3. Struktur dan FungsiSistem persarafan terdiri dari sel-sel
saraf yang disebut neuron dan jaringan penunjang yang
disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan
medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan
susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan dari sistem
saraf pusat.
Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan
kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga
tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima
oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal
maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan
menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap
seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan
berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai
kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya
maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
4. Sel Saraf (Neuron) :Merupakan sel tubuh yang berfungsi
mencetuskan dan menghantarkan impuls listrik. Neuron
merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang
mempunyai sifat exitability artinya siap memberi respon saat
terstimulasi. Satu sel saraf mempunyai badan sel disebut
soma yang mempunyai satu atau lebih tonjolan disebut
dendrit.
Jaringan Penunjang: jaringan penunjang saraf terdiri atas
neuroglia. Neuroglia adalah sel-sel penyokong untuk neuron-
neuron SSP, merupakan 40% dari volume otak dan medulla
spinalis. Jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar 10 berbanding satu. Ada empat jenis sel
neuroglia yaitu: mikroglia, epindima, astrogalia, dan
oligodendroglia
Sistem Saraf Pusat : Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan
medula spinalis. SSP dibungkus oleh selaput meningen yang
berfungsi untuk melindungi otak dan medula spinalis dari
benturan atau trauma. Meningen terdiri atas tiga lapisan
5. 1. Dura meter : membran putih tebal dan kasar yang
menutupi seluruh otak dan medula spinalis. Dura
meter terdiri dari 2 lapisan yang berfusi menjadi
satu kecuali di dalam tengkorak tempat lapisan luar
melekat pada tulang dan tempat terdapat sinus
venosus. Falx cerebri adalah lipatan vertikal dura
meter yang memisahkan kedua hemisfer serebri di
garis tengah. tentoriu,m adalah bagian horisontal
dura meter yang memisahkan lobus oksipital
dengan cerebellum.
6. 2. Membran araknoidea : membran halus yang
pada tempat tertentu berfusi dengan pia
meter, dan pada tempat lain terpisah dari
pia meter oleh ruang sub araknoid, yang
berisi CSS. Cisterna magna adalah bagian
ruang sub araknoid yang besar pada bagian
belakang tak bawah, menempati celah
antara serebelum dan medulla oblongata.
3. Pia meter : membran halus yang melekat
pada seluruh permukaan otak dan medulla
spinalis. Leptomeningen adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan pia dan
araknoid sebagai suatu kesatuan.
7. 1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam
maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori .
Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory
Pathway.
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf
perifer dan sistem saraf pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat
medula spinalis maupun di otak untuk selanjutnya
menentukan jawaban atau respon.
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf
motorik ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau
modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut
juga Efferent Motorik Pathway.
8. Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges,
biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari
mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis
(virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang
yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat
yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla
spinalis yang superficial.(neorologi kapita
selekta,1996).
9. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a) Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b) Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain
: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
10. Bacterial meningitis
disebabkan oleh bakteri tertentu dan
merupakan penyakit yang serius. Salah satu
bakterinya adalah meningococcal bacteria.
Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau
kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang
menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke
organ-organ lain dalam tubuh dapat berakibat fatal
dan menyebabkan kematian
11. Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah-
muntah, ditemukan tanda-tanda perangsangan
meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik
turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum,
abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.
Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian
hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan cairan otak, darah,
radiologi, test tuberkulin
12. Meningitis Purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang
terus-menerus, kaku kuduk,kesadaran menurun, mual
dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum,
rasa nyeri pada punggung serta sendi.
Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria
meningitidis(meningokok),Stretococcus haemolyticus,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.
Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen
bakteri pada cairan otak, darah tepi,elektrolit darah,
biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik,
pemeriksaan EEG.
13. Viral meningitis
termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip
dengan sakit flu biasa, dan umumnya si
penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi
viral meningitis biasanya meningkat di musim
panas karena pada saat itu orang lebih sering
terpapar agen pengantar virus. Banyak
virusyang bisa menyebabkan viral meningitis.
Antara lain virus herpes dan virus penyebab
flu.
14. Meningitis Kriptikokus
adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa
masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang
kering.
Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.
Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4
di bawah 100.
Diagnosis
Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk
kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen
(sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus.
Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh
cairan.
1. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi pada hari yang
sama. Tes biakan
2. membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan
hasil positif. Cairan
3. sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai
dengan tinta India.
15. 1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa
2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal
pada minggu terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau
injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan
16. Komplikasi yang bisa terjadi adalah :
Gangguan pembekuan darah
Syok septic
Demam yang memanjang
Kejang
Gangguan mental
Gangguan belajar
17. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
18. Otak dan medula spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu
pada bagian paling luar adalah durameter, bagian tengah araknoid, dan
bagian dalam piameter. Cairan otak dihasilkan didalam pleksus choroid
ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam system
ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi
melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan
subarchnoid.
Organisme (virus/bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melalui aliran darah didalam pembuluh darah
otak. Cairan hidung (secret hidung) atau secret telinga yang disebabkan
oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan kecairan otak melalui
ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis
merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak
dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik kecranial
maupun kesaraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran
neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan
aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus
19.
20. I. Identitas
Nama :Tn.K
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 th
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : INDONESIA
Alamat : Jl. Pemuda no. 201
Pekerjaan : Jukir
Tanggal MRS : 5 april 2012
Sumber informasi : klien
Keluhan utama : demam mengigil
21. Riwayat keperawatan :
RPS : P: Px mengeluh demam menggigil yang sudah
dirasakan seminggu yang lalu sehingga pada
tanggal 5 april 2012 di bawa ke Rs
Q : Suhu Px mencapai 38,50C
R : Rasa sakit di rasakan pada seluruh tubuh
S : Px terlihat malaise dan mengalami kejang
sehingga aktivitasnya terganggu
T : demam meningkat saat malam hari
RPD : Pasien pernah mengalami penyakit ISPA
RPK : Ibu pasien pernah mengalami penyakit TB
22. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Malaise,Kesadaran menurun,Tampak lemah
Gelisah,kejang
TTV : TD : 140/100 mmHg
N : 65 x/mnt
S : 38,5°C
RR : 22x/mnt
Foto fobia
Ketulian
Delirium
Pupil anisokor
Afasia
Hiper algesia
23. B1 (Breathing)
- peningkatan kerja pernafasan
- adanya PCH
- suara nafas ronkhi
- RR : 22x/ mnt
B2 (Blood)
- TD : 140/100 mmHg
- N : 65 x/mnt
- sianosis
B3 (Brain)
- Sakit kepala
- Delirium
- Gg penglihatan
- Fotofobia
- Ketulian
- Afasia
- Pupil anisokor
24. B4 (bladder)
- Inkontinensi atau retensi urin
- BAK mengalami penurunan
input : 1500cc
output : 1000cc
- Warna urin kuning
B5 (bowel)
- Anoreksia
- sulit menelan
- Muntah
- turgor kulit jelek
- membran mukosa kering.
B6 (Bone)
Pergerakan sendi terbatas
Kekuatan otot skala 2-2, 2-2
Kelainan ekstremitas : tidak
Kelainan tulang belakang : tidak
Fraktur : tidak
Traksi / spalk /gips : tidak
25. DATA ETIOLOGI PROBLEM
Ds :
- Klien mengeluh sakit kepala
Do:
- Keadaan umum
Klien tampak pucat dan lemah
- Pemeriksaan fisik
TTV
S : 38,5ᴼC
N : 60x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 28 x/menit
Kesadaran Delirium E=3 V=3
M=2 (8)
- Pemeriksaan Penunjang
Pungsi Lumbal : TIK 25 mmHg
Pemeriksaan Darah
Leukosit : 12.100/ µl
Kadar Hb : 12 g/dl
Glukosa darah : 4,5 ml
Protein darah : 74 g/L
Kultur : Bakteri Haemophilus
Influenza (+)
Invasi pada N. olfaktorius
Permeabilitas vaskuler
meningkat
Transudasi
Edema serebri
Peningkatan volume tengkorak
Peningkatan TIK
Vasospasme pembuluh darah
edema serebri
Sirkulasi terhenti
MK: GANGGUAN PERFUSI
Gangguan
perfusi jaringan
26. DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS :
Keluarga klien mengatakan klien
mengalami sakit kepala
DO :
• keadaan Umum :
Lemah, muntah,demam,aktivitas
terbatas
TTV
S : 38,5ᴼC
N : 60x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 28 x/menit
•Pemeriksaan Penunjang :
Pex. Kultur, CT-Scan,rongsen
kepala, dll
resiko injuri
27. 1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan
kejang
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
28. Hari/Tg
l
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Kamis, 5
April
2012
Diagnosa 1
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
pasien menunjukan
keadaan status
neurologis yang
membaik
KH :
•TTV dalam batas
normal yaitu 110 /70 -
120 /80 mmHg
•Kesadaran pasien
meningkat GCS 4-5
•Pasien dapat
menggerakkan tangan
sesuai perintah
•Adanya peningkatan
kognitif dan tidak ada
atau hilangnya tanda-
1. Anjurkan Pasien
BRT dengan
posisi tidur
terlentang tanpa
bantal
2. Monitor tanda-
tanda status
neurologis
dengan GCS.
3. Monitor intake
dan output
4. KolaborasiBerika
n cairan perinfus
dengan perhatian
ketat.
5. Monitor AGD
bila diperlukan
pemberian
oksigen
6. Berikan terapi
sesuai advis
dokter seperti:
1. Perubahan pada tekanan
intakranial akan dapat
meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
2. Dapat mengurangi kerusakan
otak lebih lanjt
3. hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan
meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak
sadra, nausea yang menurunkan
intake per oral
4. Meminimalkan fluktuasi pada
beban vaskuler dan tekanan
intrakranial, vetriksi cairan dan
cairan dapat menurunkan edema
cerebral
5. Adanya kemungkinan asidosis
disertai dengan pelepasan
oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya
iskhemik serebral
29. Hari/Tgl No. Diagnosa jam Implementasi TTD
Kamis 5
april
2012
Diagnosa 1 07.00 1. Menganjurkan Pasien BRT
dengan posisi tidur terlentang
tanpa bantal
2. Memonitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS.
3. Memonitor intake dan output
4. BerkolaborasiBerikan cairan
perinfus dengan perhatian
ketat.
5. Memonitor AGD bila
diperlukan pemberian oksigen
6. Memberikan terapi sesuai
advis dokter seperti: Steroid,
Aminofel, Antibiotika.
30. Hari/Tgl No Diagnosa Evaluasi TTD
Jumat 6 april
2012
Diagnosa 1 S : klien mengatakan aktifitas lebih baik
O : - klien terlihat rileks
- mukosa bibir klien basah
- turgor kulit klien lembab
- pergerakan klien bebas
- TD pasien kembali normal 120/80
mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
31. Har
i/Tg
l
No.
Diagnosa
Intervensi Rasional
Ka
mis
5
apri
l
201
2
Diagnosa 2
Tujuan :
Pasien bebas
dari injuri
yang
disebabkan
oleh kejang
dan
penurunan
kesadaran
KH :
•cidera
berkurang,
1. Independentmonitor
kejang pada tangan,
kaki, mulut dan otot-
otot muka lainnya
2. Persiapkan lingkungan
yang aman seperti
batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat
suction selalu berada
dekat pasien.
3. Pertahankan BRT
selama fase akut
1. Gambaran tribalitas sistem saraf
pusat memerlukan evaluasi yang
sesuai dengan intervensi yang
tepat untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
2. Melindungi pasien bila terjadi
kejang dan Mengurangi resiko
jatuh / terluka jika vertigo,
sincope, dan ataksia
3. Untuk mencegah atau
mengurangi kejang dan
Phenobarbital dapat
menyebabkan respiratorius
depresi dan sedasi.
32. Hari/Tgl No. Diagnosa jam Implementasi TTD
Kamis 5
april
2012
Diagnosa 2 07.00 1. Mengindependent monitor
kejang pada tangan, kaki,
mulut dan otot-otot muka
lainnya
2. Mempersiapkan lingkungan
yang aman seperti batasan
ranjang, papan pengaman,
dan alat suction selalu berada
dekat pasien.
3. Mempertahankan bedrest total
selama fae akut
33. Hari/Tgl No Diagnosa Evaluasi TTD
Jumat 6 april
2012
Diagnosa 2 S : - keluarga klien mengatakan
suhu tubuh menurun
- keluarga klien mengatakan
kesehatan klien berangsur-
angsur membaik
O : - tidak ada tanda-tanda kejang
- klien terlihat tenang
- klien terlihat lebih segar
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
35. SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Meningitis
Sub Pokok Bahasan : Perawatan Meningitis
Waktu : Pkl 07.30 – 08.20
Hari/Tanggal : Kamis, 19 April 2012
Tempat : Aula RSNU Tuban
Sasaran : Klien dan keluarga di RSNU Tuban
Penyuluh : Mahasiswa STIKES NU Tuban semester 4
----------------------------------------------------------------------------------------------
-
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan tentang meningitis selama 30 menit, diharapkan
peserta mengerti tentang perawatan pada pasien meningitis.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu :
Menjelaskan tentang pengertian meningitis
Menjelaskan tentang penyebab meningitis
Menyebutkan tanda dan gejala meningitis
Menyebutkan pencegahan meningitis
Menjelaskan penatalaksanaan meningitis
36. B. Metode belajar
– Ceramah
– Tanya jawab
– Brain storming
C. Alat dan Media
– Laptop dan LCD
– Leaflet
– Flipchart
37. No Kegiatan Respon Peserta Waktu
1. Pembukaan
-Perkenalan/salam
-Penyampaian Tujuan
-Membalas salam
-Memperhatikan
5 Menit
2. a) Penyampaian materi, tentang: Pengertian,
penyebab, tanda gejala, pencegahan, dan
penatalaksanaan pada pasien meningitis.
b) Pemberian kesempatan pada peserta
penyuluhan untuk bertanya.
c) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
yang berkaitan dengan materi.
- Memperhatikan
penjelasan dan
demonstrasi dengan
cermat
- Menanyakan hal yang
belum jelas
- Memperhatikan
jawaban penyuluh
30 menit
3. Penutup
-Tanya jawab (evaluasi)
-Menyimpulkan hasil materi
-Mengakhiri kegiatan
-Mengucapkan salam
-Membagikan leaflet
Menjawab salam 10 Menit
38. • Pembimbing : 1.
2.
• Moderator :
Job Description :
- Membuka dan menutup kegiatan
- Membuat susunan acara dengan jelas
• Penyaji :
Job Description :
- Menyampaikan materi penyuluhan
40. • Evaluasi struktur
Klien dan keluarga di RSNU Tuban
Penyelenggaraan penyuluhan di aula RSNU Tuban.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh Mahasiswa STIKES NU
semester 4.
Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum Penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan
Penyuluhan.
• Evaluasi proses
– Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
– Peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai.
– Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
– Peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
• Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian meningitis
Peserta mampu menjelaskan tentang penyebab meningitis
Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala meningitis
Peserta mampu menyebutkan pencegahan meningitis
Peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan meningitis
41. Tanda dan gejala
Demam
Mudah kesal
Sembelit
Muntah-muntah.
Kaku pada leher
Kejang
Sensitif terhadap cahaya
Kebingungan atau sulit
konsentrasi
Pengertian
Meningitis adalah
peradangan pada membran
(meninges) disekitar otak
dan tulang belakang,
biasanya infeksi penyakit ini
menyebar.
Penyebab
Disebabkan oleh bakteri/kuman
pneumococcus, Meningococcus,
Hemophilus influenza,
Staphylococcus, E.coli, Salmonella.
MATERI PENYULUHAN
42. Tn.K MRS pada tanggal 5 april 2012 dengan
keluhan demam menggigil , malaise, aktivitas
terbatas, ataksia,gerakan involunter, kelemahan ,
hipotonia, riwayat endokarditis, TD meningkat,
nadi menurun, inkontinensia/ retensi urine,
anoreksia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit
jelek, mukosa kering,sakit kepala,kehilangan
sensasi,hiperalgesia meningkat,rasa nyeri, kejang ,
foto fobia, ketulian, delirium, afasia, pupil
anisokor.
Pada pemeriksaan diagnostik TIK meningkat,
cairan keruh atau berkabut, leukosit dan protein
meningkat,glukosa menurun, kultur(-) terhadap
beberapa jenis bakteri
43. Pemeriksaan laboratorium (Analisa cairan ):
cairan keruh atau berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, TIK
meningkat,
Kultur bakteri: positif terhadap beberapa jenis
bakteri
(pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, strep
tococcus)
44. Penatalaksanaan secara medis pada meningitis dapat dilakukan dengan
cara diberikan
a) Koreksi gangguan asam basa elektrolit, apabilla terdapat ketidak
seimbangan asam basa dan elektrolit dapt diberikan Cairan intravena
MARTOS-10 Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam Mengandung 400 kcal/L
b) Atasi kejang dapat diatasi dengan, Kortikosteroid.golongan
deksametason 0,6 mg/kgBB/hari selama 4 hari, 15-20 menit sebelum
pemberian antibiotic
c) Antibiotik. Terdiri 2 fase yaitu empiric dan setelah hasil biakan dan uji
resistensi. Pengobatan empiric pada neonates adalah kombinasi ampisilin
dan aminoglikosida atau ampisilin dan sefotaksin. Pada umur 3 bulan –
10 tahun kombinsasi ampisilin dan kloramfenikol atau
sefuroksim/sefotaksim/sefriakson. Pada usia lebih dari 10 tahun
digunakan penislin. Pada neonatus pengobatan selama 21 hari, pada bayi
dan anak 10 – 14 hari.
d) Streptomisin, PAS dan INH. Dapat diberikan diberikan dengan dosis
30-50 mg/kg BB/ hari selama 3 bulan atau jika perlu diteruskan 2 kali
seminggu selama 2-3 bulan lagi, sampai likuor serebrospinalis menjadi
normal. PAS dan INH diteruskan paling sedikit samapi 2 tahun. Umtuk
mengatasi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau muntah.