SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
1
LESI NERVUS RADIALIS
1. PENDAHULUAN
Lesi nervus radialis dapat terjadi di sepanjang perjalanan saraf radialis dan
disebabkan oleh banyak hal. Penekanan atau scar pada saraf tersebut dapat
menyebabkan denervasi dari otot-otot ekstensor antebrachii, supinator, dan
kesemutan atau rasa tebal pada distribusi sensorisnya. Gejala klinis yang
ditimbulkan dapat berupa nyeri, kelemahan, dan gangguan fungsi. ( Stern, Mark,
2017)
Nervus radialis dekat dengan tulang, sehingga nervus ini sangat rentan terjadi lesi,
terutama apabila disertai fraktur pada tulang humerus. (Bumbasirevic, 2016)
Tiga masalah yang berhubungan dengan nervus radialis adalah sleep palsy,
trauma pada pertengahan lengan atas dan posterior interosseous nerve syndrome.
(Johnson, 1980).
Klasifikasi cedera berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi
1. Neuropraxia
Jika tidak didapatkan gangguan anatomis dari nervus radialis, hanya terjadi
gangguan fungsi, disebabkan oleh kontusio atau kompresi pada saraf
2. Axonotmesis
Terjadi kerusakan dari axon, yang disertai wallerian degeneration, namun
sel schwann masih dalam batas normal, dan struktur endoneural masih intak
3. Neurotmesis
2
Jenis kerusakan yang paling parah, terjadi komplit disrupsi anatomi dari
serabut saraf. Tidak dimungkinkan terjadi perbaikan secara spontan, dan
membutuhkan tindakan operasi. Perbaikan saraf dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu usia pasien, jenis kelamin, waktu dilakakukannya operasi
penyambungan saraf, material yang digunakan dalam operasi, besarnya
cedera, dan rehabilitasi paska operasi (Bumbasirevic, 2016)
2. ANATOMI
Nervus radialis merupakan saraf terbesar pada extremitas atas, dan
merupakan cabang dari posterior cord plexus brachialis pada segmen C5
sampai Th1. Nervus ini berjalan menyilang pada otot latissimus dorsi,
terletak lebih profundus dibandingkan arteri axillaris. Nervus ini keluar
melalui triangular interval pada tepi bawah otot teres major. Saraf ini
menginervasi otot tricep diantara caput lateral dan medial, pada level ini
saraf radialis terbagi menjadi dua cabang sensoris, yaitu saraf posterior
cutaneous pada lengan atas dan inferior lateral cutaneous pada lengan atas.
Kemudian berjalan pada spiral groove tulang humerus sisi posterior dan
menembus septum intermusculare lateral memasuki kompartmen anterior
diantara otot brachialis dan brachioradialis, sejauh 12 cm dari proximal
lateral epicondylus. Lesi jenis neuropraxia seringkali terjadi pada level ini
setelah fraktur shaft humerus disebabkan nervus radialis terjepit diantara
fragment fraktur. Kemudian saraf tersebut berjalan ke anterior menuju
humeral condylus lateralis. Pada level siku, saraf radialis memberikan
3
cabang untuk mempersarafi otot brachioradialis, otot extensor carpi radialis
longus dan otot anconeus.
Pada proximal siku, saraf ini terpecah menjadi dua yaitu cabang
superficial yang merupakan sensoris. Saraf ini berjalan dibawah otot
brachioradialis pada sisi radial lengan bawah. Pada sepertiga tengah dari
lengan bawah saraf ini berada di lateral dari arteri radialis, sedangkan lebih
dital lagi saraf ini akan menjauhi arteri radialis. Pada level distal dari lengan
bawah, saraf ini akan muncul dibawah tendon brachioradialis sekitar 9 cm
proximal dari styloid radialis dan berjalan superficial dibawah kulit. Pada
level styloid radialis saraf ini dibagi menjadi dua atau tiga cabang sensoris
yang menginervasi kulit dua pertiga proksimal tiga setengah jari lateral pada
tangan bagian dorsal.
4
Cabang profundus yang merupakan cabang motorik disebut PIN
(Posterior Interosseus Nerve). Saraf ini berjalan diantara dua caput otot
supinator, menginervasi otot tersebut kemudian masuk ke lengan bawah dan
menginervasi mayoritas otot-otot ekstensor. Bagian paling proximal dari
otot supinator membentuk arcade of Frohse, sebuah busur fibrotic, tempat
biasa terjadi penekanan saraf. Distal dari otot supinator, posterior
interosseous nerve dibagi menjadi dua cabang, medial (recurrent) yang
mempersarafi otot extensor carpi ulnaris, otot extensor digitorum
communis dan otot extensor digiti quinti; lateral (descending) mempersarafi
otot extensor indicis proprius, otot extensor pollicis longus, otot abductor
pollicis longus dan otot extensor pollicis brevis (Bumbasirevic, 2016).
Dua tempat yang paling sering terjadi penjepitan saraf adalah aspek
lateral dari lengan atas dimana rentan terjadi selama tidur, dan pada bagian
atas dari lengan bawah yang rentan karena berhubungan dengan gerakan
pronasi supinasi yang berulang-ulang (Johnson, 1980).
Nervus radialis melayani fungsi motorik dan sensorik baik pada
lengan atas maupun lengan bawah dan hanya fungsi sensorik pada tangan.
Namun serabut sensorik dan motorik tersebar pada lengan bawah oleh dua
cabang terpisah, N. interosseous posterior (motorik) dan superfisial
(sensorik atau cutaneous). Nervus cutaneous antebrachii posterior berasal
dari N radialis dalam kompartmen posterior lengan, dan berjalan sepanjang
sulkus radialis humeri. Oleh karena itu, saraf mencapai lengan bawah tidak
5
bergantung pada N.radialis; saraf turun dalam jaringan subcutan aspek
posterior lengan bawah ke pergelangan tangan dan menyuplai kulit.
Ramus superfisialis nervi radialis juga merupakan N. cutaneous,
tetapi memberikan ramus articularis juga. Saraf tersebut tersebar ke kulit
pada dorsum manus dan sejumlah sendi di tangan, yang bercabang segera
setelah keluar dari M. brachioradialis di atasnya dan menyilang bagian atas
tabatiere anatomique (Moore & Dalley, 2002).
3. ETIOLOGI
Pada level lengan atas, lesi paling sering disebabkan karena fraktur
humerus. Lesi ini dapat terjadi akut saat kejadian trauma, akibat manipulasi
dari fraktur atau sebagai akibat penekanan atau penjepitan di antara kalus
fraktur. Lesi dapat juga terjadi akibat kompresi eksternal akibat pemasangan
6
tourniquet, tekanan yang berulang dan persistan dari kepala pasangan saat
tidur pada posisi lengan atas teregang (honeymooner’s paralysis) atau saat
posisi lengan tergantung pada sandaran kursi atau tepi tempat tidur dalam
waktu yang lama (saturday night palsy). Pada level lengan bawah dapat
terjadi posterior interosseus nervous syndrome akibat kompresi pada nervus
interosseus posterior yang mengenai kompartemen ekstensor pada lengan
bawah (Braddom, 2011).
Lesi nervus radialis sering berhubungan dengan fraktur humerus,
terjadi pada sepertiga tengah atau distal (Holstein-Lewis fracture), biasanya
fraktur spiral dimana distal fragmen bergeser ke proximal dan radial.
Disinilah titik dimana saraf masuk ke bagian anterior melalui septum
intermuskular dan sangat sedikit gerakan. Lesi saraf dapat disebabkan
karena fraktur itu sendiri saat manipulasi dari fragmen saat operasi atau
penjepitan dari pembentukan kalus. Fraktur dari caput ataupun leher radius
dan radius/ulna dapat merusak saraf posterior interosseous (Johnson, 1980).
4. GEJALA KLINIS
Lesi pada level spiral groove ditandai adanya wrist drop dan
ketidakmampuan mengekstensikan jari-jari. Ekstensi elbow masih
dimungkinkan karena m. triceps mendapat inervasi proximal dari spiral
groove. Fleksi elbow dapat menjadi sedikit lemah karena keterlibatan m.
brachioradialis. Lesi pada posterior interosseus nerve paling sering terjadi
karena entrapmen pada area arcade of Frohse yang dikenal dengan
7
supinator syndrome. Tampak kelemahan saat mengekstensikan jari-jari.
Saat mengekstensikan wrist, pasien terlihat deviasi radial (terjadi
kelemahan otot ekstensor carpi ulnaris). Tidak ada gangguan sensoris
karena PIN tidak memiliki komponen sensoris. Hasil tes, provokasi gerakan
supinasi elbow dengan tahanan akan meningkatkan rasa nyeri. Lesi pada
nervus radialis superficialis mengakibatkan gangguan sensoris tanpa adanya
kelemahan otot (Braddom, 2011).
Saraf radialis sangat rentan terjadi penekanan didekat tempat
munculnya dari septum intermuskuler. Saturday night palsy, Honeymoon
palsy adalah kelumpuhan saat tidur hasil dari penekanan oleh kepala orang
kedua yang diletakkan pada lengan atas penderita. Gejalanya adalah
kelemahan pada ekstensi pergelangan tangan dan ekstensi dari
metacarpophalang joint pada jari-jari. Fungsi otot tricep masih bagus karena
lokasinya lebih proksimal. Otot brachioradialis dan yang lebih jarang otot
extensor carpi radialis longus biasanya masih baik pada kelemahan ini
(Johnson, 1980).
Perubahan sensoris (hypesthesia dan hypalgesia) tidak terlalu
tampak, kemungkinan karena beberapa area memiliki suplai khusus dari
saraf radialis. Ketika ada perubahan sensoris, biasanya terbatas pada dorsal
tangan, tersering dorsal dari ibu jari (Johnson, 1980).
Posterior interosseous nerve syndrome telah digambarkan pada
kasus trauma langsung, penekanan dari ganglion atau anomali dari
pembuluh darah dan rheumatoid synovitis. Bagaimanapun saraf ini paling
8
rentan trauma berulang atau terjepit saat saraf ini melewati otot supinator
pada tendon ardace of Frohse. Pada pronasi penuh dari lengan bawah dapat
terjadi penekanan berlebihan pada saraf ini pada tepi tendon yang tajam dari
otot extensor carpi radialis brevis.
Gejala dari pasien ini adalah kesulitan mengekstensikan jari-jari dan
ibu jari. Sering berhubungan dengan nyeri tumpul atau nyeri pada aspek
posterior dari lengan bawah. Radial wrist extensor masih baik. Tidak
didapatkan gangguan sensoris (Johnson, 1980).
Cedera pada nervus radialis di sebelah superior dimana cabangnya
otot triceps brachii menyebabkan paralisis otot triceps, otot brachioradialis,
otot supinator, otot ekstensor digitorum dan pergelangan tangan. Hilangnya
sensasi di area kulit yang disuplai oleh saraf tersebut juga dapat terjadi. Bila
saraf mengalami cedera pada sulcus radialis, otot tricep biasanya tidak
paralisis seluruhnya tetapi hanya melemah karena hanya caput mediale yang
terkena; namun, otot dalam kompartemen posterior lengan bawah yang
disuplai oleh cabang saraf yang lebih distal mengalami paralisis. Tanda
klinis khas cedera nervus radialis adalah “wrist drop”, ketidakmampuan
mengekstensikan pergelangan tangan dan jari pada articulation
metacarpophalangeal (Moore & Dalley, 2002).
5. DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik adalah dasar untuk mendiagnosa. Semua otot
yang diinervasi oleh nervus radialis dapat diperiksa kekuatannya dan
9
fungsinya, termasuk otot tricep, otot supinator, otot extensor pergelangan
tangan dan jari-jari. Untuk lesi yang lebih atas, gangguan pada ekstensi siku
sebaiknya dievaluasi dengan menghilangkan efek gravitasi. Pada lesi nervus
radialis hanya ekstensi sendi metacarpophalangeal saja yang yang terkena,
sedangkan ekstensi dari sendi interphalang diinervasi oleh otot interossei
dan otot lumbrical yang dipersarafi oleh nervus ulnaris. Periksa juga sensasi
pada dorsal tangan dan tiga setengah jari bagian lateral juga pada lengan
atas dan lengan bawah.
Electromyography dan nerve conduction electrodiagnostik sangat
membantu untuk mengetahui lokasi anatomi dari lesi nervusnya. Salah satu
kegunaan yang lain yaitu dapat membedakan dengan cervical radikulopati,
brachial plexopati, dan lesi nervus perifer. Kegunaan lainnya juga dapat
untuk memonitor penyembuhan saraf selama periode rehabilitasi, terutama
dalam empat bulan ketika regenerasi dapat dideteksi (Bumbasirevic, 2016).
Derajat keparahan lesi nervus ini dapat ditegakkan oleh pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan elektromiografi dapat menunjukkan aktivitas
abnormal pada otot yang diinervasi nervus radialis. Perubahan amplitudo,
blok konduksi dan kegagalan konduksi saraf, penurunan kecepatan hantaran
saraf dan peningkatan distal latency dapat memperlihatkan tanda-tanda
denervasi (Cuccurullo, 2010).
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk
diagnosis neuropati perifer. Perubahan yang nyata dapat dideteksi dengan
MRI pada hari ke-empat pasca cedera (Braddom, 2011). MRI sangat
10
berguna untuk mendeteksi lokasi lesi terutama saat penyakit patologis dan
neurologis yang berhubungan dengan lesi saraf dicurigai (Bumbasirevic,
2016).
Ultrasonografi dapat menggambarkan dengan tepat keutuhan
anatomi dari saraf, membedakan antara ruptur saraf dengan pembentukan
neuroma. Hal itu dapat menunjukkan lokasi pasti dari lesi saraf dan
mengikuti perjalanan anatomi dari nervus tersebut. Pemeriksaan ini tidak
invasive, terjangkau dan memiliki keuntungan spesifik dibanding dengan
MRI ataupun prosedur diagnostik lain.
Foto polos dapat mendeteksi fraktur, dislokasi, pembentukan kalus
yang berlebihan dan tumor yang menyebabkan kompresi (Bumbasirevic,
2016).
6. TERAPI
Terapi lesi nervus radialis dapat berupa operatif maupun non operatif.
1. Non operatif
Banyak kondisi gangguan pada nervus radialis dapat diterapi tanpa
harus dioperasi. Gangguan saraf karena penekanan dapat diterapi dengan
istirahat, modifikasi aktifitas, obat anti inflamasi non steroid (NSAID),
vitamin dan splint. Injeksi kortikosteroid dengan atau tanpa lokal anastesi
dapat dikelola dengan hati-hati. Salah satu aspek paling penting pada terapi
ini adalah untuk mempertahankan luas gerak sendi pasif pada semua sendi
11
yang terlibat dengan program latihan dan penggunaan splint dinamik
(Bumbasirevic, 2016).
Modalitas terapi yang lain yang dapat diberikan adalah TENS,
modalitas panas dan dingin untuk analgetik, sedangkan stimulasi elektrik
dapat dilakukan untuk mencegah atropi atau denervasi otot. Latihan luas
gerak sendi diberikan untuk mempertahankan/menambah luas gerak dan
fleksibilitas sendi. Terapi latihan dapat memfasilitasi pemulihan cedera
saraf perifer. Terapi latihan dalam beberapa penelitian terbukti penting
untuk membangun kembali massa otot dan mencegah komplikasi
immobilisasi. (Braddom, 2011).
Terapi rehabilitasi lesi saraf radialis yang disertai fraktur tertutup
humerus yang tidak memberikan kemajuan dalam 8-10 minggu dapat
menjadi indikasi dilakukannya terapi bedah eksplorasi, dan jika tidak ada
perbaikan fungsi dalam waktu 1 tahun, dapat dipertimbangkan tendon
transfer (Braddom, 2011).
2. Operatif
Tindakan operatif diindikasikan pada kasus yang lesinya tampak
jelas seperti luka terbuka atau ketika tidak ada perbaikan pada terapi
konservatif. Saraf dapat diperbaiki dengan penjahitan langsung atau nerve
grafting. Prosedur rekonstruktif yang lain seperti transfer tendon dapat juga
menjadi penting untuk menyelesaikan beberapa disfungsi saraf yang
permanen. Transfer saraf dan transfer otot saat ini bertambah popular.
12
Operasi rekonstruksi pada lesi nervus radialis selalu menjadi pilihan
terbaik pada trauma dan saraf yang jelas terpotong. Hasil fungsional setelah
rekonstruksi bedah mikro sebagian besar memuaskan dengan level rendah
dari disabilitas. Ketika terdapat diskontinuitas, end to end repair adalah
metode pilihannya. Pada situasi dimana rekonstruksi dari lesi nervus perifer
itu sulit karena terdapat defek segmental atau gap pada saraf, maka nerve
grafting sangat membantu. Autogenous graft yang biasa digunakan adalah
saraf suralis dan cabang saraf kutaneous dari lengan bawah biasanya
berkualitas baik, memiliki morbiditas kecil dan dapat digunakan untuk
transfer. Penyembuhan dari fungsi motoris pada nervus radialis dapat
diharapkan jika tindakan perbaikan dilaksanakan dalam 15 bulan dari
cedera. (Bumbasirevic, 2016).
13
DAFTAR PUSTAKA
Braddom,R.L., 2011. Physical Medicine and Rehabilitation 4th edition.
Philladelphia.
Bumbasirevic,M., et al. 2016. Radial Nerve Palsy. Efort Open Reviews
Cuccurullo,S. J., 2010. Physical Medicine and Rehabilitation Board Review, 2nd
Edition. New York: Demos Medical
Johnson,E.W., 1980. Practical Electromyography. Baltimore : Williams &
Wilkins
Moore, Dalley, 2002. Anatomi Berorientasi Klinis. 5th edition
Saunders,W.B., 2000. Aids to the Examination of the Pheriperal Nervous System
4th edition.
Stern, Mark, 2017. Radial Nerve Entrapment. Website:
https://emedicine.medscape.com/article/1244110-overview)

More Related Content

What's hot

Frozen shoulder
Frozen shoulderFrozen shoulder
Frozen shoulderciputchan
 
Medula spinalis
Medula spinalisMedula spinalis
Medula spinaliselmakrufi
 
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapiKonsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapiYanto Physio
 
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf KejepitHNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf KejepitRumandani Choirunisa
 
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptxaditya romadhon
 
Anatomi Muskuloskeletal
Anatomi MuskuloskeletalAnatomi Muskuloskeletal
Anatomi MuskuloskeletalAmalia Senja
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndromesriyulianti19
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTFitri Ardini Nuranisa
 
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepalaasih gahayu
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainageMelz Mutz
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 

What's hot (20)

Frozen shoulder
Frozen shoulderFrozen shoulder
Frozen shoulder
 
Medula spinalis
Medula spinalisMedula spinalis
Medula spinalis
 
Manifulasi
ManifulasiManifulasi
Manifulasi
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapiKonsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
 
Fraktur Humerus
Fraktur HumerusFraktur Humerus
Fraktur Humerus
 
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf KejepitHNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
 
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
 
Anatomi Muskuloskeletal
Anatomi MuskuloskeletalAnatomi Muskuloskeletal
Anatomi Muskuloskeletal
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndrome
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
 
ekg-lengkap-ppt
 ekg-lengkap-ppt ekg-lengkap-ppt
ekg-lengkap-ppt
 
Fisiologi kardiovaskuler
Fisiologi kardiovaskulerFisiologi kardiovaskuler
Fisiologi kardiovaskuler
 
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
 
Osteoarthritis.pptx
Osteoarthritis.pptxOsteoarthritis.pptx
Osteoarthritis.pptx
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainage
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
 

Similar to LESINERVUS RADIALIS

Similar to LESINERVUS RADIALIS (20)

Pengantar Anatomi Veterinary 3
Pengantar Anatomi Veterinary 3Pengantar Anatomi Veterinary 3
Pengantar Anatomi Veterinary 3
 
365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx
365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx
365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx
 
ruptur-tendon-baru_compress tangan
ruptur-tendon-baru_compress       tanganruptur-tendon-baru_compress       tangan
ruptur-tendon-baru_compress tangan
 
89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tangan89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tangan
 
Nyeri Pada Lutut
Nyeri Pada LututNyeri Pada Lutut
Nyeri Pada Lutut
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
191269270 referat-anestesi-spinal
191269270 referat-anestesi-spinal191269270 referat-anestesi-spinal
191269270 referat-anestesi-spinal
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
Kelompok 11 blok 4 skenario a(4)
Kelompok 11 blok 4 skenario a(4)Kelompok 11 blok 4 skenario a(4)
Kelompok 11 blok 4 skenario a(4)
 
BIMBINGAN 7 - CTS, TTS, Neuropati, Peroneal Palsy, Neurogenic Bladder, HNP, R...
BIMBINGAN 7 - CTS, TTS, Neuropati, Peroneal Palsy, Neurogenic Bladder, HNP, R...BIMBINGAN 7 - CTS, TTS, Neuropati, Peroneal Palsy, Neurogenic Bladder, HNP, R...
BIMBINGAN 7 - CTS, TTS, Neuropati, Peroneal Palsy, Neurogenic Bladder, HNP, R...
 
Susunan otot dan bagian
Susunan otot dan bagianSusunan otot dan bagian
Susunan otot dan bagian
 
Acl copy
Acl   copyAcl   copy
Acl copy
 
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptxCopy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
 
Ppt sci
Ppt sciPpt sci
Ppt sci
 
Askep low back pain
Askep low back painAskep low back pain
Askep low back pain
 
Rangkuman fraktur
Rangkuman frakturRangkuman fraktur
Rangkuman fraktur
 
Leaflet laminektomia
Leaflet laminektomiaLeaflet laminektomia
Leaflet laminektomia
 
Leaflet laminektomia
Leaflet laminektomiaLeaflet laminektomia
Leaflet laminektomia
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
 

Recently uploaded

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 

Recently uploaded (20)

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 

LESINERVUS RADIALIS

  • 1. 1 LESI NERVUS RADIALIS 1. PENDAHULUAN Lesi nervus radialis dapat terjadi di sepanjang perjalanan saraf radialis dan disebabkan oleh banyak hal. Penekanan atau scar pada saraf tersebut dapat menyebabkan denervasi dari otot-otot ekstensor antebrachii, supinator, dan kesemutan atau rasa tebal pada distribusi sensorisnya. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa nyeri, kelemahan, dan gangguan fungsi. ( Stern, Mark, 2017) Nervus radialis dekat dengan tulang, sehingga nervus ini sangat rentan terjadi lesi, terutama apabila disertai fraktur pada tulang humerus. (Bumbasirevic, 2016) Tiga masalah yang berhubungan dengan nervus radialis adalah sleep palsy, trauma pada pertengahan lengan atas dan posterior interosseous nerve syndrome. (Johnson, 1980). Klasifikasi cedera berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi 1. Neuropraxia Jika tidak didapatkan gangguan anatomis dari nervus radialis, hanya terjadi gangguan fungsi, disebabkan oleh kontusio atau kompresi pada saraf 2. Axonotmesis Terjadi kerusakan dari axon, yang disertai wallerian degeneration, namun sel schwann masih dalam batas normal, dan struktur endoneural masih intak 3. Neurotmesis
  • 2. 2 Jenis kerusakan yang paling parah, terjadi komplit disrupsi anatomi dari serabut saraf. Tidak dimungkinkan terjadi perbaikan secara spontan, dan membutuhkan tindakan operasi. Perbaikan saraf dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia pasien, jenis kelamin, waktu dilakakukannya operasi penyambungan saraf, material yang digunakan dalam operasi, besarnya cedera, dan rehabilitasi paska operasi (Bumbasirevic, 2016) 2. ANATOMI Nervus radialis merupakan saraf terbesar pada extremitas atas, dan merupakan cabang dari posterior cord plexus brachialis pada segmen C5 sampai Th1. Nervus ini berjalan menyilang pada otot latissimus dorsi, terletak lebih profundus dibandingkan arteri axillaris. Nervus ini keluar melalui triangular interval pada tepi bawah otot teres major. Saraf ini menginervasi otot tricep diantara caput lateral dan medial, pada level ini saraf radialis terbagi menjadi dua cabang sensoris, yaitu saraf posterior cutaneous pada lengan atas dan inferior lateral cutaneous pada lengan atas. Kemudian berjalan pada spiral groove tulang humerus sisi posterior dan menembus septum intermusculare lateral memasuki kompartmen anterior diantara otot brachialis dan brachioradialis, sejauh 12 cm dari proximal lateral epicondylus. Lesi jenis neuropraxia seringkali terjadi pada level ini setelah fraktur shaft humerus disebabkan nervus radialis terjepit diantara fragment fraktur. Kemudian saraf tersebut berjalan ke anterior menuju humeral condylus lateralis. Pada level siku, saraf radialis memberikan
  • 3. 3 cabang untuk mempersarafi otot brachioradialis, otot extensor carpi radialis longus dan otot anconeus. Pada proximal siku, saraf ini terpecah menjadi dua yaitu cabang superficial yang merupakan sensoris. Saraf ini berjalan dibawah otot brachioradialis pada sisi radial lengan bawah. Pada sepertiga tengah dari lengan bawah saraf ini berada di lateral dari arteri radialis, sedangkan lebih dital lagi saraf ini akan menjauhi arteri radialis. Pada level distal dari lengan bawah, saraf ini akan muncul dibawah tendon brachioradialis sekitar 9 cm proximal dari styloid radialis dan berjalan superficial dibawah kulit. Pada level styloid radialis saraf ini dibagi menjadi dua atau tiga cabang sensoris yang menginervasi kulit dua pertiga proksimal tiga setengah jari lateral pada tangan bagian dorsal.
  • 4. 4 Cabang profundus yang merupakan cabang motorik disebut PIN (Posterior Interosseus Nerve). Saraf ini berjalan diantara dua caput otot supinator, menginervasi otot tersebut kemudian masuk ke lengan bawah dan menginervasi mayoritas otot-otot ekstensor. Bagian paling proximal dari otot supinator membentuk arcade of Frohse, sebuah busur fibrotic, tempat biasa terjadi penekanan saraf. Distal dari otot supinator, posterior interosseous nerve dibagi menjadi dua cabang, medial (recurrent) yang mempersarafi otot extensor carpi ulnaris, otot extensor digitorum communis dan otot extensor digiti quinti; lateral (descending) mempersarafi otot extensor indicis proprius, otot extensor pollicis longus, otot abductor pollicis longus dan otot extensor pollicis brevis (Bumbasirevic, 2016). Dua tempat yang paling sering terjadi penjepitan saraf adalah aspek lateral dari lengan atas dimana rentan terjadi selama tidur, dan pada bagian atas dari lengan bawah yang rentan karena berhubungan dengan gerakan pronasi supinasi yang berulang-ulang (Johnson, 1980). Nervus radialis melayani fungsi motorik dan sensorik baik pada lengan atas maupun lengan bawah dan hanya fungsi sensorik pada tangan. Namun serabut sensorik dan motorik tersebar pada lengan bawah oleh dua cabang terpisah, N. interosseous posterior (motorik) dan superfisial (sensorik atau cutaneous). Nervus cutaneous antebrachii posterior berasal dari N radialis dalam kompartmen posterior lengan, dan berjalan sepanjang sulkus radialis humeri. Oleh karena itu, saraf mencapai lengan bawah tidak
  • 5. 5 bergantung pada N.radialis; saraf turun dalam jaringan subcutan aspek posterior lengan bawah ke pergelangan tangan dan menyuplai kulit. Ramus superfisialis nervi radialis juga merupakan N. cutaneous, tetapi memberikan ramus articularis juga. Saraf tersebut tersebar ke kulit pada dorsum manus dan sejumlah sendi di tangan, yang bercabang segera setelah keluar dari M. brachioradialis di atasnya dan menyilang bagian atas tabatiere anatomique (Moore & Dalley, 2002). 3. ETIOLOGI Pada level lengan atas, lesi paling sering disebabkan karena fraktur humerus. Lesi ini dapat terjadi akut saat kejadian trauma, akibat manipulasi dari fraktur atau sebagai akibat penekanan atau penjepitan di antara kalus fraktur. Lesi dapat juga terjadi akibat kompresi eksternal akibat pemasangan
  • 6. 6 tourniquet, tekanan yang berulang dan persistan dari kepala pasangan saat tidur pada posisi lengan atas teregang (honeymooner’s paralysis) atau saat posisi lengan tergantung pada sandaran kursi atau tepi tempat tidur dalam waktu yang lama (saturday night palsy). Pada level lengan bawah dapat terjadi posterior interosseus nervous syndrome akibat kompresi pada nervus interosseus posterior yang mengenai kompartemen ekstensor pada lengan bawah (Braddom, 2011). Lesi nervus radialis sering berhubungan dengan fraktur humerus, terjadi pada sepertiga tengah atau distal (Holstein-Lewis fracture), biasanya fraktur spiral dimana distal fragmen bergeser ke proximal dan radial. Disinilah titik dimana saraf masuk ke bagian anterior melalui septum intermuskular dan sangat sedikit gerakan. Lesi saraf dapat disebabkan karena fraktur itu sendiri saat manipulasi dari fragmen saat operasi atau penjepitan dari pembentukan kalus. Fraktur dari caput ataupun leher radius dan radius/ulna dapat merusak saraf posterior interosseous (Johnson, 1980). 4. GEJALA KLINIS Lesi pada level spiral groove ditandai adanya wrist drop dan ketidakmampuan mengekstensikan jari-jari. Ekstensi elbow masih dimungkinkan karena m. triceps mendapat inervasi proximal dari spiral groove. Fleksi elbow dapat menjadi sedikit lemah karena keterlibatan m. brachioradialis. Lesi pada posterior interosseus nerve paling sering terjadi karena entrapmen pada area arcade of Frohse yang dikenal dengan
  • 7. 7 supinator syndrome. Tampak kelemahan saat mengekstensikan jari-jari. Saat mengekstensikan wrist, pasien terlihat deviasi radial (terjadi kelemahan otot ekstensor carpi ulnaris). Tidak ada gangguan sensoris karena PIN tidak memiliki komponen sensoris. Hasil tes, provokasi gerakan supinasi elbow dengan tahanan akan meningkatkan rasa nyeri. Lesi pada nervus radialis superficialis mengakibatkan gangguan sensoris tanpa adanya kelemahan otot (Braddom, 2011). Saraf radialis sangat rentan terjadi penekanan didekat tempat munculnya dari septum intermuskuler. Saturday night palsy, Honeymoon palsy adalah kelumpuhan saat tidur hasil dari penekanan oleh kepala orang kedua yang diletakkan pada lengan atas penderita. Gejalanya adalah kelemahan pada ekstensi pergelangan tangan dan ekstensi dari metacarpophalang joint pada jari-jari. Fungsi otot tricep masih bagus karena lokasinya lebih proksimal. Otot brachioradialis dan yang lebih jarang otot extensor carpi radialis longus biasanya masih baik pada kelemahan ini (Johnson, 1980). Perubahan sensoris (hypesthesia dan hypalgesia) tidak terlalu tampak, kemungkinan karena beberapa area memiliki suplai khusus dari saraf radialis. Ketika ada perubahan sensoris, biasanya terbatas pada dorsal tangan, tersering dorsal dari ibu jari (Johnson, 1980). Posterior interosseous nerve syndrome telah digambarkan pada kasus trauma langsung, penekanan dari ganglion atau anomali dari pembuluh darah dan rheumatoid synovitis. Bagaimanapun saraf ini paling
  • 8. 8 rentan trauma berulang atau terjepit saat saraf ini melewati otot supinator pada tendon ardace of Frohse. Pada pronasi penuh dari lengan bawah dapat terjadi penekanan berlebihan pada saraf ini pada tepi tendon yang tajam dari otot extensor carpi radialis brevis. Gejala dari pasien ini adalah kesulitan mengekstensikan jari-jari dan ibu jari. Sering berhubungan dengan nyeri tumpul atau nyeri pada aspek posterior dari lengan bawah. Radial wrist extensor masih baik. Tidak didapatkan gangguan sensoris (Johnson, 1980). Cedera pada nervus radialis di sebelah superior dimana cabangnya otot triceps brachii menyebabkan paralisis otot triceps, otot brachioradialis, otot supinator, otot ekstensor digitorum dan pergelangan tangan. Hilangnya sensasi di area kulit yang disuplai oleh saraf tersebut juga dapat terjadi. Bila saraf mengalami cedera pada sulcus radialis, otot tricep biasanya tidak paralisis seluruhnya tetapi hanya melemah karena hanya caput mediale yang terkena; namun, otot dalam kompartemen posterior lengan bawah yang disuplai oleh cabang saraf yang lebih distal mengalami paralisis. Tanda klinis khas cedera nervus radialis adalah “wrist drop”, ketidakmampuan mengekstensikan pergelangan tangan dan jari pada articulation metacarpophalangeal (Moore & Dalley, 2002). 5. DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik adalah dasar untuk mendiagnosa. Semua otot yang diinervasi oleh nervus radialis dapat diperiksa kekuatannya dan
  • 9. 9 fungsinya, termasuk otot tricep, otot supinator, otot extensor pergelangan tangan dan jari-jari. Untuk lesi yang lebih atas, gangguan pada ekstensi siku sebaiknya dievaluasi dengan menghilangkan efek gravitasi. Pada lesi nervus radialis hanya ekstensi sendi metacarpophalangeal saja yang yang terkena, sedangkan ekstensi dari sendi interphalang diinervasi oleh otot interossei dan otot lumbrical yang dipersarafi oleh nervus ulnaris. Periksa juga sensasi pada dorsal tangan dan tiga setengah jari bagian lateral juga pada lengan atas dan lengan bawah. Electromyography dan nerve conduction electrodiagnostik sangat membantu untuk mengetahui lokasi anatomi dari lesi nervusnya. Salah satu kegunaan yang lain yaitu dapat membedakan dengan cervical radikulopati, brachial plexopati, dan lesi nervus perifer. Kegunaan lainnya juga dapat untuk memonitor penyembuhan saraf selama periode rehabilitasi, terutama dalam empat bulan ketika regenerasi dapat dideteksi (Bumbasirevic, 2016). Derajat keparahan lesi nervus ini dapat ditegakkan oleh pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan elektromiografi dapat menunjukkan aktivitas abnormal pada otot yang diinervasi nervus radialis. Perubahan amplitudo, blok konduksi dan kegagalan konduksi saraf, penurunan kecepatan hantaran saraf dan peningkatan distal latency dapat memperlihatkan tanda-tanda denervasi (Cuccurullo, 2010). Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk diagnosis neuropati perifer. Perubahan yang nyata dapat dideteksi dengan MRI pada hari ke-empat pasca cedera (Braddom, 2011). MRI sangat
  • 10. 10 berguna untuk mendeteksi lokasi lesi terutama saat penyakit patologis dan neurologis yang berhubungan dengan lesi saraf dicurigai (Bumbasirevic, 2016). Ultrasonografi dapat menggambarkan dengan tepat keutuhan anatomi dari saraf, membedakan antara ruptur saraf dengan pembentukan neuroma. Hal itu dapat menunjukkan lokasi pasti dari lesi saraf dan mengikuti perjalanan anatomi dari nervus tersebut. Pemeriksaan ini tidak invasive, terjangkau dan memiliki keuntungan spesifik dibanding dengan MRI ataupun prosedur diagnostik lain. Foto polos dapat mendeteksi fraktur, dislokasi, pembentukan kalus yang berlebihan dan tumor yang menyebabkan kompresi (Bumbasirevic, 2016). 6. TERAPI Terapi lesi nervus radialis dapat berupa operatif maupun non operatif. 1. Non operatif Banyak kondisi gangguan pada nervus radialis dapat diterapi tanpa harus dioperasi. Gangguan saraf karena penekanan dapat diterapi dengan istirahat, modifikasi aktifitas, obat anti inflamasi non steroid (NSAID), vitamin dan splint. Injeksi kortikosteroid dengan atau tanpa lokal anastesi dapat dikelola dengan hati-hati. Salah satu aspek paling penting pada terapi ini adalah untuk mempertahankan luas gerak sendi pasif pada semua sendi
  • 11. 11 yang terlibat dengan program latihan dan penggunaan splint dinamik (Bumbasirevic, 2016). Modalitas terapi yang lain yang dapat diberikan adalah TENS, modalitas panas dan dingin untuk analgetik, sedangkan stimulasi elektrik dapat dilakukan untuk mencegah atropi atau denervasi otot. Latihan luas gerak sendi diberikan untuk mempertahankan/menambah luas gerak dan fleksibilitas sendi. Terapi latihan dapat memfasilitasi pemulihan cedera saraf perifer. Terapi latihan dalam beberapa penelitian terbukti penting untuk membangun kembali massa otot dan mencegah komplikasi immobilisasi. (Braddom, 2011). Terapi rehabilitasi lesi saraf radialis yang disertai fraktur tertutup humerus yang tidak memberikan kemajuan dalam 8-10 minggu dapat menjadi indikasi dilakukannya terapi bedah eksplorasi, dan jika tidak ada perbaikan fungsi dalam waktu 1 tahun, dapat dipertimbangkan tendon transfer (Braddom, 2011). 2. Operatif Tindakan operatif diindikasikan pada kasus yang lesinya tampak jelas seperti luka terbuka atau ketika tidak ada perbaikan pada terapi konservatif. Saraf dapat diperbaiki dengan penjahitan langsung atau nerve grafting. Prosedur rekonstruktif yang lain seperti transfer tendon dapat juga menjadi penting untuk menyelesaikan beberapa disfungsi saraf yang permanen. Transfer saraf dan transfer otot saat ini bertambah popular.
  • 12. 12 Operasi rekonstruksi pada lesi nervus radialis selalu menjadi pilihan terbaik pada trauma dan saraf yang jelas terpotong. Hasil fungsional setelah rekonstruksi bedah mikro sebagian besar memuaskan dengan level rendah dari disabilitas. Ketika terdapat diskontinuitas, end to end repair adalah metode pilihannya. Pada situasi dimana rekonstruksi dari lesi nervus perifer itu sulit karena terdapat defek segmental atau gap pada saraf, maka nerve grafting sangat membantu. Autogenous graft yang biasa digunakan adalah saraf suralis dan cabang saraf kutaneous dari lengan bawah biasanya berkualitas baik, memiliki morbiditas kecil dan dapat digunakan untuk transfer. Penyembuhan dari fungsi motoris pada nervus radialis dapat diharapkan jika tindakan perbaikan dilaksanakan dalam 15 bulan dari cedera. (Bumbasirevic, 2016).
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Braddom,R.L., 2011. Physical Medicine and Rehabilitation 4th edition. Philladelphia. Bumbasirevic,M., et al. 2016. Radial Nerve Palsy. Efort Open Reviews Cuccurullo,S. J., 2010. Physical Medicine and Rehabilitation Board Review, 2nd Edition. New York: Demos Medical Johnson,E.W., 1980. Practical Electromyography. Baltimore : Williams & Wilkins Moore, Dalley, 2002. Anatomi Berorientasi Klinis. 5th edition Saunders,W.B., 2000. Aids to the Examination of the Pheriperal Nervous System 4th edition. Stern, Mark, 2017. Radial Nerve Entrapment. Website: https://emedicine.medscape.com/article/1244110-overview)