasnya. Supernatan
berwarna kuning, dipisahkan dari endapan yang juga
berwarna kuning dengan cara dekantasi.
Selanjutnya, supernatan yang diperoleh diambil
sebanyak 80 ml lalu diendapkan dengan
menggunakan larutan ammonium sulfat jenuh
sebanyak 20 ml (untuk memperoleh fraksi dengan
pengendapan larutan ammonium sulfat jenuh sebesar
20%) dan didinginkan dalam lemari es semalaman.
Prosiding Kimia FMIPA
Pengendapan enzim dengan penambahan garam
didasarkan pada pengaruh yang berbeda-beda dari
konsentrasi garam yang ditambahkan terhadap
kelarutan enzim. Pengendapan tersebut dipengaruhi
oleh konsentrasi dan jumlah muatan tiap on dalam
larutan. Garam yang paling efektif adalah garam
yang memiliki muatan anion ganda seperti sulfat,
fosfat dan nitrat. Garam ammonium sulfat paling
banyak digunakan untuk pemurnian enzim karena
sifat kelarutannya yang tinggi dalam air dan tidak
mengganggu bentuk dan fungsi enzim, serta
dikarenakan garam tersebut secar komersial banyak
tersedia (Rumainah, 2000). Endapan yang terbebtuk
merupakan enzim bromelin yang berwarna putih
kekuningan.
Larutan selanjutnya disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Endapan yang
merupakan enzim bromelin diambil dan ditaruh di
cawan petri, dan disimpan dalam freezer. Prosedur
diulangi untuk memperoleh fraksi dengan
pengendapan larutan ammonium sulfat jenuh sebesar
20%, 30%, 40% dan 50%. Fraksinasi dilakukan
untuk mengetahui fraksi enzim bromelin terbesar
dalam mendegradasi protein.
Enzim bromelin dari masing-masing fraksi
diambil sebanyak 2,5 mg dan dilarutkan dalam 9 ml
larutan kasein (3000 ppm) dan ditambah aquades
hingga 10 ml, sehingga kandungan kasein dalam 10
ml larutan tersebut adalah 2700 ppm (27 mg),
kemudian dikocok pada kecepatan 110 rpm selama 1
jam dandipanaskan, kemudian diambil sebanyak 6 ml
dan ditambahkan 4 ml reagen biuret. Setelah
diinkubasi selama 20 menitpada suhu 370
C, diukur
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer
pada λmaks = 540 nm.
Tabel 4.1 di bawah menunjukkan bahwa fraksi
enzim bromelin kasar dengan penambahan larutan
jenuh ammonium sulfat 30% mampu mendegradasi
protein terbanyak, yaitu 15,547 mg, sehingga dari
hasil tersebut, dilakukan isolasi enzim bromelin lagi
pada fraksinasi 30%.
Tabel 3.1 Berat Protein Terdegradasi oleh Enzim
Bromelin Kasar
3.5 Amobilisasi Enzim
Pada immobilisasi enzim proteolitik ini
digunakan kitosan sebagai matriks pendukungnya.
Kitosan sebanyak 50 gram ditambahkan dalam
5 ml buffer fosfat pH 7 yang mengandung 5% (b/v)
glutaraldehid dan 50 mg enzim, kemudian disimpan
semalam dalam lemari es. Kitosan digunakan untuk
berikatan silang dengan enzim karena kitosan
merupakan polimer alam yang dapat berikat silang
bila ditambahkan agen ikat silang misalnya
glutaraldehid atau glioksal. Ikat silang terjadi antara
ujung glutaraldehid agen ikat silang dan gugus amina
kitosan (Guibal dkk., 1998).
Penggunaan kitosan sebagai matriks pendukung
dalam amobilisasi enzim dapat terjadi dalam 2
metode. Metode yang pertama adalah metode
penjebakan. Pada metode ini glutaraldehid berikatan
dengan ujung amina dari kitosan pada kedua sisinya,
sehingga ikat silang yang terjadi adalah antara
kitosan dengan kitosan. Jika kondisi seperti ini yang
terjadi, maka amobilisasi enzim terjadi dengan
metode penjebakan. Dimana enzim terjebak diantara
matriks kitosan yang berikatan silang dengan
glutaraldehid.
Penentuan kandungan protein dari enzim yang
teramobil dilakukan dengan cara mengukur
kandungan protein hasil bilasan. Hasil kandungan
protein enzim amobil adalah sebesar 22,87 mg, dan
berat protein enzim yang bebas adalah 27,32 mg.
3.6 Uji Aktivitas Enzim Amobil
3.6.1 Pengaruh Waktu terhadap Aktivitas Enzim
Amobil
Larutan stok kasein 4000 ppm diambil sebanyak
20 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer A
sebagai kontrol, dan larutan stok kasein 4000 ppm
diambil lagi 20 ml dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer B sebagai cuplikan. Larutan pada
Erlenmeyer B ditambahkan enzim bromelin amobil
yang telah dibuat sebelumnya. Semua larutan tersebut
di shaker dengan kecepatan 110 rpm selama 2, 4, 6
dan 8 jam. Penentuan kandungan protein dilakukan
seperti prosedur di atas. Selain itu dihitung juga
aktivitas enzim, dimana pada penelitian ini 1 unit
aktivitas didefinisikan sebagai banyaknya μg protein
yang terdegradasi / menit / mg protein enzim. Enzim
bromelin dengan waktu inkubasi optimal yang
didapat, akan digunakan untuk percobaan
selanjutnya.
Tabel 3.2 Pengaruh Waktu terhadap Aktivitas
Enzim Amobil
Waktu
Inkubasi
(Jam)
Berat protein
terdegradasi(mg)
Aktivitas
Enzim (unit)
2 3,87 1,41
4 8,52 1,55
6 15,50 1,88
8 16,28 1,48
Perhitungan pengurangan kandungan protein sebagai
berikut : mg protein awal dikurangi mg protein dari
larutan cuplikan (protein tersisa), kemudian dikurangi
mg protein terdegradasi akibat kontaminan kontrol,
sehingga didapat pengurangan kandungan protein
akibat aktivitas enzimatik dan bukan akibat adanya
kontaminan.
Gambar 3.3 di bawah menunjukkan bahwa pada
inkubasi selama 6 jam, terjadi peningkatan yang
drastis pada aktivitas enzim. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa reaksi enzimatik optimal pada
waktu inkubasi selama 6 jam.
Fraksi dengan pengendapan
larutan ammonium sulfat
jenuh
Berat protein
terdegradasi
(mg)
20% 13,609
30% 15,547
40% 13,221
50% 14,771
Prosiding Kimia FMIPA
Gambar 3.3 Kurva Pengaruh Waktu terhadap
Aktivitas Enzim Amobil
3.6.2 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Amobil
Substrat dikondisikan pada berbagai pH yaitu 6,0;
6,5; 7,0; 7,5 dan 8,0 dengan menambahkan NaOH
atau HCl, kemudian diambil sebanyak 17,5 ml lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer serta ditambahkan
2,5 ml buffer fosfat (campuran dari garam NaH2PO4
dan Na2HPO4) sesuai dengan pH yang divariasikan.
Pemilihan variasi pH tersebut didasarkan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrawati
(1983) dimana pH optimum dari enzim bromelin
adalah 6,5. Penambahan buffer tersebut untuk
mempertahankan pH yang kemungkinan besar akan
berubah saat inkubasi. Larutan buffer yang digunakan
adalah buffer fosfat, karena memiliki range pH sesuai
dengan pH yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
yaitu pH antara 5-8. Selanjutnya, enzim bromelin
amobil dimasukkan ke dalam larutan cuplikan,
kemudian dishaker dengan kecepatan 110 rpm
selama 6 jam. Hal yang sama dilakukan pada kontrol
(17,5 ml kasein 3000 ppm dengan pH 6,0; 6,5; 7,0;
7,5 dan 8,0 ditambah 2,5 ml buffer fosfat dengan pH
yang sesuai). Pembuatan enzim bromelin amobil
dilakukan dengan prosedur yang sama, hanya saja 50
mg kitosan larutan buffer fosfat yang ditambahkan
sesuai dengan pH yang divariasikan sebanyak 5ml
yang mengandung 5% (b/v) glutaraldehid. Sebelum
dimasukkan ke dalam larutan cuplikan, enzim
bromelin amobil dibilas dengan 10 ml aquades
sebanyak tiga kali.
Tabel 3.3 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Amobil
p
pH
Berat protein
terdegradasi (mg)
Aktivitas Enzim
(unit)
6,0
42,64 5,18
6
6,5
37,98 4,61
7
7,0
35,66 4,33
7
7,5
31,01 3,77
8
8,0
24,8 3,01
Dari tabel di atas bila dibuat hubungan antara
aktivitas enzim dengan pH maka diperoleh
Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Kurva Pengaruh pH terhadap
Aktivitas Enzim Amobil
3.6.3 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap
Aktivitas Enzim Amobil
Penentuan konsentrasi optimum kerja enzim
bromelin amobil terhadap substrat, dilakukan dengan
membuat variasi konsentrasi substrat (kasein) yaitu
2000, 2500, 3000, 3500, dan 4000 ppm. Enzim
bromelin amobil dimasukkan ke dalam 17,5 ml
substrat yangbtelah dikondisikan pHnya menjadi pH
6,0 kemudian ditambahkan 2,5 ml buffer fosfat pH
6,0. Selanjutnya, cuplikan dan larutan kontrol
(17,5 ml kasein dengan pH 6,0 ditambah 2,5 ml
buffer fosfat pH 6,0) dishakerdengan kecepatan 110
rpm selama 6 jam. Dengan semakin kecilnya
konsentrasi substrat maka aktivitas enzim juga
semakin kecil. Hasil pengukuran tersebut terlihat
pada tabel di bawah.
Tabel 3.4 Pengaruh Konsentrasi Substrat
terhadap Aktivitas Enzim Amobil
Konsentrasi
Substrat (ppm)
Berat protein
terdegradasi
(mg)
Aktivitas
Enzim (unit)
2000 13,18 1,60
2500 17,83 2,16
3000 23,26 2,82
3500 26,35 3,20
4000 34,89 4,24
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa
pada konsentrasi substrat yang besar aktivitas
katalitik dari enzim juga besar, tetapi pada batas
konsentrasi tertentu tidak terjadi kenaikan kecepatan
reaksi walau konsentrasi substrat diperbesar. Hal ini
disebabkan karena konsentrasi enzim sudah jenuh
dengan substrat. Pada konsentrasi substrat yang
rendah, sisi aktif tempat terjadinya kontak antara
enzim dan substrat hanya menampung substrat yang
sedikit. Oleh karena itu konsentrasi kompleks enzim-
substrat sedikit, sehinga kecepatan reaksinya kecil.
Bila konsentrasi substrat besar, makin banyak
substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada
sisi aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi
kompleks enzim-substrat makin besar sehingga reaksi
semakin besar. Akan tetapi, penambahan konsentrasi
substrat lebih lanjut tidak akan berpengaruh pada
kecepatan reaksi enzim. Pada konsentrasi-konsentrasi
substrat yang menghasilkan laju reaksi maksimum,
dapat dianggap bahwa enzim telah dalam keadaan
“jenuh dengan substrat”. Pada penelitian ini
penggunaan konsentrasi substrat belum mencapai
konsentrasi substrat maksimum seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Prosiding Kimia FMIPA
Gambar 3.5 Kurva Pengaruh Konsentrasi
Substrat terhadap Aktivitas Enzim
Amobil
Kurva pada gambar 3.5 menunjukkan bahwa
aktivitas enzim terbesar terjadi pada konsentrasi
kasein 4000 ppm yaitu sebesar 4,24 unit.
3.7 Uji Perulangan Aktivitas Enzim Amobil
Aspek efektivitas enzim bromelin amobil jika
digunakan dalam pengurangan protein secara
berulang, diuji dalam penelitian ini dengan cara
menggunakan enzim bromelin amobil untuk 5 kali
proses degradasi, dengan kondisi kecepatan shaker
110 rpm, pH 6,0 dan konsentrasi substrat sebesar
4000 ppm. Setelah proses degradsi protein pertama
selesai, enzim bromelin amobil dipisahkan dengan
cara disaring, dibilas dengan aquades sekali untuk
menghilangkan sisa dari cuplikan sebelumnya dan
langsung dimasukkan ke dalam cuplikan yang baru
untuk proses berikutnya.
Kadar protein dalam substrat yang terdegradasi
secara berurutan dari perulangan pertama sampai
kelima dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Pengaruh Uji Perulangan terhadap
Aktivitas Enzim Amobil
Perulangan
6jam ke
Berat protein
terdegradasi
(mg)
Aktivitas
Enzim (unit)
1 46,51 5,65
2 45,74 5,56
3 44,96 5,46
4 42,63 5,18
5 41,86 5,08
Setelah 5 kali perulangan, maka enzim bromelin
amobil dapat mengurangi protein dalam substrat
sebesar 221,70 mg.
Gambar 3.6 Kurva Pengaruh Uji Perulangan
terhadap Aktivitas Enzim Amobil
Berdasarkan Gambar 3.6 di atas menunjukkan
bahwa enzim bromelin yang teramobilisasi dengan
kitosan bisa digunakan sampai penggunaan lima kali
berturut-turut.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas enzim
bromelin amobil optimum pada 6 jam inkubasi, pH
6,0 dan konsentrasi substrat 4000 ppm dengan
aktivitas sebesar 5,65 unit. Hasil uji perulangan
menunjukkan bahwa enzim bromelin amobil dapat
digunakan hingga 5 kali perulangan. Aktivitas enzim
pada perulangan pertama sebesar 5,65 unit dan 5,08
unit pada perulangan kelima, dimana aktivitas enzim
amobil mengalami penurunan sebesar 10,09% setelah
5 kali perulangan.
Ucapan terimakasih
1. Drs. Refdinal Nawfa, M.S atas dukungan,
bimbingan dan motivasi yang diberikan
2. Ibu, Bapak, dan keluarga atas dukungan dan
doanya
3. Dra. Ratna Ediati, M.S, Ph. D selaku dosen wali
Daftar Pustaka
Cooper, (1979), The Tools of Biochemistry, John
Wiley and Sons, USA
Guibal, E., Milot, C., dan Tobin, (1998), Meta -Anion
Sorption by Chitosan Beads: Equilibrium and
kinetic studies, Industrial and Engineering
Chemistry Research, 37(4): 1454-1463
Rising, Mary, M. dkk, (1930), The Biuret Reaction,
Journal of Bioorganic Chemistry, Chicago
Rumainah, S., (2000), Pengaruh Penggunaan
Amonium Sulfat dan Aseton sebagai
Pengendap Enzim Bromelin dari Buah Nanas,
FMIPA UNESA, Surabaya

More Related Content

What's hot

What's hot (17)

Eksopolisakarida (eps) pullulan dari berbagai strain
Eksopolisakarida (eps) pullulan dari berbagai strainEksopolisakarida (eps) pullulan dari berbagai strain
Eksopolisakarida (eps) pullulan dari berbagai strain
 
41003471
4100347141003471
41003471
 
Ekstraksi protein
Ekstraksi proteinEkstraksi protein
Ekstraksi protein
 
Ekstraksi lipida (kolesterol)
Ekstraksi lipida (kolesterol)Ekstraksi lipida (kolesterol)
Ekstraksi lipida (kolesterol)
 
analisis protein dalam produk makanan
analisis protein dalam produk makanananalisis protein dalam produk makanan
analisis protein dalam produk makanan
 
biochemi
biochemibiochemi
biochemi
 
Makalah nata _pdf
Makalah nata _pdfMakalah nata _pdf
Makalah nata _pdf
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
 
Responsi Bioreaksi
Responsi BioreaksiResponsi Bioreaksi
Responsi Bioreaksi
 
uji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdfuji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdf
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekas
 
5198 12406-1-pb
5198 12406-1-pb5198 12406-1-pb
5198 12406-1-pb
 
PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Tugas uts kimia
Tugas uts kimiaTugas uts kimia
Tugas uts kimia
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
Kanji
KanjiKanji
Kanji
 

Viewers also liked

2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...brawijaya university
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatbrawijaya university
 
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_biasStudi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_biasbrawijaya university
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...brawijaya university
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storagebrawijaya university
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 
Успешная женщина для успешного мужчины
Успешная женщина для успешного мужчиныУспешная женщина для успешного мужчины
Успешная женщина для успешного мужчиныРоман Лучший
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...brawijaya university
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSbrawijaya university
 
Центр бизнес-образования
Центр бизнес-образованияЦентр бизнес-образования
Центр бизнес-образованияРоман Лучший
 
Требуется эффективный руководитель
Требуется эффективный руководительТребуется эффективный руководитель
Требуется эффективный руководительРоман Лучший
 
The battles of bataan and corregidor
The battles of bataan and corregidorThe battles of bataan and corregidor
The battles of bataan and corregidorroyownage
 
Презентация возражения в процессе продажи
Презентация возражения в процессе продажиПрезентация возражения в процессе продажи
Презентация возражения в процессе продажиРоман Лучший
 

Viewers also liked (20)

2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
379 465-1-pb
379 465-1-pb379 465-1-pb
379 465-1-pb
 
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_biasStudi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
 
185 251-1-sm
185 251-1-sm185 251-1-sm
185 251-1-sm
 
217 30
217 30217 30
217 30
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
Успешная женщина для успешного мужчины
Успешная женщина для успешного мужчиныУспешная женщина для успешного мужчины
Успешная женщина для успешного мужчины
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
 
Центр бизнес-образования
Центр бизнес-образованияЦентр бизнес-образования
Центр бизнес-образования
 
biokimia ikan
biokimia ikanbiokimia ikan
biokimia ikan
 
Требуется эффективный руководитель
Требуется эффективный руководительТребуется эффективный руководитель
Требуется эффективный руководитель
 
The battles of bataan and corregidor
The battles of bataan and corregidorThe battles of bataan and corregidor
The battles of bataan and corregidor
 
Презентация возражения в процессе продажи
Презентация возражения в процессе продажиПрезентация возражения в процессе продажи
Презентация возражения в процессе продажи
 
Relieve africa nuria
Relieve africa nuriaRelieve africa nuria
Relieve africa nuria
 
TURKEY
TURKEY  TURKEY
TURKEY
 

Similar to OPTIMASI BROMELIN

HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptxHASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptxfarida131037
 
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...Laura Vicka
 
Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...
Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...
Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...AriefWidjaja1
 
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksiPkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksipahem
 
Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...
Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...
Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...Achmad Fathony
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetrando_suhendra
 
Paten Universitas Papua
Paten Universitas PapuaPaten Universitas Papua
Paten Universitas PapuaUnknown184372
 
Review jurnal - anggi rona satria
Review jurnal - anggi rona satriaReview jurnal - anggi rona satria
Review jurnal - anggi rona satriaEllyas Enda Bangun
 
Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...
Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...
Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...Sii AQyuu
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikasalni nindita
 
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...Dwiprayogo Wibowo
 

Similar to OPTIMASI BROMELIN (20)

Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot TrimulyadiChitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
 
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptxHASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
HASIL DISKUSI 30 NOVEMBER 2019.pptx
 
9. 082013 57-62
9. 082013 57-629. 082013 57-62
9. 082013 57-62
 
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
 
Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...
Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...
Review Jurnal Fractination of Populus tremuloides at the Pilot Plant Scale_Ke...
 
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksiPkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
 
148 154-1-pb(1)
148 154-1-pb(1)148 154-1-pb(1)
148 154-1-pb(1)
 
Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...
Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...
Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda terhadap Kualit...
 
08 naskah publikasi
08 naskah publikasi08 naskah publikasi
08 naskah publikasi
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
 
Chitosan acrylate membrane by irradiation
Chitosan acrylate membrane by irradiationChitosan acrylate membrane by irradiation
Chitosan acrylate membrane by irradiation
 
17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb
 
Pengaruh dosis iradiasi tehadap sifat fisik
Pengaruh dosis iradiasi tehadap sifat fisikPengaruh dosis iradiasi tehadap sifat fisik
Pengaruh dosis iradiasi tehadap sifat fisik
 
Paten Universitas Papua
Paten Universitas PapuaPaten Universitas Papua
Paten Universitas Papua
 
dokumen paten
dokumen patendokumen paten
dokumen paten
 
Review jurnal - anggi rona satria
Review jurnal - anggi rona satriaReview jurnal - anggi rona satria
Review jurnal - anggi rona satria
 
PPT jurnal kimia (1).pptx
PPT jurnal kimia (1).pptxPPT jurnal kimia (1).pptx
PPT jurnal kimia (1).pptx
 
Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...
Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...
Hidrolisis Sukrosa Dengan enzim invertase untuk produksi etanol menggunakan z...
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
 
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
 

More from brawijaya university (12)

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)
 
Ratnawati k
Ratnawati kRatnawati k
Ratnawati k
 
Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16
 
Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2
 
Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2
 
Its undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paperIts undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paper
 
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alinaBuletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
 
529 1005-1-sm
529 1005-1-sm529 1005-1-sm
529 1005-1-sm
 

OPTIMASI BROMELIN

  • 1. Prosiding Kimia FMIPA SK SK-091304 AMOBILISASI BROMELIN DENGAN MENGGUNAKAN KITOSAN SEBAGAI MATRIKS PENDUKUNG Ade Amalia*, Refdinal Nawfa1 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Abstrak Industri pengolahan udang menghasilkan limbah berupa cangkang udang yang sangat berpotensial sebagai pencemar lingkungan berupa bau yang tidak sedap. Salah satu cara pemanfaatan limbah udang adalah sebagai bahan baku kitin dan kitosan yang dapat digunakan sebagai matriks pendukung pada proses imobilisasi enzim. Pada penelitian ini, dilakukan isolasi enzim bromelin dari buah nanas dengan metode pengendapan menggunakan larutan jenuh ammonium sulfat. Hasil uji aktivitas terhadap enzim yang diperoleh, menunjukkan fraksi dengan penambahan 30% larutan ammonium sulfat jenuh yang mempunyai aktivitas paling besar. Enzim bromelin pada fraksi tersebut kemudian diamobilisasi dengan metode cross-linking dengan menggunakan kitosan. Pada penelitian ini juga dilakukan optimasi waktu, pH, konsentrasi substrat dan uji perulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim bromelin amobil memiliki aktivitas optimum pada pH 6,0 dan konsentrasi substrat sebesar 4000 ppm dengan waktu inkubasi selama 6 jam sebesar 5,65 unit. Hasil uji perulangan menunjukkan bahwa enzim bromelin amobil yang digunakan hingga lima kali perulangan masih menunjukkan aktivitas yang baik. Kata Kunci : Kitosan, Bromelin, Biuret Abstract The industrial of shrimp manufacture produces dumbs such as shrimp skin that is very potentially to soil the area like smells badly. One way to get the advantage from shrimp dumps is used for chitin and chitosan that can be used for support matrix in enzyme immobilization process. In this research, bromelain enzyme was isolated from pineapple fruit by precipitation method with ammonium sulfate. A test of catalytic activity enzyme shows that, the biggest result was showed by bromelain enzyme with fraction precipitation with ammonium sulfate 30%. Then, the bromelain enzyme in that fraction is immobilized with cross-linking metode by using chitosan. In this research, optimation time, optimation pH, optimation substrate concentration, and repetition test was worked. Based on the research, the result shows that bromelain immobilized have an optimum activity with pH 6,0 and substrate concentration 4000 ppm for 6 hours is 5,65 unit. The result from repetition test shows that bromelain immobilized enzyme which is used until fifth process still have a good activity. Keyword: Chitosan, Bromelain, Biuret 1. Pendahuluan Enzim adalah biokatalisator yang banyak digunakan pada berbagai bidang industri produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim memiliki sifat- sifat spesifik yang menguntungkan yaitu efisien, selektif, predictable, proses reaksi tanpa produk samping, dan ramah lingkungan. Sifat-sifat tersebut menyebabkan penggunaan enzim semakin meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan peningkatan mencapai 10–15% per tahun. Pada proses dan analisa yang melibatkan enzim, umumnya menggunakan cara bath yaitu mereaksikan substrat dengan enzim yang sudah dilarutkan dalam air, sehingga enzim bercampur dengan substrat (Sarah, 2001; Agustini, 2003). Cara ini memiliki kelemahan karena enzim hanya digunakan sekali pakai. Secara teknis sangat sulit untuk memisahkan enzim dan produk dan mendapatkan kembali enzim yang aktif diakhir reaksi. Umumnya setelah reaksi selesai, enzim diinaktifkan dengan pemanasan, pengubahan pH, atau cara lain yang dapat menyebabkan enzim terdenaturasi (Chibata,1978). Salah satu cara mengatasi kelemahan dalam penggunaan enzim tersebut adalah melalui amobilisasi enzim yaitu mengikatkan enzim pada bahan pendukung yang tidak larut dalam air. Enzim dapat membentuk ikatan ionik, kovalen, ikatan silang atau terjebak pada bahan pendukung. Pada saat digunakan, enzim imobil dapat berfungsi sebagai katalis tanpa ikut terlarut dalam substrat. Setelah proses selesai, enzim amobil dapat dipisahkan dari produk dan diperoleh kembali, sehingga enzim amobil dapat dipakai berulangkali (Darwis dan Sukara, 1990). Beberapa matriks pendukung yang dapat digunakan pada proses amobilisasi enzim antara lain bentonit, sheparose, gelatin dan kitosan. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari Edi Cahyaningrum (2007) telah dilakukan imobilisasi papain pada kitosan dari limbah udang dengan metode adsorpsi dan metode carrier crossling menggunakan kation magnesium sebagai agen bifungsional. Pada penelitian ini digunakan Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 * Corresponding author Phone : +6285645686888 e-mail: sagita88@chem.its.ac.id 1 Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. e-mail: refnawfa@chem.its.ac.id
  • 2. Prosiding Kimia FMIPA kitosan sebagai matriks pendukung pada amobilisasi bromelin. Kitosan adalah produk deasetilasi kitin yang merupakan polimer rantai panjang glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-Glukosa), memiliki rumus molekul [C6H11NO4]n dengan bobot molekul 2,5x10-5 Dalton. Kitosan berbentuk serpihan putih kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa. Kitosan tidak larut dalam air, dalam larutan basa kuat, dalam asam sulfat, dalam pelarut-pelarut organik seperti dalam alkohol, dalam aseton, dalam dimetilformamida, dan dalam dimetilsulfoksida. Sedikit larut dalam asam klorida dan dalam asam nitrat, larut dalam asam asetat 1%-2%, dan mudah larut dalam asam format 0,2%-1,0%. 2. Metode Penelitian 2. 1 Alat dan Bahan 2. 1. 1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah freeze dryer, sentrifuge, spektrofotometer Spectronic Genesis, neraca analitik, pH meter, shaker, magnetik stirer, hot plate, oven, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, spatula, termometer, pipet tetes, beaker gelas, kaca arloji, cawan petri, botol timbang, dan peralatan gelas lainnya. 2. 1. 2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang udang, buah nanas, NaOH, HCl, (NH4)2SO4, NaH2PO4, Na2HPO4, kasein, aquades, biuret, dan glutaraldehid. 2. 2 Prosedur Kerja 2. 2. 1 Isolasi Kitin 2.2.1.1 Persiapan Cuplikan Kepala dan kulit udang dibersihkan, kemudian dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah kering digiling dan diayak menjadi serbuk / tepung. 2.2.1.2 Tahap Deproteinasi Cuplikan ditempatkan dalam suatu bejana tahan asam basa yang dilengkapi dengan pengaduk, thermometer, dan penangas air. Cuplikan ditambahkan NaOH 3.5% dengan perbandingan 1 : 10 (w/v). Proses ini dilakukan selama 2 jam pada suhu 650 C. Residu dicuci dengan air hingga mencapai pH netral, kemudian dikeringkan dalam oven 1000 C selama 4 jam. 2.2.1.3 Tahap Demineralisasi Ekstrak pekat kitin hasil deproteinasi ditempatkan dalam suatu bejana tahan asam basa yang dilengkapi dengan pengaduk, kemudian ditambahkan HCl 1 N dengan perbandingan 1 : 15 (w/v) proses ini dilakukan selama 30 menit pada suhu kamar. Residu dicuci dengan air hingga mencapai pH netral, kemudian dikeringkan dalam oven 1000 C selama 4 jam. 2. 2. 2 Deasetilasi Kitin Menjadi Kitosan Serbuk kitin direaksikan dengan NaOH 50% dengan perbandingan 1 : 10 (w/v) dalam suatu bejana tahan asam basa yang dilengkapi dengan pengaduk, thermometer, dan penangas air. Proses ini dilakukan pada suhu 1000 C selama 4 jam. Residu dicuci dengan air hingga mencapai pH netral, kemudian dikeringkan dalam oven 1000 C selama 4 jam. 2. 2. 3 Penentuan Protein secara Kolorimetri (Biuret) 2.2.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum (λmaks) dilakukan dengan menggunakan larutan stok kasein dengan konsentrasi 5333ppm (533.3 mg kasein dilarutkan dalam aquades yang telah dibasakan sebanyak 5 ml (100 ml aquades + 10 ml NaOH 0.4 N) lalu diencerkan dengan aquades sampai 100 ml) kemudian diambil 6 ml dan ditambahkan 4 ml reagen biuret. Larutan kemudian diaduk dan diinkubasi selama 20 menit pada temperatur 370 C. Larutan standar kasein diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 500-590 nm dengan interval 5 nm, sehingga diperoleh λmaks yang digunakan untuk pengukuran selanjutnya. Kurva dibuat antara panjang gelombang (λ) terhadap absorbansi (A). Blanko yang digunakan adalah 6 ml aquades yang ditambah dengan 4 ml reagen biuret. 2.2.3.2 Pembuatan Kurva Standar Kasein Pembuatan kurva standart dilakukan dengan menggunakan larutan stok kasein 5333 ppm yang telah dibuat sebelumnya, diambil sebanyak 1.8, 2.2, 2.6, 3.0, 3.3, 3.7, 4.1, 4.5, 4.8, 5.2, 5.6, dan 6 ml lalu ditambah 4 ml reagen biuret serta diencerkan dengan aquades hingga 10ml, sehingga konsentrasi larutan menjadi 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200, 2400 2600, 2800, 3000, dan 3200 ppm. Larutan kemudian diaduk dan diinkubasi selama 20 menit pada temperatur 370 C. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi larutan kasein terhadap absorbansi, sehingga diperoleh persamaan garis regresi liniernya. 2. 2. 4 Isolasi Enzim Bromelin dari Buah Nanas Enzim bromelin dari buah nanas diperoleh dengan cara memarut buah nanas sebanyak ± 350 gram sampai halus, hasil parutan buah nanas ini selanjutnya diperas sehingga diperoleh sarinya, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Supernatan yang diperoleh diambil sebanyak 80 ml lalu diendapkan dengan menggunakan larutan ammonium sulfat jenuh sebanyak 20 ml (untuk memperoleh fraksi dengan pengendapan larutan ammonium sulfat jenuh sebesar 20%) dan didinginkan dalam lemari es semalaman. Endapan yang terbentuk selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Endapan diambil dan ditaruh di cawan petri, ditutupi dengan aluminium foil yang dilubangi kecil-kecil, dan disimpan dalam freezer sampai kering. Crude ekstrak ditentukan aktivitas katalitiknya dengan diambil sebanyak 2.5 mg dilarutkan dalam 9 ml larutan kasein (3000 ppm) dan ditambahkan aquades sampai 10 ml, lalu dikocok pada kecepatan 110 rpm selama 1 jam, kemudian diambil sebanyak 6 ml dan ditambahkan 4 ml reagen Biuret untuk menentukan protein sisanya. Setelah diinkubasi selama 20 menit pada temperature 370 C, diukur absorbansinya dengan
  • 3. Prosiding Kimia FMIPA menggunakan spektrofotometer pada λmaks = 540nm. Fraksi enzim bromelin yang banyak mendegradasi protein, kemudian diperbanyak. 2. 2. 5 Amobilisasi Enzim Amobilisasi enzim dilakukan dengan cara cross- linking seperti yang pernah diterapkan oleh Petre dkk. untuk amobilisasi sel Escherichia coli dengan sedikit modifikasi. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut : 5 ml laruan buffer dengan pH 7 yang mengandung 5% (b/v) glutaraldehid, 50 mg kitosan, dan 50 mg/ml enzim dicampur dalam gelas piala ukuran 100 ml. Campuran diusahakan merata ke dasar gelas dengan cara menggoyangkan dan memutar pelan-pelan gelas piala, kemudian disimpan dalam freezer. Setelah satu hari, enzim amobil yang terbentuk dicuci dengan air suling. Air bilasan selanjutnya ditentukan kandungan proteinnya untuk mengetahui enzim yang tidak teramobil. 2. 2. 6 Uji Aktivitas Enzim Amobil 2.2.6.1 Pengaruh Waktu terhadap Aktivitas Enzim Amobil Larutan stok kasein 4000 ppm diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan enzim bromelin amobil yang telah dibuat sebelumnya. Larutan dishaker dengan kecepatan 110 rpm selama 0, 2, 4, 6, dan 8 jam. Penentuan kandungan protein dilakukan seperti prosedur di atas, selanjutnya dihitung aktivitas enzim. Enzim bromelin dengan waktu inkubasi optimal yang didapat, akan digunakan untuk percobaan selanjutnya. 2.2.6.2 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amobil Substrat dikondisikan pada berbagai pH yaitu 6,0; 6,5; 7,0; 7,5, dan 8,0 dengan menambahkan NaOH atau HCl, kemudian diambil sebanyak 17.5 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer serta ditambahkan 2.5 ml buffer fosfat (campuran dari garam NaH2PO4 dan Na2HPO4) sesuai dengan pH yang divariasikan. Selanjutnya enzim bromelin amobil dimasukkan ke dalam larutan cuplikan, kemudian dishaker dengan kecepatan 110 rpm selama waktu inkubasi optimum yang telah diperoleh dari percobaan sebelumnya. Penentuan kandungan proteinnya seperti yang dilakukan pada prosedur di atas, selanjutnya dihitung aktivitas enzim. Hal yang sama dilakukan pada kontrol (17.5 ml kasein dengan pH 6,0; 6,5; 7,0; 7,5, dan 8,0 ditambah 2.5 ml buffer fosfat dengan pH yang sesuai). Pembuatan enzim bromelin amobil dilakukan dengan prosedur yang sama, hanya saja 50 mg kitosan larutan buffer fosfat yang ditambahkan sesuai dengan pH yang divariasikan sebanyak 5ml yang mengandung 5% (b/v) glutaraldehid. Sebelum dimasukkan ke dalam larutan cuplikan, enzim bromelin amobil dibilas dengan 10 ml aquades sebanyak tiga kali. 2.2.6.3 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim Amobil Optimasi konsentrasi substrat dilakukan dengan membuat variasi konsentrasi kasein yaitu dan 2000, 2500, 3000, 3500, dan 4000 ppm. Enzim bromelin amobil ditambahkan ke dalam 17.5 ml substrat yang telah dikondisikan pHnya, kemudian ditambahkan masing-masing larutan dengan 2.5 ml buffer fosfat dengan pH optimum yang telah didapat dari percobaan sebelumnya. Selanjunya, cuplikan dishaker dengan kecepatan 110 rpm selama waktu inkubasi optimum yang telah diperoleh dari percobaan sebelumnya. Penentuan kandungan proteinnya seperti yang dilakukan pada prosedur di atas, selanjutnya dihitung aktivitas enzim. Hal yang sama dilakukan pada kontrol. 2. 2. 7 Uji Perulangan Aktivitas Enzim Amobil Untuk mengetahui pengaruh perulangan penggunaan enzim bromelin amobil terhadap pengurangan kadar protein dalam kasein, enzim bromelin amobil digunakan berulang kali dengan kondisi kecepatan pengocokan yang sama, waktu optimum, pH optimum, dan konsentrasi substrat optimum. Setelah proses degradasi protein pertama selesai, enzim bromelin amobil dipisahkan dengan cara disaring, dibilas dengan aquades sekali dan langsung dimasukkan ke dalam cuplikan yang baru untuk diproses berikutnya dengan kondisi yang sama. Perlakuan ini diulangi sebanyak lima kali dan dianalisis kadar protein yang terdegradasi serta dihitung aktivitas enzim pada setiap perulangan. 3. Hasil dan Pembahasan 3. 1 Isolasi Kitin 3. 1. 1 Tahap Deproteinasi Deproteinasi bertujuan untuk menghilangkan protein dari kitin dengan menggunakan larutan NaOH 3,5 % selama dua jam pada suhu 650 C. Apabila digunakan larutan NaOH dengan konsentrasi dan suhu lebih tinggi akan menyebabkan kitin terdeasetilasi. Protein dari kitin akan terekstrak dalam bentuk Na-proteinat. Ion Na+ dari NaOH akan mengikat ujung rantai protein yang bermuatan negatif. Demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan mineral atau senyawa anorganik yang terdapat pada kulit udang windu (Penaeus monodon). Kandungan mineral utamanya adalah CaCO3 dan Ca3(PO4) dalam jumlah kecil dan lebih mudah dipisahkan dibandingkan dengan protein karena hanya terikat secara fisik. Proses demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 1 N pada temperature ruang selama 30 menit dengan perbandingan berat sampel dan volume HCl 1:15 (w/v). Apabila digunakan konsentrasi asam lebih tinggi dan waktu perendaman yang lebih lama, akan menyebabkan kitin terdegradasi. Pada proses ini senyawa kalsium akan bereaksi dengan asam klorida menghasilkan kalsium klorida yang larut dalam air, gas CO2 dan air, dan asam pospat yang larut dalam air. 3. 2 Deasetilasi Kitin menjadi Kitosan Deasetilasi merupakan proses penghilangan gugus asetil (COCH3) dari kitin menggunakan larutan alkali. Kitin mempunyai struktur kristalin yang panjang dengan ikatan hidrogen yang kuat antara atom nitrogen dan gugus karboksilat pada rantai bersebelahan. Untuk memutuskan ikatan antara gugus asetilnya dengan gugus nitrogen sehingga berubah menjadi gugus amino (NH2) perlu digunakan natrium hidroksida dengan konsentrasi tinggi dan waktu deasetilasi yang lama.
  • 4. Prosiding Kimia FMIPA Pemutusan gugus asetil pada kitin mengakibatkan kitosan bermuatan positif dan dapat larut dalam asam organik. Proses ini menggunakan larutan NaOH 50 % dan dipanaskan pada suhu 1000 C selama 4 jam. Setelah dicuci hingga pH netral dan dikeringkan diperoleh kitosan. Hasil isolasi kitin dari cangkang udang dikarakterisasi gugus fungsinya dengan FTIR (Gambar 3.1). Gambar 3.1 Spektra Kitosan Pada Gambar 3.1, tampak pita serapan pada bilangan gelombang 3626,29 cm-1 yang berasal dari vibrasi ulur –OH dan pita serapan 2805,6 cm-1 yang berasal dari vibrasi ulur C-O.muncul serapan pada 1678,13 cm-1 yang berasal dari vibrasi tekuk N-H yang diperkuat oleh pita serapan 3603,15 cm-1 menunjukkan keberadaan amina (-NH2) pada kitosan. 3. 3 Penentuan Protein secara Kolorimetri (Biuret) 3.3.1Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan larutan kasein stok 5333 ppm sebanyak 5 ml ditambah 4 ml reagen Biuret dan diencerkan hingga 10 ml sehingga dihasilkan larutan kasein 2666 ppm. Larutan kasein stok dibuat dari 533.3 mg kasein yang dilarutkan dalam air yang dikondisikan dengan 5 ml NaOH 0,4 N, karena kasein sukar larut dalam suasana netral namun mudah larut dalam basa, kemudian diencerkan menjadi 100 ml aquades. Larutan kasein 2666 ppm diinkubasi selama 20 menit pada suhu 370 C (Cooper,1979). Inkubasi ini berfungsi agar reaksi antara larutan kasein dengan reagen biuret berlangsung sempurna dimana reagen biuret bereaksi spesifik dengan protein bukan dengan asam amino. Pemakaian suhu 370 C dimaksudkan agar tidak terjadi denaturasi pada kasein yang disebabkan oleh panas berlebih. Warna larutan berubah dari bening menjadi ungu. Hal ini disebabkan adanya reaksi antara larutan tembaga (II) sulfat (dari reagen biuret) dengan larutan kasein. Ikatan antara dua peptida atau lebih ditunjukkan sebagai perubahan warna hanya jika ikatan peptida dapat mengelilingi ion Cu2+ (Rising, Mary, M., dkk, 1930). Panjang gelombang yang didapatkan sama dengan yang dilakukan oleh A. G. Gornall, yaitu sebesar 540 nm. Absorbansi ini dihasilkan karena terjadi pengabsorbsian sinar tampak oleh kompleks Tembaga-Kasein. Pada panjang gelombang maksimum diperoleh kepekaan analitis yang tinggi dan pengukuran sebanyak tiga kali akan memberikan kesalahan yang kecil. 3.3.2 Pembuatan Kurva Standar Kasein Larutan standart yang digunakan adalah larutan kasein dengan bermacam-macam konsentrasi yang diperoleh dari larutan stok kasein yang berkonsentrasi 5333 ppm. Kasein dilarutkan dalam air ber-pH basa secukupnya hingga kasein larut lalu pengenceran dilanjutkan dengan aquades. Larutan stok kasein tersebut diambil sebanyak 6 ml, 5.6 ml, 5.3 ml, 4.8 ml, 4.5 ml, 4.1 ml, 3.7 ml, 3.4 ml, 3 ml, 2.6 ml, 2.2 ml, dan 1.8 ml untuk membuat larutan kasein dengan konsentrasi 3200 ppm, 300 ppm, 2800 ppm, 2600 ppm, 2400 ppm, 2200 ppm, 2000 ppm, 1800 ppm, 1600 ppm, 1400 ppm, 1200 ppm,dan 1000 ppm. Masing-masing larutan ditambah dengan reagen biuret sebanyak 4 ml sehingga pengenceran dengan reagen biuret juga diperhitungkan dan selanjutnya ditambah air destilasi sampai tanda batas labu ukur 10 ml. Larutan tersebut diinkubasi elama 20 menit pada suhu 370 C kemudian diukur absorbansinya dengan blanko (6 ml air + 4 ml biuret) pada λmaks 540 nm. Kurva standart dibuat dengan mengalurkan absorbansi sebagai ordinat (sumbu Y) dan konsentrasi kasein sebagai absis (sumbu X). Nilai absorbansi mengalami kenaikan seiring bertambahnya konsentrasi kasein sehingga diperoleh persamaan garis antara konsentrasi kasein dan absorbansi yaitu: Y = 0,000047x – 0,010199 Gambar 3.2 Kurva standart Larutan Kasein Analisa dengan spektrofotometri, hubungan linier antara konsentrasi dengan absorbansi harus memenuhi hokum Lambert-Beer yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut A = ε.b.c, dimana A adalah absorbansi dan c adalah konsentrasi, jadi dapat disimpulkan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, namun kenyataannya data- data yang tepat memenuhi persamaan sulit diperoleh sehingga perlu diekstrapolasikan melalui titik nol. Dari persamaan Y = 0,000047x – 0,010199 setelah diektrapolasikan melalui titik nol maka diperoleh persamaan : y = 0,000043x. 3.4 Isolasi Enzim Bromelin dari Buah Nanas Buah nanas yang telah dihilangkan kulit buahnya, diparut dan diperas untuk memperoleh sari buahnya. Sari buah nanas kemudian disentrifuse pada kecepatan 3000 rpm selama 20 menit untuk memisahkan supernatan dari ampasnya. Supernatan berwarna kuning, dipisahkan dari endapan yang juga berwarna kuning dengan cara dekantasi. Selanjutnya, supernatan yang diperoleh diambil sebanyak 80 ml lalu diendapkan dengan menggunakan larutan ammonium sulfat jenuh sebanyak 20 ml (untuk memperoleh fraksi dengan pengendapan larutan ammonium sulfat jenuh sebesar 20%) dan didinginkan dalam lemari es semalaman.
  • 5. Prosiding Kimia FMIPA Pengendapan enzim dengan penambahan garam didasarkan pada pengaruh yang berbeda-beda dari konsentrasi garam yang ditambahkan terhadap kelarutan enzim. Pengendapan tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi dan jumlah muatan tiap on dalam larutan. Garam yang paling efektif adalah garam yang memiliki muatan anion ganda seperti sulfat, fosfat dan nitrat. Garam ammonium sulfat paling banyak digunakan untuk pemurnian enzim karena sifat kelarutannya yang tinggi dalam air dan tidak mengganggu bentuk dan fungsi enzim, serta dikarenakan garam tersebut secar komersial banyak tersedia (Rumainah, 2000). Endapan yang terbebtuk merupakan enzim bromelin yang berwarna putih kekuningan. Larutan selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Endapan yang merupakan enzim bromelin diambil dan ditaruh di cawan petri, dan disimpan dalam freezer. Prosedur diulangi untuk memperoleh fraksi dengan pengendapan larutan ammonium sulfat jenuh sebesar 20%, 30%, 40% dan 50%. Fraksinasi dilakukan untuk mengetahui fraksi enzim bromelin terbesar dalam mendegradasi protein. Enzim bromelin dari masing-masing fraksi diambil sebanyak 2,5 mg dan dilarutkan dalam 9 ml larutan kasein (3000 ppm) dan ditambah aquades hingga 10 ml, sehingga kandungan kasein dalam 10 ml larutan tersebut adalah 2700 ppm (27 mg), kemudian dikocok pada kecepatan 110 rpm selama 1 jam dandipanaskan, kemudian diambil sebanyak 6 ml dan ditambahkan 4 ml reagen biuret. Setelah diinkubasi selama 20 menitpada suhu 370 C, diukur absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer pada λmaks = 540 nm. Tabel 4.1 di bawah menunjukkan bahwa fraksi enzim bromelin kasar dengan penambahan larutan jenuh ammonium sulfat 30% mampu mendegradasi protein terbanyak, yaitu 15,547 mg, sehingga dari hasil tersebut, dilakukan isolasi enzim bromelin lagi pada fraksinasi 30%. Tabel 3.1 Berat Protein Terdegradasi oleh Enzim Bromelin Kasar 3.5 Amobilisasi Enzim Pada immobilisasi enzim proteolitik ini digunakan kitosan sebagai matriks pendukungnya. Kitosan sebanyak 50 gram ditambahkan dalam 5 ml buffer fosfat pH 7 yang mengandung 5% (b/v) glutaraldehid dan 50 mg enzim, kemudian disimpan semalam dalam lemari es. Kitosan digunakan untuk berikatan silang dengan enzim karena kitosan merupakan polimer alam yang dapat berikat silang bila ditambahkan agen ikat silang misalnya glutaraldehid atau glioksal. Ikat silang terjadi antara ujung glutaraldehid agen ikat silang dan gugus amina kitosan (Guibal dkk., 1998). Penggunaan kitosan sebagai matriks pendukung dalam amobilisasi enzim dapat terjadi dalam 2 metode. Metode yang pertama adalah metode penjebakan. Pada metode ini glutaraldehid berikatan dengan ujung amina dari kitosan pada kedua sisinya, sehingga ikat silang yang terjadi adalah antara kitosan dengan kitosan. Jika kondisi seperti ini yang terjadi, maka amobilisasi enzim terjadi dengan metode penjebakan. Dimana enzim terjebak diantara matriks kitosan yang berikatan silang dengan glutaraldehid. Penentuan kandungan protein dari enzim yang teramobil dilakukan dengan cara mengukur kandungan protein hasil bilasan. Hasil kandungan protein enzim amobil adalah sebesar 22,87 mg, dan berat protein enzim yang bebas adalah 27,32 mg. 3.6 Uji Aktivitas Enzim Amobil 3.6.1 Pengaruh Waktu terhadap Aktivitas Enzim Amobil Larutan stok kasein 4000 ppm diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer A sebagai kontrol, dan larutan stok kasein 4000 ppm diambil lagi 20 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer B sebagai cuplikan. Larutan pada Erlenmeyer B ditambahkan enzim bromelin amobil yang telah dibuat sebelumnya. Semua larutan tersebut di shaker dengan kecepatan 110 rpm selama 2, 4, 6 dan 8 jam. Penentuan kandungan protein dilakukan seperti prosedur di atas. Selain itu dihitung juga aktivitas enzim, dimana pada penelitian ini 1 unit aktivitas didefinisikan sebagai banyaknya μg protein yang terdegradasi / menit / mg protein enzim. Enzim bromelin dengan waktu inkubasi optimal yang didapat, akan digunakan untuk percobaan selanjutnya. Tabel 3.2 Pengaruh Waktu terhadap Aktivitas Enzim Amobil Waktu Inkubasi (Jam) Berat protein terdegradasi(mg) Aktivitas Enzim (unit) 2 3,87 1,41 4 8,52 1,55 6 15,50 1,88 8 16,28 1,48 Perhitungan pengurangan kandungan protein sebagai berikut : mg protein awal dikurangi mg protein dari larutan cuplikan (protein tersisa), kemudian dikurangi mg protein terdegradasi akibat kontaminan kontrol, sehingga didapat pengurangan kandungan protein akibat aktivitas enzimatik dan bukan akibat adanya kontaminan. Gambar 3.3 di bawah menunjukkan bahwa pada inkubasi selama 6 jam, terjadi peningkatan yang drastis pada aktivitas enzim. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi enzimatik optimal pada waktu inkubasi selama 6 jam. Fraksi dengan pengendapan larutan ammonium sulfat jenuh Berat protein terdegradasi (mg) 20% 13,609 30% 15,547 40% 13,221 50% 14,771
  • 6. Prosiding Kimia FMIPA Gambar 3.3 Kurva Pengaruh Waktu terhadap Aktivitas Enzim Amobil 3.6.2 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amobil Substrat dikondisikan pada berbagai pH yaitu 6,0; 6,5; 7,0; 7,5 dan 8,0 dengan menambahkan NaOH atau HCl, kemudian diambil sebanyak 17,5 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer serta ditambahkan 2,5 ml buffer fosfat (campuran dari garam NaH2PO4 dan Na2HPO4) sesuai dengan pH yang divariasikan. Pemilihan variasi pH tersebut didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrawati (1983) dimana pH optimum dari enzim bromelin adalah 6,5. Penambahan buffer tersebut untuk mempertahankan pH yang kemungkinan besar akan berubah saat inkubasi. Larutan buffer yang digunakan adalah buffer fosfat, karena memiliki range pH sesuai dengan pH yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu pH antara 5-8. Selanjutnya, enzim bromelin amobil dimasukkan ke dalam larutan cuplikan, kemudian dishaker dengan kecepatan 110 rpm selama 6 jam. Hal yang sama dilakukan pada kontrol (17,5 ml kasein 3000 ppm dengan pH 6,0; 6,5; 7,0; 7,5 dan 8,0 ditambah 2,5 ml buffer fosfat dengan pH yang sesuai). Pembuatan enzim bromelin amobil dilakukan dengan prosedur yang sama, hanya saja 50 mg kitosan larutan buffer fosfat yang ditambahkan sesuai dengan pH yang divariasikan sebanyak 5ml yang mengandung 5% (b/v) glutaraldehid. Sebelum dimasukkan ke dalam larutan cuplikan, enzim bromelin amobil dibilas dengan 10 ml aquades sebanyak tiga kali. Tabel 3.3 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amobil p pH Berat protein terdegradasi (mg) Aktivitas Enzim (unit) 6,0 42,64 5,18 6 6,5 37,98 4,61 7 7,0 35,66 4,33 7 7,5 31,01 3,77 8 8,0 24,8 3,01 Dari tabel di atas bila dibuat hubungan antara aktivitas enzim dengan pH maka diperoleh Gambar 3.4. Gambar 3.4 Kurva Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amobil 3.6.3 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim Amobil Penentuan konsentrasi optimum kerja enzim bromelin amobil terhadap substrat, dilakukan dengan membuat variasi konsentrasi substrat (kasein) yaitu 2000, 2500, 3000, 3500, dan 4000 ppm. Enzim bromelin amobil dimasukkan ke dalam 17,5 ml substrat yangbtelah dikondisikan pHnya menjadi pH 6,0 kemudian ditambahkan 2,5 ml buffer fosfat pH 6,0. Selanjutnya, cuplikan dan larutan kontrol (17,5 ml kasein dengan pH 6,0 ditambah 2,5 ml buffer fosfat pH 6,0) dishakerdengan kecepatan 110 rpm selama 6 jam. Dengan semakin kecilnya konsentrasi substrat maka aktivitas enzim juga semakin kecil. Hasil pengukuran tersebut terlihat pada tabel di bawah. Tabel 3.4 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim Amobil Konsentrasi Substrat (ppm) Berat protein terdegradasi (mg) Aktivitas Enzim (unit) 2000 13,18 1,60 2500 17,83 2,16 3000 23,26 2,82 3500 26,35 3,20 4000 34,89 4,24 Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada konsentrasi substrat yang besar aktivitas katalitik dari enzim juga besar, tetapi pada batas konsentrasi tertentu tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walau konsentrasi substrat diperbesar. Hal ini disebabkan karena konsentrasi enzim sudah jenuh dengan substrat. Pada konsentrasi substrat yang rendah, sisi aktif tempat terjadinya kontak antara enzim dan substrat hanya menampung substrat yang sedikit. Oleh karena itu konsentrasi kompleks enzim- substrat sedikit, sehinga kecepatan reaksinya kecil. Bila konsentrasi substrat besar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada sisi aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim-substrat makin besar sehingga reaksi semakin besar. Akan tetapi, penambahan konsentrasi substrat lebih lanjut tidak akan berpengaruh pada kecepatan reaksi enzim. Pada konsentrasi-konsentrasi substrat yang menghasilkan laju reaksi maksimum, dapat dianggap bahwa enzim telah dalam keadaan “jenuh dengan substrat”. Pada penelitian ini penggunaan konsentrasi substrat belum mencapai konsentrasi substrat maksimum seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5.
  • 7. Prosiding Kimia FMIPA Gambar 3.5 Kurva Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim Amobil Kurva pada gambar 3.5 menunjukkan bahwa aktivitas enzim terbesar terjadi pada konsentrasi kasein 4000 ppm yaitu sebesar 4,24 unit. 3.7 Uji Perulangan Aktivitas Enzim Amobil Aspek efektivitas enzim bromelin amobil jika digunakan dalam pengurangan protein secara berulang, diuji dalam penelitian ini dengan cara menggunakan enzim bromelin amobil untuk 5 kali proses degradasi, dengan kondisi kecepatan shaker 110 rpm, pH 6,0 dan konsentrasi substrat sebesar 4000 ppm. Setelah proses degradsi protein pertama selesai, enzim bromelin amobil dipisahkan dengan cara disaring, dibilas dengan aquades sekali untuk menghilangkan sisa dari cuplikan sebelumnya dan langsung dimasukkan ke dalam cuplikan yang baru untuk proses berikutnya. Kadar protein dalam substrat yang terdegradasi secara berurutan dari perulangan pertama sampai kelima dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Pengaruh Uji Perulangan terhadap Aktivitas Enzim Amobil Perulangan 6jam ke Berat protein terdegradasi (mg) Aktivitas Enzim (unit) 1 46,51 5,65 2 45,74 5,56 3 44,96 5,46 4 42,63 5,18 5 41,86 5,08 Setelah 5 kali perulangan, maka enzim bromelin amobil dapat mengurangi protein dalam substrat sebesar 221,70 mg. Gambar 3.6 Kurva Pengaruh Uji Perulangan terhadap Aktivitas Enzim Amobil Berdasarkan Gambar 3.6 di atas menunjukkan bahwa enzim bromelin yang teramobilisasi dengan kitosan bisa digunakan sampai penggunaan lima kali berturut-turut. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas enzim bromelin amobil optimum pada 6 jam inkubasi, pH 6,0 dan konsentrasi substrat 4000 ppm dengan aktivitas sebesar 5,65 unit. Hasil uji perulangan menunjukkan bahwa enzim bromelin amobil dapat digunakan hingga 5 kali perulangan. Aktivitas enzim pada perulangan pertama sebesar 5,65 unit dan 5,08 unit pada perulangan kelima, dimana aktivitas enzim amobil mengalami penurunan sebesar 10,09% setelah 5 kali perulangan. Ucapan terimakasih 1. Drs. Refdinal Nawfa, M.S atas dukungan, bimbingan dan motivasi yang diberikan 2. Ibu, Bapak, dan keluarga atas dukungan dan doanya 3. Dra. Ratna Ediati, M.S, Ph. D selaku dosen wali Daftar Pustaka Cooper, (1979), The Tools of Biochemistry, John Wiley and Sons, USA Guibal, E., Milot, C., dan Tobin, (1998), Meta -Anion Sorption by Chitosan Beads: Equilibrium and kinetic studies, Industrial and Engineering Chemistry Research, 37(4): 1454-1463 Rising, Mary, M. dkk, (1930), The Biuret Reaction, Journal of Bioorganic Chemistry, Chicago Rumainah, S., (2000), Pengaruh Penggunaan Amonium Sulfat dan Aseton sebagai Pengendap Enzim Bromelin dari Buah Nanas, FMIPA UNESA, Surabaya