Dokumen tersebut membahas tentang workshop rencana aksi dan bisnis korporasi petani di Food Estate Rawa Kalimantan Tengah. Workshop ini membahas tentang pentingnya rencana bisnis dan aksi, konsep pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani, serta indikator keberhasilan pengembangan kawasan tersebut."
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)
1. Teknik dan Praktek Menyusun
RENCANA BISNIS (Bussiness Plan) dan RENCANA AKSI (Action Plan)
AGRIBISNIS
1
WORSKHSOP RENCANA AKSI DAN BISNIS KORPORASI PETANI
DI LOKASI FOOD ESTATE RAWA KALIMENTAN TENGAH
Demfarm Food Estate Rawa Kalimantan Tengah
BADAN LITBANG PERTANIAN
28-30 Desember 2020
2. Outline :
1. Rancangan Food Estate Kalteng
2. Pentingnya bisnis plan dan action plan
3. Pendekatan, Materi, dan Output workshop
2
4. Korporasi petani adalah:
4
Presiden Jokowi (2017):
“Tidak bisa lagi kita biarkan petani berjalan
sendiri-sendiri. Tidak Bisa! .... Petani harus
diorganisir. ..... Kenapa korporasi bisa menjual
dengan harga murah. Karena mereka
memproduksi dalam jumlah besar”.
Presiden Jokowi (pembukaan Asian Agriculture
and Food Forum / ASAFF 28 Juni 2018):
“Saya selalu menyampaikan, marilah yang
namanya petani, jangan sampai jalan sendiri-
sendiri. Buatlah kelompok tani, gabungan
kelompok tani. ...... Tapi itu pun belum cukup.
Untuk menjadi kekuatan besar, buatlah
kelompok lebih besar lagi. Kelompok besar
gabungan kelompok tani seperti itu sering
saya sampaikan, namanya korporasi petani.
Harus ada korporasi petani dalam jumlah
besar. Kalau swasta bisa, saya meyakini
Permentan No.
18/Permentan/RC.040/4/2018 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian Berbasis Korporasi Petani:
Korporasi Petani adalah “Kelembagaan Ekonomi
Petani berbadan hukum berbentuk koperasi atau
badan hukum lain dengan sebagian besar
kepemilikan modal dimiliki oleh petani”.
Kata kunci KORPORASI = business,
company, firm, enterprise, organization,
establishment, corporate body, perusahaan
yang besar, memiliki banyak anak
perusahaan, sudah berdiri lama, terbukti
tangguh, sukses memberikan keuntungan
yang besar.
6. Kementerian
Pertanian
PEMANFAATAN KAWASAN EKS-PLG DI KALTENG
POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN
(Kawasan Budidaya)
295.500 Ha
KAWASAN FOOD ESTATE Sudah cetak sawah + jaringan irigasi
LUAS POTENSIAL
165.000 Ha
SISA
LUAS FUNGSIONAL
79.385 Ha
LUAS FUNGSIONAL
85.477 Ha
PENINGKATAN IRIGASI
(2021 – 2022)
79.385 Ha
REHABILITASI
DAERAH IRIGASI
57.164 Ha
KONDISI
IRIGASI BAIK
28.313Ha
INTENSIFIKASI EKSTENSIFIKASI
1
TAHUN
Rehabilitasi
Daerah
Irigasi (Ha)
Peningkata
n Irigasi
(Ha)
2020 2.650 -
2021 54.514 79.385
TOTAL 57.164 79.385
No. LOKASI
BIAYA
(Rp M)
PERENCANAAN KONSTRUKSI
I BLOK A
60
1.509
II BLOK B 530
III BLOK C 1.249
IV BLOK D 2.010
TOTAL
7. Kementerian
Pertanian
FRAME WORK PENGEMBANGAN FOOD ESTATE
Konsep Pengembangan :
• Peningkatan infrastruktur
• Peningkatan produksi, produktivitas & IP
• Diversifikasi produksi (multi komoditas)
• Hilirisasi produk pertanian
• Integrasi hulu-hilir
• Mekanisasi, teknologi modern & sistem
digitalisasi
• Korporasi petani
Potensi
• Lahan, Air dan Iklim
• Infrastruktur
• Eksisting bisnis
• Kondisi Sosial dan Budaya
Supporting:
• Kebijakan dan regulasi
• Data dan informasi
• Monitoring & mentoring
• Akses pembiayaan
• Kemitraan dengan sektor swasta
• Pengendalian & pengawasan
Kawasan
Food Estate
Sasaran:
Terbangun dan terkelolanya kawasan food estate
secara berkelanjutan untuk penguatan lumbung
pangan nasional dan kesejahteraan petani
Output:
1. Meningkatnya efisiensi, produksi, produktivitas, nilai
tambah dan daya saing
2. Terbentuknya BUMP dan korporasi petani sebagai
pengelola food estate
3. Meningkatnya penerapan teknologi modern dan system
digitalisasi
4. Tersedianya dukungan fasilitasi prasarana dan sarana
pengembangan food estate
5. Terbentuknya sistem manajemen modern dalam
pengelolaan food estate
Pendekatan
Pengembangan
Klaster
Integrasi Sektor &
Subsektor
Lingkungan
Berkelanjutan
Pemberdayaan
masyarakat
8. Kementerian
Pertanian
PROGRAM DAN KEGIATAN PENGEMBANGAN FOOD ESTATE
Peningkatan
Kapasitas
dan
Diversifikasi
usaha
Penataan
Kawasan dan
Pengembang
an Sarana &
Prasarana
Pengembang
an SDM dan
Korporasi
Petani
OUTPUT:
Terbangunnya
Kawasan Food
Estate
Penataan klaster di setiap kawasan
Peningkatan insfrastruktur (irigasi,
jalan produksi, alsintan & pendukung
lainnya)
Rehabilitasi dan pengembangan
prasarana transpotasi
Fasilitasi pengadaan sarana produksi,
alsintan dan unit pengolahan
Penyiapan sarana perkantoran, bengkel
alsintan, Gudang & outlet
Operasionalisasi sarana & prasarana
Pengembangan kapasitas dan
kompetensi SDM
Persiapan dan penumbuhan
korporasi petani
Penyusunan dan implementasi
Business Plan
Pemandirian korporasi petani
secara berkelanjutan
Peningkatan produksi, produktivitas dan IP
Perbaikan penanganan pascapanen
Pengembangan teknologi produksi pada skala
luas
Pengembangan diversifikasi produksi
Pengembangan hilirisasi produk pertanian
9. Indikator keberhasilan Pengembangan
Food Estate: Aspek Teknis
Inovasi
Teknologi
Produktivitas
GAP & GHP
Menerapkan Teknologi
turun Temurun, tidak
efisien dan produksi
rendah
RENDAH
Sebagian menerapkan
teknologi baru
Rata-rata Produktivitas
Nasional
SEDANG
Menerapkan teknologi baru
dan unggul yang terbukti
lebih baik
Diatas rata-rata mendekati
nilai produktivitas “labor”
Seluruhnya sudah
menerapkan GAP dan GHP
TINGGI
Masih Rendah, jauh di
bawah rata-rata
produktivitas Nasional
Belum Menerapkan GAP dan
GHP
Sebagian sudah menerapkan
10. Indikator keberhasilan Pengembangan Food
Estate : Aspek Kelembagaan dan Manajerial
Keorganisasian
Manajemen
Internal
Manajemen
Eksternal
Lemah, kepemimpinan
individual, pengurus belum
aktif, kapasitas rendah
RENDAH
Kepemimpinan berbagi,
komponen organisasi berjalan
cukup efektif
Komunikasi dua arah berjalan,
masih menggunakan pola
konvensional
SEDANG
Komunikasi berjalan efektif,
tertata dan informasi terupdate
secara rutin
Komunikasi berjalan sangat
efektif dan efisien,
institutional cost rendah
TINGGI
Komunikasi terbatas dan
lemah, tidak terbuka
Kepengurusan kolektif berjalan,
kapasitas organsiasi tinggi
Relasi dengan mitra belum intensif
&belum efektif, masih banyak
ketidakpercayaan
Komunikasi dengan mitra
mulai berjalan efektif, sudah
ada langganan tetap
11. Indikator keberhasilan Pengembangan Food Estate:
Aspek Pengembangan & Keberlanjutan Bisnis
Skala
Usaha
Omzet &
Pendapatan
Usaha
Asset
Perusahaan
Jenis usaha sedikit, belum
lengkap sistemnya, skala per
jenis usaha masih kecil
Omzet usaha dan
pendapatan terbatas
Asset usaha belum cukup
mendukung usaha, mengandalkan
bantuan pemerintah
RENDAH
Beberapa usaha telah
berkembang, , skala per jenis
usaha masih kecil
Peningkatan omzet &
pendapatan , mulai mampu
menghidupkan badan usaha
Aset usaha belum cukup
mendukung usaha, sebagian masih
mengandalkan bantuan pemerintah
SEDANG
Jenis usaha lengkap untuk seluruh
sistem agribisnis, skala usaha cukup
besar mampu melayani satu
kawasan
Omzet dan pendapatan tiap
usaha berkembang optimal
Asset usaha cukup untuk
mendukung usaha, tidak
mengandalkan bantuan
pemerintah
TINGGI
12. BUMP
BUMN (Opsi)
Perusda (Opsi)
1. Petani menjual hasil dalam bentuk
produk primer kepada BUMP
2. BUMP melakukan pengolahan
primer untuk dijual ke Korporasi
Petani (PT)
1. PT milik petani melalui saham BUMP
2. PT melakukan olahan lanjutan yang
terstandarisasi
3. PT melakukan kerjasama dengan mitra
bisnis strategis (perbankan, swasta, dll.)
Saham
Mitra Strategis
RANCANGAN OPERASIONAL KORPORASI PETANI
PT memasarkan produk untuk
pasar ekspor dan domestik
Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3
Perseroan Terbatas (PT)
Gapoktan
Bersama/BUMP
Gapoktan
Bersama/BUMP
Gapoktan
Bersama/BUMP
13. STRUKTUR ORGANISASI
KORPORASI PETANI DALAM
SETIAP KAWASAN FOOD
ESTATE (10.000 Ha)
Catatan:
1. Setiap manager bertanggung jawab dalam pengelolaan produksi di setiap cluster dengan luasan
sekitar ± 2000 – 5.000 ha di dalam kawasan
2. Setiap supervisor/Divisi bertanggung jawab dalam pengelolaan produksi seluas 200-400 ha di
dalam setiap klaster
Dewan
Komisaris/pengawas
Direktur
Utama
Direktur Produksi/
Operasional
Direktur Keuangan
& Pemasaran
Manager
Pemasaran
Manager
Keuangan
dan HRD
Manager
Alsintan dan
Pengolahan
Manager
Klaster (1)
1000 Ha
Manager
Klaster (1)
1000 Ha
Manager
Klaster
± 2000-5000
Ha
Supervisor/
Divisi
200-400 ha
14. Manager Klaster 2.000 – 5000 Ha
• Verifikasi dan penetapan kawasan korporasi
petani
• Koordinasi dan kolaborasi bisnis (on farm dan
off farm) di semua level manajemen
korporasi petani
• Pengaturan manajemen & kegiatan di tingkat direksi
• Mengorganisir pemanfaatan fasilitas & infrastruktur
• Evaluasi kinerja di semua level manajemen
Direksi 10.000 Ha
OBJEK
METODE
• Verifikasi dan penetapan batasan luasan area divisi
• Pengawalan, pendampingan & supervisi (Business
development services) di tingkat poktan
• Pengaturan tanam di tingkat poktan
• Pengaturan alsintan dan sarana produksi
• Pengaturan panen
• Mengkoordinir pemasaran hasil
• Verifikasi dan penetapan klaster
• Pembentukan Gapoktan Bersama/BUMP
• Koordinasi dan kolaborasi kegiatan budidaya, panen dan
pengolahan di tingkat divisi
• Pengawalan, pendampingan dan evaluasi pelaksanaan
budidaya, panen dan pengolahan di tingkat divisi
• Konsolidasi petani, kelembagaan petani & usaha
• Pengaturan kebutuhan sarana produksi
• Mengorganisir pemanfaatan alsintan
• Mengawasi proses produksi, panen dan pascapanen
OBJEK
METODE
• Produksi pertanian (pangan, hortikultura,
ternak dan perkebunan)
• Gerakan tanam
• Pemeliharaan tanaman dan ternak
• Gerakan panen
Kelompok Tani 50-100 Ha
Manajemen Proses Bisnis Korporasi Petani
OBJEK
METODE
OBJEK
METODE
Kepala Divisi 200-400 Ha
16. Bisnis plan:
• Rencana bisnis atau business plan
adalah:
• pernyataan formal dan tertulis
mengenai tujuan-tujuan dari sebuah
bisnis dan cara mencapai tujuan
tersebut
• Mencakup:
• target jangka pendek, menengah, dan
panjang, bagaimana cara mencapai
tujuan, solusi terhadap kendala yang
akan muncul, dlll
16
17. Action plan:
• Action Plan merupakan deskripsi dari
cara-cara yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan.
• Action Plan = berguna sebagai
panduan tentang langkah-langkah apa
saja yang harus diambil, bagaimana
caranya, dan kapan harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu.
• Action Plan = berisi panduan dan
pembagian kerja serta timeline yang
jelas.
• Alat untuk memonitor pencapaian
atau kinerja yang telah diperoleh
• Memuat:
• Tujuan yang ingin dicapai
• Tugas-tugas yang harus diselesaikan
• Analisa dna pembagian tugas
• Cermati rencana kerja
• Laksanakan
17
19. Usulan skenario intensifikasi/ektensifikasi di kec Pandih Batu:
Skenario Peningkatan
IP
Luas tanam
setahun
Produksi gabah total
(ton GKP per tahun)
Existing 16.983 ha 66,5 ribu ton
I (=sedang) IP 0 – 1
IP 1 – 2
IP 2 – 2
23.878 ha 93,6 ribu ton
II
(=maksimal)
IP 0 – 2
IP 1 – 2
IP 2 – 2
27.212 ha 106,6 ribu ton
Catatan: produktivitas padi existing = 3.918 kg/ha
20. Potensi bisnis on farm Kec Pandih Batu (per tahun):
Jenis usaha Nilai bisnis
(Rp/tahun)
Usulan kelembagaan
1. On farm padi Rp 238,8 M Dikelola petani secara individual. Pelayanan sarana produksi,
Alsintan dan penjualan output ke koperasi-koperasi
2. On farm kelapa
dalam
Rp 6,1 M Eksisting 1,5 M per tahun. Kelapa ditanam di pekarangan,
pematang, dan lahan kering. Dikelola kelompok tani kelapa
3. On farm jeruk Rp 59,5 M Kelapa ditanam di pekarangan dan pematang. Preferensi
petani terhadap jeruk tinggi. Dikelola kelompok tani jeruk,
sebagai wadah komunikasi dan informasi pasar
4. Usaha ternak itik
intensif
Rp 3,3 M Utamanya untuk produksi telur. Dikelola 100 peternak,
tergabung dalam kelompok tani ternak.
21. Potensi bisnis korporasi petani Kec Pandih Batu (per tahun):
Jenis usaha Nilai bisnis
(Rp/tahun)
Usulan kelembagaan
1. Produksi benih
unggul
895,4 juta (598 ton
benih)
Dikelola 2 koperasi di Ds Sanggang dan Belanti Siam
2. Usaha jasa Alsintan
rice tranplanter
Rp 5,6 M Dikelola koperasi pelayanan jasa Alsintan, di 6 desa sentra
padi
3. Usaha jasa combine
harvester
Rp 6,7 M Dikelola koperasi pelayanan jasa Alsintan, di 6 desa sentra
padi
4. Permodalan
usahatani
Rp 1,3 M Dikelola 16 koperasi, masing-masing 1 unit per desa
5. Pengolahan beras
premium
30,5 M (+ bekatul
91,7 juta)
Dikelola koperasi utamanya di 6 desa sentra padi
23. Usulan skenario intensifikasi/ektensifikasi Kec Bataguh:
Skenario Peningkatan
IP
Luas tanam
setahun
Produksi gabah total (ton GKP per
tahun)
Existing 14.744 ha 55,1 ribu ton
I (=sedang) IP 0 – 1
IP 1 – 2
IP 2 – 2
24.016 ha 89,7 ribu ton
II (=maksimal) IP 0 – 2
IP 1 – 2
IP 2 – 2
26.702 ha 99,8 ribu ton
Catatan: produktivitas padi existing = 3.736 kg/ha
24. Potensi bisnis korporasi petani Kec BATAGUH (per tahun):
Jenis usaha Nilai bisnis (Rp/tahun) Usulan kelembagaan
1. On farm padi 90,9 M Dikelola secara individual oleh petani
2. Produksi benih
unggul
400,5 M Dikelola 3 koperasi, 1 pada setiap “pulau”
3. Distributor pupuk
bersubsidi
1,7 M Dikelola 3 koperasi, 1 pada setiap “pulau”
4. Distributor
obat/pestisida
1,3 M Dikelola 3 koperasi, 1 pada setiap “pulau”
5 Usaha jasa Alsintan
TR4
36,0 M Dikelola koperasi pelayanan jasa Alsintan, di 3 “pulau”
6. Usaha jasa combine
harvester
39,9 M Dikelola koperasi pelayanan jasa Alsintan, di di 3 “pulau”
7. Pengolahan beras
premium
10,7 M Dikelola koperasi, 1 koperasi per “pulau”
25. Usulan kelembagaan pengelola korporasi petani Kec BATAGUH:
PULAU- B
PULAU - A
PULAU - C
25
• Koperasi Saprodi (Desa Pulau Mambulau, Pak Mahdi)
• Koperasi produksi beras premium (Desa Sei Jangkit. Pak
Hamdi )
• Koperasi UPJA (Desa Sei Jangkit, Pak Rahman )
Koperasi produksi benih unggul (Desa Terusan Karya, Pak
Sutarno)
Koperasi distribusi saprodi (Desa Terusan Mulya, Pak Misnan)
Koperasi produksi beras (Desa Terusan Karya, Pak Wahyu)
Koperasi pengelolaan UPJA (Desa Terusan Karya, Pak Caswar)
• Koperasi Saprodi
• Koperasi produksi beras premium
• Koperasi pengelolaan UPJA
27. Output workshop:
1. Peserta memperoleh pengetahuan tentang konsep dan kegunaan
rencana bisnis dan rencana aksi untuk bisnis dalam agribisnis
2. Peserta terampil dalam menyusun rencana bisnis dan rencaka aksi
untuk bisnis yang akan dijalankan
3. Tersusunnya draft rencana bisnis dan rencana aksi untuk
pengembangan food estate dalam skala kawasan (10.000 ha)
27
28. Materi workshop:
Bisnis dikelompokkan atas enam jenis:
Kelompok A:
1. Bisnis produksi benih (padi)
2. Bisnis usaha penjualan sarana produksi
3. Bisnis jasa pelayanan Alsintan (traktor, rice tranplanter, combine harvester)
Kelompok B:
1. Bisnis permodalan usaha pertanian (on farm dan off farm)
2. Bisnis pengolahan produksi (RMU)
3. Bisnis pemasaran
28