SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Pengaruh Molar Ratio, Jumlah Katalis, dan Kandungan Asam Lemak
pada Transesterifikasi Minyak Mentah Dedak Padi berkatalis Asam
Orchidea Rachmaniah
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus Sukolilo, Surabaya–60111, INDONESIA
Telp. 031-5946240, Fax. 031-5999282, e-mail: orchideaceae@yahoo.com
Abstrak
Variabel-variabel pada reaksi transesterifikasi yang mempengaruhi konversi dan kemurnian produk
ester yaitu: molar ratio antara minyak-lemak dengan alkohol, jenis katalis (asam atau basa), waktu
reaksi, suhu reaksi, kandungan asam lemak dan air dalam minyak-lemak. Pada penelitian ini dipelajari
pengaruh molar ratio minyak mentah dedak padi terhadap methanol, jumlah katalis dan kandungan asam
lemak minyak terhadap konversi ester yang dicapai. Kondisi reaksi 1:20 molar ratio, 5% methanolik
HCl, dan 70o
C minyak mentah dedak padi (60%-FA) mampu mencapai 90,8% konversi methyl ester
untuk satu jam reaksi. Transesterifikasi berkatalis asam sesuai digunakan pada minyak mentah dedak
padi tanpa proses pemurnian bahan baku.
Abstract
Transesterification reaction variables that effect conversion and purity of the product ester from oil
include: molar ratio of oils to alcohol, type of catalyst (alkaline vs acidic), reaction time, temperature,
fatty acid and water content in oil. This experiments explored the effects of molar ratio oil to alcohol,
amount of catalyst, and fatty acid content to ester conversion. Using crude rice bran oil high fatty acid
content with reaction conditions as follows: 5%-w acid catalyst of oil, 70o
C, 1 to 20 of molar ratio (oil to
methanol. We reached 90,8% conversion to theirs corresponding methyl ester which is essentially
complete in 1 hr. Acid catalyzed transesterification suitable for crude oils, such as crude rice bran oil
without raw material pretreatment process.
1. Latar Belakang
Pengembangan biodiesel sebagai bahan
bakar terbarukan berbasis minyak nabati
merupakan suatu langkah yang urgen dan
strategis bagi bangsa Indonesia, karena
situasi produksi–konsumsi minyak mentah
dan solar telah mencapai taraf yang
mengkhawatirkan. Akan tetapi harga bahan
bakar bio saat ini masih lebih mahal
dibandingkan bahan bakar petroleum.
Tingginya harga diakibatkan mahalnya harga
bahan baku berupa minyak komoditi
pangan/edible oil. Harga bahan baku
menentukan 60-70% harga produk [15]. Oleh
sebab itu perlu dicari bahan baku alternatif
yang dapat menghasilkan biodiesel berharga
murah dengan memanfaatkan potensi
keanekaragaman sumberdaya hayati
domestik yang melimpah dan belum banyak
dimanfaatkan.
Bangsa Indonesia mengkonsumsi padi
sebagai sumber makanan pokok. Proses
penggilingan padi menghasilkan dedak padi
sebagai produk samping yang hingga saat ini,
belum banyak dimanfaatkan.
Pemanfaatannya terbatas untuk campuran
pakan ternak dan bahan bakar reboiler.
Mengingat ketersediaannya yang cukup
melimpah dan belum banyak dimanfaatkan,
telah dilakukan penelitian pendahuluan
mengenai pemanfaatan minyak dedak padi
sebagai bahan baku biodiesel [12]. Hasil
penelitian yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa minyak mentah dedak
padi berpotensi sebagai bahan baku biodiesel
[12, 13] dan diharapkan menghasilkan
biofuel yang mampu bersaing dengan
petrofuel.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Minyak Dedak Padi
Minyak dedak padi adalah minyak
berkandungan gizi tinggi: asam lemak tak
jenuh, senyawa bioaktif, dan antioksidan
seperti : -oryzanol, tocopherol, tocotrienol,
phytosterol, polyphenol dan squalene [14].
Minyak mentah dedak padi sulit dimurnikan
karena tingginya kandungan asam lemak dan
senyawa tak tersaponifikasi yang berwarna
gelap [1]. Kandungan asam lemak sebesar 4-
8%-berat tetap berada dalam minyak
walaupun proses ekstraksi dilakukan
sesegera mungkin sesaat setelah padi
dipanen. Terjadinya peningkatan asam lemak
secara cepat dikarenakan adanya lipase aktif
dalam dedak padi setelah proses
penggilingan. Oleh sebab itu, minyak dedak
padi tidak dapat digunakan sebagai edible oil
[7].
2.2 Transesterifikasi
Transesterifikasi atau alkoholisis adalah
proses reaksi antara minyak-lemak dengan
alkohol membentuk methyl ester dan glyserol
[10, 15]. Proses ini dapat menggunakan
katalis asam ataupun basa untuk
meningkatkan yield methyl ester. Methanol,
ethanol, propanol, butanol dan amyl alkohol
adalah jenis alkohol yang banyak digunakan.
Akan tetapi, methanol lebih banyak
digunakan karena: berharga lebih murah
dibandingkan alkohol lain, senyawa polar
berantai karbon terpendek sehingga bereaksi
lebih cepat dengan triglyserida, dan
melarutkan semua jenis katalis, baik basa
maupun asam [4, 10, 15] Transesterifikasi
merupakan reaksi berantai, pertama-tama
triglyserida direduksi menjadi diglyserida.
Selanjutnya diglyserida direduksi menjadi
monoglyserida dan akhirnya menjadi fatty
acid ester [6, 10, 15].
Transesterifikasi berkatalis basa umum
digunakan pada proses produksi biodiesel
secara komersial. Metode ini dapat mencapai
90% konversi FAME dengan 12 jam reaksi
pada suhu ruang. Sedangkan metode
transesterifikasi berkatalis asam berlangsung
pada suhu di atas 100o
C dengan 348 jam
reaksi kecuali jika reaksi dilakukan pada
suhu dan tekanan tinggi [4, 5]. Bahan baku
minyak anhydrous diperlukan pada metode
ini. Ma dkk., (1998) menyarankan
kandungan asam lemak dalam minyak
serendah mungkin <0,5%-berat dan
kandungan moisture <0,06%-berat.
Penurunan yield ester akan terjadi jika
reaktan yang digunakan tidak memenuhi
kedua persyaratan tersebut di atas [9].
Adanya sedikit kandungan asam lemak dan
moisture dalam reaktan menyebabkan
terbentuknya sabun, menurunkan yield ester
dan mempersulit pemisahan ester dan
glyserol. Kehadiran asam lemak dalam
minyak juga mengkonsumsi katalis basa
sehingga menurunkan efisiensi katalis [9,
10]. Transesterifikasi berkatalis basa efisien
digunakan pada minyak berkemurnian tinggi.
Oleh sebab itu, proses ini tidak sesuai untuk
minyak/lemak berkandungan asam lemak
tinggi seperti minyak mentah dedak padi [11,
12].
2.3 Faktor yang mempengaruhi Reaksi
Transesterifikasi
Molar ratio antara minyak-lemak dengan
alkohol, jenis dan jumlah katalis yang
digunakan, waktu reaksi, suhu reaksi,
kandungan asam lemak dan air dalam
minyak-lemak merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi transesterifikasi.
Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi
Secara stokhiometri (Gambar 1)
diperlukan 1:3 molar ratio antara triglyseride
dengan alkohol. Alkohol berlebih diperlukan
untuk menggeser kesetimbangan kearah
produk, memperbesar yield methyl ester [10,
15]. Semakin tinggi suhu reaksi, semakin
cepat laju reaksinya sehingga memperpendek
waktu reaksi yang diperlukan. Minyak-lemak
bahan baku transesterifikasi harus anhydrous
dan bebas asam lemak <0,5%-berat [9]. Laju
reaksi transesterifikasi berkatalis asam tidak
dipengaruhi oleh kandungan asam lemak dan
air sehingga tidak memerlukan pretreatment
bahan baku [2, 3, 11, 15].
3. Metode Penelitian
Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi. 50
g dedak padi di letakkan dalam thimble
ekstraksi dan meletakkan thimble dalam
soxhlet. Selanjutnya dilakukan proses
ekstraksi menggunakan 250 mL hexane
teknis sebagai pelarut. Proses dilakukan 1-2
Triacylglyserida Methanol Fatty acid methyl esters Glyserol
O C
O
HC
H2C
H2C O C
O
O C
O
O C
O
O C
O
R1
R2
R3
3CH3 oH
Catalyst
O C
O
O C
O
O C
O
O C
O
O C
O
R1
R2
R3
CH3
CH3
CH3
OHC
H2C
H2C OO
OO
H
H
H
jam hingga semua minyak terekstrak.
Minyak mentah dedak padi dipisahkan dari
pelarutnya/hexane menggunakan rotary
evaporator.
Transesterifikasi. Transesterifikasi
berkatalis asam minyak dedak padi/substrat
dilakukan dengan 1:20 molar ratio, minyak
dedak padi terhadap methanol (MeOH) dan
10%HCl sebagai katalis (%-berat). Reaksi
berskala laboratorium dengan three-bottom
flask dilengkapi reflux kondenser dan
termometer. Campuran reaksi direflux pada
suhu konstan 70C menggunakan magnetik
stirrer dalam oil bath. Setiap interval waktu
tertentu, diambil 100 L campuran reaksi
untuk keperluan analisa.
Pengambilan Sampel. 100 L campuran
reaksi yang diambil setiap interval waktu
tertentu dimasukkan dalam botol sampel
berisi 2 mL air-distillate dan 2 mL hexane
p.a. Selanjutnya larutan dikocok hingga
homogen hingga terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas, fase organik, mengandung
FAME, TG, DG dan MG sedangkan fase
aqueous-nya mengandung sisa MeOH,
glyserol dan katalis. Jalannya reaksi dipantau
secara kuantitatif menggunakan Thin Layer
Chromatography (TLC). 1 L sampel hasil
reaksi (fase hexane) di teteskan pada
lempeng TLC untuk dielusikan dalam sistem
solvent n-hexane/ethyl-asetate/asam asetat
(90:10:1, v/v/v).
Analisa Komposisi Produk Reaksi.
Komposisi produk hasil reaksi berupa
senyawa bioaktif, FAME, TG, FA, DG dan
MG dianalisa dengan gas kromatografi tipe
Shimadzu GC-17A (Kyoto, Japan) yang
dilengkapi FID. Kolom yang digunakan
adalah DB-5HT (5-Phenyl)-
methylpolysiloxane nonpolar (15 meters 
0.32 mm i.d.; Agilent Tech. Palo Alto,
California). Suhu injektor dan detektor diset
pada 365 dan 370o
C. Suhu kolom dijaga pada
80C selama 0 menit, meningkat hingga
370C dengan laju 15C /menit dan dijaga
pada 370C selama 10 menit. Digunakan
1:50 split ratio pada tekanan 60 kPa dengan
nitrogen sebagai gas pembawa.
4. Hasil dan Diskusi
Reaksi dilakukan pada suhu 70o
C dengan
katalis HCl dan variabel penelitian: molar
ratio minyak mentah dedak padi terhadap
methanol, jumlah katalis dan prosen
kandungan asam lemak dalam minyak
mentah dedak padi. Katalis asam digunakan
pada reaksi transesterifikasi minyak mentah
dedak padi ini, karena hasil penelitian
Rachmaniah dkk., (2004), memperoleh
konversi FAME tinggi >90% untuk 6 jam
reaksi dengan minyak mentah dedak padi
(70%-berat FA). Sedangkan transesterifikasi
berkatalis asam minyak kedelai murni
(~99%-berat TG) hanya memperoleh
konversi FAME <65% setelah 45 jam reaksi.
4.1 Pengaruh Waktu Reaksi pada
Transesterifikasi berkatalis Asam
Rachmaniah dkk., (2004), melakukan
transesterifikasi minyak mentah dedak padi
(60%FA) dengan kondisi reaksi: 1:20 molar
ratio minyak/methanol, 10%HCl, 70o
C
memperoleh konversi FAME tinggi ±85%
untuk 1 jam reaksi. Peningkatan waktu reaksi
lebih lanjut (hingga 6 jam reaksi) hanya
memberikan kenaikan 5% konversi FAME.
Sehingga ditetapkan waktu reaksi satu jam
pada penelitian ini.
4.2 Pengaruh Molar Ratio Minyak dengan
Methanol
Molar ratio substrat terhadap methanol
merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh pada proses transesterifikasi [4].
Reaksi transesterifikasi memerlukan 3 mol
alkohol setiap mol trigliseridanya untuk
menghasilkan 3 mol fatty ester dan 1 mol
glyserol [10, 15]. Ma dkk., (1999)
menyarankan penggunaan molar ratio hingga
1:15 pada transesterifikasi minyak
berkandungan asam lemak tinggi. Dalam
penelitian ini dipilih nilai molar ratio: 1:3,
1:6, 1:10, dan 1:20 (minyak mentah dedak
padi terhadap methanol). Penggunaan
methanol berlebih bertujuan menggeser
kesetimbangan ke arah produk karena
transesterifikasi merupakan reaksi reversibel
[10, 15]. Molar ratio merupakan salah satu
variabel penting yang mempengaruhi yield
produk dan disarankan untuk dipelajari oleh
beberapa peneliti. Selain itu, beberapa hasil
penelitian terdahulu belum mengetahui
hubungan sistematik antara variasi molar
ratio dengan yield methyl ester yang dicapai,
khususnya pada transesterifikasi berkatalis
asam.
Pemilihan nilai molar ratio 1:6
berdasarkan studi pustaka, nilai ini
memberikan konversi methyl ester terbaik
untuk transesterifikasi minyak kedelai
berkatalis basa [4, 5]. Molar ratio 1:20
merupakan nilai tertinggi yang dipilih,
mengingat makin besar nilai molar ratio,
kebutuhan methanol akan semakin besar.
Sehingga ukuran tangki menjadi lebih besar
dan tidak efisien [6, 10, 15]. Hasil analisa
kuantitatif untuk pengaruh molar ratio
terhadap konversi methyl ester ditampilkan
Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh molar ratio terhadap
konversi methyl ester pada transesterifikasi
minyak mentah dedak padi (60%-berat FA),
10% methanolik HCl, dan 70o
C.
Konversi FAME sebesar 90,3% dicapai
pada 1:20 molar ratio untuk 60 menit reaksi.
Dengan waktu reaksi yang sama dicapai
82,17% konversi methyl ester pada 1:10
molar ratio dan berturut-turut 60,63% dan
10,32% untuk 1:6 dan 1:3 molar ratio. Hasil
tersebut menunjukkan pentingnya
penggunaan alkohol lebih besar dari
kebutuhan stokhiometrinya untuk mencapai
konversi methyl ester maksimum [4]. Nilai
molar ratio yang semakin besar akan
memperbesar konsentrasi methanol dalam
campuran reaktan dan menggeser
kesetimbangan ke arah produk [4, 10]. Nilai
ratio yang lebih besar dari 1:20 tidak akan
memberikan peningkatan konversi FAME
yang signifikan dikarenakan konversi FAME
mencapai 90% pada 1:20 molar ratio. Selain
itu, nilai molar ratio yang lebih besar akan
memperbesar kebutuhan methanol,
memperbesar ukuran tangki dan biaya
infestasi [6, 10, 15].
4.3 Pengaruh Jumlah Katalis
Jumlah katalis adalah faktor lain yang
mempengaruhi yield produk [4]. Mengingat
tingginya kandungan asam lemak dalam
minyak mentah dedak padi, digunakan
variasi jumlah katalis asam: 1%, 5%, 10%,
dan 12% (% berat minyak). Canakci dkk.,
(2001) telah mempelajari pengaruh jumlah
katalis H2SO4 (0,5%, 15%, dan 25% berat
FFA) pada transesterifikasi minyak kedelai
dengan 20% dan 40% asam palmitat untuk 1
jam reaksi. Pada penelitian ini digunakan
minyak mentah dedak padi (60% FA), 1:20
molar ratio dengan berbagai jumlah katalis.
Hasil analisa kuantitatif ditampilkan Gambar
3.
Gambar 3. Pengaruh jumlah katalis terhadap
konversi methyl ester pada transesterifikasi
minyak mentah dedak padi (60%-berat FA),
1:20 molar ratio, methanolik HCl, dan 70o
C.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60
waktu(menit)
Methylester(%-b)
1:3 1:6
1:10 1:20
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)
Methylester(%-b)
1%HCl
5%HCl
10%HCl
12%HCl
Berturut-turut dicapai 73,46%; 90,90%;
90,30% dan 90,53% untuk jumlah katalis
1%, 5%, 10% 12%-berat minyak.
Peningkatan jumlah katalis hingga 12% tidak
meningkatkan konversi methyl ester secara
bermakna. Konversi methyl ester tertinggi
sebesar 90,90% pada 5% HCl.
Menurut Adam Khan (2002), katalis asam
berperan efektif untuk mempercepat reaksi
hidrolisis. Mengingat reaksi transesterifikasi
ini adalah reaksi heterogen karena minyak
mentah dedak padi mengandung berbagai
macam komponen: triglyserida, glyserida
(diglyserida dan monoglyserida) dan asam
lemak. Sehingga hidrolisis triglyserida
menjadi komponen yang lebih sederhana
(glyserida) akan mempercepat reaksi
pembentukan FAME.
4.4 Pengaruh Kandungan Asam Lemak
dalam Minyak Mentah Dedak Padi
Jenis asam lemak sangat berpengaruh
terhadap karakteristik fisik dan kimia
biodiesel karena asam lemak inilah yang
akan membentuk ester atau biodiesel. Reaksi
minyak mentah dedak padi dengan berbagai
prosen kandungan asam lemak, 1:20 molar
ratio, 5%methanolik HCl, dan 70o
C
digunakan untuk mempelajari pengaruh
kandungan asam lemak terhadap yield methly
ester. Hasil analisa kuantitatif ditampilkan
Gambar 4.
Hasil transesterifikasi berbagai substrat
dari minyak mentah dedak padi menunjukkan
bahwa laju esterifikasi asam lemak lebih
cepat dibandingkan laju transesterifikasi
triglyserida [12]. Diduga peningkatan
kandungan asam lemak minyak mentah
dedak padi akan memperbesar konversi
methyl ester.
Transesterifikasi minyak mentah dedak
padi 70%FA mencapai prosentase konversi
methly ester tertinggi, sebesar 98,08% untuk
satu jam reaksi. Sedangkan minyak
berkandungan 3% FA hanya mencapai
24,57% konversi FAME.
Gambar 4. Pengaruh kandungan asam lemak
terhadap konversi methyl ester pada
transesterifikasi minyak mentah dedak padi,
1:20 molar ratio, 5% methanolik HCl, dan
70o
C.
Pada minyak berkandungan asam lemak
cukup tinggi (15%FA, 60%FA dan 70%FA),
perbedaan nilai konversi methyl ester yang
tercapai tidaklah mencolok dibandingkan
konversi methyl ester pada 3%FA, 7%FA
dan 10%FA. Menurut Adam Khan, (2002),
asam lemak dan glyserida larut dalam
methanol. Sedangkan triglyserida sedikit
larut dalam methanol namun kelarutannya
akan meningkat seiring peningkatan
kandungan asam lemak dalam minyak.
Peningkatan kandungan asam lemak dalam
minyak mentah dedak padi akan disertai
peningkatan kelarutan triglyserida dalam fase
methanol dan peningkatan konversi methyl
ester. Akibat terkonversinya semua asam
lemak, sebagian glyserida, dan triglyserida
yang terlarut dalam fase methanol menjadi
methyl ester.
Hasil penelitian (Gambar 4) menunjukan
minyak berkandungan asam lemak tinggi
(15% FA, 60% FA, dan 70% FA) mencapai
konversi FAME 85-98% untuk satu jam
reaksi. Sedangkan untuk minyak
berkandungan asam lemak rendah (3%FA,
7%FA, dan 10% FA) konversi FAME yang
dicapai berkisar 25-75%. Dikarenakan hanya
asam lemak dan glyserida yang terlarut
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60
Waktu(menit)
Methylester(%-b)
3%FA 7%FA
10%FA 15%FA
60%FA 70%FA
dalam fase methanol saja yang terkonversi
menjadi FAME, komponen lain seperti
triglyserida hanya sedikit terkonversi akibat
rendahnya kelarutan triglyserida dalam
methanol pada minyak berkandungan asam
lemak rendah [8].
Gambar 4 menunjukkan kecenderungan
hasil penelitian yang diperoleh
memungkinkan konversi methyl ester
bernilai konstan pada peningkatan
kandungan asam lemak tertentu (kandungan
asam lemak tidak mempengaruhi konversi
methyl ester). Hal ini dapat terjadi saat asam
lemak, triglyserida dan glyserida terkonversi
sempurna menjadi methyl ester akibat
kelarutan triglyserida dan glyserida dalam
methanol mencapai nilai yang maksimum.
Hasil penelitian tidak menunjukkan
terhambatnya pembentukan ester akibat
adanya reaksi balik, hidrolisis ester. Adam
Khan (2002), menyebutkan bahwa reaksi
esterifikasi berkatalis asam berjalan sangat
cepat sehingga reaksi hidrolisis ester oleh air
tidak memberikan pengaruh yang bermakna.
5. Kesimpulan
Transesterifikasi minyak mentah dedak padi
membentuk FAME memiliki kondisi reaksi
terbaik pada 1:20 molar ratio, 5% methanolik
HCl, 70o
C dengan 90,8% konversi FAME
untuk satu jam reaksi. Tingginya kandungan
asam lemak dalam minyak dedak padi
memperbesar konversi methyl ester yang
tercapai. Pada minyak berkandungan asam
lemak tinggi (15% FA, 60% FA, dan 70%
FA) peningkatan konversi methyl ester tidak
terjadi secara signifikan.
Daftar Notasi
DG = diglyserida/diacylglyserida
FA = fatty acid/asam lemak
FAME = fatty acid methyl ester
GC = gas kromatografi
HT-GC = high temperature gas
chromatography
MeOH = methanol
MG = monoglyserida/monoacylglyserida
TG = triglyserida/triacylglyserida
TLC = thin layer chromatography
Daftar Acuan
1. Abhaysah, B. K. D. Agrawal and L.S.
Shukla, A New Approach in Dewaxing
and Refining Rice Bran Oil, J. Am. Oil
Chem. Soc. (1983) 466.
2. Canakci, M., and Gerpen, J. Van,
Biodiesel Production via Acid Catalysis.
Transactions of the ASAE. (1999) 1203-
1210.
3. Canakci, M., and Gerpen, J. Van,
Biodiesel Production from Oils and Fats
with High Free Fatty Acids.
Transactions of the ASAE. (2001) 1429-
1436.
4. Freedman,B., E.H. Pryde and T.L.
Mounts., Variables Affecting the Yields
of Fatty Esters from Transesterified
Vegetable Oils, J. Am. Oil Chem. Soc.
(1984) 1638-1643.
5. Freedman,B., Royden O. Butterfield and
Everett H. Pryde, Transesterification
Kinetics of Soybean Oil, J. Am. Oil
Chem. Soc., (1986) 10
6. Fukuda, H., A. Kondo, and H. Noda.,
Biodiesel Fuel Production by
Transesteification of Oils, J. Biosci.
Bioeng., (2001) 405-416.
7. Hargrove, K.L., Processing and
Utilization of Rice Bran in the United
States, in Rice Science and Technology,
edited by W.E. Marshall and J.I.
Wadsworth, Marcel Dekker, New York,
1993, pp.381-404.
8. Khan, Adam Karl, Research into
Biodiesel Kinetics and Catalyst
Development, Master Thesis, 2002,
University of Queensland, Australia.
9. Ma, F., L.D. Clements, and M.A.
Hanna, Biodiesel Fuel from Animal Fat.
Ancillary Studies on Transesteification
of Beef Tallow. Ind. Eng. Chem. Res.,
(1998) 3768-3771.
10. Ma, F. and M.A. Hanna, Biodiesel
Production : A Review. Bioresour.
Technol., (1999) 1-15.
11. Orthoefer, F.T., “Rice Bran Oil” in
Bailey’s Industriral Oils and Fat
Products, Y.H.Hui (eds.), Vol.2, Wiley-
Interscience, 1996, pp 393-410.
12. Rachmaniah, Orchidea, Yi-Hsu Ju,
Syaik Ramjanvali, Ismojowati Tj.,
Musfil A.S., dan M. Rachimoellah, A
Study of Acid-Catalyzed
Transesterification of Rice Bran Oil as
Biodiesel Production, Proc.Youth
Energy Symposium, 19th
World Energy
Congress & Exhibition, 2004.
13. Rachmaniah, Orchidea, Yi-Hsu Ju,
Syaik Ramjanvali, dan M.
Rachimoellah, A Preliminary Study of
The Potential of Rice Bran Oil as
Biodiesel, Proc. International Seminar
& Exhibition Ecological Power
Generation, 2005: Biomass-Coal
Utilization & Fuel Beneficiation, 2005,
pp. 1-10.
14. Rukmini, C., Chemical, Nutritional, and
Toxicological Studies of Rice Bran Oil,
Food Chemistry, (1988) 257-268.
15. Zhang, Y., Dube, M.A., McLean, D.D.,
Kates, M., Review paper : Biodiesel
production from waste cooking oil : 1.
Process design and technological
assessment, Bioresource Technol.
(2003) 1-16.

More Related Content

What's hot

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
Pembuatan Biodiesel
Pembuatan BiodieselPembuatan Biodiesel
Pembuatan BiodieselBunga Sari
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092Anggra's Erend
 
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllumPembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllumVhiyo Lisangka
 
Skripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniSkripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniQurrota Ayun
 
Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011
Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011
Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011Mirmanto
 
Pemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel
Pemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin dieselPemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel
Pemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin dieselKamal Ghazali II
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselIbenk Hallen
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...Eka Novitasari
 
Makalah penelitian format_baru2902_pdf
Makalah penelitian format_baru2902_pdfMakalah penelitian format_baru2902_pdf
Makalah penelitian format_baru2902_pdfmanao_user
 
Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...
Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...
Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...Pertamina Maritime Training Center
 

What's hot (18)

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Biodiesel
BiodieselBiodiesel
Biodiesel
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
Pembuatan Biodiesel
Pembuatan BiodieselPembuatan Biodiesel
Pembuatan Biodiesel
 
832 1652-1-sm
832 1652-1-sm832 1652-1-sm
832 1652-1-sm
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
Artikel kadek anggra suprapta-1113031092
 
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllumPembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
 
Skripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniSkripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leni
 
Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011
Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011
Pembuatan bio diesel dengan metode kering Jurnal dinamika teknik 2011
 
Pemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel
Pemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin dieselPemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel
Pemanfaatn minyak lantung sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodiesel
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
 
Makalah penelitian format_baru2902_pdf
Makalah penelitian format_baru2902_pdfMakalah penelitian format_baru2902_pdf
Makalah penelitian format_baru2902_pdf
 
Polimer emulsi
Polimer emulsiPolimer emulsi
Polimer emulsi
 
Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...
Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...
Referensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biodiesel dari Minyak Sawi...
 
5198 12406-1-pb
5198 12406-1-pb5198 12406-1-pb
5198 12406-1-pb
 

Similar to 2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transester crbo

Contoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia IndustriContoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia Industriamaniaaa
 
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuPemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuAkhi Setiawan
 
Industri Biodiesel
Industri BiodieselIndustri Biodiesel
Industri Biodieselguest44b0b3
 
Review Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia IndustriReview Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia IndustriAnggi Indrianti
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxamranfadila1
 
Pengolahan biodiesel (1)
Pengolahan biodiesel (1)Pengolahan biodiesel (1)
Pengolahan biodiesel (1)wahyuddin S.T
 
Diagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptx
Diagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptxDiagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptx
Diagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptxridianlaresta32
 
Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009harwanti
 
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEAcara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEUfi Ufy
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITriesonetwo
 
pembuatan Biodiesel dari buah sawit
pembuatan Biodiesel dari buah sawit pembuatan Biodiesel dari buah sawit
pembuatan Biodiesel dari buah sawit Dede Rian Saputra
 
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfiaFalah2
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiFransiska Puteri
 

Similar to 2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transester crbo (20)

Contoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia IndustriContoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia Industri
 
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuPemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
 
Industri Biodiesel
Industri BiodieselIndustri Biodiesel
Industri Biodiesel
 
INDUSTRI BIODiESEL.pptx
INDUSTRI BIODiESEL.pptxINDUSTRI BIODiESEL.pptx
INDUSTRI BIODiESEL.pptx
 
Review Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia IndustriReview Jurnal Kimia Industri
Review Jurnal Kimia Industri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
 
Pengolahan biodiesel (1)
Pengolahan biodiesel (1)Pengolahan biodiesel (1)
Pengolahan biodiesel (1)
 
Jurnal biodiesel
Jurnal biodieselJurnal biodiesel
Jurnal biodiesel
 
Diagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptx
Diagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptxDiagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptx
Diagram Alir pembuatan Biodiesel dari CPO.pptx
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009Recovery Metanol 2009
Recovery Metanol 2009
 
Penelitian Biodiesel - 2010
Penelitian Biodiesel - 2010Penelitian Biodiesel - 2010
Penelitian Biodiesel - 2010
 
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEAcara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 
pembuatan Biodiesel dari buah sawit
pembuatan Biodiesel dari buah sawit pembuatan Biodiesel dari buah sawit
pembuatan Biodiesel dari buah sawit
 
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
 
Alkohol. second
Alkohol. secondAlkohol. second
Alkohol. second
 
artikel ilmiah
artikel ilmiahartikel ilmiah
artikel ilmiah
 

More from brawijaya university

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...brawijaya university
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...brawijaya university
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSbrawijaya university
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storagebrawijaya university
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatbrawijaya university
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperbrawijaya university
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...brawijaya university
 

More from brawijaya university (20)

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
biokimia ikan
biokimia ikanbiokimia ikan
biokimia ikan
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)
 
Ratnawati k
Ratnawati kRatnawati k
Ratnawati k
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
 
Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16
 
Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2
 
Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
 
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alinaBuletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
 

2296 orchidea-chem-eng-pengaruh molar ratio, jumlah katalis & fa pad transester crbo

  • 1. Pengaruh Molar Ratio, Jumlah Katalis, dan Kandungan Asam Lemak pada Transesterifikasi Minyak Mentah Dedak Padi berkatalis Asam Orchidea Rachmaniah Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Sukolilo, Surabaya–60111, INDONESIA Telp. 031-5946240, Fax. 031-5999282, e-mail: orchideaceae@yahoo.com Abstrak Variabel-variabel pada reaksi transesterifikasi yang mempengaruhi konversi dan kemurnian produk ester yaitu: molar ratio antara minyak-lemak dengan alkohol, jenis katalis (asam atau basa), waktu reaksi, suhu reaksi, kandungan asam lemak dan air dalam minyak-lemak. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh molar ratio minyak mentah dedak padi terhadap methanol, jumlah katalis dan kandungan asam lemak minyak terhadap konversi ester yang dicapai. Kondisi reaksi 1:20 molar ratio, 5% methanolik HCl, dan 70o C minyak mentah dedak padi (60%-FA) mampu mencapai 90,8% konversi methyl ester untuk satu jam reaksi. Transesterifikasi berkatalis asam sesuai digunakan pada minyak mentah dedak padi tanpa proses pemurnian bahan baku. Abstract Transesterification reaction variables that effect conversion and purity of the product ester from oil include: molar ratio of oils to alcohol, type of catalyst (alkaline vs acidic), reaction time, temperature, fatty acid and water content in oil. This experiments explored the effects of molar ratio oil to alcohol, amount of catalyst, and fatty acid content to ester conversion. Using crude rice bran oil high fatty acid content with reaction conditions as follows: 5%-w acid catalyst of oil, 70o C, 1 to 20 of molar ratio (oil to methanol. We reached 90,8% conversion to theirs corresponding methyl ester which is essentially complete in 1 hr. Acid catalyzed transesterification suitable for crude oils, such as crude rice bran oil without raw material pretreatment process. 1. Latar Belakang Pengembangan biodiesel sebagai bahan bakar terbarukan berbasis minyak nabati merupakan suatu langkah yang urgen dan strategis bagi bangsa Indonesia, karena situasi produksi–konsumsi minyak mentah dan solar telah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Akan tetapi harga bahan bakar bio saat ini masih lebih mahal dibandingkan bahan bakar petroleum. Tingginya harga diakibatkan mahalnya harga bahan baku berupa minyak komoditi pangan/edible oil. Harga bahan baku menentukan 60-70% harga produk [15]. Oleh sebab itu perlu dicari bahan baku alternatif yang dapat menghasilkan biodiesel berharga murah dengan memanfaatkan potensi keanekaragaman sumberdaya hayati domestik yang melimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Bangsa Indonesia mengkonsumsi padi sebagai sumber makanan pokok. Proses penggilingan padi menghasilkan dedak padi sebagai produk samping yang hingga saat ini, belum banyak dimanfaatkan. Pemanfaatannya terbatas untuk campuran pakan ternak dan bahan bakar reboiler. Mengingat ketersediaannya yang cukup melimpah dan belum banyak dimanfaatkan, telah dilakukan penelitian pendahuluan mengenai pemanfaatan minyak dedak padi sebagai bahan baku biodiesel [12]. Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa minyak mentah dedak padi berpotensi sebagai bahan baku biodiesel [12, 13] dan diharapkan menghasilkan biofuel yang mampu bersaing dengan petrofuel. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Minyak Dedak Padi Minyak dedak padi adalah minyak berkandungan gizi tinggi: asam lemak tak jenuh, senyawa bioaktif, dan antioksidan seperti : -oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene [14]. Minyak mentah dedak padi sulit dimurnikan karena tingginya kandungan asam lemak dan senyawa tak tersaponifikasi yang berwarna gelap [1]. Kandungan asam lemak sebesar 4- 8%-berat tetap berada dalam minyak walaupun proses ekstraksi dilakukan
  • 2. sesegera mungkin sesaat setelah padi dipanen. Terjadinya peningkatan asam lemak secara cepat dikarenakan adanya lipase aktif dalam dedak padi setelah proses penggilingan. Oleh sebab itu, minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai edible oil [7]. 2.2 Transesterifikasi Transesterifikasi atau alkoholisis adalah proses reaksi antara minyak-lemak dengan alkohol membentuk methyl ester dan glyserol [10, 15]. Proses ini dapat menggunakan katalis asam ataupun basa untuk meningkatkan yield methyl ester. Methanol, ethanol, propanol, butanol dan amyl alkohol adalah jenis alkohol yang banyak digunakan. Akan tetapi, methanol lebih banyak digunakan karena: berharga lebih murah dibandingkan alkohol lain, senyawa polar berantai karbon terpendek sehingga bereaksi lebih cepat dengan triglyserida, dan melarutkan semua jenis katalis, baik basa maupun asam [4, 10, 15] Transesterifikasi merupakan reaksi berantai, pertama-tama triglyserida direduksi menjadi diglyserida. Selanjutnya diglyserida direduksi menjadi monoglyserida dan akhirnya menjadi fatty acid ester [6, 10, 15]. Transesterifikasi berkatalis basa umum digunakan pada proses produksi biodiesel secara komersial. Metode ini dapat mencapai 90% konversi FAME dengan 12 jam reaksi pada suhu ruang. Sedangkan metode transesterifikasi berkatalis asam berlangsung pada suhu di atas 100o C dengan 348 jam reaksi kecuali jika reaksi dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi [4, 5]. Bahan baku minyak anhydrous diperlukan pada metode ini. Ma dkk., (1998) menyarankan kandungan asam lemak dalam minyak serendah mungkin <0,5%-berat dan kandungan moisture <0,06%-berat. Penurunan yield ester akan terjadi jika reaktan yang digunakan tidak memenuhi kedua persyaratan tersebut di atas [9]. Adanya sedikit kandungan asam lemak dan moisture dalam reaktan menyebabkan terbentuknya sabun, menurunkan yield ester dan mempersulit pemisahan ester dan glyserol. Kehadiran asam lemak dalam minyak juga mengkonsumsi katalis basa sehingga menurunkan efisiensi katalis [9, 10]. Transesterifikasi berkatalis basa efisien digunakan pada minyak berkemurnian tinggi. Oleh sebab itu, proses ini tidak sesuai untuk minyak/lemak berkandungan asam lemak tinggi seperti minyak mentah dedak padi [11, 12]. 2.3 Faktor yang mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi Molar ratio antara minyak-lemak dengan alkohol, jenis dan jumlah katalis yang digunakan, waktu reaksi, suhu reaksi, kandungan asam lemak dan air dalam minyak-lemak merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi. Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi Secara stokhiometri (Gambar 1) diperlukan 1:3 molar ratio antara triglyseride dengan alkohol. Alkohol berlebih diperlukan untuk menggeser kesetimbangan kearah produk, memperbesar yield methyl ester [10, 15]. Semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat laju reaksinya sehingga memperpendek waktu reaksi yang diperlukan. Minyak-lemak bahan baku transesterifikasi harus anhydrous dan bebas asam lemak <0,5%-berat [9]. Laju reaksi transesterifikasi berkatalis asam tidak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak dan air sehingga tidak memerlukan pretreatment bahan baku [2, 3, 11, 15]. 3. Metode Penelitian Ekstraksi Minyak Mentah Dedak Padi. 50 g dedak padi di letakkan dalam thimble ekstraksi dan meletakkan thimble dalam soxhlet. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi menggunakan 250 mL hexane teknis sebagai pelarut. Proses dilakukan 1-2 Triacylglyserida Methanol Fatty acid methyl esters Glyserol O C O HC H2C H2C O C O O C O O C O O C O R1 R2 R3 3CH3 oH Catalyst O C O O C O O C O O C O O C O R1 R2 R3 CH3 CH3 CH3 OHC H2C H2C OO OO H H H
  • 3. jam hingga semua minyak terekstrak. Minyak mentah dedak padi dipisahkan dari pelarutnya/hexane menggunakan rotary evaporator. Transesterifikasi. Transesterifikasi berkatalis asam minyak dedak padi/substrat dilakukan dengan 1:20 molar ratio, minyak dedak padi terhadap methanol (MeOH) dan 10%HCl sebagai katalis (%-berat). Reaksi berskala laboratorium dengan three-bottom flask dilengkapi reflux kondenser dan termometer. Campuran reaksi direflux pada suhu konstan 70C menggunakan magnetik stirrer dalam oil bath. Setiap interval waktu tertentu, diambil 100 L campuran reaksi untuk keperluan analisa. Pengambilan Sampel. 100 L campuran reaksi yang diambil setiap interval waktu tertentu dimasukkan dalam botol sampel berisi 2 mL air-distillate dan 2 mL hexane p.a. Selanjutnya larutan dikocok hingga homogen hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas, fase organik, mengandung FAME, TG, DG dan MG sedangkan fase aqueous-nya mengandung sisa MeOH, glyserol dan katalis. Jalannya reaksi dipantau secara kuantitatif menggunakan Thin Layer Chromatography (TLC). 1 L sampel hasil reaksi (fase hexane) di teteskan pada lempeng TLC untuk dielusikan dalam sistem solvent n-hexane/ethyl-asetate/asam asetat (90:10:1, v/v/v). Analisa Komposisi Produk Reaksi. Komposisi produk hasil reaksi berupa senyawa bioaktif, FAME, TG, FA, DG dan MG dianalisa dengan gas kromatografi tipe Shimadzu GC-17A (Kyoto, Japan) yang dilengkapi FID. Kolom yang digunakan adalah DB-5HT (5-Phenyl)- methylpolysiloxane nonpolar (15 meters  0.32 mm i.d.; Agilent Tech. Palo Alto, California). Suhu injektor dan detektor diset pada 365 dan 370o C. Suhu kolom dijaga pada 80C selama 0 menit, meningkat hingga 370C dengan laju 15C /menit dan dijaga pada 370C selama 10 menit. Digunakan 1:50 split ratio pada tekanan 60 kPa dengan nitrogen sebagai gas pembawa. 4. Hasil dan Diskusi Reaksi dilakukan pada suhu 70o C dengan katalis HCl dan variabel penelitian: molar ratio minyak mentah dedak padi terhadap methanol, jumlah katalis dan prosen kandungan asam lemak dalam minyak mentah dedak padi. Katalis asam digunakan pada reaksi transesterifikasi minyak mentah dedak padi ini, karena hasil penelitian Rachmaniah dkk., (2004), memperoleh konversi FAME tinggi >90% untuk 6 jam reaksi dengan minyak mentah dedak padi (70%-berat FA). Sedangkan transesterifikasi berkatalis asam minyak kedelai murni (~99%-berat TG) hanya memperoleh konversi FAME <65% setelah 45 jam reaksi. 4.1 Pengaruh Waktu Reaksi pada Transesterifikasi berkatalis Asam Rachmaniah dkk., (2004), melakukan transesterifikasi minyak mentah dedak padi (60%FA) dengan kondisi reaksi: 1:20 molar ratio minyak/methanol, 10%HCl, 70o C memperoleh konversi FAME tinggi ±85% untuk 1 jam reaksi. Peningkatan waktu reaksi lebih lanjut (hingga 6 jam reaksi) hanya memberikan kenaikan 5% konversi FAME. Sehingga ditetapkan waktu reaksi satu jam pada penelitian ini. 4.2 Pengaruh Molar Ratio Minyak dengan Methanol Molar ratio substrat terhadap methanol merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada proses transesterifikasi [4]. Reaksi transesterifikasi memerlukan 3 mol alkohol setiap mol trigliseridanya untuk menghasilkan 3 mol fatty ester dan 1 mol glyserol [10, 15]. Ma dkk., (1999) menyarankan penggunaan molar ratio hingga 1:15 pada transesterifikasi minyak berkandungan asam lemak tinggi. Dalam penelitian ini dipilih nilai molar ratio: 1:3, 1:6, 1:10, dan 1:20 (minyak mentah dedak padi terhadap methanol). Penggunaan methanol berlebih bertujuan menggeser kesetimbangan ke arah produk karena transesterifikasi merupakan reaksi reversibel [10, 15]. Molar ratio merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi yield
  • 4. produk dan disarankan untuk dipelajari oleh beberapa peneliti. Selain itu, beberapa hasil penelitian terdahulu belum mengetahui hubungan sistematik antara variasi molar ratio dengan yield methyl ester yang dicapai, khususnya pada transesterifikasi berkatalis asam. Pemilihan nilai molar ratio 1:6 berdasarkan studi pustaka, nilai ini memberikan konversi methyl ester terbaik untuk transesterifikasi minyak kedelai berkatalis basa [4, 5]. Molar ratio 1:20 merupakan nilai tertinggi yang dipilih, mengingat makin besar nilai molar ratio, kebutuhan methanol akan semakin besar. Sehingga ukuran tangki menjadi lebih besar dan tidak efisien [6, 10, 15]. Hasil analisa kuantitatif untuk pengaruh molar ratio terhadap konversi methyl ester ditampilkan Gambar 2. Gambar 2. Pengaruh molar ratio terhadap konversi methyl ester pada transesterifikasi minyak mentah dedak padi (60%-berat FA), 10% methanolik HCl, dan 70o C. Konversi FAME sebesar 90,3% dicapai pada 1:20 molar ratio untuk 60 menit reaksi. Dengan waktu reaksi yang sama dicapai 82,17% konversi methyl ester pada 1:10 molar ratio dan berturut-turut 60,63% dan 10,32% untuk 1:6 dan 1:3 molar ratio. Hasil tersebut menunjukkan pentingnya penggunaan alkohol lebih besar dari kebutuhan stokhiometrinya untuk mencapai konversi methyl ester maksimum [4]. Nilai molar ratio yang semakin besar akan memperbesar konsentrasi methanol dalam campuran reaktan dan menggeser kesetimbangan ke arah produk [4, 10]. Nilai ratio yang lebih besar dari 1:20 tidak akan memberikan peningkatan konversi FAME yang signifikan dikarenakan konversi FAME mencapai 90% pada 1:20 molar ratio. Selain itu, nilai molar ratio yang lebih besar akan memperbesar kebutuhan methanol, memperbesar ukuran tangki dan biaya infestasi [6, 10, 15]. 4.3 Pengaruh Jumlah Katalis Jumlah katalis adalah faktor lain yang mempengaruhi yield produk [4]. Mengingat tingginya kandungan asam lemak dalam minyak mentah dedak padi, digunakan variasi jumlah katalis asam: 1%, 5%, 10%, dan 12% (% berat minyak). Canakci dkk., (2001) telah mempelajari pengaruh jumlah katalis H2SO4 (0,5%, 15%, dan 25% berat FFA) pada transesterifikasi minyak kedelai dengan 20% dan 40% asam palmitat untuk 1 jam reaksi. Pada penelitian ini digunakan minyak mentah dedak padi (60% FA), 1:20 molar ratio dengan berbagai jumlah katalis. Hasil analisa kuantitatif ditampilkan Gambar 3. Gambar 3. Pengaruh jumlah katalis terhadap konversi methyl ester pada transesterifikasi minyak mentah dedak padi (60%-berat FA), 1:20 molar ratio, methanolik HCl, dan 70o C. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 waktu(menit) Methylester(%-b) 1:3 1:6 1:10 1:20 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 waktu (menit) Methylester(%-b) 1%HCl 5%HCl 10%HCl 12%HCl
  • 5. Berturut-turut dicapai 73,46%; 90,90%; 90,30% dan 90,53% untuk jumlah katalis 1%, 5%, 10% 12%-berat minyak. Peningkatan jumlah katalis hingga 12% tidak meningkatkan konversi methyl ester secara bermakna. Konversi methyl ester tertinggi sebesar 90,90% pada 5% HCl. Menurut Adam Khan (2002), katalis asam berperan efektif untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Mengingat reaksi transesterifikasi ini adalah reaksi heterogen karena minyak mentah dedak padi mengandung berbagai macam komponen: triglyserida, glyserida (diglyserida dan monoglyserida) dan asam lemak. Sehingga hidrolisis triglyserida menjadi komponen yang lebih sederhana (glyserida) akan mempercepat reaksi pembentukan FAME. 4.4 Pengaruh Kandungan Asam Lemak dalam Minyak Mentah Dedak Padi Jenis asam lemak sangat berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan kimia biodiesel karena asam lemak inilah yang akan membentuk ester atau biodiesel. Reaksi minyak mentah dedak padi dengan berbagai prosen kandungan asam lemak, 1:20 molar ratio, 5%methanolik HCl, dan 70o C digunakan untuk mempelajari pengaruh kandungan asam lemak terhadap yield methly ester. Hasil analisa kuantitatif ditampilkan Gambar 4. Hasil transesterifikasi berbagai substrat dari minyak mentah dedak padi menunjukkan bahwa laju esterifikasi asam lemak lebih cepat dibandingkan laju transesterifikasi triglyserida [12]. Diduga peningkatan kandungan asam lemak minyak mentah dedak padi akan memperbesar konversi methyl ester. Transesterifikasi minyak mentah dedak padi 70%FA mencapai prosentase konversi methly ester tertinggi, sebesar 98,08% untuk satu jam reaksi. Sedangkan minyak berkandungan 3% FA hanya mencapai 24,57% konversi FAME. Gambar 4. Pengaruh kandungan asam lemak terhadap konversi methyl ester pada transesterifikasi minyak mentah dedak padi, 1:20 molar ratio, 5% methanolik HCl, dan 70o C. Pada minyak berkandungan asam lemak cukup tinggi (15%FA, 60%FA dan 70%FA), perbedaan nilai konversi methyl ester yang tercapai tidaklah mencolok dibandingkan konversi methyl ester pada 3%FA, 7%FA dan 10%FA. Menurut Adam Khan, (2002), asam lemak dan glyserida larut dalam methanol. Sedangkan triglyserida sedikit larut dalam methanol namun kelarutannya akan meningkat seiring peningkatan kandungan asam lemak dalam minyak. Peningkatan kandungan asam lemak dalam minyak mentah dedak padi akan disertai peningkatan kelarutan triglyserida dalam fase methanol dan peningkatan konversi methyl ester. Akibat terkonversinya semua asam lemak, sebagian glyserida, dan triglyserida yang terlarut dalam fase methanol menjadi methyl ester. Hasil penelitian (Gambar 4) menunjukan minyak berkandungan asam lemak tinggi (15% FA, 60% FA, dan 70% FA) mencapai konversi FAME 85-98% untuk satu jam reaksi. Sedangkan untuk minyak berkandungan asam lemak rendah (3%FA, 7%FA, dan 10% FA) konversi FAME yang dicapai berkisar 25-75%. Dikarenakan hanya asam lemak dan glyserida yang terlarut 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 Waktu(menit) Methylester(%-b) 3%FA 7%FA 10%FA 15%FA 60%FA 70%FA
  • 6. dalam fase methanol saja yang terkonversi menjadi FAME, komponen lain seperti triglyserida hanya sedikit terkonversi akibat rendahnya kelarutan triglyserida dalam methanol pada minyak berkandungan asam lemak rendah [8]. Gambar 4 menunjukkan kecenderungan hasil penelitian yang diperoleh memungkinkan konversi methyl ester bernilai konstan pada peningkatan kandungan asam lemak tertentu (kandungan asam lemak tidak mempengaruhi konversi methyl ester). Hal ini dapat terjadi saat asam lemak, triglyserida dan glyserida terkonversi sempurna menjadi methyl ester akibat kelarutan triglyserida dan glyserida dalam methanol mencapai nilai yang maksimum. Hasil penelitian tidak menunjukkan terhambatnya pembentukan ester akibat adanya reaksi balik, hidrolisis ester. Adam Khan (2002), menyebutkan bahwa reaksi esterifikasi berkatalis asam berjalan sangat cepat sehingga reaksi hidrolisis ester oleh air tidak memberikan pengaruh yang bermakna. 5. Kesimpulan Transesterifikasi minyak mentah dedak padi membentuk FAME memiliki kondisi reaksi terbaik pada 1:20 molar ratio, 5% methanolik HCl, 70o C dengan 90,8% konversi FAME untuk satu jam reaksi. Tingginya kandungan asam lemak dalam minyak dedak padi memperbesar konversi methyl ester yang tercapai. Pada minyak berkandungan asam lemak tinggi (15% FA, 60% FA, dan 70% FA) peningkatan konversi methyl ester tidak terjadi secara signifikan. Daftar Notasi DG = diglyserida/diacylglyserida FA = fatty acid/asam lemak FAME = fatty acid methyl ester GC = gas kromatografi HT-GC = high temperature gas chromatography MeOH = methanol MG = monoglyserida/monoacylglyserida TG = triglyserida/triacylglyserida TLC = thin layer chromatography Daftar Acuan 1. Abhaysah, B. K. D. Agrawal and L.S. Shukla, A New Approach in Dewaxing and Refining Rice Bran Oil, J. Am. Oil Chem. Soc. (1983) 466. 2. Canakci, M., and Gerpen, J. Van, Biodiesel Production via Acid Catalysis. Transactions of the ASAE. (1999) 1203- 1210. 3. Canakci, M., and Gerpen, J. Van, Biodiesel Production from Oils and Fats with High Free Fatty Acids. Transactions of the ASAE. (2001) 1429- 1436. 4. Freedman,B., E.H. Pryde and T.L. Mounts., Variables Affecting the Yields of Fatty Esters from Transesterified Vegetable Oils, J. Am. Oil Chem. Soc. (1984) 1638-1643. 5. Freedman,B., Royden O. Butterfield and Everett H. Pryde, Transesterification Kinetics of Soybean Oil, J. Am. Oil Chem. Soc., (1986) 10 6. Fukuda, H., A. Kondo, and H. Noda., Biodiesel Fuel Production by Transesteification of Oils, J. Biosci. Bioeng., (2001) 405-416. 7. Hargrove, K.L., Processing and Utilization of Rice Bran in the United States, in Rice Science and Technology, edited by W.E. Marshall and J.I. Wadsworth, Marcel Dekker, New York, 1993, pp.381-404. 8. Khan, Adam Karl, Research into Biodiesel Kinetics and Catalyst Development, Master Thesis, 2002, University of Queensland, Australia. 9. Ma, F., L.D. Clements, and M.A. Hanna, Biodiesel Fuel from Animal Fat. Ancillary Studies on Transesteification of Beef Tallow. Ind. Eng. Chem. Res., (1998) 3768-3771. 10. Ma, F. and M.A. Hanna, Biodiesel Production : A Review. Bioresour. Technol., (1999) 1-15. 11. Orthoefer, F.T., “Rice Bran Oil” in Bailey’s Industriral Oils and Fat Products, Y.H.Hui (eds.), Vol.2, Wiley- Interscience, 1996, pp 393-410.
  • 7. 12. Rachmaniah, Orchidea, Yi-Hsu Ju, Syaik Ramjanvali, Ismojowati Tj., Musfil A.S., dan M. Rachimoellah, A Study of Acid-Catalyzed Transesterification of Rice Bran Oil as Biodiesel Production, Proc.Youth Energy Symposium, 19th World Energy Congress & Exhibition, 2004. 13. Rachmaniah, Orchidea, Yi-Hsu Ju, Syaik Ramjanvali, dan M. Rachimoellah, A Preliminary Study of The Potential of Rice Bran Oil as Biodiesel, Proc. International Seminar & Exhibition Ecological Power Generation, 2005: Biomass-Coal Utilization & Fuel Beneficiation, 2005, pp. 1-10. 14. Rukmini, C., Chemical, Nutritional, and Toxicological Studies of Rice Bran Oil, Food Chemistry, (1988) 257-268. 15. Zhang, Y., Dube, M.A., McLean, D.D., Kates, M., Review paper : Biodiesel production from waste cooking oil : 1. Process design and technological assessment, Bioresource Technol. (2003) 1-16.