SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat
pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media
penggorengan sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat. Minyak dapat
bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa,
dan minyak biji bunga matahari. Minyak juga dapat bersumber dari hewan, misalnya
ikan sarden, ikan paus dan lain-lain ( S. Ketaren, 1986 ).
Dewasa ini laju perkembangan pemasaran minyak kelapa sawit cukup
menanjak. Diantara macam-macam minyak goreng, antara lain minyak yang berasal
dari kedelai, bunga matahari, lobak zaitun, dan kelapa hibrida. Munculnya minyak
kelapa sawit dalam pemasaran dengan cepat dan pesat mampu mengisi dan bersaing
dengan minyak nabati yang lain. Bahkan, keberadaannya mampu mendesak
pemasaran minyak kedelai. Dengan melihat kemampuannya dalam merebut pasaran
dunia dengan cepat, tentunya ada hal-hal khusus yang menjadi keunggulan minyak
kelapa sawit dibandingkan dengan minyak nabati yang lain.
Minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai produk pangan biasanya
dihasilkan dari bagian kulit (sabut) kelapa sawit maupun inti (biji) kelapa sawit
melalui proses fraksinasi (pemisahan), rafinasi (pemurnian), dan hidrogenasi. Selain
sebagai bahan baku minyak sawit, kelapa sawit digunakan dalam bentuk minyak
goreng, margarin, butter, shortening untuk pembuatan kue-kue dan lain sebagainya
(Penebar swadaya 1992).
Dari nilai gizinya, penggunaan minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng
cukup menguntungkan. Adanya karoten dan tokoferol yang terkandung di dalamnya
menyebabkan minyak kelapa sawit ini perlu dikembangkan sebagai sumber vitamin.
Karoten dan tokoferol ini diketahui dapat meningkatkan kemantapan minyak terhadap
oksidasi dengan kata lain menyebabkan minyak tidak mudah tengik. Selain itu
minyak kelapa sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng non kolesterol (kadar
kolesterolnya rendah) (Penebar swadaya 1992).
Minyak goreng kelapa sawit yang dikenal dengan istilah minyak goreng
kelapa sawit curah umumnya hanya menggunakan satu kali proses fraksinasi,
sehingga masih mengandung fraksi padat stearin yang relatif lebih banyak dari
minyak goreng bermerek yang menggunakan dua kali proses fraksinasi. Oleh karena
itu penampakan minyak goreng kelapa sawit curah tidak sejernih minyak goreng
bermerek. Penampakan ini berkaitan erat dengan titik cair (suhu pada saat lemak
mulai mencair) dan cloud point (suhu pada saat mulai terlihat adanya padatan) pada
minyak (www.kompas.com 18 April 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak adalah kandungan air,
kandungan kotoran, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida
Faktor -faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida, refining loss, plastisitas,
spreadabiliti, kejernihan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua
faktor-faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui kualitas minyak kelapa sawit (S.
Ketaren, 1986).
Minyak goreng kelapa sawit bermutu prima (Special Quality) mengandung
asam lemak bebas (Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan.
Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % asam lemak
bebas (www.depperin.go.id). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
(kemurnian) minyak goreng kelapa sawit adalah asam lemak bebas. Peningkatan
jumlah asam lemak bebas ini terjadi bila minyak goreng teroksidasi ataupun
terhidrolisis sehingga mengakibatkan ikatan rangkap yang ada dalam minyak akan
pecah. Pecahnya ikatan rangkap ini lama-kelamaan akan membuat minyak goreng
menjadi semakin jenuh (Penebar swadaya, 1992).
Minyak atau lemak yang mengandung persentase asam lemak dengan kadar
tinggi kurang baik untuk kesehatan, karena bila untuk menggoreng (deep fried atau
dipanaskan), disamping akan mengalami polimerisasi (penggumpalan), juga
membentuk trans fatty acids (asam lemak trans) dan free radicals (radikal bebas)
yang bersifat toksik dan karsinogenik ( Iwan T. Budiarso, 2004).
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan ” Berapakah kadar
asam lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah yang dijual di Pasar
Peterongan Semarang sebelum dan sesudah digunakan untuk menggoreng?
C. Tujuan Penelitian
1. Menetapkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah
yang dijual di Pasar Peterongan Semarang sebelum digunakan untuk menggoreng.
2. Menetapkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah
yang dijual di Pasar Peterongan Semarang sesudah digunakan untuk menggoreng.
3. Membandingkan kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak goreng
kelapa sawit curah yang dijual di Pasar Peterongan Semarang sebelum digunakan
untuk menggoreng dengan Standar Nasional Indonesia 01-3747-2002.
D. Manfat Penelitian
1. Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi kepada masyarakat tentang kualitas
minyak goreng kelapa sawit curah sebelum dan sesudah digunakan untuk
menggoreng bila ditinjau dari asam lemak bebasnya.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang kandungan asam
lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah sebelum dan sesudah
digunakan untuk menggoreng.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibadingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram
minyak atau lemak dapat menghasilkan 9kkal, sedangkan karbohidrat dan protein
hanya menghasilkan 4kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati,
mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan
arokidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan
kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi
vitamin-vitamin A, D, E, dan K. Minyak dan lemak terdapat pada hampir semua
bahan pangan dengan kandugan yang berbeda-beda.
Tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan
makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan
lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening
(mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarine. Di samping itu, penambahan
lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita
rasa bahan pangan, seperti pada kembang gula, penambahan shortening pada
pembuatan kue-kue, dan lain-lain. Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan
atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu.
Berbagai bahan pangan seperti daging, telur, susu, apokat, kacang tanah, dan berbagai
jenis sayuran yang mengandung minyak dan lemak yang biasanya termakan bersama
makanan tersebut. Minyak dan lemak tersebut dikenal sebagai minyak tersembunyi
(invisible fat). Sedangkan minyak dan lemak yang telah diekstrasi dari ternak atau
bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat
mata (visible fat) (F.G Winarno, 2004).
Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan padat, sedangkan minyak adalah yang dalam suhu ruang
berbentuk cair. Trigliserida merupakan kelompok lipid yang terdapat paling banyak
dalam jaringan hewan dan tanaman. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi
tergantung dari tingkat kegemukan seseorang.
Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga
asam lemak berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga
molekul air.
O O
H2C OH R1 C OH H2C O C R1
O O
H C OH + R2 C OH H C O C R2 + 3H2O
O O
H2 C OH R3 C OH H2C O C R3
Gliserol Asam lemak Trigliserida Air
Apabila R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida
sederhana (Slamet Sudarmadji,dkk, 2003). Apabila minyak atau lemak mengandung
gliserida sederhana dalam jumlah yang sedikit atau sama sekali tidak ada, maka hal
tersebut akan membuat gliserida-gliserida yang menyusun minyak dan lemak menjadi
sama, sehingga sukar untuk memisahkan dan baru setelah dilakukan proses hidrolisis
pada minyak atau lemak tersebut akan dapat dilakukan pemisahan asam-asam
lemaknya. Pemisahan tersebut tergantung pada dua faktor yaitu kelarutan asam lemak
dalam air dan kemampuan menguap asam-asam lemak dalam komponon-komponen
yang tersendiri (Bambang Djatmiko & A. Pandji W, 1984).
1. Jenis minyak dan lemak
Minyak dan lemak adalah minyak atau lemak yang berasal dari tumbuhan
yang mengandung fitosterol, dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
sehingga umumnya berbentuk cair. Pembagian lemak menurut asalnya:
a. Lemak nabati yang berbentuk cair dapat dibedakan menjadi 3 golongan,yaitu :
1) Drying Oil : minyak yang akan menjadi keras bila kontak langsung dengan udara.
Contoh : minyak cat atau pernis
2) Semi Drying oil : minyak yang apabila mengalami pemanasan akan menguap.
Contoh : minyak jagung, minyak bunga matahari.
3) Non Drying Oil : minyak yang apabila mengalami pemanasan tidak menguap.
Contoh : minyak kelapa, minyak kacang.
Lemak nabati yang berbentuk padat adalah minyak coklat dan bagian
“stearin” dari kelapa sawit.
b. Lemak hewani adalah minyak atau lemak yang berasal dari hewan dan banyak
mengandung sterol yang disebut kolesterol.
Lemak hewani terdiri dari 2 bentuk yaitu :
1) Bentuk cair : contoh : minyak ikan paus.
2) Bentuk padat : contoh: lemak susu (keju), lemak babi, lemak sapi.
2. Pembagian jenis minyak dan lemak :
a. Minyak goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan
penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik
asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan
membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap makin
baik minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar
gliserol bebas. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik aspnya akan
turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan
terjadinya hidrolisis, pemanasan minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak
terlalu tinggi (suhu penggorengan 177 o
C - 221 o
C) (F.G Winarno, 2004).
b. Minyak salad
Minyak sawit dapat dijadikan minyak salad, dari fraksi cair yang dapat tetap
jernih selama 72 jam pada suhu 8o
C dan fraksi padat yang dapat diubah menjadi
fraksi cair melalui fraksinasi kimia dan fisika. Kemampuan minyak salad untuk
bertahan pada suhu rendah sangat tergantung pada kadar trigliserida jenuh yang ada
(Sagung Seto, 2001).
c. Mentega
Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis (sweet cream) atau yang
asam. Mentega dari lemak yang asam mempunyai cita rasa yang kuat. Mentega
sendiri merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi di
dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat
pengemulsi.
d. Margarin
Margarin atau oleo margarine merupakan pengganti mentega dengan rupa,
bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin juga merupakan
emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan mengandung tidak kurang dari 80 %
lemak. Umumnya margarin berasal dari lemak hewani dan lemak nabati. Lemak
hewani yang digunakan biasanya lemak babi (lard) dan lemak sapi (oleo oil)
sedangkan minyak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa
sawit, minyak kedelai, dan minyak biji kapas. Karena minyak nabati umumnya dalam
bentuk cair, maka harus dihidrogenasi lebih dulu menjadi lemak padat. Yang berarti
margarin harus bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah,
dan segera dapat mencair dalam mulut.
e. Shortening
Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan
tertentu, umumnya berwarna putih sehingga disebut mentega putih. Bahan ini
diperoleh dari hasil pencampuran dua atau lebih lemak dengan cara hidrogenasi. Pada
umumnya shortening terbuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas, minyak
kacang kedelai, minyak kacang dan lain-lain.
f. Lemak gajih
Gajih atau lard adalah lemak yang diperoleh dari jaringan lemak ternak sapi,
babi, atau kambing. Pada umumnya lemak banyak terdapat pada rongga perut dan
lemak tersebut biasanya akan menghasilkan lemak gajih yang bermutu tinggi. Karena
sifatnya yang beragam serta sifat-sifat yang lainnya seperti tekstur, cita rasa, dan
baunya, lemak gajih semakin terbatas penggunaanya. Apalagi lemak gajih mudah
sekali menjadi tengik, sehingga dalam pembuatannya perlu ditambahkan anti oksidan
(F.G. Winarno, 2004).
3. Sumber Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam,
yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan,
minyak berfungsi sebagai sumber cadangan energi. Minyak dan lemak dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumbernya sebagai berikut :
a. Besumber dari tanaman
1) Biji-bijian palawija : minyak jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedelai, dan bunga
matahari.
2) Kulit buah tanaman tahunan : minyak zaitun dan kelapa sawit.
3) Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, cokelat, inti sawit.
b. Bersumber dari hewani
1) Susu hewan peliharaan : lemak susu
2) Daging hewan peliharaan : lemak sapi, lemak babi.
3) Hasi laut : minyak ikan sarden dan minyak ikan paus (S.Ketaren, 1986).
4. Sifat-sifat fisik dan kimia minyak dan lemak
a. Sifat fisik
1) Warna
Warna minyak dapat dipengaruhi oleh adanya zat-zat yang terkandung secara
alamiah dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak
pada proses ekstaksi. Zat warna tersebut antara lain α dan ß karotin, xantofil, klorofil
Dan anthosyanin. Zat warna ini minyebabkan minyak berwarna kuning, kuning
kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemarah-merahan.
Pigmen berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karotenoid yang
bersifat larut dalam minyak. Karotenoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak
jenuh. Jika minyak dihidrogenasi, karoten tersebut juga ikut terhidrogenasi, sehingga
intensitas warna kuning berkurang. Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi,
dan jika minyak diolah menggunakan uap panas, maka warna kuning akan hilang.
Warna gelap pada minyak selain disebabkan oleh proses oksidasi terhadap
tokoferol (vitamin E), juga dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan.
Sedangkan warna coklat disebabkan oleh pigmen coklat yang berasal dari bahan yang
telah membusuk. Hal itu juga dapat disebabkan karena adanya reaksi molekul
karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehida serta gugus amin dari molekul
protein dan disebabkan karena aktivitas enzim-enzim, seperti phenol oksidase,
polyphenol oksidase.
2) Flavor / Bau
Flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi
karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil
penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Umumnya flavor ini disebabkan oleh
komponen bukan minyak, seperti bau khas minyak kelapa sawit dikarenakan
terdapatnya beta ionone, sedangkan bau khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh
nonil metal keton.
3) Kelarutan
Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak. Minyak dan
lemak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan larut sempurna dalam etil eter,
karbon disulfide dan pelarut-pelarut halogen.
4) Titik Cair
Pengukuran titik cair minyak atau lemak, suatu cara yang lazim digunakan
dalam penentuan atau pengenalan komponen-komponen organik yang murni. Minyak
atau lemak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai temperatur tertentu.
5) Titik Didih
Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin miningkat dengan bertambah
panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
6) Bobot Jenis
Bobot jenis dari minyak biasanya ditentukan pada temperatur 25o
C, akan
tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40o
C atau
60o
C untuk lemak yang titik cairnya tinggi.
7) Indeks Bias
Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada
suatu medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada minyak dan lemak dipakai pada
pengenalan unsur kimia dan untuk pangujian kemurnian minyak.
8) Titik asap, titik nyala dan titik api
Titik asap adalah temperatur pada minyak atau lemak menghasilkan asap yang
kebiru-biruan pada saat pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat
campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah
terperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus-menerus, sampai habisnya
contoh uji(S. Ketaren, 1986).
b. Sifat kimia
1) Hidrolisis
Dalam reaksi hidrolisis, minyak atau lemak dapat terhidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim.
Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak dengan kadar asam lemak rendah.
Hidrolisis sangat menurunkan mutu minyak goreng.
2) Oksidasi
Terjadinya reaksi oksidasi mengakibatkan ketengikan pada lemak atau
minyak. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti
cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti, Cu,
Fe, Co, dan Mn ( F.G Winarno, 2004).
3) Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai
karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi hirogenasi ini dilakukan dengan
menggunakan hidrokarbon murni dan ditambahkan dengan serbuk nikel sebagai
katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator
dipisahkan dengan cara penyaringan.
4) Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari
trigliserid dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang disebut interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip
transesterifikasi Friedel-Craft (S. Ketaren, 1986).
B. Minyak Kelapa Sawit
1. Komposisi minyak sawit
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dihasilkan dari inti kelapa sawit
(palm kernel oil). Minyak kelapa sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah
minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng,
shortening, margarin, dan minyak makan lainnya. Dengan kandungan karoten yang
tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibandingkan
dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit dihasilhan dari proses ekstraksi bagian
sabut buah dan biji buah kelapa sawit. Minyak yang dihasilkan dari bagian kulit atau
sabut tersebut dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO) dan bagian dari biji
buahnya diseut Palm Kernel Oil (PKO).
Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak tidak jenuh dengan
perbandingan yang hampir sama, yaitu 40 % asam oleat, dan 44 % asam palmitat.
Minyak sawit juga merupakan sumber vitamin E, tokoferol dan tokotrienol yang
berperan sebagai antioksidan, yaitu suatu zat yang dapat mencegah terjadinya
oksidasi. Tokoferol dan tokotrienol dapat menangkap radikal bebas dan mencegah
kanker.
Selain asam lemak dan trigliserida masih terdapat senyawa non trigliserida
dalam jumlah kecil. Yang termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain::
motibgliserida, diglisrida, fosfatida, karbohidrat, turunan karbohidrat, protein, dan
bahan-bahan berlendir atau getah (gum) serta zat-zat berwarna yang memberikan
warna serta rasa dan bau yang tidak diinginkan.
(yongkikastanyaluthana.wordpress.com)
2. Pengolahan kelapa sawit
Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar crude
palm oil (CPO) dan inti sawit melalui proses yang cukup panjang. Urutan pengolahan
kelapa sawit sebagai berikut:
a. Pengangkutan buah ke pabrik.
Buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut ke pabrik. Kemudian
buah harus segera ditimbang, dan dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya
berkapasitas 2,5 ton setiap lori. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan
minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fatay acid) tinggi. Untuk menghindari
terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat
8 jam setelah panenan.
b. Perebusan buah.
Buah serta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan mengalirkan atau
menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat rebusan. Suhu uap yang
digunakan adalah 125 0
C dan tekanan dalam ruang sterilisasi ± 2,5 atm.
c. Pelepasan buah dan pelumatan
Tandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah
(thresher), kemudian buah yang lepas (rontok) dibawa ke dalam mesin pelumat
(digester). Sambil dilumat, buah dipanasi (diuapi) agar daging buah hancur dan lepas
dari bijinya, keadaan demikian memudahkan proses pengeluaran (ekstraksi) minyak.
d. Pengeluaran minyak
Ada bermacam cara untuk mengeluarkan minyak (extraction of oil), tetapi
yang umum dipakai adalah pengepresan dengan menggunakan alat atau mesin
pengepres tipe hydraulic, centrifugal atau tipe continuous screw press. Daging buah
yang sudah dilumatkan di mesin pelumat dimasukkan ke dalam alat pengepres,
kemudian dipres sehingga minyak dapat dikeluarkan dan dipisahkan dari ampasnya.
Minyak yang keluar ditampung untuk selanjutnya dimurnikan.
e. Pemurnian dan penjernihan minyak.
Minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45 % sampai 55 % air,
lumpur dan bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini dibawa ke tangki
pemurnian atau tangki klarifikasi. Setelah mengalami pemurnian akan diperoleh 90 %
minyak, dan sisanya adalah lumpur. Setelah dilakukan penyaringan kemudian
minyak ditampung dalam tangki dan dijernihkan lebih lanjut untuk memisahkan air
yang masih terkandung di dalamnya. Selanjutnya minyak dilewatkan pada continuous
vaccum driyer sehingga diperoleh minyak berkadar air kurang dari 0,1 %. Minyak ini
ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan sudah siap untuk dijual pada
konsumen. Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar asam lemak bebas,
kandungan air dan mudah atau tidaknya minyak tersebut dijernihkan (bleachability)
(www.elearning.unej.ac.id).
C. Proses Penggorengan
1. Sebelum penggorengan
Jenis minyak yang digunakan untuk menggoreng umumnya yang masih segar
yang berasal dari minyak nabati. Minyak nabati yang digunakan untuk menggoreng
biasanya mengandung asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat dan asam palmitat.
Minyak yang tergolong asam lemak tidak jenuh adalah minyak jagung, minyak wijen,
minyak bunga matahari, minyak sawit dan lain-lain.
2. Sesudah penggorengan
Selama penggorengan minyak dalam kondisi suhu tinggi, adanya udara dan
air yang dikandung oleh bahan menyebabkan minyak mengalami kerusakan. Adanya
interaksi antara produk dan minyak menyebabkan terjadinya reaksi yang sangat
komplek, akan terbentuk senyawa volatile maupun nonvolatile yang akan
memberikan tanda bahwa minyak telah rusak (www.unram.ac.id).
D. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas merupakan fraksi bukan lemak yang dapat mempengaruhi
kualitas minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa
enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak
dengan kadar lebih besar dari 0,2 % dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang
tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. (S. Ketaren 1986).
Pengaruh lama penyimpanan juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar
asam lemak bebas pada minyak goreng. Peningkatan kadar asam lemak bebas dan
bilangan peroksida dipengaruhi juga oleh kadar air dalam minyak, ada tidaknya
penambahan zat pengawet antioksidan, dan kondisi penyimpanan seperti intensitas
kontak dengan cahaya serta oksigen yang akan mempercepat proses kerusakan
minyak goreng (www.kompas.com, 18 April 2008).
E. Analisis Asam Lemak Bebas
Metode : Alkalimetri
Prinsip : Reaksi penetralan asam oleh basa.
O O
R C OH + KOH R C O K + H2O
Prosedur :
a. Ditimbang 10 gram minyak dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.
b. Ditambah etanol netral sebanyak 50 ml.
c. Dipanaskan kurang lebih 40 0
C.
d. Ditambah indikator PP 1% sebantyak 2-3 tetes.
e. Dititrasi dengan KOH 0,05 N sampai warna merah jambu atau merah muda
konstan.
% Asam lemak bebas = V x N x F x 100
G sampel
V = Jumlah KOH yang diperlukan untuk titrasi sampel
N = Normalitas KOH
F = Faktor minyak kelapa sawit ” 25,6 ”
G = Bobot contoh dalam gram  
( SNI 01-3541-2002 ) 

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Mina Audina
 
Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Tillapia
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairIffa M.Nisa
 
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischAnalisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischjusaay
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarilmanafia13
 
Analisis protein
Analisis proteinAnalisis protein
Analisis proteinOvi Ardiana
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIarymita
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaWulung Gono
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanawd_amaliah
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasimurianda
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)Annie Rahmatillah
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikrobaMifta Rahmat
 

What's hot (20)

Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
 
viskositas
viskositasviskositas
viskositas
 
Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischAnalisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Analisis protein
Analisis proteinAnalisis protein
Analisis protein
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
 
Alkuna
AlkunaAlkuna
Alkuna
 
minyak nabati
minyak nabatiminyak nabati
minyak nabati
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan Galenika
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasi
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
 

Viewers also liked

IBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
IBM1_Pengantar Minyak dan LemakIBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
IBM1_Pengantar Minyak dan LemakTitis Sari
 
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyakSifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyakVirdha Rahma
 
Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)
Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)
Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)Cipta Ilahi
 
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoRyan Tito
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitMuhammad Yuswani
 

Viewers also liked (6)

IBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
IBM1_Pengantar Minyak dan LemakIBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
IBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
 
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyakSifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
 
Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)
Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)
Pemanfaatan Buah Kesumba Sebagai Zat Pewarna Tekstil ( Karya Ilmiah)
 
9 zat warna alami
9 zat warna alami9 zat warna alami
9 zat warna alami
 
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawit
 

Similar to Minyak Goreng

Minyak goreng
Minyak gorengMinyak goreng
Minyak gorengindocard
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Raudatul jannah
 
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"P Sri Utami
 
Lemak dan-minyak
Lemak dan-minyakLemak dan-minyak
Lemak dan-minyakridhar
 
Analisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptxAnalisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptxssuser018360
 
margarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawitmargarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawitFAJRUL MUBAROK
 
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfiaFalah2
 
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEAcara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEUfi Ufy
 
Laporan biologi tentang protein
Laporan biologi tentang proteinLaporan biologi tentang protein
Laporan biologi tentang proteinnurul Aulia sari
 

Similar to Minyak Goreng (20)

Minyak goreng
Minyak gorengMinyak goreng
Minyak goreng
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
 
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
 
Minyak kedelai
Minyak kedelaiMinyak kedelai
Minyak kedelai
 
ilmu bahan pangan
ilmu bahan panganilmu bahan pangan
ilmu bahan pangan
 
Lemak dan-minyak
Lemak dan-minyakLemak dan-minyak
Lemak dan-minyak
 
askep
askep askep
askep
 
Distribusi lipid.pptx
Distribusi lipid.pptxDistribusi lipid.pptx
Distribusi lipid.pptx
 
Minyak & lemak
Minyak & lemakMinyak & lemak
Minyak & lemak
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
 
nara
naranara
nara
 
Analisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptxAnalisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptx
 
biogas
biogasbiogas
biogas
 
margarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawitmargarin dari minyak kelapa sawit
margarin dari minyak kelapa sawit
 
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEAcara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
 
Laporan biologi tentang protein
Laporan biologi tentang proteinLaporan biologi tentang protein
Laporan biologi tentang protein
 

More from Ibenk Hallen

Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Ibenk Hallen
 
(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum coupling(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum couplingIbenk Hallen
 
Uji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak gorengUji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak gorengIbenk Hallen
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselIbenk Hallen
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasIbenk Hallen
 
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...Ibenk Hallen
 
01 penilaian portofolio (slamet soewandi)
01 penilaian  portofolio (slamet soewandi)01 penilaian  portofolio (slamet soewandi)
01 penilaian portofolio (slamet soewandi)Ibenk Hallen
 
Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]Ibenk Hallen
 

More from Ibenk Hallen (12)

Smp7ipa ipa teguh
Smp7ipa ipa teguhSmp7ipa ipa teguh
Smp7ipa ipa teguh
 
Presentation ok
Presentation okPresentation ok
Presentation ok
 
Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)
 
Ppt fisika modern
Ppt fisika modernPpt fisika modern
Ppt fisika modern
 
(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum coupling(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum coupling
 
Uji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak gorengUji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak goreng
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodiesel
 
Spektro uv-vis
Spektro uv-visSpektro uv-vis
Spektro uv-vis
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekas
 
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
 
01 penilaian portofolio (slamet soewandi)
01 penilaian  portofolio (slamet soewandi)01 penilaian  portofolio (slamet soewandi)
01 penilaian portofolio (slamet soewandi)
 
Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]
 

Minyak Goreng

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat. Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak biji bunga matahari. Minyak juga dapat bersumber dari hewan, misalnya ikan sarden, ikan paus dan lain-lain ( S. Ketaren, 1986 ). Dewasa ini laju perkembangan pemasaran minyak kelapa sawit cukup menanjak. Diantara macam-macam minyak goreng, antara lain minyak yang berasal dari kedelai, bunga matahari, lobak zaitun, dan kelapa hibrida. Munculnya minyak kelapa sawit dalam pemasaran dengan cepat dan pesat mampu mengisi dan bersaing dengan minyak nabati yang lain. Bahkan, keberadaannya mampu mendesak pemasaran minyak kedelai. Dengan melihat kemampuannya dalam merebut pasaran dunia dengan cepat, tentunya ada hal-hal khusus yang menjadi keunggulan minyak kelapa sawit dibandingkan dengan minyak nabati yang lain. Minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai produk pangan biasanya dihasilkan dari bagian kulit (sabut) kelapa sawit maupun inti (biji) kelapa sawit melalui proses fraksinasi (pemisahan), rafinasi (pemurnian), dan hidrogenasi. Selain sebagai bahan baku minyak sawit, kelapa sawit digunakan dalam bentuk minyak
  • 2. goreng, margarin, butter, shortening untuk pembuatan kue-kue dan lain sebagainya (Penebar swadaya 1992). Dari nilai gizinya, penggunaan minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng cukup menguntungkan. Adanya karoten dan tokoferol yang terkandung di dalamnya menyebabkan minyak kelapa sawit ini perlu dikembangkan sebagai sumber vitamin. Karoten dan tokoferol ini diketahui dapat meningkatkan kemantapan minyak terhadap oksidasi dengan kata lain menyebabkan minyak tidak mudah tengik. Selain itu minyak kelapa sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng non kolesterol (kadar kolesterolnya rendah) (Penebar swadaya 1992). Minyak goreng kelapa sawit yang dikenal dengan istilah minyak goreng kelapa sawit curah umumnya hanya menggunakan satu kali proses fraksinasi, sehingga masih mengandung fraksi padat stearin yang relatif lebih banyak dari minyak goreng bermerek yang menggunakan dua kali proses fraksinasi. Oleh karena itu penampakan minyak goreng kelapa sawit curah tidak sejernih minyak goreng bermerek. Penampakan ini berkaitan erat dengan titik cair (suhu pada saat lemak mulai mencair) dan cloud point (suhu pada saat mulai terlihat adanya padatan) pada minyak (www.kompas.com 18 April 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak adalah kandungan air, kandungan kotoran, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida Faktor -faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida, refining loss, plastisitas, spreadabiliti, kejernihan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua
  • 3. faktor-faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui kualitas minyak kelapa sawit (S. Ketaren, 1986). Minyak goreng kelapa sawit bermutu prima (Special Quality) mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % asam lemak bebas (www.depperin.go.id). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas (kemurnian) minyak goreng kelapa sawit adalah asam lemak bebas. Peningkatan jumlah asam lemak bebas ini terjadi bila minyak goreng teroksidasi ataupun terhidrolisis sehingga mengakibatkan ikatan rangkap yang ada dalam minyak akan pecah. Pecahnya ikatan rangkap ini lama-kelamaan akan membuat minyak goreng menjadi semakin jenuh (Penebar swadaya, 1992). Minyak atau lemak yang mengandung persentase asam lemak dengan kadar tinggi kurang baik untuk kesehatan, karena bila untuk menggoreng (deep fried atau dipanaskan), disamping akan mengalami polimerisasi (penggumpalan), juga membentuk trans fatty acids (asam lemak trans) dan free radicals (radikal bebas) yang bersifat toksik dan karsinogenik ( Iwan T. Budiarso, 2004). B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan ” Berapakah kadar asam lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah yang dijual di Pasar Peterongan Semarang sebelum dan sesudah digunakan untuk menggoreng?
  • 4. C. Tujuan Penelitian 1. Menetapkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah yang dijual di Pasar Peterongan Semarang sebelum digunakan untuk menggoreng. 2. Menetapkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah yang dijual di Pasar Peterongan Semarang sesudah digunakan untuk menggoreng. 3. Membandingkan kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak goreng kelapa sawit curah yang dijual di Pasar Peterongan Semarang sebelum digunakan untuk menggoreng dengan Standar Nasional Indonesia 01-3747-2002. D. Manfat Penelitian 1. Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi kepada masyarakat tentang kualitas minyak goreng kelapa sawit curah sebelum dan sesudah digunakan untuk menggoreng bila ditinjau dari asam lemak bebasnya. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng kelapa sawit curah sebelum dan sesudah digunakan untuk menggoreng.
  • 5. BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibadingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arokidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K. Minyak dan lemak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandugan yang berbeda-beda. Tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarine. Di samping itu, penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan, seperti pada kembang gula, penambahan shortening pada pembuatan kue-kue, dan lain-lain. Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan
  • 6. atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan seperti daging, telur, susu, apokat, kacang tanah, dan berbagai jenis sayuran yang mengandung minyak dan lemak yang biasanya termakan bersama makanan tersebut. Minyak dan lemak tersebut dikenal sebagai minyak tersembunyi (invisible fat). Sedangkan minyak dan lemak yang telah diekstrasi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat) (F.G Winarno, 2004). Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat, sedangkan minyak adalah yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Trigliserida merupakan kelompok lipid yang terdapat paling banyak dalam jaringan hewan dan tanaman. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi tergantung dari tingkat kegemukan seseorang. Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air. O O H2C OH R1 C OH H2C O C R1 O O H C OH + R2 C OH H C O C R2 + 3H2O O O H2 C OH R3 C OH H2C O C R3 Gliserol Asam lemak Trigliserida Air
  • 7. Apabila R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana (Slamet Sudarmadji,dkk, 2003). Apabila minyak atau lemak mengandung gliserida sederhana dalam jumlah yang sedikit atau sama sekali tidak ada, maka hal tersebut akan membuat gliserida-gliserida yang menyusun minyak dan lemak menjadi sama, sehingga sukar untuk memisahkan dan baru setelah dilakukan proses hidrolisis pada minyak atau lemak tersebut akan dapat dilakukan pemisahan asam-asam lemaknya. Pemisahan tersebut tergantung pada dua faktor yaitu kelarutan asam lemak dalam air dan kemampuan menguap asam-asam lemak dalam komponon-komponen yang tersendiri (Bambang Djatmiko & A. Pandji W, 1984). 1. Jenis minyak dan lemak Minyak dan lemak adalah minyak atau lemak yang berasal dari tumbuhan yang mengandung fitosterol, dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. Pembagian lemak menurut asalnya: a. Lemak nabati yang berbentuk cair dapat dibedakan menjadi 3 golongan,yaitu : 1) Drying Oil : minyak yang akan menjadi keras bila kontak langsung dengan udara. Contoh : minyak cat atau pernis 2) Semi Drying oil : minyak yang apabila mengalami pemanasan akan menguap. Contoh : minyak jagung, minyak bunga matahari. 3) Non Drying Oil : minyak yang apabila mengalami pemanasan tidak menguap. Contoh : minyak kelapa, minyak kacang. Lemak nabati yang berbentuk padat adalah minyak coklat dan bagian “stearin” dari kelapa sawit.
  • 8. b. Lemak hewani adalah minyak atau lemak yang berasal dari hewan dan banyak mengandung sterol yang disebut kolesterol. Lemak hewani terdiri dari 2 bentuk yaitu : 1) Bentuk cair : contoh : minyak ikan paus. 2) Bentuk padat : contoh: lemak susu (keju), lemak babi, lemak sapi. 2. Pembagian jenis minyak dan lemak : a. Minyak goreng Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap makin baik minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol bebas. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik aspnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi (suhu penggorengan 177 o C - 221 o C) (F.G Winarno, 2004). b. Minyak salad Minyak sawit dapat dijadikan minyak salad, dari fraksi cair yang dapat tetap jernih selama 72 jam pada suhu 8o C dan fraksi padat yang dapat diubah menjadi fraksi cair melalui fraksinasi kimia dan fisika. Kemampuan minyak salad untuk
  • 9. bertahan pada suhu rendah sangat tergantung pada kadar trigliserida jenuh yang ada (Sagung Seto, 2001). c. Mentega Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis (sweet cream) atau yang asam. Mentega dari lemak yang asam mempunyai cita rasa yang kuat. Mentega sendiri merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi di dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi. d. Margarin Margarin atau oleo margarine merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan mengandung tidak kurang dari 80 % lemak. Umumnya margarin berasal dari lemak hewani dan lemak nabati. Lemak hewani yang digunakan biasanya lemak babi (lard) dan lemak sapi (oleo oil) sedangkan minyak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak biji kapas. Karena minyak nabati umumnya dalam bentuk cair, maka harus dihidrogenasi lebih dulu menjadi lemak padat. Yang berarti margarin harus bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, dan segera dapat mencair dalam mulut. e. Shortening Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih sehingga disebut mentega putih. Bahan ini
  • 10. diperoleh dari hasil pencampuran dua atau lebih lemak dengan cara hidrogenasi. Pada umumnya shortening terbuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang dan lain-lain. f. Lemak gajih Gajih atau lard adalah lemak yang diperoleh dari jaringan lemak ternak sapi, babi, atau kambing. Pada umumnya lemak banyak terdapat pada rongga perut dan lemak tersebut biasanya akan menghasilkan lemak gajih yang bermutu tinggi. Karena sifatnya yang beragam serta sifat-sifat yang lainnya seperti tekstur, cita rasa, dan baunya, lemak gajih semakin terbatas penggunaanya. Apalagi lemak gajih mudah sekali menjadi tengik, sehingga dalam pembuatannya perlu ditambahkan anti oksidan (F.G. Winarno, 2004). 3. Sumber Minyak dan Lemak Minyak dan lemak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam, yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak berfungsi sebagai sumber cadangan energi. Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya sebagai berikut : a. Besumber dari tanaman 1) Biji-bijian palawija : minyak jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedelai, dan bunga matahari. 2) Kulit buah tanaman tahunan : minyak zaitun dan kelapa sawit. 3) Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, cokelat, inti sawit.
  • 11. b. Bersumber dari hewani 1) Susu hewan peliharaan : lemak susu 2) Daging hewan peliharaan : lemak sapi, lemak babi. 3) Hasi laut : minyak ikan sarden dan minyak ikan paus (S.Ketaren, 1986). 4. Sifat-sifat fisik dan kimia minyak dan lemak a. Sifat fisik 1) Warna Warna minyak dapat dipengaruhi oleh adanya zat-zat yang terkandung secara alamiah dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstaksi. Zat warna tersebut antara lain α dan ß karotin, xantofil, klorofil Dan anthosyanin. Zat warna ini minyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemarah-merahan. Pigmen berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karotenoid yang bersifat larut dalam minyak. Karotenoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh. Jika minyak dihidrogenasi, karoten tersebut juga ikut terhidrogenasi, sehingga intensitas warna kuning berkurang. Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika minyak diolah menggunakan uap panas, maka warna kuning akan hilang. Warna gelap pada minyak selain disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), juga dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan. Sedangkan warna coklat disebabkan oleh pigmen coklat yang berasal dari bahan yang telah membusuk. Hal itu juga dapat disebabkan karena adanya reaksi molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehida serta gugus amin dari molekul
  • 12. protein dan disebabkan karena aktivitas enzim-enzim, seperti phenol oksidase, polyphenol oksidase. 2) Flavor / Bau Flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Umumnya flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak, seperti bau khas minyak kelapa sawit dikarenakan terdapatnya beta ionone, sedangkan bau khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonil metal keton. 3) Kelarutan Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak. Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan larut sempurna dalam etil eter, karbon disulfide dan pelarut-pelarut halogen. 4) Titik Cair Pengukuran titik cair minyak atau lemak, suatu cara yang lazim digunakan dalam penentuan atau pengenalan komponen-komponen organik yang murni. Minyak atau lemak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai temperatur tertentu. 5) Titik Didih Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin miningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
  • 13. 6) Bobot Jenis Bobot jenis dari minyak biasanya ditentukan pada temperatur 25o C, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40o C atau 60o C untuk lemak yang titik cairnya tinggi. 7) Indeks Bias Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada minyak dan lemak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pangujian kemurnian minyak. 8) Titik asap, titik nyala dan titik api Titik asap adalah temperatur pada minyak atau lemak menghasilkan asap yang kebiru-biruan pada saat pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah terperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus-menerus, sampai habisnya contoh uji(S. Ketaren, 1986). b. Sifat kimia 1) Hidrolisis Dalam reaksi hidrolisis, minyak atau lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak dengan kadar asam lemak rendah. Hidrolisis sangat menurunkan mutu minyak goreng.
  • 14. 2) Oksidasi Terjadinya reaksi oksidasi mengakibatkan ketengikan pada lemak atau minyak. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti, Cu, Fe, Co, dan Mn ( F.G Winarno, 2004). 3) Hidrogenasi Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi hirogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrokarbon murni dan ditambahkan dengan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. 4) Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserid dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip transesterifikasi Friedel-Craft (S. Ketaren, 1986). B. Minyak Kelapa Sawit 1. Komposisi minyak sawit Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dihasilkan dari inti kelapa sawit (palm kernel oil). Minyak kelapa sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, margarin, dan minyak makan lainnya. Dengan kandungan karoten yang
  • 15. tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit dihasilhan dari proses ekstraksi bagian sabut buah dan biji buah kelapa sawit. Minyak yang dihasilkan dari bagian kulit atau sabut tersebut dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO) dan bagian dari biji buahnya diseut Palm Kernel Oil (PKO). Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak tidak jenuh dengan perbandingan yang hampir sama, yaitu 40 % asam oleat, dan 44 % asam palmitat. Minyak sawit juga merupakan sumber vitamin E, tokoferol dan tokotrienol yang berperan sebagai antioksidan, yaitu suatu zat yang dapat mencegah terjadinya oksidasi. Tokoferol dan tokotrienol dapat menangkap radikal bebas dan mencegah kanker. Selain asam lemak dan trigliserida masih terdapat senyawa non trigliserida dalam jumlah kecil. Yang termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain:: motibgliserida, diglisrida, fosfatida, karbohidrat, turunan karbohidrat, protein, dan bahan-bahan berlendir atau getah (gum) serta zat-zat berwarna yang memberikan warna serta rasa dan bau yang tidak diinginkan. (yongkikastanyaluthana.wordpress.com) 2. Pengolahan kelapa sawit Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar crude palm oil (CPO) dan inti sawit melalui proses yang cukup panjang. Urutan pengolahan kelapa sawit sebagai berikut:
  • 16. a. Pengangkutan buah ke pabrik. Buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut ke pabrik. Kemudian buah harus segera ditimbang, dan dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5 ton setiap lori. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fatay acid) tinggi. Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panenan. b. Perebusan buah. Buah serta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan mengalirkan atau menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat rebusan. Suhu uap yang digunakan adalah 125 0 C dan tekanan dalam ruang sterilisasi ± 2,5 atm. c. Pelepasan buah dan pelumatan Tandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah (thresher), kemudian buah yang lepas (rontok) dibawa ke dalam mesin pelumat (digester). Sambil dilumat, buah dipanasi (diuapi) agar daging buah hancur dan lepas dari bijinya, keadaan demikian memudahkan proses pengeluaran (ekstraksi) minyak. d. Pengeluaran minyak Ada bermacam cara untuk mengeluarkan minyak (extraction of oil), tetapi yang umum dipakai adalah pengepresan dengan menggunakan alat atau mesin pengepres tipe hydraulic, centrifugal atau tipe continuous screw press. Daging buah yang sudah dilumatkan di mesin pelumat dimasukkan ke dalam alat pengepres,
  • 17. kemudian dipres sehingga minyak dapat dikeluarkan dan dipisahkan dari ampasnya. Minyak yang keluar ditampung untuk selanjutnya dimurnikan. e. Pemurnian dan penjernihan minyak. Minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45 % sampai 55 % air, lumpur dan bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi. Setelah mengalami pemurnian akan diperoleh 90 % minyak, dan sisanya adalah lumpur. Setelah dilakukan penyaringan kemudian minyak ditampung dalam tangki dan dijernihkan lebih lanjut untuk memisahkan air yang masih terkandung di dalamnya. Selanjutnya minyak dilewatkan pada continuous vaccum driyer sehingga diperoleh minyak berkadar air kurang dari 0,1 %. Minyak ini ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan sudah siap untuk dijual pada konsumen. Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar asam lemak bebas, kandungan air dan mudah atau tidaknya minyak tersebut dijernihkan (bleachability) (www.elearning.unej.ac.id). C. Proses Penggorengan 1. Sebelum penggorengan Jenis minyak yang digunakan untuk menggoreng umumnya yang masih segar yang berasal dari minyak nabati. Minyak nabati yang digunakan untuk menggoreng biasanya mengandung asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat dan asam palmitat. Minyak yang tergolong asam lemak tidak jenuh adalah minyak jagung, minyak wijen, minyak bunga matahari, minyak sawit dan lain-lain.
  • 18. 2. Sesudah penggorengan Selama penggorengan minyak dalam kondisi suhu tinggi, adanya udara dan air yang dikandung oleh bahan menyebabkan minyak mengalami kerusakan. Adanya interaksi antara produk dan minyak menyebabkan terjadinya reaksi yang sangat komplek, akan terbentuk senyawa volatile maupun nonvolatile yang akan memberikan tanda bahwa minyak telah rusak (www.unram.ac.id). D. Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas merupakan fraksi bukan lemak yang dapat mempengaruhi kualitas minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2 % dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. (S. Ketaren 1986). Pengaruh lama penyimpanan juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng. Peningkatan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida dipengaruhi juga oleh kadar air dalam minyak, ada tidaknya penambahan zat pengawet antioksidan, dan kondisi penyimpanan seperti intensitas kontak dengan cahaya serta oksigen yang akan mempercepat proses kerusakan minyak goreng (www.kompas.com, 18 April 2008).
  • 19. E. Analisis Asam Lemak Bebas Metode : Alkalimetri Prinsip : Reaksi penetralan asam oleh basa. O O R C OH + KOH R C O K + H2O Prosedur : a. Ditimbang 10 gram minyak dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml. b. Ditambah etanol netral sebanyak 50 ml. c. Dipanaskan kurang lebih 40 0 C. d. Ditambah indikator PP 1% sebantyak 2-3 tetes. e. Dititrasi dengan KOH 0,05 N sampai warna merah jambu atau merah muda konstan. % Asam lemak bebas = V x N x F x 100 G sampel V = Jumlah KOH yang diperlukan untuk titrasi sampel N = Normalitas KOH
  • 20. F = Faktor minyak kelapa sawit ” 25,6 ” G = Bobot contoh dalam gram   ( SNI 01-3541-2002 )