SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
LAMINEKTOMI
A. Pengertian
1. Fraktur/patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
2. Fraktur lumbal adalah fraktur atau patah tulang yang terjadi
pada area vertebra lumbalis (L1-L5).
3. Laminektomi adalah suatu tindakan pembedahan atau
pengeluaran dan atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan
untuk memperbaiki luka pada spinal.
4. Laminektomi adalah pengangkatan sebagian dari diskus
lamina (Long, 1996).
5. Laminektomi adalah memperbaiki satu atau lebih vertebra,
osteophytis dan Hernia nodus pulposus (Donna, 1995).
B. Etiologi
Biasanya merupakan fraktur kompresi karena trauma indirek dari atas dan dari bawah,
dapat menimbulkan fraktur stabil atau tidak stabil.
Trauma adalah penyebab yang paling banyak menyebabkan cedera pada tulang
belakang.
C. Patofisiologi
Cedera medulla spinalis paling sering terjadi karena trauma/cedera pada vertebra.
Adanya kompresi tulang menyebabkan diskontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan lumbal serta dapat merusak system saraf otonom (saraf parasimpatis). Pada
area kornu lateralis medulla spinalis bagian sacral yang erat kaitannya dengan status
miksi dan defekasi. Kompresi juga dapat merusak fleksus saraf utama terutama F.
lumbalis yang tergabung dalam fleksus lumbosakralis yang berpengaruh pada
persarafan ekstrimitas bawah. Dapat dijelaskan secara terinci:
1. Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genitor femoralis yang mensyarafi
kulit daerah genetalia dan paha atas bagian medial.
2. Saraf lumbal II - IV bagian dorsal membentuk nervus femoralis mensarafi
muskulus quadriceps femoralis lateralis yang mensyarafi kulit paha lateralis.
3. Saraf lumbal IV - sacral III bagian ventral membentuk nervus tibialis.
4. Saraf lumbal IV- sacral II bagian dorsal bersatu menjadi nervus perokus atau
fibula komunis.
D. Manifestasi
Secara klinis pasien mengeluh nyeri pinggang bawah dan sangat hebat, mendadak
sebelah gerakan fleksi dan adanya spasme otot para vertebrata. Terdapat nyeri tekan
yang jelas pada tingkat prolapsus diskus bila dipalpasi. Terdapat nyeri pada daerah
cedera, hilang mobilitas sebagian atau total atau hilang sensasi di sebelah bawah dari
tempat cedera dan adanya pembengkakan, memar disekitar fraktur jauh lebih
mendukung bila ada deformitas (gibbs) dapat berupa angulasi (perlengkungan).
Berubahnya kesegarisan atau tonjolan abnormalitas dari prosesus spinalis dapat
menyarankan adanya lesi tersembunyi. Lesi radiks dapat ditandai dengan adanya
deficit sensorik dan motorik segmental dalam distribusi saraf tepi, perlu diperiksa
keadaan neurologist serta kemampuan miksi dan defekasi seperti adanya inkontinensia
uri et alvi paresthesia. Selama 24 jam pertama setelh trauma, suatu lesi partikel dari
medulla spinalis dimanifestasikan paling sedikit dengan masih berfungsinya daerah
sacral sensori perianal dan suatu aktifitas motorik volunteer fleksor kaki.
E. Komplikasi
Kemampuan komplikasi yang dapat terjadi diantaranya:
1. Nyeri pada jangka lama
2. Spasme otot
3. Gangguan miksi dan defekasi
4. Disfungsi pernafasan
5. Disfungsi seksual
6. Hiterotopie ossification
7. Pysiological counseling
8. Dekubitus Deformitas
9. ISK
10. Ileus paralitik.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen. Pemeriksaan dengan sinar X atau fluoroskopik dari kolumna vertebralis
dan ekstrimitas dapat membantu menegakkan diagnosa awal.
2. Laminografi atau tomografi terkomputerisasi. Dapat memperlihatkan lesi tulang
yang tersembunyi terutama di kanalis spinalis
3. Ct Scan atau MRI. Merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah ada
fraktur vertebra mengancam akan menekan medula spinalis.
G. Penatalaksanaan
Bila tidak ada keluhan neurologik:
1. Istirahat di tempat tidur: terlentang dengan dasar keras, posisi
defleksi 3-4 minggu
2. Beri analgetik bila nyeri
3. Pada fraktur stabil, setelah 3-4 minggu kalau tidak merasa sakit
lagi, latih otot-otot punggung 1-2 minggu, kemudian mobilisasi, belajar duduk
jalan dan bila tidak ada apa-apa klien boleh pulang. Pada fraktur yang tidak stabil
ditunggu 6-8 minggu. Bila kelainan neurologik didapatkan:
Jika dalam observasi membaik, tergantung dari stabil/tidak, tindakan seperti pada
fraktur tanpa kelainan neurologik. Jika dalam observasi keadaan memburuk, maka
harus segera dilakukan operasi dekompresi, sama halnya bila kelainan karena
kompresi fraktur. Tekanan dihilangkan dengan operasi misalnya laminektomi.
Kemudian dibantu dari luar misalnya dengan gips broek, gips korset, jaket
minerva, tergantung dari tempat fraktur. Pada pemasangan gips korset: harus
meliputi sampai manubrium sterni, simpisis daerah fraktur dan di bawah ujung
skapula.
CEDERA TULANG BELAKANG
♠ Definisi
Cedera tulang belakang merupakan kelainan yang pada masa kini lebih banyak
memberikan tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan di bidang
penatalaksanaannya. Cedera tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan
terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal.
♠ Etiologi
Cedera tulang belakang terjadi sebagai akibat :
1. jatuh dari ketinggian, misal pohon kelapa, kecelakaan ditempat kerja.
2. kecelakaan lalu lintas
3. kecelakaan olah raga
cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang.
Didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur torak.
Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi,
sedangkan kerusakan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio,
kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau
perdarahan.
Kelainan sekunder pada sumsum tulang belakang dapat disebabkan oleh hipoksemia
dan iskemia. Iskemia disebabkan hipotensi, udem, atau kompresi.
Perlu disadari bahwa kerusakan pada sumsum tulang belakang merupakan
kerusakan yang permanent karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada
fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan
oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar
atau udem.
♠ Manifestasi klinik
Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi.
Kerusakan melintang manifestasinya : hilangnya fungsi motorik maupun sensorik
kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal. Syok spinal terjadi pada kerusakan
mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai
dengan:
1. Kelumpuhan flasid
2. anesthesia
3. arefleksi
4. Hilangnya prespirasi
5. Gangguan fungsi rectum dan kandung kemih
6. Priapismus
7. bradikardi dan hipotensi.
Setelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi. Terlihat pula tanda
gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi
ortostatik serta gangguan kandung kemih dan gangguan defekasi.
Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik
dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya,
sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu.
Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnya
terjadi akibat cedera didaerah servikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak
sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat.
Manifestasinya berupa tetraparese parsial. Gangguan pada ekstermitas bawah lebih
ringan daripada ekstremitas atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu.
Sindrom Brown-Sequard disebabkan oleh kerusakan separu lateral sumsum tulang
belakang. Gejala klinik berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi dan posisi
ipsilateral; di kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.
Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan anesthesia
perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan
refleks bulbokavernosa. Sindrom ini disebut sindrom konus medularis.
Sindrom kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi
ujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anesthesia di daerah
lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis.
♠ Pencegahan dan penatalaksanaan
Cedera tulang belakang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
kematian atau kelainan yang menetap berupa kelumpuhan yang permanent.
Kelumpuhan yang terjadi mempunyai dampak perawatan yang rumit dan memerlukan
banyak peralatan. Ada dua tujuan utama penanganan cedera tulang belakang:
1. Tercapainya tulang belakang yang stabil serta tidak nyeri
2. Mencegah terjadinya jejas lintang sumsum tulang belakang sekunder.
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan cedera tulang belakang :
1. Lakukan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan).
2. Optimalisasi faal ABC: jalan nafas, pernafasan dan peredaran darah.
3. Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotorak??)
4. Pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesi
5. Pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan)
6. Tindak bedah (dekompresi, reposisi atau stabilisasi)
7. Pencegahan penyulit
• Ileus paralitik → sonde lambung
• Penyulit kelumpuhan kandung kemih
• Pneumoni
• Dekubitus
H. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Intra operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
4. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik.
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
6. PK: perdarahan
7. PK: syok
Post operasi
8. Resiko aspirasi dengan faktor resiko penurunan kesadaran
9. Resiko cedera posisi perioperatif dengan faktor resiko gangguan persepsi sensori
karena anestesi.
10. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
11. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operatif berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi
RENCANA KEPERAWATAN
1. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI
KIMIA (PROSES KANKER, DISKONTINUITAS JARINGAN)
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah
dilkukan
perawatan selama
3x24 jam nyeri ps
berkurang dg:
Indikator:
 Menggunakan skala
nyeri untuk mengidentifikasi
tingkat nyeri
 Ps menyatakan nyeri
berkurang
 Ps mampu
istirahan/tidur
 Menggunakan tekhnik
non farmakologi
NIC:
a. Manajement nyeri
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian
terhadap nyeri, lokasi,
karakteristik dan faktor-faktor
yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal
tentang kegelisaan
3. Fasilitasi linkungan
nyaman
4. Berikan obat anti sakit
5. Bantu pasien menemukan
posisi nyaman
6. Ajarkan penggunaan
tehnik tanpa pengobatan (ct:
relaksasi, distraksi, massage,
guidet imageri)
7. Tekan dada saat latihan
batuk
b. Kelola analgetik
- Tentukan lokasi,
karaketristik, kualitas
c. Terapi relaksasi
d. Manajemen lingkungan
1. untuk menentukan
intervensi yang sesuai dan
keefektifan dari therapi yang
diberikan
2. Membantu dalam
mengidentifikasi derajat
ketidaknyamnan
3. Meningkatkan
kenyamanan
4. Mengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien untuk
mobilisasi tampa nyeri
5. Peninggin lengan
menyebabkan pasie rileks
6. Meningkatkan relaksasi
dan membantu untuk
menfokuskan perhatian shg
dapat meningkatkan sumber
coping
7. Memudahkan partisipasi
pada aktifitas tampa timbul rasa
tidak nyaman
2. DX. KEPERAWATAN: CEMAS B.D STATUS KESEHATAN
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: kontrol kecemasan dan
coping, setelah
dilakukan
perawatan selama
2x24 jam cemas ps
hilang atau
berkurang dg:
Indikator:
Ps mampu:
 Mengungkapkan cara
mengatasi cemas
NIC: Penurunan kecemasan
Aktifitas:
1. Bina Hub. Saling percaya
2. Libatkan keluarga
3. Jelaskan semua Prosedur
4. Hargai pengetahuan ps
tentang penyakitnya
1. Mempermudah intervensi
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu ps dlam
meningkatkan pengetahuan
tentang status kes dan
meningkatkan kontrol
kecemasan
4. Merasa dihargai
5. Dukungan akan
 Mampu menggunakan
coping
 Dapat tidur
 Mengungkapkan tidak
ada penyebab fisik yang
dapat menyebabkn cemas
5. Bantu ps untuk
mengefektifkan sumber
support
6. Berikan reinfocement
untuk menggunakan Sumber
Coping yang efektif
memberikan keyakinan thdp
peryataan harapan untuk
sembuh/masa depan
6. Penggunaan Strategi
adaptasi secara bertahap ( dari
mekanisme pertahan, coping,
samapi strategi penguasaan)
membantu ps cepat
mengadaptasi kecemsan
3. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI
KIMIA (PROSES KANKER, DISKONTINUITAS JARINGAN)
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah
dilkukan
perawatan selama
3x24 jam nyeri ps
berkurang dg:
Indikator:
 Menggunakan skala
nyeri untuk mengidentifikasi
tingkat nyeri
 Ps menyatakan nyeri
berkurang
 Ps mampu
istirahan/tidur
 Menggunakan tekhnik
non farmakologi
NIC:
a. Manajement nyeri
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian
terhadap nyeri, lokasi,
karakteristik dan faktor-faktor
yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal
tentang kegelisaan
3. Fasilitasi linkungan
nyaman
4. Berikan obat anti sakit
5. Bantu pasien menemukan
posisi nyaman
6. Ajarkan penggunaan
tehnik tanpa pengobatan (ct:
relaksasi, distraksi, massage,
guidet imageri)
7. Tekan dada saat latihan
batuk
b. Kelola analgetik
- Tentukan lokasi,
karaketristik, kualitas
c. Terapi relaksasi
d. Manajemen lingkungan
1. untuk menentukan
intervensi yang sesuai dan
keefektifan dari therapi yang
diberikan
2. Membantu dalam
mengidentifikasi derajat
ketidaknyamnan
3. Meningkatkan
kenyamanan
4. Mengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien untuk
mobilisasi tampa nyeri
5. Peninggin lengan
menyebabkan pasie rileks
6. Meningkatkan relaksasi
dan membantu untuk
menfokuskan perhatian shg
dapat meningkatkan sumber
coping
7. Memudahkan partisipasi
pada aktifitas tampa timbul rasa
tidak nyaman
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN: RISIKO INFEKSI BD INDEKUAT PERTAHANAN
PRIMER ATAU IMONOSUPRESI
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol infeksi dan
kontrol resiko, setelah
diberikan perawatan
selama 3x24 jam tidak
terjadi infeksi sekunder
dg:
Indikator:
 Bebas dari tanda-tanda
infeksi
 Angka leukosit normal
 Ps mengatakan tahu
tentang tanda-tanda infeksi
NIC: Perawatan payudara/ luka
Aktifitas:
1. Amati luka dari tanda2
infeksi
2. Lakukan perawatan
payudara dengan tehnik aseptic
dan gunakan kassa steril untuk
merawat dan menutup luka
3. Anjurkan pada ps utnuk
melaporkan dan mengenali
tanda-tanda infeksi
4. Kelola th/ sesuai program
NIC: Kontrol infeksi
Aktifitas:
1. Batasi pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat ps
3. Tingkatkan masukan gizi
yang cukup
4. Anjurkan istirahat cukup
5. Pastikan penanganan
aseptic daerah IV
6. Berikan PEN-KES
tentang risk infeksi
1. Penanda proses infeksi
2. Menghindari infeksi
3. Mencegah infeksi
4. Mempercepat
penyembuhan
1. Mencegah infeksi
sekunder
2. Mencegah INOS
3. Meningkatkan daya tahan
tubuh
4. Membantu relaksasi dan
membantu proteksi infeksi
5. Mencegah tjdnya infeksi
6. Meningkatkan
pengetahuan ps
5. DX. KEPERAWATAN: PK: PERDARAHAN
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Perdarahan berhenti,
setelah dilakukan
perawatan selama 4x24
jam perawat mampu
menghentikan
perdarahan dg
Indikataor:
 Luka sembuh kering,
bebas pus, tidak meluas.
 HB tidak kurang dari
10 gr %
NIC: Pencegahan sirkulasi
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian
menyeluruh tentang sirkulasi;
cek nadi, edema, pengisian
kapiler, dan perdarahan di saat
merawat mamae
2. Lakukan perawatan luka
dengan hati-hati dengan
menekan daerah luka dengan
kassa steril dan tutuplah dengan
tehnik aseptic basah-basah
3. Kelola th/sesuai order
1. Penanda gangguan
sirkulasi darah dan antisipasi
kekurangan HB
2. Menghentikan perdarahan
dan menghindari perluasan luka
3. Diberikan secara
profilaksis atau untuk
menghentikn perdarahan
6. DX. KEPERAWATAN: PK: SYOK
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
 Perawat menangani
dan meminimalkan
terjadinnya syok
1. Pantau
pemasukan dan pengeluaran
cairan
2. Pantau tanda dan
gejala syok seperti peningkatan
nadi disertai TD atau sedikitnya
menurun, peningkatan RR,
sianosis, penurunan PaO2
3. Pantau tempat
pembedahan terhadap
perdarahan
Deteksi dini dapat membantu
menentukan intervensi segera
Dapat mendeteksi komplikasi dini
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN LAMINEKTOMI DI IBS
RUMAH SAKIT DR SARDJITO
OLEH
Sri Sugesti Widianingsih
03/172573/EIK/00353
KULIAH PROFESI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005

More Related Content

What's hot

Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAmee Hidayat
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAMas Mawon
 
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratHenriantoKarolusSire
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.yDINARIZ
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaYesi Tika
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitisKANDA IZUL
 
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Sulistia Rini
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaNs.Heri Saputro
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anakf' yagami
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalFransiska Oktafiani
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.y
 
dislokasi
dislokasidislokasi
dislokasi
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 

Similar to Laminektomi

Similar to Laminektomi (20)

KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptxKLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
 
Leaflet laminektomia
Leaflet laminektomiaLeaflet laminektomia
Leaflet laminektomia
 
Leaflet laminektomia
Leaflet laminektomiaLeaflet laminektomia
Leaflet laminektomia
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
 
Ppt sci
Ppt sciPpt sci
Ppt sci
 
6.trauma tulang belakang
6.trauma tulang belakang6.trauma tulang belakang
6.trauma tulang belakang
 
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisAsuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
 
Satpel laminektomi
Satpel  laminektomiSatpel  laminektomi
Satpel laminektomi
 
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
 
6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal
 
Imobilisasi lama
Imobilisasi lamaImobilisasi lama
Imobilisasi lama
 
Kamis
KamisKamis
Kamis
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
Hemiparesis
HemiparesisHemiparesis
Hemiparesis
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Trauma spinal cord injury
Trauma spinal cord injuryTrauma spinal cord injury
Trauma spinal cord injury
 
Trauma muskuloskeletal
Trauma  muskuloskeletalTrauma  muskuloskeletal
Trauma muskuloskeletal
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Laminektomi

  • 1. LAMINEKTOMI A. Pengertian 1. Fraktur/patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. 2. Fraktur lumbal adalah fraktur atau patah tulang yang terjadi pada area vertebra lumbalis (L1-L5). 3. Laminektomi adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran dan atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal. 4. Laminektomi adalah pengangkatan sebagian dari diskus lamina (Long, 1996). 5. Laminektomi adalah memperbaiki satu atau lebih vertebra, osteophytis dan Hernia nodus pulposus (Donna, 1995). B. Etiologi Biasanya merupakan fraktur kompresi karena trauma indirek dari atas dan dari bawah, dapat menimbulkan fraktur stabil atau tidak stabil. Trauma adalah penyebab yang paling banyak menyebabkan cedera pada tulang belakang. C. Patofisiologi Cedera medulla spinalis paling sering terjadi karena trauma/cedera pada vertebra. Adanya kompresi tulang menyebabkan diskontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan lumbal serta dapat merusak system saraf otonom (saraf parasimpatis). Pada area kornu lateralis medulla spinalis bagian sacral yang erat kaitannya dengan status miksi dan defekasi. Kompresi juga dapat merusak fleksus saraf utama terutama F. lumbalis yang tergabung dalam fleksus lumbosakralis yang berpengaruh pada persarafan ekstrimitas bawah. Dapat dijelaskan secara terinci: 1. Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genitor femoralis yang mensyarafi kulit daerah genetalia dan paha atas bagian medial. 2. Saraf lumbal II - IV bagian dorsal membentuk nervus femoralis mensarafi muskulus quadriceps femoralis lateralis yang mensyarafi kulit paha lateralis.
  • 2. 3. Saraf lumbal IV - sacral III bagian ventral membentuk nervus tibialis. 4. Saraf lumbal IV- sacral II bagian dorsal bersatu menjadi nervus perokus atau fibula komunis. D. Manifestasi Secara klinis pasien mengeluh nyeri pinggang bawah dan sangat hebat, mendadak sebelah gerakan fleksi dan adanya spasme otot para vertebrata. Terdapat nyeri tekan yang jelas pada tingkat prolapsus diskus bila dipalpasi. Terdapat nyeri pada daerah cedera, hilang mobilitas sebagian atau total atau hilang sensasi di sebelah bawah dari tempat cedera dan adanya pembengkakan, memar disekitar fraktur jauh lebih mendukung bila ada deformitas (gibbs) dapat berupa angulasi (perlengkungan). Berubahnya kesegarisan atau tonjolan abnormalitas dari prosesus spinalis dapat menyarankan adanya lesi tersembunyi. Lesi radiks dapat ditandai dengan adanya deficit sensorik dan motorik segmental dalam distribusi saraf tepi, perlu diperiksa keadaan neurologist serta kemampuan miksi dan defekasi seperti adanya inkontinensia uri et alvi paresthesia. Selama 24 jam pertama setelh trauma, suatu lesi partikel dari medulla spinalis dimanifestasikan paling sedikit dengan masih berfungsinya daerah sacral sensori perianal dan suatu aktifitas motorik volunteer fleksor kaki. E. Komplikasi Kemampuan komplikasi yang dapat terjadi diantaranya: 1. Nyeri pada jangka lama 2. Spasme otot 3. Gangguan miksi dan defekasi 4. Disfungsi pernafasan 5. Disfungsi seksual 6. Hiterotopie ossification 7. Pysiological counseling 8. Dekubitus Deformitas 9. ISK 10. Ileus paralitik.
  • 3. F. Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen. Pemeriksaan dengan sinar X atau fluoroskopik dari kolumna vertebralis dan ekstrimitas dapat membantu menegakkan diagnosa awal. 2. Laminografi atau tomografi terkomputerisasi. Dapat memperlihatkan lesi tulang yang tersembunyi terutama di kanalis spinalis 3. Ct Scan atau MRI. Merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah ada fraktur vertebra mengancam akan menekan medula spinalis. G. Penatalaksanaan Bila tidak ada keluhan neurologik: 1. Istirahat di tempat tidur: terlentang dengan dasar keras, posisi defleksi 3-4 minggu 2. Beri analgetik bila nyeri 3. Pada fraktur stabil, setelah 3-4 minggu kalau tidak merasa sakit lagi, latih otot-otot punggung 1-2 minggu, kemudian mobilisasi, belajar duduk jalan dan bila tidak ada apa-apa klien boleh pulang. Pada fraktur yang tidak stabil ditunggu 6-8 minggu. Bila kelainan neurologik didapatkan: Jika dalam observasi membaik, tergantung dari stabil/tidak, tindakan seperti pada fraktur tanpa kelainan neurologik. Jika dalam observasi keadaan memburuk, maka harus segera dilakukan operasi dekompresi, sama halnya bila kelainan karena kompresi fraktur. Tekanan dihilangkan dengan operasi misalnya laminektomi. Kemudian dibantu dari luar misalnya dengan gips broek, gips korset, jaket minerva, tergantung dari tempat fraktur. Pada pemasangan gips korset: harus meliputi sampai manubrium sterni, simpisis daerah fraktur dan di bawah ujung skapula.
  • 4. CEDERA TULANG BELAKANG ♠ Definisi Cedera tulang belakang merupakan kelainan yang pada masa kini lebih banyak memberikan tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan di bidang penatalaksanaannya. Cedera tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal. ♠ Etiologi Cedera tulang belakang terjadi sebagai akibat : 1. jatuh dari ketinggian, misal pohon kelapa, kecelakaan ditempat kerja. 2. kecelakaan lalu lintas 3. kecelakaan olah raga cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang. Didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur torak. Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau perdarahan. Kelainan sekunder pada sumsum tulang belakang dapat disebabkan oleh hipoksemia dan iskemia. Iskemia disebabkan hipotensi, udem, atau kompresi. Perlu disadari bahwa kerusakan pada sumsum tulang belakang merupakan kerusakan yang permanent karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar atau udem. ♠ Manifestasi klinik Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang manifestasinya : hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal. Syok spinal terjadi pada kerusakan
  • 5. mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai dengan: 1. Kelumpuhan flasid 2. anesthesia 3. arefleksi 4. Hilangnya prespirasi 5. Gangguan fungsi rectum dan kandung kemih 6. Priapismus 7. bradikardi dan hipotensi. Setelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi. Terlihat pula tanda gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan kandung kemih dan gangguan defekasi. Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu. Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnya terjadi akibat cedera didaerah servikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat. Manifestasinya berupa tetraparese parsial. Gangguan pada ekstermitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu. Sindrom Brown-Sequard disebabkan oleh kerusakan separu lateral sumsum tulang belakang. Gejala klinik berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi dan posisi ipsilateral; di kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu. Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan anesthesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan refleks bulbokavernosa. Sindrom ini disebut sindrom konus medularis. Sindrom kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi ujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anesthesia di daerah lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis. ♠ Pencegahan dan penatalaksanaan Cedera tulang belakang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap berupa kelumpuhan yang permanent.
  • 6. Kelumpuhan yang terjadi mempunyai dampak perawatan yang rumit dan memerlukan banyak peralatan. Ada dua tujuan utama penanganan cedera tulang belakang: 1. Tercapainya tulang belakang yang stabil serta tidak nyeri 2. Mencegah terjadinya jejas lintang sumsum tulang belakang sekunder. Tindakan yang dilakukan untuk penanganan cedera tulang belakang : 1. Lakukan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan). 2. Optimalisasi faal ABC: jalan nafas, pernafasan dan peredaran darah. 3. Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotorak??) 4. Pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesi 5. Pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan) 6. Tindak bedah (dekompresi, reposisi atau stabilisasi) 7. Pencegahan penyulit • Ileus paralitik → sonde lambung • Penyulit kelumpuhan kandung kemih • Pneumoni • Dekubitus
  • 7. H. Diagnosa Keperawatan Pre operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik 2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional Intra operasi 3. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan 4. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik. 5. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif 6. PK: perdarahan 7. PK: syok Post operasi 8. Resiko aspirasi dengan faktor resiko penurunan kesadaran 9. Resiko cedera posisi perioperatif dengan faktor resiko gangguan persepsi sensori karena anestesi. 10. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif 11. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operatif berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
  • 8. RENCANA KEPERAWATAN 1. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI KIMIA (PROSES KANKER, DISKONTINUITAS JARINGAN) NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg: Indikator:  Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri  Ps menyatakan nyeri berkurang  Ps mampu istirahan/tidur  Menggunakan tekhnik non farmakologi NIC: a. Manajement nyeri Aktifitas: 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri 2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan 3. Fasilitasi linkungan nyaman 4. Berikan obat anti sakit 5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman 6. Ajarkan penggunaan tehnik tanpa pengobatan (ct: relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri) 7. Tekan dada saat latihan batuk b. Kelola analgetik - Tentukan lokasi, karaketristik, kualitas c. Terapi relaksasi d. Manajemen lingkungan 1. untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan 2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan 3. Meningkatkan kenyamanan 4. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri 5. Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks 6. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping 7. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman 2. DX. KEPERAWATAN: CEMAS B.D STATUS KESEHATAN NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam cemas ps hilang atau berkurang dg: Indikator: Ps mampu:  Mengungkapkan cara mengatasi cemas NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas: 1. Bina Hub. Saling percaya 2. Libatkan keluarga 3. Jelaskan semua Prosedur 4. Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya 1. Mempermudah intervensi 2. Mengurangi kecemasan 3. Membantu ps dlam meningkatkan pengetahuan tentang status kes dan meningkatkan kontrol kecemasan 4. Merasa dihargai 5. Dukungan akan
  • 9.  Mampu menggunakan coping  Dapat tidur  Mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkn cemas 5. Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support 6. Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif memberikan keyakinan thdp peryataan harapan untuk sembuh/masa depan 6. Penggunaan Strategi adaptasi secara bertahap ( dari mekanisme pertahan, coping, samapi strategi penguasaan) membantu ps cepat mengadaptasi kecemsan 3. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI KIMIA (PROSES KANKER, DISKONTINUITAS JARINGAN) NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg: Indikator:  Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri  Ps menyatakan nyeri berkurang  Ps mampu istirahan/tidur  Menggunakan tekhnik non farmakologi NIC: a. Manajement nyeri Aktifitas: 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri 2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan 3. Fasilitasi linkungan nyaman 4. Berikan obat anti sakit 5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman 6. Ajarkan penggunaan tehnik tanpa pengobatan (ct: relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri) 7. Tekan dada saat latihan batuk b. Kelola analgetik - Tentukan lokasi, karaketristik, kualitas c. Terapi relaksasi d. Manajemen lingkungan 1. untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan 2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan 3. Meningkatkan kenyamanan 4. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri 5. Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks 6. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping 7. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman
  • 10. 4. DIAGNOSA KEPERAWATAN: RISIKO INFEKSI BD INDEKUAT PERTAHANAN PRIMER ATAU IMONOSUPRESI NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg: Indikator:  Bebas dari tanda-tanda infeksi  Angka leukosit normal  Ps mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi NIC: Perawatan payudara/ luka Aktifitas: 1. Amati luka dari tanda2 infeksi 2. Lakukan perawatan payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa steril untuk merawat dan menutup luka 3. Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi 4. Kelola th/ sesuai program NIC: Kontrol infeksi Aktifitas: 1. Batasi pengunjung 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat ps 3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup 4. Anjurkan istirahat cukup 5. Pastikan penanganan aseptic daerah IV 6. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi 1. Penanda proses infeksi 2. Menghindari infeksi 3. Mencegah infeksi 4. Mempercepat penyembuhan 1. Mencegah infeksi sekunder 2. Mencegah INOS 3. Meningkatkan daya tahan tubuh 4. Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi 5. Mencegah tjdnya infeksi 6. Meningkatkan pengetahuan ps 5. DX. KEPERAWATAN: PK: PERDARAHAN NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional NOC: Perdarahan berhenti, setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam perawat mampu menghentikan perdarahan dg Indikataor:  Luka sembuh kering, bebas pus, tidak meluas.  HB tidak kurang dari 10 gr % NIC: Pencegahan sirkulasi Aktifitas: 1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, dan perdarahan di saat merawat mamae 2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutuplah dengan tehnik aseptic basah-basah 3. Kelola th/sesuai order 1. Penanda gangguan sirkulasi darah dan antisipasi kekurangan HB 2. Menghentikan perdarahan dan menghindari perluasan luka 3. Diberikan secara profilaksis atau untuk menghentikn perdarahan
  • 11. 6. DX. KEPERAWATAN: PK: SYOK NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional  Perawat menangani dan meminimalkan terjadinnya syok 1. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan 2. Pantau tanda dan gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan PaO2 3. Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan Deteksi dini dapat membantu menentukan intervensi segera Dapat mendeteksi komplikasi dini
  • 12. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LAMINEKTOMI DI IBS RUMAH SAKIT DR SARDJITO OLEH Sri Sugesti Widianingsih 03/172573/EIK/00353 KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2005