Dokumen tersebut membahas tentang hakikat manusia dan keingintahuan manusia. Secara ringkas, dokumen menyatakan bahwa hakikat manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari unsur jasmani, akal, dan rohani. Manusia memiliki sifat ingin tahu yang tinggi terhadap lingkungan sekitar yang mendorong perkembangan pengetahuan. Pola berpikir manusia juga telah berkembang dari mitos h
2. HAKIKAT MANUSIA DAN
KEINGINTAHUANNYA
A. Pendahuluan
Manusia dengan segala kelebihannya menjadi sosok sentral di alam
dunia, karena manusia mengurus dirinya sendiri dan alam. Manusia membuat
peraturan sendiri untuk mengatur dirinya sendiri, manusia juga membuat
peraturan sendiri untuk mengatur alam. Hewan, tumbuhan, lautan, daratan,
gunung, dan lain-lain berada di bawah aturan yang dibuat oleh manusia.
Bahkan manusipun tunduk pada peraturan yang dibuatnya sendiri. Kerusakan
dan kelestarian alam tergantung pada manusia sebagai sosok sentralnya. Jadi,
sudah sewajarnya jika manusia harus mengenali hakikat manusia yang
sebenarnya.
Kelestarian manusia dan alam harus tetap dijaga dengan sebaik-baiknya,
untuk itu manusia sebagai sosok sentral harus dibekali dengan pengetahuan tentang
hakikat manusia, sehingga manusia mengetahui cara-cara menjaga kelestarian
manusia dan alam. Pengetahuan tentang hakikat manusia tersebut hanya akan
diperoleh jika manusia memperoleh pengetahuan dari unsur lain melalui proses
pembelajaran.
B. Pembahasan
1. Hakikat Manusia
Pendapat tentang hakikat manusia sangat beragam dan tidak henti-
hentinya, tergantung pada sudut pandang masing-masing. Ada beberapa konsep
tentang makna manusia, antara lain homo sapiens yaitu makhluk yang memiliki
akal budi, rational animal yaitu makhluk yang memiliki kemampuan berpikir,
homo laquen yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa atau dalam
3. ilmu mantiq disebut dengan hayawanun natiq yaitu mahluk yang berbicara atau
berfikir, homo faber atau homor toolmaking animal yaitu makhluk yang mampu
membuat perangkat peralatan.
Socrates (470-399 SM) mengungkapkan hakikat manusia ialah ia ingin
tahu dan untuk itu harus ada orang yang membantunya. Kewajiban setiap orang
untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ingin mengetahui hal-hal di
luar dirinya. Manusia menurut Socrates adalah makhluk yang selalu ingin tahu
tentang segala sesuatu, baik tentang manusia itu sendiri maupun tentang hal
yang ada di luar dirinya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk memenuhi
keingintahuan manusia tersebut, yaitu harus ada bantuan dari orang lain dan
harus mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu.
Menurut Plato (347 SM) bahwa hakikat manusia terdiri dari tiga unsur,
yaitu roh, nafsu, dan rasio.
Berbeda dengan Socrates, Plato memandang bahwa ada tiga unsur dalam
diri manusia, yaitu roh, nafsu, dan rasio. Manusia menjalani kehidupannya
menggunakan roh dan nafsu. Roh sebagai simbol kebaikan dan nafsu sebagai
simbol keburukan, penggunaan keduanya dikendalikan oleh rasio sebagai
pengontrol.
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu pisik dan psikis. Kedua unsur
tersebut mempunyai potensi masing-masing yang saling melengkapi untuk
mengokohkan hakikat manusia sebagai ahsanu taqwim dan khalifah Allah di
bumi.
Manusia adalah makhluk yang banyak predikat yang melekat padanya,
banyak pandangan dan pendapat tentangnya, antara lain makhluk sosial,
makhluk ekonomis, dan makhluk beragama. Manusia mampu mengorganisasi
diri, bekerja sama dengan yang lainnya, dan mampu menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan rohani dapat
terpenuhi dengan agama yang dianutnya.
Pembahasan hakikat manusia tidak akan pernah selesai apabila hanya
berdasarkan pada pandangan-pandangan manusia sendiri yang mengandalkan
kemampuan akal semata. Oleh karena itu diperlukan penjelasan dari sumber
4. yang meyakinkan, yaitu sumber yang diperoleh langsung dari Tuhan sebagai
Penciptanya. Menurut sumber dari al-Qur’an diperoleh konsep tentang konsep
manusia sebagai Abd Allah, Bani Adam, Bani Basyr, al-Insan, al-Ins, al-Nas dan
Khalifah Allah.
Konsep Abd Allah menunjukkan bahwa manusia adalah hamba yang
segala bentuk aktivitas kehidupannya untuk menghambakan diri kepada Allah.
Konsep Bani Adam berarti manusia berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu
Adam dan Hawa yang terdiri dari berbagai ras. Konsep Bani Hasyr
menggambarkan manusia sebagai makhluk biologis terdiri dari unsur materi
yang membutuhkan makan dan minum, bukan keturunan makhluk bukan
manusia. Konsep al-Insan berarti manusia diciptakan sebagai makhluk
eksploratif yang mempunyai keseimbangan antara pertumbuhan dan
perkembangan. Konsep al-Ins menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi
untuk menjadi makhluk berperadaban yang mempunyai kemampuan kreasi dan
inovasi. Konsep al-Nas berarti manusia sebagai makhluk sosial yang hidup
bermasyarakat. Konsep Khalifah Allah menunjukkan manusia mengemban tugas
untuk mewujudkan serta membina sebuah tatanan kehidupan yang harmonis di
bumi.
2. Sifat Keingintahuan Manusia
Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam bermula dari rasa ingin tahu, yang
merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang
apa yang ada di sekitarnya. Baik itu alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari
yang dilihatnya, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Manusia memiliki rasa ingin tahu (curiousity) yang tinggi. Dengan rasa
ingin tahu ini pengetahuan manusia dapat berkembang. Meskipun makhluk bumi
lainnya juga mempunyai rasa ingin tahu, tetapi rasa ingin tahunya itu hanya
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan makanannya saja. Rasa ingin tahu
mereka tidak untuk menciptakan sesuatu yang melebihi kebutuhan makannya dan
bersifat menetap (idle curiousity). Berbeda dengan manusia yang mempunyai rasa
ingin tahu yang terus berkembang. Perkembangan rasa ingin tahu itu selalu
dimulai dengan pertanyaan “apa” (what) tentang segala sesuatu yang dilihatnya.
Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa”
5. (why). Pertanyaan-pertanyaan seperti ini telah tumbuh sejak anak-anak belajar di
taman kanak-kanak.
Dengan adanya kemampuan berpikir pada manusia, membuat rasa ingin
tahu manusia terhadap segala sesuatu di semesta ini terus berkembang. Jawaban
terhadap berbagai pertanyaan manusia terhadap berbagai gejala atau peristiwa
yang terjadi di alam tersebut akhirnya menjadi ilmu pengetahuan.
Dengan rasa ingin tahunya yang besar, manusia selalu berusaha mencari
keterangan tentang fenomena alam yang teramati. Untuk bisa menjawab
pertanyaan dari rasa ingin tahunya, manusia sering mereka-reka sendiri
jawabannya. Meski jawaban seperti ini kadang tidak logis, namun sering diterima
masyarakat awam sebagai suatu kebenaran. Pengetahuan semacam ini disebut
pseudo science, yaitu pengetahuan mirip sains tapi bukan sains. Cara memperoleh
pengetahuan dengan pendekatan pseudo science (sains semu) ini antara lain
sebagai berikut.
• Mitos, merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman dengan
dugaan, imajinasi dan kepercayaan.
• Tradisi, yaitu pengetahuan yang telah lama ada dan dipergunakan
oleh pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.
• Prasangka, yaitu berupa dugaan yang kemungkinannya bisa benar dan
bisa salah.
• Intuisi, merupakan kegiatan berpikir yang nonanalitik (tanpa nalar),
tidak berdasarkan pola pikir tertentu dan biasanya pendapat itu
diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu.
• Penemuan Kebetulan, yaitu pengetahuan yang awalnya ditemukan
secara kebetulan dan beberapa di antaranya adalah sangat berguna.
• Cara Coba-Ralat (Trial and Error), adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui cara coba-salah-coba-salah, tanpa dilandasi dengan
teori yang relevan.
• Pada zaman Yunani (600-200 SM) pola pikir manusia menjadi lebih
maju dariada pola pikir mitos. Pada masa ini terjadi penggabungan
antara pengamatan, pengalaman, dan akal sehat atau logika. Aliran ini
6. disebut “rasionalisme”, yaitu pertanyaan akan dijawab dengan logika
atau hal-hal yang masuk akal.
• Selanjutnya juga dikenal metode deduksi, yaitu penarikan suatu
kesimpulan berdasarkan pada sesuatu yang bersifat umum. Bebarapa
waktu setelahnya juga dikenal metode induksi, yang intinya adalah
pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan
atau eksperinmentasi yang diperoleh.
C. Kesimpulan
Hakikat manusia adalah sebagai hamba yang tercipta sebagai khalifah Allah
di bumi yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: jasmani (pisik), akal (rasio), dan rohani.
Sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi, maka
manusia merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang terlahir dalam kondisi
tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan bantuan dari orang lain, makhluk yang
memiliki kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang
selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, makhluk yang mempunyai kemampuan
berbahasa, makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan, makhluk sosial
yang mampu bekerja sama, makhluk yang mampu mengorganisasi diri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, makhluk yang hidup atas dasar prinsip- prinsip
ekonomi, makhluk yang beragama, makhluk rasional yang bebas bertindak
berdasarkan alasan moral, makhluk dengan kontrak sosial untuk menghargai dan
menjaga hak orang lain.
Pola pikir manusia terus mengalami perkembangan yang dimulai dari rasa
ingin tahunya yang tinggi terhadap berbagai kejadian yang muncul pada alam
semesta ini. Hal semacam itu, sering kali menimbulkan berbagai kecemasan hingga
dapat menjadikan manusia terus mencari jawaban atas segala sesuatu yang
dialaminya sepanjang hidupnya. Dengan adanya kemampuan berpikir pada manusia,
membuat rasa ingin tahu manusia terhadap segala sesuatu di semesta ini terus
berkembang. Jawaban terhadap berbagai pertanyaan manusia terhadap berbagai
gejala atau peristiwa yang terjadi di alam tersebut akhirnya menjadi ilmu
pengetahuan.
7. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jalaluddin. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sejarah dan Pemikirannya.
Jakarta: Kalam Mulia.
Kosasih, Aceng. 2012. Konsep Insan Kamil Menurut al-Jili. [Online] Available:
http://www.file.upi.edu [2012, Maret 8]
Ramayulis, Samsul Nizar. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.
Rapar, J.H. 1988. Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: Rajawali.
Reksosusilo, S. t-th. Filsafat Cina. Malang: Widya Sasana.
Sofyan, Ayi. 2010. Kapita Selekta Filsafat. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sunardi, S.T. 1999. Nietsche. Yogyakarta: LkiS.
Tondowijoyo, John. 1983. Pandangan Hidup Ketimuran. Surabaya: Sanggar Bina
Tama.
Wattimena, Reza A.A. 2010. Membongkar Rahasia Manusia: Telaah Lintas Peradaban
(Filsafat Timur dan Filsafat Barat). Yogyakarta: Kanisius.
Wikipedia. 2012. Kong Hu Cu (filsuf). [Online] Available: http://www.id.wikipedia.org
[2012, Maret 8]
Zuhairini, dkk. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.