SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
MUTU IKAN CUCUT (Centrophorus squamosus) ASAP
DENGAN METODE PENGASAPAN DAN LAMA PENYIMPANAN
YANG BERBEDA
Marita Ika Joesidawati, ST, M.Si
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Ronggolawe
ABSTRAK
Penelitian mutu ikan cucut asap bertujuan untuk mengetahui perlakuan
yang menghasilkan ikan cucut asap yang berkualitas dengan metode pengasapan
dan lama penyimpanan yang berbeda. Perlakuan metode pengasapan yaitu
dengan pengasapan panas, pengasapan dingin, pengasapan elektostatis dan
pengasapan cair sedangkan lama penyimpanan yaitu 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9
hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasapan cair menghasilkan ikan cucut
yang berkualitas berdasarkan nilai TVB, pH dan kadar air sedangkan berdasarkan
bau dan tekstur, kualitas cucut asap yang baik dihasilkan dengan lama pengasapan
panas. Secara umum kualitas cucut asap masih layak sampai penyimpanan 9 hari.
Kata kunci : mutu ikan cucut asap, metode pengasapan, lama penyimpanan
THE QUALITY OF SMOKING COD (Centrophorus squamonus)
BY DIFFERENT SMOKING METHOD AND STORING TIME
ABSTRACT
Research on smoke shark has been carried out in know the treatment to
result a good quality of cod smoking by smoking time and storage time. This
treatment use smoking method: hot smoking, cold smoking, liquid smoking,and
electrostatis smoking and storing time are 0 day, 3, 6 and 9 days.
The result show that liquid smoking give the best quality of cod smoking
based on TVB, pH and water content while for texture and odor, the best quality
result from treatment with cold smoking. Generaly quality of cod smoking still in
good quality until 9 days.
Key word : quality of smoking Cod, smoking method, storing time
PENDAHULUAN
Ikan cucut merupakan salah satu jenis ikan bertulang rawan yang terdapat
hampir di seluruh perairan Indonesia, sebagai hasil samping. Ikan tuna (Anony-
mous, 1991/1992). Kebanyakan ikan cucut diambil hatinya untuk dimanfaatkan
menjadi minyak hati. Hal ini tentunya membuka peluang bagaimana
memanfaatkan daging ikan cucut. Salah satunya dengan cara pengasapan.
Pengolahan ikan secara pengasapan merupakan pengolahan tradisional.
Pengasapan dikenal sejak manusia mengenal api. Hasil dari pengasapan selain
membuat
ikan lebih tahan lama, juga memberi rasa yang khas (Arisman, dkk., 1981).
Selanjutnya Santoso, (1985) mengatakan bahwa pengasapan merupakan salah satu
cara pengolahan dan pengawetan ikan yang bertujuan membunuh bakteri,
mengurangi kadar air dan menyerap berbagai senyawa kimia yang berasal dari
asap.
Daya pengawet senyawa-senyawa yang terdapat dalam asap terhadap
daging ikan dipengaruhi oleh banyaknya asap yang terendapkan. Kandungan
unsur kimia dalam asap yaitu aldehid, asam asetat, alkohol, asam format,
karbondioksida, keton dan phenol (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Senyawa
formaldehid dari asap diindikasikan oleh beberapa ahli mempunyai efek
bakteriosidal (Jacob, 1951). Lebih lanjut dikatakan oleh Simpson (1969) bahwa
asap kayu juga mengandung senyawa antioksidan yang sangat efektif untuk
mencegah reaksi oksidasi pada daging ikan yaitu phenol, guanicol dan senyawa-
senyawa turunan dari pyrogallol.
Di samping itu pengasapan juga memberikan pengaruh warna kuning emas
atau kecoklatan akibat reaksi oksidasi phenol serta rasa sedap keasap-asapan yang
dihasilkan oleh asam-asam, phenol dan senyawa-senyawa lain yang terdapat
dalam asap (Moeljanto, 1982). Selanjutnya Connel (1980), mengatakan bahwa
karakteristik warna kuning emas atau kecoklatan yang diberikan oleh asap
sanggup menutupi ketidaksempurnaan warna daging ikan itu sendiri.
Sampai saat ini telah dikenal 4 macam metode pengasapan yaitu metode
pengasapan panas (hot smoking), pengasapan dingin (cold smoking), pengasapan
elektrostatik (elctrostatic smoking) dan pengasapan dengan menggunakan larutan
asap (smoking fluids) (Zaitsev, et.al., 1969). Dari ke empat metode pengasapan ini
yang umum digunakan adalah metode pengasapan panas. Menurut Okada (1972),
suhu pengasapan dalam proses pengasapan panas dapat mencapai 120°C dan suhu
pusat ikan kurang lebih 60°C. Selanjutnya Sutoyo (1987), mengatakan bahwa
waktu yang dibutuhkan untuk pengasapan panas berkisar 2-4 jam. Lebih lanjut
Santoso (1985), mengatakan bahwa pada pengasapan panas, ikan yang diolah
menjadi masak, tetapi daya awetnya relatif singkat yaitu sekitaar 6 hari.
Dalam penelitian ini peneliti sengaja menggunakan lama pengasapan 4
jam. Hal ini karena hampir setiap daerah produksi ikan asap tradisional
menggunakan lama antara 3 - 4 jam dengan pengasapan panas . Oleh karena
peneliti ingin mengetahui pengaruh metode pengasapan terhadap mutu ikan yang
diasapi, maka keempat metode tersebut perlu dilakukan penelitian Selain itu
karena setiap pengusahaa mempunyai pedoman sendiri dalam menentukan warna
ikan yang diasapi dan tidak memperhatikan metode yang mereka gunakan
misalnya bila sudah mencapai warna yang diinginkan (kuning keemasan) maka
pengasapan sudah selesai. Padahal metode pengasapan sangat menentukan warna
dari kulit ikan, begitu pula jumlah asap yang terendapkan pada daging ikan yang
dapat mempengaruhi kualitas ikan asap dan diharapkan juga dari metode
pengasapan dapat memperpanjang masa simpannya.
METODA PENELITIAN
Proses pengasapan ikan cucut meliputi bebrapa tahap. Pertama ikan cucut
dicuci kemudian dipotong dengan ukuran 5x10 cm dan tebal 3 cm dan ditiriskan.
Selanjutnya daging ikan disusun dan dilakukan pengasapan sesuai dengan metode
pengasapan yang ditentukan. Apabila ikan yang telah diasap sudah selesai
diasapi, ikan asap dibungkus plastik poliethylena dan disimpan pada suhu kamar
sesuai dengan lama penyimpanan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengujian
ikan cucut asap meliputi TVB, pH, kadar air, kenampakan dan bau.
HASIL DAN PEMBAHASAN
TVB
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan
berpengaruh sangat nyata terhadap besarnya TVB. Nilai rata-rata TVB adalah
sebagai berikut: Pengasapan panas (A) diperoleh nilai TVB 46,95 mg N/100 g,
pengasapan dingin (B) 44,45 mg N/ 100, pengasapan elektrostatis (C) 39,65 mg
N/100 dan pengasapan cair (D) 31,9 mg N/100. Dari analisa BNT 5 % diperoleh
urutan TVB dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-B-A. Berdasarkan nilai TVB
di atas nampak bahwa pengasapan cair memberikan nilai TVB terkecil. Hal ini
karena dalam pengasapan cair ikan kita celupkan ke dalam larutan bahan-bahan
asap (smoke concentrate) maka maka asap yang terendapkan banyak, yang
mengakibatkan jumlah bakteri sedikit, sehingga basa-basa menguap yang
dihasilkan dari penguraian bakteri juga sedikit. Seperti yang dikatakan Winarno
(1984), bahwa basa-basa menguap berasal dari penguraian protein oleh
mikroorganisme menjadi protease, pepton, polipeptida, tripeptida, asam-asam
amino dan senyawa-senyawa elemen N.
Adapun untuk lama penyimpanan berdasarkan analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap besarnya TVB.
Nilai rata-rata TVB yang diakibatkan pengaruh penyimpanan adalah sebagai
berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh nilai TVB 36.75 mg N/100 g, 3
hari (b) 41.65 mg N/100, 6 hari (c) 50.6 mg N/100 dan 9 hari (d) 59.9 mg N/100.
Dari analisa BNT 5% diperoleh urutan TVB dari yang terkecil ke terbesar yaitu a-
b-c-d. nilai d di atas terlihat bahwa semakin lama penyimpanan maka TVB
semakin meningkat. Hal ini karena basa-basa yang diuraikan oleh bakteri semakin
banyak seiring dengan bertambahnya waktu. Namun kualitas ikan cucut asap
masih layak karena nilai TVB masih di bawah 100 mg N/100. Seperti yang
dikatakan oleh Connel (1980), suatu produk yang diolah dengan penggaraman
atau pengeringan dikatakan tidak layak apabila nilai TVB mencapai 100-200mg
N/100.
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua
perlakuan di atas berpengaruh sangat nyata terhadap TVB sehingga dapat
disimpulkan, semakin besar interaksi antar level lama pengasapan dengan lama
penyimpanan akan menunjukkan kenaikan TVB antar level kombinasi semakin
besar.
pH
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan
berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH. Nilai rata-rata pH adalah sebagai
berikut: pengasapan panas (A) diperoleh nilai pH 6.14, dingin (B) 5.88,
elektrostatis (C) 5.72 dan cair (D) 5.61. Dari analisa BNT 5 % diperoleh urutan
nilai pH dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-B-A. Dari sini nampak bahwa
pengasapan cair sangat sangat berpengaruh terhadap pH. Hal ini karena dalam
asap terkandung berbagai macam senyawa yang bersifat asam sehingga dengan
semakin lama pengasapan maka semakin banyak asap yang terendapkan dalam
daging dan ini akan menurunkan nilai pH. Rendahnya pH dapat menambah daya
awet produk ikan cucut asap.
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan
berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH. Nilai rata-rata pH pada tiap level
lama penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a)
diperoleh nilai pH 5.66, 3 hari (b) 5.78, 6 hari (c) 5.86 dan 9 hari (d) 6.05. Dari
analisa BNT 5% diperoleh urutan pH dari yang terendah ke tertinggi yaitu a-b-c-
d. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan
di atas berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH.
Kadar Air
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air. Nilai rata-rata kadar air adalah
sebagai berikut : pengasapan panas (A) diperoleh kadar air 59.6912%, pengasapan
dingin (B) 36.0986% pengasapan elektrostatis (C) 30.1052% dan pengasapan cair
(D) 23.3889%. Dari analisa BNT 5% diperoleh urutan kadar air dari yang
tertinggi ke terendah yaitu A-B-C-D. Rendahnya kadar air pada pengasapan cair
diakibatkan adanya proses pengeringan setelah ikan cucut tersebut dicelupkan
pada bahan-bahan asap. Buckle (1987) mengatakan bahwa proses pengasapan
menyebabkan turunnya kadar air, meningkatkan kadar garam dan tertinggalnya
bahan-bahan pembentuk asap pada permukaan tubuh ikan. Pengasapan cair yang
yang mengandung larutan bahan-bahan asap sangat membantu mengikat kadar
garam dalam air sehingga dengan proses pengeringan menyebabkan kadar air
dalam tubuh ikan menurun.
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Nilai rata-rata kadar air pada tiap level
lama penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a)
diperoleh kadar air 37.54%, 3 hari (b) 38.2186%, 6 hari (c) 38.9373%, 9 hari (d)
38.8378%. Besar rata-rata kadar air tersebut terlihat perbedaan yang tidak begitu
besar sehingga perubahan yang terjadi pada saat penyimpanan kecil sekali.
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan di
atas tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air.
Rupa
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan
berpengaruh sangat nyata terhadap rupa ikan asap. Rata-rata nilai rupa adalah
sebagai berikut: pengasapan panas (A) diperoleh nilai 6.8, dingin (B) 5.7,
elektrostatis(C) 5.45 dan cair (D) 4. Dari analisa BNT 5 % diperoleh urutan nilai
pH dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-B-A. Berdasarkan nilai di atas
nampak bahwa pengasapan panas memberikan nilai rupa tertinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa metode pengasapan panas paling sesuai memenuhi selera
konsumen, jika dibanging dengan metode pengasapan lainnya. Menurut
Moeljanto (1982), warna yang timbul pada permukaan produk disebabkan oleh
reaksi kimia phenol dengan Oz di udara selain itu Moeljanto mengungkapkan
untuk membentuk warna yang diinginkan pada pengasapan dingin membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pengasapan panas. Selanjutnya
Sutoyo (1987), mengatakan bahwa selain oksidasi phenol, juga adanya reaksi
ammonia yang ada pada daging ikan cucut. Amonia akan teroksidasi menjadi
amina dan bereaksi dengan gula pereduksi atau terjadi reaksi maillard. Menurut
Ketaren (1986), reaksi maillard adalah reaksi antara karbohidrat dengan gugus
amina dari protein yang terjadi pada suhu tinggi.
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan
tidak berpengaruh nyata terhadap rupa. Nilai rata-rata rupa pada tiap level lama
penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh nilai
5.45, 3 hari (b) 5.95, 6 hari (c) 5.5, 9 hari (d) 5.05. Besar rata-rata nilai rupa
tersebut tidak terpaut banyak. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan
bahwa interaksi kedua perlakuan di atas tidak berpengaruh nyata terhadap rupa
ikan cucut asap.
Bau
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan
berpengaruh sangat nyata terhadap bau ikan asap. Rata-rata nilai bau adalah
sebagai berikut : pengasapan panas (A) diperoleh nilai 6.55, dingin (B) 5.55,
elektrostatis (C) 5.6 dan cair (D) 5.35. Dari analisa BNT 5% diperoleh urutan nilai
bau dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-A-B. dari sini nampak bahwa
pengasapan panas memberikan nilai bau tertinggi. Bau yang timbul pada produk
disebabkan oleh gabungan bau yang diiniliki oleh masing-masing senyawa yang
ada pada asap seperti senyawa formaldehid dari asap yang mempunyai fungsi
deodorant dan senyawa phenol mempunyai sifat sebagai senyawa aromatis,
sehingga interaksi senyawa-senyawa tersebut memberikan bau yang khas.
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan
tidak berpengaruh nyata terhadap rupa. Nilai rata-rata rupa pada tiap level lama
penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh nilai
5.3, 3 hari (b) 5.45, 6 hari (c) 5.25, 9 hari (d) 4.85. Dari nilai di atas menunjukkan
bahwa penurunan nilai bau jika dilakukan penyimpanan terus. Berdasarkan
analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan di atas tidak
berpengaruh nyata terhadap bau ikan cucut asap.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pengasapan
berpengaruh sangat nyata terhadap TVB, pH, kadar air, rupa dan bau. Adapun
untuk lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap TVB dan
pH sedangkan untuk kadar air, pH dan bau tidak berpengaruh nyata. Analisa
terhadap TVB, pH dan kadar air menunjukkan bahwa pengasapan cair
memberikan kualitas terbaik sedang terhadap nilai rupa dan bau menunjukkan
bahwa pengasapan panas memberikan kualitas terbaik dan secara umum kualitas
ikan cucut asap masih dalam batas layak untuk dikonsumsi.
Disarankan agar pengasapan dilakukan dengan metode pengasapan panas
untuk menghasilkan ikan cucut asap yang berkualitas, meskipun dalam soal daya
awet lebih bagus dengan pengasapan cair mengingat kandungan bakteri dan kadar
air lebih kecil dibanding pengasapan panas, hal ini dikarenakan bahwa dalam
pengasapan cair masih perlu dilakukan sosialisasi penggunaaannya terhadap
pengusaha pengasapan disamping masih terus dilakukan penelitian untuk mencari
jenis asap cair yang memberi hasil yang memuaskan dengan harga yang murah
sebanding dengan bahan dari batok kelapa ataupun pohon turi.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan E. liviawaty., 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Arisman, Muslihati, Rusian, Suhadi dan Yumarta, 1981. Pengawetan dan
Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton, 1987. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta.
Connel, 1980. Control of Fish Quality. Fishing News Book Ltd. England.
Jacob, 1951. The Chemistry and Technology of Food and Food Product. Inter
Science Publisher. New. York. Moeljanto, 1982. Pengasapan dan
Fermentasi Ikan. Swadaya. Jakarta.
Okada, 1972. Smoking of Fish. Overseas Technical Cooperation Agency
Government of Japan.
Santoso, 1985. Beberapa Aspek yang Mempengaruhi Daya Awet Ran Asap. Air
Intan Putra. Jakarta.
Winarno, 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zaitsev, Kisevetter, Lagunov, Makarova, Minder and Podsevalov, 1969. Fish
Curing and Processing. Mir. Publisher. Moskow
Lampiran
TVB
Treatment
(LP)
Sub
Treatment
Replikasi
Total Rata-rata
I II
A a
b
c
d
23,6
30
54,8
77,2
25,2
32
56
76,8
48,8
62
110,8
154
24,4
31
55,4
77
B a
b
c
d
37,4
43
45,6
49,2
38,2
41,8
58
52,4
75,6
84,8
103,6
101,6
37,8
42,4
51,8
50,8
C a
b
c
d
33
37,2
40
47,2
33,4
36,4
42
48
66,4
73,6
82
95,2
33,2
36,8
41
47,6
D a
b
c
d
30,8
31
32,6
35,2
29,4
30,6
31,8
34,8
60,2
61,6
64,4
70
30,1
30,8
32,2
35
Total 133,6
WS
LP
a b c d Total
Rata-
rata
A
B
C
D
48.8
75.6
66.4
60.2
62
84.8
73.6
61.6
110.8
93.6
82
64.4
154
101.6
95.2
69
375.6
355.6
317.2
255.2
93.9
88.9
79.3
63.8
Total 251 282 350.8 419.8 1303.6
Rata-rata 62.75 70.5 87.7 104.95
SK dB JK KT Fhit F5% F1%
Per. Komb
LP
WS
Int
Acak
15
3
3
9
16
496.56
1053.3
212.46
1793.46
86.795
-
351.095
707.268
19.273
5.427
64.722**
130.379**
36.735**
3.24
3.24
2.54
5.29
5.29
3.78
Total 31 5055.355
pH
Treatment
(LP)
Sub
Treatment
Replikasi
Total Rata-rata
I II
A a
b
c
d
5.72
6.1
6.2
6.5
5.82
5.95
6.11
6.75
11.54
12.05
12.13
13.25
5.77
6.03
6.16
6.61
B a
b
c
d
5.7
5.8
5.96
6.1
5.74
5.82
5.87
6.02
11.44
11.62
11.82
12.21
5.72
5.81
5.91
6.06
C a
b
c
d
5.64
5.68
5.75
5.77
5.61
5.69
5.73
5.91
11.25
11.37
11.48
11.68
5.63
5.68
5.74
5.84
D a
b
c
d
5.55
5.55
5.6
5.67
5.53
5.61
5.66
5.71
11.08
11.61
11.26
11.38
5.04
5.04
5.63
5.69
Total 186.81
WS
LP
a b c d Total
Rata-
rata
A
B
C
D
11.54
11.44
11.25
11.08
12.05
11.62
44.37
44.16
12.31
11.82
11.48
11.26
13.25
12.72
11.68
11.38
49.15
47
45.78
44.88
12.28
11.75
11.45
11.22
Total 45.31 46.2 46.87 48.43 186.81
Rata-rata 11.33 11.5 11.72 12.1
SK dB JK KT Fhit F5% F1%
Per. Komb
LP
WS
Int
Acak
15
3
3
9
16
2.25551
1.2814
0.6505
0.3232
0.074
0.427
0.2168
0.0359
0.0046
92.32**
46.876**
36.735**
3.24
3.24
2.54
5.29
5.29
5.29
Total 31 5055.355
Kadar Air
Treatment
(LP)
Sub
Treatment
Replikasi
Total Rata-rata
I II
A a
b
c
d
58.4244
56.8795
63.937
60.122
54.8008
61.5966
59.4135
62.3558
113.2262
118.4761
123.3305
122.4778
56.6126
59.2381
61.6733
61.2389
B a
b
c
d
34.7257
35.5829
33.6157
34.2346
35.6858
35.2687
37.0297
36.6451
70.4115
70.8616
70.6454
61.4077
35.2058
35.2058
35.3227
35.4399
C a
b
c
d
30.492
29.8825
30.1712
29.8296
29.7122
30.166
30.01
30.5781
60.2024
60.0484
60.1812
60.4077
30.1021
30.0243
30.0906
30.2039
D a
b
c
d
28.6795
28.4696
28.3165
28.4043
27.801
29.9032
29.0047
28.5323
56.4805
56.3725
57.3212
56.936
28.2403
28.1864
28.6606
28.483
Total 12282705
WS
LP
a b c d Total Rata-rata
A
B
C
D
113.2252
70.4115
60.2024
56.4805
118.4761
70.8516
60.0485
56.3728
123.3505
70.6454
60.1812
57.3212
122.4778
70.6454
60.4077
56.3728
477.5297
288.7884
240.8416
227.1111
117.3824
70.6971
60.2104
56.7776
Total 300.3196 305.749 311.749 310.702 1228.270
5
Rata-rata 76.4379 76.4379 76.4373 77.6755
SK dB JK KT Fhit F5% F1%
Per. Komb
LP
WS
Int
Acak
15
3
3
9
16
5085.647
7
5033.237
9
10.1084
42.5164
40.3733
1677.8826
3.33695
4.9463
2.5672
653.547**
1.3125
1.9268
3.24
3.24
2.54
5.29
5.29
3.78
Total 31 5055.355
Rupa
Treatment
(LP)
Sub
Treatment
Replikasi
Total Rata-rata
I II III IV V
A a
b
c
d
6
8
5
7
4
6
6
4
5
5
6
4
7
5
7
7
4
7
4
7
26
31
28
29
5.2
6.2
5.6
5.8
B a
b
c
d
8
8
6
6
7
8
7
7
7
7
7
3
9
7
6
7
8
7
3
8
39
37
29
31
7.8
7.4
5.8
6.2
C a
b
c
d
7
7
6
3
4
7
8
6
6
4
6
3
3
7
5
3
8
6
3
7
28
31
28
22
5.6
6.2
5.6
4.4
D a
b
c
d
3
4
4
4
3
5
7
7
4
4
6
3
2
4
5
2
4
3
3
3
16
20
25
19
3.2
4
5
3.8
Total 439
SK dB JK KT Fhit F5% F1%
Per. Komb
LP
WS
Int
Acak
15
3
3
9
16
112.7875
79.6275
8.1375
235.0125
141.2
26.5468
2.7125
2.7792
2.2063
12.0318**
1.2294
1.2597
2.37
2.37
1.88
3.32
3.32
2.41
Total 31 253.9875
Bau
Treatment
(LP)
Sub
Treatment
Replikasi
Total Rata-rata
I II III IV V
A a
b
c
d
6
8
5
6
4
6
6
4
5
4
6
6
7
6
6
4
6
4
5
7
28
28
28
27
5.6
5.6
5.6
5.4
B a
b
c
d
7
6
7
7
7
8
7
7
7
7
8
6
8
6
7
4
7
8
6
5
37
34
33
27
7.4
6.8
6.6
5.4
C a 6 4 4 6 7 24 4.8
b
c
d
4
5
3
7
8
6
7
4
6
7
6
6
8
5
6
29
27
28
5.8
5.4
5.6
D a
b
c
d
3
4
3
3
3
5
7
7
6
3
4
4
2
4
2
3
2
3
5
2
17
18
17
15
3.4
3.6
3.4
3
Total
WS
LP
a b c d Total Rata-rata
A
B
C
D
37
28
24
17
34
28
29
18
33
28
27
17
27
27
28
15
131
101
108
67
32.75
27.75
27
16.75
Total 106 109 105 97 417
Rata-rata 26 27.25 27.25 24.25
SK dB JK KT Fhit F5% F1%
Per. Komb
LP
WS
Int
Acak
15
3
3
9
16
122.5875
108.1375
3.9375
10.5125
86.8
36.0458
1.3125
1.1681
1.3563
26.5775**
0.9677
0.8163
2.37
2.37
1.88
3.32
3.32
2.41
Total 31 209.3875

More Related Content

Similar to Mutu ikan cucut marita 2

BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...Repository Ipb
 
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaLaporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaErnalia Rosita
 
Laporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikanLaporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikankadri_himagri
 
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...Laura Vicka
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...Repository Ipb
 
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptxPPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptxMariahQibty1
 
Powerpoint daging abang
Powerpoint daging abangPowerpoint daging abang
Powerpoint daging abangsepha20
 
Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ...
 Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ... Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ...
Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ...nilammelati
 
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)ttanitaaprilia
 
Pengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurPengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurNery Azni Ch
 
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdfMAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdfDinaSeptiRande
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfananganang17031998
 
51269-529-149259-1-10-20200502.pdf
51269-529-149259-1-10-20200502.pdf51269-529-149259-1-10-20200502.pdf
51269-529-149259-1-10-20200502.pdfSahrulSupial
 
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...Repository Ipb
 
6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdf
6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdf6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdf
6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdfFafa100
 
contoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptxcontoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptxMohammad Alfatih
 
Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Aguss Aja
 

Similar to Mutu ikan cucut marita 2 (20)

86 295-1-pb
86 295-1-pb86 295-1-pb
86 295-1-pb
 
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
 
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaLaporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
 
Laporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikanLaporan praktikum penggaraman ikan
Laporan praktikum penggaraman ikan
 
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
97319698 pengaruh-suhu-dan-lama-pemanasan-dengan-menggunakan-ekstraktor-vakum...
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
 
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptxPPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
 
Powerpoint daging abang
Powerpoint daging abangPowerpoint daging abang
Powerpoint daging abang
 
Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ...
 Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ... Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ...
Annisa fillaeli studi kandungan pb dalam ...
 
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
 
529 1005-1-sm
529 1005-1-sm529 1005-1-sm
529 1005-1-sm
 
Pengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undurPengaruh asupan makanan undur
Pengaruh asupan makanan undur
 
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdfMAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
 
51269-529-149259-1-10-20200502.pdf
51269-529-149259-1-10-20200502.pdf51269-529-149259-1-10-20200502.pdf
51269-529-149259-1-10-20200502.pdf
 
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
 
6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdf
6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdf6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdf
6207-Article Text-17808-1-10-20130131.pdf
 
contoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptxcontoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptx
 
Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1
 
Laporan praktikum fix
Laporan praktikum fixLaporan praktikum fix
Laporan praktikum fix
 

More from brawijaya university

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...brawijaya university
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...brawijaya university
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSbrawijaya university
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storagebrawijaya university
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperbrawijaya university
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...brawijaya university
 
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...brawijaya university
 

More from brawijaya university (20)

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
biokimia ikan
biokimia ikanbiokimia ikan
biokimia ikan
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)
 
Ratnawati k
Ratnawati kRatnawati k
Ratnawati k
 
Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16
 
Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
 
Its undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paperIts undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paper
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
 
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alinaBuletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
 
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transest...
 

Mutu ikan cucut marita 2

  • 1. MUTU IKAN CUCUT (Centrophorus squamosus) ASAP DENGAN METODE PENGASAPAN DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA Marita Ika Joesidawati, ST, M.Si Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Ronggolawe ABSTRAK Penelitian mutu ikan cucut asap bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang menghasilkan ikan cucut asap yang berkualitas dengan metode pengasapan dan lama penyimpanan yang berbeda. Perlakuan metode pengasapan yaitu dengan pengasapan panas, pengasapan dingin, pengasapan elektostatis dan pengasapan cair sedangkan lama penyimpanan yaitu 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasapan cair menghasilkan ikan cucut yang berkualitas berdasarkan nilai TVB, pH dan kadar air sedangkan berdasarkan bau dan tekstur, kualitas cucut asap yang baik dihasilkan dengan lama pengasapan panas. Secara umum kualitas cucut asap masih layak sampai penyimpanan 9 hari. Kata kunci : mutu ikan cucut asap, metode pengasapan, lama penyimpanan THE QUALITY OF SMOKING COD (Centrophorus squamonus) BY DIFFERENT SMOKING METHOD AND STORING TIME ABSTRACT Research on smoke shark has been carried out in know the treatment to result a good quality of cod smoking by smoking time and storage time. This treatment use smoking method: hot smoking, cold smoking, liquid smoking,and electrostatis smoking and storing time are 0 day, 3, 6 and 9 days. The result show that liquid smoking give the best quality of cod smoking based on TVB, pH and water content while for texture and odor, the best quality result from treatment with cold smoking. Generaly quality of cod smoking still in good quality until 9 days. Key word : quality of smoking Cod, smoking method, storing time
  • 2. PENDAHULUAN Ikan cucut merupakan salah satu jenis ikan bertulang rawan yang terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia, sebagai hasil samping. Ikan tuna (Anony- mous, 1991/1992). Kebanyakan ikan cucut diambil hatinya untuk dimanfaatkan menjadi minyak hati. Hal ini tentunya membuka peluang bagaimana memanfaatkan daging ikan cucut. Salah satunya dengan cara pengasapan. Pengolahan ikan secara pengasapan merupakan pengolahan tradisional. Pengasapan dikenal sejak manusia mengenal api. Hasil dari pengasapan selain membuat ikan lebih tahan lama, juga memberi rasa yang khas (Arisman, dkk., 1981). Selanjutnya Santoso, (1985) mengatakan bahwa pengasapan merupakan salah satu cara pengolahan dan pengawetan ikan yang bertujuan membunuh bakteri, mengurangi kadar air dan menyerap berbagai senyawa kimia yang berasal dari asap. Daya pengawet senyawa-senyawa yang terdapat dalam asap terhadap daging ikan dipengaruhi oleh banyaknya asap yang terendapkan. Kandungan unsur kimia dalam asap yaitu aldehid, asam asetat, alkohol, asam format, karbondioksida, keton dan phenol (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Senyawa formaldehid dari asap diindikasikan oleh beberapa ahli mempunyai efek bakteriosidal (Jacob, 1951). Lebih lanjut dikatakan oleh Simpson (1969) bahwa asap kayu juga mengandung senyawa antioksidan yang sangat efektif untuk mencegah reaksi oksidasi pada daging ikan yaitu phenol, guanicol dan senyawa- senyawa turunan dari pyrogallol. Di samping itu pengasapan juga memberikan pengaruh warna kuning emas atau kecoklatan akibat reaksi oksidasi phenol serta rasa sedap keasap-asapan yang dihasilkan oleh asam-asam, phenol dan senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam asap (Moeljanto, 1982). Selanjutnya Connel (1980), mengatakan bahwa karakteristik warna kuning emas atau kecoklatan yang diberikan oleh asap sanggup menutupi ketidaksempurnaan warna daging ikan itu sendiri. Sampai saat ini telah dikenal 4 macam metode pengasapan yaitu metode pengasapan panas (hot smoking), pengasapan dingin (cold smoking), pengasapan elektrostatik (elctrostatic smoking) dan pengasapan dengan menggunakan larutan asap (smoking fluids) (Zaitsev, et.al., 1969). Dari ke empat metode pengasapan ini yang umum digunakan adalah metode pengasapan panas. Menurut Okada (1972), suhu pengasapan dalam proses pengasapan panas dapat mencapai 120°C dan suhu pusat ikan kurang lebih 60°C. Selanjutnya Sutoyo (1987), mengatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pengasapan panas berkisar 2-4 jam. Lebih lanjut Santoso (1985), mengatakan bahwa pada pengasapan panas, ikan yang diolah menjadi masak, tetapi daya awetnya relatif singkat yaitu sekitaar 6 hari. Dalam penelitian ini peneliti sengaja menggunakan lama pengasapan 4 jam. Hal ini karena hampir setiap daerah produksi ikan asap tradisional menggunakan lama antara 3 - 4 jam dengan pengasapan panas . Oleh karena peneliti ingin mengetahui pengaruh metode pengasapan terhadap mutu ikan yang diasapi, maka keempat metode tersebut perlu dilakukan penelitian Selain itu karena setiap pengusahaa mempunyai pedoman sendiri dalam menentukan warna ikan yang diasapi dan tidak memperhatikan metode yang mereka gunakan misalnya bila sudah mencapai warna yang diinginkan (kuning keemasan) maka pengasapan sudah selesai. Padahal metode pengasapan sangat menentukan warna dari kulit ikan, begitu pula jumlah asap yang terendapkan pada daging ikan yang dapat mempengaruhi kualitas ikan asap dan diharapkan juga dari metode pengasapan dapat memperpanjang masa simpannya.
  • 3. METODA PENELITIAN Proses pengasapan ikan cucut meliputi bebrapa tahap. Pertama ikan cucut dicuci kemudian dipotong dengan ukuran 5x10 cm dan tebal 3 cm dan ditiriskan. Selanjutnya daging ikan disusun dan dilakukan pengasapan sesuai dengan metode pengasapan yang ditentukan. Apabila ikan yang telah diasap sudah selesai diasapi, ikan asap dibungkus plastik poliethylena dan disimpan pada suhu kamar sesuai dengan lama penyimpanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengujian ikan cucut asap meliputi TVB, pH, kadar air, kenampakan dan bau. HASIL DAN PEMBAHASAN TVB Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan berpengaruh sangat nyata terhadap besarnya TVB. Nilai rata-rata TVB adalah sebagai berikut: Pengasapan panas (A) diperoleh nilai TVB 46,95 mg N/100 g, pengasapan dingin (B) 44,45 mg N/ 100, pengasapan elektrostatis (C) 39,65 mg N/100 dan pengasapan cair (D) 31,9 mg N/100. Dari analisa BNT 5 % diperoleh urutan TVB dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-B-A. Berdasarkan nilai TVB di atas nampak bahwa pengasapan cair memberikan nilai TVB terkecil. Hal ini karena dalam pengasapan cair ikan kita celupkan ke dalam larutan bahan-bahan asap (smoke concentrate) maka maka asap yang terendapkan banyak, yang mengakibatkan jumlah bakteri sedikit, sehingga basa-basa menguap yang dihasilkan dari penguraian bakteri juga sedikit. Seperti yang dikatakan Winarno (1984), bahwa basa-basa menguap berasal dari penguraian protein oleh mikroorganisme menjadi protease, pepton, polipeptida, tripeptida, asam-asam amino dan senyawa-senyawa elemen N. Adapun untuk lama penyimpanan berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap besarnya TVB. Nilai rata-rata TVB yang diakibatkan pengaruh penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh nilai TVB 36.75 mg N/100 g, 3 hari (b) 41.65 mg N/100, 6 hari (c) 50.6 mg N/100 dan 9 hari (d) 59.9 mg N/100. Dari analisa BNT 5% diperoleh urutan TVB dari yang terkecil ke terbesar yaitu a- b-c-d. nilai d di atas terlihat bahwa semakin lama penyimpanan maka TVB semakin meningkat. Hal ini karena basa-basa yang diuraikan oleh bakteri semakin banyak seiring dengan bertambahnya waktu. Namun kualitas ikan cucut asap masih layak karena nilai TVB masih di bawah 100 mg N/100. Seperti yang dikatakan oleh Connel (1980), suatu produk yang diolah dengan penggaraman atau pengeringan dikatakan tidak layak apabila nilai TVB mencapai 100-200mg N/100. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan di atas berpengaruh sangat nyata terhadap TVB sehingga dapat disimpulkan, semakin besar interaksi antar level lama pengasapan dengan lama penyimpanan akan menunjukkan kenaikan TVB antar level kombinasi semakin besar. pH Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH. Nilai rata-rata pH adalah sebagai berikut: pengasapan panas (A) diperoleh nilai pH 6.14, dingin (B) 5.88, elektrostatis (C) 5.72 dan cair (D) 5.61. Dari analisa BNT 5 % diperoleh urutan nilai pH dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-B-A. Dari sini nampak bahwa pengasapan cair sangat sangat berpengaruh terhadap pH. Hal ini karena dalam asap terkandung berbagai macam senyawa yang bersifat asam sehingga dengan
  • 4. semakin lama pengasapan maka semakin banyak asap yang terendapkan dalam daging dan ini akan menurunkan nilai pH. Rendahnya pH dapat menambah daya awet produk ikan cucut asap. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH. Nilai rata-rata pH pada tiap level lama penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh nilai pH 5.66, 3 hari (b) 5.78, 6 hari (c) 5.86 dan 9 hari (d) 6.05. Dari analisa BNT 5% diperoleh urutan pH dari yang terendah ke tertinggi yaitu a-b-c- d. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan di atas berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH. Kadar Air Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air. Nilai rata-rata kadar air adalah sebagai berikut : pengasapan panas (A) diperoleh kadar air 59.6912%, pengasapan dingin (B) 36.0986% pengasapan elektrostatis (C) 30.1052% dan pengasapan cair (D) 23.3889%. Dari analisa BNT 5% diperoleh urutan kadar air dari yang tertinggi ke terendah yaitu A-B-C-D. Rendahnya kadar air pada pengasapan cair diakibatkan adanya proses pengeringan setelah ikan cucut tersebut dicelupkan pada bahan-bahan asap. Buckle (1987) mengatakan bahwa proses pengasapan menyebabkan turunnya kadar air, meningkatkan kadar garam dan tertinggalnya bahan-bahan pembentuk asap pada permukaan tubuh ikan. Pengasapan cair yang yang mengandung larutan bahan-bahan asap sangat membantu mengikat kadar garam dalam air sehingga dengan proses pengeringan menyebabkan kadar air dalam tubuh ikan menurun. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Nilai rata-rata kadar air pada tiap level lama penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh kadar air 37.54%, 3 hari (b) 38.2186%, 6 hari (c) 38.9373%, 9 hari (d) 38.8378%. Besar rata-rata kadar air tersebut terlihat perbedaan yang tidak begitu besar sehingga perubahan yang terjadi pada saat penyimpanan kecil sekali. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan di atas tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Rupa Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan berpengaruh sangat nyata terhadap rupa ikan asap. Rata-rata nilai rupa adalah sebagai berikut: pengasapan panas (A) diperoleh nilai 6.8, dingin (B) 5.7, elektrostatis(C) 5.45 dan cair (D) 4. Dari analisa BNT 5 % diperoleh urutan nilai pH dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-B-A. Berdasarkan nilai di atas nampak bahwa pengasapan panas memberikan nilai rupa tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa metode pengasapan panas paling sesuai memenuhi selera konsumen, jika dibanging dengan metode pengasapan lainnya. Menurut Moeljanto (1982), warna yang timbul pada permukaan produk disebabkan oleh reaksi kimia phenol dengan Oz di udara selain itu Moeljanto mengungkapkan untuk membentuk warna yang diinginkan pada pengasapan dingin membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pengasapan panas. Selanjutnya Sutoyo (1987), mengatakan bahwa selain oksidasi phenol, juga adanya reaksi ammonia yang ada pada daging ikan cucut. Amonia akan teroksidasi menjadi amina dan bereaksi dengan gula pereduksi atau terjadi reaksi maillard. Menurut Ketaren (1986), reaksi maillard adalah reaksi antara karbohidrat dengan gugus amina dari protein yang terjadi pada suhu tinggi. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap rupa. Nilai rata-rata rupa pada tiap level lama penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh nilai
  • 5. 5.45, 3 hari (b) 5.95, 6 hari (c) 5.5, 9 hari (d) 5.05. Besar rata-rata nilai rupa tersebut tidak terpaut banyak. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan di atas tidak berpengaruh nyata terhadap rupa ikan cucut asap. Bau Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama pengasapan berpengaruh sangat nyata terhadap bau ikan asap. Rata-rata nilai bau adalah sebagai berikut : pengasapan panas (A) diperoleh nilai 6.55, dingin (B) 5.55, elektrostatis (C) 5.6 dan cair (D) 5.35. Dari analisa BNT 5% diperoleh urutan nilai bau dari yang terkecil ke terbesar yaitu D-C-A-B. dari sini nampak bahwa pengasapan panas memberikan nilai bau tertinggi. Bau yang timbul pada produk disebabkan oleh gabungan bau yang diiniliki oleh masing-masing senyawa yang ada pada asap seperti senyawa formaldehid dari asap yang mempunyai fungsi deodorant dan senyawa phenol mempunyai sifat sebagai senyawa aromatis, sehingga interaksi senyawa-senyawa tersebut memberikan bau yang khas. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap rupa. Nilai rata-rata rupa pada tiap level lama penyimpanan adalah sebagai berikut: Lama penyimpanan 0 hari (a) diperoleh nilai 5.3, 3 hari (b) 5.45, 6 hari (c) 5.25, 9 hari (d) 4.85. Dari nilai di atas menunjukkan bahwa penurunan nilai bau jika dilakukan penyimpanan terus. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan di atas tidak berpengaruh nyata terhadap bau ikan cucut asap. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pengasapan berpengaruh sangat nyata terhadap TVB, pH, kadar air, rupa dan bau. Adapun untuk lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap TVB dan pH sedangkan untuk kadar air, pH dan bau tidak berpengaruh nyata. Analisa terhadap TVB, pH dan kadar air menunjukkan bahwa pengasapan cair memberikan kualitas terbaik sedang terhadap nilai rupa dan bau menunjukkan bahwa pengasapan panas memberikan kualitas terbaik dan secara umum kualitas ikan cucut asap masih dalam batas layak untuk dikonsumsi. Disarankan agar pengasapan dilakukan dengan metode pengasapan panas untuk menghasilkan ikan cucut asap yang berkualitas, meskipun dalam soal daya awet lebih bagus dengan pengasapan cair mengingat kandungan bakteri dan kadar air lebih kecil dibanding pengasapan panas, hal ini dikarenakan bahwa dalam pengasapan cair masih perlu dilakukan sosialisasi penggunaaannya terhadap pengusaha pengasapan disamping masih terus dilakukan penelitian untuk mencari jenis asap cair yang memberi hasil yang memuaskan dengan harga yang murah sebanding dengan bahan dari batok kelapa ataupun pohon turi. DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E. dan E. liviawaty., 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Arisman, Muslihati, Rusian, Suhadi dan Yumarta, 1981. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton, 1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta. Connel, 1980. Control of Fish Quality. Fishing News Book Ltd. England. Jacob, 1951. The Chemistry and Technology of Food and Food Product. Inter Science Publisher. New. York. Moeljanto, 1982. Pengasapan dan Fermentasi Ikan. Swadaya. Jakarta.
  • 6. Okada, 1972. Smoking of Fish. Overseas Technical Cooperation Agency Government of Japan. Santoso, 1985. Beberapa Aspek yang Mempengaruhi Daya Awet Ran Asap. Air Intan Putra. Jakarta. Winarno, 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Zaitsev, Kisevetter, Lagunov, Makarova, Minder and Podsevalov, 1969. Fish Curing and Processing. Mir. Publisher. Moskow
  • 7. Lampiran TVB Treatment (LP) Sub Treatment Replikasi Total Rata-rata I II A a b c d 23,6 30 54,8 77,2 25,2 32 56 76,8 48,8 62 110,8 154 24,4 31 55,4 77 B a b c d 37,4 43 45,6 49,2 38,2 41,8 58 52,4 75,6 84,8 103,6 101,6 37,8 42,4 51,8 50,8 C a b c d 33 37,2 40 47,2 33,4 36,4 42 48 66,4 73,6 82 95,2 33,2 36,8 41 47,6 D a b c d 30,8 31 32,6 35,2 29,4 30,6 31,8 34,8 60,2 61,6 64,4 70 30,1 30,8 32,2 35 Total 133,6 WS LP a b c d Total Rata- rata A B C D 48.8 75.6 66.4 60.2 62 84.8 73.6 61.6 110.8 93.6 82 64.4 154 101.6 95.2 69 375.6 355.6 317.2 255.2 93.9 88.9 79.3 63.8 Total 251 282 350.8 419.8 1303.6 Rata-rata 62.75 70.5 87.7 104.95 SK dB JK KT Fhit F5% F1% Per. Komb LP WS Int Acak 15 3 3 9 16 496.56 1053.3 212.46 1793.46 86.795 - 351.095 707.268 19.273 5.427 64.722** 130.379** 36.735** 3.24 3.24 2.54 5.29 5.29 3.78 Total 31 5055.355 pH Treatment (LP) Sub Treatment Replikasi Total Rata-rata I II A a b c d 5.72 6.1 6.2 6.5 5.82 5.95 6.11 6.75 11.54 12.05 12.13 13.25 5.77 6.03 6.16 6.61 B a b c d 5.7 5.8 5.96 6.1 5.74 5.82 5.87 6.02 11.44 11.62 11.82 12.21 5.72 5.81 5.91 6.06 C a b c d 5.64 5.68 5.75 5.77 5.61 5.69 5.73 5.91 11.25 11.37 11.48 11.68 5.63 5.68 5.74 5.84
  • 8. D a b c d 5.55 5.55 5.6 5.67 5.53 5.61 5.66 5.71 11.08 11.61 11.26 11.38 5.04 5.04 5.63 5.69 Total 186.81 WS LP a b c d Total Rata- rata A B C D 11.54 11.44 11.25 11.08 12.05 11.62 44.37 44.16 12.31 11.82 11.48 11.26 13.25 12.72 11.68 11.38 49.15 47 45.78 44.88 12.28 11.75 11.45 11.22 Total 45.31 46.2 46.87 48.43 186.81 Rata-rata 11.33 11.5 11.72 12.1 SK dB JK KT Fhit F5% F1% Per. Komb LP WS Int Acak 15 3 3 9 16 2.25551 1.2814 0.6505 0.3232 0.074 0.427 0.2168 0.0359 0.0046 92.32** 46.876** 36.735** 3.24 3.24 2.54 5.29 5.29 5.29 Total 31 5055.355 Kadar Air Treatment (LP) Sub Treatment Replikasi Total Rata-rata I II A a b c d 58.4244 56.8795 63.937 60.122 54.8008 61.5966 59.4135 62.3558 113.2262 118.4761 123.3305 122.4778 56.6126 59.2381 61.6733 61.2389 B a b c d 34.7257 35.5829 33.6157 34.2346 35.6858 35.2687 37.0297 36.6451 70.4115 70.8616 70.6454 61.4077 35.2058 35.2058 35.3227 35.4399 C a b c d 30.492 29.8825 30.1712 29.8296 29.7122 30.166 30.01 30.5781 60.2024 60.0484 60.1812 60.4077 30.1021 30.0243 30.0906 30.2039 D a b c d 28.6795 28.4696 28.3165 28.4043 27.801 29.9032 29.0047 28.5323 56.4805 56.3725 57.3212 56.936 28.2403 28.1864 28.6606 28.483 Total 12282705 WS LP a b c d Total Rata-rata A B C D 113.2252 70.4115 60.2024 56.4805 118.4761 70.8516 60.0485 56.3728 123.3505 70.6454 60.1812 57.3212 122.4778 70.6454 60.4077 56.3728 477.5297 288.7884 240.8416 227.1111 117.3824 70.6971 60.2104 56.7776 Total 300.3196 305.749 311.749 310.702 1228.270 5 Rata-rata 76.4379 76.4379 76.4373 77.6755
  • 9. SK dB JK KT Fhit F5% F1% Per. Komb LP WS Int Acak 15 3 3 9 16 5085.647 7 5033.237 9 10.1084 42.5164 40.3733 1677.8826 3.33695 4.9463 2.5672 653.547** 1.3125 1.9268 3.24 3.24 2.54 5.29 5.29 3.78 Total 31 5055.355 Rupa Treatment (LP) Sub Treatment Replikasi Total Rata-rata I II III IV V A a b c d 6 8 5 7 4 6 6 4 5 5 6 4 7 5 7 7 4 7 4 7 26 31 28 29 5.2 6.2 5.6 5.8 B a b c d 8 8 6 6 7 8 7 7 7 7 7 3 9 7 6 7 8 7 3 8 39 37 29 31 7.8 7.4 5.8 6.2 C a b c d 7 7 6 3 4 7 8 6 6 4 6 3 3 7 5 3 8 6 3 7 28 31 28 22 5.6 6.2 5.6 4.4 D a b c d 3 4 4 4 3 5 7 7 4 4 6 3 2 4 5 2 4 3 3 3 16 20 25 19 3.2 4 5 3.8 Total 439 SK dB JK KT Fhit F5% F1% Per. Komb LP WS Int Acak 15 3 3 9 16 112.7875 79.6275 8.1375 235.0125 141.2 26.5468 2.7125 2.7792 2.2063 12.0318** 1.2294 1.2597 2.37 2.37 1.88 3.32 3.32 2.41 Total 31 253.9875 Bau Treatment (LP) Sub Treatment Replikasi Total Rata-rata I II III IV V A a b c d 6 8 5 6 4 6 6 4 5 4 6 6 7 6 6 4 6 4 5 7 28 28 28 27 5.6 5.6 5.6 5.4 B a b c d 7 6 7 7 7 8 7 7 7 7 8 6 8 6 7 4 7 8 6 5 37 34 33 27 7.4 6.8 6.6 5.4 C a 6 4 4 6 7 24 4.8
  • 10. b c d 4 5 3 7 8 6 7 4 6 7 6 6 8 5 6 29 27 28 5.8 5.4 5.6 D a b c d 3 4 3 3 3 5 7 7 6 3 4 4 2 4 2 3 2 3 5 2 17 18 17 15 3.4 3.6 3.4 3 Total WS LP a b c d Total Rata-rata A B C D 37 28 24 17 34 28 29 18 33 28 27 17 27 27 28 15 131 101 108 67 32.75 27.75 27 16.75 Total 106 109 105 97 417 Rata-rata 26 27.25 27.25 24.25 SK dB JK KT Fhit F5% F1% Per. Komb LP WS Int Acak 15 3 3 9 16 122.5875 108.1375 3.9375 10.5125 86.8 36.0458 1.3125 1.1681 1.3563 26.5775** 0.9677 0.8163 2.37 2.37 1.88 3.32 3.32 2.41 Total 31 209.3875