Menurut psikologi Timur, suatu tingkah laku pada hakikatnya
secara moral adalah netral
Sifat moral tingklah laku ditinjau dari motif-motif yang
melatarbelakangi seseorang untuk melakukan perbuatan itu.
Perbuatan seseorang memiliki campuran faktor-faktor jiwa negatif.
#psikologi timur
3. Dalam ajaran Buddhisme,
pikiran merupakan titik tolak,
titik pusat dan juga merupakan
pemikiran yang dibebaskan dan
dimurnikan oleh seorang Santo,
suatu titik kulminasi.
4. •Abhidhamma tidak ada diri yang bersifat kekal
atau abadi, benar-benar kekal, yang ada hanyalah
sekumpulan proses impersonal yang timbul dan
menghilang
•Satu-satunya benang yang bersinambungan atau
bersambung-menyambung dalam jiwa
adalah bhava, yakni kesinambungan kesadaran
dari waktu ke waktu
•Menurut Abhidhamma, kepribadian manusia
sama seperti sungai yang memiliki bentuk yang
tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun tidak
setetes air pun tidak berubah seperti pada momen
sebelumnya
5. Objek Psikologi
Penginderaan dari panca indera
Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai
indera keenam
Setiap keadaan jiwa terdiri atas sekumpulan sifat-sifat
jiwa, yang disebut faktor-faktor jiwa. Sifat-sifat jiwa
ini misalnya cinta, benci, adil, bengis, sosial, dan
sebagainya
6. Kunci menuju karma (menurut istilah Barat), kamma (menurut
istilah Pali). Sedangkan dalam Abhidhamma, kamma merupakana
suatu istilah teknis untuk prinsip bahwa setiap perbuatan
dimotivasikan oleh keadaan-keadaan jiwa yang
melatarbelakanginya
Menurut psikologi Timur, suatu tingkah laku pada hakikatnya
secara moral adalah netral
Sifat moral tingklah laku ditinjau dari motif-motif yang
melatarbelakangi seseorang untuk melakukan perbuatan itu.
Perbuatan seseorang memiliki campuran faktor-faktor jiwa negatif.
Dhammapada adalah kumpulan sajak yang dahulu diucapkan oleh
Budha Gautama
7. Segala sesuatu yang terdapat pada kita merupakan
akibat dari apa yang telah kita pikirkan:
berdasarkan pikiran kita, dibentuk oleh pikiran
kita. Apabila seseorang berbicara atau bertindak
dengan pikiran jahat, maka perasaan sakit akan
mengikutinya, sama seperti roda yang mengikuti
kaki lembu yang menghela gerobak......Apabila
seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran
yang murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya,
sama seperti bayang-bayang yang tidak pernah
meninggalkannya (Babbitt, 1965, hlm. 3)
9. Phasa appersepsi, adalah kesadaran semata-mata ke suatu objek
Sanna persepsi, adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata pada suatu
objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera. Misalnya: penglihatan,
pendengaran, dan sebagainya
Cetana kemauan, yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek
Vedana perasaan, aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu
Ekaggata keterarahan kepada suatu titik, yakni pemusatan kesadaran
Manasikara perhatian spontan, yakni pengarahan perhatian yang tidak disengaja karena daya
tarik dari suatu objek
Jivitindriya : energi psikis, yang memberi vitalitas dan mempersatukan keenam faktor jiwa
lainnya. (Hall, p. 241)
10. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian adalah
gerak kepribadian yang terjelma
dalam tingkah laku, baik yang
nampak maupun tidak nampak dan
terjadi karena interaksi antara
faktor-faktor jiwa sehat dan tidak
sehat
Jika terjadi dominasi dari faktor-
faktor sehat atau tidak sehat
tertentu, akan menghasilkan tipe-
tipe kepribadian atau tingkah laku
tertentu pada individu yang
bersangkutan
11. Contoh Interaksi Berbagai Faktor Jiwa
• Sikap-sikap alobha, adosa, tatramjjhata,
dan passadhi menggantikan sikap rakus atau sebaliknya, sikap
menolak, dengan sikap penuh perhatian terhadap apa saja yang
mungkin timbul dalam kesadaran seseorang, yang menyebabkan
timbulnya sikap menerima apa adanya.
• Faktor-faktor sikap egois, irihati, kemuakan, menyebabkan orang
haus atau mendambakan pekerjaan yang terpandang, tinggi dan
mewah, atau irihati terhadap orang lain yang mempunyai
pekerjaan.
• Sebaliknya, sikap-sikap tenang, bebas, ketidakmuakan, netral,
menyebabkan orang mempertimbangkan keuntungan-
keuntungan berupa upah dan prestasi dengan keinginan-
keinginan seperti tekanan dan ketegangan yang lebih besar serta
menilai secara adil. Sedangkan sikap netral memandang seluruh
situasi dengan tenang
12. Interaksi antar faktor-faktor jiwa dengan mekanisme sebagai berikut:
Jiwa yang sehat dan tidak sehat saling menghambat.
Dalam beberapa hal satu faktor sehat akan menghambat sekumpulan faktor tidak
sehat.
Karma seseoranglah sebagai penentu, apakah ia akan mengalami keadaan jiwa sehat
atau keadaan jiwa tidak sehat.
Suatu kombinasi faktor merupakan hasil dari pengaruh-pengaruh biologis dan
pengaruh-pengaruh situasi disamping juga merupakan pindahan pengaruh dari
keadaan jiwa sebelumnya. Faktor tersebut timbul sebagai suatu kelompok, baik
positif maupun negatif.
Faktor apa saja yang paling kuat, akan menentukan bagaimana seseorang mengalami
dan bertindak dalam suatu momen tertentu
Jika faktor tertentu atau sekumpulan faktor seringkali muncul dalam keadaan jiwa
seseorang, maka faktor tersebut akan menjadi sifat kepribadian.
Jumlah keseluruhan faktor-faktor jiwa yang sudah menjadi kebiasaan pada
seseorang, menentukan sifat-sifat kepribadiannya.
13. Pribadi sehat: Tidak ada faktor-
faktor tidak sehat.
alam sistem pengelolaan sumber
daya psikologis seseorang
Jiwa terganggu: Ada faktor jiwa
tidak sehat, dimana gangguan jiwa
timbul karena faktor tidak sehat
menguasai kejiwaan seseorang
Tipe-Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian menurut
ajaran Abhidhamma,
14. Contoh faktor-faktor sehat, antara lain:
· Karuna : Kebaikan hati yang penuh
kasih
· Mudita : Merasakan nikmat dalam
kebahagiaan orang lain
Dalam kitab suci Buddha, pernah disebutkan
bahwa: ”semua orang yang tertarik hal-hal
duniawi adalah gila”.
· Annusaya : Kecenderungan-
kecenderungan laten dari jiwa
tidak sehat
· Meditasi : Sarana menuju kepribadian
sehat
15. Ada empat macam tipe mimpi pada manusia, yakni:
1. Mimpi yang disebabkan oleh sejenis gangguan pada oragan atau otot, dan
biasanya menyangkut suatu perasaan fisik yang menakutkan, misalnya jatuh,
terbang, atau dikejar-kejar harimau. Bermacam-macam mimpi buruk termasuk
tipe mimpi ini.
2. Mimpi yang ada hubugannya dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
orang pada siang harinya, dan menggemakan pengalaman-pengalaman yang
sudah berlalu tersebut. Mimpi semacam ini kerap terjadi.
3. Mimpi tentang suatu peristiwa aktual sebagaimana peristiwa itu terjadi,
mirip dengan prinsip sinkronitas pada pendapat C.G. Jung.
4. Mimpi yang bersifat waskita (clairvoyant), suatu ram,alan yang tepat
tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Seorang arahat/santo bermimpi,
maka mimpinya itu selalu bersifat waskita (Van Aung, 1972).